Anda di halaman 1dari 5

Resume

Sumber: Policy Analysis_Consepts and Practice (David L. Weimer and Aidan R.Vining)

Keterbatasan Intervensi Publik - Kegagalan Pemerintah

Setiap masyarakat memproduksi dan mengalokasikan barang melalui kombinasi pilihan individu dan kolektif. Namun,
sebagian besar pilihan individu dapat mengurangi nilai sosial akibat terlalu mengedepankan efisiensi dan kebebasan,
sehingga menimbulkan situasi kegagalan pasar. Pilihan kolektif yang dilakukan melalui struktur pemerintahan
memberikan solusi atas permasalahan akibat pilihan individu. Namun, pilihan kolektif juga dapat mengalami kegagalan
dalam mengedepankan nilai-nilai sosial.

Kebijakan publik harus didasari tidak oleh pemahaman kegagalan pasar tetapi juga kegagalan pemerintah. Ilmu sosial
belum merumuskan teori kegagalan pemerintah yang komprehensif atau diterima secara luas seperti teori kegagalan
pasar. Melalui penggabungan beberapa jenis penelitian independent seperti teori pilihan sosial, berbagai bidang ilmu
politik, studi perilaku organisasi, menunjukkan bahwa pemerintah yang memiliki pejabat publik yang paling cerdas,
jujur, dan berdedikasi sekalipun tidak akan mempromosikan kebaikan sosial dalam semua situasi. Antusiasme untuk
menyempurnakan masyarakat melalui intervensi publik harus diimbangi dengan kesadaran bahwa intervensi publik
muncul dari pilihan kolektif yang tidak sempurna dan mungkin memerlukan upaya implementasi yang menantang.

Ada 4 (empat) klasifikasi kegagalan pemerintah yaitu:

1. Masalah yang Melekat pada Demokrasi Langsung


Di negara demokrasi, pemungutan suara berfungsi sebagai mekanisme untuk menggabungkan preferensi individu ke
dalam pilihan sosial. Karena hak pilih orang dewasa secara universal dipandang sebagai elemen penting dari demokrasi.
Kenyataannya, banyak masalah yang muncul dalam masyarakat yang besar dan kompleks membuat ketergantungan
pada referendum menjadi tidak praktis untuk isu-isu penting. Sekalipun kemajuan teknologi komunikasi sangat
mengurangi biaya logistik pemungutan suara, namun tidak ada metode pemungutan suara yang adil dan koheren.

The Paradox of Voting


 tantangan dan keterbatasan yang melekat pada demokrasi langsung, terutama dalam konteks menggabungkan
preferensi individu ke dalam pilihan sosial melalui pemungutan suara.

Paradox of voting berkaitan dengan teorema kemungkinan umum Kenneth Arrow. Arrow membuktikan bahwa aturan
pemungutan suara yang adil dan memenuhi seperangkat kondisi keadilan dasar dapat menghasilkan hasil yang tidak
logis. Artinya aturan yang adil untuk pemilihan tidak akan menjamin urutan sosial yang transitif dari alternatif
kebijakan. Teorema ini memiliki implikasi yang signifikan untuk interpretasi demokrasi, karena menantang gagasan
hasil pemungutan suara sebagai representasi "kehendak rakyat."

Preference Intensity and Bundling


 intensitas preferensi individu dan pengelompokan preferensi dapat mempengaruhi hasil demokrasi langsung, serta
tantangan yang terkait dengan hal tersebut.

Tantangan yang mungkin muncul:

a. Keputusan sosial yang diambil melalui referendum mungkin tidak secara otomatis menghasilkan keputusan yang
efisien secara pareto dan adil secara distributif.
b. Intensitas preferensi individu tidak selalu tercermin dengan baik dalam pemungutan suara karena setiap orang
hanya memiliki satu suara meskipun intensitas preferensi mereka mungkin berbeda. Hal ini dapat mengakibatkan
mayoritas secara tidak sengaja memberlakukan biaya yang tinggi pada minoritas karena intensitas preferensi tidak
tercermin dengan baik dalam hasil pemungutan suara.
c. Kebijakan yang terpilih tidak selalu mewakili kehendak mayoritas. Para pemilih harus mengevaluasi paket
kebijakan yang ditawarkan oleh setiap kandidat yang mencalonkan diri berdasarkan platform yang terdiri dari
posisi pada isu kebijakan penting. Namun, para pemilih mungkin memilih kandidat yang memiliki posisi minoritas
pada setiap isu penting, tetapi masih memenangkan pemilihan.

