Anda di halaman 1dari 2

Komplikasi pada perawatan

1. Infeksi
Menurunnya resistensi lokal dan umum pada pasien dapat menjadi
predisposisi dari infeksi. Pasien dengan fraktur patologis, kelemahan pasien, penyakit
diabetes, terapi steroid lebih rentan terhadap infeksi.
2. Kerusakan Syaraf
Kerusakan akibat pemberian obat anastesi pada saat melakukan neuropraxia
atau neurotemesis pada bagian inferior dari syaraf alveolar menjadi komplikasi yang
paling sering terjadi. Kerusakan syaraf terjadi pada saat dilakukannya penetrasi obat
anastesi menggunakan jarum.
3. Tergesernya gigi dan benda asing yang tidak pada tempatnya
Gigi maupun serpihan benda asing atau dari jaringan sekitar bisa saja tertelan
oleh pasien. Pemeriksaan radiografi pada bagian dada perlu dilakukan, bronchoscopy
juga bisa dilakukan jika diperlukan. Benda asing seperti pecahan kaca dan pecahan
dari gigi bisa terbenam di mukosa bibir. Dua hal ini perlu diperiksa dengan seksama
dan dibuang dari mulut pasien.
4. Pulpitis
5. Komplikasi jaringan gingiva dan jaringan periodontal

Komplikasi pasca perawatan


1. Malunion
Malunion dapat terjadi oleh karena metode fiksasi yang tidak tepat,
pengambilan dini alat immobilisasi, terdapat jaringan yang terperangkap di dalam
fragmen, dan sebagainya. Pada malunion, bagian tulang yang fraktur telah menyatu
namun susunannya tidak tepat sehingga dapat menyebabkan asimetri wajah.
2. Delayed union
Penyatuan tulang yang terlambat dapat terjadi akibat faktor lokal seperti
adanya infeksi atau faktur umum seperti osteoporosis atau defisiensi nutrisi.
3. Nonunion
Nonunion terjadi karena penyembuhan tulang (bone healing) tidak teerjadi
pada daerah fraktur. Pasien dapat merasakan sakit dan mobilitas pada daerah fraktur.
Secara radiografis, sclerosis atau pembulatan pada tepi tulang dapat terlihat. Kondisi
ini disebut sebagai ‘eburnation’. Hal ini terjadi karena:
i. Infeksi di situs fraktur.
ii. Imobilisasi fraktur yang tidak adekuat.
iii. Unsatisfactory approximation dengan jaringan yang terperangkap
iv. Kehilangan tulang dan jaringan lunak yang cukup banyak
v. Adanya kelainan patologis pada tulang seperti tumor
vi. Adanya penyakit seperti osteoporosis, defisiensi nutrisi, dan kelainan
metabolisme kalsium.

Gambar 4.1 Nonunion pada fraktur mandibula oleh karena adanya jaringan lunak
yang terperangkap di antara fragmen fraktur

4. Cedera pada syaraf


Fraktur yang melibatkan ramus dan angulus mandibula dapat menyebabkan
gangguan sensorik syaraf. Hal ini tergantung pada derajat perpindahan fraktur.
5. Sekuestrasi tulang
6. Traumatic myositis ossificans, namun jarang terjadi
7. Ada bekas luka

Source:
1. Andersson L, Kahnberg KE, Pogrel MA. Oral and Maxillofacial Surgery. Chichester:
John Wiley and Sons Ltd; 2014.
2. Malik NA. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers,
Medical Publishers Pvt. Limited; 2016:400-402

Anda mungkin juga menyukai