Pertanggungjawaban Perbuatan Melawan Hukum
Pertanggungjawaban Perbuatan Melawan Hukum
BAB III
PENYIDIK
(Polresta) Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, yang merupakan satuan kepolisian
yang berada dibawah Kepolisian Daerah Maluku (Polda Maluku). Polresta Pulau
Ambon dan Pulau-pulau Lease berkantor dengan alamat Jl. Sirimau Dr. Latumenten
No.10, Kel Waihaong, Nusaniwe, Kota Ambon, Provinsi Maluku dengan wilayah
kerja Pulau Ambon dan Kepulauan Lease yang terdiri dari Pulau Haruku, Pulau
kepolisian resor kota pulau Ambon dan Pulau Pulau Lease provinsi Maluku,
merupakan satuan kerja kewilayahan yang terletak di Jalan Aer Panas Nalahia, Kec.
Nusalaut, Kab. Maluku Tengah, Maluku yang dipimpin oleh seorang Kapolsek
Menurut PERKAP Nomor 23 Tahun 2010, unsur Polresta Pulau Ambon dan
(Satuan Sabhara).
24
Tugas dan fungsi Unsur Polresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease
Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
kepolisian yang diatur dalam pasal 2 dan tujuan kepolisian yang diatur dalam pasal
4 bahwa :
Pasal 2
Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada Masyarakat.
Pasal 4
Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
a. Visi Polri
oleh masyarakat.
27
b. Misi Polri
2002 dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13,
Kapolsek Nusalaut atau penyidik (IPDA) Izaac Tahapary, dan Surat Panggilan
menurut pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal 1 angka (2) KUHAP jo. pasal 1 angka
(2) PERKAP Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana, penyidikan
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
dengan penyidikan.
Bukti penggunaan pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP dalam SPDP, yang berbeda
tentang SP2HP yang mencantumkan pasal 336 ayat (1) jo. Pasal 335 ayat (1) ke-1
KUHP, menunjukkan salah satu fakta hukum, bahwa Polsek Nusalaut dalam hal ini
Kaposlek Nusalaut atau penyidik dan Kanit Reskrimnya dan kawan-kawan bersikap
bentuk peristiwa pidana yang dilakukan (dilanggar) oleh LR alias Leo. Hal ini
melanggar prinsip atau asas legalitas dan hak asasi manusia dalam Negara hukum
1
L. J. van Apeldoorn. Pengantar Ilmu Hukum, Cet ke-15, Pradnya Paramita, Jakarta, 1978,
hal. 129.
29
Asas legalitas dalam hukum acara pidana hanya mengandung 3 (tiga) makna,
yaitu :
1) lex scripta artinya, harus bersifat tertulis dalam penuntutan hukum acara
pidana;
2) lex certa artinya, harus memuat ketentuan yang jelas dalam hukum acara
pidana;
3) lex stricta artinya, harus ditafsirkan secara ketat dalam hukum acara
pidana.2
mengetahui tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak
pidana.
diakui Kapolsek Nusalaut atau penyidik, Kanit Reskrim Polsek Nusalaut dan
2
Ibid.
30
Pasal 1 angka (5) KUHAP jo. Pasal 1 angka (2) PERKAP 6 Tahun 2019
Artinya, unsur dari rumusan atau definisi hukum penyelidikan dalam pasal
Dengan kata lain, ketentuan Pasal 1 angka (5) KUHAP jo. Pasal 1 angka (2)
Kapolsek Nusalaut atau penyidik lakukan penyelidikan lebih dulu. Bila hasil
atau diadukan adalah suatu peristiwa pidana, maka Kapolsek Nusalaut lakukan
penyidikan untuk menemukan pelaku, modus, bukti, dan motif. Itulah tujuan
31
penyelidikan yang benar menurut hukum. Karena peristiwa pidana itu peristiwa
yang dibuat manusia, maka dalam peristiwa itu ada pelaku pembuat atau perbuatan.
