Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PROYEK PEMBANGUNAN RUSUN POLSEK KAWASAN MANDALIKA


TYPE 36
JL. PARIWISATA KUTA KEC. PUJUT KAB. LOMBOK TENGAH.

Disusun Oleh:

Khatibul ummam (F1A 020 098)


Muhammad solihin (F1A 020 133)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2024
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PROYEK PEMBANGUNAN RUSUN POLSEK KAWASAN


MANDALIKA TYPE 36
JL. PARIWISATA KUTA KEC. PUJUT KAB. LOMBOK TENGAH.

Disusun Oleh:
1. Khatibul Ummam (F1A 020 098)
2. Muhammad Solihin (F1A 020 133)

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Fathmah Mahmud, ST., MT. Tanggal:


NIP: 197111092000122001

CV. GALANG BULAN

Harry Suhada, SH Tanggal:

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Mataram

Hariyadi,ST.,M.Sc.(Eng),Dr.Eng
NIP: 197310271998021001

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB i
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

Halaman Pernyataan Keaslian Laporan Praktek Kerja Lapangan


“Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : Khatibul Ummam


2. NIM : F1A 020 098
Nama : Muhammad Solihin
NIM : F1A 020 133
3. Lokasi PKL : Jalan Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
4. Judul PKL : Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36.

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan
judul tersebut diatas bersifat original / asli dan bebas dari unsur-unsur plagiat atau
peniruan karya orang lain. Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini benar-benar
merupakan hasil karya bersama dalam kelompok PKL, dengan arahan dari Dosen
Pembimbing PKL. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain yang digunakan sebagai
rujukan atau pustaka ditulis sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah yang
berlaku dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan pernyataan ini,


maka kami bersedia dituntut untuk diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mendapatkan sanksi akademis. Demikian pernyataan ini dibuat dengan
sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Mataram, 2024

Yang membuat pernyataan,

1. Khatibul ummam
NIM. F1A 020 098

2. Muhammad Solihin
NIM. F1A 020 133

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB ii
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Abstrak

Proyek Pembangunan rusun polsek kawasan mandalika type 36 ini


berlokasi di Jalan Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB.
Pembangunan rusun polsek kawasan mandalika type 36 ini bertujuan untuk
memudahkan anggota polsek kawasan mandalika dalam melaksanakan tugas.

Metode yang digunakan pada kegiatan praktek kerja lapangan ini yaitu
membandingkan ilmu yang di terima di bangku perkuliahan dengan
pelaksanaan kegiatan nyata di lapangan. Mahasiswa mempelajari masalah
teknis yang terjadi serta memahami dan mencari pemecahan masalahnya.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengamatan secara langsung. Proses
pekerjaan struktural yang difokuskan kepada empat pokok pekerjaan yaitu
pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, pekerjaan balok, dan pekerjaan plat
lantai . Sehingga selama kegiatan PKL berlangsung, mahasiswa mengikuti
kegiatan pekerjaan struktural, konsultasi dan penyusunan laporan.

Pekerjaan pelaksanaan proyek pembangunan ini mempertimbangkan


gambar rencana yang berisi spesifikasi struktur serta time schedule yang telah
direncanakan sebelumnya. Perubahan-perubahan rencana dan detail yang
terjadi selama proses konstruksi di lapangan. Didiskusikan kembali oleh pihak
kontraktor dengan pihak owner dan konsultan MK sehingga didapat suatu
kesepakatan.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


iii
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
ii
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

PRAKATA

Perguruan tinggi merupakan lembaga yang bertanggung jawab dalam


mendidik anak bangsa menjadi pelaku pembangunan dimasa mendatang. Namun
dengan berbagai keterbatasannya perguruan tinggi hanya memprioritaskan pada
pembekalan anak didiknya dengan ilmu dan sedikit keterampilan selama proses
perkuliahan. IImu yang diberikan lebih banyak bertumpu pada teori-teori yang
tentunya tidak selalu ideal di lapangan. Untuk mengurangi kesenjangan ini, maka
kepada mahasiswa tingkat akhir diwajibkan mengikuti praktek kerja lapangan
(PKL).

Praktek kerja lapangan adalah pengamatan terhadap suatu proyek di


lapangan, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di lapangan
secara langsung dan mampu mengaitkannya dengan teori dan praktek yang didapat
di bangku kuliah. Selama mengikuti praktek kerja lapangan (PKL) di samping
melakukan pengamatan langsung juga sedapat mungkin ikut aktif di lapangan,
sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi
selama pelaksanaan proyek tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan skill
dan kemampuan serta profesionalisme kinerja. Dengan demikian akan menimbulkan
sikap mandiri dan kritis dalam diri mahasiswa tersebut serta diharapkan mahasiswa
dapat mengembangkan kreatifitasnya di lapangan.

Untuk itu, melalui kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) ini proyek yang
kami pilih adalah proyek Pembangunan rusun polsek kawasan mandalika type 36
ini berlokasi di Jalan Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB.

Mataram, 2024

Penulis

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


iv
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan laporan hasil praktek kerja lapangan ini, kami banyak
mendapat bantuan dari berbagai puhak, oleh sebab itu kami ingin mengungkapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Muhamad Syamsu Iqbal, ST., MT., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Hariyadi, ST.,MSc (Eng).,Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
3. Ibu Fathmah Mahmud, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada kami dalam melaksanakan kerja
praktek dan juga penyelesaian laporan praktek kerja lapangan ini.
4. Bapak Harry Suhadi, SH. selaku pimpinan dari CV. GALANG BULAN.
5. Bapak M. Khairil Islmi ST., selaku Pembimbing Lapangan.
6. Bapak dan Ibu dan teman-teman tercinta atas do’a dan dukungan baik
secara moril maupun materil demi terselesaikannya laporan praktek kerja
lapangan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Kerja Praktek ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


v
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN.......................i
Halaman Pernyataan Keaslian Laporan Praktek Kerja Lapangan “Pelaksanaan
Pekerjaan Struktural Samara Bay Studio Project”......................................................ii
Abstrak........................................................................................................................................iii
PRAKATA..................................................................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................2
1.3 Manfaat...............................................................................................................................2
1.4 Lingkup Pembahasan..........................................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................................................................3
a. BAB I Pendahuluan............................................................................................................3
b. BAB II Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori........................................................................3
c. BAB III Pelaksanaan PKL.................................................................................................3
d. BAB IV Pembahasan..........................................................................................................4
e. BAB V Kesimpulan dan Saran...........................................................................................4
1.6 Waktu dan Tempat PKL.....................................................................................................4
a. Waktu PKL.........................................................................................................................4
b. Lokasi.................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI........................................................................6
2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................................................6
2.1.1 Umum................................................................................................................................6
2.2 Dasar Teori.........................................................................................................................8
2.2.1 Material konstruksi...........................................................................................................8
2.2.1.1 Beton...............................................................................................................................8
a. Persyaratan bahan penyusun..............................................................................................9
i. Persyaratan Air...................................................................................................................9
ii.Persyaratan Semen..............................................................................................................9
iii. Persyaratan Pasir.............................................................................................................10
iv. Persyaratan Agregat........................................................................................................10
b. Adukan Beton...................................................................................................................11
i. Cara Pembuatan Adukan..................................................................................................11
ii.Jumlah Penggunaan Air....................................................................................................11
iii. Kekentalan Adukan Beton..............................................................................................12
iv. Keunggulan dan Kelemahan Pemakaian Bahan Beton..................................................14

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


vi
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

c. Kekuatan Beton dan Tulangan.........................................................................................15


i. Kekuatan Beton................................................................................................................15
ii.Kekuatan Baja Tulangan..................................................................................................17
iii. Kuat Tarik Baja Tulangan..............................................................................................18
2.2.1.2 Beton Bertulang........................................................................................................19
2.2.2 Pondasi......................................................................................................................20
a. Pengertian Pondasi...........................................................................................................20
b. Fungsi pondasi..................................................................................................................20
c. Jenis-Jenis Pondasi...........................................................................................................20
i. Pondasi Dangkal...............................................................................................................20
ii.Pondasi Gabungan............................................................................................................22
iii. Pondasi Plat.....................................................................................................................22
iv. Pondasi Dalam................................................................................................................23
d. Langkah-Langkah Perancangan Pondasi.........................................................................24
i. Penentuan Kapasitas Dukung Ijin....................................................................................24
ii.Pondasi pada Tanah Pasir.................................................................................................25
iii. Pondasi pada Tanah Lempung.......................................................................................27
iv. Pondasi pada Lanau dan Loess.......................................................................................31
v. Pondasi pada Tanah Organik............................................................................................32
vi. Pondasi pada Tanah c- 𝝋................................................................................................33
vii. Pondasi pada Tanah Timbunan.....................................................................................33
viii. Pondasi pada Batu.........................................................................................................34
2.2.3 Kolom.......................................................................................................................34
a. Pengertian Kolom.............................................................................................................34
b. Jenis-jenis Kolom Beton Bertulang..................................................................................35
c. Kolom Pendek dan Kolom Langsing...............................................................................36
d. Analisis dan Desain..........................................................................................................37
2.2.4 Balok.........................................................................................................................38
a. Prinsip Desain Balok........................................................................................................38
b. Desain Balok.....................................................................................................................39
i. Prinsip - Prinsip Desain Umum.......................................................................................39
ii.Desain Balok Statis Tak Tentu.........................................................................................40
iii. Penggunaan Titik Hubung Konstruksi...........................................................................40
iv. Pengontrolan Distribusi Momen.....................................................................................41
2.2.5 Pelat Lantai...............................................................................................................41
a. Pelat Satu Arah (One Way Slab)........................................................................................42
b. Pelat Dua Arah (Two Way Slab).......................................................................................44
BAB III PELAKSANAAN PKL..............................................................................................46
3.1 Pembahasan.......................................................................................................................65
3.1.1 Pekerjaan Pembuatan Kolom Struktur................................................................................
a. Penentuan As Kolom Struktur..............................................................................................
c. Pemasangan Bekisting Kolom Struktur................................................................................
d. Pengecoran Kolom Struktur..................................................................................................

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


vi
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.1.2 Pekerjaan Pembuatan Balok Struktur..................................................................................
a. Perakitan Tulangan Balok Struktur......................................................................................
b. Pembuatan Bekisiting Balok Struktur...................................................................................
c. Pengecoran Balok Struktur...................................................................................................
3.1.3 Pekerjaan Pembuatan Plat Lantai.................................................................................
a. Perangkaian Begisting..........................................................................................................
b. Perangkaian Tulangan...........................................................................................................
c. Pengecoran............................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................................65
4.1 Pembahasan.......................................................................................................................65
4.1.1 Pekerjaan Pembuatan Kolom Struktur................................................................................
a. Penentuan As Kolom Struktur..............................................................................................
b. Perangkaian dan Pemasangan Tulangan Kolom Struktur....................................................
c. Pemasangan Bekisting Kolom Struktur................................................................................
d. Pengecoran Kolom Struktur..................................................................................................
4.1.2 Pekerjaan Pembuatan Balok Struktur..................................................................................
a. Perakitan Tulangan Balok Struktur......................................................................................
b. Pembuatan Bekisiting Balok Struktur...................................................................................
c. Pengecoran Balok Struktur...................................................................................................
4.1.3 Pekerjaan Pembuatan Plat Lantai.................................................................................
a. Perangkaian Begisting..........................................................................................................
b. Perangkaian Tulangan...........................................................................................................
c. Pengecoran............................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................78
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................78
5.2 Saran.................................................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................81
LAMPIRAN.............................................................................................................................107
1. Surat-Surat Dalam Proses Kegiatan Praktek Kerja Lapangan...........................................108
2. Time Schedule dan Work Breakdown Structure................................................................114

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


vi
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
ix
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai-nilai slump Untuk Berbagai Pekerjaan Beton.................................15

Tabel 2.2 Tulangan Ulir dan Ukurannya..................................................................20

Tabel 2.3 Hubungan N, Konsisteni Tanah, dan Perkiraan Kapasitas Dukung


Aman Untuk Pondasi Pada Lempung.......................................................34

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


vii
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan...........................................................6

Gambar 2.1 Skema Bahan Susun Beton..................................................................9

Gambar 2.2 Hubungan Antara Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Slinder Beton.13

Gambar 2.3 Pengukuran nilai Slump Beton............................................................14

Gambar 2.5 Hubungan Antara Tegangan dan Regangan Tekan Beton...................18

Gambar 2.6 Hubungan Antara Tegangan dan Regangan Tarik Baja Tulangan......21

Gambar 2.7 Pondasi Menerus.................................................................................23

Gambar 2.8 Pondasi Setempat................................................................................24

Gambar 2.9 Pondasi Gabungan..............................................................................24

Gambar 2.10 Pondasi Plat......................................................................................25

Gambar 2.11 Pondasi Tiang Pancang.....................................................................26

Gambar 2.12 Pondasi Tiang Bor............................................................................26

Gambar 2.13 Tumpang Tindih Penyebaran Tekanan Akibat Letak Pondasi


Berdekatan.............................................................................................................32

Gambar 2.14 Kolom Beton....................................................................................39

Gambar 2.15 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Komposisi Material............40

Gambar 2.16 Kelengkungan Tunggal dan Kelengkungan Ganda.........................41

Gambar 2.17 Pelat Satu Arah................................................................................47

Gambar 2.18 Plat Dua Arah..................................................................................47

Gambar 3.1 Hubunga Kerja Unsur – unsur Proyek..............................................51

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pembangunan Proyek Samara Studio...............58

Gambar 4.1 Penentuan As Pondasi.......................................................................85

Gambar 4.2 Pekerjaan Galian Tanah....................................................................86

Gambar 4.3 Lantai Kerja yang Telah Dicor..........................................................87

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


viii
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam (F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.4 Pekerjaan Pemasangan Bekisting Pondasi...........................................87

Gambar 4.5 Pekerjaan Pemasangan Pembesian Layer Bawah................................88

Gambar 4.6 Pekerjaan Pemasangan Pembesian Layer Atas...................................89

Gambar 4.7 Pekerjaan Pemasngan Pipa..................................................................90

Gambar 4.8 Uji Slump dan Sample Untuk Pengujian Laboratorium......................91

Gambar 4.9 Pekerjaaan Pengecoran Pondasi...........................................................91

Gambar 4.10 Detail Penulangan Kolom Pada Shop Drawing.................................93

Gambar 4.11 Tulangan Dirangkai Pada Tempat Pemasangannya..........................93

Gambar 4.12 Pemasangan Begisting Kolom..........................................................94

Gambar 4.13 Proses Pengangkutan Cairan Beton Dari Concrete Mix Truck
Ketempat Kolom Yang Akan Dicor.................................................94

Gambar 4.14 Detail Penulangan Balok Pada Shop Drawing.................................95

Gambar 4.15 Tulangan yang Sudah Selesai Dirangkai..........................................95

Gambar 4.16 Proses Perangkaian Bekisting Balok................................................96

Gambar 4.17 Proses Pengecoran Balok................................................................97

Gambar 4.18 Peerangkaian Begisting....................................................................98

Gambar 4.19 Proses Penyimpana Kurang Baik, Sehingga Menimbulkan


Kerataan Pada Tulangan...................................................................99

Gambar 4.20 Proses Perangkaian Tulangan Plat..................................................100

Gambar 4.21 Proses Pemeriksaan Tulangan dan Deck Sebelum Dilakukan


Pengecoran.....................................................................................101

Gambar 4.22 Proses Pengecoran Plat Lantai........................................................102

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


viii
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman kini menuntut seorang lulusan S1 untuk mampu
menyamai perkembangan teknologi yang kian pesat. Ada pun proses
penyamaan ini berupa kepemilikan akan keterampilan dan keahlian yang
mampu membuat seorang lulusan S1 bersaing di dunia kerja. Selain itu,
meluasnya jaringan komunikasi dan logistik saat ini akibat era globalisasi
juga membuat persaingan di dunia kerja juga ikut meluas hingga jangkauan
internasional. Oleh karena itu, lulusan S1 dari perguruan tinggi Indonesia
diharapkan mampu menguasai ilmu serta keterampilan dalam bidang atau
pun bagian yang ditekuninya. Namun, terdapat pula hal penting yang dapat
meningkatkan kualitas dari seorang lulusan S1 yaitu pengalaman dan
disiplin dari ilmu yang bersangkutan. Pengalaman serta disiplin ini tentunya
diperoleh dari lapangan di mana prinsip dan teori selama pembelajaran di
ruang kuliah diterapkan.
Berawal dari kebutuhan akan tenaga kerja yang sedemikian rupa telah
disebutkan, Jurusan Teknik Sipil di Universitas Mataram memiliki kurikulum
yang mana setiap mahasiswa yang mengambil jenjang S-1 diwajibkan untuk
melaksanakan kegiatan lapangan yang disebut dengan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) sebelum menempuh Tugas Akhir (Skripsi). Dengan adanya
PKL ini diharapkan agar segala teori dan prinsip yang diajarkan selama
kegiatan perkuliahan dapat diperdalam, diaplikasikan, dan disempurnakan
melalui kegiatan lapangan.
Berangkat dari dasar tersebut, penulis melaksanakan Pratik Kerja
Lapangan (PKL) pada proyek pembangunan rusun polsek kawasan
mandalika type 36 dengan kontraktor CV. Galang bulan. Adapun beberapa
aspek yang dapat ditinjau dari proyek ini berupa struktur dan manajemen
konstruksi proyek serta lain sebagainya dari pihak yang lebih berpengalaman
pada lokasi proyek saat PKL berlangsung. Selama PKL pun diharapkan
adanya penjelasan serta penyelarasan akan materi yang diperoleh

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


1
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

1.2 Tujuan

Secara khusus tujuan praktek kerja lapangan ini adalah:

a. Agar mahasiswa dapat mengikuti dan mengamati setiap titik pekerjaan


struktural proyek konstruksi, meliputi pekerjaan balok ,kolom dan pelat
lantai.
b. Agar mahasiswa dapat mengamati permasalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan struktural proyek konstruksi, meliputi pekerjaan balok, kolom
dan pelat lantai.

