Anda di halaman 1dari 21

Peran Human Relation Pimpinan Dalam Mengurangi Stres Kerja Pada Staf

Di Rumah Sakit

Disusun untuk memenuhi

Tugas UTS Mata Kuliah Dasar Dasar komunikasi

Dosen Pengampu:

Safari Hasan, S.IP., MMRS.

Disusun Oleh:

Tiara Dwi Larasati (10823036)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pekerjaan dengan tingkat stres dan tekanan kerja yang tinggi adalah
rumah sakit. Karyawan rumah sakit menghadapi banyak masalah sulit, seperti
jam kerja yang panjang, beban kerja yang sangat besar, dan jadwal yang sering
kali dibatasi. Semua hal ini dapat menyebabkan karyawan mengalami tingkat
stres yang signifikan, yang kemudian berdampak negatif terhadap kesehatan dan
standar pelayanan perawatan pasien.

Meskipun demikian, tingkat stres kerja staf rumah sakit sebagian besar dapat
dikurangi melalui peran human relation pimpinan rumah sakit. Selain
menumbuhkan suasana kerja yang positif dan menggembirakan, human relation
pimpinan juga dapat meningkatkan komunikasi yang efektif antar pimpinan dan
staf. Dengan menggunakan strategi ini, pemimpin dapat meningkatkan hubungan
mereka dengan karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, dan menurunkan
tingkat stres kerja pada staf.

Human relation pimpinan rumah sakit memainkan peran penting dalam


menurunkan stres terkait pekerjaan staf di rumah sakit. Komunikator yang efektif,
pimpinan yang berempati, dan pendengar yang penuh perhatian dapat membuat
karyawan merasa dihargai dan didengarkan. Untuk meningkatkan kepuasan
kerja dan menurunkan tingkat stres pada staf, pemimpin juga harus mampu
memberikan dorongan, inspirasi, dan pengakuan yang diperlukan. Karyawan
rumah sakit dapat merasa lebih nyaman, terlibat, dan termotivasi untuk
melakukan pekerjaan mereka ketika pemimpin memainkan peran human
relation. Hal ini dapat menurunkan tingkat stres pada staf, meningkatkan
kepuasan pasien, dan menumbuhkan suasana kerja yang bahagia dan produktif.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemahaman dan penelitian
menyeluruh tentang bagaimana human relation pimpinan dapat membantu
anggota staf rumah sakit mengurangi stres di tempat kerja. Pimpinan yang
menyadari pentingnya peran ini dapat membuat rencana dan pedoman yang
tepat untuk membantu karyawan bekerja dalam lingkungan yang aman dan
mendukung, yang akan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas
layanan yang diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. apa yang dimaksud dengan human relation?


2. apa yang dimaksud dengan stres kerja?
3. bagaimana pengaruh human relation pimpinan dalam mengurangi stres
kerja di rumah sakit?

1.3 Tujuan

1. untuk memahami apa itu human relation


2. untuk memahami apa itu stres kerja
3. untuk memahami bagaimana peran human relation dalam mengurangi
stres kerja di rumah sakit
BAB 2

ISI

2.1 Definisi Human Relation

2.1.1 Falsafah Human Relation

Dalam aktivitas manajemen organisasi, peran human relation mengacu pada


kerja sama anggota tim untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai
kepuasan kerja. Rahasia kesuksesan human relation adalah komunikasi yang
dapat menginspirasi rasa saling menghormati, disiplin, produktivitas, etos kerja
dan kepuasan di kedua belah pihak.

Tiga teori dasar human relation diidentifikasi oleh Davis (Abdurrachman, 2001).
Adapun hal-hal tersebut sebagai berikut:

1. Kepentingan bersama, yang menyatakan bahwa harus ada kepentingan


bersama antara orang yang memimpin dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Segala upaya untuk menyatukan orang orang dan membuat
kerja sama tidak akan membuahkan hasil jika hal ini tidak ada.

2. Perbedaan individu, atau fakta bahwa setiap orang tidak diragukan lagi
berbeda dari orang lain dan bahwa perbedaan itu penting dalam
kehidupan sehari-hari. Interaksi antara seseorang dengan beragam
benda dan peristiwa yang semakin membedakan orang tersebut dengan
orang lain

3. Harga diri, atau keinginan untuk dihormati sebagai manusia yang dimiliki
oleh semua orang. Hal ini dapat ditunjukkan dengan beberapa cara,
seperti menanyakan pendapat bawahannya mengenai suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang diminatinya, mengungkapkan rasa terima
kasih, dan menunjukkan kebahagiaannya terhadap pekerjaan yang telah
diselesaikan bawahannya.

