Anda di halaman 1dari 47

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 6
C. Batasan Masalah......................................................................... 7
D. Rumusan masalah....................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian...................................................................... 7
1. Bagi Penulis.......................................................................... 7
2. Bagi Praktisi.......................................................................... 8
3. Bagi Akademisi..................................................................... 8
G. Hipotesis Penelitian..................................................................... 8
H. Defenisi Operasional................................................................... 8
I. Sistematika Penulisan................................................................. 9

BAB II KERANGKA TEORI

A. Zakat............................................................................................ 12
1. Pengertian Zakat................................................................... 12
2. Hukum Zakat......................................................................... 13
3. Undang Undang Zakat.......................................................... 14
4. Syarat Wajib Zakat................................................................ 17
5. Tujuan Zakat......................................................................... 19
6. Manfaat Zakat....................................................................... 19
7. Jenis dan Kadar Zakat........................................................... 25
8. Orang yang Berhak Menerima Zakat.................................... 21
9. Mekanisme Penyaluran Zakat............................................... 25
B. Lembaga Zakat............................................................................ 26
C. Implementasi............................................................................... 27
1. Pengertian Implementasi....................................................... 27
2. Model Implementasi............................................................. 28
D. Peran............................................................................................ 29
1. Pengertian Peran................................................................... 29
2. Syarat Syarat Peran............................................................... 31
3. Cakupan Peran...................................................................... 31
E. Kesejahteraan ............................................................................. 32
1. Pengertian Kesejahteraan ..................................................... 32
2. Indicator Kesejahteraan......................................................... 32
F. Masyarakat.................................................................................. 33
G. Kerangka Berfikir....................................................................... 34

i
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................ 35
B. Lokasi/ Setting Penelitian........................................................... 35
C. Sumber Data................................................................................ 36
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 33
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................ 38
F. Tahapan Penelitian...................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1:1 Pengumpulan Zakat............................................................. 5

iii
DAFTAR GAMBAR

Kerangka Fikir...................................................................................... 32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap kegiatan yang dilakukan baik dalam bentuk apapun pasti memiliki

langkah langkah atau tata cara dalam pelaksanaannya. Hal ini juga berlaku

bagi setiap kelompok atau organisasi yang memiliki orientasi atau tujuan yang

harus segera diimplementasikan. Implementasi sendiri diartikan sebagai suatu

tata cara atau penerapan yang dilakukan setelah rencana dibuat. Nurdin Usman

menyatakan bahwasanya impementasi sebagai bentuk tindakan atau kegiatan

pasca sebuah perencanaan sudah matang untuk dipastikan agar tujuan yang

diharapkan sesuai nantinya.1 Salah satu bentuk kegiatan yang harus segera

mengimplementasikan perencanaanya adalah lembaga pemerintah yang

memiliki kewajiban untuk mensejahterakan tingkat kehidupan masyarakat.

Disini masyarakat yang sejahtera dikatakan telah memiliki sandang, pangan

dan papan yang telah terpenuhi untuk dapat melakukan aktivitas

kehidupannya. Akan tetapi faktanya pada masa sekarang masih banyak

ditemukan masyarakat yang belum mendapatkan itu semua. Berdasarkan hal

tersebutlah lembaga pemerintah harus terus mengupayakan bagaimana agar

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dengan membuat

lembaga atau program untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Salah satu lembaga pemerintah yang berupaya meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat adalah BAZNAS. Badan amil zakat nasional atau


1
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung; CV Sinar Baru,
2005), hlm. 70

1
selanjutnya disebut sebagai BAZNAS adalah lembaga pengelolaan zakat

secara nasional yang dapat ditemukan dikota/kabupaten seluruh Indonesia.

Untuk menjadi lembaga yang dapat memanfaatkan sumber daya bagi

kesejahteraan masyarkat, BAZNAS memiliki program utama yaitu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengimplementasian program

program pengumpulan dan pengelolaan zakatnya.

Program pengumpulan dan pengelolaan zakat yang telah dilakukan oleh

BAZNAS ini sendiri dapat dikategorikan sebagai peran dari didirikannya

lembaga BAZNAS itu sendiri. Alasan utama menjadikan zakat sebagai salah

satu bentuk program yang harus segera diimplementasikan oleh BAZNAS

adalah mengingat zakat itu bagian dalam suatu kehidupan atau kewajiban

terutama bagi umat muslim yang menyempurnakan agamanya.

Soekanto menyatakan peran sebagai aspek dinamis kedudukan (status),

apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan, maka

ia menjalankan suatu peranan. Dalam hal ini peran baznas memiliki arti

sebagai suatu bentuk tanggung jawab berdasarkan alasan mengapa baznas itu

dirikan.2 Zakat juga memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi

umat, dimana zakat itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

mengeluarkan sebagaian harta dalam waktu tertentu (haul/ketika panen)

dengan nilai tertentu (2,5%, 5%, 10%, atau 25%) dan sasaran tertentu (fakir,

miskin, amil, mualaf, riqap, gharimin, fisabilillah dan ibu sabil).3

2
Soekanto, Teori Peranan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2002), hlm. 243
3
Suharsono Dkk, Modul Edukasi Zakat untuk Para Amil, LAZNAS IZI

2
Zakat adalah salah satu rukun islam yang wajib dipenuhi oleh setiap

muslim yang mana satu satunya dalam rukun islam yang mempunyai

keterkaitan yaitu hablumminallah dan hablumminannas artinya zakat menjadi

perwujudan ibadan seseoragn kepada Allah SWT Sekaligus perwujudan

kepedulian sosial. Dengan demikian inti dari ibadah zakat adalah pengabdian

kepada Allah dan pengabdian sosial.4 Dengan demikian, peran BAZNAS

sangat penting karena diharapkan dapat membantu mengurangi kemiskinan

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendukung pelaksanaan

tujuan dan program tambahan, BAZNAS melakukan berbagai tindakan atau

teknik pengumpulan yang efektif.

Lembaga BAZNAS Kota Pekanbaru merupakan salah atu badan resmi

pengelolaan zakat yang berdiri pada tahun 2001, keberadaan BAZNAS Kota

Pekabaru diatur berdasarkan undang undang No 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat dan atas dasar keputusan manteri agam republik Indonesia

Nomor 373 tentang pelaksanaan Undang Undang No 38 tahun 1999 serta

adanya peraturan daerah menunjukkan pengelolaan zakat oleh BAZNAS Kota

Pekanbaru merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam rangka optimalisasi

pengumpulan dan pemberdayaan zakat sebagai bagian dai solusi dari program

pemerintah. Badan Amil Zakat (BAZNAS) Kota Pekanbaru berfungsi sebagai

wadah bagi masyarakat daerah tersebut dengan mengumpulkan zakat. Dengan

demikian, BAZNAS berfungsi sebagai salah satu agen pemerintah dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu BAZNAS Kota

4
Asnani, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 20

3
Pekanbaru berdiri sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana zakat

memanfaatkan kemajuan sain dan teknologi yang berkembang di zaman

sekarang yakni menggunakan teknologi komputerisasi berupa sistem

pembayaran zakat melalui media online.

