Anda di halaman 1dari 12

Referat

ANTROPOLOGI FORENSIK

Disusun Oleh:

Cakradenta Yudha Poetera G99151024


Dyah Rohmi Nugraheni G99151025
Asti Swari Paramanindita G99152060

Pembimbing:
drg. Andy Yok,
M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 1


BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5
A. Definisi ................................................................................................ 5
B. Identifikasi Kerangka Manusia ........................................................... 5
C. Identifikasi Jenis Kelamin .................................................................. 6
1. Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Panggul.............................. 6
2. Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Tengkorak.......................... 7
3. Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Femur ................................ 9
4. Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang-Tulang Lainnya ................. 9
D. Identifikasi Ras .................................................................................... 10
E. Identifikasi Perkiraan Usia................................................................... 14
1. Gigi .................................................................................................. 14
2. Penutupan Sutura ............................................................................. 15
3. Pusat Osifikasi ................................................................................. 17
4. Perubahan Os Costae ....................................................................... 18
5. Perubahan Os Pubis dan Facies Auricularis pada Sendi Sacroiliaka 18
F. Identifikasi Perkiraan Tinggi Badan .................................................... 19
G. Identifikasi Perkiraan Waktu Kematian............................................... 20
H. Identifikasi Perkiraan Penyebab Kematian.......................................... 22
BABIII. KESIMPULAN.......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terletak pada jalur Ring of
Fire, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi yang tinggi terhadap
bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah
longsor. Bencana yang menimpa Indonesia tidak hanya bencana yang disebabkan
oleh alam tetapi juga bencana yang disebabkan oleh manusia seperti terorisme
maupun kecelakaan lalu lintas yang meliputi darat, laut dan udara. Bencana yang
dialami tentu menimbulkan korban jiwa.
-Antropologi forensik merupakan cabang ilmu yang digunakan dalam
pemeriksaan pada sisa – sisa rangka untuk membantu menentukan identitas dari
jasad. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk
menentukan apakah sisa-sisa tersebut berasal dari manusia dan selanjutnya dapat
menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.
Pemeriksaan dapat juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan
riwayat penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada
struktur tulang.
Identiikasi korban merupakan hak asasi bagi korban, hal ini juga
diperlukan untuk kepentingan legal seperti asuransi, status pernikahan, serta
warisan. Usia seseorang merupakan bagian mendasar dari data yang berkaitan
dengan identifikasi pada mayat tak dikenal (Villa and Lynnerup, 2014), namun
kenyataannya bahwa usia biologis terkadang berbeda dengan usia kronologis bagi
setiap individu. Terdapat dua sumber utama dalam mengestimasi usia kematian
antara lain pengaruh penuaan pada diri invididu tersebut dan ketrampilan yang
dimiliki oleh investigator (Lovejoy et al. 1997). Perbedaan antara usia kronologi
dan biologis dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : gen, lingkungan,
hormon, hingga psikologi.
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal bulan dan tahun
kelahiran, namun usia kronologis sering tidak cukup pada penilaian tahapan
pertumbuhan dan maturitas somatik dari korban, sehingga dibutuhkan penentuan
usia biologis. Usia biologis dipakai untuk menunjukkan pertumbuhan seseorang
sudah mencapai suatu tahapan tertentu. Terdapat tiga bentuk usia biologis yaitu
berdasarkan perkembangan maturitas seksual, skeletal, dan gigi geligi (Garvin et
al., 2012). Antropologi forensik menggunakan perkiraan usia biologis untuk
memprediksi usia kronologis.
Pada kasus kelainan pertumbuhan ( Achondroplasia), hormon somatotropin
dan mutasi dari gen untuk perkembangan fibroblast yaitu gen ( FGFR 3 )
merupakan faktor utama penyebab adanya kelainan pertumbuhan. Pada kondisi
normal pertumbuhan tulang akan sama dengan usia biologis, namun ketika terjadi
gangguan pertumbuhan maka usia biologis tidak akan sama dengan usia
kronologis. Kondisi ini dapat terjadi karena proses penggabungan epifisis yang
terjadi lebih awal atau mengalami proses percepatan pertumbuhan namun proses
ini akan berhenti lebih awal. Hal lain yang dapat terjadi adalah proses
pertumbuhan sel-sel tulang rawan pada tulang-tulang panjang menjadi tulang
sejati berlangsung sangat lambat, sehingga tulang menjadi pendek dan
mengurangi tinggi badan (APEG, 2012). Dalam kasus ini, estimasi usia dapat
dilakukan melalui gigi dan penutupan sutura pada krania.
Antropologi dental merupakan bagian dari antropologi ragawi yang
mempelajari tentang gigi. Susunan gigi merupakan salah satu metode yang akurat
dalam menentukan usia dari seseorang (Saunders, 2000). Gigi memiliki struktur
yang unik dan paling sulit mengalami degradasi walaupun dalam suhu yang
tinggi.
Estimasi usia berdasarkan sisa kerangka bersifat lebih kompleks bila
dibandingkan mengetahui jenis kelamin, hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan antara umur kronologis dan biologis serta sifat tulang yang dinamis.
Sejak kanak-anak hingga dewasa, tulang dan gigi akan mengalami perubahan
sedangkan ketika berumur 20 tahun, tulang dan gigi akan tetap mengalami
metamorphosis dan degenarasi (Lampl et al., 1992). Penentuan usia melalui
kerangka dapat dilakukan berdasarkan bersatunya epifisis dan diafisis (Ubelaker,
1989), perubahan morfologi pada symphysis pubis (Brook and Suchey, 1990),
perubahan morfologi pada auricularis pubis (Buikstra and Ubelaker, 1994) dan
penutupan sutura krania (Lovejoy et al., 1985).
Pada usia dini hingga remaja, pembentukan dan erupsi gigi dapat
digunakan untuk menentukan usia manusia, sedangkan penyatuan epifisis dengan
diafisis dapat digunakan untuk indikasi usia remaja sampai dewasa muda (Indriati,
2004)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Antropologi forensik merupakan aplikasi ilmu pengetahuan dari
antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka atau
sediaan lain dari sisa-sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi
penting untuk alasan hukum maupun alasan kemanusiaan (Klepinger et al.,
2006).
Upaya identifikasi pada kerangka (antropologi forensik) bertujuan
untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia,
menetukan ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri
khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi
wajah. Pemeriksaan dapat juga memperkirakan waktu kematian, penyebab
kematian dan riwayat penyakit dahulu atau luka yang saat hidup
menimbulkan jejas pada struktur tulang (Indriati, 2004) .

