Anda di halaman 1dari 50

STUDI TENTANG AHLI FUNGSI KAPAL LAMPU MENJADI KAPAL

PENANGKAPAN DI DESA PANGI SAUK KEC.


LOLAK KAB. BOLAANG MONGONDOW

SEMINAR HASIL PENELITIAN

(Dalam Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

Oleh:
ZET REZA PAPUTUNGAN
NIM. 1705011O5017
STUDI TENTANG AHLI FUNGSI KAPAL LAMPU MENJADI KAPAL
PENANGKAPAN DI DESA PANGI SAUK KEC.
LOLAK KAB. BOLAANG MONGONDOW

SEMINAR HASIL PENELITIAN


(Dalam Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

Diajuhkan sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi

Oleh :

ZET REZA PAPUTUNGAN

17051105017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Zet Reza Paputungan

Nim :17051105017

Judul Skripsi : Studi Tentang Ahli Fungsi Kapal Lampu Menjadi Kapal

Penangkapan Di Desa Pangi Sauk Kecamatan Lolak Kabupaten

Bolaang Mongondow

Tangal Ujian :

Lulus ujian rencana kerja penelitian dan rencana kerja penelitian tersebut telah diperiksa,

diperbaiki dan disetujui oleh komisi pembimbing

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Heffry Vebert Dien S.Pi M.Sc Ph.D Ixchel Feibie Mandagi S.Pi M.Si
NIP. 197002092003121001 NIP. 197102282000032002

Mengetahui,

Wakil Dekan Ketua Program Studi


Bidang Akademik

Dr. Daisy M. Makapedua, S.Pi, P.hD. Fransisko P. T. Pangalila S.Pi. M.Si


NIP. 19691229196032001 NIP. 197309192005011001

i
PERYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya bertandatangan dibawa ini

Nama : Zet Reza Paputungan

Nim : 17051105017

Judul Skripsi : Studi Tentang Ahli Fungsi Kapal Lampu Menjadi Kapal

Penangkapan Di Desa Pangi Sauk Kecamatan Lolak Kabupaten

Bolaang Mongondow

Dengan ini menyatakan bahwa penulis skripsi berdasarkan hasil penelitian, pikiran dan

pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah, tabel, gambar maupun ilustrasi lainya yang

tercantum sebagai bagian dari Skripsi. Jika terdapat karya/pendapat/penelitian dari orang lain

maka saya telah mencantumkan sumber yang jelas dalam daftar pustaka.

Demikian peryataan ini saya buat, apabila di kemudian hari penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam peryataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesusi

dengan peraturan yang berlaku di Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Demikian peryataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari pihak

manapun.

Manado, 16 April 2024


Materai Rp 10.000

Zet Reza Paputungan


17051105017

ii
PRKARTA

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa segala nikmatNya sehinga

laporan hasil penelitian yang berjudul “Studi Tentang Ahli Fungsi Kapal Lampu Menjadi

Kapal Penangkapan Di Desa Pangi Sauk Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow”

dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.

Laporan Hasil penelitian di susun sebagai syarat penting bagi mahasiswa untuk

menyelesaikan program studinya di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam

Ratulangi terutama Program studi Pemanfaatan Sumber Daya Perairan.

Selesainya penyusunan Laporan Hasil Penelitian ini tidak lepas dari bantuan arahan,

bimbingan dan doa dari berbagai pihak, Bapak Heffry Vebert Dien S.Pi M.Sc Ph.D dan Ixchel

Feibie Mandagi S.Pi M.Si selaku dosen pembimbing serta kepada orang tua dan semua pihak

yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsug. Untuk itu saya ucapkan trima kasih

atas segala bantuannya hinga laporan ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari laporan hasil masih belum sempurna baik dari materi penulisan

maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran

seluas luasnya dari pembaca. Laporan Hasil Penelitian yang ditulis inisemoga bermanfaat

sebagai pengetahuan di bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan serta bisa dikembangkan lebih

lanjut.