Berdasarkan data awal yang penulis lakukan bahwasanya dilihat dari

fenomena yang terjadi di Kota Pekanbaru masih terdapat masalah dalam

pendistibursian zakat terhadap masyarakat miskin, hal ini dapat telihat dari

banyak masyarkat masih belum mendapatkan perhatian khsuus dalam bidang

sandang, pangan dan papan. Banyak faktor yang menyebabkan masih

terkendalanya pendistiribursian zakat di Kota Pekanbaru ini, namun yang

menjadi faktor utamanya nya adalah apakah peranan BAZNAS dalam

pengumpulan zakat sudah efektif dilakukan atu tidak. Lebih lanjut penulis

juga menemukan informasi bahwasanya jumlah dana yang telah terkumpul di

Baznas Kota Pekanbaru periode 2023 berkisar Rp.40.500.000.000, namun

faktanya masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan zakat yang telah

dikumpulkan tersebut.5 Berikut jumlah dana yang telah disalurkan melalui

metode pengumpulan zakat untuk masyarakat:

5
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Kounikasi UIN Suska
Riau, Strategi Pengelolaan Zakat Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pada Badan Amsil
Zakat Nasional Kota Pekabaru, Jurnal Risalah Vol 28 No 01 Desember 2017 https://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/risalah/article/view/5543/3243

4
Dana
42,500,000,000
37,500,000,000
32,500,000,000
27,500,000,000
22,500,000,000
Axis Title 17,500,000,000
12,500,000,000
7,500,000,000
2,500,000,000
2021 2022 2023
Dana 1400000000 39123830873 40500000000
S

umber : Data Pengumpulan Baznas Kota Pekabaru Periode 2021-2023

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pendistribursian dana berdasarkan hasil

pengumpulan mengalami perubahan yang dimulai pada tahun 2021 sebanyak

Rp.1.400.000.000 lalu mengalami kenaikan pada tahun 2022 sebanyak

Rp.39.123.830.873 dan pada tahun 2020 juga naik 40.500.000.000.

berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwasanya jumlah dana yang telah

dikumpulkan oleh baznas Kota Pekanbaru mencapai sebanyak 40 milyar lebih,

hal ini tidak jauh dari target awal sebanyak 42 Milyar. Selanjutnya

berdasarkan dana zakat yang telah diterangkan sebelumnya bahwasanya peran

BAZNAS Kota Pekanbaru sebagai lembaga non-struktural yang beroperasi

secara mandiri memiliki banyak program diberbagai program yang tujuan

utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut beberapa

program yang dimilikinya, sebagai berikut:

5
a. Pekanbaru Peduli merupakan Program bantuan konsumtif yang diberikan

untuk Lansia, berusia minimal 55 tahun, yang tidak dapat berproduktif

untuk melakukan usaha.

b. Pekanbaru Sehat merupakan Program bantuan yang diberikan kepada

pasien yang membutuhan biaya untuk berobat.

c. Pekanbaru Makmur merupakan Program bantuan untuk membantu usaha

mustahik agar dapat lebih berkembang dan lebih maju

d. Pekanbaru Cerdas merupakan program bantuan untuk para siswa/siswi

sekolah yang mengalami kendala di sekolah.

e. Pekanbaru Taqwa merupakan program bantuan yang diberikan oleh para

fisabilillah dan mualaf yang membutuhkan.

Berdasarkan program peningkatan kesejateraan masyarakat yang dimiliki

oleh BAZNAS Kota Pekanbaru tersebut masih menemui beberapa

Permasalahan yang mana masih tingginya angka kemiskinan periode 2023

mencapai 485.66 ribu orang. Berdasarkan hal tersebutlah apakah peran dari

baznas dalam mengumpulkan zakat sudah sesuai dengan tujuan akhir dari

pendistribursian zakat itu sendiri. Hal ini juga sangat berkaitan dengan peran

lembaga baznas dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih

jauh untuk melihat bagaimana metode yang digunakan dalam pengumpulan

dan penyaluran oleh BAZNAS Kota Pekanbaru dengan mengambil tema

penelitian “Implementasi Peran Lembaga Zakat Dalam Mensejahterakan

Masyarakat “Studi Kasus Peran Baznas Kota Pekanbaru”

6
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi berbagai permasalahan terkait Implementasi Peranan Zakat

Dalam Mensejahterakan Masyarakat Di Kota Pekanbaru “Studi Kasus Peran

Baznas Kota Pekanbaru yakni :

1. Realisasi pengumpulan dan penyaluran zakat di BAZNAS Kota Pekanbaru

belum maksimal karena kebanyakan pemberi zakat memilih untuk

langsung memberikan zakat ketimbang memberikan nya kepada lembaga

pengelola zakat, hal ini mengakibatkan terjadinya ketimbangan

kesejahteraan dari masyarakat yang belum mendapatkan bantuan apapun

2. Belum tergambarkan secara spesifik bagaimana metode implementasi

peranan BAZNAS Kota Pekanbaru dalam mensejahterkan kehidupan

masyakat di Kota Pekanbaru

3. Rendahnya kesadaran masyrakat dalam membayar zakat

4. Kurangnya sosialisasi serta rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap

organisasi pengelola zakat

5. Tingginya angka kemiskinan masyarakat Kota Pekanbaru sehingga

permasalahan akan penyaluran/ pendistribursian zakat perlu dipertanyakan

C. Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka

yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penulis

nantinya akan mengidentifikasi program pengumpulan dan penyaluran zakat

7
baznas Kota Pekanbaru melalui pengimplementasikan peran baznas dalam

mensejahterakan masyarkat terutama Kota Pekanbaru.

D. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah yaitu “Bagaimana Implementasi Peran Lembaga

Zakat Dalam Mensejahterakan Masyarakat “Studi Kasus Peran Baznas

Kota Pekanbaru”

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengumpulan dan penyaluran zakat di baznas Kota Pekanbaru?

2. Bagaimana peran Baznas Kota Pekabaru dalam mensejahterakan

masyarakat Kota Pekanbaru

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Implementasi

Peran Zakat Dalam Mensejahterakan Masyarakat Di Kota Pekanbaru “Studi

Kasus Peran Baznas Kota Pekanbaru”

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Diharapkan dapat memahami lebih lanjut mengenai peranan BAZNAS dan

memberikan wawasan keilmuan bahwasanya pentingnya untuk membayar

zakat produktif karna itu sebagaian dari kewajiban kita sebagai umat

muslim

2. Bagi praktisi

8
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menjadi bahan

pertimbangan sebagai rujukan dalam pengimplementasian zakat produktif

untuk menaikan taraf kehidupan masyarakat melalui metode pengumpulan

dan penyaluran yang efektif dan efisien

3. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bantuan tambahan untuk

memperluas wawasan mengenai implementasi peranan zakat dalam

mensejahterakan kehidupan masyarkat dan menjadi bahan referensi dan

pertimbangan bagi peneliti lain

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata "hypo", yang berarti "dibawah, lemah," dan

"thesa", yang berarti "kebenaran." Karena kebenarannya baru diuji pada

tingkat teo, hipotesis dianggap lemah. 6 Berdasarkan kerangka pemikiran yang

telah dijelaskan sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini, yaitu: terdapat pengaruh dari pengimplementasian Peran

Lembaga Zakat Dalam Mensejahterakan Masyarakat di Kota Pekanbaru

H. Defenisi operasional

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan tujuan dari

penelitian ini serta menghindari adanya makna ganda dan interprestasi lain

yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam memahaminya, maka

penulis perlu membuat penegasan instilah pada kata kata kunci yang terdapat

6
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan Pendidikan
(Yogyakarta : Pustaka Belajar.2012), hlm.145.