2.1.2 Pengertian Human Relation

Ungkapan "human relation" terdiri dari kata "manusia" dan "hubungan". human
merujuk pada seseorang, dan relation menunjukkan suatu hubungan.
Keberhasilan komunikasi, baik antarpribadi maupun dalam suatu organisasi atau
instansi, sangat bergantung pada human relation. Landasan sikap dan perlaku
staff adalah hubungan antar manusia. human relation di dalam perusahaan
adalah proses tindakan yang diambil untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan
memastikan kinerja mereka tepat dan efisien).

Komunikasi yang efisien sangat penting untuk menjaga hubungan dengan


karyawan tetap utuh. Mempertahankan komunikasi yang konstan sangat penting
untuk setiap ukuran organisasi. Oleh karena itu, setiap kehidupan yang ada
dalam organisasi ditularkan dari satu orang ke orang lain tunduk pada
komunikasi. Program hubungan karyawan yang baik adalah kebijakan
perusahaan yang memotivasi pemberi kerja untuk menawarkan jadwal kerja
yang konsisten, kondisi kerja yang baik, gaji yang adil, kesempatan untuk
menyuarakan pendapat karyawan, dan tunjangan yang diinginkan. Perusahaan
yang menawarkan gaji rendah dan mengabaikan kesejahteraan karyawannya
kemungkinan besar tidak akan menerima program hubungan karyawan. Jika
peraturan personalia dan praktik manajemen yang baik tidak mendukung
pernyataan yang dibuat kepada karyawan, maka hal tersebut tidak memiliki
signifikansi sama sekali.

Bekerja dengan baik dengan orang lain adalah keterampilan yang disebut human
relation. Memahami kebutuhan, kerentanan, keterampilan, dan kemampuan
orang lain merupakan komponen penting dalam human relation. Memahami
bagaimana individu berkerjasama dalam kelompok untuk memenuhi tuntutan
baik secara individu maupun kelompok adalah pengaturan dari human relation di
tempat kerja.

2.1.3 Tujuan Human Relation

Maier (Risnawati, 2015) menyebutkan tujuh tujuan human relation, sebagai


berikut;

1. menjalin hubungan kerja yang bersahabat antara manajer dan staf baik di
dalam organisasi maupun dengan pihak eksternal.

2. Memenuhi tuntutan masing-masing orang secara independen satu sama


lain.

3. Memperoleh wawasan dan pemahaman yang baru

4. meningkatkan pola pikir kerjasama

5. Untuk mehilangkan sikap merasa benar dan egois.

6. Untuk menghindari sikap-sikap yang stagnan karena pada hakikatnya


manusia adalah makhluk sosial untuk mengubah sikap dan perilaku baik
diri mereka sendiri maupun orang lain.

7. Dimungkinkan untuk meruntuhkan hambatan dalam komunikasi,


menghilangkan kesalahpahaman, dan memunculkan kualitas positif
dalam diri orang lain.

Mencapai tujuan perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip human relation


secara efektif memerlukan banyak upaya dalam human relation yang baik. Hal ini
menyiratkan bahwa seorang pemimpin harus berusaha menyelesaikan masalah
apa pun yang mungkin dihadapi bawahannya dalam setiap aktivitas human
relation. Tujuannya adalah untuk merangsang energi dan bekerja dengan sikap
positif, kooperatif, dengan perasaan puas dan bahagia di dalam hati.

Dalam bukunya The Human Side of Organizations, Raw & Siregar (2005)
menjelaskan bahwa indikator-indikator berikut digunakan untuk mengukur human
relation:

1. Dinamika antara pemimpin dan bawahan adalah keselarasan dalam


interaksi Anda dengan mereka.

2. Ikatan yang mengikat rekan kerja dan anggota organisasi lainnya


bergantung pada hubungan dengan mereka.

3. Hubungan dengan klien adalah hubungan kerja yang dikembangkan


antar personel di dalam organisasi klien.

