Disusun oleh :
Penyusun
1
DAFTAR ISI
COVER 0
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 4
D. MANFAAT 4
BAB II ISI 5
A. POSITIVISTIK 5
1. Sejarah lahirnya “Positivistik” 5
2. Pengertian Teori Belajar Positivistik 6
3. Tujuan dan Prinsip Teori Positivistik 6
4. Ciri dan Karakteristik Teori Positivistik 7
5. Implementasi dari Teori Positivistik dalam Dunia Pendidikan 7
B. KONSTRUKTIVISTIK 7
1. Sejarah Lahirnya “Konstruktivistik” 7
2. Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik 8
3. Prinsip Teori Konstruktivistik 8
4. Tujuan dan Manfaat Teori Konstruktivistik 9
5. Ciri Teori Konstruktivistik 9
6. Implementasi Teori Konstruktivistik dalam Dunia Pendidikan 9
DAFTAR PUSTAKA 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pemikiran manusia setiap saat selalu terjadi perubahan, seperti
berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat
pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Pendidikan memiliki peranan penting
sebagai citra masa depan suatu bangsa. Salah satu cita-cita bangsa Indonesia merdeka
yaitu mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi hal yang harus diutamakan. Ilmu pendidikan
sendiri adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis
dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan
Untuk membantu anak-anak dewasa mencapai kedewasaan untuk mempersiapkan
mereka untuk kehidupan yang bermakna.
Ilmu pendidikan sebagai sebuah disiplin bisa dikatakan relatif baru, apabila dika
dibandingkan dengan ilmu sosial atau ilmu sains. Oleh karena itu tidak heran jika dalam
perkembangannya harus terbuka pada paradigma ilmu lain seperti ilmu sosial.
Menggunakan analisis sosiologis untuk mengetahui fenomena pendidikan di Indonesia
memerlukan instrumen lengkap seperti paradigma, perspektif, konsep, teori, serta
metodologi. Maka dari itu berikut ini akan kami uraikan beberapa paradigma yang
dikenal dalam ilmu sosial yang diharapkan bisa menjadi pilihan rujukan paradigmatik
bagi ilmu pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian paradigma pendidikan?
2. Bagaimana sejarah lahirnya teori positivistik?
3. Apa pengertian teori positivistik?
4. apa saja tujuan dan prinsip dari teori positivistik?
5. Bagaimana ciri dan karakteristik dari teori positivistik?
6. Bagaimana implementasi dari teori positivistik dalam dunia pendidikan?
7. Bagaimana sejarah lahirnya teori positivistik?
8. Apa pengertian teori konstruktivistik?
9. Apa saja prinsip dari teori konstruktivistik?
10. apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran konstruktivistik?
11. Bagaimana ciri dari teori konstruktivistik?
12. Bagaimana implementasi teori konstruktivistik dalam dunia pendidikan?
3
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu paradigma pendidikan.
2. Mengetahui sejarah lahirnya teori positivistik
3. Mengetahui pengertian dari teori positivistik.
4. Mengetahui apa saja tujuan dan prinsip dari teori positivistik.
5. Mengetahui ciri dan karakteristik dari teori positivistik.
6. Mengetahui bagaimana implementasi teori positivistik dalam dunia
pendidikan.
7. Mengetahui sejarah lahirnya teori konstruktivistik.
8. Mengetahui pengertian teori konstruktivistik.
9. Mengetahui apa saja prinsip dari teori konstruktivistik.
10. Mengetahui tujuan dan manfaat dari pembelajaran konstruktivistik.
11. Mengetahui bagaimana ciri dari teori konstruktivistik.
12. Mengetahui implementasi teori konstruktivistik dalam dunia pendidikan.
D. MANFAAT
1. Memenuhi tugas dari Bapak Teguh Arie Sandy M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Pendidikan.
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca mengenai pendidikan
yang menerapkan teori belajar positivistik dan konstruktivistik.
3. Menunjang pemahaman penulis untuk menekuni dan mempelajari mata kuliah
Ilmu Pendidikan.
4
BAB II
ISI
Sebuah paradigma adalah gambaran dasar dari pokok perhatian dari sebuah ilmu. Paradigma
berfungsi untuk mendefinisikan apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus ditanyakan,
bagaimana cara untuk menanyakannya, serta kaidah-kaidah apa yang harus diikuti dalam
menginterpretasikan jawaban yang didapatkan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2016: 6) mengemukakan bahwa paradigma
pendidikan merupakan cara pandang dan proses memahami pendidikan nasional dalam bentuk
pengamatan dan proses pencarian cara mengatasi permasalahan dalam pendidikan nasional.
Menurut Th. Kuhn (1963) dalam The Structure of Scientific Revolutions mendefinisikan
paradigma sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang masuk akal, sebagai “suatu model atau
pola yang diterima” (dalam Turner, 2012: 764). Menurut Kuhn, seorang ilmuwan selalu bekerja
dengan paradigma tertentu untuk memecahkan kesulitan yang muncul dalam ilmunya.
Pengertian secara umum paradigma pendidikan sebuah gambaran dasar dari pokok masalah
ilmu secara rinci yang mengandung pengertian:
● Cara memandang sesuatu
● Dalam ilmu pengetahuan model atau pola, dari model itu fenomena dipandang dan
dijelaskan
● Menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret
● Dasar untuk menyeleksi problem dan pola untuk memecahkan problem riset.
Guba dan Lincoln (1994) membedakan paradigma dalam ilmu sosial meliputi positivistik,
konstruktivistik, postpositivistik, dan teori kritis.
A. POSITIVISTIK
5
dengan apa yang tertulis di kitab sangat amat tabu pada saat itu. Galileo Galilei harus
dieksekusi mati dengan meminum racun. Namun justru gagasan mereka menginspirasi
banyak temuan lainnya seperti Newton, James Watt, Graham Bell, dan lain sebagainya.
Karena sejarah ilmu pengetahuan itu maka kemudian muncul upaya pembuatan
dokumen pengetahuan sendiri yang berimplikasi melahirkan paradigma positivistik.
Dokumen pengetahuan yang berimplikasi pada paradigma positivistik dipelopori oleh
Sekolah Wina dengan Moritz Schlick sebagai perintisnya. Perkembangan positivistik juga
tidak lepas dari tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi
manusia, yang secara linier bergerak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Maka dari itu
Auguste Comte menjadi pendiri sekaligus tokoh terpenting aliran positivisme. Auguste
Comte adalah figur yang paling representatif untuk positivisme sehingga dia dijuluki
Bapak Positivisme.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi
guru sekaligus teman diskusi Comte. Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint
Simon (sekitar 1825). Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofis tentang
positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris Francis Bacon (sekitar 1600).
Saint Simon percaya bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-
fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan demikian
positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak
segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
6
4. Ciri dan Karakteristik Teori Positivistik
Ciri dan karakteristik dari teori positivistik adalah sebagai berikut.
● Teori positivistik didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur penelitian yang
baku.
● Teori ini bersifat deduktif dengan pandangan yang didalamnya terdapat realitas
objektif.
● Teori ini mengadopsi dari pendekatan ilmu alam.
B. KONSTRUKTIVISTIK
7
2. Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik
Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha (2002 : 16) adalah
proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme menekankan pada pengembangan
kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiran siswa (mind-on) Horleys, et al.
(Isjoni, 2007 : 22). Tobin dan Timmons (Isjoni, 2007 : 22) menegaskan bahwa
pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat
hal, yaitu: 1) berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior knowledge), 2) belajar
melalui pengalaman (experiences), 3) melibatkan interaksi sosial (social iriteraction), dan
4) kepahaman (sense making). Menurut Samsul Hadi (2010) Konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma yang menganggap bahwa kebenaran
suatu realitas sosial dapat dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu
realitas sosial itu bersifat relatif. Konstruktivisme menganggap bahwa tidak ada realitas
ataupun kebenaran tunggal (tidak pasti). Slavin (1994:225) mengungkapkan bahwa
konstruktivisme dalam sejarah pendidikan lahir dari gagasan-gagasan Piaget dan
Vigotsky. Lev Vygotsky merupakan pencetus teori belajar yang menempatkan siswa
sebagai objek aktif. Salah satu kalimat yang sering menjadi prinsip dalam pembelajaran
adalah “Jangan melihat orang dari balik otak semata, tapi lihat pula apa yang di
belakangnya”. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru.
8
● Belajar dilakukan dengan secara menyeluruh dan mendalam dalam
mengkonstruksi pengetahuan siswa.
● Mengajar merupakan suatu kegiatan guru untuk memberdayakan siswa,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan telaah ulang,
merefleksi diri, melakukan pemaknaan terhadap pengalaman-pengalaman nyata
dalam kehidupan siswa.
● Mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa melalui upaya
menyelaraskan ide-ide/gagasan baru dengan ide/gagasan/konsep yang telah
dipelajari sebelumnya, dengan cara yang unik berdasarkan kemampuan dasar
yang dimilikinya.
9
● Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan;
● Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan
tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai
cara;
● Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari-hari;
● Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau
dengan lingkungannya;
● Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif;
● Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi
menarik dan siswa mau belajar.
Pendidikan dengan teori konstruktivistik telah cukup lama diterapkan di Indonesia,
misalnya dalam metode cooperative learning dalam pembelajaran tematik, penerapan
metode Cara Belajar Siswa Aktif, dan Kurikulum 2013.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Paradigma adalah gambaran dasar dari sebuah ilmu. Paradigma dalam ilmu sosial
dibagi menjadi 4 yaitu positivistik, konstruktivistik, postpositivistik, dan kritis.
Positivistik merupakan teori belajar yang menekankan siswa mendapatkan
pembelajaran melalui pengalaman. Sedangkan konstruktivistik lebih menekankan
keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran, yang guru hanya bertugas untuk
memfasilitasi saja bukan mentransfer pembelajaran secara baku kepada siswa. Contoh
implementasi dalam teori belajar positivistik adalah salah satunya ketika dalam sebuah
materi pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka guru akan mengajak siswa untuk
berpikir kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti kenapa hujan itu terjadi.
Sedangkan salah satu contoh dari teori belajar konstruktivistik adalah pada kurikulum
2013, dimana konsep pembelajaran kurikulum 2013 mengarah pada proses
pengembangan peserta didik menjadi pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
11
DAFTAR PUSTAKA
DAN NILAI ETISNYA TERHADAP SAINS, vol. Xi, no. 2, 2016, p. 11.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
2010.
12