9
dalam judul proposal skripsi ini yaitu “Implementasi Peran Lembaga Zakat

Dalam Mensejahterakan Masyarakat “Studi Kasus Peran Baznas Kota

Pekanbaru”

Implementasi artinya suatu tindakan atau pelaksanaan berasal sebuah

rencana yang telah disusun secara matang serta terperinci. Implementasi

umumnya dilakukan sesudah perencanaan telah disebut sempurna. Peran

diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat. 7

Lembaga Amil Zakat, atau LAZ, adalah lembaga masyarakat yang

bertanggung jawab untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan

memanfaatkan zakat. Zakat mempunyai arti, bagian dari harta dengan

persyaratan tertentu yang diwajibkan Allah SWT kepada pemiliknya untuk

diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu

pula..8

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,

material, maupun spiritual yang mencakup rasa keselamatan, kesusilaan, dan

ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk

berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan fisik, rohani, dan sosial

mereka. Secara sederhana, masyarakat adalah sekumpulan orang yang

berinteraksi atau bergaul dengan tujuan yang sama. Masyarakat terbentuk

7
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Implementasi Manajemen Peningkatan
Mutu Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik, (Yogyakarta:
Teras, 2012), hlm. 189-191
8
Prasetyoningrum, Pendekatan Balance Scorecard Pada Lembaga Amil Zakat Di Masjid
Agung Jawa Tengah. Economica: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam, VI(1), 2015,
hlm. 4

10
karena manusia menggunakan perasaan, pikiran, dan keinginan mereka untuk

memberikan reaksi terhadap lingkungannya.

I. Sistematika penulisan

BAB I : Berisikan latar belakang masalah, identifikasi

PENDAHULUAN masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, hipotesisi penelitian,

defenisi operasional dan sistematikan penulisan

BAB II KAJIAN : Pada bab ini menguraikan beberapa teori yang

PUSTAKA memiliki keterkaitan dengan penelitian yaitu teori

tentang implementasi, peran, zakat, dan

kesejahteraan

BAB III METODE : Berisikan metode penelitian yang digunakan

PENELITIAN dimulai dari jenis penelitian, lokasi penelitian. Data

dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

analisa data dan kerangka teori

BAB IV HASIL : Berisi jawaban atas batasan masalah penelitian

PENELITIAN

BAB V PENUTUP : Menguraikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian, keterbatasan penelitian dan saran yang

diberikan dari hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Zakat

1. Pengertian Zakat

12
Zakat berasal dari isim masdar, yang memiliki beberapa arti,

termasuk suci, tumbuh, berkah, terpuji, dan berkembang. Zakat adalah

jumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah berikan kepada orang-orang

yang berhak mendapatkannya. Menurut Undang-Undang No. 38 tahun

1998 tentang pengelolaan zakat, zakat adalah harta yang harus disisihkan

oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai

ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 9

Muhammad al-„Aroby al-Qorowy menyatakan bahwa zakat adalah

pengeluaran harta yang khusus (tertentu) dari harta yang telah mencapai

kadar nishobnya dan dibagikan kepada pihak yang berhak untuk

menerimanya. Namun, perlu diingat bahwa harta itu dimiliki secara

penuh.10 Namun, Zain bin Ibrahim menyatakan bahwa zakat secara istilah

adalah pengeluaran harta tertentu dengan mekanisme dan tujuan khusus

untuk memberikannya kepada golongan tertentu.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa Zakat adalah istilah yang digunakan

Allah swt untuk menggambarkan pengeluaran harta yang harus diberikan

oleh umat Islam, karena nishobnya telah dipenuhi kepada pihak yang

berhak menerimanya dengan cara dan tujuan khusus. Salah satu ketentuan

yang harus diperhatikan adalah tentang kepemilikan harta, yang berarti

bahwa harta itu harus dimiliki sepenuhnya sebelum zakatnya dapat

diambil.
9
Zakariyah Al-Anshory, Fathu Al-Wahab Syarhu Minhaj Ath-Thulab, Juz I (Daaru Ibni
„Ashoshoh, 2007), hlm. 120.
10
Muhammad Al-„Aroby Al-Qorowy, Al-Khulashotu Al-Fiqhiyah „Alaa Madzhabi As-
Sa‟Aadah Al- Malikiyah, (Daaru Al-Fikr), hlm. 160
11
Zain Bin Ibrohim, At-Taqrirotu As-Sadidah Fii Al Masaili Al Mufidah, (Daaru Al-Ulum
Al-Islamiyah, 2004), hlm. 395.

13
2. Hukum Zakat

Menurut Abdul Wahab al-Anshory Asy-Syafi'i, para ulama telah

bersepakat bahwa kewajiban pembayaran zakat hanya berlaku bagi kaum

muslimin yang merdeka, baligh, dan berakal. Pendapat ini sejalan dengan

pendapat Abu Hanifah, yang mensyaratkan baligh (orang dewasa) untuk

pembayaran zakat. Abu Hanifah juga berpendapat bahwa, seperti rukun-

rukun islam lainnya, kewajiban pembayaran zakat hanya berlaku bagi

seorang mukallaf. Dengan demikian, tidak ada kewajiban untuk membayar

zakat atas harta anak yatim yang masih kecil dalam pandangan mereka.12

Dasar hukum mengenai zakat juga diatur dalam Al Quran terdapat

dalam surat Al Baqoroh ayat 43 sebagai berikut:

Artinya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orang-orang yang ruku”

Pada ayat di atas terdapat tiga jenis perintah Allah yang ditujukan

kepada Bani Israil: pertama, mereka harus melaksanakan shalat setiap

waktu dengan cara yang terbaik; kedua, mereka harus membayar zakat,

karena ini adalah cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah

atas nikmat-Nya yang banyak; dan ketiga, mereka harus ruku' bersama

orang-orang yang ruku'.

3. Undang Undang Zakat

12
Abdul Wahab bin Ahmad al-Anshory, Miizanul Kubra, Juz II (Daaru al-fikr), hlm. 2

14
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 4 Tahun 1968, yang

dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1968, membentuk lembaga Amil Zakat di

tingkat desa dan kecamatan secara keseluruhan di seluruh Indonesia.

Peraturan Menteri Agama menyatakan bahwa pengurus Badan Amil Zakat

terdiri dari pemerintah. Sayangnya, PMA tersebut tidak bertahan lama.

Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1969 tidak lama kemudian

menunda pelaksanaan PMA Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan

Badan Amil Zakat yang disebutkan di atas hingga batas waktu yang tidak

ditentukan. Dengan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan, Zakat

telah lama digunakan untuk mendorong pengalaman dan penyempurnaan

ajaran agama umat Islam di Indonesia. Meskipun pelaksanaan dan

pemberdayaannya masih bersifat tradisional, lambat laun dalam

perkembangannya mulai disadari bahwa mayoritas umat Islam sebenarnya

merupakan sumber dana potensial yang belum dimanfaatkan dan dikelola

secara efektif, terpadu, dan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan

umat. Akibatnya, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 23

September 1999. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999

mengatur pelaksanaan dan pedoman teknis, yang disempurnakan oleh

Keputusan Menteri Agama Nomor 373 tahun 2003 dan Keputusan

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Nomor D-29 Tahun 2000.

Undang-undang ini terdiri dari 10 bab dan 25 pasal, dan secara

keseluruhan membahas cara-cara pengelolaan zakat, serta pihak yang

15
diberi wewenang untuk mengelolanya hingga pemberian sanksi kepada

pihak yang menyelewangkannya.13 Tujuan dari Undang-Undang Nomor 38

Tahun 1999 adalah untuk memberikan payung hukum untuk pengelolaan

distribusi zakat dengan tujuan mencapai pemerataan ekonomi dan

pembangunan yang lebih optimal; namun, undang-undang ini harus

didukung oleh suatu badan pengelola zakat yang modern dan profesional.