Peristiwa pidana adalah terjadinya perbuatan yang dilarang, dan diberi sanksi
diancam dengan pidana barangsiapa melanggar larangan itu.3 Arti kata perbuatan
dalam frase perbuatan pidana menurut ahli hukum pidana, terdiri dari kelakuan atau
tindakan dan akibat. Perlu diingat bahwa tidak selamanya kelakuan dan akibat
Dari penjelasan di atas, maka yang pertama-tama harus ditentukan itu adalah
Pasal 5 ayat (1) PERKAP Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak
Pidana.
Pidana.
3
Eddy O.S. Hiariej. Prinsip-prinsip Hukum Pidana (Edisi Revisi), Cet ke-1, Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta, 2016, hal. 121.
4
Ibid, hal. 293.
32
Pasal 3
penyelidikan yang diatur dalam Pasal 7 ayat (1) PERKAP Nomor 6 Tahun 2019
PERKAP Nomor 6 Tahun 2019 Pasal 8 ayat (1), (2), dan (3), sesudah
(1) Hasil Penyelidikan yang telah dilaporkan oleh tim penyelidik, wajib
dilaksanakan gelar perkara untuk menentukan peristiwa tersebut diduga:
a. tindak pidana; atau
b. bukan tindak pidana.
(2) Hasil gelar perkara yang memutuskan :
a. merupakan tindak pidana, dilanjutkan ke tahap penyidikan;
b. bukan merupakan tindak pidana, dilakukan penghentian penyelidikan;
dan
c. perkara tindak pidana bukan kewenangan Penyidik Polri, laporan
dilimpahkan ke instansi yang berwenang.
34
dengan bukti permulaan yang cukup, menjadi bukti yang cukup yang terdiri dari
barang bukti ditambah minimal 2 alat bukti, sebelum menetapkan siapa pelaku
Pada dasarnya fungsi bukti permulaan yang cukup dapat di klasifikasikan atas
1. Melakukan penyidikan.
Dua pembagian atas 2 (dua) buah kategori tersebut bukannya tanpa arti.
Terhadap kategori pertama, maka fungsi bukti permulaan yang cukup adalah bukti
permulaan untuk menduga adanya suatu tindak pidana dan selanjutnya dapat
kedua, selain sebagai bukti permulaan untuk menduga adanya suatu tindak pidana,
fungsi bukti permulaan yang cukup adalah bukti permulaan bahwa (dugaan) tindak
Pasal 17 KUHAP
5
Chandra M. Hamzah. Penjelasan Hukum (Restatement) Bukti Permulaan Yang Cukup, Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia [PSHK], Jakarta, 2014, hal. 6.
35
cukup ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan
dugaan tindak pidana tersebut diduga dilakukan oleh seseorang. Hal ini terlihat dari
(UU KPK) Pasal 44 Ayat (1), yaitu Jika Penyelidik dalam melakukan penyelidikan
menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi.
penyidikan.
Kewajiban hukum ini dilanggar oleh Kapolsek Nusalaut atau penyidik. Hal-
hal ini yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai Kapolsek Nusalaut dalam
perkara pidana sudah dimulai dari tahap pendahuluan, yakni penyelidikan dan
6
Ibid. hal. 96.
36
sesuatu yang tidak memihak, objektif, dan memberikan informasi kepada hakim
dalam perkara pidana, pembuktian sangatlah esensial karena yang dicari dalam
yang membuat peristiwa pidana, barang bukti dan atau alat-alat bukti tersebut
Ayat (1)
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Kerangka terdakwa.
Ayat (2)
Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
dan hukum pidana. Tidak pula miliki kompetensi yuridis untuk melakukan diskresi
7
Ibid. hal. 96.
8
Ibid. hal. 96.