Putri Aulia Netra - 24023018 1


Demokrasi sebagai Kontrol terhadap Kekuasaan
 Demokrasi berperan sebagai mekanisme untuk mengawasi kekuasaan pemerintah, memberikan kesempatan bagi
partisipasi warga negara, dan memberikan legitimasi untuk penggunaan referendum dalam sistem yang sebagian
besar diwakili oleh wakil rakyat.

Peran demokrasi dalam memeriksa dan menyeimbangkan kekuasaan pemerintah:

a. Demokrasi memberikan kesempatan bagi warga negara untuk mempelajari masalah-masalah publik dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi yang sebenarnya dapat membuat warga negara
lebih bersedia menerima keputusan sosial yang mereka tolak karena mereka memiliki kesempatan untuk didengar
dan memberikan suara.
b. Demokrasi tidak selalu menghasilkan kebijakan yang baik atau terbaik, namun secara konsisten memberikan
kesempatan untuk memperbaiki kesalahan terburuk.
c. Demokrasi memberikan legitimasi untuk lebih banyak penggunaan referendum. Artinya hasil dari referendum
sebelumnya dapat memberikan legitimasi untuk tuntutan referendum di masa depan.

2. Masalah yang Melekat pada Perwakilan Pemerintahan


Kebijakan publik merupakan berbagai keputusan pemerintah yang diwakili (wakil seluruh masyarakat) oleh para
legislator, eksekutif, dan hakim yang sering disebut sebagai “pegawai negeri”. Para wakil rakyat sering menghadapi
dilema dalam memilih antara tindakan yang memajukan konsepsi mereka tentang masyarakat yang baik dan tindakan
yang mencerminkan preferensi konstituen mereka. Kenyataannya bahwa tidak ada cara yang jelas untuk menyelesaikan
dilema semacam ini menunjukkan kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam mengevaluasi perilaku para wakil rakyat.
Ada 3 (tiga) faktor yang sangat mempengaruhi cara para wakil rakyat berperilaku, yaitu:

a) Para wakil rakyat memiliki kepentingan pribadi. Secara umum, kepentingan pribadi para wakil rakyat cenderung
mendorong mereka untuk lebih responsif terhadap konstituennya dan menjauh dari kepedulian terhadap
kesejahteraan sosial yang lebih luas.
b) Perlu biaya yang cukup mahal untuk memantau perilaku wakil rakyat.
c) Disiplin partai membatasi perilaku mementingkan diri sendiri dari para wakil rakyat. Hal ini terjadi karena
beberapa ciri kelembagaan: kontrol terpusat atas dana kampanye, kontrol terpusat atas prosedur pencalonan, dan
karakter sentralisasi pemerintahan kabinet dalam sistem parlementer

Pencarian Rente: Kepentingan yang Menyebar dan Terkonsentrasi


 Kepentingan yang terkonsentrasi dan tersebar luas dapat mempengaruhi proses kebijakan pemerintah dan praktik
rent seeking dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi dan keadilan.

Kepentingan yang terkonsentrasi, yang dimiliki oleh kelompok-kelompok kecil atau terorganisir dengan baik, memiliki
kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah secara tidak proporsional. Mereka dapat melakukannya
dengan memberikan informasi, mempengaruhi perwakilan untuk mendukung posisi mereka, dan memberikan dana
kampanye. Hal ini dapat mengarah pada praktik rent seeking, di mana kelompok-kelompok kepentingan berusaha
untuk memperoleh manfaat ekonomi dari kebijakan pemerintah, seperti monopoli, subsidi, atau regulasi yang
menguntungkan mereka.

