“You don’t express much with words, but a light pat on the shoulder or a firm handshake is enough to let me know that you are very proud of me.” Mungkin dari quotes diatas kita bisa mengetahui sosok yang amat kokoh, sosok yang juga sangat berjasa, sosok yang idealis dan terkadang kaku namun selalu dan senantiasa ada untuk kita, khususnya untuk-ku. Benar ialah Ayahku!
Bukanlah sosok yang tinggi maupun terpandang, ayahku
hanyalah orang yang biasa-biasa saja, ia adalah anak ke-empat dari lima bersaudara. Semasa kecil ia hidup seperti anak pada umumnya, bermain dan menghabiskan waktu dengan teman-temannya, yang membuatnya menjadi sosok yang sangat mudah bergaul alias sosialita. Kesederhanaan dan didikan keras dari ayahnya dulu yang kelak mengubahnya menjadi sosok yang pantang menyerah nan bijaksana dikemudian hari.
Singkat cerita ayahku telah lulus SMP dan melanjutkan
pendidikannya di SPK atau pendidikan keperawatan/dokter, disana ia menempuh pendidikan layaknya asrama juga sama seperti ku sekarang, bedanya asrama-nya ia dikelola dan dimiliki oleh seorang mayor jenderal dan juga menjadi satu dengan batalyon yang ada disana. Tidak heran jika disana mental dan karakternya mulai terbentuk dan menjadi sosok yang bisa membimbing anak-anaknya kelak kedepannya
Singkatnya saat aku sudah memasuki kindergarten atau TK,
ayahku mengajariku untuk bisa bersosialisasi dan mempunyai empati yang tinggi, aku yang notabane nya keras kepala masih susah untuk menerima itu, ayahku mengajariku secara perlahan walau terkadang tegas dan keras namun itu hanyalah awal untuk memperoleh kesuksesan. Aku perlahan mulai mengikuti gaya ayahku dalam menyelesaikan suatu permasalahan hidup dan mendengarkan setiap celoteh ia mengenai banyak hal namun yang paling menarik adalah mengenai cita-cita dan masa depan ku nanti, benar ayahku sangat ingin aku mengikuti jejaknya yaitu menjadi seorang tenaga kesehatan, disana aku yang merasa diberi kepercayaan dan tanggung jawab mulai merasa semangat, bibit-bibit untuk menggapai hal itu tumbuh didalam diriku dan aku ingin membuktikannya dengan menjadi seorang dokter untuk membanggakan orang tuaku nanti.
Ayahku yang mendengar bahwa anaknya ingin menjadi seorang
dokter sangat senang, ia mengajari, memberi motivasi dan menyiapkan segala hal, mulai dari hal kecil yang akan menjadi bekal untukku nanti salah satunya adalah mendaftarkan-ku bimbel khusus mapel IPA, dan menempa karakter-ku dengan menyekolahkan ku ke sekolah boarding school semi militer yaitu SMA Taruna Mandara. Ada satu hal yang aku sangat banggakan dari ayahku yaitu perjuangannya menempuh pendidikan, cita-cita dan kehidupannya, dari dibenci oleh sekelompok orang hingga selamat dari maut bom bali, benar ayahku pernah hampir menjadi korban kekejaman teroris Jemaah Islamiyah (JI) saat ia sedang menghantarkan pasien dari ayah sanglah ke legian, Kuta. Namun hal itu tidak terjadi berkat feeling dia yang mengatakan akan ada suatuhal yang buruk yang akan menimpa Bali, alhasil ia berhasil menghindar dari malaikat maut, itu juga yang membuat ia terlihat spesial dimata anaknya yang kelak akan menjadi penerus dalam melanjutkan perjuangannya nanti.