Proposal Sli!!!
Proposal Sli!!!
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1
percaya diri.
2
Dalam hal ini, pengunjung salon dapat memanjakan diri dan mempercantik diri
baik dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan berbagai perawatan yang
ditawarkan oleh masing-masing salon.
Saat ini ketergantungan seorang wanita dengan salon kecantikan sangat
tinggi hal ini dapat ditunjukan dengan bertambahnya jumlah salon kecantikan dan
selalu dibanjiri oleh pelanggan. Mengingat bangsa pasar yang cukup besar
khususnya bagi perempuan dimana seiring perkembangan jaman, tren dan model
gaya rambut yang terus berubah ditambah kebutuhan akan kecantikan diri sangat
penting bagi perempuan. Bicara tentang perawatan tubuh, seperti perawatan
rambut dan wajah, tentu akan erat kaitannya dengan salon kecantikan. Salon
merupakan salah satu wadah untuk mewujudkan hal tersebut. Untuk itu,
Penelitian ini dilakukan di Tania Salon. Tania salon merupakan Unit Kegiatan
Menengah yang pastinya menggunakan kosmetik sebagai alat utama usaha
tersebut. Limbah-limbah kosmetik pada Tania Salon dapat berupa limbah dari
kemasan suatu produk kosmetik, makeup yang sudah kadaluarsa, dan juga sponge
dan alat-alat salon lainnya yang tidak bisa digunakan lagi.
Integrated Sustainable Waste Management merujuk pada pendekatan
holistik yang bertujuan untuk mengelola limbah secara efisien dan bertanggung
jawab sambil meminimalkan dampak lingkungan, mempromosikan konservasi
sumber daya, dan mendorong manfaat sosial dan ekonomi. Hal ini melibatkan
integrasi berbagai praktik, teknologi, dan kebijakan pengelolaan limbah untuk
mengatasi seluruh siklus pengelolaan limbah mulai dari generasi hingga
pembuangan. Dengan mengintegrasikan pendekatan dan prinsip-prinsip
Integrated Sustainable Waste Management, dapat menciptakan ekonomi sirkular
di mana sumber daya digunakan secara lebih efisien, limbah diminimalkan, dan
dampak lingkungan dan sosial dikurangi, pada akhirnya berkontribusi pada
masyarakat yang lebih berkelanjutan dan tangguh.
3
1. Bagaimana analisis dampak terhadap lingkungan (AMDAL) limbah kosmetik?
2. Bagaimana efektivitas pengelolaan limbah kosmetik dengan penerapan
Integrated Sustainable Waste Management?
3. Bagaimana perbandingan kualitas lingkungan sebelum dan sesudah
pengaplikasian Integrated Sustainable Waste Management?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dampak terhadap lingkungan (AMDAL) limbah kosmetik.
2. Mengidentifikasi efektivitas pengelolaan limbah kosmetik dengan penerapan
Integrated Sustainable Waste Management.
3. Membanding kualitas lingkungan sebelum dan sesudah pengaplikasian
Integrated Sustainable Waste Management.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Kosmetik
2.1.1. Pengertian Limbah Kosmetik
Limbah kosmetik adalah sisa-sisa produk kosmetik yang dibuang setelah
digunakan. Limbah kosmetik umumnya mencakup bahan kimia berbahaya baik
yang berbentuk maupun tidak berbentuk. Limbah kosmetik di salon dapat berasal
dari berbagai produk kosmetik seperti botol shampoo, mangkuk, dan sisir cat yang
terbuat dari plastik, kapas, botol hairspray, wadah makeup dan lainnya. Limbah
cair kosmetik bisa berasal dari pencucian peralatan dengan menggunakan air dan
sabun/deterjen, air bekas cucian rambut, dan air bekas pembersihan makeup. Jenis
jasa yang ditawarkan oleh salon umumnya beragam. Mulai dari jasa perawatan
diri hingga untuk merias diri. Hal ini menyebabkan banyaknya jenis produk yang
digunakan didalam salon yang secara langsung juga memperbanyak jenis limbah
yang dihasilkan oleh usaha salon.