Permasalahan Representasi Geografis: Badan Legislatif Daerah


 menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien, keputusan yang bertentangan dengan mayoritas pemilih
secara keseluruhan, dan kecenderungan legislator untuk memperhatikan kepentingan distrik mereka sendiri dalam
pengambilan keputusan.

Beberapa masalah yang terkait:

a. Legislatur berbasis distrik dapat menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien, disebabkan oleh
kecenderungan para legislator untuk menekankan manfaat bagi distrik mereka sendiri.
b. Representasi geografis dapat menyebabkan keputusan yang bertentangan dengan mayoritas pemilih secara
keseluruhan. Hal ini terjadi karena mayoritas pemilih di beberapa distrik dapat mendukung kebijakan tertentu,
sementara mayoritas pemilih secara keseluruhan mungkin tidak mendukung kebijakan tersebut.

Putri Aulia Netra - 24023018 2


c. Representasi geografis dapat menyebabkan legislator untuk memperhatikan kepentingan distrik mereka sendiri
dalam pengambilan keputusan, bahkan jika kebijakan tersebut tidak memberikan manfaat secara keseluruhan bagi
masyarakat.

Cakrawala Waktu yang Diperpendek: Siklus Pemilu


 Dapat mempengaruhi keputusan politik para perwakilan, dengan menekankan kecenderungan untuk memilih
kebijakan yang memberikan manfaat yang terlihat dalam jangka pendek, menekankan potensi biaya dari kebijakan
lawan politik, dan memberikan bobot yang lebih rendah terhadap manfaat dan biaya jangka panjang dari
kebijakan.

Aspek yang terkait dengan siklus pemilihan:

a. Para perwakilan yang akan menghadapi pemilihan dalam waktu dekat cenderung memilih kebijakan yang
memberikan manfaat yang terlihat secara langsung sebelum pemilihan. Mereka cenderung lebih memilih
kebijakan yang memberikan manfaat yang terlihat dalam jangka pendek, bahkan jika kebijakan tersebut mungkin
tidak menguntungkan secara keseluruhan dalam jangka panjang.
b. Para perwakilan cenderung menekankan potensi biaya dari proposal kebijakan lawan politik mereka untuk
memanfaatkan efek "loss aversion" (kecenderungan manusia untuk lebih sensitif terhadap kerugian daripada
keuntungan).
c. Siklus pemilihan dapat menyebabkan para perwakilan untuk memberikan bobot yang lebih rendah terhadap
manfaat jangka panjang dan biaya jangka panjang dari kebijakan.

Postur terhadap Perhatian Publik: Agenda Publik, Biaya Tertanggung dan Presenden
 perhatian media massa dan iklan politik, biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya, dan preseden kebijakan
sebelumnya dapat memengaruhi keputusan politik para perwakilan.

Media massa dan iklan politik dapat memengaruhi agenda kebijakan publik. Para perwakilan politik berusaha untuk
memanfaatkan perhatian media terhadap kondisi sosial yang tidak diinginkan, seperti penyalahgunaan narkoba, untuk
mengusulkan kebijakan yang diharapkan dapat memberikan solusi. Keputusan politik para perwakilan dapat
dipengaruhi oleh biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya. Para perwakilan politik mungkin enggan untuk
menghentikan proyek atau kebijakan yang sudah menghabiskan biaya besar, karena mereka takut dikritik atas
pemborosan tersebut. Preseden kebijakan sebelumnya dapat mempengaruhi keputusan politik para perwakilan. Para
perwakilan politik dapat menggunakan kebijakan yang sudah ada sebagai dasar untuk mengusulkan kebijakan baru,
dengan alasan bahwa kebijakan tersebut sudah terbukti efektif atau adil.

Perwakilan dan Analisis


 Analis kebijakan dapat berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan publik dengan memberikan penilaian
objektif tentang konsekuensi yang mungkin terjadi akibat kebijakan yang diusulkan. Mereka juga dapat membantu
merancang alternatif kebijakan yang politiknya layak dan lebih baik.

3. Masalah yang Melekat pada Suplai Birokrasi


Pemerintah sering kali membentuk organisasi yang didanai oleh publik untuk mengatasi kegagalan pasar. Tentara,
sistem pengadilan, dan berbagai lembaga lainnya menyediakan barang publik yang mungkin tidak dapat disediakan oleh
pasar swasta. Namun, sifat alamiah badan-badan publik membuat pemantauan menjadi sulit dan kemungkinan besar
terjadi inefisiensi.

