Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME


PROGRESIVISME DAN REKONSTRUKSIONISME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

1. Devita Elina Harahap (211414016)


2. Hermansyah (211414003)
3. Rendi Edowin Sitanggang (211414038)
4. Qari’ah Albanteni (171414057)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
MEDAN
2022

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar,,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia dan nikmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
filsafat pendidikan islam dengan judul “Teori Pendidikan Progressivisme,
Pragmatisme dan Rekonstruksionisme”.
Penyusunan makalah ini dibantu dan didukung oleh berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam instrumen penunjang pendidikan. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap makalah ini agar
kami dapat memperbaiki kekurangan yang terdapat di dalam makalah.

Penyusun

DAFTAR ISI

2
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Filsafat Pendidikan Pragmatisme 3
a. Pengertian tentang Pragmatisme 3
b. Tokoh Filsafat Pendidikan Pragmatisme 4
c. Pandangan Filsafat Pendidikan Pragmatisme dalam pendidikan 8
d. Sekolah yang menganut aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme 12
B. Filsafat Pendidikan Progresivisme 13
a. Pengertian tentang Progresivisme 14
b. Tokoh Filsafat Pendidikan Progresivisme 15
c. Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme dalam pendidikan 17
d. Sekolah yang menganut aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme 19
C. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme 20
a. Pengertian tentang Rekonstruksionisme 21
b. Tokoh Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme 24
c. Pandangan Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam pendidikan 26
d. Sekolah yang menganut aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme 28
BAB III PENUTUP 29
A. Kesimpulan 29
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberagaman pemikiran filsafat yang kemudian masuk ranah pendidikan


menimbulkan berbagai pendapat yang berbeda-beda tentang hal yang sama.
Hal ini memaksa para pemikir dan penyelenggara pendidikan untuk memilih
pandangan mana yang diembannya. Berbagai pandangan yang berbeda-beda
dalam komponen-komponen pendidikan telah memunculkan cabang filsafat
yang disebut filsafat pendidikan. Sejalan dengan perkembangan filsafat yang
menumbuhkan aliran-aliran dalam filsafat, demikian juga dalam filsafat
pendidikan juga terjadi aliran-aliran. Dari banyak aliran dalam filsafat
pendidikan pada makalah ini hanya akan dibahas tiga aliran yaitu aliran
Progresivisme, Pragmatisme dan Rekonstruksionisme.
Secara umum, ajaran pragmatisme dalam filsafat dapat dilihat dari salah
seorang tokohnya, yaitu William James (1842-1910) menyatakan bahwa
pengertian atau keputusan itu benar jika pada praktik dapat dipergunakan
(Poedja wijatna dalam Soegiono dan Muis, 2012:39). Sedangkan
progresivisme lahir sekitar abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada
aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (1842-
1910) dan John Dewey (1859-1952) yang menitik beratkan segi manfaat bagi
hidup praktis yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan nyata. Filsafat
progresivisme tidak mengakui kemutlakan hidup, menolak absolutisme, dan
otoritatianisme dalam segala bentuknya (Zuhairini dalam Ahmadi, 2015: 109-
110). Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada
tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan
adil. Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme,
gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada
pada saat sekarang ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Pragmatisme?
2. Bagaimana pengertian Progresivisme
3. Bagaimana pengertian Rekonstruksionisme?
4. Siapa saja tokoh-tokoh Pragmatisme?
5. Siapa saja tokoh-tokoh Progresivisme?
6. Siapa saja tokoh-tokoh Rekonstruksionisme?
7. Bagaimana pandangan Pragmatisme dalam pendidikan?
8. Bagaimana pandangan Progresivisme dalam pendidikan?
9. Bagaimana pandangan Rekonstruksionisme dalam pendidikan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan Pragmatisme.


2. Mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan Progresivisme.
3. Mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.
4. Mengetahui Siapa saja tokoh-tokoh Filsafat Pendidikan Pragmatisme.
5. Mengetahui Siapa saja tokoh-tokoh Filsafat Pendidikan Progresivisme.
6. Mengetahui Siapa saja tokoh-tokoh Filsafat Pendidikan
Rekonstruksionisme.
7. Mengetahui Bagaimana pandangan Filsafat Pendidikan Pragmatisme
dalam pendidikan.
8. Mengetahui Bagaimana pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme
dalam pendidikan.
9. Mengetahui Bagaimana pandangan Filsafat Pendidikan
Rekonstruksionisme dalam pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmasis dipandang sebagai aliran filsafat modern yang lahir di Amerika


akhir abad 19 hingga awal abad 20. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empiris Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Filsafat ini cenderung mengabaikan hal-hal yang bersifat metafisik
tradisional dan terarah pada hal-hal yang pragmatis kehidupan.
Dalam perkembangannya, pragmatisme akan mempengaruhi teori-teori
pendidikan yang lahir setelahnya, mulai dari progresivisme, rekonstruksionisme,
futurisme serta humanisme pendidikan, namun diantara aliran-aliran itu terdapat
dua aliran pendidikan yaitu progresivisme dan humanisme, di mana pengaruh
pragmatisme sangat kuat didalamnya

a. Pengertian tentang Pragmatisme


Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut
kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini
kurang pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis.
Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang
sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian
pragmatisme.
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti
perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan
isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan
demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran
itu menuruti tindakan. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran
ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh
Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori
itu benar kalau berfungsi (if it works). Dengan demikian Pragmatisme dapat
dikategorikan ke dalam pembahasan mengenai teori kebenaran (theory of