4. Hubungan dengan masyarakat adalah hubungan kerja sama yang


dilakukan dengan orang-orang di sekitar lingkungan

2.1.4 Fungsi Human Relation

Menurut Djaja (Rosalina & Apiska, 2018) yang mengidentifikasi empat fungsi
human relation, Keempat fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menghindari kesalapahaman akibat kurangnya komunikasi antara atasan


dan bawahan.

2. Mendorong pemimpin dan staff untuk bekerja sama.

3. Mampu membentuk tim yang produktif.

4. Mendorong anggota kelompok untuk bekerja mencapai suatu tujuan.


Peran human relation adalah untuk menginspirasi dan mendorong pekerja untuk
menciptakan motivasi mereka sendiri dan berusaha lebih keras.

2.1.5 Prinsip-Prinsip Human Relation

Untuk meningkatkan human relation, sejumlah prinsip perlu diikuti. Davis (Putri &
Kadewandana, 2018) menjelaskan konsep tersebut dengan mengatakan bahwa
ada delapan prinsip dalam menciptakan hubungan antarmanusia, yaitu sebagai
berikut:

1. keperluan pribadi. Gagasan ini memperjelas bahwa kepentingan dan


perasaan setiap karyawan harus diperhitungkan. Selain itu, memastikan
perlakuan mereka sebagai individu, pekerja, karyawan, dan lain
sebagainya. Hal ini penting dilakukan demi meningkatkan semangat kerja
karyawan dan mencapai hasil kerja yang memuaskan.

2. Tunjukkan penerimaan satu sama lain. Prinsip ini menekankan perlunya


saling menghormati peran dan kewajiban masing-masing serta sikap
saling menerima sebagai manusia dan kelompok antara pemimpin dan
staf. Memahami dinamika antara pimpinan dan staf sangat penting dalam
melaksanakan berbagai tugas yang diberikan.

3. Kepentingam sesama. Gagasan ini memperjelas bagaimana kepentingan


bersama mengikat pemimpin dan staf menjadi satu. Tujuan dari
hubungan ini adalah untuk menetapkan tujuan organisasi yang
dilaksanakan secara kolaboratif oleh seluruh anggota perusahaan.

4. Komunikasi yang terbuka. Prinsip ini menjelaskan mengapa penting untuk


mengkomunikasikan pemikiran, sentimen, dan informasi kepada setiap
anggota organisasi untuk meningkatkan pemahaman dan pengambilan
keputusan. Penyelesaian tugas yang efektif dan saling pengertian juga
sangat bergantung pada komunikasi terbuka.
5. Partisipasi karyawan. Menurut teori ini, peningkatan hasil dapat dicapai
dengan menyeimbangkan perspektif individu di semua tingkat organisasi,
mendorong pertukaran timbal balik, dan pihak-pihak yang berpengaruh
dapat memecahkan masalah. Cara lain untuk melibatkan karyawan
adalah dengan meminta mereka berbagi pemikiran, ide, dan komponen
dengan seluruh bagian perusahaan.

6. Identitas lokal. Menurut teori ini, mereka yang mengidentifikasi diri


dengan unit kerja lokalnya mempunyai peluang terbaik untuk
mendapatkan pengakuan, kebanggaan, dan kepuasan kerja.

7. Keputusan lokal. Menurut teori ini, pihak-pihak yang paling dekat dengan
permasalahan yang berdampak pada permasalahan tersebut dapat
memberikan solusi yang paling memuaskan jika mereka diberi wewenang
untuk melakukan hal tersebut.

8. Prinsip moral yang tinggi. Prinsip ini menyatakan bahwa moralitas yang
dipengaruhi oleh hak asasi manusia merupakan standar terbaik untuk
menentukan benar atau tidaknya suatu aktivitas manusia. Para
profesional, pemimpin, dan karyawan harus bertindak dan berpikir
dengan standar moral yang tinggi.

2.1.6 Pendekatan Human Relation

Ada dua cara yang dapat digunakan dalam kegiatan hubungan manusia,
menurut Effendy (2009) dalam bukunya yang berjudul human relation dan public
relations. Diantaranya adalah:

1. Konseling langsung, dikenal juga sebagai metode yang berpusat pada


konselor, dimana seorang konselor berupaya menjaga hubungan tetap
berjalan dengan kliennya guna membangun kepercayaan dan
memberikan informasi untuk membantu klien menemukan solusi atas
permasalahannya.