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIK

v
ABSTRAK

vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
1. PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
1.5 Tempat Dan Waktu Penelitia..........................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Defenisi Kapal Lampu Dan Kapal Penangkapan............................................4
2.2 Dimensi Kapal................................................................................................6
2.3 Stabilitas Kapal...............................................................................................8
2.3.1 Titik-Titik Penting Stabilitas...................................................................9
2.3.2 Macam-macam stabilitas......................................................................10
3. METODOLOGI PENELITIAN...........................................................................18
3.1 Bahan dan Alat..............................................................................................18
3.2 Metode Penelitian........................................................................................18
3.3 Metode Pengumpulan Data...........................................................................18
3.4 Analisis Data.................................................................................................19
3.4.1 Analisa Statistik Deskriptif....................................................................19
3. RENCANA KERJA PENELITIAN.....................................................................20
4. ANGGARAN BIAYA PENELITIAN.................................................................21
5. RENCANA DAFTAR ISI SKRIPSI....................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian..............................................................................18

Tabel 2. Rencana kerja penelitian................................................................................20

Tabel 3. Anggaran biaya penelitian.............................................................................21

vii
i
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

Gambar 1. Titik Stabilitas............................................................................................10

Gambar 2. Stabilitas Positif (Stable Equilibrium).......................................................11

Gambar 3. Stabilitas Netral (Neutral Equilibrium)......................................................12

Gambar 4. Stabilitas Negatif (Negative Equilibrium).................................................12

ix
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikanan dan kelautan adalah salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki

Indonesia untukmeningkatkan sektor ekonomi. Usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

sektor kelautan dan perikananadalah dengan meningkatkan kegiatan pemanfaatan sumber daya

perikanan dan memproduksi komoditas ikan lautdengan operasi penangkapan ikan. Maka peranan

dari kapal perikanan sangatlah penting dalam penangkapan ikan. Kapal merupakan sarana

perhubungan yang dipergunakan manusia untuk membawa muatan (barang ataupenumpang) dari

tempat satu menuju tempat yang lain di daerah perairan dan dibangun orang sesuai dengan

bermacam-macam kepentingan kapal (Unus, 2004).

Untuk mendukung hal tersebut, tidak terlepas dari kebutuhan wahana berupa kapal dan alat

penangkapan ikanbaik untuk proses produksi itu sendiri maupun kebutuhan transportasi dan

kebutuhan komunikasi di laut atau dari lautke daratan. Menurut Unus (2004), syarat-syarat kapal

yang memenuhi kelaiklautan kapal yaitu

1. Keselamatan kapal, yaitu kapal dapat pulang kembali dengan selamat

2. Pengawakan, ABK memenuhi syarat atau memiliki ketrampilan

3. Muatan, tidak melebihi muatan yang seharusnya

4. Kesejahteraan dan kesehatan ABK

5. Status kapal, adanya sertifikat kebangsaan atau menggunakan bendera negara

6. Pencegahan pencemaran air laut, tidak mencemariperairan ketika berlayar

Rancang bangun kapal lampu menjadi kapal penangkapan berfungsi untuk membekali dan

menambah pengetahuan tentang gambaran umum kapal perikanan, ukuran utama kapal, bentuk

10
kapal maupun perhitungan tonase kapal. Hal tesebut tidak lepas dari perkembangan pengetahuan

kapal dari zaman dahulu hingga sekarang mengalami peningkatan sesuai dengan teknologi yang

semakin berkembang. Spesifikasi kapal dari macam-macam kapal yang ada perlu diketahui

berkaitan dengan perbedaan fungsi kapal tersebut. Konstruksi kapal dengan berbagai macam

ukurannya harus diketahui berkaitan dengan beban muatan yang ingin ditampung dari suatu kapal.

Pengetahuan tentang kapal tersebut dengan maksud agar kapal yang dibuat dapat dimanfaatkan

sesuai dengan kegunaan fungsinya dan keberhasilan dalam perolehan hasil penangkapan ikan

selamakapal itu berlayar.

Saat ini nelayan di desa Pangi Suak membuat kapal lampu menjadi kapal penangkapan,

pembuatan kapal yang dilakukan di desa Pangi sauk masih tradisional hanya dengan pengetahuan

dan pengalan secara turun temurun tanpa didasari dengan perhitungan arsitektur perkapalan (naval

architecture) dan gambar rancangan umum (general arangement), gambaran rencana garis (line

plan), dack profile,body plan danprofile contructioan (Rusmilyansari et al. 2014).