1.3 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam pelaksanaan praktek kerja


lapangan ini adalah:

a. Dapat mengerti dan memahami pekerjaan struktural proyek konstruksi,


meliputi pekerjaan balok, kolom dan pelat lantai.

b. Dapat menganalisa dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada


pekerjaan struktural dan proyek konstruksi meliputi pekerjaan balok,
kolom dan pelat lantai.

1.4 Lingkup Pembahasan

Pada pelaksanaan suatu proyek perlu menentukan dan mengatur


langkah setiap jenis pekerjaan dari awal hingga siapnya pekerjaan
tersebut. hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang
disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan untuk pengarahan
tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan sehingga pemakaian waktu
dan bahan serta kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan
rencana kerja dan syarat-syarat atau biasa disebut juga dengan RKS.

Jenis-jenis pekerjaan dalam proyek pembangunan rusun polsek


kawasan mandalika type 36. meliputi pekerjaan struktur, arsitektur,
elektrikal dan mekanikal. Karena terbatasnya waktu yang dialokasikan
untuk kegiatan PKL, maka dalam kegiatan PKL ini dibatasi pada lingkup
pelaksanaan proyek

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


2
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

dengan tiga fokus utama jenis pekerjaan struktural yaitu:

a) Pekerjaan balok

b) Pekerjaan kolom

c) Pekerjaan plat lantai

Data-data yang dibutuhkan untuk analisis selanjutnya akan disebutkan


dan disajikan di dalam bab 3 tentang pelaksanaan PKL.
1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan PKL ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:


a. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisi uraian singkat untuk menjelaskan atau
memperkenalkan pekerjaan dan instansi lembaga penelitian/BUMN/
perusahaan tempat PKL dilaksanakan secara garis besar tetapi
menyeluruh. Uraian ini mencakup gambaran umum, latar belakang,
tujuan, manfaat, lingkup pembahasan, sistematika, waktu dan tempat
PKL.
b. BAB II Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori
Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil
studi terdahulu yang diperoleh dari pustaka dan yang ada hubungannya
dengan topik PKL yang dilakukan. Dalam penyajian ini, akan
ditunjukkan bahwa topik dan permasalahan yang akan ditinjau belum
terjawab atau belum terpecahkan. Fakta-fakta yang dikemukakan sejauh
mungkin diambil dari sumber aslinya. Semua sumber yang digunakan
disebutkan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan,
sesuai dengan yang tercantum pada daftar pustaka.
Dasar Teori memuat dasar-dasar teori secara garis besar yang
dijabarkan oleh mahasiswa PKL dan merupakan tuntunan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi di lokasi PKL sesuai dengan materi
PKL. Dasar teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis
atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan materi PKL
yang dibahas meliputi kegiatan pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


3
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
c. BAB III Pelaksanaan PKL
Bagian ini memuat tugas dan tanggung jawab mahasiswa PKL
di lokasi PKL, detail kegiatan yang dilaksanakan pada saat PKL dengan
penjelasan secara lengkap dan data-data yang diperoleh dalam
pelaksanaan kegiatan PKL antara lain data umum dan data teknis.
Data umum: berisi penjelasan tentang gambaran umum proyek, pemilik
proyek, pelaksana dan pengawas pekerjaan, sumber dana beserta
besarnya dana, masa pelaksanaan proyek, personalia dan organisasi
pelaksanaan proyek dan lain sebagainya. Data khusus: berisi penjelasan
tentang bagian-bagian proyek dengan dimensinya, jenis struktur, jenis
dan mutu bahan, peraturan standar yang digunakan dan lain sebagainya.
Dilengkapi dengan gambar denah dan detail penampang yang dianggap
perlu sesuai fokus pekerjaan yang diambil.
d. BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil-hasil kegiatan sekaligus permasalahan
yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan PKL pada lokasi proyek
sesuai dengan materi PKL, disertai analisis dan pembahasan terhadap
permasalahan yang terjadi. Dikemukakan dalam bentuk tabel, gambar,
flowchart, algoritma, yang ditempatkan sedekat mungkin dengan
pembahasan agar lebih mudah mengikuti uraian.
e. BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran dinyatakan secara terpisah. Kesimpulan
merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil PKL
guna menjawab tujuan yang ingin dicapai. Saran dibuat berdasarkan
pengalaman dan pertimbangan pelaksanaan PKL yang didasari adanya
berbagai kenyataan di lapangan, sebagai bahan rekomendasi untuk
kegiatan PKL selanjutnya.

1.6 Waktu dan Tempat PKL

a. Waktu PKL

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada "Proyek


Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 " selama 6 bulan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


4
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
terhitung mulai dari tanggal 19 juli 2023 sampai dengan 15 April 2024
sesuai dengan surat nomor 192/UN18.F6/EP/2024.

Pada saat pelaksanaan PKL mahasiswa mengikuti kegiatan


pekerjaan struktural, serta konsultasi dan penyusunan laporan. Pada
kegiatan pekerjaan struktur mahasiswa mengamati proses pengerjaan
struktural seperti:

a) Pekerjaan balok
b) Pekerjaan kolom
c) Pekerjaan pelat lantai

Pada kegiatan konsultasi dan penyusunan laporan mahasiswa


membuat laporan kegiatan PKL selama waktu yang sudah dialokasikan.
Dalam proses penyusunan laporan PKL dikonsultasikan dengan
pembimbing lapangan dan pembimbing PKL.

b. Lokasi
Proyek “ Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36.
Berlokasi JL. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


5
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 1.2 Gambaran Lokasi Proyek

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Umum
Proyek secara umum merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang
dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang owner atau pemilik
pekerjaan yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan
oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan keinginan dari owner atau
pemilik proyek dan spesifikasi yang ada. Dalam pelaksanaan proyek
pemilik proyek dan pelaksana proyek mempunyai hak yang diterima dan
kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang
telah disetujui bersama antara pemilik proyek dan pelaksana proyek.

Proyek juga merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan


tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas dan juga
bermanfaat untuk kepentingan masyarakat dan makhluk hidup lainnya
serta dilindungi oleh peraturan dan hukum yang telah dinyatakan dalam
suatu kontrak yang telah disepakati titik. Namun, kegiatan rutin dan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


6
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
berulang dan tidak tidak dapat digolongkan sebagai proyek. Misalnya
pemeliharaan jalan rutin kabupaten, pemeliharaan gedung dan lain-lain.
Sehingga proyek konstruksi merupakan suatu upaya untuk mencapai hasil
dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Proyek merupakan gabungan
dari daya manusia, material, peralatan dan modal atau biaya yang
dihimpun dalam suatu organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan
tujuan.
Suatu pekerjaan konstruksi tidak selalu dapat dikategorikan
sebagai proyek konstruksi tetapi harus memiliki kriteria-kriteria antara
lain:
a. Dimulai dari awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan diakhiri
dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan) serta mempunyai

jangka waktu yang umumnya terbatas.


b. Rangkaian kegiatan tersebut hanya satu kali sehingga menghasilkan
produk yang unik. Jadi tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah
proyek yang sejenis.

Secara lebih spesifik Badiru (1995) dan Gazalba (2005)


menjelaskan terdapat lima karakteristik yang harus dipenuhi oleh sebuah
proyek yaitu:
a. Mempunyai tujuan dan batasan yang spesifik.
b. Membutuhkan waktu spesifik yaitu terdapat awal dan akhir kegiatan.
c. Ketersedian sumber daya yang terbatas, baik biaya, sumber alam
maupun sumber daya manusia.
d. Mempunyai unjuk kerja yang terukur dan terdefinisi.
e. Mempunyai skala pengukuran untuk meninjau kembali pekerjaan.

Umumnya terdapat empat tipe proyek konstruksi yaitu konstruksi


pemukiman, gedung, rekayasa berat dan industri yang dijelaskan oleh
Barrie (1995) dan Gazalba (2005). Berdasarkan pembagian empat tipe
tersebut, proyek ini termasuk kedalam tipe proyek konstruksi gedung.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


7
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Adapun Fokus utama kegiatan pelaksanaan PKL ini adalah pada
pekerjaan struktural yaitu:

a. Pekerjaan balok
b. Pekerjaan kolom
c. Pekerjaan plat lantai
2.2 Dasar Teori

2.2.1 Material konstruksi

2.2.1.1 Beton
Menurut (Fuad, dkk. 2015), beton merupakan salah satu bahan
konstruksi yang telah umum digunakan. Bahan penyusun beton terdiri
dari bahan semen, agregat kasar, agregat halus, air. Untuk mengetahui
dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun
beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-
masing komponen. Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan
sebagai komponen struktural beton memegang peranan penting dalam
menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan sebab
agregat halus mengisi sebagian besar volume.

Campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen,


yang berfungsi sebagai bahan ikat. Sedangkan pasir dan kerikil
merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai bagai bahan pengisi
sekaligus bahan yang diikat oleh pasta semen. Ikatan antara pasta semen
dengan agregat ini menjadi satu kesatuan yang kompak dan akhirnya
dengan berjalannya waktu akan menjadi keras serta padat yang disebut
beton.

Skema bahan susun beton dapat dilukiskan seperti pada gambar 2.1

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


8
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

a. Persyaratan bahan penyusun

Kualitas beton sangat ditentukan oleh kualitas bahan susunnya.


Oleh karena itu agar diperoleh beton yang baik, maka harus dipilih bahan
susun yang berkualitas dengan baik pula. Bahan susun yang baik ini
mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang sedapat mungkin
dipenuhi.

i. Persyaratan Air
Dalam SNI-03-2847-2002 air yang dapat digunakan pada
campuran beton harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung
oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya
yang merugkan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada
beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air
bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung
ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada
beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
(1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan
pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang
sama.
(2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji
mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat
diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya
sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan
air yang dapat diminum.

ii. Persyaratan Semen


Semen (sering disebut dengan semen Portland) yang dipakai di
Indonesia dibagi menjadi lima jenis menurut SNI 15-2049-2004 ,
yaitu:

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


9
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
• Jenis 1: semen Portland untuk penggunaan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusus.
• Jenis 2: semen portland untuk produk beton tahan sulfat dan
mempunyai panas hidrasi tinggi.
• Jenis 3: semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal
tinggi (cepat mengeras).
• Jenis 4: semen Portland untuk beton yang memerlukan panas
hidrasi tinggi.

• Jenis 5: semen Portland untuk beton yang sangat tahan


terhadap sulfat.

iii. Persyaratan Pasir


Pasir merupakan agregat halus yang mempunyai ukuran diameter
1 mm- 5mm. Pasir yang digunakan sebagai bahan beton, harus
memenuhi syarat berikut SK SNI – S – 04 – 1989 – F: 28:
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras
dengan indeks kekerasan < 2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat
sebagai berikut:
• jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
• jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila
pasir mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus
dicuci.

• Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu


banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
Abrans–Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.

• Tidak boleh digunakan pasir laut (kecuali dengan petunjuk


staf ahli), karena pasir laut ini banyak mengandung garam
yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

iv. Persyaratan Agregat

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


10
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
1) Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan
berikut SNI-03-2847-2002:
• "Spesifikasi agregat untuk beton" (ASTM C 33).
• SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk
beton struktur.
2) Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak
melebihi:

• 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun


• 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
• 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau
kawat-kawat, bundel tulangan, atau tendon-tendon
prategang atau selongsong-selongsong.

b. Adukan Beton
i. Cara Pembuatan Adukan
Beton dibuat dengan cara mencampur semen portland
dengan air, ditambah pasir dan kerikil, kemudian diaduk hingga
merata. Adukan yang baru dibuat ini disebut adukan beton. Jika
adukan ini dibiarkan, lama- kelamaan akan menjadi keras dan
padat.
Jika salah satu atau beberapa jenis campuran bahan susun
dikurangi, maka tidak terjadi adukan beton, tetapi akan diperoleh

jenis adukan yang lain. Misalnya, jika semen portland dicampur


dengan air, kemudian ditambah pasir saja dan diaduk hingga
merata, maka akan diperoleh adukan mortar. Tetapi, jika semen
Portland tersebut dicampur dengan air saja kemudian diaduk
hingga merata, maka akan diperoleh adukan pasta semen. Baik
adukan mortar maupun adukan pasta semen ini apabila dibiarkan,
lama kelamaan juga menjadi keras dan padat.

ii. Jumlah Penggunaan Air

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


11
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Menurut (Sari, dkk.2015), faktor air semen (FAS) atau
water cement ratio (wcr) adalah indikator yang penting dalam
perancangan campuran beton karena FAS merupakan
perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen dalam suatu
campuran beton. Jadi dapat dikatakan:
𝐹𝐴𝑆 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛

Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan


mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah
tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Jika
FAS semakin rendah, maka beton akan semakin sulit untuk
dipadatkan. Dengan demikian, ada suatu nilai FAS yang optimal
yang dapat menghasilkan kuat tekan beton yang maksimal.
Menurut Tjokrodimulyo (2007) umumnya nilai FAS yang
diberikan dalam praktek pembuatan beton min. 0,4 dan max. 0,65.

iii. Kekentalan Adukan Beton


Untuk mengetahui konsistensi atau tingkat kekentalan
adukan beton dilaksanakan dengan cara pengujian penurunan
adukan atau lazim disebut dengan pengujian slump. Alat utama
yang dipakai untuk pengujian slump, yaitu:
• Kerucut Abrams, dengan diameter lubang atas 10 cm,
diameter lubang bawah 20 cm dan tingginya 30 cm. Kerucut
ini terbuat dari baja, sehingga peresapan air ke dinding tidak
dimungkinkan.

