Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.

2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067


@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

Elastisitas Permintaan Rumah Sederhana Tipe 36


di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat

Bunga Paramita

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Indonesia

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis elastistas permintaan rumah sederhana
tipe 36 di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data sekunder, sampelnya berjumlah 32 unit observasi. Variabel yang digunakan meliputi
harga rumah sederhana tipe 36, jarak perumahan ke CBD, tingkat density (kepadatan)
penduduk perkecamatan, jumlah rumah tangga per kecamatan, dan PDRB per kapita. Alat analisis
yang digunakan merupakan regresi data panel dengan menggunakan pendekatan OLS (common),
variabel boneka (fixed effect) dan random effect. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode
fixed effect menghasilkan regresi yang terbaik dari 3 (0tiga) pendekatan yang ada dalam data
panel, di mana variabel harga rumah sederhana tipe 36 berkorelasi negatif dan signifikan
terhadap jumlah rumah sederhana tipe 36 yang diminta di Kota Padang dengan tingkat
elastisitas permintaan sebesar 1,56%, jarak perumahan ke CBD berkorelasi negatif dan signifikan
terhadap jumlah rumah sederhana tipe 36 yang diminta di Kota Padang dengan tingkat elastisitas
permintaan sebesar 1,73%, Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa permintaan rumah
sederhana di Kota Padang Sumatera Barat elastis terhadap harga rumah sederhana tipe 36 dan
jarak perumahan ke CBD.

Kata kunci: elastisitas permintaan rumah sederhana tipe 36, faktor ekonomi, fixed effect

ABSTRACT : This research aims to analyze type 36 house demand elasticity in Padang City, West
Sumatera Province. It used secondary data collected from 32 units of sample observation. The
variables were 36-type housing price, distance to CBD, district density, number of household, and
GDP per capita. The instruments of analysis were data panel regression using OLS approach, fixed
effect , and random effect. The analysis results show that fixed method gives the best result of
regression among the three approaches in the data panel. The variable of house price has a
negative and significant correlation with the demand in Padang City with an elasticity level of
1.56%; the distance to CBD has a negative and correlation with demand with an elasticity level of
1.73%. The research results give a picture that the demand for simple houses in Padang city, West
Sumatera Province is elastic toward the price of type 36 house, and distance to CBD.

Keywords: demand elasticity of simple type 36 house, economic factor, fixed effect

Email Address : bungaparamita1@gmail.com

135
Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067
@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

I. Pendahuluan SBI, dan diikuti dengan KPR yang meningkat


Dalam Undang-Undang nomor 4 tahun akan meningkatkan permintaan rumah atau
1992 tentang perumahan dan pemukiman properti.
dinyatakan bahwa rumah merupakan Kota Padang merupakan ibukota Provinsi
bangunan yang berfungsi sebagai tempat Sumatera Barat, Provinsi dengan etnis
tinggal atau hunian, serta sarana pembinaan Minangkabau, sangat spesifik karena
keluarga. Rumah tidak dipandang sebagai menganut sistem keturunan dari garis ibu.
bentuk fisik menurut standar tertentu Kegiatan sektor perdagangan menempati
(dwelling unit), tetapi merupakan proses urutan kedua setelah sektor keuangan.
interaksi antara bangunan rumah dengan Sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat,
penghuni dalam siklus waktu hidupnya. Pada Kota Padang memiliki Pelabuhan Alam
pasal 5 ayat 1 juga dinyatakan bahwa setiap Teluk Bayur yang merupakan pintu gerbang
warga negara mempunyai hak untuk kelautan yang menghubungkan Sumatera
menempati dan atau menikmati dan atau Barat dengan daerah-daerah lainnya,
memiliki rumah secara layak dalam memberikan dampak yang positif bagi
lingkungan yang sehat, aman, serasi dan perkembangan Kota Padang. Salah satu
teratur. sarana pendukung perkembangan Kota
Dalam hal pembiayaan perumahan, Padang lainnya adalah dengan mulai di
bisnis properti berkaitan erat dengan suku operasikannya Lapangan Udara dengan
bunga karena bersifat padat modal, sebutan Minangkabau Internasional
sehingga sangat rentan terhadap peredaran Airport (MIA) di Ketaping sejak bulan Juli
uang dan tingkat suku bunga. Saat bunga 2005, menjadikan Kota Padang sebagai
KPR turun seiring dengan menurunnya rata- sentral bisnis di Sumatera Barat.
rata tertimbang tingkat diskonto (suku bunga)