37
dalam PERKAP dan sudah dielaborasi lebih teknis dalam PERKABA yang
tidak boleh ditafsirkan lain oleh semua anggota Polri termasuk Kapolsek Nusalaut
atau penyidik, penyelidik dan atau penyidik pembantu dalam melakukan tugas dan
yaitu :
Pasal 8
kepentingan, hak serta wewenang penguasa dengan kepentingan, hak serta hak-hak
38
rakyat, martabat dan hak-hak asasi manusiawi rakyat.9 Dengan demikian, suatu
hukum acara pidana yang baik bertujuan bukan saja memberantas kejahatan,
melainkan juga yang lebih penting adalah mendidik dan meninggikan harkat dan
BAP 17 (tujuh belas) saksi. 13 (tiga belas) saksi dari pihak pelapor (Junis
2 Oktober 2021, dan tanggal 4 Oktober 2021, dan tanggal 02 November 2021.
BAP mulai tanggal 14 dan tanggal 16 Oktober 2021, menurut Kapolsek diabaikan
saja.
Parinussa alias Nus yang juga diperiksa oleh penyidik pembantu Hanny
dia berada sekitar 10 (sepuluh) meter dari posisi LR alias Leo di tempat kejadian
(bukan peritiwa pidana) pada tanggal 21 September 2021, sekitar pukul 17.00 WIT.
9
Biro Hukum. Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Proses Pembahasannya, Jakarta,
1981, hal. 217.
10
Ibid. hal. 221.
39
Namun saksi menerangkan LR alias Leo tidak melakukan perbuatan pidana yang
alias Leo.
Dalam BAP-nya, saksi fakta Hermanus Parinussa alias Nus pada pokoknya
alias Nus tersebut, sama dengan keterangan saksi fakta Marthinus Samallo alias
Nus, Alfredo Wairisal alias Edo, dan saksi Since Rumailal alias Ince.
Kapolsek Nusalaut atau penyidik dan penyidik pembantu lainnya. Hal ini
tidak bekerja professional, objektif dan tidak berdasar fakta, melainkan bekerja
secara melawan hukum, bersikap tendensius berpihak pada pelapor dan kawan-
kawan.
maka akan menemukan dan meminta keterangan dari Babinsa Ameth, Wempy Dirk
Parinussa (pejabat pemerintah Negeri Ameth), dan lebih dari 10 (sepuluh) saksi
fakta lain yang berada dan melihat LR alias Leo tidak melakukan perbuatan yang
Mereka juga tahu persis LR alias Leo tidak miliki mens rea untuk lakukan
tindak pidana. Justru LR alias Leo bersama pejabat pemerintah negeri Ameth dan
pengakuan LR alias Leo. Hal ini terlihat dari 13 (tiga belas) orang yang dijadikan
saksi, bahkan pada tanggal 2 November 2021, Kapolsek Nusalaut atau penyidik
Dari fakta ini, terbukti bahwa penyelidik atau penyidik Polsek Nusalaut tidak
penyidik memeriksa ahli bahasa Indonesia pada hari libur Sabtu, 2 Oktober 2021,
keterangan ahli hukum pidana, mencari barang bukti dan alat bukti lain yang
terjadi, Kapolsek Nusalaut atau penyidik lebih percaya keterangan saksi dan
berdasar fakta, melainkan berasal dari perbuatan melawan hukum, dan penjelasan
Kapolsek Nusalaut tentang batas waktu pengiriman SPDP perkara ini penyidik atau
mengirimkan SPDP kepada penuntut umum pada hari kelima, dan sudah
menetapkan saudara LR alias Leo sebagai tersangka bukan saja tidak lengkap
XIII/2015, yang amarnya menyatakan Pasal 109 ayat (1) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) bertentangan
kepada jaksa penuntut umum, akan tetapi juga wajib sampaikan SPDP kepada
terlapor dan korban/pelapor dengan waktu paling lambat 7 (tujuh) hari dipandang
2021, dan SPDP diterbitkan tanggal 5 Oktober 2021, namun Polsek Nusalaut
menyerahkan SPDP kepada dan diterima tersangka pada tanggal 19 Oktober 2021,
atau sudah daluwarsa 12 (dua belas) hari. Jadi dalam hal penyampaian SPDP
kepada LR alias Leo, Kapolsek Nusalaut atau penyidik lakukan pula perbuatan
melawan hukum. Hal ini sengaja ditutupi dan tidak dijelaskan Kapolsek.