• Tongkat baja yang ujungnya dibulatkan, dengan diameter 16


mm dan panjangnya 60 cm.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


12
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
• Talam atau tempat adukan beton yang tidak
menyerap air. Pengujian slump dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut dengan tiga lapis
yang kira-kira volumenya sama, dan setiap lapis ditusuk-tusuk
dengan tongkat baja sebanyak 25 kali.
b. Permukaan atas diratakan, dan ditunggu 60 detik, sambal
menyingkirkan adukan beton yang tumpah di sekitar kerucut.
c. Kerucut ditarik vertikal ke atas dengan hati-hati sehingga
adukan beton akan turun.
d. Nilai slump diperoleh dengan mengukur besar penurunan adukan
beton dari tinggi semula, seperti tampak pada Gambar 2.3

Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton dapat dilihat


pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Nilai-nilai Slump untuk Berbagai Pekerjaan Beton

Besar kecilnya niali slump pada adukan beton, bergantung

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


13
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
pada banyak-sedikitnya jumlah air yang dicampurkan pada
adukan. Makin banyak air yang dicampurkan pada adukan, maka
makin encer sehingga penurunan adukan makin besar. Jadi nilai
slump-nya juga makin besar.

iv. Keunggulan dan Kelemahan Pemakaian Bahan Beton


Bahan bangunan yang berupa beton ini sekarang banyak dipakai
untuk konstruksi bangunan, bahkan (hampir) setiap hari dijumpai
bangunan yang terbuat dari beton, mulai dari yang sederhana
(misalnya patung kecil) sampai pada bangunan besar (gedung
bertingkat, jembatan, jembatan layang, bendungan, dermaga dan
sebagainya). Bangunan yang menggunakan konstruksi beton
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu:
• Beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran.
• Beton sangat kokoh dan kuat terhadap gempa bumi, getaran
maupun beban angin.
• Berbagai bentuk konstruksi dapat dibuat dari bahan beton
menurut selera perancang dan pemakai.

• Biaya pemeliharaan atau perawatan sangat sedikit (tidak ada).


Dari pengalaman pada jembatan baja, setiap jangka waktu
tertentu jembatan tersebut harus dicat ulang, agar bahan baja
tidak berkarat dan tidak terjadi keropos atau rusak. Dengan
demikian biaya perawatan pada jembatan baja ini cukup
mahal. Tetapi jika digunakan jembatan dari konstruksi beton
bertulang, maka biaya perawatannya hampir tidak ada.

Bangunan yang menggunakan konstruksi beton bertulang


juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah


retak. Oleh karena itu, perlu diberi baja tulangan atau tulangan
kasa (meshes).
b. Konstruksi beton ini berat, sehingga jika dipakai pada
bangunan harus

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


14
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
c. Untuk memperoleh hasil beton dengan mutu yang baik, perlu
biaya
d. Konstruksi beton tak dapat dipindah, disamping itu bekas
(rongsokan) disediakan pondasi yang cukup besar atau kuat.
Pengawasan tersendiri beton tidak ada harganya.
c. Kekuatan Beton dan Tulangan
i. Kekuatan Beton
• Kuat tekan beton. Karena sifat utama dari beton adalah sangat
kuat jika menerima beban tekan, maka mutu beton umunya
hanya ditinjau terhadap kuat tekan beton tersebut. Sifat yang
lain (misalnya: kuat tarik, modulus elastisitas beton) dapat
dikorelasikan terhadap kuat tekan beton. Menurut SNI T-15-
1991- 03 dan SNI 03-2847-2002, kuat tekan beton diberi
notasi dengan fc', yaitu kuat tekan silinder beton yang
disyaratkan pada waktu berumur 28 hari.

Mutu beton dibedakan atas tiga macam menurut kuat tekannya,


yaitu:
1) Mutu beton dengan fc kurang dari 10 MPa,
digunakanuntuk beton non struktur (misalnya kolom
praktis dan balok praktis).
2) Mutu beton dengan fc antara 10 MPa sampai 20 MPa
digunakan untuk beton struktur (misalnya balok, kolom,
pelat maupun pondasi).
3) Mutu beton dengan fe sebesar 20 MPa ke atas, digunakan
untuk struktur beton yang direncanakan tahan gempa.
Untuk pengujian kuat tekan beton, benda uji berupa
silinder beton berdiameter 15 cm dan tingginya 30 cm
ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban
tekan P, maka terjadi tegangan tekan pada beton (Ga)
sebesar beban
(P) dibagi dengan luas penampang beton (A), dapat dilihat
pada Persamaan 2.1.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


15
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
dengan:
𝜎c = 𝑃/𝐴 (2.1)
𝜎c = tegangan tekan beton,
MPa. P = besar beban tekan, N.
A = luas penampang beton, mm2
Beban P tersebut juga mengakibatkan bentuk fisik silinder
beton berubah menjadi lebih pendek, sehingga timbul
regangan tekan pada beton (E) sebesar pemendekan beton
(ΔL) dibagi dengan tinggi awal silinder beton (Lo), dapat
dilihat pada Persamaan 2.2.
Ec’ = ΔL / Lo. (2.2)
dengan:
Ec’ = regangan tekanan beton.
ΔL = perpendekan beton, mm.
Lo = tinggi awal silinder beton, mm.
Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

• Kuat tarik beton.


Perilaku beton pada saat diberikan beban aksial tarik agak
sedikit berbeda dengan prilakunya pada saat diberikan beban
tekan. Hubungan antara tegangan dan regangan tarik beton

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


16
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
umumnya bersifat linier sampai terjadinya retak yang
biasanya langsung diikuti oleh keruntuhan beton. Kuat tarik
beton (fet) jauh lebih kecil dari pada kuat tekannya, dapat
dilihat pada Persamaan 2.3.
Fct = 10%.fc’ (2.3)
Menurut Pasal 13.4.2.2 SNI 03-2847-2002, hubungan antara
kuat tarik langsung fr terhadap kuat tekan beton fe' dinyatakan
dengan Persaman 2.4.
Fet = 0,33.(fc’) 0,5. (2.4)

• Modulus elastisitas beton.


Dari hubungan tegangan-regangan tekan beton pada Gambar
2.5, terlihat sudut 𝛼 yaitu sudutantara garis lurus kurva yang
ditarik dari kondisi tegangan nol sampai tegangan tekan
sebesar 0,45.fc’ dan garis regangan

Ec’ Modulus elastisitas beton (Ec) merupakan tangen dari sudut


𝛼 tersebut. Menurut Pasal 10.5 SNI 03-2847-2002, modulus
elastisitas beton Ec dapat ditentukan berdasarkan berat normal
Wc dan kuat tekan beton fc’ dapat dilihat pada Persamaan 2.5.
Ec = (Wc)1.5.0,043.(fc’)0.5 (2.5)
dengan: Wc = 1500~2500 kg/m3
Untuk beton normal, nilai Ec dapat dilihat pada Persamaan 2.6
Ec = 4700.(fc’)0.5 (2.6)
ii. Kekuatan Baja Tulangan
• Jenis baja tulangan menurut SNI 03-2847-2002 tulangan yang
dapat digunakan pada elemen beton bertulang dibatasi hanya
pada baja tulangan dan kawat baja saja. Belum ada peraturan
yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja
tulangan atau kawat baja saja.
Baja tulangan yang tersedia di pasaran ada dua jenis, yaitu
baja tulangan polos (BJTP) dan baja tulangan ulir (BJTD) atau
deform. Tulangan polos biasanya igunakan untuk tulangan
geser/begel/sengkang, dan mempunyai tulangan leleh ()

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


17
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan ukuran
ø 6, 8, ø 12, 14, dan ø 16 (dengan ø adalah simbol yang
menyatakan diameter tulangan polos). Tulangan ulir atau
deform digunakan untuk tulangan longitudinal atau tulangan
memarnjang, dan mempunyai tegangan leleh (f) minimal 300
MPa (disebut BJTD-30). Ukuran diameter nominal tulangan
ulir yang umumnya tersedia di pasaran dapat dilihat pada
Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tulangan Ulir dan Ukurannya


Jenis Tulangan Diameter Nominal Berat per m
(mm) (kg)
D10 10 0,617
D13 13 1,042
D16 16 1,578
D19 19 2,226
D22 22 2,984
D25 25 3,853
D29 29 5,185
D32 32 6,313
D36 36 7,990
(Sumber: Asroni, 2010)

Yang disebut dengan diameter nominal tulangan ulir adalah


ukuran diameter dari tulangan ulir tersebut disamakan dengan
diameter tulangan polos dengan syarat kedua tulangan ulir dan
polos mempunyai berat per satuan panjang sama.
iii. Kuat Tarik Baja Tulangan.
Meskipun tulangan juga mempunyai sifat tahan terhadap
beban tekan, tetapi karena harganya cukup mahal maka baja
tulangan ini hanya diutamakan untuk menahan beban tarik pada
struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang bekerja
cukup ditahan oleh betonnya. Hubungan antara tegangan dan
regangan Tarik baja tulangan dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


18
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

2.2.1.2 Beton Bertulang


Pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan logis
dari dua jenis bahan/material yaitu beton polos dan tulangan baja.
Beton polos merupakan bahan yang memiliki kekuatan tekan yang
tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah.
Sedangkan tulangan baja akan memberi kekuatan tarik yang besar
sehingga tulangan baja akan memberi kekuatan tarik yang
diperlukan. Dengan adanya kelebihan masing-masing elemen
tersebut, maka konfigurasi antara beton dan tulangan baja
diharapkan dapat saling bekerja sama dalam menahan gaya-gaya
yang berkerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan ditahan
oleh beton dan tarik ditahan oleh tulangan baja (Naibaho, 2008).

Baja dan beton dapat bekerja sama atas dasar beberapa hal:
1. Lekatan (bond) yang merupakan interaksi antara tulangan baja
dengan beton di sekelilingnya, yang akan mencegah slip dari
baja relatif terhadap beton.
2. Campuran beton yang memadai yang memberikan sifat
antiresap yang cukup dari beton untuk mencegah karat baja.
3. Angka kecepatan muai yang relatif serupa menimbulkan
tegangan antara baja dan beton yang dapat diabaikan di bawah

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


19
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
perubahan suhu udara.

2.2.2 Pondasi
a. Pengertian Pondasi

Pondasi merupakan unsur penting untuk semua bangunan teknik


sipil. Setiap bangunan: gedung, jembatan, jalan raya, terowongan,
kanal atau bendungan dibangun di atas permukaan tanah. Dalam hal
ini perlu mengetahui daya dukung tanah, pola distribusi tegangan
dalam tanah di bawah daerah pembebanan, kemungkinan penurunan
pondasi, pengaruh atau dampak air tanah, getaran dan lain-lain.
Christady (2010) menyatakan bahwa pondasi adalah bagian terendah
dari bangunan yang meneruskan beban ke tanah atau batuan yang ada
di bawahnya. Sarito dan Trimanto (1996), struktur bawah bangunan
yang berfungsi mendukung seluruh berat bangunan, yang meliputi
berat sendiri dari berat beban-beban yang ada meneruskannya ke tanah
yang berada di bawahnya.

b. Fungsi pondasi
Menurut Imam Subarkah (1980) pondasi berfungsi untuk
menjamin kedudukan bangunan, mencegah bangunan turun (melesak)
tidak rata yang menyebabkan pecah-pecah.

Pondasi berfungsi untuk meneruskan reaksi terpusat dari kolom


dan dinding ataupun beban- beban lateral dari diding penahan tanah ke
tanah tanpa terjadinya penurunan pada sistem strukturnya dan tidak
terjadi keruntuhan pada tanah.

c. Jenis-Jenis Pondasi
Danto dan Trimanto (1996) menguraikan jenis-jenis pondasi yaitu:

1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal biasanya dilaksanakan pada tanah dengan
kedalaman tidak lebih dari tiga meter atau sepertiga dari lebar

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


20
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
alas pondasi. Dengan kata lain, pondasi ini diterapkan pada tanah
yang keras atau stabil yang mendukung struktur yang tidak
terlalu berat dan tinggi.
Pondasi dangkal terbagi atas empat yaitu:
i. Pondasi Menerus
Pondasi menerus berada diseluruh panjang tembok atau
dinding bangunan, yang mempunyai kedalaman tanah keras
8- 12 cm dari permukaan tanah asli. Pondasi menerus dapat
dilihat pada Gambar 2.7.

ii. Pondasi Setempat


Pondasi setempat dibuat pada tempat-tempat tertentu,
misalnya pada setiap pertemuan dinding dengan jarak
tertentu yang panjang kolom utamanya sudah ditentukan.
Pondasi ini mempunyai kedalaman 1,20 meter dari
permukaan tanah asli.
Pondasi setempat dapat dilihat pada Gambar 2.8

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


21
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
2. Pondasi Gabungan
Pondasi Gabungan hampir sama dengan pondasi setempat,
namun dari beberapa kolom digabung dengan satu plat sebagai
alas atau dasar pondasi. Hal ini dilakukan guna meningkatkan
daya dukung pondasi maupun jarak kolom terlalu dekat. Pondasi
Gabungan dapat dilihat pada Gambar 2.9.

3. Pondasi Plat
Pondasi Plat merupakan pondasi yang dibuat di seluruh
luas bangunan yang pada umumnya terbuat dari beton bertulang
dan diperkuat dengan balok-balok beton dibawahnya. Pondasi ini
dibuat pada lantai dibawah permukaan tanah (Basement) dan
diatasnya dapat berfungsi sebagai tempat parkir, gudang maupun
ruang mesin. Pondasi Plat dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


22
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
4. Pondasi Dalam
Pondasi Dalam mempunyai kedalaman lebih dari 6,00
meter dari permukaan tanah asli. Pondasi dalam dibagi dua
yaitu:

i. Pondasi Tiang Pancang


Pondasi Tiang Pancang merupakan pondasi dalam,pada
umumnya terbuat dari bahan tiang pancang beton bertulang,
yang dipancangkan menggunakan mesin. Jika dalam satu
pondasi terdapat lebih dari satu tiang pancang, maka untuk
menyatukan dibuat poer (pile cap) yang nantinya menjadi
tumpuan kolom utama. Pondasi tiang pancang dapat dilihat
pada Gambar 2.1

ii. Pondasi Tiang Bor (Bored Pile)


Pondasi ini hampir sama dengan pondasi tiang pancang,
namun cara pembuatannya dengan cara pengeboran tanah,
kemudian dipasang tulangan, selanjutnya baru dicor dengan
beton. Pondasi Tiang Bor dapat dilihat pada gambar 2.12

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


23
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Pemilihan jenis pondasi bergantung pada beban yang harus
didukung,Kondisi tanah pondasi dan biaya pembuatan
pondasi yang dibandingkan terhadap biaya struktur atasnya.

d. Langkah-Langkah Perancangan Pondasi


1) Menentukan jumlah beban efektif yang akan ditransfer ke tanah
di bawah pondasi. Untuk perancangan tulangan, perlu ditentukan
besarnya beban mati dan beban hidup. Beban-beban terscbut
harus dikalikan faktor-faktor pengali tertentu menurut peraturan
yang berlaku.
2) Menentukan nilai kapasitas dukung ijin (qa). Luas dasar pondasi,
secara pendekatan ditentukan dari membagi jumlah beban efcktif
dengan kapasitas dukung ijin (q).
3) Didasarkan pada tckanan yang terjadi pada dasar pondasi, dapat
dilakukan perancangan struktur dari pondasinya, yaitu dengan
menghitung momen-momen lentur dan gaya-gaya geser yang
terjadi pada pondasi.
1. Penentuan Kapasitas Dukung Ijin
Penentuan kapasitas dukung ijin, kecuali diperhitungkan
terhadap keruntuhan tanah juga harus diperhitungkan terhadap
penurunan toleransi. Besarnya kapasitas dukung ijin (q)
tergantung dari sifat-sifat teknis tanah (c dan 𝜑), kedalaman,
dimensi pondasi dan besarnya penurunan yang ditoleransikan.
Hitungan kapasitas dukung dapat dilakukan berdasarkan
karakteristik kuat geser tanah yang diperoleh dari uji tanah di
laboraturium dan uji di lapangan, atau dengan cara empiris
didasarkan pada alat uji tertentu. Seperti uji SPT dan uji kerucut
statis (sondir) dan lain-lain.
Bila hitungan kapasitas dukung tanah didasarkan pada
karakteristik tanah dasar, kapasitas dukung ultimit untuk dimensi
pondasi dan kedalaman tertentu dihitung, kemudian kapasitas
dukung ijin ditentukan dengan membagi kapasitas dukung ultimit
dengan factor aman yang sesuai. Nilai yang diperoleh, masih