1.2 Perumusan Masalah

Diketahui bahwa kapal ikan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha

penangkap ikan di laut. Sehingga dalam pembangunan sebuah kapal maka perlu adanya suatu

konsep desain yang matang agar dalam pembangunan kapal bisa dilihat tingkat stabilitas yang baik

pada saat kapal beroperasi. Beberapa kegiatan kontruksi kapal adalah proses pembangunan kapal

di galangan kapal dimulai dari desain dan dilanjutkan dengan pembangunan kontruksi kapal yang

diawali dengan peletakkan luas, dilanjutkan dengan kontruksi rangka atau gading-gading,

anjungan, kulit kapal. Setelah kapal selesai dikontruksi, selanjutnya dilakukan pengujian stabilitas

kapal dengan meluncurkan kapal ke laut (manengkey dkk, 2023). Pertanyaanya apakah

penegembangan pembuatan pembangunan kapal lampu menjadi kapal penangkapan bisa memiliki

11
tingkat stabilitas yang baik setelah melaksanakan semua langkah-langkah tersebut. Olehnya

peneliti ingin melihat dimensi dan stabilitas kapal yang terdapat di Desa Pangi Sauk Kec.

Sangtombolang Kab. Bolaang Mongondow.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui ukuran utama kapal dan cara pengukurannya

2. Mengetahui cara pembuatan kapal dan bahan-bahan yang digunakan

3. Mengetahui cara pengukuran dan ukuran (GT dan NT) kapal

4. Mengetahui konstruksi rancangan umum dan rancangan garis kapal

12
1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui tingkat stabilitas yang baik dari kapal lampu di ahli fungsikan menjadi

kapal penangkapan di Desa pangi sauk.

2. Dapat mengetahui dimensi kapal dari kapal lampu menjadi kapal penangkapan.

1.5 Tempat Dan Waktu Penelitia

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober di Desa Pangi Sauk Kecamtan

Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara.

13
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kapal Lampu Dan Kapal Penangkapan

Kapal Lampu adalah alat bantu penangkapan yang menggunakan lampu-


lampu navigasi berwarna merah sisi sebelah kiri dan warna hijau sisi sebelah kanan yang dipasang

disisi kapal dengan ketinggian sama dengan navigation.

Kapal penangkap ikan berbeda dengan jenis kapal yang lain sehingga kapal penangkapan

ikan memiliki beberapa keistimewaan yang membedakan dengan kapal-kapal jenis lain (Nomura

dan Yamazaki 1977), yaitu : Kecepatan kapal, kemampuan olah gerak kapal, kelaik lautan,

stabilitas yang tinggi dan daya apung, lingkup area, konstruksi badan kapal yang kuat, daya dorong

mesin, fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan.

Kapal ikan merupakan salah satu sarana di laut untuk melakukan operasi penangkapan

ikan, untuk itu perencanaan untuk desain kapal yang akan dibangun serta karakteristik kapal yang

diinginkan harus diketahui dengan benar (Nomura 1977). Jenis kapal ikan yang dibuat secara

tradisional, pada umumnya kapal itu dibangun tanpa dilengkapi terlebih dahulu dengan gambar

teknis seperti general arragement, lines plan, deck profile construction, engine seating dan lain-

lain. Hal ini disebabkan karena pembangunan kapal yang masih sederhana dan dapat dikatakan

merupakan ilmu warisan secara turuntemurun (Pasaribu, 1986 dalam Kartini 2001). Bahkan secara

umum dikatakan bahwa, kapal penangkap ikan merupakan modal yang sangat penting dalam bisnis

perikanan tangkap (Masengi, dkk 2000).

Anthonie (1975), menyatakan bahwa kapal adalah kendaraan air atau sebuah alat

penghubung yang digunakan diperairan, baik yang memakai alat penggerak sendiri ataupun yang

digerakkan dengan jalan mendayung atau menggunakan galah. Dari segi fungsi dan tujuannya,

14
kapal dapat dibagi dalam beberapa jenis, diantaranya adalah kapal ikan. Perencanaan dan

konstruksi kapal ikan merupakan salah satu faktor penting dalam memulai usaha penangkapan

ikan, karena pembuatan kapal ikan pada umumnya memerlukan modal besar ( Nomura dan

Yamazaki, 1977).

Menurut Panunggal dan Sumartoyo, (1982), kapal adalah kendaraan air atau alat apung

yang menggunakan penggerak sendiri atau tidak, serta merupakan sarana pengangkut barang dari

satu tempat ke tempat lain melalui air dan juga merupakan sarana untuk mengerjakan sesuatu di

air. Sedangkan dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran,

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga

mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan

di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung dan tidak berpindah - pindah.