Kerugian Agensi
 kebebasan yang dimiliki oleh eksekutif publik dalam mengelola anggaran dapat menyebabkan ketidakefisienan
yang disebut sebagai "agency loss". Hal ini mencerminkan bagaimana kekuasaan dan informasi yang dimiliki oleh
eksekutif publik dapat memengaruhi penggunaan anggaran mereka, dan dapat menyebabkan ketidaksesuaian
dengan kepentingan masyarakat.

Eksekutif public:

Putri Aulia Netra - 24023018 3


 Memiliki kebebasan untuk menggunakan anggaran tanpa harus memberikan laporan yang jelas kepada pemberi
tugas. Akibatnya eksekutif publik dapat menggunakan anggaran mereka dengan cara yang tidak efisien atau tidak
sesuai dengan kepentingan masyarakat.
 Memiliki informasi lebih banyak tentang kebutuhan dan biaya produksi dari pada pemberi tugas. Akibatnya
eksekutif publik dapat menggunakan anggaran mereka untuk kegiatan yang tidak efisien.

Perlunya Memperhitungkan Nilai Output


 kesulitan dalam menentukan nilai optimal dari output yang dihasilkan oleh lembaga pemerintah karena cenderung
tidak menjual output secara kompetitif, dan seringkali dibentuk karena pasar dianggap tidak berfungsi secara
efisien.

Kesulitan muncul ketika para perwakilan pemerintah harus menentukan nilai dari output yang dihasilkan, seperti
keamanan nasional, penegakan hukum, dan kesehatan masyarakat. Kesulitan dalam menentukan nilai output ini
membuat sulit untuk menentukan ukuran optimal dari lembaga pemerintah.

Pengaruh Persaingan Terbatas terhadap Efisiensi


 keterbatasan persaingan dapat mempengaruhi efisiensi lembaga pemerintah.

Lembaga pemerintah tidak menghadapi persaingan langsung, sehingga mereka dapat bertahan bahkan ketika
beroperasi secara tidak efisien. X-inefficiency (merupakan hasil dari ketiadaan persaingan) mewakili kombinasi biaya
kesempatan dari sumber daya yang terbuang dan transfer rente dalam bentuk pembayaran berlebih kepada input faktor
produksi. Keterbatasan persaingan dapat mempengaruhi efisiensi dinamis dari lembaga pemerintah. Dalam banyak
kasus, lembaga pemerintah mungkin menghadapi insentif yang tidak sesuai atau lemah untuk berinovasi.

Kontrol Ex Ante: Ketidakfelsibelan yang disebabkan oleh Perlindungan Pegawai Negeri Sipil
 aturan dan perlindungan dalam layanan sipil dapat menyebabkan ketidaklenturan dan ketidakmampuan lembaga
pemerintah untuk beroperasi secara efisien.

Aturan dan perlindungan dalam layanan sipil sering kali membatasi kebebasan para eksekutif lembaga pemerintah
dalam hal bagaimana mereka menggunakan sumber daya lembaga. Aturan-aturan ini dapat mencakup pembatasan
dalam hal bagaimana para eksekutif lembaga dapat merekrut, memberhentikan, memberikan penghargaan, dan
memberikan hukuman kepada karyawan.

Perlindungan dalam layanan sipil juga menciptakan ketidakmampuan untuk memecat karyawan yang tidak kompeten
dan tidak produktif. Hal ini mengakibatkan kecenderungan untuk mempertahankan karyawan yang kurang produktif
dan mengurangi insentif bagi karyawan yang lebih produktif.

Aturan-aturan ini juga dapat membuat proses perekrutan karyawan menjadi lambat dan rumit, yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan program-program baru dengan cepat. Hal ini juga
dapat mengakibatkan keputusan yang kurang tepat dalam perekrutan karyawan karena adanya tekanan untuk mengisi
posisi yang dialokasikan dalam periode anggaran.