Nausalaut dalam menangani perkara ini sudah bertentangan atau melawan hukum
acara pidana yang dilakukan penyidik atau penyidik pembantu pada hari Sabtu,
tanggal 2 Oktober 2021, satu hari sesudah Polsek Nusalaut menerbitkan Laporan
tanggal 01 Oktober 2021. Padahal tanggal 2 Oktober 2021 jatuh pada hari sabtu
atau hari libur. Pemeriksaan ahli bahasa Indonesia bersamaan pula dengan
2021;
2021; dan,
Nusalaut atau penyidik langsung dan secepat kilat simpulkan sudah terjadi
alat bukti guna tersangkakan terlapor, mereka datangkan ahli bahasa Indonesia
untuk memaknai bahasa dalam peristiwa yang dilaporkan pelapor yang ternyata
Padahal pada tahap awal ada begitu banyak teknik penyelidikan yang harus
ahli hukum pidana yang berkompeten untuk berikan pendapat tentang fakta
peristiwa yang dilaporkan pelapor. Bahkan menduga sangat mungkin ahli bahasa
sudah dihubungi sebelum tanggal pemeriksaan 4 saksi. Karena itu, penyidik atau
perbuatannya.
Karena dua alat bukti ini diperoleh dengan cara yang melanggar hukum, maka
2 alat bukti tersebut tidak sah atau illegal, sehingga tidak penuhi syarat bukti
permulaan yang cukup menurut hukum yang berlaku untuk tersangkakan terlapor.
Berdasarkan fakta ini, maka pada tahap ini pula, Kapolsek Nusalaut atau penyidik
11
Ibid. hal. 62.
44
kesempatan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penyelidikan dan
penyidikan, sebagai penjabaran asas hukum Audi et alteram partem yang artinya,
asas kesamaan prosesuil dan para pihak yang berperkara atau general rules of
evidence are the same in equity as the law (aturan umum pembuktian adalah sama
pasal 6 ayat (1) dan (2) PERKAP Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak
Pidana, yaitu :
objektif. Tidak pula bisa mendapatkan saksi-saksi yang relevan dengan perkara.
alias Leo sebagai Tersangka. Sebelum dan sesudah tanggal 15 Oktober 2021, LR
alias Leo tidak pernah diperiksa oleh Polsek Nusalaut baik dalam proses
Oktober 2021, Kapolsek Nusalaut atau penyidik menerbitkan lebih dulu Surat
45
menetapkan LR alias Leo sebagai tersangka tindak pidana dimaksud pasal 335 (1)
Sedangkan Pasal 25 ayat (1) dan (2) PERKAP Nomor 6 Tahun 2019 tentang
(1) Penetapan tersangka berdasarkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti yang
didukung barang bukti.
(2) Penetapan tersangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
melalui mekanisme gelar perkara, kecuali tertangkap tangan.
Dan status hukum tersangka harus ditetapkan dengan Surat Penetapan Tersangka,
Yang dimaksud dengan tersangka pada Pasal 1 angka (14) KUHAP Jo dan
Pasal 1 angka (9) PERKAP Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak
Pidana adalah :
berdasar dua alat bukti sah (legal evidence), yang didukung barang bukti. Dua alat
bukti sah artinya cara memperoleh dua alat bukti harus melalui penyelidikan yang
berlaku. Karena itu, penetapan status LR alias Leo sebagai tersangka tindak pidana
46
dalam SPDP adalah perbuatan Kapolsek Nusalaut atau penyidik cacat hukum dan
melawan hukum.
Pada 27 Oktober 2021 LR alias Leo l minta William Sahetapy atau Kanit
Reskrim atau penyidik pembantu serahkan BAP LR alias Leo, namun tidak
diberikan. William Sahetapy atau Kanit Reskrim beralasan kepada LR alias Leo
bahwa BAP itu rahasia. Padahal hak tersangka untuk peroleh BAP-nya adalah hak
Selanjutnya, tanggal 10 Desember 2021 pukul 08:19 Wit, selaku advokat atau
kuasa hukum dari saudara LR alias Leo meminta Kapolsek Nusalaut serahkan BAP
dari advokat atau kuasa hukum saudara LR alias Leo tidak ditanggapi sama sekali.
tersebut bukan saja membohongi masyarakat dan naif, melainkan melawan hukum
pula.