Gambar 1.1
Peta Kota Padang

136
Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067
@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

Wilayah Kota Padang secara geografis 2


adalah sebesar 12.938 jiwa/km dengan
memiliki batasan-batasan sebagai berikut:
1. sebelah Utara berbatasan dengan luas daerah 32,50 km2. Hal ini dapat
Kabupaten Padang Pariaman; dikatakan bahwa kepadatan penduduk Kota
2. sebelah Selatan berbatasan dengan Yogyakarta lebih tinggi dibanding dengan
Kabupaten Pesisir Selatan; kepadatan penduduk Kota Padang. Untuk laju
3. sebelah timur berbatasan dengan pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta
Kabupaten Solok; tahun 2005 adalah sebesar
4. sebelah Barat berbatasan dengan 12,82%, hal ini menunjukkan bahwa
Samudera Indonesia. laju pertumbuhan penduduk Yogyakarta
2 lebih tinggi dibandingkan dengan laju
Kota Padang dengan luas 694,96 km ,
pertumbuhan penduduk di Kota Padang.
memiliki 17 pulau kecil dan mempunyai
Kebijakan Pembangunan Kota Padang
garis pantai + 68 km, dengan kondisi ini
dituangkan lebih lanjut dalam Rencana
Kota Padang disebut sebagai kota water
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
front city. Secara administrasi terdiri dari
dan Rencana Pembangunan Jangka
11 kecamatan dan 104 kelurahan. Adapun
Menengah (RPJM). RPJP dan RPJM
laju pertumbuhan penduduk pada tahun
mempunyai maksud dan tujuan untuk
2003 ada
meletakkan landasan yang kuat bagi
sebesar 1,92%, pada tahun 2004 adalah
pembangunan daerah Kota Padang di sebesar
2,43% dan pada tahun 2005 menjadi
1,92%, pada tahun 2004 adalah 2,43%
2,44% dengan demikian kepadatan
dan pada tahun 2005 menjadi 2,44%
penduduknya bertambah dari 1.129 jiwa/km2 dengan demikian kepadatan penduduknya
2
tahun 2004 menjadi 1.153 jiwa/km bertambah dari 1.129 jiwa/km2 tahun 2004
tahun 2005. Jumlah penduduk terbesar
menjadi 1.153 jiwa/km2 tahun 2005.
terdapat di Kecamatan Koto Tangah yakni
Jumlah penduduk terbesar terdapat di
148.264 jiwa, tetapi karena wilayahnya paling
Kecamatan Koto Tangah yakni 148.264 jiwa,
luas hingga mencapai 33% dari luas Kota
tetapi karena wilayahnya paling luas hingga
Padang maka kepadatan penduduknya
mencapai 33% dari luas Kota Padang maka
termasuk rendah yaitu sebesar 638 jiwa/km2. kepadatan penduduknya termasuk rendah
Kecamatan terkecil adalah kecamatan Bungus
yaitu sebesar 638 jiwa/km2. Kecamatan
Teluk Kabung dengan jumlah penduduk yaitu
terkecil adalah kecamatan Bungus Teluk
23.197 jiwa tahun 2005, dengan kepadatan
Kabung dengan jumlah penduduk yaitu
230 jiwa/km2 (BPS, 2005: 58). 23.197 jiwa tahun 2005, dengan kepadatan
230 jiwa/km2 (BPS, 2005: 58).
Kota Padang dapat dikatakan juga sebagai
kota tujuan pendidikan, hal ini terlihat dari
Kota Padang dapat dikatakan juga sebagai
banyaknya pendatang dengan tujuan
kota tujuan pendidikan, hal ini terlihat dari
melanjutkan pendidikan ke Kota Padang,
banyaknya pendatang dengan tujuan
Kota Padang memiliki 3 universitas negeri
melanjutkan pendidikan ke Kota Padang,
dan 63 universitas swasta (BPS, 2005:100).
Kota Padang memiliki 3 universitas negeri
Jika dibandingkan kepadatan penduduk Kota
dan 63 universitas swasta (BPS, 2005:100).
Padang dengan Kota Yogyakarta yang
Jika dibandingkan kepadatan penduduk Kota
juga merupakan kota pendidikan, pada
Padang dengan Kota Yogyakarta yang
tahun 2005
juga merupakan kota pendidikan, pada
kepadatan penduduk Kota Yogyakarta
tahun 2005 kepadatan penduduk Kota
137
Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067
@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