Kegagalan Birokrasi sebagai Kegagalan Pasar Intra Organisasi


 kegagalan birokrasi dapat dianggap sebagai kegagalan pasar di dalam organisasi.

Kegagalan birokrasi sering kali muncul dalam bentuk masalah barang publik dan eksternalitas:

a. Organizational Public Goods


Masalah barang publik terjadi ketika anggota organisasi dapat mengonsumsi barang yang diproduksi oleh anggota
lain. Contoh, semua anggota organisasi berbagi reputasi organisasi. Namun, membangun dan mempertahankan
reputasi yang baik cukup mahal bagi anggota individu karena memerlukan usaha ekstra untuk memenuhi tuntutan
klien dengan cepat, efektif, dan senang hati.
b. Organizational Externalities
Eksternalitas organisasi terjadi ketika organisasi tidak melihat biaya dan manfaat marginal sosial penuh dari
tindakan mereka. Beberapa faktor membuat anggota individu dari lembaga pemerintah rentan untuk
memberlakukan eksternalitas negatif pada rekan kerja atau anggota masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan
lembaga pemerintah menyediakan layanan yang kurang efisien atau bahkan menyebabkan kerugian bagi
masyarakat.

Putri Aulia Netra - 24023018 4


Analis dan Birokrasi
 analis kebijakan harus berhati-hati dalam memberikan saran tentang kebijakan publik karena mereka sering kali
memiliki klien di seluruh sistem politik, yang sering kali memiliki kepentingan pribadi dan organisasional yang
berbeda.

Konflik yang mungkin timbul antara konsepsi analis tentang apa yang mempromosikan kebaikan sosial dan
kepentingan pribadi dari klien mereka. Hal ini dapat memunculkan pertanyaan mendasar tentang siapa yang
seharusnya memperhitungkan biaya dan manfaat, serta bagaimana dampak kebijakan publik harus dinilai. Analis
kebijakan harus memahami insentif yang dihadapi oleh orang lain dalam lingkungan organisasional mereka. Hal ini
seringkali penting untuk merancang alternatif kebijakan yang dapat diterima dan diimplementasikan dengan sukses.

4. Masalah yang Melekat pada Desentralisasi


Desentralisasi merupakan ciri struktural pemerintah yang diinginkan atau bahkan esensial, namun terkadang hal
tersebut membatasi efektivitas kebijakan publik.

Masalah Implementasi
 tantangan yang muncul dalam melaksanakan kebijakan publik, serta dampaknya terhadap kebijakan publik dan
kesejahteraan masyarakat. Implementasi kebijakan seringkali tidak mencapai tujuan yang diinginkan.

Esensi dari masalah implementasi terletak pada distribusi elemen-elemen yang diperlukan. Semakin besar potensi bagi
individu atau organisasi untuk menahan kontribusi mereka, semakin besar kemungkinan kegagalan. Mereka yang
menentang tujuan kebijakan dan mereka yang tidak melihat tujuan tersebut cukup bermanfaat untuk membenarkan
biaya kepatuhan mereka mungkin dengan sengaja menahan kontribusi mereka. Orang lain mungkin melakukannya
karena sumber daya dan kompetensi mereka terlalu terbatas untuk memungkinkan mereka dalam mematuhi kebijakan.

Dalam sistem politik terdesentralisasi, banyak pejabat memiliki kemampuan untuk menahan elemen-elemen yang
diperlukan untuk implementasi. Mereka memiliki kekuatan tawar yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan
keuntungan dari mereka yang membutuhkan elemen-elemen tersebut.

Externalitas Fiskal
 dampak eksternalitas fiskal yang muncul dalam penyediaan barang publik lokal, serta dampaknya terhadap
kebijakan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Desentralisasi memungkinkan pemberian barang publik lokal yang lebih baik sesuai dengan preferensi masyarakat.
Namun, hal ini juga dapat menyebabkan ketidakadilan dalam distribusi barang publik lokal. Desentralisasi
memungkinkan masyarakat untuk memilih paket barang publik yang mereka konsumsi melalui pemilihan yurisdiksi.

Putri Aulia Netra - 24023018 5

Anda mungkin juga menyukai