Ini menunjukkan bahwa undang-undang nasional sudah dapat menerima

hukum Islam.

Dalam Perkembangannya Undang- Undang Zakat disempurnakan

lagi yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat. Pada tanggal 25 November 2011, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menandatangani Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat, yang secara resmi dimasukkan ke dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia bernomor 115. Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 1999 berhenti berfungsi dan menggantikannya dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. Undang-Undang Pengelolaan

Zakat ini terdiri dari 11 Bab dan 47 Pasal. Selain itu, itu juga

mencantumkan ketentuan yang berkaitan dengan pidana dan peralihan. 14

Dengan mengutamakan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 memperkuat

sistem pengelolaan zakat. Adanya ketidakpastian tentang siapa yang harus

13
Itang, Perundang Undangan Zakat di Indonesia (Studi Historis Regulasi Tentang
Zakat), Vol 19 No 02 Juli-Desember 2018
14
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011Tentang Pengelolaan Zakat.

16
bertanggung jawab atas sektor tertentu adalah masalah utama yang

dihadapi oleh rezim zakat sebelumnya.15

BAZNAS bertanggung jawab untuk mengelola zakat secara

nasional, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 6 dan Pasal 7 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. BAZNAS memiliki tugas untuk

merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pengumpulan, distribusi,

dan pengelolaan zakat. Mereka juga melaporkan dan bertanggung jawab

atas operasi pengelolaan zakat. Dalam hal ini, BAZNAS memiliki otoritas

yang lebih besar daripada yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 38

Tahun 1999, yang membuatnya kalah jauh dengan LAZ dalam hal

pengumpulan dan distribusi. Namun, dengan otoritas saat ini, BAZNAS

akan sangat fleksibel dengan jaringan dan hirarki hingga tingkat struktur

yang paling bawah.

Penguatan institusi adalah salah satu poin penting dari Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam

Undang-undang ini, Badan Amil Zakat Nasional, atau BAZNAS,

digambarkan sebagai lembaga pemerintah non-struktural yang berfungsi

sebagai perpanjangan tangan pemerintah. Secara teknis, Kementerian

Agama bertanggung jawab atas BAZNAS. Berbeda dengan bagaimana

BAZNAS disebut sebagai pengurus pada Undang-Undang Nomor 38

Tahun 1999, mereka sekarang disebut sebagai anggota komisioner dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

15
Iskan Qolba Lubis, Anggota Komisi VIII DPR RI dari fraksi PKS (Partai Keadilan
Sejahtera). Jurnal INFOZ+, Edisi 16 Th VII Januari- Februari 2012, hlm. 4

17
4. Syarat Wajib Zakat

Ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam masalah

syarat-syarat wajibnya zakat. Menurut ulama Madzhab Malik, ada empat

syarat wajib untuk zakat: orang yang membayar zakat secara bebas,

hartanya memenuhi nishob, haulnya sempurna, dan petugas zakat datang

(untuk zakat ternak).16 Ada yang berpendapat bahwa ada lima syarat yang

diperlukan untuk mewajibkan zakat, sedangkan yang lain berpendapat

bahwa ada enam. Di bawah ini adalah kompilasi pendapat dari ulama

madzhab syafi'i. Pendapat-pendapat ini diambil dari kitab Taqrirot as-

Sadidah fii al-Masaili al-Mufidah dan Kifayatu al-Akhyar fii Halli Ghayati

al-Ikhtishor oleh Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husainy asy-

Syafi'i. Untuk menjadi wajib zakat, ada syarat-syarat berikut:

a. Islam, sehingga tidak perlu membayar zakat bagi orang yang tidak

beragama Islam sejak lahir (al-kafiru al-ashliy). "Kewajiban zakat

yang diwajibkan oleh Rasulullah SAW ini hanya dibebankan kepada

kaum muslimin." Jika seseorang keluar dari agama Islam, kewajiban

zakat tidak gugur darinya. Selama dia murtad, hartanya ditahan oleh

negara dan kewajiban zakat berlaku kembali untuknya. Jika seseorang

murtad dan masuk islam kembali, hartanya dikembalikan dan

kewajiban zakat berlaku kembali untuknya. Haulnya tetap dihitung

selama dia murtad, jadi dia harus membayar zakat yang ia tinggalkan

saat murtad. Tapi hartanya akan menjadi harta fai' jika dia tidak

kembali kepada Islam dan meninggal dalam keadaan murtad.


16
Muhammad Al-„Aroby Al-Qorowy, Op.Cit. hlm. 161

18
b. Jika seorang budak muslim bebas, mereka tidak perlu membayar zakat.

Seorang muba'adh (budak setengah merdeka) yang beragama Islam

harus membayar zakat atas harta bendanya sebesar setengah dari

kewajiban orang merdeka. Karena kepemilikan harta milik budak,

seperti mudabbir, ummul walad, dan mukaatab, tidak dikenakan zakat.

c. Jika harta diwakafkan kepada orang-orang fakir atau keluarganya tidak

jelas kepemilikannya, maka tidak ada kewajiban zakat atas harta yang

diwakafkan secara umum. Hal ini berbeda dengan harta yang

diwakafkan kepada seseorang yang tertentu, seperti Zaid, yang wajib

membayar zakat ketika jatuh tempo jika hartanya mencapai nilainya.

d. Sempurna kepemilikannya, sehingga harta yang dimiliki oleh budak

mukaatab tidak dikenakan zakat karena status kepemilikannya yang

lemah. Status ini lemah karena harta yang dimiliki oleh budak

mukaatab masih menimbulkan ambiguitas apakah dimiliki oleh

tuannya atau oleh budak tersebut sendiri.

e. Mereka percaya bahwa harta tersebut milik mereka. Jadi, tidak ada

kewajiban zakat atas harta yang diwariskan kepada janin yang masih

dalam kandungan karena tidak ada kepastian apakah dia lahir dengan

selamat atau tidak.

f. Jika harta tidak memenuhi nishab zakat yang ditetapkan oleh Allah

SWT, maka harta tersebut tidak dikenakan zakat.

g. Setelah mencapai nishab zakat, harta yang disyaratkan adanya haul

tidak dikenakan zakat.

19
5. Tujuan Zakat

Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan bahwa zakat dikumpulkan

bukan karena kebutuhan negara atau kemaslahatan umat seperti harta yang

lain yang dikumpulkan dari umat. Zakat, di sisi lain, adalah harta khusus

yang harus diserahkan ke Baitul Mal, tidak peduli apakah itu diperlukan

atau tidak. Selama zakat diwajibkan dalam hartanya, kaum muslimin tidak

akan bebas dari kewajibannya. Zakat tidak wajib bagi orang yang tidak

beragama Islam, tetapi wajib bagi semua muslim, baik anak-anak maupun

orang gila.17 Tujuan pembayaran zakat adalah untuk melaksanakan

perintah Allah SWT, yang merupakan tujuan yang sangat sakral. Jika

tujuannya (niat) bukan untuk melaksanakan perintah Allah SWT, maka

zakat tidak diterima sebagai ibadah. Apa yang mereka katakan sebagai

tujuan sebenarnya hanyalah keuntungan dari pembayaran zakat.

6. Manfaat Zakat

Zakat memiliki banyak manfaat material dan spiritual. Di antara

keuntungan pembayaran zakat adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan ketakwaan muzakki

b. Menyucikan harta dan jiwa muzakki

c. Menolong orang miskin dari kemiskinan

d. Mengurangi ketidaksamaan pendapatan

e. Meningkatkan hubungan sosial, atau kerabat, di masyarakat.