Fyson (1985) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi desain sebuah kapal ikan

meliputi, (1) sumberdaya perikanan yang tersedia, (2) alat tangkap dan metode penangkapannya,

(3) karakteristik geografi dari daerah penangkpan, (4) laik laut kapal dan keamanan kerja ABK,

(5) hukum dan aturan-aturan yang diperlukan untuk mendesain kapal, (6) pemilihan material

konstruksinya, (7) penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan serta ekonomisnya.

Perencanaan awal dalam pembuatan sebuah kapal akan menghasilkan beberapa parameter

pada kapal yang sangat berpengaruh dalam tahap desain awal, seperti rasio L dan B (L/B) yang

berpengaruh terhadap kecepatan maju dari kapal dimana dengan menurunnya nilai perbandingan L

dan B (L/B) akan menyebabkan kecepatannya menurun, ratio L dan D (L/D) akan mempengaruhi

kekuatan memanjang dari material (longitudinal strength) kapal, dimana dengan meningkatnya

nilai perbandingan tersebut akan berpengaruh negatif pada kekuatan memanjang kapal sehingga

mengalami apa yang disebut dengan “hog” dan “sagging” dan ratio antara B dan D (B/D) akan

15
berpengaruh terhadap stabilitas kapal dan kemampuan geraknya dimana dengan meningkatnya

nilai B/D akan memberikan stabilitas kapal positif namun akan berpengaruh negatif terhadap

propulsive ability kapal tersebut (Fyson, 1985)

2.2 Dimensi Kapal

Ukuran utama kapal merpakan hal yang sangat penting dalam pembuatan suatu model

kapal. Menurut pangalila (2010) dimensi yang diukur adalah sebagai berikut :

1. LOA (Length Over All), panjang seluruh kapal yang diukur dari bagian paling ujung

buritan hingga bagian paling ujung haluan.

2. BM (Breadth Moulded), lebar kapal yang diukur mulai dari sisi luar kapal yang satu

ke sisi lainyya.

3. D (Depth), dalam atau tinggi kapal yang diukur mulai dari dek terendah hingga ke

bagian badan kapal terbawah.

4. LWL (Leng Waterr Line), panjang garis air.

5. d (drafth), dalam sarat kapal yang diukur dari 1w1 (garis air kondisi kapal kosong)

hingga kebawah atau lunas bagian atas.

Menurut susanto (2011), salah satu parameter sederhana yang dapat digunakan untuk

menentukan ukuran kapal yang akan dibagun adalah rsio dimensi utama. Nilai rasia dimensi

utama merupakan pendekatan yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan ukuran kapal

yang sesuai dengan alat tangkap yang akan digunakan dan daerah penangkapan yang dituju.

Penggunaan data rasio dimensi utama akan lebih baik bila diikuti dengan perhitungan stabilitas.

Sehingga kapal yang dihasilkan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan tujuan pembuatannya.

16
Rasio dimensi utama yang dapat menggambarkan kestabilan suatu kapal adalah

perbandingan lebar terhadap dalam (B/D). Nilai B/D sebesar 1,68 menunjukkan bahwa stabilitas

kapal relatif cukup baik.

Distribusi muatan ketika kapal dioperasikan juga memberikan pengaruh terhadap

stabilitas kapal. Oleh karena itu, perhitungan stabilitas kapal juga dilakukan terhadap kondisi

muatan kapal. Muatan kapal terdiri dari alat tangkap, umpan, ABK, BBM, pembekalan (es, air

tawar, bahan makanan) dan hasil tngkapan. Analisis stabilitas dengan kondisi muatan eksisiting

dilakukan terhadap 4 kondisi muatan yang berbeda.

2.3 Koefisien Bentuk Kapal

Selain dimensi utama kapal, koefisien bentuk kapal juga turut mempengaruhi sifat dan karakteristik

kapal.