2. Konseling tidak langsung, dengan menggunakan metodologi yang


berpusat pada klien. Seorang konselor tanpa banyak pelatihan di bidang
psikologi menggunakan strategi ini. Dalam metode ini, klien adalah agen
utama dalam terapi; peran konselor adalah memfasilitasi kemampuan
klien dalam memimpin dirinya sendiri

Konseling dimaksudkan untuk membantu karyawan yang mengalami kesulitan


dalam menemukan solusi atas permasalahannya. Selain itu, Susanti dkk. (2014)
menemukan bahwa ada tiga cara konseling dapat berdampak pada hubungan
antarmanusia, sebagaimana dilansir dalam jurnalnya Pengaruh human relation
(Hubungan Antar Manusia) dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai (Studi Pada Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Kabupaten
Lamongan) :

1. Tindakan sosial, tindakan setiap individu yang berpotensi menimbulkan


dampak terhadap orang lain dalam masyarakat.

2. Kontak sosial, Ikatan yang terbentuk antara dua orang pada awal suatu
hubungan social

3. Komunikasi sosial, Ketika terjadi kontak sosial, maka terjadilah proses


yang disebut komunikasi sosial. Secara harfiah, komunikasi adalah
interaksi antarpribadi.

Mendorong pekerja untuk melakukan lebih banyak upaya sesuai dengan


kebutuhan mereka—seperti keinginan untuk mendapatkan gaji yang layak,
kepuasan keluarga, prestasi pribadi, dan sebagainya—adalah penting untuk
human relation yang baik. Bergabung dalam suatu organisasi dapat membantu
seseorang dalam mencapai tujuan mereka (Effendy, 3009). Hal ini menandakan
bertujuan untuk mencapai tujuan yang dibicarakan dan dikoordinasikan dengan
mengambil bagian yang signifikan.

Faktanya, Siagian (2006) mengidentifikasi empat aliran komunikasi dalam bisnis


dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, senagai berikut:

1. Komunikasi vertikal ke bawah, manajemen menggunakan komunikasi


vertikal ke bawah untuk berkomunikasi dengan bawahannya tentang
berbagai topik, termasuk interaksi, kebijakan, arahan, dan sebagainya.
seterusnya.

2. Komunikasi vertikal ke atas, yaitu penyampaian berbagai informasi


kepada atasan, antara lain laporan hasil kerja, permasalahan yang
dihadapi, rekomendasi pelaksanaan tanggung jawab masing-masing, dan
sebagainya.

3. komunikasi horizontal, Komunikasi yang terjadi antar individu yang


melakukan tugas berbeda tetapi berada pada tingkat hierarki organisasi
yang sama

4. Komunikasi diagonal, atau dialog antara dua unit kerja yang


melaksanakan tugas serupa namun berada pada tingkat struktur
organisasi yang berbeda.

Komunikasi yang efektif sangat penting untuk keberhasilan tim mana pun.
Komunikasi yang efektif antar anggota kelompok meningkatkan kemungkinan
keberhasilan bisnis. Namun, membangun komunikasi yang efektif di perusahaan
merupakan suatu tantangan. Empat indikator dapat digunakan untuk mengukur
komunikasi, menurut Susanti dkk. (2014) dalam artikel Pengaruh Human
Relation dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada
Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Lamongan). Indikator-
indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bantuan dalam mempraktikkan komunikasi.

2. Dukungan dan bantuan kepada sesama pegawai.

3. Menjalin hubungan damai dengan rekan kerja; dan

4. Membina hubungan positif dengan atasan.

Yang dimaksud dengan “hubungan kerja” adalah hubungan yang terjalin antara
pemberi kerja dan tenaga kerjanya. Hubungan kerja sama antara seluruh
pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses produksi suatu perusahaan
disebut dengan hubungan kerja. Terjalinnya hubungan kerja sebagai wujud dan
pengakuan hak dan tanggung jawab rekan kerja, yang menjamin kelangsungan
dan kesejahteraan usaha. Hal ini menyiratkan bahwa kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan hubungan kerja yang positif sangat penting bagi
keberhasilannya. Lingkungan dan motivasi baik internal maupun eksternal
mempunyai pengaruh yang besar terhadap hubungan kerja.

