Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rabiatul Adawiyah

NIM : 2308016272
Kelas :E
Mata Kuliah : Hukum Pidana
Dosen : Nur Aripkah S.H., M.H.
Selain tindak pidana, ada satu elemen lagi untuk dapat dipidananya seseorang yaitu
pertanggungjawaban, atau sering juga disebut dengan kesalahan. Jadi untuk mempidana
seseorang tidak cukup hanya didasarkan pada perbuatan yang melawan hukum atau
timbulnya akibat yang dilarang (unsur objektif) tetapi harus ditemukannya juga pada diri
orang tersebut kesalahan (unsur subjektif).
Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban orang terhadap tindak pidana yang
dilakukannya. Terjadinya per-tangunggjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan suatu
mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas
"kesepakatan menolak" suatu perbuatan tertentu.
Roeslan Saleh menyatakan "bahwa pertanggungjawaban pidana diartikan seba-gai
diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara sub-jektif
memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu".
Jadi kesalahan itu dalam konteks doktrinal itu ada dua jenis pertama kesalahan itu dilakukan
dengan sengaja (dolus) dan yang kedua kesalahan itu dilakukan dengan tidak sengaja (culpa).
A. KATEGORI SENGAJA

a) Sengaja sebagai maksud / tujuan


Perbuatan pelaku bertujuan menimbulkan akubat yang dilarang
Contoh 3 kasus yang sengaja sebagai maksud/tujuan yaitu perbuatan pelaku bertujuan
menimbulkan akibat yang dilarang adalah:
1. Pembunuhan: Pembunuhan adalah kejahatan yang dilarang oleh undang-undang, dimana
pelaku benar-benar menghendaki dan mengetahui atas perbuatan yang salah dan
bertentangan dengan hukum. Misalnya, pembunuhan dengan pidana penjara paling lama
15 tahun yang diancam dalam pasal 338 KUHP.
2. Pencurian: Pencurian adalah kejahatan yang dilarang oleh undang-undang, dimana pelaku
benar-benar menghendaki dan mengetahui atas perbuatan yang salah dan bertentangan
dengan hukum. Misalnya, pencurian dengan pidana penjara paling lama 4 tahun yang
diancam dalam pasal 314 KUHP.
3. Perbuatan yang menyebabkan kecelakaan: Perbuatan yang menyebabkan kecelakaan
adalah kejahatan yang dilarang oleh undang-undang, dimana pelaku benar-benar
menghendaki dan mengetahui atas perbuatan yang salah dan bertentangan dengan hukum.
Misalnya, penggunaan kendaraan bermotor yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
diperlukan, yang dapat menyebabkan kecelakaan dan diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun.
b) Sengaja dengan keinsyafan / kesadaran kepastian
Akibat memang dituju oleh si pelaku dan akibat yang tidak diinginkan tetapi merupakan
suatu keharusan untuk mencapai tujuan
Contoh 3 kasus sengaja dengan keinsyafan/kesadaran kepastian adalah kejahatan yang
dilarang oleh undang-undang, dimana pelaku benar-benar menghendaki dan mengetahui atas
perbuatan yang salah dan bertentangan dengan hukum, tetapi tidak mengharapkan akibat
yang tidak diinginkan sebagai suatu keharusan untuk mencapai tujuan:
1. Penipuan: Penipuan adalah kejahatan yang dilarang oleh undang-undang, dimana pelaku
benar-benar menghendaki dan mengetahui atas perbuatan yang salah dan bertentangan
dengan hukum, tetapi tidak mengharapkan akubat yang tidak diinginkan sebagai suatu
keharusan untuk mencapai tujuan. Misalnya, penipuan dalam transaksi jual beli dengan
pidana penjara paling lama 2 tahun yang diancam dalam pasal 310 KUHP.
2. Penggunaan narkotika: Penggunaan narkotika adalah kejahatan yang dilarang oleh
undang-undang, dimana pelaku benar-benar menghendaki dan mengetahui atas perbuatan
yang salah dan bertentangan dengan hukum, tetapi tidak mengharapkan akubat yang tidak
diinginkan sebagai suatu keharusan untuk mencapai tujuan. Misalnya, penggunaan
narkotika dalam jumlah yang tidak diperbolehkan dengan pidana penjara paling lama 5
tahun yang diancam dalam pasal 112 KUHP.
3. Penggunaan alat bantu pemeliharaan kesehatan dengan tidak memenuhi syarat:
Penggunaan alat bantu pemeliharaan kesehatan dengan tidak memenuhi syarat adalah
kejahatan yang dilarang oleh undang-undang, dimana pelaku benar-benar menghendaki
dan mengetahui atas perbuatan yang salah dan bertentangan dengan hukum, tetapi tidak
mengharapkan akubat yang tidak diinginkan sebagai suatu keharusan untuk mencapai
tujuan. Misalnya, penggunaan alat bantu pemeliharaan kesehatan yang tidak memenuhi
syarat dengan pidana penjara paling lama 3 tahun yang diancam dalam pasal 118 KUHP.