1. Koefisien Blok (Block Coefficient). Koefisien balok adalah perbandingan antara

volume badan kapal yang berada di bawah permukaan air dengan volume balok yang dibentuk

oleh panjang, lebar, dan tinggi balok. Koefisien blok juga dapat ditentukan dengan pertimbangan

kecepatan kapal dimana untuk kapal cepat umumnya mempunyai Cb yang kecil dan sebaliknya,

untuk kapal dengan kecepatan rendah mempunyai Cb yang besar. Koefisien blok dapat

dinyatakan dengan formula, sebagai berikut:

dimana: Cb = koefisien blok


Vol = volume badan kapal yang di bawah permukaan air
L = panjang garis air kapal
B = lebar garis air kapal (lebar carene)
D = sarat air kapal

17
Badan kapal mempunyai bentuk yang gemuk atau ramping tergantung dari nilai koefisien

balok. Kapal cepat mempunyai nila Cb kecil sedang kapal lambat mempunyai nilai Cb besar.

Selain dengan pendekatan rumus diatas, pehitungan Cb kapal juga dapat dengan menggunakan

rumus pendekatan dengan menggunakan kecepatan kapal, yaitu sebagai berikut:

Metode Kerleen:

2.4 Stabilitas Kapal

Stabilitas adalah keseimbangan dari kapal, merupakan sifat atau kecenderungan dari

sebuah kapal untuk kembali kepada kedudukan semula setelah mendapat senget (kemiringan)

yang disebabkan oleh gaya-gaya dari luar (Rubianto, 1996). Ketika kapal tersebut memiliki

memiliki kesetimbangan yang baik maka ketika kapal mengapung dan tidak miring ke kiri

maupun ke kanan, pada saat kapal berlayar mampu tegak kembali ketika mendapatkan faktor dari

luar kapal antara lain kecapatan angin dan gelombang air laut. Dalam ilmu perkapalan dan

pelayaran, stabilitas dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Stabilitas statis

Stabilitas Statis merupakan stabilitas pada saat kapal dalam keadaan diam maupun pada

saat kapal berlayar dilaut yang tenang

18
1. Stabilitas dinamis

Stabilitas dinamis merupakan stabilitas pada saat kapal sedang mengalami oleng ataupun

pada saat kapal mengangguk. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan kapal

dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu (Ananda, 2017) :

a. Faktor internal

Faktor yang disebabkan oleh gaya yang berkerja dari dalam kapal, seperti tatak letak

muatan, betuk dan ukuran kapal, serta apabila mengalami kebocoran. b. Faktor eksternal

Faktor yang disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari luar kapal seperti gelombang air

laut, angin, dan badai.

2.4.1 Titik-Titik Penting Stabilitas

Menurut Hind (1967) ada beberapa titik penting dalam ilmu stabilitas kapal yaitu :

- Titik berat (G), titik pusat gravitasi kapal.

- Titik apung (B), titik pusat apung kapal.

- Titik metasentris (M), titik metacenter kapal.

Letak titik-titik diatas akan sangat berpengaruh pada stabilitas kapal.

1. Titik Berat (G)

Titik berat atau center of gravity atau biasa dikenal dengan titik G pada sebuah kapal

merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke arah bawah kapal. Letak titik G

dapat diketahui melalui pembagian tata letak muatan. Semakin banyak muatan yang diletakkan

dibagian atas kapal maka letak titik G akan semakin tinggi pula. Begitu pula sebaliknya jika

muatan banyak yang diletakkan di bagian bawah kapal maka titik G-nya pun semakin rendah.

19
Sehingga dapat disimpulkan titik G ini tidak akan berubah letaknya selama tidak ada

pergeseran/perpindahan muatan sekalipun kapal dalam keadaan miring atau oleng

2. Titik Apung (B)

Titik apung atau center of bouyance atau biasa dikenal dengan titik B pada sebuah kapal

merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke arah atas kapal. Sama seperti

titik G, titik M ini juga letaknya dapat berpindah-pindah sesuai dengan adanya perubahan sarat

kapal. Dalam stabilitas kapal titik B ini lah yang menyebabkan kapal dapat kembali ke kondisi

tegak kembali setelah mengalami oleng.

3. Titik Metasentris (M)

Titik metasentris atau biasa dikenal dengan titik M pada sebuah kapal adalah titik semua

sebagai batas dimana titik G tidak boleh melewati diatasnya agar kapal mempunyai stabilitas

positif. Letak titik M ini juga berubah- ubah sesuai dengan sudut keolengan kapal.

