Ringkasan Buku Weimer Chapter 8
Ringkasan Buku Weimer Chapter 8
Sumber: Policy Analysis_Consepts and Practice (David L. Weimer and Aidan R.Vining)
Setiap masyarakat memproduksi dan mengalokasikan barang melalui kombinasi pilihan individu dan kolektif. Namun,
sebagian besar pilihan individu dapat mengurangi nilai sosial akibat terlalu mengedepankan efisiensi dan kebebasan,
sehingga menimbulkan situasi kegagalan pasar. Pilihan kolektif yang dilakukan melalui struktur pemerintahan
memberikan solusi atas permasalahan akibat pilihan individu. Namun, pilihan kolektif juga dapat mengalami kegagalan
dalam mengedepankan nilai-nilai sosial.
Kebijakan publik harus didasari tidak oleh pemahaman kegagalan pasar tetapi juga kegagalan pemerintah. Ilmu sosial
belum merumuskan teori kegagalan pemerintah yang komprehensif atau diterima secara luas seperti teori kegagalan
pasar. Melalui penggabungan beberapa jenis penelitian independent seperti teori pilihan sosial, berbagai bidang ilmu
politik, studi perilaku organisasi, menunjukkan bahwa pemerintah yang memiliki pejabat publik yang paling cerdas,
jujur, dan berdedikasi sekalipun tidak akan mempromosikan kebaikan sosial dalam semua situasi. Antusiasme untuk
menyempurnakan masyarakat melalui intervensi publik harus diimbangi dengan kesadaran bahwa intervensi publik
muncul dari pilihan kolektif yang tidak sempurna dan mungkin memerlukan upaya implementasi yang menantang.
Paradox of voting berkaitan dengan teorema kemungkinan umum Kenneth Arrow. Arrow membuktikan bahwa aturan
pemungutan suara yang adil dan memenuhi seperangkat kondisi keadilan dasar dapat menghasilkan hasil yang tidak
logis. Artinya aturan yang adil untuk pemilihan tidak akan menjamin urutan sosial yang transitif dari alternatif
kebijakan. Teorema ini memiliki implikasi yang signifikan untuk interpretasi demokrasi, karena menantang gagasan
hasil pemungutan suara sebagai representasi "kehendak rakyat."
a. Keputusan sosial yang diambil melalui referendum mungkin tidak secara otomatis menghasilkan keputusan yang
efisien secara pareto dan adil secara distributif.
b. Intensitas preferensi individu tidak selalu tercermin dengan baik dalam pemungutan suara karena setiap orang
hanya memiliki satu suara meskipun intensitas preferensi mereka mungkin berbeda. Hal ini dapat mengakibatkan
mayoritas secara tidak sengaja memberlakukan biaya yang tinggi pada minoritas karena intensitas preferensi tidak
tercermin dengan baik dalam hasil pemungutan suara.
c. Kebijakan yang terpilih tidak selalu mewakili kehendak mayoritas. Para pemilih harus mengevaluasi paket
kebijakan yang ditawarkan oleh setiap kandidat yang mencalonkan diri berdasarkan platform yang terdiri dari
posisi pada isu kebijakan penting. Namun, para pemilih mungkin memilih kandidat yang memiliki posisi minoritas
pada setiap isu penting, tetapi masih memenangkan pemilihan.
a. Demokrasi memberikan kesempatan bagi warga negara untuk mempelajari masalah-masalah publik dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi yang sebenarnya dapat membuat warga negara
lebih bersedia menerima keputusan sosial yang mereka tolak karena mereka memiliki kesempatan untuk didengar
dan memberikan suara.
b. Demokrasi tidak selalu menghasilkan kebijakan yang baik atau terbaik, namun secara konsisten memberikan
kesempatan untuk memperbaiki kesalahan terburuk.
c. Demokrasi memberikan legitimasi untuk lebih banyak penggunaan referendum. Artinya hasil dari referendum
sebelumnya dapat memberikan legitimasi untuk tuntutan referendum di masa depan.
a) Para wakil rakyat memiliki kepentingan pribadi. Secara umum, kepentingan pribadi para wakil rakyat cenderung
mendorong mereka untuk lebih responsif terhadap konstituennya dan menjauh dari kepedulian terhadap
kesejahteraan sosial yang lebih luas.
b) Perlu biaya yang cukup mahal untuk memantau perilaku wakil rakyat.