3
truth), sebagaimana yang nampak menonjol dalam pandangan William James,
terutama dalam bukunya The Meaning of The Truth (1909).
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat
kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan
demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu. Maka
pragmatisme berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran
sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan
sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar
oleh masyarakat yang kedua.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang
ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya
dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di
pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta
umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.
Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan
pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan
walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga
patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1) menolak segala
intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan logika formal.

b. Tokoh Filsafat Pendidikan Pragmatisme


1. Charles Sandre Peirce ( 1839-1914 )
Secara umum orang memakai istilah pragmatisme sebagai ajaran
yang mengatakan bahwa suatu teori itu benar sejauh sesuatu mampu

4
dihasilkan oleh teori tersebut. Misalnya sesuatu itu dikatakan berarti atau
benar bila berguna bagi masyarakat. Pragmatisme Peirce yang kemudian
hari ia namakan pragmatisme lebih merupakan suatu teori mengenai arti
(Theory of Meaning) daripada teori tentang kebenaran (Theory of Truth).
Pada tahun 1878 ia menulis sebuah makalah yang diberi nama
"How To Make Our Ideas Clear". Salah satu sumbangan Peirce yang
cukup penting kepada filsafat pragmatisme adalah teorinya tentang arti.
Dia membentuk teori-teori modern tentang arti dengan
mengusulkan satu teknik dalam menjelaskan pikiran. Pierce membagi
kebenaran menjadi dua, yaitu kebenaran transendental dan kebenaran
kompleks. Kebenaran transendental adalah kebenaran yang menetap pada
benda itu sendiri. Sedangkan, kebenaran kompleks adalah kebenaran dari
pernyataan-pernyataan.
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan
berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan
yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu
filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu
teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah (Ismaun,
2004:96). Dari kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan
bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan
dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga
bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas,
tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis
untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
Menurut Peirce kebenaran itu ada bermacam-macam. la sendiri
membedakan kemajemukan kebenaran itu sebagai berikut :
a. Aranscendental truth yang diartikan sebagai letak kebenaran suatu hal
itu bermukim pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri.
Singkatnya letak kebenaran suatu hal adalah pada "things as things.
b. Complex truth yang berarti kebenaran dari pernyataan-pernyataan.
Kebenaran kompleks ini dibagi dalam dua hal yaitu kebenaran etis
disatu pihak dan kebenaran logis dilain pihak.

5
c. Yaitu ide tentang kaitan salah satu bentuk pasti dari obyek yang diamati
oleh penilik. Peirce menamai ide ini ide ketigaan. Secara praktis,
kekhasan pragmatisme Peirce merupakan suatu metode untuk
memastikan arti ide-ide di atas.

2. William James (1842-1910 )


Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James
mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum,
yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang
mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita
anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di
dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh
pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang
ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa
yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat
diubah oleh pengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya,
kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang
disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau
bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-
kemungkinan hidup.
Di dalam bukunya, The Varietes of Religious Experience atau
keanekaragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa
gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang
tidak disadari, yang mengungkapkan diri di dalam kesadaran dengan cara
yang berlainan. Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita menjumpai
suatu relitas cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan
saja. Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan hal itu secara mutlak.
Bagi orang perorangan, kepercayaan terhadap suatu realitas cosmis yang
lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang relatif, sepanjang kepercayaan
itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian
hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.

6
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada
Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan
menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang
paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah
William James dan John Dewey. Apa yang paling merusak dari filsafat
mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum
moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final.
Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup
untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan
manusianya itu sendiri.

3. John Dewey (1859-1952 )


Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa
tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.
Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang
kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat
instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman
dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat
menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori
yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu
dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara
utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala
penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai
konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey hidup di dunia ini belum selesai penciptaannya.
Sikap ini dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga
aspek dalam instrumentalisme, yakni: (1) temporalisme artinya ada
gerakan dan kemajuan yang riil dalam waktu, (2) futurisme; mendorong

7
untuk melihat hari esok. (3) meliorisme; dunia dapat dibuat lebih baik
dengan tenaga kita.
Menurut Dewey kurikulum pendidikan harus dibuat dengan
kenyataan yang ada, metode yang digunakan yaitu learning yang terfokus
pada keaktifan siswa, saat menjadi guru sebelum membuat kurikulum kita
harus menyesesuaikan dengan permasalahan peserta disik.
Menurut Dewey ide gagasan fikiran merupakan suatu alat untuk
mengatasi suaru persoalan pada manuisa, guru itu berperan penting dalam
pendidikan. Menurut Dewey yang menentukan kualitas pemikiran orang
adalah pendidikan jadi setiap orang harus memiliki ide pokok gagasan
yang menarik untuk dibahas dalam pembelajaran.

c. Pandangan Filsafat Pendidikan Pragmatisme dalam pendidikan


Sejak dahulu hingga dewasa ini, dunia pendidikan selalu membuka diri
terhadap kemungkinan diterapkannya suatu format pendidikan yang ideal
untuk menjawab permasalahan global. Banyak teori telah diadopsi untuk
mencapai tujuan tersebut. Termasuk teori pragmatis dari aliran Filsapat
pragmatisme mencoba mengisi ruang dan waktu untuk turut mencari solusi
terbaik terhadap model pendidikan yang dianggap selangkah ketinggalan
dengan perkembangan pola pikir manusia itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan, dunia pendidikan berupaya menyelaraskan
antara eksplorasi pikiran manusia dengan solusi tindakan bersama
perangkatnya untuk mencapai puncak temuan. Seperti yang diketetahui bahwa
pragmatisme merupakan paham yang memberlakukan hal secara praktis.
Pandangan pragmanisme dalam pendidikan
1. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan menurut pragmatisme adalah menyiapkan anak
didik dengan membekali seperangkat keahlian dan keterampilan teknis
agar mampu hidup di dunia yang selalu berubah. Konsep pendidikan
Dewey yang berlandaskan pragmatisme, menilai suatu pengetahuan
berdasarkan guna pengetahuan dalam masyarakat. Yang diajarkan adalah

8
pengetahuan yang segera dapat dipakai dalam penghidupan masyarakat
sehari-hari.
Artinya pragmatisme memandang bahwa pendidikan yang
diselenggarakan berpusat pada peserta didik yang sesuai dengan minat
serta kebutuhan-kebutuhannya agar mampu mengatasi persoalan hidup
secara praktis.