B. Identifikasi Kerangka Manusia


Pertama-tama, dilakukan identifikasi apakah tulang yang
ditemukan benar-benar tulang manusia atau hewan. Pemeriksaan anatomik
dapat memastikan bahwa kerangka yang ditemukan adalah kerangka
manusia. Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal
struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap
manusia memiliki 190 tulang. Tulang ini dibedakan menjadi tulang
panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang didapati pada
tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula.
Tulang pendek meliputi klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan
dan kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti
frontal, parietal dan occipital. Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra
dan basis cranii. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat
umur 6 bulan dan selesai pertumbuhannya pada umur 24 bulan (Stimson
PG dan Mertz CA, 1997).
Gustafson menemukan formula penentuan umur di atas 18-20
tahun berdasarkan adanya perubahan gigi karena penuaan dan
pembusukan gigi (ageing and decaying changes ). Perubahan ini meliputi
atrisi, peridontosis, dentin sekunder, resorpsi akar, aposisi sementum, dan
transparensi akar gigi. Formula Gustafson ini dipakai untuk menentukan
umur pada orang yang telah meninggal dengan cara mencabut gigi dari
soket gigi (Stimson PG dan Mertz CA, 1997).

2. Penutupan Sutura
Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-
perlahan akan menyatu seiring dengan pertambahan usia. Menurut Todd
dan Lyon (1924) terdapat 5 derajat penutupan sutura:
0 : sutura masih terbuka belum ada fusi
1 : mulai menyatu
2 :sutura setengah menghilang
3 :sutura lebih dari setengah menghilang
4 :sutura sudah menghilang

Gambar 6. Derajat Penutupan Sutura

Pemeriksaan tengkorak :
➢ Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna
➢ Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup
umur 20 – 30 tahun
➢ Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 – 35 tahun tetapi dapat
tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun. Sutura spheno-parietal
umumnya tidak akan menutup sampai umur 70 tahun (Hass, 2009).
Gambar 7. Sutura Cranii