Yogyakarta adalah sebesar 12.938 penduduk. Setiap orang butuh rumah, dalam
2 2 hal ini, banyaknya jumlah unit rumah yang
jiwa/km dengan luas daerah 32,50 km . Hal
diminta tidak seiring dengan jumlah unit
ini dapat dikatakan bahwa kepadatan
rumah yang ditawarkan di Kota Padang.
penduduk Kota Yogyakarta lebih tinggi
Berdasarkan hal inilah maka dipandang
dibanding dengan kepadatan penduduk Kota
perlu untuk melakukan kajian terhadap
Padang. Untuk laju pertumbuhan penduduk
elastisitas jumlah rumah sederhana yang
Kota Yogyakarta tahun 2005 adalah sebesar
diminta di Kota Padang.
12,82%, hal ini menunjukkan bahwa laju
Mengacu pada latar belakang tersebut,
pertumbuhan penduduk Yogyakarta lebih
tentunya topik ini layak dan menarik untuk
tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan
di jadikan sebuah penelitian, terlebih lagi
penduduk di Kota Padang.
penelitian ini menganalisis mengenai
Kebijakan Pembangunan Kota Padang
elastisitas permintaan rumah sederhana, maka
dituangkan lebih lanjut dalam Rencana
yang menjadi fokus penelitian adalah
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
bagaimana elastisitas permintaan rumah
dan Rencana Pembangunan Jangka
sederhana tipe 36 di Kota Padang Provinsi
Menengah (RPJM). RPJP dan RPJM
Sumatera Barat
mempunyai maksud dan tujuan untuk
meletakkan landasan yang kuat bagi Tujuan Penelitian
pembangunan daerah Kota Padang di masa
datang dengan melakukan reformasi disegala Tujuan penelitian ini adalah:
bidang pembangunan. 1. untuk menganalisis elastisitas jumlah
Visi dari Kota Padang adalah rumah sederhana tipe 36 yang diminta
mewujudkan Kota Padang sebagai Pusat di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat,
perekonomian dan pintu gerbang perdagangan dikaji dari harga rumah sederhana;
terpenting di Indonesia Bagian Barat, 2. untuk menganalisis elastisitas jumlah
menjadikan Kota Padang sebagai kota rumah sederhana yang diminta di
tujuan urbanisasi dari daerah-daerah yang Kota Padang Provinsi Sumatera
ada disekitarnya. Maka sudah dapat Barat, dikaji dari jarak lokasi
dipastikan bahwa kebutuhan akan lahan, perumahan ke CBD;
perumahan dan pemukiman akan terus
3. untuk menganalisis elastisitas jumlah
mengalami peningkatan.Sehingga harga
rumah sederhana tipe 36 yang
lahanpunakan semakin meningkat.
Kesanggupan masyarakat untuk diminta di Kota Padang Provinsi
memperoleh rumah baik secara cash maupun Sumatera Barat, dikaji dari segi
kredit adalah tidak terlepas dari seberapa kepadatan penduduk per kecamatan;
besar pendapatan yang diterima oleh 4. untuk menganalisis elastisitas jumlah
masyarakat. Untuk suatu wilayah, pendapatan rumah sederhana tipe 36 yang
bagi masing-masing penduduk tercermin dari diminta di Kota Padang Provinsi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Sumatera Barat, dikaji dari jumlah
kapita, yakni PDRB dibagi jumlah penduduk rumah tangga
pada pertengahan tahun. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) merupakan data Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis
statistik yang merangkum perolehan nilai Pelaksanaan pembangunan perumahan di
tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia pada umumnya dilakukan oleh
suatu wilayah. berbagai pihak. Adapun lingkup pembangunan
Kebutuhan rumah terus meningkat perumahan menurut Pedoman Pembangunan
seiring dengan pertumbuhan jumlah Perumahan Indonesia sebagai berikut:

138
Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067
@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

1. pembangunan perumahan dan masyarakat tentang rumah yang layak tinggal


pemukiman yang dilakukan oleh dan lingkungan yang sehat. Berdasarkan
Perum Perumnas yang penggunaan dan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 (tiga)
pemilikannya diperuntukkan bagi menteri tentang Pedoman Pembangunan
masyarakat berpenghasilan sedang dan Perumahan dan Pemukiman dengan
rendah; Lingkungan Hunian yang Berimbang, pada
2. pembangunan perumahan yang pasal 1 menyatakan bahwa yang dimaksud
dilakukan oleh perusahaan yang dengan:
tergabung dalam pengusaha Real Estate 1. rumah sederhana adalah rumah tidak
Indonesia (REI) yang pada umumnya bersusun dengan luas lantai bangunan
diperuntukkan bagi golongan masyarakat tidak lebih dari 70m², yang di bangun di
menengah ke atas; atas tanah dengan luas kavling 54m²
3. pembangunan perumahan yang sampai dengan 200m² dan biaya
dilakukan oleh perusahaan konstruksi pembangunan per m² tidak melebihi
swasta yang diperuntukkan bagi dari harga satuan per m² tertinggi
golongan masyarakat yang untuk pembangunan rumah dinas tipe C
berpenghasilan menengah kebawah yang berlaku, yang meliputi rumah
melalui KPR BTN; sederhana tipe besar, rumah sederhana
Karakteristik perumahan tipe kecil, rumah sangat sederhana dan
Rumah mempunyai hal yang spesifik dan kavling siap bangun;
unik jika dibandingkan dengan barang lain 2. rumah sederhana tipe besar adalah
yang digunakan pada umumnya. Levy (1985 : rumah sederhana luas lantai bangunan
191-192) menyebutkan bahwa rumah antara 36m² sampai dengan 70m²;
mempunyai karakteristik spesifik sebagai 3. rumah sederhana tipe kecil adalah
berikut. rumah sederhana dengan luas lantai
1. Terdapat pada tempat tertentu selama bangunan 21 m² sampai dengan 36m²,
umur bangunannya sekurang-kurangnya memiliki kamar
2. Secara umum lebih tahan lama. Nilainya mandi dengan WC dan ruang serba guna;
dipengaruhi oleh lokasi dan lingkungan 4. rumah sangat sederhana adalah rumah
sekitarnya. tidak bersusun dengan luas lantai
Lokasi perumahan bangunan 21m² sampai dengan 36m² dan
Ekologi perkotaan sebagai suatu dasar sekurang-kurangnya memiliki kamar
teori untuk menjelaskan pola penggunaan mandi dengan WC dan ruang serba guna
lahan untuk pertama kali dikembangkan oleh dengan biaya pembangunan per m²
Burgess, Mckenzie, Wirth & Dark (lihat Alat Analisis
Levy, 1985: 64). Dalam ekologi perkotaan Untuk menjawab rumusan masalah
ada beberapa teori yang dapat dikelompokkan digunakan metode analisis kuantitatif dengan
menjadi 3 (tiga) model. alat analisis regresi bentuk log linier. Adapun
1. Model Kosentrik Burgess (Burgess data yang digunakan dalam penelitian ini
Concentric Zone Model) merupakan data panel pada periode 2002 –
2. Model Sektoral Homer Hyot (Hyot 2005.
Sectoral Model)
3. Model Inti Ganda Chancy D. Harris and Pemilihan bentuk fungsi model empiris
Edward Ullman (Harris and Ullman Adapun model regresi dalam bentuk log linier
Multiple Nuclei Model) dapat ditulis sebagai berikut :
Kebutuhan Rumah Tinggal
Kebutuhan rumah tinggal semakin Ln JUTit = β0 - β1 ln HGit - β2 ln Jit +
meningkat seiring dengan bertambahnya β3 ln Dit + β4 ln JRTit + β5 ln
penduduk dan meningkatnya pengetahuan PDRBit + εi