2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam pandangan ragmatisme tentunya harus
searah dengan konsep filosofis pragmatis. Seperti mengenai realitas,
pengetahuan dan kebenaran, serta nilai.
Dengan berpijak pada konsep di atas, objektivitas tujuan
pendidikan harus diambil dari masyarakat dimana si anak hidup, dimana
pendidikan berlangsung, karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan.
Tujuan pendidikan tidak berada di luar kehidupan, melainkan di dalam
kehidupan sendiri. Sesuai dengan prinsip pragmatisme bahwa tidak ada
kebenaran mutlak dan esensi realitas adalah perubahan, maka dalam hal
pendidikan ini tidak ada tujuan umum yang berlaku universal dan pasti.
Artinya, tujuan pendidikan harus dihasilkan dari situasi kehidupan di
sekeliling anak dan pendidik.
Hal ini berarti, tujuan pendidikan dalam persfektif pragmatisme
adalah untuk menyiapkan peserta didik menghadapi kehidupan dalam
masyarakatnya yang bersifat praktis. Setiap satuan sosial yang menjalani
pendidikan bisa saja memiliki tujuan khusus yang berbeda berdasarkan
karakteristik dan kebutuhan masyarakat lokal.
Beberapa filsuf paragmatisme juga berpendapat bahwa pendidikan
harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman
yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik.

Tujuan-tujuan pendidikan tersebut meliputi:


- Kesehatan yang baik

9
- Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja
- Minat dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan
- Persiapan untuk menjadi orang tua
- Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah
sosial
Tambahan tujuan khusus pendidikan yaitu untuk pemahaman tentang
pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan hendaknya
bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-
hal baru dalam kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.

3. Kurikulum dan proses Pendidikan


Menurut para filsuf paragmatisme, tradisi demokrasi adalah tradisi
memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition). Pendidikan berfokus
pada kehidupan yang aik pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman yang
telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dewey memandang bahwa tipe pragmatisnya diasumsikan sebagai
sesuatu yang mempunyai jangkauan aplikatif dalam masyarakat.
Pendidikan dipandang sebagai wahana yang strategis dan sentral dalam
upaya kelangsungan hidup di masa depan. Ia juga mengkritik model
pendidikan Amerika yang hanya mengajarkan muatan-muatan usang yang
hanya mengulang-ulang masa lampau dan sebenarnya tidak pantas lagi
disampaikan pada peserta didik. Pendidikan harus membekali peserta
didik sesuai dengan kebutuhan yang ada pada lingkungannya.
Tidak ada suatu materi pelajaran tertentu yang bersifat universal
dalam sistem dan metode pelajaran yang selalu tepat untuk semua jenjang
sekolah. Sebab, seperti pengalaman, kebutuhan serta minat individu atau
masyarakat berbeda menurut tempat dan zaman. Dalam hal ini, kurikulum
juga harus bersifat elastis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Kemudian, muatan kurikulum harus meliputi
perkembangan minat, pikir, dan kemampuan praktis.

10
4. Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode
pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan
dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya
(mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi
kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka,
antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan
bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat
diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

5. Peranan Guru dan Siswa


Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan”
pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa
haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya.
Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu
pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk
memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a. Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memuculkan motivasi.
Film-film, catatan-catatan, dan tamu ahli merupakan contoh-contoh
aktivitas yang dirancang untuk memunculkan minat siswa.
b. Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara
spesifik.
c. Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok
dalam kelas guna memecahkan suatu masalah.
d. Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan
dengan masalah.
e. Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari,
bagaimana mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang
ditemukan oleh setiap siswa.

11
Edward J. Power (1982) menyimpulkan pandangan pragmatisme
bahwa “Siswa merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan
luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru berperan untuk memimpin dan
membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat
dan kebutuhan siswa”.
Callahan dan Clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan
pragmatisme adalah progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme
menolak segala bentuk formalisme yang berlebihan dan membosankan
dari pendidikan sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme
dan absolutisme dalam berbagai bidang kehidupan.

d. Sekolah yang menganut aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pengajaran di Sekolah cenderung menggunakan metode filsafat Pendidikan
pragmatisme pembelajarannya berbasis proyek, karena aktif dan dinamis.
Anak belajar melalui kegiatan dan pengalaman mereka sendiri. Guru hanya
membimbing dan menunjukkan apabila seseorang siswa membutuhkan
bantuan. Mereka meyakini learning by doing. Mementingkan aktivitas anak
dengan menempatkan mereka pada kegiatan aktivitas anak. Berdasarkan hal
tersebut maka sekolah yang sesuai adalah SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. Visi
dan Misi dari sekolah tersebut adalah :
Visi :
“ Terwujudnya lembaga diklat yang menghasilkan tamatan yang trampil,
mandiri, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti yang yang baik
dalam menyongsong era otonomi daerah dan era global ”

Misi :