Untuk jasa merawat diri, limbah kosmetik yang dihasilkan diantaranya
botol kemasan dari setiap produk yang dipakai contohnya botol shampoo,
creambath, lulur hingga masker. Lalu air cucian, biasanya air cucian rambut dan
juga wajah. Sedangkan untuk jasa merias diri, limbah kosmetik yang dihasilkan
adalah kemasan dari produk makeup yang dipakai, sampah makeup yang expired
sebelum habis dipakai, hingga limbah pencemaran udara yang dihasilkan dari
penggunaan alat alat di salon seperti hair dryer dan alat uap. Limbah kosmetik
terutama yang terbuat dari plastik tentu akan sangat berbahaya bagi lingkungan
sekitar karena dapat menyumbang pencemaran lingkungan seperti di tanah,
saluran pembuangan, sungai, dan laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengelolaan limbah kosmetik yang baik dan didaur ulang dengan baik agar tidak
menumpuk dan menjadi masalah lingkungan.
5
2.2. Dampak Limbah Kosmetik
Limbah dari produk kosmetik, seperti kemasan plastik dan mikroplastik,
memiliki dampak berbahaya bagi lingkungan. Jika tidak dikelola dan didaur ulang
dengan baik, sampah plastik dari kemasan skincare atau kosmetik dapat
menumpuk dan mencemari lingkungan, termasuk tanah dan air. Selain itu,
penggunaan mikroplastik dalam produk kosmetik juga menjadi salah satu
penyebab pencemaran lingkungan, karena mikroplastik sulit terurai di lingkungan
seperti sungai, saluran pembuangan, dan laut. Mikroplastik adalah potongan
plastik yang sangat kecil dengan diameter kurang dari 5 mm. Mikroplastik dapat
mencemari lingkungan dan menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan,
karena mikroplastik sulit terurai di lingkungan seperti sungai, saluran
pembuangan, dan laut. Ada dua jenis mikroplastik, yaitu mikroplastik primer yang
diproduksi langsung untuk produk tertentu seperti deterjen, kosmetik, dan
pakaian, serta mikroplastik sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik
di lautan.
Mikroplastik dapat ditelan oleh makhluk hidup yang sangat kecil seperti
bakteri, amoeba, dan plankton yang hidup di perairan hingga akhirnya dimakan
oleh pemangsanya seperti ikan. Mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui makanan, misalnya mengkonsumsi ikan atau hewan air yang
tercemar limbah plastik, penggunaan garam saat pengawetan ikan, dan
penggunaan wadah makanan yang terbuat dari plastik.Penting untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah kosmetik dan
kosmetik ramah lingkungan.
Langkah-langkah seperti daur ulang sampah plastik, pengurangan
penggunaan kantong plastik, dan beralih kepada kemasan yang lebih ramah
lingkungan dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah kosmetik
terhadap lingkungan. Saat ini, kesadaran konsumen Indonesia yang relatif rendah
terhadap produk kosmetik ramah lingkungan menyebabkan masih banyaknya
penggunaan kosmetik yang tidak ramah lingkungan.
Meski sering dikira tidak berbahaya, kosmetik yang sudah kedaluwarsa
sebenarnya termasuk golongan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Kosmetik mengandung bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan, seperti
6
beberapa daftar bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik kedaluwarsa
dibawah ini, dimana perlu dilakukan penanganan yang baik dan benar.
2.2.1. Microbeads
Bahan ini merupakan plastik dalam ukuran sangat kecil. Microbeads
biasa digunakan untuk membuat produk perawatan tubuh seperti exfoliating
scrub, face cleanser, hingga sabun mandi. Baik karena kadaluwarsa
atau pemakaian, microbeads kerap dianggap sampah biasa. Padahal, partikel kecil
tersebut dapat mencemari air, baik itu saluran air, sungai, danau, hingga laut. Ini
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan membahayakan kesehatan
manusia. Pasalnya, komposisi microbeads membuatnya bersifat menarik racun
dan merusak rantai makanan di perairan. Ditunggu berapa lama pun, microbeads
terus mengancam keadaan lingkungan karena tidak bisa terurai. Sifat non-
biodegradable merupakan dampak dari komposisi microbeads yang biasa
ditemukan dalam produk kosmetik, yaitu polietilen atau polipropilen. Komposisi
tersebut cenderung murah dan mudah dibuat, namun membutuhkan waktu ratusan
tahun sampai akhirnya terurai.