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


24
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
harus tetap dikontrol terhadap penurunan yang terjadi, yang

dihitung berdasarkan nilai kapasitas dukung yang telah diperoleh


tersebut. Jika penurunan yang dihitung lebih besar dari syarat
penurunan yang ditoleransikan, nilai kapasitas dukung harus
dikurangi, sampai syarat besar penurunan terpenuhi.
Kapasitas dukung tanah juga dapat diperoleh dari
persamaan-persamaan empiris hasil pengujian di lapangan
(terutama untuk pasir) atau dari kapasitas dukung tanah yang
diperoleh dari pengalaman di lapangan.
Nilai faktor aman umumnya diperhitungkan terhadap
ketelitian hasil uji tanah, kondisi lokasi pembangunan,
pengawasan saat pembangunan dan derajat ketidaktentuan dari
persamaan kapasitas dukung yang digunakan. Faktor aman
terhadap keruntuhan kapasitas dukung akibat beban maksimum
disarankan sama dengan tiga. Faktor aman lebih kecil
diperbolehkan jika struktur yang dibangun tidak penting. Faktor
aman tiga adalah sangat hati-hati, guna menanggulangi
ketidaktentuan variasi kondisi tanah dasar. Bila pembebanan
berupa kombinasi beban beban permanen dan beban-beban
sementara, factor aman kurang dari tiga dapat digunakan. Untuk
beban-beban yang bersifat sementara faktor aman sering diambil
dua. Jika hasil uji tanah meragukan atau kondisi lokasi sulit
sehingga banyak memberikan gangguan terhadap pembangunan
pondasi, maka faktor aman lebih besar tiga dapat digunakan
(Anonim, 2013).
2. Pondasi pada Tanah Pasir
Pasir kepadatan sedang sampai padat umumnya
mempunyai kapasitas dukung tinggi dan kuat gesernya tidak
begitu dipengaruhi oleh perubahan kadar air. Namun, kuat geser
pasir sangat dipengaruhi oleh getaran, misalnya getaran akibat
pemancangan tiang atau gempa bumi. Perancangan pondasi pada

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


25
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
tanah pasir dan kerikil lebih banyak dipertimbangkan
terhadap penurunan toleransi dan penurunan tidak seragam.
Umumnya, perancangan didasarkan pada cara-cara empiris yang
dikaitkan dengan hasil-hasil pengujian di lapangan, seperti uji
SPT, uji kerucut statis dan uji beban pelat. Untuk tanah-tanah
timbunan atau tanah-tanah yang mengandung banyak batuan,
pengujian- pengujian yang lain sulit dilaksanakan.
Kapasitas dukung pasir dapat diperoleh dengan
melakukan uji SPT atau sondir. Jumlah titik uji bergantung pada
macam bangunan dan denah atau jumlah pondasinya. Disarankan
untuk mengadakan 1 unit uji SPT untuk setiap empat sampai enam
buah pondasi. Dalam penentuan kapasitas dukung
pondasidangkal, nilai N ditentukan pada tiap interval 2,5 ft (atau
kira-kira 76 cm) pada arah vertikal. Nilai N rata-rata dihitung
mulai dari kedalaman dasar pondasi Dr sampai kedalaman Dr+ B,
dengan B adalah lebar pondasi. Kemudian, nilai N rata-rata
terkecil dipakai untuk menghitung besarnya kapasitas dukung
yang aman untuk seluruh pondasi bangunan.
Pasir halus yang sangat tidak padat (N = 5) dan terendam
air, oleh pengaruh getaran yang kuat (gempa) dapat
mengakibatkan pondasi turun tajam oleh adanya liquefaction.
Liquefaction terjadi akibat naiknya tekanan air pori secara
mendadak dalam pasir halus yang terendam air oleh akibat getaran
kuat sehingga tegangan efektif dalam tanah menuju ke nol. Hal
ini, mengakibatkan kuat geser tanah (kapasitas dukung tanah)
juga menuju nol. Pada kedudukan ini, pasir berubah sifatnya
menjadi seperti cairan kental atau menjadi bubur.
Perubahan muka air mendadak pada pasir tidak padat yang
mula-mula kering atau lembab oleh akibat banjir dapat pula
mengakibatkan penurunan. Perhatian khusus juga harus diberikan
jika pondasi mesin terletak pada tanah pasir yang tidak padat
sampai berkepadatan sedang. Getaran mesin dapat

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


26
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
menimbulkan penurunan pasir yang besar. Oleh karena itu, jika
pondasi terletak pada tanah pasir yang tidak padat, maka tanah
harus dipadatkan.
Jika pasir semakin ke bawah semakin padat, maka lebih
baik kedalaman dasar pondasi diambil agak lebih dalam untuk
memperoleh kapasitas dukung yang lebih tinggi. Biaya yang
dikeluarkan mungkin akan lebih rendah dari pada bila dasar
pondasinya diletakkan pada lapisan yang kurang padat di atasnya,
karena lebar pondasi menjadi lebih kecil dan stabilitas pondasi
lebih terjamin. Namun, lain halnya jika lapisan tanah yang lebih
bawah terendam air tanah. Penggalian tanah pasir di dalam air
sulit dilaksanakan walaupun kedalaman airnya tidak terlalu tinggi,
karena tebing galian akan selalu longsor lagipula mengganggu
kepadatan tanah dasar. Aliran air yang tidak terkontrol dapat
membuat tanah menjadi berongga dan mengurangi kapasitas
dukung. Stabilitas galian pondasi pada tanah pasir dapat tercapai
bila digunakan pemompaan yang baik. Jika kapasitas dukungyang
cukup tidak diperoleh, dapat digunakan pondasi tiang. Cara
pemompaan tidak menimbulkan resiko pada tanah yang berkrikil
sangat tinggi, biaya pemompaan menjadi besar. Saat penggalian
pondasi, pasir lembab dan pasir yang rekat, pada kondisi alamnya
dapat digali dengan kemiringan tebing yang curam, bila dasar
galian masih di atas muka air tanah. Akan tetapi, penahan tebing
harus diberikan bila dasar galiannya sangat dalam dan sempit.
Sebab, longsor mendadak dapat terjadi akibat pengeringan atau
getaran yang kuat. Jika muka air tanah tinggi untuk proyek besar
sering lebih ekonomis jika digunakan pondasi tiang.
3. Pondasi pada Tanah Lempung
Nilai kapasitas dukung ultimit lempung, umumnya tidak
bergantung pada lebar pondasi. Hal ini kebalikan dari pondasi
tanah pasir, yang kapasitas dukungnya bertambah besar bila lebar
pondasi bertambah. Kapasitas dukung ijin lempung lunak

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


27
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
umumnya lebih ditentukan oleh besarnya penurunan yang terjadi,
terutama penurunan tak seragam. Hitungan kapasitas dukung
pondasi pada tanah lempung dilakukan pada tinjauan analisis
tegangan total atau diguanakan kuat geser tak terdrainasi (Cu)
dengan Qu= 0. Kuat geser tanah yang digunakan dapat diperoleh
dari uji triaksial UU atau dari uji tekan bebas. Jika lempung tidak
mengandung pasir atau lanau, nilai Cu dapat diperoleh dari uji
geser kipas (vane shear test) di lapangan. Pengujian dilakukan
pada tiap-tiap kedalaman 30 cm di sepanjang garis vertikal di
bawah dasar pondasi.
Untuk perancangan pondasi dangkal, pada pengambilan
contoh tanah saat pengeboran, contoh tanah tak terganggu
(undisturbed sample) diambil mulai dari dasar pondasi sampai
pada kedalaman minimum (Dr + 1,5B), dengan Dr adalah
kedalaman dasar pondasi dari muka tanah dan B adalah
lebarpondasi. Contoh- contoh tanah yang diperoleh, selain
digunakan untuk uji kuat geser tanah, juga digunakan untuk uji
konsolidasi. Nilai-nilai Cu hasil uji di laboraturium ataupun di
lapangan yang diperoleh dari contoh tanah pada tiap-tiap lubang
bor diambil nilai rata-ratanya dan diambil nilai terkecil.

Analisis kapasitas dukung ijin untuk pondasi terpisah


hanya dapat digunakan jika jarak pondasi cukup jauh, sedemikian
hingga pengaruh penyebaran tekanan masing-masing pondasi ke
tanah di bawahnya tidak berpengaruh satu sama lain. Jika jarak
pondasi kecil, penyebaran tekanan ke tanah di bawahnya akan
identik dengan penyebaran beban kelompok pondasi sebagai satu
kesatuan sehingga kapasitas dukung ijin harus dipertimbangkan
terhadap pengaruh tekanan kelompok pondasi tersebut. Oleh
karena itu, jika satu lapisan lunak atau lebih terletak di bawah
pondasi, hitungan harus memperhitungkan tekanan pada tiap-tiap
tanah lunak tersebut memenuhi keamanan struktur. Jika tidak,
hitungan ulang harus dilakukan sampai tekanan pondasi pada

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


28
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
lapisan lunak memenuhi syarat.
Mengestimasi kuat geser tanah lempung pada kedalaman
yang dangkal agak sulit, karena lempung yang terletak di dekat
permukaan tanah, akan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan
akar tumbuh-tumbuhan. Dengan alasan ini, dasar pondasi
sebaiknya diletakkan agak dalam, sehingga terhindar dari
pengaruh tersebut. Untuk hitungan kapasitas dukung ultimit,
sebaiknya digunakan kuat geser tanah minimum yang terletak di
bawah dasar pondasi. Jika kuat geser tanah tiap-tiap lapisan dalam
interval kedalaman 2/3 B di bawah pondasi tidak menyimpang
lebih dari 50% dari nilai rata- rata pada kedalaman ini. Maka nilai
rata-ratanya dapat digunakan. Namun jika variasinya lebih dari
50%, yang digunakan dalam perancangan adalah nilai kuat geser
minimum. Jika cara terakhir ini yang dipilih, nilai faktor amannya
dapat dikurangi dari nilai yang biasanya digunakan. Tumpang
tindih penyebaran tekanan akibat letak pondasi berdekatan
dapatilihat pada Gambar 2.13.

Tanah lempung alluvial secara geologis merupakan


endapan yang baru, yang terdiri dari material lanau dan lempung
di daerah sekitar sungai, muara dan dasar laut. Tanah ini termasuk
terkonsolidasi normal (normally consolidated). Oleh karena itu,
kuat gesernya bertambah bila kedalaman bertambah, yaitu lunak

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


29
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
pada bagian permukaan, dan kaku di bagian bawah. Pengaruh
cuaca menyebabkan tanah lempung alluvial mempunyai sifat
kaku di dekat permukaan tanah. Kapasitas dukung yang sedang,
dengan tanpa atau sedikit penurunan, dapat diperoleh pada
pondasi tidak begitu lebar, yang terletak pada lapisan atas tanah
permukaan.

Pada kondisi ini, tekanan pondasi yang disebarkan ke


lapisan lunak di bawahnya tidak besar. Jika pondasi lebar dan
dalam, kapasitas dukung menjadi kecil. Untuk hal ini, dapat
digunakan tipe pondasi rakit mengapung atau pondasi tiang yang
menembus sampai lapisan keras yang dapat mendukung
bebannya.
Pondasi yang dirancang pada tanah lempung, harus
diperhitungkan pada kondisi terjelek (kuat geser minimum), yaitu
pada kadar air saat jenuh.
Perancangan harus hati-hati jika pondasi yang terletak
pada tanah keras, dimana lapisan keras ini terletak pada lapisan
lempung lunak. Jika dasar pondasi terletak dekat dengan lapisan
lunak, pondasi akan dapat melesak ke bawah, sehingga dapat
mengakibatkan keruntuhan. Oleh karena itu, hitungan kapasitas
dukung tanah perlu diperhitungkan terhadap pengaruh
penyebaran beban pada lapisan lunak di bawahnya. Hitungan
kapasitas dukung, dapat dilakukan dengan menganggap beban
pondasi disebarkan menurut aturan 2V: 1H (2 Vertikal: 1
Horizontal) pada lapisan lunak. Untuk ini, tekanan pada
tanahlunak harus tidak melampaui kapasitas dukung ijin dari
lapisan lunaknya.
Dengan anggapan tersebut, tanah kuat yang berada
diatas berfungsi sebagai pondasi rakit bagi beban pondasi
sebenarnya. Jika jarak pondasi telapak satu sama lain relatif
berjauhan, maka masih dimungkinkan untuk mengurangi tekanan
pondasi pada tanah lunak tersebut, yaitu dengan jalan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


30
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
memperlebar pondasi. Sebaliknya jika jarak pondasi sangat dekat,
penyebaran beban masing-masing pondasi akan saling tumpang
tindih (Gambar 2.13). Untuk itu, jika dari hitungan, nilai kapasitas
dukung ijin terampaui, lebih baik dipakai pondasi rakit atau
pondasi memanjang (jika sumbu kolom satu garis). Kalau dengan
cara ini kapasitas dukungnya tidak memenuhi, dapat dipakai
pondasi tiang. Nilai-nilai perkiraan kapasitas dukung aman untuk
lempung dapat dilihat pada Tabel 2.3. Kapasitas dukung lempung
bergantung pada konsistensi atau kuat gesernya. Nilai pendekatan
hubungan antara nilai N dari SPT, konsistensi tanah, dan
perkiraan kapasitas dukung aman ditunjukkan dalam Tabel 2.3
(Terzaghi dan Peck, 1948 dalam Christady, 2010). Nilai kapasitas
dukung ultimit dihitung dengan mengalikan kapasitas dukung
aman pada Tabel 2.3 sebanyak tiga kali. Tanah dengan
konsistensi sangat lunak, penurunan pondasi yang terjadi biasanya
besar. Dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Hubungan N, konsistensi tanah, dan perkiraankapasitas
dukung aman untuk pondasi pada lempung

4. Pondasi pada Lanau dan Loess


Jenis tanah antara pasir dan lempung adalah lanau
danloess. Loess tidak baik untuk menudukung pondasi bangunan,
karena tanah ini merupakan lapisan tanah yang tidak padat dari
lanau yang tidak berkohesi, dengan sedikit mempunyai rekatan
dengan kadar lempung rendah. Informasi awal sifat-sifat teknis

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


31
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
mempunyai rekatan dengan kadar lempung rendah. Informasi
awalsifat- sifat teknis lanau dapat diperoleh dari uji SPT. Jika nilai
N<10, lanau akan berupa loess (Peck et al., 1974 dalam Christady,
2010). Jika N<10, lanau dalam kondisi kepadatan sedang atau
padat. Lanau, pada kondisi alamnya sering dijumpai dalam
kondisi longgar atau tidak padat, sehingga jika pondasi diletakkan
di atasnya akan mengalami penurunan yang besar. Beban yang
kecil, asalkan tidak merubah susunan tanah lanau, tidak
mengakibatkan penurunan yang besar.
Jika pondasi pada loess, estimasi penurunan pondasi dapat
dilakukan dengan mengadakan uji konsolidasi, yaitu dari
interpretasi grafik (e - log p) bangunan statis yang terletak pada
loess sebaiknya dirancang dengan menempatkan dasar pondasi
agak dalam agar tambahan tekanan tidak begitubesar, misalnya
dibuat dengan sistem pondasi apung (floating foundation).
Kapasitas dukung ijin lanau yang berbantuk tepung batu
dapat diperoleh dengan prosedur yang sama seperti memperoleh
kapasitas dukung tanah pasir (Peck et al., 1974 dalam Christady,
2010). Sedang untuk lanau plastis, prosedurnya sama dengan
tanah lempung. Hitungan kapasitas dukungan dilakukan dengan
memasukkan nilai-nilai kuat geser tanah yang diperoleh dari uji
triaksial pada tanah tak terganggu. Jika kemampuan meloloskan
air lanau relatif kecil dan kecepatan pembebanan cepat, uji
triaksial pada kondisi terkonsolidasi tak terdrainase (consolidated
undrained) lebih cocok. Pada lanau murni, jika pembebanan
berlangsung lambat, pembebanaan dapat mempengaruhi
pengurangan kadar air, yang kemudian dapat menambah kuat
geser tanah. Untuk ini, dalam hitungan kapasitas dukung dapat
digunakan parameter kuat geser tegangan efektif. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya penurunan
pondasi pada lanau adalah dengan mengadakan uji konsolidasi.
Informasi yang bermanfaat dapat pula diperoleh dari uji beban

