Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

PARADIGMA PENDIDIKAN POSITIVISTIK DAN


KONSTRUKTIVISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan


Dosen pengampu : Teguh Arie Sandy M.Pd

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Paradigma
Pendidikan Positivistik dan Konstruktivistik” ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak Teguh Arie Sandy M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca mengenai pendidikan yang menerapkan teori
belajar positivistik dan konstruktivistik. Makalah ini juga diharapkan dapat menunjang
pemahaman kami sebagai penulis yang menekuni dan mempelajari mata kuliah Ilmu
Pendidikan.
Sehubungan dengan itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih banyak
kepada Bapak Teguh Arie Sandy M.Pd yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah
dan PPT mengenai paradigma pendidikan positivistik dan konstruktivistik sehingga dapat
menambah pengetahuan kami dan pembaca sekalian dalam memahami tentang teori belajar
positivistik dan konstruktivistik.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami sangat mengharapkan dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Yogyakarta, 7 November 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER 0

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 4
D. MANFAAT 4

BAB II ISI 5
A. POSITIVISTIK 5
1. Sejarah lahirnya “Positivistik” 5
2. Pengertian Teori Belajar Positivistik 6
3. Tujuan dan Prinsip Teori Positivistik 6
4. Ciri dan Karakteristik Teori Positivistik 7
5. Implementasi dari Teori Positivistik dalam Dunia Pendidikan 7
B. KONSTRUKTIVISTIK 7
1. Sejarah Lahirnya “Konstruktivistik” 7
2. Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik 8
3. Prinsip Teori Konstruktivistik 8
4. Tujuan dan Manfaat Teori Konstruktivistik 9
5. Ciri Teori Konstruktivistik 9
6. Implementasi Teori Konstruktivistik dalam Dunia Pendidikan 9

BAB III PENUTUP 11


A. KESIMPULAN 11
B. KRITIK DAN SARAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pemikiran manusia setiap saat selalu terjadi perubahan, seperti
berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat
pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Pendidikan memiliki peranan penting
sebagai citra masa depan suatu bangsa. Salah satu cita-cita bangsa Indonesia merdeka
yaitu mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi hal yang harus diutamakan. Ilmu pendidikan
sendiri adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis
dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan
Untuk membantu anak-anak dewasa mencapai kedewasaan untuk mempersiapkan
mereka untuk kehidupan yang bermakna.
Ilmu pendidikan sebagai sebuah disiplin bisa dikatakan relatif baru, apabila dika
dibandingkan dengan ilmu sosial atau ilmu sains. Oleh karena itu tidak heran jika dalam
perkembangannya harus terbuka pada paradigma ilmu lain seperti ilmu sosial.
Menggunakan analisis sosiologis untuk mengetahui fenomena pendidikan di Indonesia
memerlukan instrumen lengkap seperti paradigma, perspektif, konsep, teori, serta
metodologi. Maka dari itu berikut ini akan kami uraikan beberapa paradigma yang
dikenal dalam ilmu sosial yang diharapkan bisa menjadi pilihan rujukan paradigmatik
bagi ilmu pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian paradigma pendidikan?
2. Bagaimana sejarah lahirnya teori positivistik?
3. Apa pengertian teori positivistik?
4. apa saja tujuan dan prinsip dari teori positivistik?
5. Bagaimana ciri dan karakteristik dari teori positivistik?
6. Bagaimana implementasi dari teori positivistik dalam dunia pendidikan?
7. Bagaimana sejarah lahirnya teori positivistik?
8. Apa pengertian teori konstruktivistik?
9. Apa saja prinsip dari teori konstruktivistik?
10. apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran konstruktivistik?
11. Bagaimana ciri dari teori konstruktivistik?
12. Bagaimana implementasi teori konstruktivistik dalam dunia pendidikan?

3
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu paradigma pendidikan.
2. Mengetahui sejarah lahirnya teori positivistik
3. Mengetahui pengertian dari teori positivistik.
4. Mengetahui apa saja tujuan dan prinsip dari teori positivistik.
5. Mengetahui ciri dan karakteristik dari teori positivistik.
6. Mengetahui bagaimana implementasi teori positivistik dalam dunia
pendidikan.
7. Mengetahui sejarah lahirnya teori konstruktivistik.
8. Mengetahui pengertian teori konstruktivistik.
9. Mengetahui apa saja prinsip dari teori konstruktivistik.
10. Mengetahui tujuan dan manfaat dari pembelajaran konstruktivistik.
11. Mengetahui bagaimana ciri dari teori konstruktivistik.
12. Mengetahui implementasi teori konstruktivistik dalam dunia pendidikan.