17
Taqiyuddin an-Nabhany, Nizham al-Iqtishody fii al-islam, (Dar al-Ummah, 2004), hlm.
240.

20
f. Meningkatkan keyakinan Islam seseorang, terutama bagi mereka yang

belum masuk Islam.

g. Menghilangkan sifat kikir dan tamak.

h. Menghilangkan sifat dengki dan iri hati.

i. Mengobati penyakit cinta dunia.

j. Menjadikan harta muzakki berguna.

k. Menghilangkan kemiskinan

Manfaat lain dari zakat juga terbagi atas 2 kategori

1. Bagi orang yang mengeluarkannya

a. Sebagai cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah

SWT atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya.

b. Dapat menjaga harta benda dari pencuri dan orang bodoh.

c. Memberikan inspirasi untuk bekerja keras untuk menjadi setara

dengan orang lain.

d. Akan memperoleh pahala yang besar.

e. Menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bathil.

2. Bagi orang yang menerimanya

a. Dapat menghilangkan perasaan hasud, iri, dan dengki

b. Dapat membantunya mengatasi kesulitan dan kesusahannya

7. Jenis dan Kadar Zakat

Zakat biasanya terbagi menjadi dua kategori: zakat mal (harta) dan zakat

badan (fitrah).

a. Zakat mal

21
mencakup enam jenis harta: hewan ternak (an na‟am atau

maasyiyah), nuqud atau mata uang (emas dan perak), hasil

perdagangan, rikaz tanaman (tanaman pertanian atau buah-buahan),

dan barang tambang.

1) Zakat Hewan Ternak

Hanya tiga jenis hewan ternak yang diizinkan untuk

dikenakan zakat: kambing (berbagai jenis), sapi, dan unta. Ketika

ia berbicara tentang syarat-syarat zakat maasyiyah, Imam

Zakariyah al-Anshory mengatakan bahwa jenisnya harus berupa

an-na'am. Menurut para fuqaha dan ahli bahasa arab, an-na'am

adalah unta (al-ibil), sapi (al-baqar), dan kambing (al-ghanam),

baik jantan maupun betina.18 Syarat-syarat wajibnya zakat terhadap

hewan ternak ini ada empat, yaitu

a) Mencapai nishabnya

b) Mencukupi haulnya

c) Hewan ternaknya harus digembalakan di padang gembala milik

umum

d) Hewan ternaknya tidak dijadikan sebagai alat untuk bekerja.

2) Zakat Mata Uang

Menurut Abu Syuja' al-Ashfahany, emas dan perak adalah

dua jenis mata uang atau alat pembayaran. Untuk membayar zakat,

dia harus memenuhi lima syarat: Islam, merdeka, penuh

18
Zakariyah al-Anshory, fathu al-wahab syarhu minhaj ath-thulab, Juz I (Daaru ibni
„ashoshoh, 2007), hlm. 120

22
kepemilikan, dan memenuhi nishab dan haulnya. Siapa pun yang

memiliki harta emas atau perak yang cukup untuk nishab dan

haulnya harus membayar zakat.19 Menurut Zain bin Ibrahim,

syarat-syarat wajib zakat nuqud ada 3, yaitu:

a) Bukan berupa barang perhiasan atau permata yang

diperbolehkan

b) Mencapai nishabnya

c) Mencapai haulnya secara sempurna, yaitu setahun sudah

setahun penuh hartanya mencapai nishabnya zakat

8. Orang yang Berhak Menerima Zakat

a. Orang-orang fakir adalah mereka yang tidak memiliki harta dan

kemampuan untuk bekerja, atau mereka memiliki harta dan

kemampuan untuk bekerja tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokok

dasar seperti sandang, makanan, dan papan, dan bahkan tidak mampu

membayar setengah dari kebutuhan pokok dasar.20

b. Orang-orang miskin adalah mereka yang memiliki harta dan dapat

bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi pendapatannya tidak

cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan mereka, tetapi mereka

mampu memenuhi lebih dari setengah kebutuhan mereka.

c. Amal Zakat, juga disebut sebagai as-sa‟iy (orang yang berusaha

mencari dan mengumpulkan dana zakat untuk masyarakat), adalah

19
Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad, Kifayatul Akhyar fii halli ghoyatil ikhtoshor, Juz
I (Daaru al kutub al islamiyah, 2004), hlm. 173.
20
Zain bin Ibrohim, at-taqrirotu as-sadidah fii al masaili al mufidah, (Daaru al-ulum al
islamiyah, 2004), hlm. 423

23
orang yang ditunjuk oleh hakim (pemerintah) untuk mengambil zakat

dari mereka yang bertanggung jawab untuk membayarnya dan

kemudian membagikannya kepada mereka yang berhak menerimanya.

Dalam konteks modern, amil zakat adalah individu yang mengurus dan

mendidik mustahiq zakat baik secara terstruktur maupun tidak

terstruktur di bawah naungan Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil

Zakat manapun. Meskipun orang kaya, amil zakat tetap mendapatkan

bagian dari dana zakat jika pemerintah menunjuknya sebagai amil

zakat. Namun, jika seseorang ditugaskan oleh pemerintah untuk

mengumpulkan dana zakat yang gajinya diambil dari Baitul Mal, maka

petugas tersebut tidak boleh mengambil bagian dari dana zakat yang

dikumpulkannya.21

d. Muallaf yang dibujuk hatinya adalah orang-orang yang dianggap oleh

negara bahwa mereka akan lebih baik dalam memeluk Islam jika

mereka menerima zakat.22

e. Ar-Riqab: Zain bin Ibrahim mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

"ar-riqab" adalah budak mukaatab, yaitu budak yang melakukan

perjanjian tertulis dengan tuannya bahwa dia akan dibebaskan jika dia

mampu membayar sejumlah uang yang diminta oleh tuannya.

Diberikan zakat kepada tuannya untuk membebaskannya atau

mempercepat pembebasan budak.23

21
Zain bin Ibrohim, at-taqrirotu as-sadidah fii al masaili al mufidah, (Daaru al-ulum al-
islamiyah, 2004), hlm. 424
22
Taqiyuddin an-Nabhany, Nizham al-Iqtishody fii al-islam, (Dar al-Ummah, 2004), hlm.
241
23
Ibid,. hlm. 242

24
f. Al-Gharim adalah orang yang mempunyai hutang dan tidak dapat

melunasinya. Kemudian diberikan dana zakat untuk membayarnya.

Menurut Zain bin Ibrahim, ada empat keadaan di mana al-gharim

harus memberikan zakat: 1) Orang yang berhutang untuk mencegah

fitnah di antara dua pihak yang bermusuhan; 2) Orang yang berhutang

untuk menjamu tamu, membangun masjid, atau hal lainnya; dan 3)

Orang yang berhutang untuk melunasi hutangnya walaupun dia kaya.

4) Jika penjamin memberikan jaminan kepada orang lain, maka zakat

akan diberikan jika penjamin itu berada dalam keadaan terjepit, yaitu

hutang orang yang dijaminnya jatuh tempo sementara orang yang

berhutang dalam keadaan sulit (tidak mampu membayar hutang).

g. Orang-orang yang berjuang untuk Tuhan Sebagaimana disepakati oleh

Zain bin Ibrahim dan an-Nabhani, yang dimaksud dengan fii sabilillah

adalah para penakluk atau mereka yang terjun dimedan jihad.

Meskipun mereka kaya, mereka ini diberi dana zakat.

h. Ibnu sabil berarti mereka yang musafir kehabisan bekal.