Gambar 1. Titik Stabilitas


(Sumber : Wiki Buku, 2016)
2.4.2 Macam-macam stabilitas

Menurut Ananda (2017), stabilitas dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan letak dari

titik G, M, dan B-nya, yaitu :

20
- Stabilitas Positif (Stable Equilibrium)

- Stabilitas Netral (Neutral Equilibrium)

- Stabilitas Negatif (Unstable Equilibrium)

1. Stabilitas Positif

Stabilitas positif atau stable equilibrium terjadi apabila letak titik G berada dibawah titik

M. Ketika kapal mengalami oleng, maka timbullah momen penegak yang akan mengembalikan

posisi kapal menjadi tegak kembali.

Gambar 2. Stabilitas Positif (Stable Equilibrium)

2. Stabilitas Netral

Stabilitas netral atau neutral equilibrium terjadi apabila letak titik G berhimpit dengan titik

M. Ketika kapal mengalami oleng, maka tidak ada momen penegak yang dapat mengembalikan

posisi kapal ke semula sehingga kapal akan terus oleng. Penyebabnya dikarenakan oleh titik G

terlalu tinggi dan behimpit dengan titik M karena muatan yang diatas kapal terlalu banyak.

21
Gambar 3. Stabilitas Netral (Neutral Equilibrium)
3. Stabilitas Negatif

Stabilitas negatif atau unstable equilibrium terjadi apabila letak titik G berada diatas titik

M. Ketika kapal mengalami oleng, maka timbullah momen penerus yang akan membuat posisi

kapal bertambah miring atau bahkan terbalik. Atau yang dapat dinamakan dengan Momen

penerus atau Heiling moment sehingga kapal akan terus bertambah miring.

Gambar 4. Stabilitas Negatif (Negative Equilibrium)

22
Dimensi Pokok Dalam Stabilitas Kapal Ada berbagai macam dimensi pokok dalam

stabilitas, yaitu: KM (Tinggi titik metasenterik di atas lunas kapal), KB (Tinggi titik apung dari

lunas kapal) BM ( Jarak titik apung ke metasentris) KG (Tinggi titik berat dari lunas kapal) GM

(Tinggi metasentris)

1. KM (Tinggi titik metasenterik di atas lunas kapal) merupakan jarak tegak dari lunas kapal

sampai ke titik M, atau jumlah jarak dari titik apung (KB) dan jarak dari titik apung ke

metasentris (BM). Sehingga KM dapat dicari dengan rumus : KM = KB + BM

2. KB (Tinggi titik apung dari lunas kapal) KB merupakan letak titik B diatas lunas, bukanlah

suatu titik yang tetap. Akan tetapi, dapat berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat atau

senget kapal.

Menurut Rubianto (1996), nilai KB dapat dicari dengan nilai sebagai berikut :

Kapal tipe plat bottom, KB = 0,50 d


Kapal tipe U bottom, KB = 0,53 d
Kapal tipe V bottom, KB = 0,67 d
Keterangan :
d : Draft kapal
3. BM ( Jarak titik apung ke metasentris) Menurut usman (1981), BM dinamakan jari-jari

metasentris atau metacentris radius. Karena bila kapal mengoleng dengan sudut-sudut yang kecil.

Maka lintasan pergerakan titik B merupakan sebagian busur lingkaran dimana M merupakan titik

pusatnya dan BM sebagai jari-jarinya. Titik M masih bisa dianggap tetap karena sudut olengnya

kecil (10˚-15 ˚).

Menurut Rubianto (1996)


:BM = b² / 10d

23
Keterangan :
b : Lebar kapal
(m) d : Draft kapal
(m)
4. KG (Tinggi titik berat dari lunas kapal) Nilai KG dapat dihitung dengan menggunakan dalil

momen. Nilai KG dengan dalil momen ini digunakan bila terjadi permuatan atau pembongkaran

di atas kapal dengan mengetahui letak titik berat suatu bobot diatas lunas yang disebut dengan

vertical centre of gravity (VCG) lalu dikalikan dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh

momen bobot tersebut, selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal di bagi dengan

jumlah bobot menghasilkan nilai KG pada saat itu. Untuk perhitungan nilai KG dapat dicari

dengan rumus sebagai berikut :

KG = M x W
Keterangan :
M : Jumlah Momen (ton)
W : Jumlah perkalian titik-titik berat dengan bobot benda (m/ton)

5. GM (Tinggi metasentris) Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) merupakan jarak

tegak antara titik G dan titik M. Nilai GM ini yang akan menunjukkan keadaan stabilitas awal

kapal dan keadaan stabilitas pada saat berlayar.