2.2.2. Merkuri
Sejumlah produsen kosmetik menggunakan merkuri sebagai salah satu
bahan produk kecantikan karena garam merkuri mampu menghambat
pembentukan melanin. Hasil yang dijanjikan antara lain warna kulit cerah dan
terang, serta mengurangi bintik hitam. Pemakaian produk yang mengandung
merkuri tidak disarankan karena berpotensi mengakibatkan dampak seperti iritasi,
ruam, luka, dan akibat lainnya. Meski begitu, masih banyak kosmetik yang
mengandung merkuri. Parahnya lagi, merkuri juga menyebabkan kerusakan
lingkungan. Bentuk gas dari merkuri dapat mencemari udara, lalu membahayakan
manusia dan hewan. Merkuri yang masuk ke saluran air pun akhirnya dikonsumsi
oleh biota air. Hal ini menjadi penyebab larangan makan ikan bagi ibu hamil, ibu
yang baru melahirkan, dan anak di bawah enam tahun.
7
2.2.3. Paraben
Paraben adalah zat kimia yang kerap digunakan sebagai pengawet produk
kosmetik. Meski bersifat biodegradable, uji laboratorium menunjukkan bahwa
paraben membahayakan ekosistem terumbu karang. Senyawa tersebut turut
ditemukan di permukaan air, ikan, dan sedimentasi laut. Produk yang
mengandung paraben biasanya berbentuk cair, seperti moisturizer, pembersih
wajah, serta tabir surya atau sunscreen. Pasalnya, paraben dapat mencegah
tumbuhnya bakteri dan jamur pada produk.
2.2.5. Siloksan
Nama siloksan lebih umum dikenal sebagai silikon. Bahan ini mungkin
tidak asing karena kerap digunakan dalam pembuatan lipstik hingga perawatan
rambut. Sebelumnya, senyawa kimia ini dinilai aman untuk lingkungan. Namun,
beberapa penelitian terbaru membuktikan dampak berbahaya siloksan terhadap
makhluk hidup dan lingkungan.
Siloksan memang digunakan untuk berbagai tujuan. Namun, monitor di
Uni Eropa membuahkan jawaban terkait produk yang membawa risiko terbesar
dari siloksan. Sebagian besar risiko lingkungan akibat siloksan ternyata berasal
dari produk kecantikan. Oleh karena itu, Anda tidak dapat membuang kosmetik
kedaluwarsa begitu saja.
2.2.6. Triklosan
Bahan kosmetik yang juga membahayakan lingkungan adalah triklosan.
Terdapat sifat racun pada triklosan, di mana tumbuhan ganggang atau alga terkena
dampaknya. Padahal, alga memiliki peran penting untuk ekosistem perairan.
8
2.2.7. Wewangian sintetis
Material wewangian sintetis ada dalam berbagai jenis kosmetik.
Masalahnya, harum pada produk kosmetik terbuat dari sejumlah bahan kimia.
Campuran bahan kimia tersebut terbukti berbahaya untuk lingkungan laut.
Pengolahan air limbah tidak dapat memecahnya, sehingga material pun berakhir
di perairan.
9
kosong
10
ke toko merek tersebut untuk didaur ulang. Apalagi dengan mengembalikan
wadah kosong biasanya kita bisa mendapatkan potongan harga jika ingin membeli
kosmetik dengan merk yang sama.
Pilihan lain adalah dengan beralih ke kosmetik bebas sampah. Biasanya
kemasan kosmetik dibagi menjadi banyak tipe mulai dari yang mudah terurai
hingga yang sulit terurai. Apalagi ditengah maraknya kampanye cinta lingkungan,
sudah ada banyak sekali kosmetik dengan ramah lingkungan yang bisa menjadi
pilihan. Memilih kosmetik dengan kemasan yang ramah lingkungan atau mudah
terurai tentu bisa menjadi salah satu cara menanggulangi tingginya limbah yang
dihasilkan dari kosmetik. Memilih kosmetik dengan kemasan ramah lingkungan
dapat membantu mengurangi limbah kosmetik secara keseluruhan.
Cara terakhir adalah dengan memilah sampah makeup. Sebagai
pengguna, memilah dan mengolah sampah makeup dengan cara yang bertanggung
jawab, misalnya dengan membersihkan kemasan dalam botol untuk memudahkan
proses daur ulang. Dengan memilah milah kemasan sisa, kita bisa membuang
botol kemasan kita ke tempat pembuangan yang benar sehingga dapat melalui
proses pengolahan dan daur ulang yang maksimal.
11
pengelolaan sampah yang akan memfasilitasi berbagai kegiatan seperti daur
ulang, dan pemisahan, sebelum akhirnya dibawa ke Tempat Pemrosesan Sampah
(TPS) (Visigah & Kakulu,2015). Maka diperlukan tindakan yang benar guna
mengembangkan sistem yang bertujuan untuk mendapat manfaat dan
memaksimalkan sumber daya yang ada.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16