2.1.7 Hambatan Human Relation

Hambatan human relation mempunyai dua ciri, menurut Effendy (2009) dalam
bukunya Hubungan Manusia dan Hubungan Masyarakat dalam Manajemen:

1. Hambatan objektif adalah Gangguan dan hambatan terhadap jalannya


hubungan antarmanusia yang normal yang terjadi secara tidak sengaja,
yang disebabkan oleh pihak lain, namun berasal dari kondisi yang tidak
menguntungkan
2. Hambatan subyektif adalah hambatan yang sengaja dibuat oleh orang
lain; dengan demikian, mereka mewakili gangguan atau penolakan
terhadap komunikasi. Perselisihan dan perlawanan ini biasanya
disebabkan oleh persaingan kepentingan, ketidakpedulian, keserakahan,
kecemburuan, dan faktor-faktor lainnya.

2.2 Definisi Stres Kerja

2.2.1 Pengertian Stres Kerja

Stres adalah suatu keadaan ketegangan yang disebabkan oleh ketidakmampuan


menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang berdampak pada emosi,
pikiran, dan kesehatan fisik seseorang. Stres juga dapat berdampak buruk pada
kesejahteraan fisik seseorang, termasuk timbulnya penyakit. Sudut pandang lain
mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi atau proses internal atau eksternal
yang melampaui kemampuan staf dan mencapai batas ketegangan tubuh dan
psikologis. Perasaan-perasaan yang mendorong atau tertekan yang dialami staf
ketika menghadapi pekerjaan merupakan definisi lebih lanjut dari stres kerja.
Selain itu, menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak mampu dilakukan
seseorang merupakan cara lain untuk mencirikan stres kerja.

Stres di tempat kerja adalah akibat dari perselisihan pribadi dengan tempat kerja.
Dapat dikatakan bahwa stres terkait pekerjaan adalah suatu kondisi stres yang
dialami karyawan ketika melakukan tugasnya, sehingga mempengaruhi keadaan
emosional, fungsi kognitif, dan kesehatan fisik. Akibatnya, kinerja, efisiensi, dan
produktivitas kerja karyawan terkena dampak negatif.

2.2.2 Faktor Penyebab Stres Kerja

Stressor inilah yang menyebabkan terjadinya stres. Stres di tempat kerja


merupakan salah satu faktor penyebabnya, khususnya:
1. Stres DiLlingkungan Fisik
Cahaya, kebisingan, kualitas udara,dan suhu adalah dua faktor dalam
lingkungan fisik yang berkontribusi terhadap stress kerja.
2. Stres Individu
Alasan seseorang bekerja dari individu antara lain:
 Umur
Tingkat stres seringkali lebih rendah pada orang berumur yang lebih
tua. Karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman hidup
dibandingkan orang yang lebih muda, orang yang lebih tua cenderung
menanggung stres yang lebih besar. Pekerja dengan usia yang lebih
tua akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dibandingkan
dengan pekerja yang usianya lebih muda sehingga akan mengurangi
stres.

 Jenis Kelamin
Stres yang ditimbulkan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut
penelitian di AS, perempuan mengalami tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Stres dan konflik berdampak negatif terhadap
sensitivitas otak wanita. Konflik menyebabkan tubuh wanita
melepaskan hormon stres, kecemasan, dan rasa takut. Sebaliknya,
laki-laki biasanya menyukai persaingan dan konflik, dan bahkan
banyak yang percaya bahwa konflik dapat menjadi motivasi. Dengan
kata lain, perempuan cenderung lebih mudah mengalami stres ketika
berada di bawah tekanan.

 Status Gizi
Salah satu ciri kesehatan yang baik yang diwujudkan dalam angkatan
kerja yang produktif adalah keadaan gizi yang baik. Kelelahan
mempunyai beberapa penyebab, salah satunya adalah kondisi gizi.
Seorang pekerja dengan pola makan sehat akan lebih bugar secara
fisik dan mampu bekerja lebih lama. Beban kerja yang berat dan gizi
yang tidak memadai akan menyebabkan gangguan pekerjaan,
menurunkan daya tahan dan efisiensi tubuh, meningkatkan risiko
penyakit, dan mempercepat berkembangnya stress.

 Masa Kerja
Kebosanan di tempat kerja dikaitkan dengan durasi kerja yang
berhubungan dengan stres di tempat kerja. Dibandingkan dengan
karyawan baru, karyawan yang telah bekerja lebih dari lima tahun
biasanya mengalami tingkat kebosanan kerja yang lebih besar. Oleh
karena itu, berkembangnya stres di tempat kerja dapat dipengaruhi
oleh kebosanan ini.

