Anda di halaman 1dari 5

Nama : Heni Veronika Nainggolan

NIM : 11000121120157

Kelas :K

Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana

Dosen Pengampu : Sukinta, S.H.,M.Hum.

TUGAS MANDIRI KEENAM

Analisis Kasus Karen Agustiawan Tentang Gugatan Praperadilan Atas Dugaan Kasus
Tindak Pidana Korupsi

Kronologi Kasus

 Karen Agustiawan pada awalnya adalah seorang Direktur Utama Pertamina pada tahun
2009-2014. Pada masa jabatannya, Karen mengambil keputusan sepihak dan mengadakan
kerjasama dengan Corpus Christi Liquefaction (CCL) LLC Amerika Serikat. Kerjasama
tersebut dikatakan sepihak karena Karen tanpa adanya kajian dan melapor ke Dewan
Komisaris PT Pertamina Persero. Akibatnya, kargo LNG yang dibeli tidak terserap di
pasar domestic dan pada akhirnya dijual rugi ke pasar internasional.
 KPK menjerat Karen dengan pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU RI Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 Kemudian Karen Agustiawan ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dengan dugaan kasus pengadaan Liquified Natural Gas (LNG) di PT
Pertamina ( Persero) pada tahun 2011-2021.

Gugatan Praperadilan

 Karen Agustiawan kemudian mengajukan praperadilan pada hari jumat, 6 Oktober 2023
dengan alasan “ sah atau tidaknya penetapan tersangka” dan pihak termohon adalah KPK.
 Tetapi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak permohonan praperadilan yang
diajukan oleh Karen Agustiawan.
 Dengan alasan bahwa bukti- bukti yang diajukan oleh Karen dan kuasa hukumnya tidak
kuat pada saat mengajukan praperadilan. Sedangkan hakim menilai bukti-bukti dari pihak
termohon yaitu KPK merupakan bukti yang kuat untuk menjerat Karen sebagai
tersangka.
 Ada 121 barang bukti yang diberikan oleh KPK untuk sidang praperadilan yang diajukan
oleh Karen Agustiawan termasuk bukti elektronik dan 2 orang saksi ahli .
 Hakim juga menyatakan bahwa , kasus korupsi terhadap pengadaan Liquified Natural
Gas ( LNG) ini menyebabkan kerugian besar bagi negara sekitar Rp 2,1 triliun serta
penetapan tersangka yaitu Karen Agustiawan sudah dilakukan oleh KPK sesuai
prosedur.
 Sehingga gugatan praperadilan yang diajukan oleh Karen Agustiawan tidak dapat
diterima. “ menyatakan eksepsi pemohon tidak dapat diterima , tentang pokok perkara
menolak permohonan praperadilan untuk seluruhnya” ujar hakim tunggal Tumpanuli
Marbun saat membacakan putusan pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada hari kamis 2
November 2023.
 Suami Karen Agustiawan yaitu Herman Agustiawan mengatakan bahwa bukti-bukti
yang diajukan oleh KPK terkesan di paksakan sehingga terjadi perampasan hak asasi
manusia istrinya. Dan kedepannya berharap memperoleh keadilan karena tidak ada
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh istri nya dan tidak ada kerugian yang
pasti dan nyata seperti yang dituduhkan oleh KPK.
 Kuasa hukum yaitu Rebecca Elisabeth Karen Agustiawan mengatakan bahwa gugatan
yang diajukan error in persona dan tidak sesuai peraturan perundang-undang dan
melanggar hak asasi manusia serta kesepakatan LNG dengan Amerika Serikat adalah
tindakan korporasi.