c) Disiplin partai membatasi perilaku mementingkan diri sendiri dari para wakil rakyat. Hal ini terjadi karena
beberapa ciri kelembagaan: kontrol terpusat atas dana kampanye, kontrol terpusat atas prosedur pencalonan, dan
karakter sentralisasi pemerintahan kabinet dalam sistem parlementer
Kepentingan yang terkonsentrasi, yang dimiliki oleh kelompok-kelompok kecil atau terorganisir dengan baik, memiliki
kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah secara tidak proporsional. Mereka dapat melakukannya
dengan memberikan informasi, mempengaruhi perwakilan untuk mendukung posisi mereka, dan memberikan dana
kampanye. Hal ini dapat mengarah pada praktik rent seeking, di mana kelompok-kelompok kepentingan berusaha
untuk memperoleh manfaat ekonomi dari kebijakan pemerintah, seperti monopoli, subsidi, atau regulasi yang
menguntungkan mereka.
a. Legislatur berbasis distrik dapat menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien, disebabkan oleh
kecenderungan para legislator untuk menekankan manfaat bagi distrik mereka sendiri.
b. Representasi geografis dapat menyebabkan keputusan yang bertentangan dengan mayoritas pemilih secara
keseluruhan. Hal ini terjadi karena mayoritas pemilih di beberapa distrik dapat mendukung kebijakan tertentu,
sementara mayoritas pemilih secara keseluruhan mungkin tidak mendukung kebijakan tersebut.
a. Para perwakilan yang akan menghadapi pemilihan dalam waktu dekat cenderung memilih kebijakan yang
memberikan manfaat yang terlihat secara langsung sebelum pemilihan. Mereka cenderung lebih memilih
kebijakan yang memberikan manfaat yang terlihat dalam jangka pendek, bahkan jika kebijakan tersebut mungkin
tidak menguntungkan secara keseluruhan dalam jangka panjang.
b. Para perwakilan cenderung menekankan potensi biaya dari proposal kebijakan lawan politik mereka untuk
memanfaatkan efek "loss aversion" (kecenderungan manusia untuk lebih sensitif terhadap kerugian daripada
keuntungan).
c. Siklus pemilihan dapat menyebabkan para perwakilan untuk memberikan bobot yang lebih rendah terhadap
manfaat jangka panjang dan biaya jangka panjang dari kebijakan.
Postur terhadap Perhatian Publik: Agenda Publik, Biaya Tertanggung dan Presenden
perhatian media massa dan iklan politik, biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya, dan preseden kebijakan
sebelumnya dapat memengaruhi keputusan politik para perwakilan.
Media massa dan iklan politik dapat memengaruhi agenda kebijakan publik. Para perwakilan politik berusaha untuk
memanfaatkan perhatian media terhadap kondisi sosial yang tidak diinginkan, seperti penyalahgunaan narkoba, untuk
mengusulkan kebijakan yang diharapkan dapat memberikan solusi. Keputusan politik para perwakilan dapat
dipengaruhi oleh biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya. Para perwakilan politik mungkin enggan untuk
menghentikan proyek atau kebijakan yang sudah menghabiskan biaya besar, karena mereka takut dikritik atas
pemborosan tersebut. Preseden kebijakan sebelumnya dapat mempengaruhi keputusan politik para perwakilan. Para
perwakilan politik dapat menggunakan kebijakan yang sudah ada sebagai dasar untuk mengusulkan kebijakan baru,
dengan alasan bahwa kebijakan tersebut sudah terbukti efektif atau adil.
Kerugian Agensi
kebebasan yang dimiliki oleh eksekutif publik dalam mengelola anggaran dapat menyebabkan ketidakefisienan
yang disebut sebagai "agency loss". Hal ini mencerminkan bagaimana kekuasaan dan informasi yang dimiliki oleh
eksekutif publik dapat memengaruhi penggunaan anggaran mereka, dan dapat menyebabkan ketidaksesuaian
dengan kepentingan masyarakat.
Eksekutif public:
Kesulitan muncul ketika para perwakilan pemerintah harus menentukan nilai dari output yang dihasilkan, seperti
keamanan nasional, penegakan hukum, dan kesehatan masyarakat. Kesulitan dalam menentukan nilai output ini
membuat sulit untuk menentukan ukuran optimal dari lembaga pemerintah.