139
Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067
@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

Keterangan : Untuk mengestimasi model regresi dan


a. JUT adalah jumlah unit terjual tiap proses perhitungan, pada penelitian ini akan
kecamatan (unit) digunakan pendekatan OLS (Common),
b. HG adalah harga rumah per unit tiap Variabel Boneka (Fixed Effect) dan Random
kecamatan di Kota Padang (Rp) Effect Selanjutnya pendekatan terbaik akan
c. J adalah jarak lokasi perumahan ke Pusat digunakan dalam analisis model regresi dalam
Kota (CBD) (per km) bentuk log linier.
d. D adalah kepadatan penduduk tiap
kecamatan (per orang) JRT adalah Analisis Ekonomi :
jumlah rumah tangga tiap kecamatan (per Analisis ini digunakan untuk
Rt) memberikan interpretasi ekonomi yang
e. PDRB adalah PDRB perkapita tiap relevan dikaitkan dengan hasil–hasil
kecamatan (juta Rp) penelitian sebelumnya dan dampaknya
f. β0 adalah Intercept terhadap elastisitas permintaan rumah
g. β1 β2 β3 β4 β5 adalah koefisien regresi sederhana tipe 36.
variabel bebas Tabel 2.1
h. i adalah Kecamatan (Koto Tangah, Variabel Independen dan Arah Parameter
No Variabel independen Arah yang
Pauh, Kuranji, Lubuk Begalung, Lubuk diharapkan
Kilangan, Padang Selatan, Padang Utara,
1 Harga rumah sederhana tipe 36 _
Nanggalo)
i. T adalah Tahun Observasi Jarak lokasi perumahan ke _
CBD
j. ln adalah Logaritma Natural
Tingkat kepadatan penduduk +
k. εi adalah variabel pengganggu
Jumlah rumah tangga +

Analisis regresi data panel: PDRB per kapita +


Regresi dengan menggunakan data panel
dapat mengatasi permasalahan keterbatasan Sumber hasilpenelitian terdahulu (diolah)
data. Karena data panel mampu
menyediakan data yang lebih banyak, Analisis Data
sehingga akan menghasilkan degree of Metode, sumber dan jenis data
freedom yang lebih besar. Dalam Penelitian ini dilakukan di Kota Padang,
mengestimasi model regresi akan sangat Provinsi Sumatera Barat dengan
tergantung dari asumsi yang dibuat tentang menggunakan data sekunder beberapa
intersep, koefisien slope dan residualnya, kecamatan di Kota Padang Adapun sumber
dan ada beberapa kemungkinan yang akan data yang digunakan dalam penelitian ini:
muncul yaitu (Hsiao,Cheng, ibid, pp 9-10). 1. Unit rumah sederhana tipe 36 yang
1. Diasumsikan bahwa intesep dan slope terjual, data bersumber dari
adalah tetap sepanjang waktu dan rekapitulasi tahunan DPD REI cabang
individu, dan perbedaan intersep dan Sumatera Barat dengan menggunakan
slope dijelaskan oleh residual. dana BTN.
2. Diasumsikan slope adalah tetap tetapi 2. Unit rumah sederhana tipe 36 yang
intersep berbeda antar individu. terjual, data bersumber dari
3. Diasumsikan slope tetap tetapi rekapitulasi tahunan DPD REI cabang
intersep berbeda baik antar waktu Sumatera Barat dengan menggunakan
maupun antar individu. dana BTN
4. Diasumsikan intersep dan slope 3. Harga rumah sederhana tipe 36,
berbeda antar individu. datanya bersumber dari rekapitulasi
5. Diasumsikan intersep dan slope berbeda tahunan DPD REI cabang Sumatera
antar waktu dan individu. Barat dengan menggunakan fasilitas
dana BTN.
140
Jurnal Bahtera Inovasi Vol. 4 No.2 Tahun 2021 ISSN 2747-0067
@Program Studi Manajemen
FE Universitas Maritim Raja Ali Haji