GM = KM – KG
GM = (KB + BM) - KG

24
2.5 Perhitungan Eksak Metode Trapesium

Untuk Perhitungan luas secara eksak, dilakukan dengan alat yang bernama Planimeter.

Planimeter digunakan secara manual, dilakukan dengan mengukur tiap station pada body plan.

Sedangkan untuk menghitung Volume Displacement secara eksak, dilakukan dengan

menggunakan rumus:

Vd  Lpp BT Cb ( m 3 )

Dimana nilai-nilai Lpp,B,T dan Cb diperoleh dari data-data awal kapal. Formulasi numerik

dilakukan dengan menggunakan metode trapesium dan metode simpson.

Gambar 5. Fungsi parabola pada metode Trapesium

Dari teori metode trapesium, untuk menghitung luas badan kapal yang tercelup air laut

dilakukan dengan menghitung luas tiap station pada body plan. Perhitungan luas dengan metode

trapesium dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan :

25
Dari Dimana f a merupakan nilai y pada titik awal ordinat, f b adalah nilai y pada titik terakhir

ordinat tersebut dan  i f x merupakan nilai y pada titik diantara a dan b. Diperoleh suatu faktor

trapesium (FT) yaitu

Pada metode trapezium nilai y  f x , untuk station-station pada body plan (body plan

metode trapesium) diperoleh dengan mengukur jarak dari garis tengah sampai bagian tepi kapal.

Untuk station-station selain station AP dan 0.25, nilai y  f x, diperoleh dengan mengukur jarak

tiap-tiap WL (Waterline) pada station tersebut. Nilai-nilai waterline untuk tiap station dapat

dilihat pada Lampiran (datadata kapal). Sedangkan untuk station AP dan 0.25, dibuat pias baru

dan nilai y diperoleh dengan mengukur jarak pias-pias tesebut dari garis tengah kapal ke bagian

tepi kapal

dengan  , maka luas kurva dari tiap station pada

body plan, dapat dihitung dengan rumus :

Sehingga diperoleh rumus untuk menghitung luas tiap station yaitu :

A  2 I , Dimana I (luas kurva) merupakan luas setengah station, maka :

Untuk memeriksa ketelitian, dilakukan perhitungan nilai koreksi. Untuk


menghitung nilai koreksi perhitungan luas, diambil luas midship (ordinat 5) dan dilakukan

dengan menghitung rumus berikut:

26
Dan untuk menghitung volume displacement dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus :

 merupakan nilai luas tiap-tiap station. Nilai Koreksi VD metode trapesium dihitung dengan

rumus

27
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian


No Nama alat dan Bahan Kegunaan
1 Buku dan Pulpen Untuk mencatat segalah
hal yang berhubungan
dengan pengambillan data
2 Leptop Untuk Menyusun Hasil
Penelitian
3 Kamera (Hanpone) Untuk Mengambil
Dokumentasi
4 Meteran Rol Sebagai alat ukur

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Menurut Sugiyono

(2013), Metode kuantitatif disebut dengan metode discovery, karena dengan metode ini dapat

ditemuhkan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Metode ini

disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari

sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat

terbarukan atau selalu berubah. Teknik yang dapat digunakan penelitian untuk mengumpulkan

data primer antara lain pengukuran langsung dimensi objek penelitian observasi wawancara,

partisipasi aktif
28
dan dokumentasi (Hermawan, 2005). Dan data sekunder menurut Sugiyono (2012), data

sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisa Statistik Deskriptif

Menurut (Husaini Usman 2003), statistik deskriptif ialah susunan anka yang

memeberikan gambaran tentang data yang disajikan dalam bentuk-bentuk tabel, diagram,

histogram, poligon, frekuensi, ukuran penempatan, (median, kuartil, tabel diagram, dan

persentil), ukuran gejala pusat (rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata desil dan persentil),

ukuran gejala pusat ( rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata harmonik, danmodus), simpanan

baku, angka baku, kurva normal, kolerasi, dan regresi linier yang dapat menyajikan data

penyelidikan secara teratur, singkat, mudad dimengerti, tetapi masi memberi gambaran yang

tepat tentang sesuatu keadaan, adalah salah satu tugas statistik yang sangat penting. Penyajian

data stistik pada dasarnya ada dua bentuk:

1. Bentuk penyajian dengan tabel-tabel

2. Bentuk penyajian dengan grafik-grafik

29
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan umum lokasi penelitian

