Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER ETIKA BISNIS

Petunjuk:
1) Kerjakan secara individual
2) Bersifat openbook dan takehome
3) Silakan diketik RAPI, kumpulkan dalam bentuk PDF.
4) Bersifat individual dan Tidak ada toleransi plagiarisme dan cheating! Sertakan sumber
dan pelajari cara menulis sumber dengan baik. Mudah bagi saya untuk mendeteksi
jawaban yang hanya copy paste dari Internet.
5) Tidak ada toleransi keterlambatan submit

STUDI KASUS:
Sebagian besar cokelat di pasar dunia saat ini dibuat dari biji kakao yang ditanam di Ivory
Coast. Sebagian dari biji kakao tersebut ditanam dan dipanen oleh anak-anak yang bekerja
sebagai budak. Anggota Asosiasi Produsen Cokelat dan Yayasan Kakao Dunia, yang
terperangkap dalam sorotan perhatian media, mengumumkan pada 1 Oktober 2001, bahwa
mereka bermaksud untuk membuat sistem yang akan menghilangkan "bentuk-bentuk
terburuk dari pekerjaan anak," termasuk perbudakan. Pada musim semi 2002, Asosiasi
Produsen Cokelat dan Yayasan Kakao Dunia serta produsen cokelat utama seperti
Hershey's, M&M Mars, Nestlé, dan World's Finest Chocolate, serta pengolah kakao utama
seperti Blommer Chocolate, Guittard Chocolate, Barry Callebaut, dan ADM, semua
menandatangani kesepakatan untuk membentuk sistem sertifikasi yang akan memverifikasi
dan mengesahkan bahwa biji kakao yang mereka gunakan tidak diproduksi dengan
menggunakan perbudakan anak. Dikenal sebagai "Harkin-Engel Protocol," kesepakatan itu
juga menyatakan bahwa perusahaan cokelat akan mendanai program pelatihan bagi petani
biji kakao untuk mengedukasi mereka tentang teknik bercocok tanam, sambil menjelaskan
pentingnya menghindari penggunaan buruh budak. Anggota Asosiasi Produsen Cokelat
juga setuju untuk "menyelidiki" kondisi di kebun kakao dan mendirikan "yayasan
internasional" yang dapat "mengawasi dan mempertahankan upaya" untuk menghilangkan
perbudakan anak di kebun kakao. Pada Juli 2002, survei pertama yang disponsori oleh
Asosiasi Produsen Cokelat menyimpulkan bahwa sekitar 200.000 anak—tidak semuanya
adalah budak—bekerja dalam kondisi berbahaya di kebun kakao dan sebagian besar dari
mereka tidak bersekolah.

Sayangnya, pada tahun 2002, Pantai Gading terlibat dalam perang saudara yang berlanjut
hingga perdamaian yang tidak stabil tercapai pada tahun 2005 dan disahkan pada tahun
2007. Pasukan pemberontak, bagaimanapun, terus mengendalikan separuh bagian utara
negara tersebut. Laporan mengklaim bahwa sebagian besar uang yang membiayai
kekerasan baik dari pemerintah maupun kelompok pemberontak selama tahun-tahun ini
berasal dari penjualan kakao, dan bahwa pembeli "cokelat darah" dari Pantai Gading
mendukung kekerasan ini.Pada tahun 2005, batas waktu yang ditetapkan oleh perusahaan-
perusahaan cokelat terkemuka dan asosiasinya untuk memastikan biji kakao tidak
diproduksi oleh anak anak budak telah berlalu tanpa pembentukan sistem sertifikasi yang
dijanjikan. Alasan perusahaan-perusahaan cokelat memperpanjang batas waktu mereka
sendiri hingga Juli 2008 adalah karena proses sertifikasi ternyata lebih sulit dari yang
mereka perkirakan, terutama dengan pecahnya perang saudara di Ivory Coast.
Meskipun demikian, perusahaan
perusahaan tersebut berhasil memperoleh cukup banyak biji kakao untuk menjaga pabrik
pabrik cokelat mereka beroperasi penuh selama perang. Namun, hingga awal 2008,
perusahaan-perusahaan tersebut belum memulai pekerjaan untuk membentuk sistem
sertifikasi atau metode lain yang memastikan bahwa buruh budak tidak digunakan dalam
memproduksi biji kakao yang mereka gunakan.
Perusahaan-perusahaan tersebut mengeluarkan pernyataan baru di mana mereka
memperpanjang batas waktu mereka hingga tahun 2010 untuk mematuhi janji mereka untuk
membentuk sistem sertifikasi. Menurut perusahaan-perusahaan itu, mereka telah
menginvestasikan beberapa juta dolar setiap tahun ke dalam sebuah yayasan yang sedang
mengatasi masalah buruh anak. Namun, wartawan investigasi yang menulis artikel Fortune
2008 menyatakan bahwa yayasan tersebut hanya memiliki satu staf yang bekerja di Ivory
Coast. Selain itu, kegiatan dari satu staf tersebut terbatas pada memberikan lokakarya
"sensitisasi" kepada penduduk setempat, di mana dia akan menjelaskan bahwa buruh anak
adalah hal yang buruk. Yayasan tersebut juga membantu sebuah tempat perlindungan yang
menyediakan tempat tinggal dan pendidikan bagi anak-anak jalanan yang tunawisma.
Wartawan Fortune tidak menemukan bukti bahwa apa pun yang dilakukan untuk
mengembangkan sistem sertifikasi yang dijanjikan. Pada saat itu, sistem pemantauan dan
sertifikasi telah dikembangkan dan digunakan di kebun kakao perdagangan adil dan organik
di bagian lain dunia.