4. Jarak perumahan ke CBD, bersumber Padang, Sumatera Barat.


dari dinas pekerjaan umum, bagian 2. Unit rumah sederhana tipe 36 yang
prasarana jalan Kota Padang, dinas tata terjual adalah jumlah keseluruhan
ruang dan bangunan. transaksi dari penjualan rumah sederhana
5. Tingkat kepadatan penduduk per yang diukur dalam satuan unit.
kecamatan, bersumber dari Padang dalam 3. Harga rumah sederhana tipe 36 adalah
angka yang diterbitkan oleh BPS Kota harga pasar yang terjadi dari hasil
Padang. kesepakan antara penjual dan pembeli yang
6. Jumlah rumah tangga per kecamatan, dinyatakan dalam satuan rupiah.
bersumber dari Padang dalam angka 4. Jarak dari lokasi perumahan ke CBD
yang diterbitkan oleh BPS Kota Padang. merupakan suatu indikator yang
7. PDRB per kapita per kecamatan, datanya menunjukkan aksesibilitas (kemudahan)
bersumber dari Padang dalam angka dan untuk mencapai pusat kota yang dapat
publikasi PDRB Kota Padang yang dilalui oleh transportasi yang diukur dalam
diterbitkan oleh BPS Kota Padang. satuan kilometer.
Definisi operasional variabel 5. Tingkat kepadatan penduduk per
Untuk memudahkan dan menyatukan kecamatan, merupakan pencerminan dari
pemahaman dalam pengukur setiap variabel jumlah penduduk dibagi dengan luas
yang diteliti, maka perlu disusun defenisi daerah per persatuan jiwa.
operasional sebagai berikut. 6. Jumlah rumah tangga per kecamatan,
1. Jumlah rumah yang diminta adalah unit adalah jumlah penduduk yang telah
rumah sederhana tipe 36 yang telah menikah disuatu wilayah dihitung dari
terjual dan dibeli oleh konsumen yang jumlah per kepala keluarga.
dibangun oleh Perum Perumnas dan 7. PDRB per kapita adalah jumlah barang
pengembang swasta lainnya, dengan dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan produksi di tiap kecamatan
Rumah Bank BTN (KPR BTN) di Kota
Tabel 3.1
Rangkuman Hasil Estimasi Regresi dengan Pendekatan OLS (Common), Variabel Boneka (Fixed effect) dan
Random Effect
No Variabel Pendekatan
OLS Fixed Effect Random Effect
1 Konstanta -149.2080* -194.6565*
(-2,13) (-2,49)

2 Harga Rumah Sederhana -1.373023* -1.564670* -1.301322*


(-2,40) (-2.21) (-2,08)

3 Jarak Ke CBD -0.645370 -1.730417* 0.013819


(-1,09) (-2.00) (0,03)
4 Kepadatan Penduduk -0.213545 -1.550030 -0.179152
(-2,11) (-0,38) (-2,19)

5 Jumlah RT 0.860144* 3.600650 0.613022*


(2,55) (1,64) (2,25)