D. MANFAAT
1. Memenuhi tugas dari Bapak Teguh Arie Sandy M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Pendidikan.
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca mengenai pendidikan
yang menerapkan teori belajar positivistik dan konstruktivistik.
3. Menunjang pemahaman penulis untuk menekuni dan mempelajari mata kuliah
Ilmu Pendidikan.

4
BAB II

ISI

Sebuah paradigma adalah gambaran dasar dari pokok perhatian dari sebuah ilmu. Paradigma
berfungsi untuk mendefinisikan apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus ditanyakan,
bagaimana cara untuk menanyakannya, serta kaidah-kaidah apa yang harus diikuti dalam
menginterpretasikan jawaban yang didapatkan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2016: 6) mengemukakan bahwa paradigma
pendidikan merupakan cara pandang dan proses memahami pendidikan nasional dalam bentuk
pengamatan dan proses pencarian cara mengatasi permasalahan dalam pendidikan nasional.
Menurut Th. Kuhn (1963) dalam The Structure of Scientific Revolutions mendefinisikan
paradigma sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang masuk akal, sebagai “suatu model atau
pola yang diterima” (dalam Turner, 2012: 764). Menurut Kuhn, seorang ilmuwan selalu bekerja
dengan paradigma tertentu untuk memecahkan kesulitan yang muncul dalam ilmunya.
Pengertian secara umum paradigma pendidikan sebuah gambaran dasar dari pokok masalah
ilmu secara rinci yang mengandung pengertian:
● Cara memandang sesuatu
● Dalam ilmu pengetahuan model atau pola, dari model itu fenomena dipandang dan
dijelaskan
● Menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret
● Dasar untuk menyeleksi problem dan pola untuk memecahkan problem riset.

Guba dan Lincoln (1994) membedakan paradigma dalam ilmu sosial meliputi positivistik,
konstruktivistik, postpositivistik, dan teori kritis.

A. POSITIVISTIK

1. Sejarah lahirnya “Positivistik”


Paradigma positivistik berakar pada filsafat positivistik yang kemudian mendapat
banyak pengikut dan melahirkan pemikiran cartesian. Munculnya paradigma positivistik
tidak lepas dari sejarah ilmu pengetahuan dari era pencerahan (enligtment). Era ini ditandai
kuatnya institusi agama, terutama gereja yang politik kenegaraannya berpusat di Roma.
Rujukan utama mereka pada saat itu adalah kitab, jadi semua yang tidak sesuai dengan
kitab maka akan dianggap tidak benar. Dalam masa ini, tidak ada gagasan yang berbeda
terhadap apa yang ada dalam kitab.
Barulah pada abad ke-14, mulai muncul gagasan-gagasan baru seperti Versailles dengan
perhitungan jumlah gigi pada keledai, Leonardo Da Vinci dengan lukisan Monalisanya,
Galileo Galilei dengan penyelidikan bahwa bumi berputar pada porosnya, dan masih
banyak lagi walaupun beberapa harus berakhir tidak menyenangkan karena bertentangan

5
dengan apa yang tertulis di kitab sangat amat tabu pada saat itu. Galileo Galilei harus
dieksekusi mati dengan meminum racun. Namun justru gagasan mereka menginspirasi
banyak temuan lainnya seperti Newton, James Watt, Graham Bell, dan lain sebagainya.
Karena sejarah ilmu pengetahuan itu maka kemudian muncul upaya pembuatan
dokumen pengetahuan sendiri yang berimplikasi melahirkan paradigma positivistik.
Dokumen pengetahuan yang berimplikasi pada paradigma positivistik dipelopori oleh
Sekolah Wina dengan Moritz Schlick sebagai perintisnya. Perkembangan positivistik juga
tidak lepas dari tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi
manusia, yang secara linier bergerak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Maka dari itu
Auguste Comte menjadi pendiri sekaligus tokoh terpenting aliran positivisme. Auguste
Comte adalah figur yang paling representatif untuk positivisme sehingga dia dijuluki
Bapak Positivisme.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi
guru sekaligus teman diskusi Comte. Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint
Simon (sekitar 1825). Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofis tentang
positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris Francis Bacon (sekitar 1600).
Saint Simon percaya bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-
fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan demikian
positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak
segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.

2. Pengertian Teori Belajar Positivistik


Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat
bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai
suatu realitas. Ini berarti, yang disebut sebagai positif bertentangan dengan sesuatu yang
hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari sesuatu yang hanya merupakan
konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan
bahwa pengertian positivisme secara terminologi berarti suatu paham yang dalam
"pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar
terjadi. Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme. Paradigma
positivistik menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi merupakan sebuah proses linier
atau proses sebab akibat yang mencerminkan upaya pengirim pesan untuk mengubah
pengetahuan penerima pesan yang pasif (Ardianto, 2009).

3. Tujuan dan Prinsip Teori Positivistik


Tujuan dari teori positivistik adalah untuk mencapai generalisasi di mana faktanya ada
hal-hal seperti perilaku manusia yang tidak bisa digeneralisasi dan akan tetap ada unsur
subjektivitas. Paradigma positivistik menganggap realitas sosial yang terjadi sebagai
sesuatu yang bersifat empirik dan dapat diobservasi secara nyata.

6
4. Ciri dan Karakteristik Teori Positivistik
Ciri dan karakteristik dari teori positivistik adalah sebagai berikut.
● Teori positivistik didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur penelitian yang
baku.
● Teori ini bersifat deduktif dengan pandangan yang didalamnya terdapat realitas
objektif.
● Teori ini mengadopsi dari pendekatan ilmu alam.

5. Implementasi dari Teori Positivistik dalam Dunia Pendidikan


Salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan, melalui pendidikan,
generasi masa depan yang cerdas tidak hanya secara kognitif tetapi juga secara emosional
dan spiritual. Melalui filsafat positivisme, pendidikan diorientasikan pada hal-hal yang
baik secara intelektual dan dalam berbagai lingkungan kehidupan, untuk menciptakan
peserta didik yang sempurna baik jasmani maupun rohani. Kemampuan peserta didik
untuk melihat, menemukan fakta, menganalisis dan mentransfer informasi ke
lingkungannya akan diasah. sehingga diharapkan anak bangsa menjadi kreatif, berkarakter
dan mampu mempengaruhi pembangunan bangsa sehingga maju dan bersaing dengan
negara asing.
Contoh ketika dalam sebuah materi pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka akan
menuntut siswa untuk berpikir kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti kenapa
hujan itu terjadi, sehingga dari hal ini akan mewujudkan generasi kreatif yang dapat
berkontribusi dalam pembangunan bangsa agar menjadi lebih baik dan berdaya saing.

B. KONSTRUKTIVISTIK

1. Sejarah Lahirnya “Konstruktivistik”


Menurut Von Glaserved (1988) pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini
dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget.
Namun, bila ditelusuri dengan mendalam, gagasan pokok kontruktivistik dimulai oleh
Giambatista Vico, seorang Epistemolog dari Italia. Pada tahun 1740, Vico dalam De
Antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Bagi Vico,
pengetahuan selalu merujuk pada struktur konsep yang dibentuk. Ini berbeda dengan kaum
empiris yang melihat pengetahuan hanya dari segi luarnya saja. Perkembangan
konstruktivisme dalam belajar ini juga tidak terlepas dari usaha Jean Piaget dan Lev
Vygotsky.

7
2. Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik
Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha (2002 : 16) adalah
proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme menekankan pada pengembangan
kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiran siswa (mind-on) Horleys, et al.
(Isjoni, 2007 : 22). Tobin dan Timmons (Isjoni, 2007 : 22) menegaskan bahwa
pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat
hal, yaitu: 1) berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior knowledge), 2) belajar
melalui pengalaman (experiences), 3) melibatkan interaksi sosial (social iriteraction), dan
4) kepahaman (sense making). Menurut Samsul Hadi (2010) Konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma yang menganggap bahwa kebenaran
suatu realitas sosial dapat dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu
realitas sosial itu bersifat relatif. Konstruktivisme menganggap bahwa tidak ada realitas
ataupun kebenaran tunggal (tidak pasti). Slavin (1994:225) mengungkapkan bahwa
konstruktivisme dalam sejarah pendidikan lahir dari gagasan-gagasan Piaget dan
Vigotsky. Lev Vygotsky merupakan pencetus teori belajar yang menempatkan siswa
sebagai objek aktif. Salah satu kalimat yang sering menjadi prinsip dalam pembelajaran
adalah “Jangan melihat orang dari balik otak semata, tapi lihat pula apa yang di
belakangnya”. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru.

3. Prinsip Teori Konstruktivistik


Prinsip dari teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut.
● Belajar adalah kegiatan aktif dalam seseorang/ siswa dalam
membangun/mengkonstruksi pengetahuannya.
● Seorang siswa yang melakukan aktivitas belajar dapat mendapatkan
solusi/penyelesaian dari berbagai konflik dengan berbagai gagasan dan konsep
lain
● Belajar merupakan aktivitas pencarian/penemuan makna
● Pembentukan pengetahuan tidak semata- semata perorangan, tetapi merupakan
suatu hubungan interaksional dengan guru, orang tua, teman sebaya dan
masyarakat sekitarnya.
● Belajar adalah upaya konseptualisasi.