Laporan terbaru pada bulan September 2010 menunjukkan bahwa industri masih jauh dari
mencapai target untuk memiliki proses sertifikasi yang diverifikasi secara independen di
seluruh sektor sepenuhnya pada akhir 2010. Meskipun beberapa upaya telah dilakukan,
termasuk kontak dengan sebagian kecil dari komunitas petani kakao di Ivory Coast, belum
ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi penggunaan buruh anak. Hal ini
menunjukkan bahwa industri cokelat masih belum berhasil menangani masalah perbudakan
anak di kebun kakao Ivory Coast secara efektif. Meskipun beberapa produsen cokelat telah
berusaha membentuk sistem sertifikasi mereka sendiri dengan bekerja sama dengan
organisasi non-pemerintah, seperti Rainforest Alliance, upaya ini masih terbatas dan belum
mencapai skala yang memadai untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dengan
demikian, meskipun beberapa langkah kecil telah diambil, masalah perbudakan anak di
industri kakao Pantai Gading tetap menjadi tantangan yang belum terselesaikan.

SOAL:
1) Apa saja isu etis sistemik, korporat, dan individual yang dibahas dalam kasus ini?
2) Menurut Anda, apakah bentuk perbudakan anak seperti yang dibahas dalam kasus
ini mutlak salah tidak peduli apa pun, ataukah hanya salah secara relatif (misalnya,
jika seseorang tinggal di masyarakat seperti masyarakat kita yang menentang
perbudakan anak)? Jelaskan pendapat Anda dan mengapa Anda memegangnya.
3) Siapa yang berbagi tanggung jawab moral atas perbudakan yang terjadi di industri
cokelat?
4) Pertimbangkan RUU yang mencoba diusulkan menjadi undang-undang oleh Wakil
Engel dan Senator Harkin, namun tidak pernah menjadi undang-undang karena
upaya lobbying dari perusahaan-perusahaan cokelat. Apa yang kasus ini tunjukkan
tentang pandangan bahwa "untuk menjadi etis, cukup bagi pengusaha untuk
mengikuti hukum"?

JAWABAN :
1. Jika kita lihat isu etis sistemik, korporat, dan individual yang ada di bacaan tersebut
meliputi:
a) Isu Sistemik: penggunaan buruh anak didalam industri kakao yang ada di
pantai gading dapat dikelompokkan sebagai sistem perbudakan anak
b) Isu Korporat Perusahaan cokelat dan pengelolaan kakao tidak mengikuti
syarat yang sudah ditetapkan. Fokus pada pengumpulan biji kakao yang
mengikutsertakan penggunaan buruh anak
c) Isu Pribadi : Para masyarakat menjual biji kakao yang dihasilkan olek
pekerjaan buruh anak dan juga para konsumen tidak sadar akan cokelat
yang dimakan adalah cokelat darah.
2. Pihak yang terlibat meliputi Perusahaan coklat Hershey's, M&M Mars, Nestlé, dan
World's Finest Chocolate, serta pengolah kakao utama seperti Blommer Chocolate,
Guittard Chocolate, Barry Callebaut, dan ADM, dan penduduk lokal yang
menggunakan buruh anak-anak. Itu sudah berbagai pihak yang terlibat maksudnya
semua pihak dan perusahaan tidak mungkin tidak mengetahui hukum yang
menyangkut tentang buruh anak namun jika hanya dalam lingkup penduduk lokal
mungkin masih bisa bisa dikatakan sebagai salah secara relatif karena mungkin
kurangnya pengetahuan yang ada dan bisa di beri solusi dengan cara memberikan
pembelajaran bagi para penduduk lokal.
3. Yang bertanggung jawab atas permasalahan di atas adalah : Perusahaan cokelat,
Asosiasi Produsen Cokelat, Pemerintah dan badan penegak hukum, Penduduk
lokal, Organisasi non-pemerintah, Pihak-pihak lain seperti wartawan
4. Dalam kasus ini, pandangan bahwa "untuk menjadi etis, cukup bagi pengusaha
untuk mengikuti hukum" tidak sempurna. Meskipun jika di lihat perusahaan-
perusahaan cokelat mengikuti hukum yang diperlukan, mereka masih memerlukan
bantuan lain untuk membantu dalam menangani masalah perbudakan anak di
industri cokelat. Pengusaha juga harus melakukan perilaku yang etis dan membantu
dalam menangani masalah yang lebih besar, bukan hanya mengikuti hukum yang
ada.

Referensi :
1. https://ekonomi.uma.ac.id/2023/11/29/isu-isu-utama-dalam-etika-bisnis/
2. https://homework.study.com/explanation/how-do-various-ethical-issues-systemic-cor
porate-and-individual-affect-the-viablity-of-an-organization.html

Anda mungkin juga menyukai