Anda di halaman 1dari 1

ANGKRINGAN DAN HUJAN

Hari itu, siang yang panas bak membakar apa saja yang ada diluaran sana. Saya bersama
ibu dan adik tengah sibuk menyiapkan masakan yang akan kami jajakan sore nanti dilapak
sederhana, angkringan pinggir jalan kota ini. Kota yang tengah tumbuh dalam kecongkakan
metropolitan. Tekad, ini modal yang kami punya, semangat menyambung hidup ditengah
keterbatasan.

Menjelang siang, cuaca terlihat murung, awan mulai menghitam, menandakan akan
turun hujan. Gemuruh menggema ditiap sudut langit. Hati ini ikut murung, gelisah akan
dagangan yang siapkan pagi ini tidak terjual sore nanti. Tak lama, hujan deras, seolah tak peduli
kegelisahan ini. Menjelang sore, hujan makin menjadi, saya siapkan semua bahan dagangan
keatas motor tua, satu-satunya kendaraan yang kami punya. Tetap semangat nak…semoga laris
hari ini, nasehat Ibu dalam doa sederhananya. Ya bu…terima kasih, doakan anakmu ini.

Menyusuri jalan desa yang penuh lubang dan genangan. Basah kuyup, dingin,
membekukan semangat. Kami tata dagangan penuh harap, lama waktu, pikiran ini kosong
sambil menatap jalanan, sepi, hampa. Tiba-tiba lamunan ini tersentak, sekelompok anak muda
tiba-tiba berhenti didepan lapak kami. Mas, pesan wedang jahe buat saya dan teman-teman.
Ada 10 anak muda hadir dalam harapan yang semenjak siang seolah hilang. Dengan semangat
kami siapakan semua pesanan mereka. Tuhan, terima kasih atas segala rahman dan Rahim-
Mu…

Wangon, 1 Juli 2021

Norma Hasan, S.Pd.I

Anda mungkin juga menyukai