 Peran Ganda Aatau Konflik Peran


Ketika seseorang memainkan dua peran secara bersamaan, mereka
mengalami konflik peran, yang disebut juga konflik peran ganda, yang
muncul ketika satu peran tidak dapat diselesaikan karena peran
lainnya. Misalnya, pekerja perempuan akan memiliki tanggung jawab
yang saling bertentangan atau memainkan beberapa peran dalam
pekerjaannya, sehingga akan menimbulkan permasalahan bagi
tenaga kerja. terutama sebagai ibu rumah tangga dan wanita
profesional.
 Peristiwa Atau Pengalaman Pribadi
Keadaan pribadi yang menyakitkan, seperti kehilangan pasangan,
perceraian, penyakit, atau kegagalan akademis di sekolah, kehamilan
yang tidak diinginkan, kejadian traumatis, atau menghadapi masalah
hukum (pelanggaran), semuanya dapat berkontribusi terhadap stres
yang berhubungan dengan pekerjaan. Sejumlah contoh menunjukkan
bahwa peristiwa yang paling menimbulkan stres biasanya adalah
kematian pasangan, sedangkan pindah rumah menyebabkan stres
yang paling sedikit. Selain itu, emosi ketidakpastian, kesepian, dan
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar termasuk dalam
kelompok ini.

3. Stres Kelompok
Faktor kelompok mengacu pada tekanan yang timbul dari lingkungan
kerja eksternal dan internal. Hal ini dapat mencakup perselisihan
interpersonal dalam kelompok, kurangnya kolaborasi antar karyawan,
atau kurangnya dukungan sosial dari karyawan lain dalam organisasi.

2.2.3 Pengaruh Human Relation Kepemimpinan Untuk Mengurangi Stres


Kerja pada Staf Dirumah Sakit

human relation umumnya berdampak pada kinerja staf dirumah sakit, sehingga
menurunkan stres terkait pekerjaan. human relation pimpinan dapat membantu
staf di rumah sakit mengurangi stres di tempat kerja dalam beberapa cara.

a) Mendorong/Memotivasi Kerja Staf


Human relation dapat mendorong staf untuk bekerja keras dengan
berkomunikasi secara jelas dan efektif dan dengan menawarkan
kesempatan untuk berkembang dan belajar serta pembatasan dan
kenyamanan kerja.

b) Menjalin Kerjasama yang Harmonis dan Intim


Human relation dapat menumbuhkan kolaborasi yang erat dan damai di
antara anggota staf dengan mendorong komunikasi yang efektif,
meningkatkan komunikasi tersebut, dan membina hubungan positif antara
anggota staf dan manajer.

c) Meningkatkan output dan menemukan kepuasan kerja di tempat kerja


Pengembangan sumber daya manusia, pengembangan diri, dan
komunikasi yang efektif merupakan cara-cara agar human relation dapat
meningkatkan produktivitas pekerja. Hasilnya, kebahagiaan karyawan di
tempat kerja akan meningkat.

d) Mengurangi atau Menghilangkan Kemungkinan terjadinya Konflik Di


Dalam Tempat Kerja
Praktik human relation seperti komunikasi yang efektif, pengembangan
diri, dan pengembangan sumber daya manusia dapat mencegah atau
mengurangi konflik dalam bisnis.

e) komunikasi efektif dan santai yang dilakukan


Melalui pertumbuhan diri, pengembangan sumber daya manusia, dan
pengembangan komunikasi, interaksi manusia dapat mengarah pada
komunikasi informal dan menarik
f) Mempekerjakan Beragam Bidang Pelengkap dalam Pendekatan
Pembelajaran Sistem Terpadu
Melalui peran, konten, dan penyampaian saat ini, hubungan
antarmanusia dapat memanfaatkan sejumlah bidang keilmuan yang
saling melengkapi dalam proses pembelajaran sistem terpadu.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengkaji peran Human Relation Pimpinan dalam mengurangi stres kerja
pada staf di rumah sakit, ada beberapa aspek penting yang perlu
dipertimbangkan dengan cermat. Pertama-tama, yakni penting untuk memahami
bahwa lingkungan kerja di rumah sakit sering kali dikenal sebagai salah satu
industri yang paling stres di antara berbagai jenis pekerjaan lainnya. Karyawan di
rumah sakit sering dihadapkan pada tantangan yang signifikan, termasuk jam
kerja yang panjang, tekanan kerja yang tinggi, dan jadwal yang ketat. Semua ini
dapat menyebabkan tingkat stres yang serius, yang pada faktanya dapat
berdampak negatif pada kesejahteraan karyawan serta standar pelayanan
perawatan pasien. Namun, Human Relation Pimpinan dapat memberikan
kontribusi besar dalam mengatasi tantangan tersebut. Human Relation Pimpinan
tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi, tetapi
juga memperkuat komunikasi yang efektif antara pimpinan dan staf. Dengan
pendekatan yang baik, pimpinan dapat membangun hubungan yang lebih baik
dengan karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, dan mengurangi tingkat stres
kerja secara signifikan.