Lembaga pemerintah tidak menghadapi persaingan langsung, sehingga mereka dapat bertahan bahkan ketika
beroperasi secara tidak efisien. X-inefficiency (merupakan hasil dari ketiadaan persaingan) mewakili kombinasi biaya
kesempatan dari sumber daya yang terbuang dan transfer rente dalam bentuk pembayaran berlebih kepada input faktor
produksi. Keterbatasan persaingan dapat mempengaruhi efisiensi dinamis dari lembaga pemerintah. Dalam banyak
kasus, lembaga pemerintah mungkin menghadapi insentif yang tidak sesuai atau lemah untuk berinovasi.
Kontrol Ex Ante: Ketidakfelsibelan yang disebabkan oleh Perlindungan Pegawai Negeri Sipil
aturan dan perlindungan dalam layanan sipil dapat menyebabkan ketidaklenturan dan ketidakmampuan lembaga
pemerintah untuk beroperasi secara efisien.
Aturan dan perlindungan dalam layanan sipil sering kali membatasi kebebasan para eksekutif lembaga pemerintah
dalam hal bagaimana mereka menggunakan sumber daya lembaga. Aturan-aturan ini dapat mencakup pembatasan
dalam hal bagaimana para eksekutif lembaga dapat merekrut, memberhentikan, memberikan penghargaan, dan
memberikan hukuman kepada karyawan.
Perlindungan dalam layanan sipil juga menciptakan ketidakmampuan untuk memecat karyawan yang tidak kompeten
dan tidak produktif. Hal ini mengakibatkan kecenderungan untuk mempertahankan karyawan yang kurang produktif
dan mengurangi insentif bagi karyawan yang lebih produktif.
Aturan-aturan ini juga dapat membuat proses perekrutan karyawan menjadi lambat dan rumit, yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan program-program baru dengan cepat. Hal ini juga
dapat mengakibatkan keputusan yang kurang tepat dalam perekrutan karyawan karena adanya tekanan untuk mengisi
posisi yang dialokasikan dalam periode anggaran.
Kegagalan birokrasi sering kali muncul dalam bentuk masalah barang publik dan eksternalitas:
Konflik yang mungkin timbul antara konsepsi analis tentang apa yang mempromosikan kebaikan sosial dan
kepentingan pribadi dari klien mereka. Hal ini dapat memunculkan pertanyaan mendasar tentang siapa yang
seharusnya memperhitungkan biaya dan manfaat, serta bagaimana dampak kebijakan publik harus dinilai. Analis
kebijakan harus memahami insentif yang dihadapi oleh orang lain dalam lingkungan organisasional mereka. Hal ini
seringkali penting untuk merancang alternatif kebijakan yang dapat diterima dan diimplementasikan dengan sukses.
Masalah Implementasi
tantangan yang muncul dalam melaksanakan kebijakan publik, serta dampaknya terhadap kebijakan publik dan
kesejahteraan masyarakat. Implementasi kebijakan seringkali tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
Esensi dari masalah implementasi terletak pada distribusi elemen-elemen yang diperlukan. Semakin besar potensi bagi
individu atau organisasi untuk menahan kontribusi mereka, semakin besar kemungkinan kegagalan. Mereka yang
menentang tujuan kebijakan dan mereka yang tidak melihat tujuan tersebut cukup bermanfaat untuk membenarkan
biaya kepatuhan mereka mungkin dengan sengaja menahan kontribusi mereka. Orang lain mungkin melakukannya
karena sumber daya dan kompetensi mereka terlalu terbatas untuk memungkinkan mereka dalam mematuhi kebijakan.
Dalam sistem politik terdesentralisasi, banyak pejabat memiliki kemampuan untuk menahan elemen-elemen yang
diperlukan untuk implementasi. Mereka memiliki kekuatan tawar yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan
keuntungan dari mereka yang membutuhkan elemen-elemen tersebut.
Externalitas Fiskal
dampak eksternalitas fiskal yang muncul dalam penyediaan barang publik lokal, serta dampaknya terhadap
kebijakan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Desentralisasi memungkinkan pemberian barang publik lokal yang lebih baik sesuai dengan preferensi masyarakat.
Namun, hal ini juga dapat menyebabkan ketidakadilan dalam distribusi barang publik lokal. Desentralisasi
memungkinkan masyarakat untuk memilih paket barang publik yang mereka konsumsi melalui pemilihan yurisdiksi.