4.2 Hasil Pengukuran Kapal

Kapal yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian iniyaitu KM Mana.Wilayah

pengoperasian KM Mana yang tidak jauh dari wilayah pelabuhan. Kontruksi utama dari sebuah

kapal terdiri dari sebuah kapal kayu terdiri : 1) lunas, 2) linggi haluan, 3) linggi uritan, 4) galar kim,

5) galar balok, 6) gading, 7) jarak antar gading, 8) kulit lambung. Di Indonesia secara umum

ketentuan kontruksi kapal telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) tahun 1996. Badan

ini mempunyai wewenang menetapkan ukuran kerangka kapal, cara penyambungan dan ukuran-

ukuran modulus penampang pada kapal yang diperbolehkan untuk kontruksi kapal. Untuk kapal

dibawah ukuran 24 meter tidak diwajibkan mengikuti aturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

tahun 1996. Akan tetapi hal tersebut sangat diperlukan agar kondisi yang telah ditentukan ukuran

kapal memiliki kekuatan dan kekokohan terutama untuk pantai selatan.

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun. 1992. TentangPelayaran.


Bab I. KetentuanUmumPasal 1 Ayat 2.

Asep, Hermawan. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Gramedia.

Anthonie. 1975. Ilmu Kepandaian Mualim. Diktat Seri Pelayaran Tingkat Mualim Indonesia.
Populeir Peternon Sidomulyo IV/24. Surabaya. 107 hal
Ayodhyoa, A.U. 1972. Fishing Boat.Corespondence Course Centre.IPB. Bogor. Hal 66.

Canvas 8. 2011. Versi 8.0.2 Build 553. Copyright 2011 deneba system, Inc. Allright reserved
world wide.

Fransisca C.S. 1989. Pengkajian Kapal Pukat CIncin Di Kecamatan Bitung Selatan Kota
Administratip Bitung Propinsi Sulawesi Utara. Tesis. Universitas Sam Ratulangi
Fakultas Perikanan Manado. 39 Hal.
Free!Ship. 2011. Versi 3.2t. Frees-Ship come with absolutely no warranty, this is free software,
and you are welcome to redistribute it under the condition of the GNU General Public.

Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessel. Fishing News Books Ltd. England. 320p.

Hadriyanto. 1982. Pembuatan Kapal Gillnet 14,5 GT di PT. M. Jusdi. Tengah. Karya Ilmiah.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 134 hal.

Husnaini, Usman. 2003. Uji Reliabilitas Dalam Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hind J. 1967. Trim and Stability of Fishing Vessel. Fishing News (books) Ltd. London. 120p.

Kartini. 2001. Pengaruh pemindahan berat pada stabilitas kapal rawai di Kecamatan Juana,
Kabupaten PATI Jawa Tengah.Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.

Masengi. K.W.A., Takeda, K. Ueno, HV Dien, IF Mandagi dan IY Paransa. 2000. International
Symposium on Fisheries Science in Tropical area, Proceeding of JSPS-DGHE, 584 hal

46
Manengkey, R. C , Kawilarang W A Masengi, Lusia Manu, Revols D Ch. Pamikiran, Alfrets
Luasunaung, Heffry V Dien. Studi tentang Desain Kapal Perikanan Pantai. 2023. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap, Vol 8, nomor 1, 31-38 hal.

Nomura, M. Dan T. Yamazaki, 77. Fishing nTechniques I. Japan International Corporation


Agency. Tokyo. 206 hal

Panunggal, P. E. Dan W. A. Sumartojo. 1982. Konstrukso Bangunan Kapal. Depdikbud. Dirjen


Pendidikan Menengah Kejuruan. 1987 hal.
Pasaribu, B. P. 1985. Prosiding Seminar Pengembangan Kapal Ikan di Indonesia Dalam Rangka
Implementasi Wawasan Nusantara, 24 November 1984. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
106 hal

Rubianto. (1996). Bangunan dan Stabilitas Kapal. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Susanto A, Iskandar BH, Imron M. 2011.Evaluasi Desain dan Stabilitas Kapal Penangkap Ikan di
Palabuhanratu : studi kasus kapal PSP 01. Jurnal Marine Fisheries. 2(2):213-221 Sudjana.
1980. Desain dan analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito, Bandung. 208 hal.

47
48

Anda mungkin juga menyukai