1. Penyempurnaan organisasi dan manajemen sekolah


2. Meningkatkan kualitas tenaga kependidikan
3. Mengembangkan kurikulum
4. Meningkatkan sarana dan prasarana sekolah
5. Meningkatkan pembinaan kesiswaan
6. Meningkatkan peran serta komite sekolah
7. Meningkatkan sosialisasi program

12
8. Membenahi sistem pembelajaran dengan pendekatan CBT
9. Pembelajaran di sekolah dan dunia usaha/industry
10. Menumbuhkan pribadi yang taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
11. Menjadikan siswa yang berpikir cerdas dalam teknologi, kreatif dan
berwawasan lingkungan
12. Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan asri
13. Memberdayakan sampah menjadi komoditas lingkungan hijau, subur,
sejuk dan menyenangkan

Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi


merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik
dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi
yang ditempuh.
Tujuan dari CBT sendiri adalah
 Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
 Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan
kompetensinya;
 Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
 Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
 Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
 Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja,
serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
 Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya
sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.

B. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang berkembang


di awal abad ke-20, dan mempunya pengaruh sangat besar dalam dunia

13
pendidikan terutama di Amreka Serikat. Aliran ini betul-betul kelahiran bumi
Amerika, sedangkan yang lainnya, adalah paham filsafat yang tumbuh dan
berkembang di eropa. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia
(filsafat) pendidikan, terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan
konvensional yang diwarisi dari abad ke-19.
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan
kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfikir
secara sistematis melalui cara-cara inilah seperti memberikan analisis,
pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling
memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

a. Pengertian tentang Progressivisme


Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran
filsafat yang berdirisendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan
perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.Pada Filsafat Progresivisme
aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada
anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada
subjek didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada
pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat
berfikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis,
pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Progresivisme juga merupakan pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat:

14
1. Fleksibel ( Tidak kaku, tidak menolak perubahan,dan tidak terikat oleh
doktrin tertentu
2. Curious ( Ingin mengetahui, ingin menyelidiki )
3. Toleran dan open-minded ( Mempunyai hati terbuka )

Aliran progresivisme memiliki sifat-sifat umum yaitu:


- Sifat Negatif
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progresivisme menolak
otoritarisme dan absolutisms dalam segala bentuk, seperti misalnya
terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi.
- Sifat Positif
Positif dalam arti, bahwa progresivisme menaruh kepercayaan
terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi
oleh manusia sejak ia lahir “man's natural powers”. Terutama yang
dimaksud adalah kekuatan kekuatan manusia untuk terus-menerus
melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul dan
kegawatan-kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya
mengancam.
Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-
kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup
meresapi rahasia-rahasia alam, sanggup menguasai alam. Namun
disamping keyakinan-keyakinan tersebut ada juga keraguan dimana
apakah manusia itu sendiri mampu belajar bagaimana mempergunakan
kesanggupan itu, tetapi meskipun demikian progresivisme tetap bersikap
optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

b. Tokoh Filsafat Pendidikan Progresivisme


1. William James (1842 - 1910)

15
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek
dari eksistensi organik, brains mempunyai fungsi biologic dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan
alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari
prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John Dewey (1859 - 1952)
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih
menekakan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya
sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child
Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini
dibanding masa depan yang belum jelas.
Filsafat yang dianut Dewey adalah bahwa dunia fisik itu real dan
perubahan itu bukan sesuatu yang tak dapat direncanakan. Perubahan
dapat diarahkan oleh kepandaian manusia. Sekolah mesti membuat siswa
sebagai warga negara yang lebih demokratik, berpikir bebas dan cerdas.
Bagi Dewey ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dan dikembangkan
dengan mengaplikasikan pengalaman, lalu dipakai untuk menyelesaikan
persoalan barn. Pendidikan dengan demikian adalah rekonstruksi
pengalaman. Untuk memecahkan problem, Dewey mengajarkan metode
ilmiah dengan langkah-langkah sebagai berikut : sadari problem yang ada,
definiskan problem itu, ajukan sejumlah hipotesis untuk
memecahkannya,uji telik konsekuensi setiap hipotesis dengan melihat
pengalaman silam, alami dan tes solusi yang paling memungkinkan.
3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Hans Vaihinger Menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-
satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani
Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna.
untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tabu saja
bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.

16
Dalam aliran progresif ini Proses belajar mengajar di kelas ditandai
dengan beberapa hal antara lain :

1. Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa


ingin tahu siswa.
2. Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam
misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.
3. Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang
siswa untuk berpikir.
4. Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk
membangun pemahaman sosial.
5. Kurikulum menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed)
terhadap perkembangan barn dalam saintifik dan sosial.
6. Pendidikan sebagai proses yang terus menerus memperkaya siswa
untuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan
dewasa. Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah
tradisional, khususnya dalam lima hal : (1) guru yang otoriter, (2)
terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks, (3) pembelajaran
pasif dengan mengingat fakta (4) filsafat empat tembok, yakni
terisolasinya pendidikan dari kehidupan nyata, dan (5) penggunaan rasa
takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin
pada siswa.

c. Pandangan Filsafat Pendidikan Progresivisme dalam pendidikan

Dalam pandangan progresivisme, pendidikan merupakan suatu sarana atau


alat yang dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
supaya tetap survive terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara
praktis akan senantiasa mengalami kemajuan (Muhmidayeli, 2011:156). Selain
itu, proses pendidikan dilaksanakan berdasarkan pada asas pragmatis. Artinya,
pendidikan harus dapat memberikan kebermanfaatan bagi peserta didik,
terutama dalam menghadapi persoalan yang ada di lingkungan masyarakat.

17
Dalam buku Philosofical Alternatives in Education, Gutek (1974:140)
menyebutkan bahwa pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal;
1. Pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang mendorong
anak untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui kegiatan yang
dapat menanamkan inisiatif, kreatifitas, dan ekspresi diri anak;
2. Segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang
dirangsang melalui kontak dengan dunia nyata;
3. Pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan
sebagai pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun
memberikan banyak tugas;
4. Prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga
perkembangan sosialnya;
5. Dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan
pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah,
rumah, dan keluarga anak tersebut;
6. Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium ynag
berisi gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan.

Menurut progresivisme proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu


psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat
mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan
dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpangaruh di Amerika, yaitu
psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Dari segi sosiologis,
pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya. Di
samping itu, progresivisme memandang pendidikan sebagai suatu proses
perkembangan, sehingga seorang pendidik harus selalu siap untuk
memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu
pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi
kencenderungan dalam suatu masyarakat (Muhmidayeli, 2012:156). Dalam
konteks ini, pendidikan harus lebih dipusatkan pada peserta didik,
dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar. Karena peserta didik
merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi berbagai

18
persoalan kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu, menurut Ahmad
Ma’ruf (2012) ada beberapa prinsip pendidikan yang ditekankan dalam aliran
progresivisme, di antaranya:
a. Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
b. Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
c. Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah.
d. Sekolah harus kooperatif dan demokratis.
e. Aktifitas lebih fokus pada pemecahan masalah, bukan untuk pengajaraan
materi kajian.

d. Sekolah yang menganut aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme


Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium ynag berisi
gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada
pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat
berfikir secara sistematis seperti dengan cara melakukan analisis.
Selain itu, proses pendidikan dilaksanakan berdasarkan pada asas pragmatis.
Artinya, pendidikan harus dapat memberikan kebermanfaatan bagi peserta didik,
terutama dalam menghadapi persoalan yang ada di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan hal-hal tersebut, sekolah yang sesuai dengan Filsafat Pendidikan
progresivisme adalah SMK Negeri 9 Medan dimana visi dan misi dari sekolah ini
adalah sebagai berikut :
Visi :
“Menghasilkan Sumber Daya Manusia bermartabat yang cakap, kompeten dan
berjiwa entrepreneur yang berakhlak mulia serta mampu bersaing di era industri
4.0.”
Misi :
1. Pemenuhan kuantitas dan kualitas Tenaga Pendidik dan Kependidikan.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana Pendidikan.

19
3. Mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran sesuai kebutuhan
DU/DI dan revolusi Industri 4.0.
4. Melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS dan Teaching Factory.
5. Melaksanakan uji kompetensi profesi sesuai standart SKKNI.
6. Melaksanakan pembinaan karakter dan IMTAQ secara berkelanjutan.
7. Melaksanakan kerjasama yang harmonis dengan masyarakat dan DU/DI
dalam rangka pemasaran tamatan

HOTS adalah high order thinking skills adalah kemampuan berpikir pada
tingkat yang lebih tinggi yang melibatkan kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Tidak sekedar menghafal atau merujuk saja.
Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa
yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan
dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.

C. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme,
gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada
pada saat sekarang ini.
Aliran filsafat rekonstruksionisme adalah aliran filsafat yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Aliran filsafat pendidikan ini menganggap bahwa
pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat berperan penting dalam
menghadapi permasalahan dunia. Karena dengan pendidikan maka akan tercipta
orang-orang yang berfikir dan memiliki pemikiran yang dapat mengubah dunia.
Aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme menginginkan pendidikan
sebagai agen utama dalam rekonstruksi sosial . Maksudnya ialah, bahwa
pendidikan diharapkan merupakan satu satunya agen atau sumber utama
pemegang tatanan sosial ini, yang dimaksud disini ialah peran pendidik dalam
membawa peserta didiknya harus mampu berinovasi dalam memecahkan masalah.

20
Kemudian dalam aliran filsafat pendidikan ini diharapkan metode-metode
pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada
kecerdasan “asali” jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi
yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia , maksudnya adalah di
dalam proses belajar mengajar seorang pendidik harus memberi kesempatan
kepada pendidik untuk berfikir dan ikut serta dalam pembelajaran sehingga proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan student center approach yaitu siswa sebagai
objek atau pusat pembelajaran.
Rekonstruktivisme menganggap jika sekolah adalah agen perubahan, yang
tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga mengajarkan nilai nilai dalam kehidupan
dan membangun kembali atau merekonstruksi kan nilai nilai tersebut seoptimal
mungkin sehingga timbulah cara berpikir yang lebih efektif dan cara kerja yang
lebih efektif sehingga menjadikan dunia yang lebih baik dar masa sebelumnnya
bahkan mungkin jadi yang lebih baik di masa sekarang .

Dan dalam aliran Rekonstruksionisme guru berperan penting sebagai


seseorang yang membantu dan mengarahkan siswa untuk mengenali berbagai
masalah masalah yang ada di kehidupan sekarang ini dan membuat siswanya
terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang ada di sekitarnya menjadikan siswa
lebih menyadari dan lebih pandai dalam beradaptasi dan memecahkan masalah
terkait dengan perkembangan jaman yang signifikan .Sekolah dan guru juga harus
berperan dalam penyelidikan terkait dengan budaya budaya yang berkembang
pada kehidupan masa sekarang ,mencoba mencari akibat dari budaya tersebut dan
apa efeknya bagi pendidikan masa sekarang baik nasional maupun internasional .

Kaum rekonstruksionisme percaya bahwa kita ini sedang ada dalam krisis
kebudayaan , karena itu tidak jika sekolah langsung mereflesikan budaya lain
begitu saja ada unsur yang harus diubah dan bahkan ada juga unsur yang
dibuang , karena itu tugas dari lembaga pendidikan untuk selalu mengoptimalkan
penyelidikan kritis tentang kebudayaan yang masuk dan memfilter kebudayaan
yang masuk dan mengubahnya menjadi lebih baik.

21
a. Pengertian tentang Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct,yang
berarti menyusun kembali. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang dapat
merombak tata susunan lama ke tata susunan kehidupan yang lebih
modern .Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran
parenialisme yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern.Meskipun demikian
prinsip yang dimiliki oleh kedua aliran ini tidaklah sama dengan prinsip yang
dipegang oleh aliran paranialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang
berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan
kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran rekonstruksionisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat
manusia.karenanya pembinaaan kembali daya intelektual dan spiritual yang
sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan
nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang
akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat
manusia menjadikan manusia lebih memiliki karakter kemanusian yang saat
ini sudah luntur,intinya adalah untuk lebih memanusiakan manusia itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan yang dinginkan rekonstruksionisme berupaya


mencari kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan
manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka proses dan
lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu melakukan
perubahan. Untuk mencapai peran pendidikan adalah mengungkapkan lingkup
persoalan budaya manusia dan membangun kesepakatan seluas mungkin
tentang tujuan-tujuan pokok yang akan menata umat manusia dalam tatanan
budaya dunia. Teori belajar rekontstruksi merupakan teori-teori yang
menyatakan bahwa peserta didik itu sendiri yang harus secara pribadi
menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak
sesuai lagi.

Kemudian mengenai dimensi-dimensi pembelajaran, rekonstruksionisme


yang integratif dengan pandangan futurisme diartikan dengan memadukan
antara pembelajaran rekonstruksionisme dengan pandangan futurisme yang

22
bertujuan membantu menyiapkan warga dalam hal ini generasi muda untuk
merespon perubahan dan membuat pilihan-pilihan cerdas mengingat umat
manusia bergerak ke masa depan yang memiliki lebih dari satu konfigurasi.
Sehingga filsafat rekonstruksionisme-futuristik bertujuan mengembangkan
masa depan yang lebih menyenangkan melalui pendidikan.Dan juga aliran ini
memandang bahwa sebuah Negara dijalankan dan diperintah oleh rakyat
secara demokratis sehingga dapat tercipta kemakmuran kesajahteraan tanpa ada
nya unsure pembedaan baik itu menurut ras, suku dan agama. Berdasarkan
kedua model aliran itulah filsafat pendidikan rekonstruksi mengembangkan
ide-ide pemikirannya. Rekonstruksionisme mempercayai bahwa realitas sosial
itu selalu berubah, sebagai konsekuensinya mereka memandang sekolah
sebagai lembaga sosial, tempat untuk mengembangkan daya kritis peserta didik
untuk melihat berbagai persoalan sosial di sekitarnya.

Kemunculan Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan


Harold Rugg pada tahun 1930. Pandangan Count mengajak para pendidik
untuk membuang mentalitas budaknya, agar secara hati-hati menggapai
kekuatan dan kemudian berjuang membentuk sebuah tatanan sosial baru yang
didasarkan pada sistem ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip politik
demokratis. Sekaligus menyerukan kalangan professional pendidikan untuk
mengorganisasikan diri dari tingkat Taman Kanak-Kanank (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) dan menggunakan kekuatan terorganisir mereka untuk
kepentingan-keppentingan masyarakat luas.

Kecenderungan pemikiran tersebut memunculkan sebuah kebalikan dari


peran tradisional sekolah sebagai pengalih budaya yang bersifat pasif menuju
agen reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif. Dekade 1930-an
menampilkan sekelompok orang yang terkenal sebagai pemikir terkemuka di
sekeliling Counts dan Harrold Rugg di Universitas Columbia. Ide-gagasan para
tokoh tersebut secara luas mencakup aspek-aspek sosial dari pemikiran
progresif John Dewey. Pada pasca perang dunia memperlihatkan munculnya
suatu arah baru pada rekonstruksionisme melalui karya Theodore Brameld.
Beberapa karyanya yang berpengaruh adalah Patterns of Educational

23
Philosophy (1950), Toward a Reconstructed Philosophy of Education (1956)
dan Education as Power (1965).

Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran rekontruksionisme adalah aliran


memperbaiki dari segi tatananan hidup yang lama ke tatanan hidup yang lebih
modern lagi.dengan cara berkerja sama antar elemen masyarkat yang ada.

b. Tokoh Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


1. George S. Counts (1889-1974)
Pandangan sentral Counts adalah ketika pendidikan dalam sejarah
digunakan untuk mengenalkan peserta didik pada tradisi, budaya, sosial
dan kondisi budaya, dalam waktu yang sama telah direduksi oleh sains
modern, teknologi dan industrialisasi.
Sehingga pendidikan sekarang harus diarahkan pada kekuatan
positif untuk membangun kultur budaya baru dan mengeliminasi patologi
sosial. Dia menegaskan bahwa pendidikan harus memiliki visi dan prospek
untuk perubahan sosial secara radikal dan mengimplementasikan proyek
tersebut. Counts’ menyeru para pendidik untuk membebaskan diri dari
kebiasaan pendidik yang merasa nyaman menjadi pendukung status quo
dan terjun bebas menjadi aktor perubahan sosial di masyarakat.
George Counts mengembangkan pendekatan baru terhadap
pendidikan. Pokok pikiran George Counts yaitu mengajak para pendidik
untuk membuang mentaliatas budak, agar berhati-hati dalam
mengumpulkan kekuatan dan berjuang membentuk sebuah tatanan sosial
baru yang didasarkan pada sistem ekonomi kolektif dan juga prinsip
demokratis.

2. Caroline Pratt (1867-1954)


Caroline Praty mengungkapkan idenya dari Friedrich Froebel tentang
sesuatu yang bisa memberikan anak-anak kesempatan untuk mewakili
dunia mereka. Ia juga merancang sebuah unit blok yang menjadi bahan
dasar di sekolah yang ada di Amerika Serikat.

24
3. Theodore Brameld (1904-1987)
Dia melihat masalah kemanusiaan sedang berada di simpang jalan
dan hampir mengalami kehancuran, hanya dengan berusaha penuh kita
bisa menyelamatkan kemanusiaan tersebut. Karenanya dia melihat
rekonstruksianisme juga sebagai filsafat nilai. Nilai yang dimaksud adalah
nilai yang berdasarkan asas-asas supernatural yang menerima nilai natural
yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai teologis. Brameld
juga menekankan untuk membangun tujuan-tujuan yang jernih untuk
pembebasan, dalam maksud lain dia menyebut persatuan dunia untuk
menghilangkan bias yang ditimbulkan nasionalisme yang sempit dan
menyatukan komunitas ke dalam pandangan dunia yang lebih luas. Hal
tersebut akan menjadikan pemerintahan-pemerintahan dunia dan
peradaban-peradaban dunia di mana orang-orang dari seluruh ras, negara,
warna kulit dan kepercayaan ikut terlibat bersama dalam kedamaian dunia.
Menurutnya satu aktifitas filsafat yang utama adalah penjelajahan makna
terhadap perbedaan konsepsi dari pusat tujuan penyatuan dunia.
Rekonstruksianisme berusaha mencari kesepakatan semua orang
tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam
suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya. Tujuan ini hanya mungkin
diwujudkan melalui usaha kerja sama semua bangsa-bangsa. Secara
ringkas rekonstruksianisme bercita-cita mewujudkan dan melaksanakan
sintesa, perpaduan ajaran Kristen dan demokrasi modern dengan teknologi
modern dan seni modern di dalam satu kebudayaan yang dibina bersama
oleh seluruh kedaulatan bangsa-bangsa sedunia. Rekonstruksianisme
mencita-citakan terwujudnya satu dunia baru,dengan satu kebudayaan baru
di bawah satu kedaulatan dunia ,dalam control mayoritas umat manusia.

4. Paulo Freire (1921-1997)


Ide-idenya tentang pendidikan dan menganalisis masalah pendidikan yang
berkaitan dengan politik pemerintah yang menjadikan masyarakat bawah
sebagai kaum yang tertindas. Tujuan pendidikan tersebut adalah

25
penyadaran, bukan teknik untuk menyalurkan atau untuk pelatihan
ketrampilan, melainkan merupakan proses dialogis yang mengantarkan
seseorang secara bersama dalam memecahkan masalah eksistensial
mereka.

c. Pandangan Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam pendidikan


Dalam pengembangan konstruktivisme dikenal konstruktivisme kognitif,
konstruktivisme sosial, dan konstruktivisme kritis. Konstruktivisme kognitif
berpandangan bahwa seorang anak membangun pengetahuannya melalui
berbagai jalur yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan
melakukan eksperimen terhadap lingkungannya, konstruktivisme sosial
berpandangan bahwa belajar dilakukan dalam interaksinya dengan lingkungan
sosial maupun fisik seseorang. Pandangan konstruktivisme kritis adalah bahwa
dalam pembelajaran dilakukan dengan merangsang peserta didik menggunakan
teknik-teknik yang kritis.

Implikasi pandangan ini dalam pendidikan adalah:

1. Tujuan pendidikan menghasilkan individu yang memiliki kemampuan


berpikir untuk menyelesaikan tiap persoalan yang dihadapi.
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai dengan dirinya.
4. Guru berfungsi sebagai moderator, fasilitator dan teman yang membuat
situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.

Power (1982) menggunakan istilah neoprogresivisme untuk aliran


rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikannya sebagai
berikut:

26
1. Tema

Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk


meningkatkan rekonstruksi sosial.

2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang


ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk.
Transmisi budaya juga harus mengenal fakta budaya yang majemuk
tersebut.

3. Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun


oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai
yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu kurikulum,


ialah:

a. Tujuan pendidikan nasional, dijabarkan menjadi tujuan-tujuan


institusional, dirinci menjadi tujuan kurikuler, dirumuskan menjadi
tujuan-tujuan instruksional (umum dan khusus), yang mendasari
perencanaan pengajaran.
b. Perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis yang
mencakup psikologi perkembangan dan psikologi belajar;
c. Mengacu pada landasan sosiologis dibarengi oleh landasan kultur
ekologis.
d. Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan
SDM dan pembangunan semua sektor ekonomi.
e. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya bangsa
dengan multi dimensionalnya.
f. Jenis dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat
dan kekhususan tujuannya.

27
4. Kedudukan siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang
berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, mana
kala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
5. Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas


dibenarkan (learning by doing).

6. Peranan Guru

Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap
semua budaya baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya.
Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

d. Sekolah yang menganut aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Sekolah yang berdasarkan visi misinya sesuai dengan pengertian, tema dan
tujuan dari Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme adalah SMA Negeri 5
Medan. Dimana visi dari sekolah ini adalah:
“Berprestasi, Cerdas, Mandiri, Berkepribadian, dan Berwawasan
lingkungan, Hidup Berlandaskan Iman dan Taqwa.”
Dan misi dari sekolah ini:
 Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, beriman dan
bertaqwa.
 Mewujudkan lingkungan belajar yang tentram, nyaman dan kondusif.
 Meningkatkan prestasi dan mengembangkan inovasi dalam bidang
akademis dan non akademis.
 Memberdayakan siswa terampil menggunakan komputer dan mampu
berkomunikasi dalam bahasa inggris.
 Menyiapkan lulusan yang terampil dan mampu bersaing merebut
perguruan tinggi favorit baik nasional dan internasional.
 Melakukan program pengembangan sekolah ramah sosial dan ramah
lingkungan.

28
Karena Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme sendiri lebih
mengedepandakan tentang perubahan dan pengembangan social dan budaya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-
akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Pragmatisme memandang bahwa siswa merupakan organisme rumit yang
mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru berperan untuk
memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh
atas minat dan kebutuhan siswa.
Aliran progresivisme merupakan aliran yang berakar dari semangat
pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan pembaharuan politik
Amerika. Sedangkan aliran progresif pendidikan Amerika mengacu pada
pendidikan di Eropa barat. Progresif menganggap pendidikan sebagai cultural
transition. Maksudnya adalah bahwa pendidikan mampu merubah dalam arti
mampu mebina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia di hari yang
akan datang.
Progresivisme memiliki sifat-sifat antara lain yaitu sifat negatif dan sifat
postif. Sifat negatif maksudnya progresif menolak otoritarisme dan absoulutisme.
Sedangkan sifat positif aliran progresivisme yakni progrefivisme menaruh
kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia. Selain sifat aliran
progresivisme juga memiliki perkembangan anatara lain revolusi industry,

29
modern science, dan perkembangan demokrasi. Aliran progresivisme juga
menaruh keyakinan-keyakinan tentang pendidikan.
Progressivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan disekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered) yang menghedaki dan melatih anak agar kelak dapat
bekerja , bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan
hati.
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Melalui lembagai dan
proses pendidikan, rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Adapun implikasi aliran ini dalam dunia pendidikan diantaranya yaitu: misi
sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial, pendidikan bertanggung
jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal, kurikulum sekolah tidak boleh
didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau
disukai karena semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk
mendapatkan tempat dalam kurikulum, guru harus menunjukkan rasa hormat yang
sejati atau ikhlas terhadap semua budaya baik dalam memberi pelajaran maupun
dalam hal lainnya.

B. Saran

Melihat berbagai permasalahan dalam pendidikan di dunia modern ini"


sangat dibutuhkanadanya inovasi baru dalam pendidikan di Indonesia guna
melakukan sebuah perombakan secara menyeluruh dalam pelaksanaan
pendidikan.
Pendidikan pada masa kini harus lebih peka
terhadap permasalahan kehidupan secara nyata" sehingga peserta didik dituntut un

30
tuk dapat lebihmemahami bagaimana cara menerapkan pengetahuan itu sendiri se
bagai suatu alat untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Cholid, Nur. “Kontribusi Filsafat Pragmatisme terhadap Pendidikan”.


MAGISTRA: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman. Volume 4 Nomor
1, Maret 2013

https://www.kompasiana.com/ikanuryasintalestari/
5ea01be2097f363b21725b73/filsafat-pendidikan-pragmatisme?
page=all#section1

http://kristianawidi.blogspot.com/2012/02/makalah-pragmatisme.html

http://tugaskuade.blogspot.com/2015/12/makalah-filsafat-pendidikan-
tentang.html

Fikri Yandini, Naili, M. Mashadi Hufron. 2018 “Makalah Aliran


Progresivisme” . Institut Agama Islam Negeri Pekalongan: Pekalongan.
Rudiansyah. 2010. “Aliran-Aliran Dalam Filsafat Pendidikan: Aliran
Progresivisme”. Universitas Islam Negerisultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru.
https://123dok.com/document/y9go1edq-makalah-filsafat-pendidikan-aliran-
progresivisme-dan-aliran-perenealisme.html
http://eprints.umsida.ac.id/7533/1/Makalah-Filsafat-A1-Progressivisme.pdf
https://kknsyahdu.blogspot.com/2017/12/tokoh-tokoh-rekonstruksionisme.html
https://www.kompasiana.com/
fatratulimroini9032/5ecfb08fd541df4896757a32/pengertian-filsafat-aliran-
rekonstruksionisme-dan-tokoh-tokoh-aliran-rekonstruksionisme

31
https://www.academia.edu/16679610/
Makalah_Filsafat_Pendidikan_Aliran_Rekonstruksionisme
https://acehkrak.blogspot.com/2015/05/aliran-filsafat-
rekonstruksionisme_16.html
http://rohilalazizah.blogspot.com/2017/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://www.kompasiana.com/annisabilqisthi/5db6df73097f3608d46a0c82/
aliran-filsafat-rekonstruksionisme-dan-penerapannya-dalam-masa-kini?
page=all&page_images=1
https://mutudidik.wordpress.com/2017/05/26/model-pembelajaran-teaching-
factory-tefa/
http://www.smkn2medan.sch.id/html/profil.php?
id=profil&kode=11#:~:text=Menciptakan%20suasana%20yang
%20kondusif%20untuk,mempelajari%20pengetahuan%20yang%20lebih
%20luas.
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/cara-membuat-soal-hots
https://smanlimedan.sch.id/visi-misi/
http://smklubukpakam.blogspot.com/2014/08/visi-misi-smkn-1-lubuk-
pakam.html

32

Anda mungkin juga menyukai