9. Mekanisme Penyaluran Zakat

Tata cara pengumpulan, pendistribusian, dan pendaya gunaan zakat

dengan cara menentukan formulir pemungutan/ pemotongan yang

sebelumnya disiapkan dan disepakati oleh instansi terkait. Dalam

pengumpulan zakat tersebut Badan Amil Zakat membuka rekening di

bank. Rekening zakat dipisahkan dari rekening infaq dan shadaqah. Dalam

al-Qur'an, pada surat at-Taubah ayat 60, disebutkan pihak-pihak yang

25
berhak menerima zakat, yang diberikan oleh para muzakki (orang yang

memenuhi syarat untuk menerima zakat) kepada mustahik. Baik zakat

langsung maupun tidak langsung dapat diberikan. Zakat secara langsung

diberikan secara langsung kepada asnaf zakat secara langsung. Zakat

secara tidak langsung diberikan secara tidak langsung kepada lembaga

pengelola zakat, yang kemudian akan mengawasi distribusinya. Menurut

Didin Hafiduddin, ada beberapa keuntungan dari penyaluran zakat melalui

lembaga pengelola zakat yang memiliki otoritas hukum formal, yaitu:

a. Menjamin kepastian dan kedisiplinan pembayar zakat

b. Menjaga mustahik zakat dan muzakki rendah diri saat berhadapan

langsung dengan penerima dan penerima zakat

c. Menentukan efisiensi, efektivitas, dan tujuan yang tepat dari

penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada di suatu

tembusan.

Saat ini, Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di Indonesia

menggunakan dua model distribusi zakat: pola distribusi konsumtif, di

mana dana zakat diberikan oleh Lembaga Amil Zakat atau Badan Amil

Zakat secara langsung kepada mustahiq untuk dikonsumsi dalam jangka

waktu tertentu. Sedangkan pola distribusi produktif, di mana dana zakat

diberikan secara langsung oleh muzzaki kepada mustahiq untuk

dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu.

B. Lembaga Zakat

26
Sebenarnya, tugas mengumpulkan, mengawasi, dan membagikan zakat

telah ada di masyarakat sebelum undang-undang pengelolaan zakat dibuat.

Baik individu maupun kelompok (kelembagaan) mengelola tugas ini. Proses

formalisasi lembaga yang sudah ada ini hanya dimulai dengan undang-undang

ini. Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah nama resmi lembaga ini. Selain itu,

untuk menjadi LAZ, atau lembaga formal yang mengelola zakat, lembaga

tersebut harus melalui proses administratif formal dan diakui secara formal

oleh pemerintah. Oleh karena itu, seperti yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 1999, tidak semua lembaga atau individu yang

mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat dianggap sebagai

Lembaga Amil Zakat.

Lembaga zakat menerima dana zakat dari muzakki, baik individu maupun

perusahaan, dan mengelolanya sesuai dengan undang-undang Islam yang

berlaku. Lembaga zakat juga bertugas menerima zakat dari amil, baik zakat

fitrah, zakat harta, atau zakat dalam bentuk lainnya (di Indonesia dikenal

sebagai infaq dan shadaqah). Lembaga zakat juga bertugas menerima atau

mendistribusikan dana dari pihak yang

C. Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Implementasi, dalam arti seluas-luasnya, didefinisikan sebagai

pengoperasian atau penyelenggaraan kegiatan yang diizinkan oleh undang-

undang. Ini juga merupakan kesepakatan di antara berbagai pemangku

kepentingan (stakeholder), aktor, organisasi (publik atau privat), prosedur

27
dan metode yang bekerja sama untuk menerapkan kebijakan dalam arah

yang diinginkan. Alibi atau rasionalitas di balik tindakan ini adalah untuk

membuat sikap, perilaku, dan pikiran seluruh pemangku kepentingan yang

terlibat lebih dapat dikontrol dan tetap berada pada jalurnya.24

Daniel A. Mazmanian serta Paul A. Sabatier, menerangkan


arti implementasi ini dengan berkata kalau.“ Menguasai apa yang
senyatanya terjalin setelah sesuatu program dinyatakan berlaku
ataupun diformulasikan ialah fokus atensi implimentasi kebijakan,
ialah kejadian- kejadian dan kegiatan- kegiatan yang mencuat
setelah disahkannya pedoman- pedoman kebijakan publik yang
mencakup baik usaha- usaha buat mengadminisitrasikannya
ataupun buat memunculkan akibat/ akibat nyata pada warga
ataupun kejadian- kejadian.25

Implementasi artinya suatu tindakan atau pelaksanaan berasal

sebuah rencana yang telah disusun secara matang serta terperinci.

Implementasi umumnya dilakukan sesudah perencanaan telah disebut

sempurna. menurut Nurdin Usman, implementasi merupakan bermuara

pada kegiatan,aksi,tindakan atau adanya prosedur suatu sistem,

implementasi bukan sekedar aktivitas , akan tetapi suatu kegiatan yang

terencana dan buat mencapai tujuan kegiatan. Guntur Setiawan

berpendapat, implementasi artinya ekspansi aktivitias yg saling

menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dian tindakan buat

mencapainya dan memerlukan jaringan pelaksana,birokrasi yg efektif.26

Jadi kesimpulannya bahwa implementasi adalah proses penerapan

ide, konsep, dan kebijakan; ini menunjukkan bahwa implementasi

24
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Penyusunan Model-
Model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta; Bumi Aksara, 2016), hlm. 133
25
Ibid, hlm. 136
26
Guntur Setiawan, Implemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta; Balai
Pustaka, ,2004), hlm. 39.

28
merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap

keberhasilan suatu kebijakan dalam memecahkan masalah atau persoalan.

Implementasi adalah bagian penting dari proses kebijakan, karena suatu

proses kebijakan memerlukan implementasi untuk mencapai dampak atau

tujuan yang diinginkan.

2. Model Implementasi

Model impelemtasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teori implementasi oleh Matland. Model implementasi ini

dapat dilakukan apabila memenuhi beberapa syarat diantaranya:

a. Ketetapan kebijakan

Dapat dinilai dari apakah kebijakan tentang implementasi yang

digunakan susah sesuai dengan perencanaanya dan berdasarkan dengan

masalah yang akan dipecahkan dan dibuat langsung oleh lembaga yang

mempunyai wewenang akan permasalahan tersebut

b. Ketepatan pelaksanaan

Dimaknai sebagai pelaku yang menjalakan implementasi tersebut yaitu

pemerintah, pihak swasta atau masyarakat.

c. Ketepatan target pengimplementasian

Terdapat 3 yaitu apakah program perencanaan implementasi sudah

sesuai dengan yang direncanakan. Apakah program

pengimpelemtasisan sudah siap untuk dilakukan dan yang terakhir

apakah program bersiap baru atau hanya memperbaharui dari yang

lama saja.

29
d. Lingkungan

Dalam hal ini dimaknai dalam dua bentuk yaitu apakah adanya

kesesuaian antara lembaga pengelola program dengan pelaksana orang

dan yang kedua apakah adanya persesi publik akan kebijakan

pengimplementasian program tersebut.27

D. Peran

1. Pengertian Peran

Menurut terminologi, peran adalah sekumpulan tindakan yang

diharapkan dilakukan oleh orang yang berada dalam posisi tertentu

dimasyarakat. Peran didefinisikan dalam bahasa Inggris sebagai "role",

yang berarti "tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau

pekerjaan" dan berarti "tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha

atau pekerjaan." Peran mewakili kumpulan tindakan yang diharapkan

dilakukan oleh individu yang berkedudukan dalam masyarakat. Namun,

peran adalah apa yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.28

Menurut Koentrajaraningrat, peran berarti tingkah laku seseorang


yang memilih suatu kedudukan tertentu. Oleh karena itu, konsep peran
menunjuk kepada pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi atau sistem.
Menurut Abu Ahmadi, peran adalah suatu kompleks dari harapan
manusia tentang bagaimana seseorang harus bersikap dan bertindak
dalam situasi tertentu, tergantung pada status dan fungsi sosialnya.
Menurut David Berry, ada dua jenis harapan yang berkaitan
dengan peran: "harapan masyarakat terhadap kewajiban sebagai
pemegang peran dan harapan si pemenang peran terhadap masyarakat

27
Joko Pramono, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik (Surakarta: UNISRI Press,
2020), hlm. 57.
28
Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm, 86.