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


32
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
pelat (plate load test) yang dianalisis dengan teliti.
5. Pondasi pada Tanah Organik
Tanah organik, seperti tanah bercampur sampah atau
gambut beresiko mengalami penurunan yang tinggi. Sehingga
umumnya tidak digunakan untuk mendukung bangunan. Untuk
ini, bangunan harus didukung oleh pondasi tiang yang dipasang
sampai mencapai tanah keras. Jika terdapat keragu-raguan,
kandungan bahan organik harus diuji di laboraturium.
6. Pondasi pada Tanah c- 𝝋
Tanah c- 𝜑, adalah tanah yang mempunyai kedua
komponen kuat geser tanah c dan 𝜑. Tanah jenis ini biasanya
terdiri dari campuran dari beberapa jenis tanah, seperti lempung
berpasir, lempung berpasir berkrikil, lanau berpasir dan lain-lain.
Pada jenis- jenis tanah tersebut, dimungkinkan untuk mengambil
contoh tak terganggu dari lapangan. Oleh karena itu, nilai-nilai
kuat gesernya dapat diperoleh dari uji triaksial UU. Nilai c dan 𝜑
yang diperoleh, dapat digunakan untuk menghitung kapasitas
dukung ultimit yang telah dipelajari. Nilai kapasitas dukung ijin
diperoleh dari hitungan kapasitas dukung ultimit yang dibagi
faktor aman yang sesuai, dengan pertimbangan besar penurunan
harus masih dalam batas toleransi. Tanah lempungan yang
mengandung butiran kasar sering rusak (terganggu) dalam
persiapan uji triaksial, sehingga hasil ujinya tidak mewakili
kondisi tanah di tempat.
7. Pondasi pada Tanah Timbunan
Dalam hal ini akan dibahas bangunan yang diletakkan
pada tanah timbunan atau urugan. Dalam praktek, bahan timbunan
atau urugan dapat berupa lempung plastis, campuran lempung-
pasir sampai pasir dan kerikil. Kapasitas dukung tanah timbunan
bergantung pada macam tanah dan derajat kepadatan. Prinsipnya,
semakin padat tanah timbunan, maka kapasitas dukung semakin
tinggi. Tanah urug pasir dan kerikil merupakan tanah yang baik

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


33
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
untuk mendukung bangunan, sedang lempung yang dipadatkan
sembarangan akan mempunyai kapasitas dukung yang sangat
rendah, terutama pada musim hujan dimana kadar air mencapai
maksimumnya. Kapasitas dukung timbunan yang dipadatkan
ditentukan sebelum atau sesudah pembangunan timbunan.
Bila kapasitas dukung tanah timbunan atau urugan
ditentukan sebelum peletakan tanah timbunan, maka diuji di
laboraturium lebih dulu dengan dipadatkan sampai sekitar 90-
100% berat volume kering maksimum dengan alat pemadat
standar proctor. Jika tanahnya kohesif, contoh tanah dengan
derajat kepadatan yang dikehendaki (minimum 95% kepadatan
standar proctor), diuji untuk ditentukan c dan 𝜑-nya dengan uji
triaksial
UU. Jika tanah urug berupa tanah granuler, contoh tanah dengan
derajat kepadatan yang dikehendaki (minimum 90% kepadatan
standar proctor), diuji dengan alat triaksial atau geser langsung
untuk menentukan sudut gesek dalamnya (𝜑). Pengujian untuk
mengetahui kerapatan relatif juga dapat dikerjakan pada contoh
tanah. Nilai-nilai kuat geser tanah yang diperoleh, kemudian
digunakan untuk menentukan kapasitas dukung tanah timbunan.

Bila kapasitas dukung ditentukan setelah timbunan selesai


dipadatkan, maka tanah timbunan harus dibor dan diuji seperti
halnya pengeboran tanah di alam yang akan digunakan untuk
mendukung pondasi bangunan. Timbunan yang tidak dikontrol
kepadatannya harus tidak digunakan untuk mendukung pondasi,
karena resiko terjadinya penurunan tak seragam akan besar.
8. Pondasi pada Batu
Hampir semua jenis batu dapat mendukung beban
bangunan dengan baik, karena mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Namun, jika batuan berupa batu berkapur yang berlubang-lubang
dan banyak retakan, atau batu yang banyak mengandung bidang-
bidang patahan, retakan dan pecahan akan membahayakan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


34
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
stabilitas bangunan.
2.2.3 Kolom
a. Pengertian Kolom
Kolom merupakan elemen tekan yang menumpu atau menahan
balok yang memikul beban-beban pada lantai. Sehingga kolom ini
sangat berarti bagi struktur. Jika kolom runtuh, maka runtuh pula
bangunan secara keseluruhan.

Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial


tekan, tapi juga momen. Dapat dilihat pada Gambar 2.14.

b. Jenis-jenis Kolom Beton Bertulang

Berdasarkan bentuk dan komposisi material yang umum digunakan,


maka kolom bertulang dapat dibagi dalam beberapa tipe berikut:
i. Kolom empat persegi dengan tulangan longitudinal dan tulangan
pengikat lateral atau sengkang. Bentuk penampang kolom bisa
berupa bujur sangkar atau berupa empat persegi panjang. Kolom
dengan bentuk empat persegi ini merupakan bentuk yang paling
banyak digunakan, mengingat pembuatannya yang lebih mudah,
perencanaannya yang relatif lebih sederhana serta penggunaan
tulangan longitudinal yang lebih efektif (jika ada beban momen
lentur) dari tipe lainnya.
ii. Kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan tulangan pengikat
spiral atau tulangan pengikat lateral. Kolom ini mempunyai bentuk
yag lebih bagus dibanding bentuk yang pertama di atas, namun

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


35
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
pembuatannya lebih sulit dan penggunaan tulangan
longitudinalnya kurang efektif (jika ada beban momen lentur)
dibandingkan dari tipe yang pertama di atas.

iii. Kolom komposit. Pada jenis kolom ini, digunakan profil baja
sebagai pemikul lentur pada kolom. Selain itu tulangan
longitudinal dan tulangan pengikat juga ditambahkan bila perlu.
Bentuk ini biasanya digunakan apabila hanya menggunakan kolom
bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena
bebannya yang cukup besar dan disisi lain diharapkan ukuran
kolom tidak terlalu besar.
Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas:
i. Kolom Pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi
perhatian dalam merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup
kecil.
ii. Kolom Langsing, dimana masalah tekuk perlu diperhitungkan
dalam merencanakan kolom. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan
komposisi materialnya dapat dilihat pada Gambar 2.15.

c. Kolom Pendek dan Kolom Langsing


Menurut peraturan beton bertulang Indonesia: SNI 03-2847- 2002,
masalah tekuk dapat diabaikan atau kolom direncanakan sebagai
kolom pendek. Dapat digunakan Persamaan 2.7.dengan;

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


36
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
kℓu M1
≤ 34 − 12 ( ) (2.7)
r M2

k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan.

ℓu = panjang bentang komponen struktur lentur


(balok/pelat) yang diukur dari pusat ke pusat titik
kumpul.
r = jari-jari girasi penampang kolom.
M1 = momen ujung terfaktor yang lebih
kecil pada kolom.
M2 = momen ujungterfaktor yang lebih
besar pada kolom.
Kelengkungan tunggal dan kelengkungan ganda dapat dilihat pada
Gambar 2.16.

d. Analisis dan Desain


Ada dua macam perhitungan yang perlu dilakukan
dalam mempelajari permasalahan beton bertulang:
iii. Analisis
Pada perhitungan analisis suatu penampang dengan data-data yang
sudah diketahui, antara lain:
a. ukuran penampang: lebar, tinggi.
b. data tulangan: diameter dan jumlah tulangan.
c. mutu beton.
d. mutu baja.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


37
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Ingin dicari kapasitas atau kemampuan maupun kekuatan
penampang menerima beban. Kekuatan ini selanjutnya disebut
sebagai kekuatan nominal penampang. Kekuatan nominal
penampang yang menerima beban aksial dan lentur adalah gaya
aksial nominal (Pn) dan momen nominal (Mn).
iv. Desain
Pada perhitugan ini, dengan data-data gaya-gaya yang bekerja pada
penampang akibat beban (beban yang sudah dikalikan factor
keamanan), setelah ditetapkan kekuatan atau mutu beton dan baja
yang akan digunakan, dicari ukuran penampang yang cocok serta
tulangan yang diperlukan agar struktur dijamin dapat menahan
beban-beban tersebut.
2.2.4 Balok

Secara sederhana, balok sebagai elemen lentur digunakan sebagai


elemen penting dalam konstruksi. Balok mempunyai karakteristik internal
yang lebih rumit dalam memikul beban dibandingkan dengan jenis elemen
struktur lainnya. Balok menerus dengan lebih dari dua titik tumpuan dan
lebih dari satu tumpuan jepit merupakan struktur statis tak tentu. Struktur
statis tak tentu adalah struktur yang reaksi, gaya geser dan momen
lenturnya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan
persamaan keseimbangan dasar. Balok statis tak tentu sering juga
digunakan dalam praktek, karena struktur ini lebih kaku untuk suatu
kondisi bentang dan beban daripada struktur statis tertentu.
a. Prinsip Desain Balok
Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah
elemen yang paling banyak digunakan dengan pola berulang.
Umumnya pola ini menggunakan susunan hirarki balok, dimana
beban pada permukaan mula-mula dipikul oleh elemen permukaan
diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan selanjutnya diteruskan ke
kolektor atau tumpuan. Semakin besar beban, yang disertai dengan
bertambahnya panjang, pada umumnya akan memperbesar ukuranatau
tinggi elemen struktur. Ukuran elemen struktur untuk setiap sistem

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


38
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
dapat ditentukan berdasarkan analisis bentang, beban dan material.
Ada beberapa kriteria pokok yang harus dipenuhi, antara lain:
kemampuan layan, efisiensi dan kemudahan.
Tegangan aktual yang timbul pada balok tergantung pada besar
dan distribusi material pada penampang melintang elemen struktur.
Semakin besar balok maka semakin kecil tegangannya. Luas
penampang dan distribusi beban merupakan hal yang penting.
Semakin tinggi suatu elemen, semakin kemampuannya untuk
memikul lentur. Variabel dasar yang penting dalam desain adalah
besar beban yang ada, jarak antara beban-beban dan perilaku kondisi
tumpuan balok. Kondisi tumpuan jepit lebih kaku daripada yang
ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Balok dengan tumpuan jepit
dapat memikul beban terpusat di tengah bentang dua kali lebih besar
daripada balok yang sama tidak dijepit ujungnya.
Beban lentur pada balok menyebabkan terjadinya gaya-gaya
internal, tegangan serta deformasi. Gaya serta momen ini berturut-
turut disebut gaya geser dan momen lentur. Agar keseimbangan pada
bagian struktur tersebut diperoleh untuk bagian struktur yang
diperlihatkan, sekumpulan gaya internal pasti timbul pada struktur
yang efek jaringnya adalah untuk menghasilkan momen rotasional
yang sama besar tapi berlawanan arah dengan momen lentur eksternal
dan gaya vertikal yang sama dan berlawanan arah dengan gaya geser
eksternal.
b. Desain Balok
i. Prinsip - Prinsip Desain Umum
Variabel utama dalam mendesain balok meliputi: bentang,
jarak balok, jenis dan besar beban, jenis material, ukuran
danbentuk penampang, serta cara penggabungan atau fabrikasi.
Semakin banyak batasan desain, maka semakin mudah desain
dilakukan. Setiap desain harus memenuhi kriteria kekuatan dan
kekakuan untuk masalah keamanan dan kemampuan
layan.Pendekatan desain untuk memenuhi kriteria ini sangat

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


39
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
bergantung pada material yang dipilih, apakah menggunakan balok
kayu, baja atau beton bertulang.

Beberapa faktor yang merupakan prinsip-prinsip desain


umum dalam perencanaan balok, yaitu:
1). Kontrol kekuatan dan kekakuan
2). Variasi besaran material
3). Variasi bentuk balok pada seluruh panjangnya
4). Variasi kondisi tumpuan dan kondisi batas
Prinsip desain praktis balok kayu dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Salah satunya adalah sifat kayu yang mempunyai
kemampuan untuk memikul tegangan besar dalam waktu singkat.
Pada kondisi beban permanen, tegangan ijin perlu direduksi
dengan faktor 0,90. Faktor beban untuk angin adalah 1,33.
Sedangkan beban normal mempunyai faktor 1,0. Desain balok
baja umumnya didesain berdasarkan beban kerja dan tegangan
ijin. Balok yang digunakan bisa berupa penampang gilas (wide
flens / sayap lebar), kanal, atau tersusun atas elemen-elemen (plat
atau siku). Untuk bentang atau beban yang sangat besar,
penampang girder plat yang tersusun dari elemen siku dan plat
sering digunakan. Pada balok baja, apabila material balok mulai
leleh pada saat dibebani, maka distribusi tegangan yang ada mulai
berubah. Balok masih dapat menerima tambahan momen sampai
semua bagian penampang telah meleleh. Desain balok beton tidak
dapat digunakan sendiri pada balok karena sangat kecilnya
kekuatan tarik dan karena sifat getasnya (brittle). Retak-retak
yang timbul dapat berakibat gagalnya struktur, dimana hal ini
dapat terjadi ketika balok beton mengalami lentur. Penambahan
baja di dalam daerah tarik membentuk balok beton bertulang dapat
meningkatkan kekuatan sekaligus daktilitasnya. Elemen struktur
beton bertulang menggabungkan sifat yang dimiliki beton dan
baja.

ii. Desain Balok Statis Tak Tentu

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


40
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Proses desain balok menerus sama saja dengan proses
desain balok sederhana. Apabila momen maksimum yang dapat
terjadi pada struktur telah diketahui, selanjutnya ditentukan
penampang struktur yang cukup untuk memikul momen itu.
Prinsip mengenai distribusi material secara optimal di suatu
penampang melintang juga dapat diterapkan pada balok menerus.
Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan dalam desain balok
statis tak tentu ini diuraikan sebagai berikut:
1). Desain Momen
2). Penentuan Penampang Balok Menerus
iii. Penggunaan Titik Hubung Konstruksi
Karena alasan pelaksanaan, kesulitan sering terjadi dalam
membuat elemen struktur menerus yang panjang, karena
seringnya digunakan titik pelaksanaan (construction joints). Untuk
memudahkan pembuatan titik konstruksi, titik-titik itu diletakkan
di dekat, atau pada titik belok. Dengan demikian, titik pelaksanaan
tidak perlu dirancang untuk memikul momen. Jadi hanya
merupakan titik hubung sendi. Dengan menggunakan kondisi
momen nol pada titik belok, perilaku balok menerus tersebut dapat
dimodelkan sebagai struktur statis tertentu.

iv. Pengontrolan Distribusi Momen


Momen yang timbul pada balok menerus dapat dirancang
secara cermat oleh perencana. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengatur bentang dan
beban pada struktur. Beton bertulang merupakan salah satu
contoh material yang cocok untuk digunakan pada balok menerus.
Kontinuitas dapat diperoleh dengan mengatur penulangan balok
beton bertulang tersebut. Tulangan baja diletakkan pada daerah
dimana terjadi tegangan tarik. Banyaknya tulangan di setiap
lokasi tergantung pada momen yang timbul.

