Anda di halaman 1dari 3

AYAH YANG ISTIMEWA

Oleh: Putu Abhi Agastya / Panca Pradana


“You don’t express much with words, but a light pat on the
shoulder or a firm handshake is enough to let me know that you are
very proud of me.” Mungkin dari quotes diatas kita bisa mengetahui
sosok yang amat kokoh, sosok yang juga sangat berjasa, sosok yang
idealis dan terkadang kaku namun selalu dan senantiasa ada untuk
kita, khususnya untuk-ku. Benar ialah Ayahku!

Bukanlah sosok yang tinggi maupun terpandang, ayahku


hanyalah orang yang biasa-biasa saja, ia adalah anak ke-empat dari
lima bersaudara. Semasa kecil ia hidup seperti anak pada umumnya,
bermain dan menghabiskan waktu dengan teman-temannya, yang
membuatnya menjadi sosok yang sangat mudah bergaul alias
sosialita. Kesederhanaan dan didikan keras dari ayahnya dulu yang
kelak mengubahnya menjadi sosok yang pantang menyerah nan
bijaksana dikemudian hari.

Singkat cerita ayahku telah lulus SMP dan melanjutkan


pendidikannya di SPK atau pendidikan keperawatan/dokter, disana ia
menempuh pendidikan layaknya asrama juga sama seperti ku
sekarang, bedanya asrama-nya ia dikelola dan dimiliki oleh seorang
mayor jenderal dan juga menjadi satu dengan batalyon yang ada
disana. Tidak heran jika disana mental dan karakternya mulai
terbentuk dan menjadi sosok yang bisa membimbing anak-anaknya
kelak kedepannya

Singkatnya saat aku sudah memasuki kindergarten atau TK,


ayahku mengajariku untuk bisa bersosialisasi dan mempunyai empati
yang tinggi, aku yang notabane nya keras kepala masih susah untuk
menerima itu, ayahku mengajariku secara perlahan walau terkadang
tegas dan keras namun itu hanyalah awal untuk memperoleh
kesuksesan. Aku perlahan mulai mengikuti gaya ayahku dalam
menyelesaikan suatu permasalahan hidup dan mendengarkan setiap
celoteh ia mengenai banyak hal namun yang paling menarik adalah
mengenai cita-cita dan masa depan ku nanti, benar ayahku sangat
ingin aku mengikuti jejaknya yaitu menjadi seorang tenaga
kesehatan, disana aku yang merasa diberi kepercayaan dan tanggung
jawab mulai merasa semangat, bibit-bibit untuk menggapai hal itu
tumbuh didalam diriku dan aku ingin membuktikannya dengan
menjadi seorang dokter untuk membanggakan orang tuaku nanti.

Ayahku yang mendengar bahwa anaknya ingin menjadi seorang


dokter sangat senang, ia mengajari, memberi motivasi dan
menyiapkan segala hal, mulai dari hal kecil yang akan menjadi bekal
untukku nanti salah satunya adalah mendaftarkan-ku bimbel khusus
mapel IPA, dan menempa karakter-ku dengan menyekolahkan ku ke
sekolah boarding school semi militer yaitu SMA Taruna Mandara.
Ada satu hal yang aku sangat banggakan dari ayahku yaitu
perjuangannya menempuh pendidikan, cita-cita dan kehidupannya,
dari dibenci oleh sekelompok orang hingga selamat dari maut bom
bali, benar ayahku pernah hampir menjadi korban kekejaman teroris
Jemaah Islamiyah (JI) saat ia sedang menghantarkan pasien dari ayah
sanglah ke legian, Kuta. Namun hal itu tidak terjadi berkat feeling
dia yang mengatakan akan ada suatuhal yang buruk yang akan
menimpa Bali, alhasil ia berhasil menghindar dari malaikat maut, itu
juga yang membuat ia terlihat spesial dimata anaknya yang kelak
akan menjadi penerus dalam melanjutkan perjuangannya nanti.

Anda mungkin juga menyukai