30
yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peran atau
kewajiban-kewajibannya."29

Peran adalah harapan masyarakat terhadap posisi dan tindakan

seseorang dalam masyarakat. Peran (role) didefinisikan sebagai harapan

sosial, yang merupakan bagian dari self. Beberapa peran yang dimainkan

oleh seseorang dapat merupakan bagian dari self. Perspektif psikologis dan

sosial dapat digunakan untuk memahami teori peran. Serangkaian peran

yang ada dalam masyarakat membentuk struktur di mana interaksi sosial

dapat terjadi dengan baik. Tiga hal yang penting bagi praktisi (konselor,

psikolog, dan pekerja sosial) disempurnakan oleh teori peran. Pertama,

tentukan struktur dan konteks perilaku dalam berbagai situasi. Ini

memaksa kita untuk memikirkan peran yang dimainkan, orang lain yang

penting, harapan peran, dan konsekuensi dari perilaku yang buruk. Kedua,

ada perbedaan antara perilaku yang bermasalah dan individu yang

melakukannya, serta keyakinan bahwa perilaku yang bermasalah dapat

diulang. Ketiga, hal ini memaksa kita untuk melakukan penilaian yang

cermat tentang nilai, harapan, dan asumsi kita sendiri. Tidak ada istilah

"perilaku salah atau benar", dan semua perilaku dapat terjadi dalam

konteks sosial, menurut teori peran.

2. Syarat Syarat Peran

Adapun syarat-syarat peran dalam Soerjono Soekanto mencakup tiga hal

penting, yaitu

29
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,( Jakarta: Rajawali,1983), hlm. 101

31
a. Peranan adalah aturan yang berkaitan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Dengan kata lain, peran adalah kumpulan

aturan yang memimpin seseorang dalam kehidupan sosial.

b. Peran adalah ide tentang apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang

dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Selain itu, peran dapat didefinisikan sebagai perilaku individu, yang

penting untuk struktur sosial masyarakat.30

3. Cakupan Peran

Peranan dapat didefinisikan dalam tiga hal:

a. Peranan mencakup norma-norma yang berkaitan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat

b. Peranan adalah gagasan tentang apa yang dapat dilakukan seseorang

dalam organisasi sebagai organisasi

c. Peranan juga dapat didefinisikan sebagai tindakan individu yang

penting bagi struktur sosial masyarakat.

E. Kesejahteraan

1. Pengertian Kesejahteraan

Menurut Nasikun (1996), konsep kesejahteraan dapat digambarkan

sebagai perpaduan makna dari konsep martabat manusia. Konsep ini dapat

dilihat melalui empat indikator: rasa aman (security), kesejahteraan

(welfare), kebebasan (freedom), dan jati diri (identity). Indikator-indikator


30
Soekanto, Soerjono, Teori Peranan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hlm. 243

32
ini digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan di mana rasa aman,

kesejahteraan, kebebasan, dan jati diri seseorang terbentuk saat seseorang

memenuhi kebutuhannya

2. Indikator Kesejahteraan

Menurut Kolle dalam (Bintarto, 1989), kesejahteraan dapat diukur dari

beberapa aspek kehidupan:

a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah,

bahan pagan, dan sebagainya

b. dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,

lingkungan alam, dan sebagainya

c. dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas

pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya

d. dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,

dan keserasian, dan sebagainya

Indikator kesejahteraan di atas memberi tahu kita bahwa untuk

mengukur kesejahteraan, kita harus mempertimbangkan aspek materi,

fisik, mental, dan spiritual. Dengan demikian, kesejahteraan tidak hanya

dilihat dari semua kebutuhan manusia tanpa mengabaikan kebutuhan lain.

BKKBN memiliki indikator tersendiri yaitu

a. Jumlah Pendapatan

Semakin banyak pendapatan yang diperoleh, semakin tinggi standar

kehidupan rumah tangga.

b. Pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas

33
Juga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena akan

menghasilkan tenaga kerja yang ulet, terampil, dan terdidik, yang

membantu pembangunan ekonomi karena memiliki sumber daya

manusia yang luar biasa. Tiga indikator digunakan dalam pendidikan

ini: tingkat pendidikan anggota rumah tangga, ketersediaan layanan

pendidikan, dan penggunaan layanan tersebut.

c. Kualitas kesehatan yang semakin baik

Empat jenis indikator digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan

standar hidup rumah tangga. Ini adalah status gizi, status penyakit,

ketersediaan pelayanan kemiskinan, dan penggunaan layanan

kesehatan.

F. Masyarakat

Secara umum, masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama.

Masyarakat juga disebut "society", yang berarti interaksi sosial, perubahan

sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah ini berasal dari kata Latin socius, yang

berarti "kawan". Kata "masyarakat" berasal dari kata bahaaArab

"syarakayang", yang berarti "ikut serta" dan "berpartisipasi." Dengan kata lain,

menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang mengalami

ketegangan dan perkembangan organisasi sebagai akibat dari pertentangan

ekonomi antara kelompok-kelompok yang terpecah. Menurut Emile

Durkheim masyarakat adalah suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri,

bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Sebagai

sekumpulan orang yang telah bercampur selama waktu yang cukup lama,

34
masyarakat sadar bahwa mereka adalah suatu kesatuan dan suatu sistem hidup

bersama.

G. Kerangka Berfikir

Gambar 1:1

PERAN BAZNAS KOTA


PEKANBARU

PENGUMPULAN PENDAYAGUNAAN PENYALURAN /


PENDISTIBURSIAN

ASNAF

MENINGKATKAN Pengaruh Kurang


KESEJAHTERAAN Pengaruh

MASYARAKAT KOTA
PEKABARU

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan BAZNAS Kota Pekanbaru ini adalah

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian di mana pendapat, tanggapan

informasi, dan keterangan dikumpulkan untuk mengungkapkan masalah.

Penelitian kualitatif adalah rangkaian tindakan atau proses penyaringan data

atau informasi yang relevan tentang suatu masalah dalam konteks aspek atau

bidang tertentu dari subjeknya.31

Metode kualitatif lebih menekankan pada pengamatan fenomena dan

penelitian lebih lanjut tentang apa artinya. Kekuatan kata dan kalimat yang

digunakan sangat dipengaruhi oleh analisis dan ketajaman penelitian kualitatif.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proses penelitian kualitatif dan

interpretasi hasilnya adalah pusat perhatian. Dalam upaya memahami suatu

peristiwa, perilaku, atau fenomena, perhatian penelitian kualitatif lebih tertuju

pada elemen manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau interaksi antara

elemen-elemen tersebut.

B. Lokasi / Seting penelitian

Lokasi penelitiannya di BAZNAS Kota Pekanbaru. Alasan peneliti

mengambil tempat ini menjadi lokasi penelitian dikarenakan untuk melihat

apakah program dari BAZNAS itu sendiri sudah berjalan sebagaimana

mestinya dan bagaimanakan pengimplementasinnya terhadap masyarakat

31
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif ,(Bandung:Alfrabeta,2015) hlm. 334.