2.2.5 Pelat Lantai

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


41
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Pelat adalah elemen horizontal utama yang menyalurkan beban
hidup maupun beban mati ke kerangka pendukung vertikal dari suatu
sistem struktur. Elemen-elemen tersebut dapat dibuat sehingga bekerja
dalam satu arah atau bekerja dalam dua arah (Nawy, 1998).
Plat menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap
permukaan plat. Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya
akibat beban, plat lantai dibedakan menjadi plat satu arah dan dua arah.
Plat satu arah adalah plat yang ditumpu hanya pada kedua sisi yang
berlawanan, sedangkan plat dua arah adalah plat yang ditumpu kecmpat
sisinya sehingga terdapat aksi dari plat dua arah.
Pada plat satu arah, biasanya plat hanya ditumpu pada
kedua sisinya yang saling berhadapan. Plat satu arah dapat
dilihat pada Gambar 2.17.

Pada pelat dua arah, pelat ditumpu pada keempat sisinya. Tetapi
bila perbandingan antara sisi panjang (Ly) dan sisi pendek (Lx) lebih
besar dari 2, maka pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat satu arah,
dimana beban pelat hanya dipikul dalam arah bentang pendek. Pelat dua
arah dapat dilihat pada Gambar 2.18

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


42
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

a. Pelat Satu Arah (One Way Slab)


i. Bentang Tcoritis Pelat
Dalam perhitungan perencanaan pelat beton bertulang,
digunakan istilah bentang teoritis yang dapat dilihat pada
Persamaan 2.8.

L= Ln + a (2.8)

dimana:
Ln = bentang bersih

A = panjang perletakan pada kedua tumpuan

ii. Tebal Minimum Pelat


Pada SK SNI-T-15-1991-03 Tabel 3.2.5.a tercantum tebal
minimum sebagai fungsi dari bentang.

iii. Pemeriksaan Lebar Retak


Retak pada komponen stuktur dengan tulangan dapat
mengakibatkan korosi pada baja tulangan. Oleh karena itu bila
meninjau lebar retak, harus memperthitungkan kemungkinan
korosi. Secara cksperimen, lebar retak dapat ditentukan dengan
Persamaan 2.9.
(2.9)

dengan, ω = lebar retak


β = perbandingan letak pada penampang tidak
bertulang terhadap penampang bertulang =1,2
untuk pelat lantai
Fs = tegangan pada tulangan
A = luas=2 x de xs
dc = jarak antar titik berat tulangan tarik ke serat
tarik lentur

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


43
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
s = jarak antar tulangan
Persamaan di atas hanya berlaku untuk fy>300 MPa. Untuk

fy < 300MPa tebal retak tidak perlu diperiksa.


Lebar retak yang disyaratkan:
ω = 0,40 mm, untuk struktur di dalam ruangan atau tidak
dipengaruhi cuaca
ω = 0,30 mm, untuk struktur di luar ruangan atau dipengaruhi
cuaca

iv. Detail Penulangan


Tulangan pada pelat satu arah terdiri dari tulangan lentur
atau utama dan tulangan susut atau pembagi yang dipasang saling
tegak lurus.
1) Spasi Tulangan
Jarak bersih antar tulangan pada pelat satu arah:

Tulangan lentur ≥ dtul atau 25 mm

≤ 3 x h atau 500 mm Tulangan susut ≤ 5 x


h atau 500 mm
2) Tulangan Susut atau Tulangan Pembagi
Jarak antara tulangan sejajar selapis untuk tulangan susut
≤ 5 x tebal pelat atau 500 mm
Tulangan susut dipasang tegak lurus terhadap tulangan pokok
pada pelat satu arah.
b. Pelat Dua Arah (Two Way Slab)
Sistem pelat ini berdasarkan kondisi tumpuannya, dapat melendut
dalam dua arah. Pelat lantai atau atap gedung umumnya menggunakan
sistem pelat dua arah, yang mana pelat tersebut dipikul oleh balok,
kolom dan dinding yang letaknya teratur sehingga panel-panel
pelatnya berbentuk empat persegi panjang.
Langkah-langkah perencanaan penulangan pelat adalah
sebagai berikut:

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


44
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
(dapat dilihat pada Persamaan 2.10 s/d 2.16)
v. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang
vi. Menentukan tebal pelat.
(2.10)

(2.11)
h min pada pelat lantai ditetapkan scbesar 12 cm, sedangkan h
min pada pelat atap ditctapkan scbesar 10 cm.
vii. Menghitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati
dan beban hidup terfaktor.
viii. Menghitung momen-momcn yang menentukan
ix. Mencari tulangan pelat
Berdasarkan buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan
tulangan pada pelat adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan tebal penutup beton
2) Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan
dalam arah x dan arah y
3) Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y
4) Membagi Mu dengan bxd2 atau
Dimana: b = lebar pelat permeter panjang d = tinggi efektif
5) Mencari rasio penulangan (p) dengan Persamaan:

(2.13)

6) Memeriksa syarat rasio penulangan (ρ min < ρ < ρ mak)


(2.14)
(2.15)

7) Mencari luas tulangan yang dibutuhkan


As = ρ x b x d x 106 (2.16)

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


45
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1 Data Umum Proyek

3.1.1 Gambaran Umum Proyek

Dalam pelaksanaan suatu proyek, terdapat unsur-unsur pelaksanaan dan


masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan kedudukannya.
Struktur organisasi dalam suatu proyek perlu diketahui untuk menjelaskan
hubungan tugas, tanggung jawab, serta wewenang dari perorangan maupun
kelompok. Dalam penanganan suatu proyek terlibat beberapa unsur proyek, yaitu:

a. Pemberi Tugas (Owner)


b. Konsultan (Tim MK)
c. Kontraktor

Keberhasilan suatu proyek tergantung dari kerja sama semua unsur


proyek yang terlibat di dalamnya serta adanya pembagian kerja yang baik dan
teratur untuk mencapai kesatuan tindakan dalam mencapai tujuan proyek.

Hubungan kerja unsur-unsur proyek digambarkan dalam suatu


diagram seperti Gambar 3.1

OWNER
KEPOLISIAN
REPUBLIK
INDONESIA

1
3

2
KONSULTAN
KONTRAKTOR
PT.GANESHA
CV.GALANG
PRATAMA
BULAN
CONSULTANT

Gambar 3.1. Hubungan kerja unsur – unsur proyek

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


46
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

Keterangan :

= Garis Kerja

= Garis Koordinasi

Penjelasan gambar:

1) Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dengan Konsultan (dalam


hal ini tim supervisi) adalah hubungan kontraktual yang dituangkan
dalam surat perjanjian kerja dalam hal ini yang bertindak sebagai
Pemberi Tugas yaitu KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA dan
Konsultan yaitu PT. GANESHA PRATAMA CONSULTANT yang
bertanggung jawab langsung kepada Pemberi tugas.

2) Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dengan Kontraktor adalah


hubungan kontraktual yang dituangkan dalam surat perjanjian
kerja dalam hal ini kontraktor yaitu CV. GALANG BULAN yang
langsung berkerja atas perintah pemberi tugas.

3) Hubungan kerja antara Konsultan dengan Kontraktor adalah


hubungan fungsional dalam menjalankan ketentuan tugas dan
tanggung jawab masing- masing sebagaimana telah tertuang
dalam dokumen pelaksanaan yaitu antara PT. GANESHA
PRATAMA CONSULTANT dan CV. GALANG BULAN
a. Pemberi tugas
Pemberi tugas adalah badan atau pejabat yang memberikan suatu
pekerjaan dan menanggung semua biaya dari pekerjaan tersebut. Pemberi
tugas dapat berupa perorangan maupun instansi baik pemerintah maupun
swasta. Pada Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 yang
bertindak sebagai pemberi tugas adalah KEPOLISIAN REPUBLIK
INDONESIA
a). Kewajiban pemberi tugas
1) Bertanggung jawab atas tercapainya seluruh sarana proyek yang
dikelolanya.
2) Memimpin seluruh staf proyek dan bersama-sama melaksanakan kegiatan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


47
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
yang tercantum di dalam Daftar Isian Proyek (DIP) sesuai dengan
ketentuan, prosedur dan jadwal yang ditetapkan.
3) Bersama bendahara menyediakan, mengelola dan bertanggung jawab
terhadap keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Menyetujui berita acara supervisi dan berita acara lain yang dibuat oleh
konsultan pengawas.
5) Mengadakan koordinasi dan memberikan pengarahan terhadap
pelaksanaan proyek dalam kegiatan sehari-hari.

6) Menyampaikan informasi mengenai hambatan yang dihadapi melalui jalur


utusanlangsung guna mendapatkan petunjuk penyelesaian masalah.

b). Wewenang pemberi tugas:


1) Mengambil tindakan-tindakan yang mengakibatkan pengeluaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing tolak ukur dan
batas-batas sesuai dengan jenis pengeluaran yang tercantum dalam Daftar
Isian Proyek (DIP) dan pedoman pelaksanaan.
2) Mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi lainnya baik pusat
maupun daerah menurut keperluannya, termasuk pembuatan kontrak
kerja.
3) Mengatur tata kerja proyek yang terperinci dalam memperhatikan petunjuk
yang ditetapkan Departemen atau Lembaga yang berada diatasnya.
c). Hak pemberi tugas
1). Sebagai pemilik proyek yang memberikan pekerjaan kepada kontraktor.
2). Menilai pekerjaan dan pengawasan secara berkala.

b. Konsultan perencana
Konsultan adalah badan hukum yang diserahkan tugas oleh pimpinan
pelaksana kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan maka
dibentuk Tim Pengawas atau Tim Supervisi. Konsultan perencana adalah
suatu badan hukum yang diserahi tugas oleh pimpinan proyek untuk
melaksanakan perencanaan pekerjaan.
Konsultan perencana berfungsi untuk membantu mengelola proyek
dalam pelaksanaan pengadaan dokumen, konstruksi dan memberikan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


48
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
penjelasan terhadap persoalan-persoalan perencanaan yang timbul pada saat
konstruksi. Dalam Proyek ini menggunakan jasa konsultan pelaksana PT.
GANESHA PRATAMA CONSULTANT.

a).Kewajiban konsultan perencana adalah:


1) Menyusun uraian, maksud dan tujuan perencanaan.
2) Mengumpulkan data-data lapangan, penyelidikan tanah dan lingkungan.
3) Membuat perencanaan dan pengurusan untuk mendapatkan izin pendirian
bangunan serta hasil penelitian dan pengujian anggaran untuk
pelaksanaan konstruksi fisik.
4) Membuat gambar-gambar kerja dan perhitungan konstruksi, listrik, tata
udara serta plumbing.
5) Membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), rencana
volume dan biaya, jadwal pelaksanaan dan pelelangan.
6) Memberi penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan melakukan pengawasan
secara berkala dari segi arsitektur.
b). Hak konsultan perencana adalah:
1) Berhak mendapatkan imbalan jasa atas kerja yang telah dilakukan.
2)Berhak mendapatkan peninjauan dan dokumentasi terhadap pelaksanaan
pekerjaan.
3)Berhak menolak pekerjaan dari kontraktor berdasarkan penilaian -
penilaian yang diberikan.

c. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah badan hukum yang diserahi tugas oleh


pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan proyek. Kegiatan
pengawasan bertujuan agar hasil pekerjaan bangunan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Tugas utama pengawas sangat penting
dalam pengarahan di lapangan.

Konsultan pengawas adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan


yang ditetapkan untuk melaksanakan tugas-tugas konsultasi dalam bidang
pengawasan pekerjaan konstruksi. Konsultan pengawas bertugas mengawasi
seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan dan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


49
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta pelaksanaan hasil atas hasil
pekerjaan sebelum penyerahan. Dalam Proyek Pembangunan Rusun Polsek
Kawasan Mandalika Type 36 ini menggunakan jasa CV. MITRA CIPTA
NUGRAHA.

a). Kewajiban konsultan pengawas adalah:


1) Mengawasi pelaksanan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas
dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.
2) Menilai hasil pelaksanaan pekerjaan dan membuat berita acara penyerahan
pekerjaan.
3) Mengadakan pemeriksaan terhadap semua bahan yang dipakai dan berhak
menolak jika tidak memenuhi persyaratan teknis.
4) Mengambil kebijaksanaan lapangan apabila terdapat kesulitan teknis di
lapangan, misalnya:

i. Mengadakan perubahan-perubahan kecil pada gambar-gambar untuk


penyesuaian pelaksanaan yang tidak mempengaruhi harga pekerjaan.
i. Perubahan-perubahan pekerjaan yang membawa akibat pada perubahan
ii. harga pekerjaan/kontrak, harus diajukan terlebih dahulu kepada Pemimpin
Pelaksana Kegiatan untuk mendapatkan persetujuan.

iii. Menyelesaikan masalah-masalah yang menyebabkan keterlambatan


pelaksanaan.
b). Hak konsultan pengawas adalah:
1) Merupakan wakil pemberi tugas dalam hal pengawasan pelaksanaan
pekerjaan.
2) Berhak menolak pekerjaan dari kontraktor berdasarkan penilaian-
penilaian yang diberikan.
d. Kontraktor

Kontraktor adalah suatu badan hukum yang berbentuk perusahaan baik


umum maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pembangunan fisik dari suatu konstruksi. Dalam melaksanakan tugasnya
kontraktor selaku pelaksana fisik harus mendapatkan persetujuan dari Tim
Supervisi dan berkewajiban membuat laporan harian, mingguan, bulanan, guna

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


50
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
dapat mengetahui kemajuan fisik konstruksi dan digunakan sebagai evaluasi
baik oleh Tim Supervisi maupun oleh Pemberi Tugas. Dalam pelaksanaan
Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 ini yang bertindak
sebagai kontraktor pelaksana adalah CV. GALANG BULAN.
a). Kewajiban Kontraktor adalah sebagai berikut:
1) Memahami dan mentaati seluruh ketentuan yang tercantum dalam surat
kontrak kerja.
2) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar-gambar serta persyaratan
yang telah ditentukan.
3) Mengadakan pengujian untuk contoh-contoh bahan konstruksi yang akan

dipakai.
4) Melaksanakan seluruh perintah dari pemberi tugas selama tidak
menyimpang dari persyaratan yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja.

b). Hak Kontraktor adalah:


1) Mengikuti proses pelelangan setelah mendapatkan undangan dari pimpinan
proyek melalui pengumuman atau edaran.
2) Berhak mendapatkan imbalan jasa yang besarnya sesuai dengan bobot atau
prestasi pekerjaan yang telah dicapai di lapangan.
3) Mengadakan perhitungan ulang apabila terjadi penyimpangan atas gambar
kerja dengan pelaksanaan yang dilakukan atas perintah pemberi tugas.
4) Mendapatkan penambahan biaya berdasarkan harga yang telah disepakati
apabila terjadi penambahan pekerjan atas perintah pemberi tugas.
c). Tanggung jawab Kontraktor adalah:
1) Bertanggungjawab terhadap keselamatan pekerjaan selama pelaksanaan.
2) Bertanggungjawab atas kekeliruan yang terjadi karena kelalaian pelaksana.
3) Bertanggungjawab atas kekuatan dan kekokohan hasil pekerjaan sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
4) Bertanggungjawab atas keselamatan bangunan selama masa pemeliharaan.