Aspek-aspek yang penting untuk dipertimbangkan dalam memahami peran


Human Relation Pimpinan meliputi definisi dan filosofi human relation, tujuan
human relation, fungsi human relation, prinsip-prinsip human relation, serta
hambatan yang mungkin terjadi dalam menerapkan human relation di lingkungan
kerja rumah sakit. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut secara
komprehensif, pemimpin rumah sakit dapat mengembangkan strategi yang tepat
untuk memanfaatkan human relation dalam mengurangi stres kerja pada staf.
Dengan begitu, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat,
lebih bahagia, dan lebih produktif secara keseluruhan. Pemahaman yang
mendalam tentang peran human relation pimpinan adalah kunci untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kualitas layanan yang diberikan di
rumah sakit.

3.1 Saran

Berikut merupakan saran saran praktis yang dapat diaplikasikan dalam


meningkatkan efektivitas untuk mengurangi stres kerja pada staf di rumah sakit
melalui peran Human Relation Pimpinan. Pertama, pemimpin perlu memperkuat
komunikasi dua arah yang terbuka dan jujur dengan staf untuk memastikan
bahwa masalah dan kekhawatiran dapat dibicarakan secara terbuka.
Selanjutnya, pemimpin harus menunjukkan empati dan perhatian terhadap
kebutuhan dan kesejahteraan karyawan, baik secara pribadi maupun profesional.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui mendengarkan secara aktif, memberikan
umpan balik yang konstruktif, dan memberikan dukungan dalam mengatasi
tantangan kerja sebagai staff rumah sakit. Selain itu, penting bagi pemimpin
untuk mendorong pembangunan hubungan yang positif antar-staf, baik melalui
kegiatan tim maupun program pengembangan diri bersama. Hal tersebut dapat
menciptakan atmosfer kerja yang lebih harmonis dan mendukung kolaborasi
yang efektif di antara anggota tim. Selanjutnya, pemimpin juga dapat
mempertimbangkan penyediaan program pelatihan dan pengembangan
karyawan yang relevan. Hal tersebut tidak hanya meningkatkan keterampilan
kerja tetapi juga membantu karyawan dalam mengelola stres dengan lebih
efektif.

Selain itu, penting bagi pemimpin untuk memberikan umpan balik yang jelas dan
konstruktif tentang kinerja staf serta mengakui pencapaian mereka secara
teratur. Hal tersebut tidak hanya meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri
para staffnya, tetapi juga memberikan pengakuan atas kontribusi mereka
terhadap kesuksesan rumah sakit. Terakhir, pemimpin harus berperan sebagai
contoh yang baik dengan menunjukkan sikap yang positif, adaptabilitas, dan
tenang dalam menghadapi tantangan yang muncul. Dengan menerapkan saran-
saran tersebut secara konsisten, pemimpin dapat menjadi peran yang lebih
efektif dalam mengurangi stres kerja pada staf di rumah sakit, menciptakan
lingkungan kerja yang lebih sehat, dan juga produktif secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ferdiansyah, D. S. (2021). Human Relation. Retrieved from


https://lppm.ibrahimy.ac.id/download.php?dir=arsip&dir2=buku&dir3=0701079
202&file=KVA080701079202.pdf

Risnawati, N. (2015). Pentingnya Human Relation bagi Sekretaris. Jurnal STIE Semarang.

Rosalina, D. &. (2018). Dampak Kualitas Hubungan Antar Manusia (Human Relation)
Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia Organisasi.

Anda mungkin juga menyukai