36
C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari subjek

penelitian menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Data primer

dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian dan

dianggap lebih akurat karena data langsung dari subjek digunakan untuk

membuat keputusan.32

Dalam penelitian ini jawaban data primer diperoleh dari hasil

wawancara langsung dengan staff pengurus lembaga BAZNAS Kota

Pekanbaru, serta yang masyarakat tergolong kepada pihak yang menerima

bantuan zakat dari baznas dan lembaga baznas masyarakat.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang tidak dikumpulkan secara

langsung oleh peneliti; contohnya adalah dokumen pemerintah,

perusahaan, atau karya ilmiah. Secara umum, data ini berisi informasi

yang telah disusun dan dikumpulkan oleh orang lain sebelumnya. 33Data

sekunder ini penulis akan cantumkan dari Kantor BAZNAS Kota

Pekanbaru

32
WahyuPurhantara, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis, (Yogyakarta :Graha
Ilmu. 2010), hlm. 79
33
Daniel, Moechar. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. ( Jakarta : Bumi Aksara, 2002)
hlm.113

37
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam metode observasi, observasi tidak hanya terbatas pada

pengamatan yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung; itu juga

mencakup pencatatan dan pengamatan fenomena yang diselidiki secara

sistematis. Dalam hal ini penulis menggunakan metode observasi, untuk

memperoleh data lengkap mengenai bagaimana pengimlementasian peran

BAZNAS Kota Pekanbaru dalam upaya mensejahterakan masyarakat

2. Wawancara

merupakan proses pengumpulan data untuk tujuan penelitian

melalui tanya jawab tatap muka antara penulis dan pewawancara. Ini

berbeda dengan wawancara, yang merupakan proses percakapan yang

terdiri dari tanya jawab tatap muka. Peneliti berbicara langsung dengan

sumber data dan informan tentang subjek penelitian untuk mendapatkan

informasi atau keterangan..34

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui tulisan, seperti arsip, buku-buku, surat

kabar, majalah, agenda, laporan penelitian, dan dokumen resmi, dikenal

sebagai dokumentasi. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan

adalah buku-buku yang terkait dengan subjek penelitian, serta arsip dan

wawancara dengan narasumber.

34
Nazir, Moh. Metode penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009 ), hlm. 193 –
200

38
4. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Untuk pengolahan dan analisis lanjutan, data yang diperoleh dari

observasi, wawancara, dan dokumentasi dirangkum dan dipilih. Metode

pengeolahan dan analisis data menjelaskan langkah-langkah yang

digunakan untuk mengolah dan menganalisis data. Karena penelitian ini

menggunakan metode kualitatif, pengolahan data dilakukan dengan

menguraikan data dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, dan

efektif sehingga lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan.

Teknik analisis data digunakan sepanjang proses, yang harus

dimulai sejak awal hingga akhir penelitian. Akibatnya, semua data dan

informasi yang dikumpulkan selama penelitian harus segera ditulis dan

dianalisis. Sugiyono menjelaskan analisis data sebagai berikut: "Analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi;

mengorganisasikan data ke dalam kategori kategori, memilih mana yang

penting dan mana yang harus dipelajari; dan membuat kesimpulan

sehingga data menjadi mudah dipahami oleh individu dan orang lain.".35

35
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2003) hlm. 335

39
5. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian mencangkup langkah – langkah pelaksanaan dari

awal sampai akhir, adapun langkahnya sebagai berikut :

SURVEY LITERATURE

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian


IDENTIFIKASI MASALAH

KERANGKA TEORI

METODE PENELITIAN

PENENTUAN
INSTRUMEN PENELITIAN

Data Primer PENGUMPULAN dan Data Sekunder


PENGOLAHAN DATA

ANALISIS
PEMBAHASAAN

KESIMPULAN dan Saran

SELESAI

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab bin Ahmad al-Anshory, Miizanul Kubra, Juz II (Daaru al-fikr)

Asnani, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta; Pustaka


Pelajar, 2008)

Daniel, Moechar. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. ( Jakarta : Bumi Aksara,


2002)

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,( Jakarta: Rajawali,1983)

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Kounikasi UIN
Suska Riau, Strategi Pengelolaan Zakat Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat Miskin Pada Badan Amsil Zakat Nasional Kota Pekabaru,
Jurnal Risalah Vol 28 No 01 Desember 2017 https://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/risalah/article/view/5543/3243

Guntur Setiawan, Implemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta; Balai


Pustaka, ,2004)

Iskan Qolba Lubis, Anggota Komisi VIII DPR RI dari fraksi PKS (Partai
Keadilan Sejahtera). Jurnal INFOZ+, Edisi 16 Th VII Januari- Februari
2012

Itang, Perundang Undangan Zakat di Indonesia (Studi Historis Regulasi Tentang


Zakat), Vol 19 No 02 Juli-Desember 2018

Joko Pramono, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik (Surakarta: UNISRI


Press, 2020)

Muhammad Al-„Aroby Al-Qorowy, Al-Khulashotu Al-Fiqhiyah „Alaa Madzhabi


As-Sa‟Aadah Al- Malikiyah, (Daaru Al-Fikr)

Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Implementasi Manajemen


Peningkatan Mutu Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan
Islam Secara Holistik, (Yogyakarta: Teras, 2012)

Nazir, Moh. Metode penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009 )

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung; CV Sinar


Baru, 2005)

41
Prasetyoningrum, Pendekatan Balance Scorecard Pada Lembaga Amil Zakat Di
Masjid Agung Jawa Tengah. Economica: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian
Ekonomi Islam, VI(1), 2015

Soekanto, Soerjono, Teori Peranan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002)

Soekanto, Teori Peranan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2002)

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Penyusunan


Model- Model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta; Bumi Aksara,
2016)

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif ,(Bandung:Alfrabeta,2015)

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2003)

Suharsono Dkk, Modul Edukasi Zakat untuk Para Amil, LAZNAS IZI

Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya &


Perubahan Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2014)

Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad, Kifayatul Akhyar fii halli ghoyatil
ikhtoshor, Juz I (Daaru al kutub al islamiyah, 2004)

Taqiyuddin an-Nabhany, Nizham al-Iqtishody fii al-islam, (Dar al-Ummah, 2004)

Taqiyuddin an-Nabhany, Nizham al-Iqtishody fii al-islam, (Dar al-Ummah, 2004)

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011Tentang Pengelolaan Zakat.

WahyuPurhantara, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis,


(Yogyakarta :Graha Ilmu. 2010),

Zain Bin Ibrohim, At-Taqrirotu As-Sadidah Fii Al Masaili Al Mufidah, (Daaru


Al-Ulum Al-Islamiyah, 2004)

Zain bin Ibrohim, at-taqrirotu as-sadidah fii al masaili al mufidah, (Daaru al-ulum
al islamiyah, 2004)

Zain bin Ibrohim, at-taqrirotu as-sadidah fii al masaili al mufidah, (Daaru al-
ulum al-islamiyah, 2004)

Zakariyah Al-Anshory, Fathu Al-Wahab Syarhu Minhaj Ath-Thulab, Juz I (Daaru


Ibni Ashoshoh, 2007)

Zakariyah al-Anshory, fathu al-wahab syarhu minhaj ath-thulab, Juz I (Daaru ibni
ashoshoh, 2007)

42
43

Anda mungkin juga menyukai