Umur Sutura
Sutura sagitalis Sutura sagitalis
(tahun) lamboidea
18-30 Pars obleica Pars temporalis (awal)
30-40 Pars bregmatica Pars temporalis Pars lamboidea
(akhir)
Pars complicate (awal)
40-50 Hampir Pars bregma (awal) Pars media
sempurna Pars complicate(akhir)
50-60 Sempurna Pars bregmatica (akhir) Hampir semua
60-70 Sempurna Hampir semua Hampir semua
>70 Sempurna Sempurna Sempurna

3. Pusat Osifikasi
Penentuan umur dengan menggunakan penutupan garis epifisis
pada tulang panjang ini terutama dipakai pada anak-anak yang sedang
tumbuh. Pemastian penutupan ini hanya dapat ditentukan secara
radiologis. Garis epifisis pada tulang humerus bagian distal menutup pada
umur 13-15 tahun pada perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki. Pada
tulang radius bagian proksimal menutup pada umur 13-14 tahun pada
perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki. Pada tulang ulna bagian distal
menutup pada umur 17 tahun pada perempuan dan 18 tahun pada laki-laki.
Pada tulang clavicula bagian medial menutup pada umur 20 tahun pada
perempuan dan 22 tahun pada laki-laki. Penulangan tulang rawan pada
garis epifisis pada wanita terjadi lebih dahulu dari laki-laki (Krogman dan
Iscan, 1986).
4. Perubahan os costae
Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur. Ujung iga
saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama
proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi
berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia
menua (Klepinger, 2006).
5. Perubahan os pubis dan facies auricularis pada sendi sacroiliaka
Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala
umur dari 18 – 50 tahun. Metode-metode yang digunakan untuk
menentukan umur berdasarkan perubahan pada symphisis pubis tersebut
adalah:
a. Metode Todd
b. Metode Mckern-Stewart
Metode ini mengusulkan scoring dengan cara memecah komponen
permukaan simphisis pubis dalam tiga bagian yang masing- masing
terdiri dari 5 stadium. Komponen tersebut adalah plato dorsal, tanggul
ventral, dan bingkai simfisis.
c. Metode Snow
Cara perhitungan menggunakan komputer. Data yang digunakan
adalah data dari metode McKern-Stewart.
Idries A.M. 1992. Identifikasi. Dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.

Indriati, E., 2004, Antropologi Forensik, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta

Klepinger, L.L. 2006. Fundamentals of Forensic Anthropology. America: A John


Wiley & Sons Inc Publication.

Krogman, W.M., Iscan, M.Y. 1986. Osteometry. In: The Human Skeleton In
Forensic Medicine. Illionis: Charkes C. Thomas Publisher.

Lampl, M., Veldhuis, J.D., and Jonhson, M. L., 1992, Saltation and statis : A
model of human growth, Science, 258:801-803

Lovejoy, C.O., Meinld, R.S., Mensforth, R.P., and Pryzbeck, T.R., 1985,
Chronological metamorphosis of auricularis surface of the ilium : a new
method for the determination of adult skeletal age at death, , American
Journal of Physical Anthropology, 68 : 15-28

Lovejoy, C.O., Meinld, R.S., Tague, R.G., and Latimer, B., 1 97, The comparative
senescent biology of the hominoid pelvis and its implications for the use of age at
death indicators in human skeleton, Integrating Archaelogical Demography :
Multidiciplinary A proaches of Prehistoric Population p 43-63, Southern I linois
University

Marquez-Grant, N. 2015. An overview of age estimation in forensic anthropology:


perspectives and practical considerations. Annals of Human Biology: 1-15.

Perizonius, W.R.K. 1984. Closing and nonclosing suture in 256 cranial of known
age and sex from Amsterdam. Netherland: Utrecht University.

Villa, C., and Lynnerup, N., 2014, Age estimation of skeletal remains: principal
methods, Research and Reports in Forensic Medical Science, 4:3-9

Saunders S.R., 2000, Subadult skeletons and growth-related studies, New York,
Wiley-Liss, 135-161

Stimson, P.G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry. New York: CNC Press Boca
Raton.
Todd, T.W., Lyon, D.W. 1924. Endocranial suture closure. Its progress and age
relationship. American Journal of Physical Antrophology: 325-384.

Ubelaker, D.H., 1989, Human Skeletal Remains : Excavation, analysis,


Interpretation (2nd Ed.), Washingthon, DC

Anda mungkin juga menyukai