6 PDRB Per Kapita 10.57678 7.963175 13.34954*


(2,23) (1,24) (2,54)
2
R 0.318726 0.656270 - 0.025734
2
Adjusted R 0.187712 0.439177 - 0.222990
F-stat 2.432762 9.0668967 -
Prob. F-stat 0.061686 0.000284 -
DW-stat 1.497592 2.195952 1.297539
Total Observasi 32 32 32
Keterangan : * adalah Signifikansi (5%)
( ) adalah nilai t-stat
Sumber : Hasil Perhitungan
141
1. Pendekatan OLS (Common). 3. Pendekatan Random Effect.
Ada beberapa variabel yang Menggunakan fungsi model log linier,
signifikan secara simultan variabel secara parsial terdapat empat variabel
bebastidak mempengaruhi tingkat bebas bebas yang signifikan, yaitu
permintaan rumah sederhana tipe 36 di konstanta, harga rumah sederhana tipe
Kota Padang. Hal ini terlihat dari F- 36, jumlah rumah tangga
stat < F –tabel, koefisien determinasi perkecamatan.dan PDRB per kapita. Jika
yang disesuaikan sangat rendah yang kita lihat pada tabel 3.1 di atas,
mana hanya 31,87% variasi tingkat pendekatan ini tidak bisa digunakan,
permintaan rumah sederhan tipe 36 hal ini disebabkan karena adanya
dapat dijelaskan oleh model, sisanya korelasi antara residual di dalam
diterangkan oleh variabel diluar metode random effect sehingga tidak
model. Meskipun rendah koefisien dapat digunakan untuk mendapatkan
determinasinya, model telah estimator yang efisien.
terbebas dari regresi lancung Berdasarkan hasil estimasi model regresi
sebagaimana dengan menggunakan 3 (tiga)
ditunjukkan oleh indikator DW- stat > pendekatan tersebut, fixed effect mampu
2 mengkoreksi korelasi antar observasi
R (Insukindro dkk, 2001: 199;
dengan koefisien autokorelasi baik yang
Gujarati, 2003 : 806-807).
muncul karena runtun waktu maupun
pendekatan ini tidak bisa
lintas sektor.
digunakan dalam mengestimasi
persamaan regresi data panel .
2. Pendekatan variabel boneka Hasil uji statistik
(Fixed Effect). Uji f-statistik :
Pendekatan variabel boneka (Fixed Pengujian ini dilakukan untuk melihat
Effect) yang digunakan, secara parsial apakah ada perbedaan mean. Di mana
ada beberapa variabel bebas yang perbedaan tersebut hanya secara kebetulan
signifikan, diasumsikan terdapat ataupun karena faktor lain yang benar-benar
perbedaan konstanta antar unit berarti atau signifikan, dapat di hitung:
observasi. Secara simultan variabel F- tabel = F (k-1 ; n-k)
bebas mempengaruhi tingkat = F(α = 5 %; k-1 ; n-k)
permintaan rumah sederhana tipe 36 = F(0,05 ; 4 ; 27)
yang ditunjukkan dengan signifikansi F- = 2,74
stat > F-tabel dengan probabilitas di Dari hasil regresi diperoleh F – statistik
bawah 1%. Koefisien determinasi adalah sebesar 9.068967 berarti dapat
menunjukkan 65,62% variasi tingkat dikatakan bahwa F-stat > F – tabel, maka
permintaan rumah sederhana tipe 36 Ho ditolak (signifikan) sehingga dapat
dapat dijelaskan model, sisanya disimpulkan bahwa semua variabel bebas
dijelaskan diluar model. Dibandingkan secara signifikan mempengaruhi permintaan
dengan pendekatan OLS (common), rumah sederhana.
koefisien determinasi yang disesuaikan
Uji t – statistic:
dengan menggunakan pendekatan fixed
Keputusan signifikansi ditentukan
effect lebih tinggi Pendekatan variabel
dengan membandingkan antara t-statistik
boneka menghasilkan model yang telah
dari hasil regresi dengan t-tabel, dengan uji
terbebas dari regresi lancung
satu arah sesuai hipotesis.
sebagaimana ditunjukkan oleh indikator
Tabel 3.2 Nilai Batas Kritis Uji t – Hasil
DW-stat > R2 (Insukindro dkk, 2001:
199; Gujarati, 2005: 806-807). df ( n – k) Pengujian satu arah α =
pendekatan ini digunakan mengestimasi 0,05
persamaan regresi data panel 32 - 5 = 27 1.703
142
n = Jumlah Observasi rumah sederhana tipe 36 (unit terjual) di tiap-
k = banyaknya koefisien regresi
Sumber : Damodaran Gujarati, Basic Econometrics 4th ed., tiap kecamatan (cross section) yang diteliti.
McGraw-Hill
IV. Kesimpulan
Interpretasi dan analisis ekonomi Penelitian ini mengkaji mengenai
Analisis ini ditekankan pada kesesuaian elastisitas permintaan rumah sederhana di
tanda yang diharapkan secara teori ataupun Kota Padang dengan hasil sebagai berikut:
berdasarkan pada penelitian empiris 1. Adanya kenaikan harga rumah
sebelumnya, serta makna variabel di dalam sederhana tipe 36 sebesar 1%
model secara ekonomi dan kemungkinan dapat menurunkan jumlah rumah
dampaknya terhadap kebijakan. Adapun hasil sederhana tipe 36 yang diminta
perhitungan dari model adalah sebagai sebesar (-1.564670) 1,56% dengan
berikut. asumsi variabel lain tetap (ceteris
Ln JUTit = β0 - β1 ln HGit - β2 ln Jit paribus). Jadi permintaan rumah
+ β3 ln Dit + β4 ln JRTi t sederhana tipe 36 sudah bersifat elastis
+ β5 ln PDRBit + εi terhadap harga rumah sederhana tipe 36
di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
2. Adanya perubahan jarak perumahan ke
Tabel 3.6
CBD sebesar 1% akan menurunkan
Hasil Estimasi Regresi dengan Pendekatan
jumlah rumah sederhana tipe 36 yang
Fixed Effect
No Variabel Bebas Fixed Effect
diminta sebesar (-1.730417) 1,73%
1 Harga Rumah Sederhana -1.564670 dengan asumsi variabel lain tetap (ceteris
(HG) paribus). Jadi permintaan rumah
2 Jarak Ke CBD (J) -1.730417
3 Kepadatan Penduduk (D) -1.550030
sederhana tipe 36 sudah bersifat elastis
4 Jumlah RT (JRT) 3.600650 terhadap jarak perumahan ke CBD di
5 PDRB per kapita (PDRB) 7.963175 Kota Padang Provinsi Sumatera Barat
2 0.656270
R
2 0.439177 Daftar Pustaka
Adjusted R
Sumber : hasil perhitungan American Institute of Real Estate
Appraisers, The Appraisal of Real
Tabel 3.7 Estate,15th edition, Chicago
Intercept per kecamatan pada pendekatan Illinois, USA.
Fixed Effect
Badan Pusat Statistik, 2004, Padang
Kecamatan Intercept Model Log
Dalam Angka 2004
Koto Tangah -120.1543
Pauh -119.2815
Badan Pusat Statistik, 2005, Padang
Kuranji -119.4537 Dalam Angka 2005
Lubuk Begalung -117.4205
Lubuk Kilangan -117.6983 Badan Pusat Statistik, 2006, Padang
Padang Selatan -115.7190 Dalam Angka 2006
Padang Utara -115.9036
Nanggalo -115.4059 Badan Pusat Statistik, 2007, Padang
Sumber : Hasil perhitungan Dalam Angka 2007