Tindak Pidana
Salah satu lembaga penegakan hukum yang ada di Indonesia yaitu Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak awal berkaitan dengan fungsi
47
intinya adalah aparat penegak hukum yang bertugas dan bertanggung jawab atas
Kepolisian merupakan Lembaga yang pertama kali harus dilalui dalam proses
sebagai berikut :
tersebut memiliki takaran yang begitu luas tidak sekedar aspek refresif dalam
kaitannya dengan proses penegakan hukum pidana saja tapi juga mencakup aspek
preventif berupa tugas-tugas yang dilakukan yang begitu melekat pada fungsi
seharusnya pihak kepolisian mewujudkan rasa aman tersebut. Peran Polri dalam
pengungkapan suatu tindak pidana, merupakan peran yang ideal yang dijalankan
48
karena polisi sudah manjalankan proses penegakan hukum sesuai dengan undang-
undang.
harus di dukung oleh bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk
sebagai tindak pidana atau bukan. Tujuan pokok tindakan penyidikan untuk
dalam bentuk tindakan preventif dan tindakan represif, dimana tindakan perventif
berlaku yaitu dengan mengusahakan agar faktor niat dan kesepakatan tidak bertemu
sehingga situasi tetap terpelihara aman dan terkendali. Sedangkan tindakan represif
12
Nurdjana. Sistem Hukum Pidana, Pustaka Pelajar, Banjarmasin, 2009, hal. 29.
49
Nusalaut penyelidik atau penyidik wajib berpedoman pada KUHAP dan berbagai
Peraturan Kapolri (PERKAP) yang dielaborasi lebih teknis dalam Peraturan Kepala
tanpa hak diskresi. Namun fakta membuktikan, Kapolsek Nusalaut dan jajarannya
telah melakukan perbuatan melanggar hukum, maka mereka semua patut diadili
dalam sidang kode etik Polri yang harus menghukum mereka membebas tugaskan
mereka dari jabatan dan fungsi reserse di semua tingkatan dalam yurusdiksi Polda
Maluku, karena mereka tidak miliki kompetensi secara intelektual, tidak objektif,
tidak jujur dan melawan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akibat perbuatan dan integritas moralnya yang buruk, bukan saja telah merusak
nama baik LR alias Leo secara memfitnah, melainkan mereka telah memburukan
citra institusi Polri di mata masyarakat sebagai lembaga penegak hukum dan
diperlakukan equality before the law sesuai UUD 1945. Dan meminta motif
oleh Propam Polda Maluku dan Hakim persidangan kode etik nanti. Karena
William Sahetapy (Kanit Reskrim) dan penyidik pembantu yang terlibat, pantas
dibebas tugaskan dari Satker Reskrim di semua tingkatan Polda Maluku, karena
telah memburukan citra Polri sebagai lembaga penegak hukum, pelindung dan
ahli Bahasa Indonesia yang sudah diperiksa Polsek Nusalaut, dan mempertanyakan
prosedur permintaan ahli, asal-usul sumber pembiayaan dan honorarium ahli, dan
Polri atau polsek Nusalaut, ataukah berasal dari pelapor dan kawan-kawan. Karena
itu, penyidik atau penyidik pembantu tidak memerlukan keterangan dari tersangka
Umum Anggota Polri dan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode
Etik Kepolisian.
melakukan tindak pidana. Sementara itu dalam penegakan hukum yang dimana
pelakunya sendiri adalah anggota polisi penjatuhan pidananya lebih berat karena
sebagai aparat penegak hukum yang seharuhnya penegakan hukum, pelindung dan
pengayom masyarakat pencari keadilan tetapi terlibat dalam tindak pidana. Selain
51
penegakan melalui peradilan umum juga dilakukan proses penegakan kode etik
polisi, dalam penegakan terhadap anggota polisi masih belum sesuai dengan