3.1.2 Personalia dan Organisasi Proyek

Dalam pengerjaan proyek, keberhasilan suatu proyek tergantung


dari kerja sama semua unsur yang terkait di dalamnya. Struktur

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


51
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
organisasi Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36
dapat dilihat pada Gambar 3.2

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


52
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


53
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

3.1.3 Data Administrasi dan Pendanaan Proyek


Nama Proyek : PEMBANGUNAN RUSUN POLSEK KAWASAN
MANDALIKA TYPE 36
Lokasi Proyek : JL. Pariwisata Kuta Kec.Pujut Kab.Lombok Tengah NTB
Owner : KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
MK : CV. MITRA CIPTA NUGRAHA
Kosultan Struktur : PT. GANESHA PRATAMA
CONSULTAN
Pelaksana Konstruksi : PT. MITRA SURYA PERSADA
Sistem Lelang : Tender
Sumber Dana : KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Jumlah Biaya : RP. 5.612.460.895,10

3.2 Data Teknis Proyek

3.2.1 Pekerjaan Tanah


3.2.1.1 Lingkup Pekerjaan:

1. Pekerjaan tanah ini meliputi pembersihan site, stripping, galian,


urugan tanah dan pasir, dan bila diperlukan melakukan Cut & Fill
sesuai dengan gambar rencana dan kondisi site.
2. Membuat konstruksi pengaman yang walaupun tidak digambar
secara khusus tetapi merupakan pekerjaan yang prinsip guna
pelaksanaan pekerjaan serta keamanan konstruksi dan keselamatan
kerja. Khususnya menjaga kelongsoran tanah yang dapat merusak
bangunan/bagian bangunan serta jaringan mekanikal & elektrikal
yang telah ada. Seluruh kerusakan akibat hal ini menjadi
tanggungan kontraktor.

3.2.1.2 Syarat-syarat Pelaksanaan:

• Tempat bangunan harus dibersihkan dari segala macam tanaman


sampai ke akar-akarnya. Pekerjaan pondasi tidak boleh dimulai
sebelum papan dasar pelaksanaan serta tanda tinggi dasar (± 0,00)
dan sumbu dinding serta tiang disetujui pengawas.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 54


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
• Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bowplank)
harus dibuat dari kayu jenis Meranti dengan tebal 3 cm.
Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sifatnya
datar (waterpas)
• Segala pekerjaan pengukuran persiapan (uitzet) termasuk
tanggungan kontraktor.
• Buang segala tanah yang paling atas, sampah-sampah, tumbuh-

tumbuhan dan urugan yang tidak perlu. Pengawas harus menyetujui


segala pekerjaan-pekerjaan penggalian sebelum dimulai pekerjaan
selanjutnya.

• Tanah urug harus mencapai permukaan peil yang telah ditentukan

dalam gambar atau sesuai petunjuk pengawas.


• Galian tanah untuk jalan-jalan/pondasi, dasarnya harus dibuat datar
(waterpas) dan menurut kedalaman yang ditentukan serta cukup
lebar untuk memudahkan orang bekerja. Tebing dari jalur harus
dibuat cukup mencegah terjadinya kelongsoran-kelongsoran.

• Urugan kembali sisa lubang pondasi atau lubang-lubang lainnya,


harus dilakukan sesuai dengan petunjuk pengawas.
• Urugan pasir harus disirami dengan air dan kemudian dipadatkan
dengan mesin gilas/stamper.
• Semua urugan pasir padat dibawah pondasi sesuai dengan gambar,
harus dilaksanakan.
• Pasir yang digunakan bukan pasir laut dan kadar lumpurnya
maksimum 15 % sesuai PUBI’71 dan PUBI’82.

3.2.2 Pekerjaan Beton Bertulang


3.2.2.1 Lingkup Pekerjaan:
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan
semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi,
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari arsitek
dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.

3.2.2.2 Pedoman Pelaksanaan:

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 55


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya,
maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
a. Persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia (PUBI-1992) – NI-
3.

b. Pedoman beton bertulang Indonesia 1971 (NI-2).

c. Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung SNI


03- 2847- 2002

d. Peraturan portland cement Indonesia 1972 (NI-8).

e. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun


tertulis yang diberikan oleh pengawas.
f. Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan kontraktor
di “site”.

3.2.2.3 Keahlian dan Pertukangan:


• Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan,
termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
• Khusus untuk beton bertulang yang terletak langsung di atas
tanah, harus dibuatkan lantai kerja berupa lembaran plastik yang
diletakkan pada level tanah yang telah ditentukan.
• Plastis membrane (lembaran plastik) harus memiliki ketebalan
yang cukup, tidak mudah robek dan tidak berlubang.

• Sebelum plastik membrane dipasang, terlebih dahulu tanah


pendukung beton harus dibuat padat dan rata, tidak bergelombang
sehingga saat pengecoran tidak menyebabkan plastik bocor.
• Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-
tukang yang berpengalaman dan mengerti benar pekerjaannya.

• Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang


sebanding dengan standar umum yang berlaku.
• Apabila pengawas memandang perlu, kontraktor dapat meminta
nasehat-nasehat dari tenaga ahli yang ditunjuk pengawas atas

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 56


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
beban kontraktor.
3.2.2.4 Persyaratan Bahan:

a. Porland Cement:
• Pemakaian:

1. Semua pekerjaan struktur secara umum yaitu: pondasi, sloof,


kolom, ring dll memakai Semen Portland type I.
2. Untuk pekerjaan struktur dan lain-lain yang berhubungan
dengan air, tanah dalam, memakai Semen Portland Pozzoland
(PPC) seperti: kolam, bak air (water tank, swimming pool)
3. Untuk mencegah retak-retak pada tembok maka semen yang
dipakai pada acian adalah Semen Porland Pozzoland.
• Produksi:

1. Pabrik yang memproduksi semen dengan kualitas dan


persyaratan teknis seperti tersebut di atas haruslah memenuhi
persyaratan ASTM (American Society for Testing Material)
serta SNI (Standar Nasional Indonesia). Untuk itu Perencana
menentukan semen yang dipakai adalah produksi pabrik semen
Gresik karena PT. Semen gresik telah memenuhi SNI 15-2049-
1994 untuk type I dan SNI 15- 0302- 1994 untuk type PPC.
2. Untuk menjaga kepastian meterial maka setiap pengadaan
semen di lapangan haruslah dilengkapi dengan Certivicate yang
dikeluarkan oleh pabrik.
b. Agregat:

1. Kualitas agregat haruslah memenuhi syarat-syarat PBI 1971.


Agragat kasar harus berupa batu pecah ex mesin (split) yang
mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir
beton tidak boleh melebihi 5 % berat kering.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak boleh lebih dari
3,0 cm atau seperempat dimensi beton terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 57


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
3. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya.
4. Untuk bagian dimana pembesian cukup berat (cukup rumit)
digunakan koral gundu.

c. Air:
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan
organik/bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.
Apabila dipandang perlu, pengawas dapat minta kepada
kontraktor agar air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.
d. Besi beton:

1. Besi beton harus bersih dari karat, sisik dan lain-lain lapisan
yang dapat mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali
ditentukan lain dalam gambar maka besi yang digunakan adalah
U-24 untuk diameter lebih kecil dari 13 mm dan U-40 untuk
diameter besi yang lebih besar atau sama dengan 13 mm.

2. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang


diperlukan untuk mengatur jarak tulangan/besi beton dan
mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya.
3. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta,
maka harus ada sertifikat dari pabrik pada saat pemesanan.
e. Admixtur:

Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang


seksama, cara mencampur dan mengaduk yang baik dan cara
pengecoran yang cermat maka tidak diperlukan sesuatu
admixture. Jika penggunaan Admixture masih dianggap perlu,
kontraktor diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
dari pengawas mengenai hal tersebut. Untuk itu kontraktor
diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 58


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan,
nama pabrik produksi, jenis bahan mentahutamanya, cara-cara
pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu.

3.2.2.5 Kualitas Beton:


1. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton
adalah K-250 (tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus

beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada asia 28 hari). Untuk


pekerjaan beton yang berhubungan dengan air memakai K-250.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971. Sedangkan untuk
beton sekunder seperti kolom praktis maka kualitas beton yang
dipakai adalah K-175.

2. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut


ketentuan-ketentuan yang disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 PBI
1971 mengingat bahwa W/C faktor yang sesuai disini adalah
sekitar 0,52-0,55 maka pemasukan adukan dalam cetakan benda
uji dilakukan menurut pasal 4.9 ayat 3 PBI 1971 tanpa alat
penggetar. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus

dibuat minimal 1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan


cepat dapat diperoleh 20 benda uji pertama. Pengambilan benda
uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
3. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas tanda-tanda
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh pengawas dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
Laporan tertulis tersebut harus disertai dengan sertifikat dari
laboratorium. Penunjukan laboratorium harus dengan
persetujuan Pengawas.
4. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yaitu 10,5 ±
2cm. Cara pengujian Slump adalah sebagai berikut: Contoh

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 59


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam bekisting.
Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan di atas kayu yang rata
atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya
kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi
diameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung bulat. Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapis berikutnya. Setiap
lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
dalam satu lapisan di bawahnya. Setelah atasnya diratakan,
segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur
penurunannya (nilai slumpnya).

5. Jumlah semen minimum 340 kg/m 3 beton kecuali pada atap,


luifel, daerah kamar mandi, WC, daerah talang beton maka

jumlah tersebut dinaikkan menjadi 373 kg/m3 beton.


6. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium
yang disetujui pengawas.

7. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus


percobaan untuk umur 7 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya
tidak boleh kurang dari 65 % kekuatan yang diminta pada umur
28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan
angka yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton
setempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam PBI 1971
dengan tidak menambah biaya bagi Pemberi Tugas.
8. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik
terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam
mixer.
9. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

10. Lindungi beton dari hujan sebelum mengeras termasuk selama


pencampuran, transportasi dan pengecoran.
11. Lindungi permukaan beton yang baru selesai dicor dari segala
kotoran atau pengaruh lainnya yang dapat mempengaruhi
kualitas beton.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 60


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Spesifikasi beton ready mix sebagai berikut:

A. Pondasi telapak, Pelat lantai bawah, Tie beam, Pelat lantai atas,
kolom & Balok: Kuat Tekan K250 (28 days cube test) Minimum
conten semen 340 kg/m3
Maximum ukuran aggregate 20mm
Maximum air/semen rasio 0.66
Maximum slump 10,5±2 mm
B. Kolam & Ground tank:

Kuat Tekan K250 (28 days cube test)


Minimum conten semen 340 Kg/m3
Maximum Ukuran aggregate 20mm
Maximum air/semen rasio 0.60
Maximum slump 10,5±2 mm
3.2.2.6 Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Pemadatan Beton:
Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan,
sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar harus mengikuti pasal
5.8 dan 6.5 PBI 1971. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu
dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak
siar pelaksanaan harus disetujui Pengawas.

3.2.2.7 Penggantian Besi:


1. Kontraktor harus mengusahakan agar besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera dalam gambar.
2. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka:

• Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak


mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar.
Secepatnya hal ini diberitahukan

pada perencana konstruksi untuk sekedar informasi.

• Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor


sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 61


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
dapat dilakukan setelah ada persetujuan dari Perencana
Konstruksi.
• Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan
persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah juga
merupakan keharusan dari Kontraktor.
3. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran besi dengan diameter terdekat dengan
catatan:

• Harus ada persetujuan dari Pengawas.


• Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).

• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan


keruwetan pembesian ditempat tersebut atau
didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
4. Toleransi besi :
Diameter, ukuran sisi atau Variasi dalam berat Toleransi
diameter
jarak antara dua permukaan yang diperbolehkan yang

berlawanan

Dibawah 10 mm ± 0,4 mm ±7%

10 mm ≤ ∅ < 16 mm ± 0,4 mm ±5%


16 m ≤ ∅ < 28 mm ± 0,5 mm ±4%

3.2.2.8 Perawatan Beton:


1. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
2. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 62


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
diperhatikan.
3. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah
pengecoran.

3.2.2.9 Tanggung Jawab Kontraktor:


Kontraktor bertanggungjawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan. Adanya atau kehadiran Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas atau
Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi
nasehat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
3.2.2.10 Perbaikan Permukan Beton:
1. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos
dengan campuran adukan semen setelah pembukaan acuan
hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
pengawas.
2. Jika ketidak sempurnaan ini tidak dapat diperbaiki untuk
menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima oleh
Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan
pembetonan kembali atas biaya Kontraktor.
3. Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang
tidak teratur, pecah/retak, ada gelembung udara, keropos,
berlubang, tonjolan dan lainnya yang tidak sesuai dengan
bentuk yang diharapkan.

3.2.2.11 Bagian-bagian yang Tertanam dalam Beton:


1. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan
beton bertulang.

2. Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kusen atau instalasi.

3.2.2.12 Contoh yang Harus Disediakan:


1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan
contoh material split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan
dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 63


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.

3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan


contoh- contoh yang telah disetujui di bangsal Pengawas.

3.2.2.13 Dinding-dinding Bata:


1. Setiap dinding bata yang bertemu dengan kolom harus diadakan
penjangkaran dengan jarak antara 75 cm, panjang jangkar
minimum 30 cm dan diameter 8 mm.

2. Tiap luas dinding yang lebih besar dari 9 m 2 harus diberi kolom
dan ring praktis sehingga merupakan bingkai minimum ukuran 12
x 12 cm dengan tulangan memanjang 4 ∅ 10 mm dan tulangan
sengkang ∅ 8 – 20 cm.

3. Pada tiap-tiap pertemuan sudut dinding bata juga harus


diberi kolom praktis dan diatas bukaan jendela/pintu harus
juga dipasang ring beton seperti di atas.

3.2.2.14 Sparing Conduit dan Pipa-pipa:


1. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
2. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan
gambar pelaksanaan atau shop drawing dari pemasok
peralatan M & E maupun kitchen equipment dan bila
tidak ada gambar maka Kontraktor harus mengusulkan
dan minta persetujuan dari Pengawas.
3. Bilamana sparing-sparing (pipa, conduit dll)
berpotongan dengan tulangan besi, maka besi tidak boleh
ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan Pengawas.
4. Semua sparing-sparing harus dipasang sebelum
pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser
pada saat pengecoran.
5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan
terisi oleh beton waktu pengecoran.

6. Semua perbaikan akibat pemasangan finishing, peralatan


M & E maupun kintchen equipment menjadi tanggung

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 64


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
jawab Kontraktor. Setiap lubang-lubang yang diakibatkan
oleh hal-hal tersebut harus diinjeksi dengan bahan grouting
yang bersifat kedap air.

3.2.2.15 Beton Kedap Air


1. Jika tidak disebutkan dalam gambar struktur/arsitektur
maka Kontraktor harus sudah mempertimbangkan didalam
penawarannya bahwa beton kedap air dibutuhkan pada
lokasi yang diperkirakan akan berhubungan langsung
dengan air hujan ataupun air tanah seperti pada dinding
basement, reservoir, STP, semua pit, lantai atap, sebagian
lantai yang terbuka, pondmaupun kolam renang.