Badan Pusat Statistik, 2006, Publikasi


Berdasarkan table 3.7 diatas dari 8
PDRB Kota Padang 2006, Padang
kecamatan yang diestimasi, intercept
kedelapan kecamatan di Kota Padang tersebut
Badan Pusat Statistik, 2006, Indikator
bertanda negative. Nilai intercept ini Kesejahteraan Rakyat, Jakarta.
digunakan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variable bebas terhadap permintaan Cheng Hsiao, 2006, Panel Data
143
Analysis - Advantages and
Challenges,USA www.google.com
Departemen Permukiman, 2006,
Panduan Identifikasi Pemenuhan
Kebutuhan Perumahan Untuk
Masyarakat Berpenghasilan
Rendah, Jakarta

Pemerintah Kota Padang, 2005,


Pedoman Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Sederhana Sehat Oleh
Pengembang : Peraturan Walikota
Padang No. 15 B tahun 2005

Perum Perumnas, 2006, Pedoman


Umum Rumah Sederhana
Sehat. www.google.com

Ras, M; Gameren, E.V; Eggink, E.,


2005, The Demand for Housing
Service in Netherlands, www.scp.nl.

Robert Yaffee, 2005, A Primer For Panel


Data Analysis, www.neu.edu

Real Estate Indonesia, 2006, Peresmian


Rumah Sederhana Sehat, Edisi 02
April

Sukirno, Sadono, 2006, Pengantar Teori


Mikroekonomi Edisi ketiga, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rachmawati, Fenti, 2005, Faktor-faktor


yang mempengaruhi Permintaan
Rumah Sederhana di Provinsi Jawa
Barat, 1996-2003, Tesis S2,
Program Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
(Tidak Dipublikasikan).

Yuliana, Heny, 2005, Faktor-faktor


yang mempengaruhi transaksi Jual
Beli Rumah Sederhana Tipe 36 :
Studi Kasus Kota Mataram, NTB,
Tesis S2, Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan).

144

Anda mungkin juga menyukai