Anda di halaman 1dari 4

Nama :

NIM :

Jurusan :

Fakultas :

Universitas Lancang Kuning

Kapabilitas Sistem Politik Pada Era Pemerintahan Presiden Jokowi

Kapabilitas sistem politik merupakan parameter keberhasilan suatu penyelenggaraan


dari kebijakan politik dari pemerintahan yang sedang berkuasa. Hal ini sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Agus Dedi (2018) yang menyatakan bahwa kapabilitas sistem politik
adalah kemampuan sistem politik dalam menghadapi setiap tantangan, tuntutan dalam
penyelenggaraan sebuah pemerintahan1. Oleh karena itu, keberhasilan sistem politik dalam
menghadapi tantangan baik yang datangnya dari dalam (domestik) maupun luar (internasional)
sangat ditentukan oleh kapabilitas (kemampuan) sistemnya.

Berikut 5 Kapabilitas Sistem Politik Pada Era Pemerintahan Presiden Jokowi :

1.Kapabilitas Ekstraktif

Kapabilitas ekstraktif adalah kemampuan kinerja sistem politik dalam mengumpulkan dan
mengelola sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) dari lingkungan
domestik maupun internasional. Dalam hal ini, pemerintahan Jokowi-Ma’ruf telah
mengumpulkan dan mengelola sumber daya alam dengan memberikan nilai tambah bagi
perekonomian masyarakat. Melalui kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pemerintah
terus mendorong peningkatan nilai tambah dari SDA sehingga mampu berkontribusi dalam
pertumbuhan devisa negara dan menopang laju pertumbuhan ekonomi. Upaya peningkatan nilai
tambah dari sumber daya alam tersebut kemudian dilanjutkan dengan diterbitkannya aturan
larangan ekspor biji nikel mentah. Pemerintah melalui Kementerian ESDM memutuskan mulai
tanggal 1 januari 2020 diberlakukan pelarangan ekspor ore nikel, atau lebih cepat dari kebijakan
sebelumnya yang akan berlaku pada Januari 2022. Keputusan tersebut dimaksudkan sebagai
upaya menjaga cadangan nikel dengan mempertimbangkan keberlanjutan pasokan bahan baku
dari smelter yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk mendukung program mobil listrik yang
akan diproduksi dalam negeri, dimana nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai mobil listrik.
Pelarangan ekspor ore nikel juga dibarengi dengan perkembangan pembangunan industrialisasi
di daerah sumber utama nikel terkonsentrasi yaitu Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan
Halmahera.
1
Namun, perkembangan pemanfaatan sumber daya alam yang cukup baik tidak dibarengi dengan
pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) saat ini. Terutama, adanya isu Tenaga Kerja Asing
yang diperbolehkan masuk dan bekerja di pabrik smelter di tengah pandemi seperti sekarang.
Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dalam setahun terakhir, angka
pengangguran di Indonesia bertambah 60 ribu orang. Penerimaan tenaga kerja asing dari China
khususnya rasanya kurang tepat, mengingat kondisi pandemi Covid-19 sekarang yang
seharusnya membatasi akses orang luar untuk masuk ke Indonesia untuk memutus mata rantai
penyebaran virus SARS N-CoV-2.

2. Kapabilitas Distributif

Kapabilitas distribusi merupakan kemampuan distribusi dari berbagai jenis barang, jasa
oleh sistem politik pada individu maupun kelompok yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini
seolah-olah sistem politik itu pengelola dan merupakan pembagi segala kesempatan, keuntungan
dan manfaat bagi masyarakat. Distribusi barang, jasa, kesempatan, status, dan bahkan juga
kehormatan dapat menjadi parameter keberhasilan suatu sistem politik pemerintahan yang
sedang berkuasa. Di masa pandemi saat ini harusnya merupakan momentum bagi pemerintah
untuk mengoptimalkan distribusi kesiadaan barang dan jasa bagi masyarakat umum dan tenaga
medis terkhusus melalui kebijakan sistem politik.

Pada masa pemilu 2024 Kapabilitas Distributif di masa Pemilu kemarin sangatlah
meresahkan banyak bahan bahan pangan yang naik secara drastis contohnya saja daging, ayam,
cabai, dan lain sebagainya. Banyak keluhan warga tentang kenaikan harga pangan tersebut.