Analisis Kasus

 Alasan Karen Agustiawan mengajukan praperadilan tersebut sebagaimana dimaksud


dalam pasal 77 huruf a KUHAP yaitu “ sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,
penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan’. Dalam hal ini bahwa tersangka
yaitu Karen Agustiawan menilai penetapan tersangka oleh KPK yang disangkakan
kepadanya tidak sah sehingga ia mengajukan praperadilan.
 Tetapi , gugatan praperadilan Karen Agustiawan tersebut tidak dikabulkan oleh Hakim
Tunggal sehingga pihak pemohon yaitu Karen tidak bisa mengajukan upaya banding
sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 KUHAP yang menyatakan bahwa “ terhadap
putusan praperadilan dalam hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 79, pasal 80 dan
pasal 81 tidak dapat dimintakan banding”. Yang mana dalam kasus ini, adalah merujuk
ke pasal 79 yang berbunyi “ permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu
penangkapan atau penahanan diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasa hukumnya
kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya”.
 Sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999
bahwa “ setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbutan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 ( empat) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp 200.000.000 ( dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000 (
satu milyar rupiah)”. Dan ketentuan pasal 3 yang menyatakan “ setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 ( satu
) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh) tahun dan atau denda paling sediki Rp
50.000.000 ( lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000 ( satu milyar
rupiah)”.
 Dapat kita pahami bahwa unsur-unsur dalam kedua pasal ini terpenuhi dalam kasus
tersebut. Sehingga Karen Agustiawan dapat ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana
korupsi. Dalam hal ini, Karen Agustiawan dapat dijerat dengan pasal 2 ayat 1 atau pasal
3. Yang berarti bahwa dalam kasus ini menggunakan dakwaan alternative, yang artinya
bahwa ada pilihan atau opsi lain yang dapat didakwakan kepada tersangka. Tetapi, karena
masih ada keragu-raguan sehingga dibuat dakwaan lain.
 Perlu kita ketahui pula bahwa dalam KUHAP tidak mengatur tentang pengadilan yang
memeriksa tindak pidana. Tetapi dalam prakteknya, untuk perkara tindak pidana korupsi,
harus diperiksa di pengadilan tipikor. Sehingga hal ini sulit, karena pada kenyataanya
tidak semua kabupaten/kota mempunyai pengadilan tipikor. Dapat kita simpulkan bahwa,
kasus korupsi Karen Agustiawan ini akan diperiksa di pengadilan tipikor Jakarta Pusat
karena tindak pidana yang dilakukan adalah tindak pidana korupsi. Wewenang mengadili
oleh PN Jakarta Pusat ini adalah kompetensi relative yang artinya bahwa kewenangan
mengadili suatu perkara dilihat dari wilayah hukum lingkungan pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 84 ayat 1 KUHAP yang menyatakan “ pengadilan negeri
berwenang mengadili segala perkara tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya”.

REFERENSI
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
CNN Indonesia.com. ( 2023, 02 November). Hakim Tolak Praperadilan Eks Dirut
Pertamina Karen Agustiawan. Diakses Pada 3 November 2023, dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231102160200-12-1019222/hakim-
tolak-praperadilan-eks-dirut-pertamina-karen-agustiawan/amp
News.detik.com. (2023, 02 November). Tok! Praperadilan Eks Dirut Pertamina Karen
Agustiawan Ditolak. Diakses Pada 3 November 2023, dari
https://news.detik.com/berita/d-7015729/tok-praperadilan-eks-dirut-pertamina-
karen-agustiawan-ditolak/amp
Kompas. Com. ( 2023, 02 November ). KPK Apresiasi Hakim PN Jaksel Tolak
Praperadilan Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan. Diakses Pada 3 November
2023, dari https://amp.kompas.com/nasional/read/2023/11/02/21032071/kpk-
apresiasi-hakim-pn-jaksel-tolak-praperadilan-eks-dirut-pertamina-karen
www.kompas.tv. (2023, 02 November ). Gugatan Praperadilan Eks Dirut Pertamina
Karen Agustiawan Ditolak, KPK Apresiasi Putusan Hakim. Diakses Pada 3
November 2023, dari https://www.kompas.tv/amp/nasional/457526/gugatan-
praperadilan-eks-dirut-pertamina-karen-agustiawan-ditolak-kpk-apresiasi-
putusan-hakim
Candra Yuri Nuralam. ( 2023,02 November). PN Jaksel Tolak Praperadilan Eks Dirut
Pertamina. Diakses Pada 3 November 2023, dari
https://www.metrotvnews.com/read/kWDCZLa7-pn-jaksel-tolak-praperadilan-
eks-dirut-pertamina

Anda mungkin juga menyukai