c) Sengaja dengan keinsyafan/kesadaran kemungkinan


Akibat tertentu ini bukan tujuan/ maksud dari si pelaku
Contoh kasus sengaja dengan keinsyafan/kesadaran kemungkinan akibat tertentu ini bukan
tujuan/ maksud dari si pelaku adalah:
1. Seorang pekerja pabrik yang sengaja membuang limbah berbahaya ke sungai dengan
kesadaran bahwa hal itu merugikan lingkungan, tetapi dilakukan karena tekanan dari
atasan atau kebijakan perusahaan.
2. Seorang individu yang sengaja menyebarkan berita palsu di media sosial dengan
kesadaran bahwa hal itu dapat menimbulkan kepanikan atau kerugian bagi orang lain,
meskipun tujuan sebenarnya mungkin hanya untuk menarik perhatian atau mendapatkan
keuntungan tertentu.
3. Seorang peternak yang sengaja menggunakan zat-zat kimia berbahaya pada hewan
ternaknya dengan kesadaran bahwa hal itu dapat merugikan kesehatan konsumen, tetapi
mungkin dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan hewan atau
meningkatkan hasil produksi.
B. KATEGORI CULPA

a) Culpa yang disadari


Berbuat kealpaan yang dapat dibayangkan kemungkinan akan akibat-akibatnya, hanya saja
akan terjadi / timbul ?
Contoh kasus kealpaan yang disadari (culpa disadari) dalam hukum pidana adalah:
1. Kasus suatu pelaku yang memiliki kendaraan yang tidak memenuhi syarat keamanan dan
mengemudikan kendaraan yang cepat di jalan yang tidak aman. Dalam keadaan ini, pelaku
tidak tertarik pada keinsyafan atau kesadaran kemungkinan akibat tertentu, tetapi hanya
mencari keuntungan dari kejadian tersebut.
2. Kasus suatu pelaku yang mengangkut barang yang tidak memenuhi syarat keamanan dan
mengangkut barang di luar ruang angkutan yang diperbolehkan. Dalam keadaan ini,
pelaku tidak tertarik pada keinsyafan atau kesadaran kemungkinan akibat tertentu, tetapi
hanya mencari keuntungan dari kejadian tersebut.
3. Kasus suatu pelaku yang mengemudikan kendaraan ke jalan yang tidak memenuhi syarat
keamanan dan tidak memiliki izin. Dalam keadaan ini, pelaku tidak tertarik pada
keinsyafan atau kesadaran kemungkinan akibat tertentu, tetapi hanya mencari keuntungan
dari kejadian tersebut.

b) Culpa yang tidak sadar (onbewuste schuld)


Orang yang berbuat sama sekali tidak sadar, tidak membayangkan akibat perbuatannya,
kesalahannya terletak pada kelalaian atau ketiadaan berpikir sewajarnya.
Contoh kasus kealpaan yang tidak sadar (Culpa yang tidak sadar) dalam hukum pidana
adalah:
1. Seorang pengendara mobil yang sedang mengemudi dalam keadaan mengantuk dan tanpa
sadar menabrak pejalan kaki di trotoar karena tidak memperhitungkan risiko mengemudi
dalam kondisi yang tidak memungkinkan.
2. Seorang petugas kebersihan yang secara tidak sengaja meninggalkan bahan kimia yang
berbahaya di area umum, tanpa menyadari potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya bagi
orang lain.
3. Seorang pekerja konstruksi yang tidak sengaja meninggalkan alat berat di tempat yang
tidak aman, tanpa menyadari bahwa itu dapat menyebabkan kecelakaan bagi pekerja lain
di lokasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai