Anda di halaman 1dari 1

Tukang Sihir Raja Fir’aun

Nabi Musa ‘alaihissalam selalu mengajak Raja Fir’aun untuk beriman kepada Allah ta’ala. Namun Fir’aun enggan beriman.
Ia sombong dan ingkar kepada Nabi Musa ‘alaihissalam.
Raja Fir’aun mempunyai banyak tukang sihir. Ia ingin menantang Nabi Musa ‘alaihissalam. Agar diadu, manakah yang akan
menang, tukang-tukang sihirnya ataukah Nabi Musa ‘alaihissalam dengan mukjizatnya? Maka Fir’aun menantamg Nabi
Musa ‘alaihissalam.
Disepakati bertemu di hari raya, pada waktu dhuha. Pada hari itu berkumpullah manusia. Berkata tukang-tukang sihir Raja
Fir’aun, “Hai Musa, apakah kamu yang melempar dulu ataukah kami?”
“Silakan kamu sekalian melempar! Jawab Nabi Musa ‘alaihissalam. Tukang-tukang sihirpun melemparkaan tali dan tongkat
mereka.
Maka terbayang di mata Nabi Musa. Tali-tali tukang sihir itu merayap cepat seperti ular. Tongkat-tongkat mereka seakan
merayap dengan cepat pula. Ini karena sihir mereka.
Nabi Musa pun merasa takut di daalam hatinya. Allah mewahyukan pada Nabi Musa ‘alaihissalam. Bahwa beliaulah yang
akan menang. Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam melemparkan tongkatnya. Berubahlah tongkat itu menjadi ular besar. Ular
itu merayap dengan cepat.
Ular besar Nabi Musa ‘alaihissalam menelan ular-ular kecil para tukang sihir itu. Ular-ular mereka adalah khayalan.
Sebenarnya hanyalah tali dan tongkat saja. Sedang tongkat Nabi Musa ‘alaihissalam benar-benar berubah menjadi ular
dengan izin Allah. Ini adalah mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam yang diberikan Allah untuknya. Sebaagai bukti kebenaran
ajaran Nabi Musa ‘alaihissalam.
Kebenaran mengalahkan kebathilan. Para penyihir pun akhirnya menjadi beriman. Para penyihir tersungkur seraya berkata,
“Kami beriman kepada Rabbnya Harun dan Musa!”
Marahlah Raja Fir’aun, ia mengancam jika para penyihir tetap beriman kepada Allah, maka mereka akan dipotong kaki dan
tangan mereka. Dipotong dengan menyilang, tangan kanan dengan kaki kiri, atau dipotong tangan kiri dengan tangan kanan.
Kemudian akan disalib di batang pohon kurma.
Akan tetapi para penyihir itu tetap berima. Mereka lebih takut kepada siksa Allah di akhirat daripada siksa Raja Fir’aun di
dunia.
Tukang Sihir Raja Fir’aun
Nabi Musa ‘alaihissalam selalu mengajak Raja Fir’aun untuk beriman kepada Allah ta’ala. Namun Fir’aun enggan beriman.
Ia sombong dan ingkar kepada Nabi Musa ‘alaihissalam.
Raja Fir’aun mempunyai banyak tukang sihir. Ia ingin menantang Nabi Musa ‘alaihissalam. Agar diadu, manakah yang akan
menang, tukang-tukang sihirnya ataukah Nabi Musa ‘alaihissalam dengan mukjizatnya? Maka Fir’aun menantamg Nabi
Musa ‘alaihissalam.
Disepakati bertemu di hari raya, pada waktu dhuha. Pada hari itu berkumpullah manusia. Berkata tukang-tukang sihir Raja
Fir’aun, “Hai Musa, apakah kamu yang melempar dulu ataukah kami?”
“Silakan kamu sekalian melempar! Jawab Nabi Musa ‘alaihissalam. Tukang-tukang sihirpun melemparkaan tali dan tongkat
mereka.
Maka terbayang di mata Nabi Musa. Tali-tali tukang sihir itu merayap cepat seperti ular. Tongkat-tongkat mereka seakan
merayap dengan cepat pula. Ini karena sihir mereka.
Nabi Musa pun merasa takut di daalam hatinya. Allah mewahyukan pada Nabi Musa ‘alaihissalam. Bahwa beliaulah yang
akan menang. Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam melemparkan tongkatnya. Berubahlah tongkat itu menjadi ular besar. Ular
itu merayap dengan cepat.
Ular besar Nabi Musa ‘alaihissalam menelan ular-ular kecil para tukang sihir itu. Ular-ular mereka adalah khayalan.
Sebenarnya hanyalah tali dan tongkat saja. Sedang tongkat Nabi Musa ‘alaihissalam benar-benar berubah menjadi ular
dengan izin Allah. Ini adalah mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam yang diberikan Allah untuknya. Sebaagai bukti kebenaran
ajaran Nabi Musa ‘alaihissalam.
Kebenaran mengalahkan kebathilan. Para penyihir pun akhirnya menjadi beriman. Para penyihir tersungkur seraya berkata,
“Kami beriman kepada Rabbnya Harun dan Musa!”
Marahlah Raja Fir’aun, ia mengancam jika para penyihir tetap beriman kepada Allah, maka mereka akan dipotong kaki dan
tangan mereka. Dipotong dengan menyilang, tangan kanan dengan kaki kiri, atau dipotong tangan kiri dengan tangan kanan.
Kemudian akan disalib di batang pohon kurma.
Akan tetapi para penyihir itu tetap berima. Mereka lebih takut kepada siksa Allah di akhirat daripada siksa Raja Fir’aun di
dunia.

Anda mungkin juga menyukai