8
● Belajar dilakukan dengan secara menyeluruh dan mendalam dalam
mengkonstruksi pengetahuan siswa.
● Mengajar merupakan suatu kegiatan guru untuk memberdayakan siswa,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan telaah ulang,
merefleksi diri, melakukan pemaknaan terhadap pengalaman-pengalaman nyata
dalam kehidupan siswa.
● Mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa melalui upaya
menyelaraskan ide-ide/gagasan baru dengan ide/gagasan/konsep yang telah
dipelajari sebelumnya, dengan cara yang unik berdasarkan kemampuan dasar
yang dimilikinya.

4. Tujuan dan Manfaat Teori Konstruktivistik


● Memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan kerjasama dalam proses
belajar yang dengannya dapat memperkuat pengetahuan/pemahaman yang
diperolehnya
● Mendorong siswa untuk secara aktif melakukan interaksi dengan
lingkungannya yang dengannya ia dapat memperoleh suatu perubahan perilaku
yang lebih baik dan lebih maju
● Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan sehingga
menumbuhkan rasa percaya diri untuk berkembang dan melakukan berbagai
perubahan progresif dalam dirinya

5. Ciri Teori Konstruktivistik


Beberapa ciri dari teori konstruktivistik adalah sebagai berikut.
● Siswa membangun sendiri pemahamannya
● Belajar yang baru bergantung pada pemahaman sebelumnya
● Belajar difasilitasi oleh interaksi sosial
● Belajar yang bermakna terjadi didalam tugas-tugas belajar mandiri

6. Implementasi Teori Konstruktivistik dalam Dunia Pendidikan


Paradigma konstruktivistik ini memberikan banyak kontribusi terhadap berbagai
teori pendidikan termasuk pula pada teori pembelajaran. Konstruktivistik berpendapat
bahwa siswa bukan hanya dibentuk oleh pengetahuan yang di transfer dari proses
pembelajaran baku (Transfer of Knowledge), namun siswa terbentuk melalui belajar
aktif dengan lingkungannya dan mendapatkan pengetahuan aktif dengan
lingkungannya dan mendapatkan pengetahuan secara diskursif dengan lingkungan
sosialnya.
Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menerapkan teori belajar konstruktivistik
ini adalah sebagai berikut.

9
● Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan;
● Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan
tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai
cara;
● Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari-hari;
● Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau
dengan lingkungannya;
● Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif;
● Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi
menarik dan siswa mau belajar.
Pendidikan dengan teori konstruktivistik telah cukup lama diterapkan di Indonesia,
misalnya dalam metode cooperative learning dalam pembelajaran tematik, penerapan
metode Cara Belajar Siswa Aktif, dan Kurikulum 2013.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradigma adalah gambaran dasar dari sebuah ilmu. Paradigma dalam ilmu sosial
dibagi menjadi 4 yaitu positivistik, konstruktivistik, postpositivistik, dan kritis.
Positivistik merupakan teori belajar yang menekankan siswa mendapatkan
pembelajaran melalui pengalaman. Sedangkan konstruktivistik lebih menekankan
keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran, yang guru hanya bertugas untuk
memfasilitasi saja bukan mentransfer pembelajaran secara baku kepada siswa. Contoh
implementasi dalam teori belajar positivistik adalah salah satunya ketika dalam sebuah
materi pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka guru akan mengajak siswa untuk
berpikir kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti kenapa hujan itu terjadi.
Sedangkan salah satu contoh dari teori belajar konstruktivistik adalah pada kurikulum
2013, dimana konsep pembelajaran kurikulum 2013 mengarah pada proses
pengembangan peserta didik menjadi pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

B. KRITIK DAN SARAN


Setiap teori pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Diharapkan
orang tua dan guru dapat memilih teori pembelajaran mana yang dirasa paling efektif
untuk diterapkan pada peserta didik. Karena pada dasarnya setiap peserta didik
memiliki kemampuan menerima pembelajaran yang berbeda-beda dalam setiap
individu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bd, Abd Rohman, et al. PENGERTIAN PENDIDIKAN, ILMU PENDIDIKAN DAN

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN, vol. 2, 2022, p. 8.

Haryanto, et al. Ilmu Pendidikan Landasan Filosofis, Rujukan Teoretik, dan

Terapannya. Yogyakarta, UNY Press, 2018.

Nugroho, Irham. POSITIVISME AUGUSTE COMTE: ANALISA EPISTEMOLOGIS

DAN NILAI ETISNYA TERHADAP SAINS, vol. Xi, no. 2, 2016, p. 11.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 2007.

Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta, Kanisius,

2010.

Sutisna, Yaya. POSITIVISME AUGUSTE COMTE: ANALISA EPISTEMOLOGIS DAN

NILAI ETISNYA TERHADAP SAINS, 2013, p. 22.

U.S, Supardi. ARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM TATARAN KEBIJAKAN

DAN IMPLEMENTASI, 2015, p. 11.

12

Anda mungkin juga menyukai