2. Umumnya untuk lokasi dimana dibutuhkan beton kedap air


juga akan digunakan water proofing. Pemakaian water
proofing dimaksudkan sebagai tambahan keamanan terhadap
kebocoran, oleh sebab itu konstruksi beton yang bersangkutan
secara natural harus diusahakan sekedap mungkin. Beton yang
keropos/bocor harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum lapisan
water proofing digunakan.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan
pembuatan beton kedap air tersebut. Apabila dikemudian hari
(selama masa garansi water proofing), ternyata terdapat
kebocoran atau rembesan, maka Kontraktor harus mengadakan
perbaikan-perbaikan dengan biaya dari Kontraktor sendiri.
Prosedur perbaikan harus dengan petunjuk Pengawas
sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian- bagian lain
yang sudah selesai.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 65


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan
BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Pembahasan
4.1.1 Pekerjaan Pembuatan Kolom Struktur

a. Penentuan As Kolom Struktur

Pada proyek ini, hampir sama dengan teori atau cara-cara yang
sudah ada, dimana penentuan as kolom awal menggunakan menggunakan
alat ukur theodolit, kegiatan ini dilakukan saat pembuatan pondasi. Untuk
kolom pada lantai selanjutnya diukur dengan meteran dengan mengikuti
patokan kolom sebelumnya.
b. Perangkaian dan Pemasangan Tulangan Kolom Struktur
Pada proyek ini, menggunakan ukuran dimensi kolom yang
berbeda-beda sesuai dengan shop drawing yang telah direncanakan.
Setelah kami amati proses perangkaian tulangan dilakukan sebelum
pemasangan bekisting. Dimana pada dimensi ukuran 500 mm x 500 mm
menggunakan diameter tulangan sebesar 16 mm dengan jumlah
sebanyak yaitu 16 buah, dengan diameter sengkang sebesar 10 mm dan
jarak sengkang 100 mm. Detail kolom pada proyek ini menggunakan
kolom persegi dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


66
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.10 Detail Penulangan Kolom pada Shop Drawing

Gambar 4.2 Tulangan sudah dirangkai pada tempat pemasangannya


c. Pemasangan Bekisting Kolom Struktur
Pada proyek ini bekisting yang digunakan untuk kolom persegi
menggunakan bekisting rangkaian sendiri dengan kombinasi kayu dan multiplek.
Dimana proses pemasangan begisting kolom di lihat pada Gambar 4.12.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


67
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.3 Pemasangan Begisting Kolom

Pemasangan begisiting itu sendiri dilakukan setelah tulangan kolom


dipasang. Untuk memperkokoh berdirinya bekisiting agar tidak bergeser saat
proses pengecoran, pada proyek ini menggunakan tali dari beberapa susunan
kawat yang dikaitkan pada begisting serta terkadang menggunakan bantuan
besi holo dan bambu yang diganjalkan pada begisiting.

d. Pengecoran Kolom Struktur


Proses pengecoran kolom pada proyek ini dilakukan dengan
menggunakan alat pendorong berupa arco. Cairan beton dari concrete mix
truck dituang pada wadah berupa arco kemudian diangkut dengan
menggunakan ember untuk mempermudah saat melakukan pengecoran.
Proses pengangkutan cairan beton dari concrete mix truck ketempat kolom
yang akan dicor dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


68
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.4 Proses pengangkutan cairan beton dari Concrete mix truck ketempat kolom yang
akan dicor
4.1.2 Pekerjaan Pembuatan Balok Struktur
a. Perakitan Tulangan Balok Struktur
Berdasarkan hasil pengamatan kami, ada beberapa pelaksanaan di
lapangan berbeda dengan gambar shop drawing, tersebut mungkin karena
human error atau sebagainya. Dari pengamatan pada kode balok (G36-3) dengan
mendapatkan hasil pengamatan dimensi balok 300 mm x 400 mm menggunakan
diameter 16 mm sebanyak 3 buah untuk tulangan bagian atas . Sedangkan untuk
bawah menggunakan diamater 16mm dan sebanyak 3 buah. Untuk sengkang
menggunakan tulangan dengan diameter 10 mm dengan jarak 150 mm.
Tulangan dirakit sedemikian rupa dan memasangkan tulangan sengkang serta
diikat dengan kawat bendrat. Kemudian dipasang bekisting pada setiap sisinya .
Dari Gambar 4.14 dan Gambar 4.15 dapat dilihat detail penulangan hingga
finishing tulangan.

Gambar 4.5 Detail Penulangan Balok pada Shop Drawing

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


69
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.6 Tulangan balok yang sedang dirangkai oleh pekerja


b. Pembuatan Bekisting Balok Struktur
Pada proyek ini pembuatan bekisiting balok dilakukan besamaan dengan
bekisting pelat lantai. Bekisiting dirangkai dari bahan multiplek dengan
kombinasi balok kayu sebagai pemegangnya. Setelah kami amati, perangkaian
bekisting pada proyek ini dengan cara tulangan balok dipasang terlebih dahulu,
kemudian bekisting dipasang menutupi tulangan balok. Terlihat proses
perangkaian bekisting balok pada Gambar 4.7.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


70
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.7 Proses perangkaian bekisting balok

c. Pengecoran Balok Struktur


Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran plat lantai,
yang dimana dari proses kegiatannya sama dengan proses kegiatan pengecoran
plat lantai. Bahan yang digunakan juga sama yaitu beton ready mix. Alat-alat
yang digunakan dalam kegiatan pengecoran ini yakni, concrete mix truk,
concrete pump truck, concrete vibrator dan alat pemerataan bawaan pekerja yang
sama dengan kegiatan pengecoran plat lantai.
Sebelum melakukan pengecoran, diadakan pemerikasaan begisting,
penulangan dan posisi deck agar hasil pengecoran sesuai rencana. Setelah semua
pemeriksaan selesai, kemudian proses pengecoran dilakukan. Dimana cairan
beton dituangkan ke concrete pump truck dari concrete mix truck untuk
disalurkan ke lokasi pengecoran. Setelah cairan beton sudah dituangkan ke lokasi
yang dicor dan ruang- ruang kosong yang belum terisi cairan beton dipadatkan
menggunakan concrete vibrator, kemudian pemerataan dilakukan oleh para
pekerja dengan menggunakan peralatan dibawa seperti cepang dan besi yang
dibentuk sedemikian rupa untuk mengukur ketebalan balok. Dari Gambar 4.17
dapat dilihat proses pengecoran balok.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


71
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.8 Proses pengecoran balok


Setelah kegiatan pengecoran selesai dilakukan, maka hasil pengecoran tersebut
dibiarkan hingga berumur dua minggu dan kemudian setelah itu bekisting plat
dibongkar kembali
4.1.3 Pekerjaan Pembuatan Plat Lantai
Pada umumnya proses pembuatan plat yang kami amati di proyek
pembangunan ini tidak jauh beda dengan proses yang dijelaskan pada teori
pembuatan plat sebelumnya. Dari segi tahapan, sudah sesuai dengan teori
yang ada. dimana dimulai dengan perakitan begisting, kemudian
perangkaian tulangan hingga pengecoran. Adapun penjelasannya sebagai
berikut.

a. Perangkaian Begisting
Dilapangan proses perangkaian begisting plat dimulai dengan
perangkaian rangka begisting itu sendiri, yang berbahan kayu berukuran

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


72
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

5/7 cm. Setelah keseluruhan rangka begisiting rampung, kemudian


dilakukan pemasangan alas dari begisting itu sendiri. Pada proyek ini
begisting yang digunakan ada dua model yakni sebagian dengan
menggunakan multiplek dan sebagian menggunakan plat besi. Proses
perangkain begisting dapat kita lihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Perangkaian Begisting Plat.


b. Perangkaian Tulangan

Pada proyek ini,kami tidak hanya mengamati dalam proses


pengerjaan balok, kolom ,dan plat lantai kami juga mengamati bagaimana
proses penyimpanan tulangan dan pembuatan perssiapan tulangan seperrti
untuk penulangan kolom dan balok yang dimana nanti akan dipindah dengan
menggunakan crine untuk menuju penempatan balok dan kolom tersebut.
Terlihat penyimpanan dan pembuatan tulangan di sajikan pada Gambar 4.19

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


73
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.10. Proses penyimpanan dan pembuatan/perakitan tulangan


Setelah begisting rampung secara keseluruhan, kemudian
dilakukaan perangkaian tulangan pelat. Berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan, pada penampang plat lantai ukuran 6000 mm x 8000 mm
menggunakan tulangan diameter 10 mm dengan jarak sengkang 150 mm.
Perangkaian tulangan pelat itu sendiri dilakukan pada bekisitingnya oleh
pekerja yang sudah terampil di bidang ini sesuai dengan gambar bestek.
Untuk pertemuan dengan tulangan balok, tulangan plat sengaja tidak
diikat dengan kawat terlebih dahulu, karena menunggu pemasangan deck
terlebih dahulu. Dari Gambar 4.11 dapat dilihat rangkaian tulangan plat.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


74
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.11 Proses perangkaian tulangan plat

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


75
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.12 Proses pembersihan begisting dan persiapan pengecoran plat lantai
c. Pengecoran
Pengecoran pada proyek ini menggunakan beton ready mix yang
dimana mutu betonnya sudah diuji terlebih dahulu. Adapun alat-alat
yang kami amati pada kegiatan pengecoran ini yakni, concrete pump
truck, concrete mixer truck, concrete vibrator dan peralatan bawaan
pekerja. Sebelum melakukan pengecoran, adapun pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan tulangan, begisting dan deck setelah
itu tulangan disemprotkan air hingga basah untuk membersihkannya,
sedikit beda dengan teori yang menggunakan air compressor untuk
membersihkannya. Dari Gambar 4.13 proses pemeriksaan tulangan dan
deck sebelum di lakukan pengecoran

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB 76
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.13 Proses Pemeriksaan Tulangan dan Deck Sebelum


dilakukan Pengecoran plat.
Setelah semua sudah dipastikan layak, kemudian dilakukan
pengecoran. Dimana cairan beton dari mixer tuck dituangkan ke
concrete pump truck yang didistribusikan menggunakan tower crane ke
lokasi tempat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan hati-hati dan
sedikit demi sedikit untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan
merata. Pada saat pengecoran sebagian pekerja melakukan pemadatan
beton agar ruang-ruang yang kosong bisa terisi cairan beton yang
dicor menggunakan concrete vibrator.
Proses pemerataan beton masih menggunakan alat-alat manual
seperti cepang dan suatu besi yang dibentuk sedimikian rupa
menyerupai huruf “s” sebagai pengukur ketinggian plat oleh para
pekerja. Yang dimana pada umumnya, untuk mengukur clevasi.
ketinggian plat menggunakan waterpass. Pada Gambar 4.14 dapat
dilihat merupakan proses pengecoran plat lantai.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB 77
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek kerja Lapangan

Gambar 4.14 Proses Pengecoran Plat Lantai


Setelah kegiatan pengecoran selesai dilakukan, maka hasil
pengecoran tersebut dibiarkan hingga berumur dua minggu dan
kemudian setelah itu bekisting plat dibongkar kembali.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB 78
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan data yang diperoleh selama
kerja praktek di proyek pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36
dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Perencanaan Proyek
Perencanaan proyek pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type
36 baik dari teknis, administrasi, maupun pengendalian dapat dilaksanakan
secara bersama-sama dengan baik. Perdebatan mengenai perencanaan antara
pihak perencana dan pelaksana dapat diselesaikan secara cepat dan tuntas
dengan berbagai alternatif yang digunakan. Perencanaan yang akurat ini
menghasilkan standar dan kriteria pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan
hasil berkualitas sesuai quality target dan tepat waktu sesuai time target.

2. Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan Proyek pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type
36 secara keseluruhan berjalan dengan baik. Pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan standar detail gambar dan syarat spesifikasi teknis. Persediaan alat
dan material selama pelaksanaan terakomodir dengan baik sehingga tidak
ada penggantian alat dan maupun konversi material yang memungkinkan
mutu pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi. Keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan dapat dipenuhi dengan menambah jumlah tenaga kerja dan jam
kerja.

3. Pengendalian Proyek
Pengendalian Proyek yang meliputi biaya, mutu dan waktu
dilaksanakan secara sistematis sesuai standar perencanaan. Semua
pelaksanaan pekerjaan dianalisis dan apabila ada penyimpangan langsung
diambil tindakan untuk pembetulan. Pengendalian mutu pekerjaan dianalisis
berdasarkam standar dan kriteria pekerjaan, sedangkan untuk pengendalian
biaya dan waktu dilakukan identifikasi biaya pelaksanaan dalam kurun

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


79
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
waktu satu bulan. Dengan adanya pengendalian proyek dapat disimpulkan
bahwa semua langkah kegiatan proyek terbimbing menuju ke arah tujuan
proyek dan sesuai dengan perencanaan yang efektif dan efisien.

4. Peralatan dan tenaga kerja


Pemilihan jenis peralatan yang digunakan di proyek pembangunan
Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36 sesuai dengan kebutuhan proyek
sehingga pelaksanaan suatu pekerjaan selesai dengan cepat dan tepat.
Peralatan sewa proyek selain dipertimbangkan secara teknis juga dihitung
dari segi biaya artinya ada optimasi dari harga produksi per satuan waktu
untuk setiap peralatan yang digunakan. Selama pelaksanaan pekerjaan di
proyek, pemeliharaan dan perawatan peralatan terutama untuk alat-alat berat
dilakukan secara rutin dan di cek oleh Disnaker sehingga kondisi alat selalu
baik dan siap pakai. Jumlah pekerja di proyek tidak banyak namun memiliki
kualitas dan kinerja yang maksimal. Mandor pekerja dituntut untuk bisa
mendidik pekerja supayahasil pekerjaan baik dan efektif, selain itu juga
mempertahankan pekerja yang bekerja di proyek supaya tidak sering terjadi
pergantian pekerja.

5. Material
Pemesanan bahan material dipastikan dengan proses pengamatan dan
pemilihan bahan sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan. Penentuan
jumlah bahan juga dihitung dengan cermat sehingga tidak ada bahan yang
tersisa banyak. Pemilihan bahan material dengan mempertimbangkan harga
bahan tanpa mengesampingkan mutu bahan. Penyediaan bahan material
tepat waktu sehingga tidak menyebabkan keterlambatan. Meskipun ada
keterlambatan namun tidak sampai lama dan mengakibatkan pekerjaan
menunggu.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


80
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk proyek ini adalah:

a. Pengawasan mutu pekerjaan oleh Quality Control lebih ditingkatkan lagi


ketelitiannya supaya hasil pekerjaan sesuai rencana, terutama pada
pekerjaan pengecoran.

b. Perawatan beton setelah pengecoran sebaiknya dilaksanakan sesuai


dengan petunjuk pelaksanaan supaya beton mencapai kekuatan
maksimalnya.

c. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan dengan teliti sesuai petunjuk


pelaksanaan sehingga menghasilkan pekerjaan sesuai dengan taget mutu
pekerjaan.

d. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan segera dipenuhi dengan menambah


jumlah pekerja dan jam kerja supaya pekerjaan selesai tepat waktu.

e. Untuk tingkat keamanan K3 lebih di perhatikan lagi agar semua pekerja


taat akan peraturan proyek yang tertera.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


81
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

DAFTAR PUSTAKA
.
Asroni, Ali., 2010, Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Asroni, Ali., 2010, Kolom, Fondasi dan Balok T beton Bertulang, Graha
Ilmu, Yogyakarta.

Badan Standardisasi Nasional, 2013, Spesifikasi air pencampur yang digunakan


dalam produksi beton semen hidraulis (ASTM C1602–06, IDT), SNI 7974-
2013, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta

Badan Standardisasi Nasional, 2015, Semen Portland, SNI 2049-2015,


Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Christady, H., 2010, Mekanika Tanah 2 Edisi Ke Lima, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1991-03, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung, SNI 2847-2002, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2012, Standar Perencanaan Ketahanam Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI-1726-2012, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2013, Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung,
SNI 2847, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Danto dan Trimanto. 1996. Petunjuk Kerja Acuan dan Perancah 1. Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik, Bandung.
Fuad, I.S., Asmawi, B., Hermawan, 2015, Pengaruh Penggunaan Pasir Sungai
Dengan Pasir Laut Terhadap Kuat Tekan Dan Lentur Pada Mutu Beton
K-225, Universitas Tridinanti, Palembang.

Gazalba, Z., 2005, Manajemen Konstruksi, Mataram University Press, Mataram.


Khedanta, 2015, Pasir Yang Baik Untuk Bahan Bangunan, Wordpress Naibaho, Pio
Ranap Tua 2008. Dasar Teori Beton Bertulang, FT UI, Jakarta

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


82
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan
Nawy, E.G., 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, PT. Refika
Aditema, Bandung.

Sari, R.A.I., Wallah, S.E., Windah, R.S., 2015, Pengaruh Jumlah Semen Dan Fas Terhadap
Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Yang Berasal Dari Sungai, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Subarkah, I., 1980, Konstruksi Bangunan Gedung, Idea Dhama, Bandung.
Sudarmoko, 1996, Perencanaan dan Analisis Kolom Beton Bertulang, Biro
Penerbit, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K., 1992, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


83
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB
Khatibul Ummam ( F1A020098)
Muhammad Solihin ( F1A020133) Laporan Praktek Kerja Lapangan

Proyek Pembangunan Rusun Polsek Kawasan Mandalika Type 36


84
Jl. Pariwisata Kuta Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah NTB

Anda mungkin juga menyukai