3.Kapabilitas Regulatif

Kapabilitas regulatif adalah kemampuan suatu sistem politik dalam mengontrol atau
mengendalikan perilaku individu maupun kelompok yang berada dalam sistem tersebut, dimana
kekuasaan yang sah dalam hal ini pemerintah mampu menempatkan diri untuk mengawasi
tingkah laku manusia dan badan-badan yang berada di dalamnya. Hal tersebut merupakan ukuran
kapabilitas dalam mengontrol dan mengawasi secara sistem politik. Dari aspek kapabilitas
regulatif ini diharapkan bahwa suatu aturan atau regulasi dapat saling mendukung dengan sistem
politik yang ada.Kapabilitas regulatif yang baru-baru ini ditekan oleh Presiden Joko Widodo
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Sebagai contoh, wacana penundaan cicilan dan relaksasi perpajakan yang sebelumnya
menjadi polemik di tengah masyarakat, sebab Presiden Joko Widodo telah mengumumkan hal
tersebut di awal masa pemilu sedangkan masyarakat belum bisa merasakan hal tersebut karena
terkendala oleh tidak adanya aturan yang melandasi pernyataan presiden tersebut. Kemudian,
melalui Perppu Nomor 1 Tahun 2020 ini landasan hukum mengenai relaksasi perpajakan,
penundaan cicilan bagi 60 juta UMKM, subsidi bunga dan bantuan tambahan modal kerja
menjadi sesuatu yang mengikat.
4. Kapabilitas Simbolik

Kapabilitas simbolik, yaitu kemampuan mengalirkan simbol dari sistem politik kepada
lingkungan intra-masyarakat maupun ekstra-masyarakat. Faktor kharisma atau latar belakang
sosial elit politik yang bersangkutan dapat menguntungkan bagi peningkatan kapabilitas
simbolik. Presiden Joko Widodo sebagai figur orang nomor satu di negeri ini menjadi simbol
suatu sistem politik dari pemerintahan yang dipimpinnya saat ini. Kapabilitas Presiden Joko
Widodo sebagai pusat perhatian dari kebijakan yang dibuatnya menjadi indikator keberhasilan
penerimaan kebijakan di tengah masyarakat.

Ketidaksinambungan kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat dibawah Presiden menunjukkan


lemahnya kemampuan simbolik dalam sistem politik Presiden sebagai Kepala Pemerintahan
yang harusnya menjadi acuan kebijakan pejabat-pejabat di bawahnya. Selain itu, Wakil Presiden
Ma’ruf Amin sebagai tokoh agama sekaligus memiliki kapabilitas simbolik yang cukup kuat.
Dalam pembagian tugas bersama Presiden, Wakil Presiden tampaknya terfokus pada peran
menata kehidupan beragama masyarakat selama masa pemilu.

5. Kapabilitas Responsif

Kapabilitas Responsif merupakan kemampuan daya tanggap suatu sistem politik dalam
menghadapi tekanan-tekanan ataupun tuntutan yang berasal dari lingkungan dalam sistem,
masyarakat sekitar ataupun dari luar lingkungan saat ini. Indikator dari kapabilitas responsif
suatu sistem politik pemerintahan dapat dilihat dari responsibilitas pemerintah di dalam membuat
suatu kebijakan berdasarkan aspirasi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Oleh karena itu,
kapabilitas responsif ini ditentukan oleh hubungan antara input dan output. Hubungan input dan
output berupa wacana kebijakan yang disampaikan oleh suatu sistem politik kepada masyarakat
dan akan dikembalikan oleh masyarakat dengan penilaian negatif atau positif.

Kapabilitas Responsif pada masa pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ini dinilai sangat lemah,
karena beberapa kebijakan yang dianggap negatif oleh masyarakat tetapi tetap dipaksakan untuk
diberlakukan sebagai Undang-Undang. Salah satu nya adalah kebijakan Rancangan Undang-
Undang Cipta Kerja Omnibus Law, berbagai pihak menolak dengan tegas RUU tersebut untuk
dibahas dan disahkan karena pasal-pasal yang terkait di dalamnya terlalu berpihak pada investor
dan teanga kerja asing sementara menyampingkan kepentingan masyarakat. Salah satu pasal
yang dimaksud adalah Pasal 42 RUU Omnibus Law ayat 1 “Setiap Pemberi Kerja yang
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Wajib Memiliki Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga
Kerja Asing dari Pemerintah Pusat. Meskipun menerima penolakan dari banyak pihak,
pemerintah dan DPR RI bersikeras akan merampungkan pembahasan RUU Cipta Kerja tersebut.
Kebijakan pemerintah tersebut menunjukkan respon negatif terhadap aspirasi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai