Disusun oleh :
Aulia Amanah (22108241009)
Nadia Salas Azzahroh (22108241094)
Wanda Widyaningrum (22108244044)
Faisya Firdaus (22108244063)
Amalia Retno Suparto (22108249001)
Penyusun
1
DAFTAR ISI
COVER 0
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 5
D. MANFAAT 5
BAB II ISI 7
A. POSITIVISTIK 7
1. Sejarah lahirnya “Positivistik” 8
2. Pengertian Teori Belajar Positivistik 8
3. Tujuan dan Prinsip Teori Positivistik 9
4. Ciri dan Karakteristik Teori Positivistik 9
5. Implementasi dari Teori Positivistik dalam Dunia Pendidikan 9
B. KONSTRUKTIVISTIK 10
1. Sejarah Lahirnya “Konstruktivistik” 10
2. Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik 10
3. Prinsip Teori Konstruktivistik 11
4. Tujuan dan Manfaat Teori Konstruktivistik 11
5. Ciri Teori Konstruktivistik 12
6. Implementasi Teori Konstruktivistik dalam Dunia Pendidikan 12
DAFTAR PUSTAKA 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pemikiran manusia setiap saat selalu terjadi perubahan, seperti
berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat
pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Pendidikan memiliki peranan penting
sebagai citra masa depan suatu bangsa. Salah satu cita-cita bangsa Indonesia merdeka
yaitu mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi hal yang harus diutamakan. Ilmu pendidikan
sendiri adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara
sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang
menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses
bantuan Untuk membantu anak-anak dewasa mencapai kedewasaan untuk
mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang bermakna.
Ilmu pendidikan sebagai sebuah disiplin bisa dikatakan relatif baru, apabila dika
dibandingkan dengan ilmu sosial atau ilmu sains. Oleh karena itu tidak heran jika
dalam perkembangannya harus terbuka pada paradigma ilmu lain seperti ilmu sosial.
Menggunakan analisis sosiologis untuk mengetahui fenomena pendidikan di
Indonesia memerlukan instrumen lengkap seperti paradigma, perspektif, konsep, teori,
serta metodologi. Maka dari itu berikut ini akan kami uraikan beberapa paradigma
yang dikenal dalam ilmu sosial yang diharapkan bisa menjadi pilihan rujukan
paradigmatik bagi ilmu pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian paradigma pendidikan?
2. Bagaimana sejarah lahirnya teori positivistik?
3. Apa pengertian teori positivistik?
4. apa saja tujuan dan prinsip dari teori positivistik?
5. Bagaimana ciri dan karakteristik dari teori positivistik?
6. Bagaimana implementasi dari teori positivistik dalam dunia pendidikan?
7. Bagaimana sejarah lahirnya teori positivistik?
8. Apa pengertian teori konstruktivistik?
9. Apa saja prinsip dari teori konstruktivistik?
10. apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran konstruktivistik?
11. Bagaimana ciri dari teori konstruktivistik?
12. Bagaimana implementasi teori konstruktivistik dalam dunia pendidikan?
3
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu paradigma pendidikan.
2. Mengetahui sejarah lahirnya teori positivistik
3. Mengetahui pengertian dari teori positivistik.
4. Mengetahui apa saja tujuan dan prinsip dari teori positivistik.
5. Mengetahui ciri dan karakteristik dari teori positivistik.
6. Mengetahui bagaimana implementasi teori positivistik dalam dunia
pendidikan.
7. Mengetahui sejarah lahirnya teori konstruktivistik.
8. Mengetahui pengertian teori konstruktivistik.
9. Mengetahui apa saja prinsip dari teori konstruktivistik.
10. Mengetahui tujuan dan manfaat dari pembelajaran konstruktivistik.
11. Mengetahui bagaimana ciri dari teori konstruktivistik.
12. Mengetahui implementasi teori konstruktivistik dalam dunia pendidikan.
D. MANFAAT
1. Memenuhi tugas dari Bapak Teguh Arie Sandy M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Pendidikan.
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca mengenai pendidikan
yang menerapkan teori belajar positivistik dan konstruktivistik.
3. Menunjang pemahaman penulis untuk menekuni dan mempelajari mata kuliah
Ilmu Pendidikan.
4
BAB II
ISI
Sebuah paradigma adalah gambaran dasar dari pokok perhatian dari sebuah ilmu.
Paradigma berfungsi untuk mendefinisikan apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus
ditanyakan, bagaimana cara untuk menanyakannya, serta kaidah-kaidah apa yang harus
diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang didapatkan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2016: 6) mengemukakan bahwa paradigma
pendidikan merupakan cara pandang dan proses memahami pendidikan nasional dalam
bentuk pengamatan dan proses pencarian cara mengatasi permasalahan dalam pendidikan
nasional. Menurut Th. Kuhn (1963) dalam The Structure of Scientific Revolutions
mendefinisikan paradigma sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang masuk akal, sebagai
“suatu model atau pola yang diterima” (dalam Turner, 2012: 764). Menurut Kuhn, seorang
ilmuwan selalu bekerja dengan paradigma tertentu untuk memecahkan kesulitan yang muncul
dalam ilmunya.
Pengertian secara umum paradigma pendidikan sebuah gambaran dasar dari pokok masalah
ilmu secara rinci yang mengandung pengertian:
● Cara memandang sesuatu
● Dalam ilmu pengetahuan model atau pola, dari model itu fenomena dipandang dan
dijelaskan
● Menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret
● Dasar untuk menyeleksi problem dan pola untuk memecahkan problem riset.
Guba dan Lincoln (1994) membedakan paradigma dalam ilmu sosial meliputi positivistik,
konstruktivistik, postpositivistik, dan teori kritis.
A. POSITIVISTIK
5
bertentangan dengan apa yang tertulis di kitab sangat amat tabu pada saat itu. Galileo
Galilei harus dieksekusi mati dengan meminum racun. Namun justru gagasan mereka
menginspirasi banyak temuan lainnya seperti Newton, James Watt, Graham Bell, dan
lain sebagainya.
Karena sejarah ilmu pengetahuan itu maka kemudian muncul upaya pembuatan
dokumen pengetahuan sendiri yang berimplikasi melahirkan paradigma positivistik.
Dokumen pengetahuan yang berimplikasi pada paradigma positivistik dipelopori oleh
Sekolah Wina dengan Moritz Schlick sebagai perintisnya. Perkembangan positivistik
juga tidak lepas dari tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi
manusia, yang secara linier bergerak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Maka dari
itu Auguste Comte menjadi pendiri sekaligus tokoh terpenting aliran positivisme.
Auguste Comte adalah figur yang paling representatif untuk positivisme sehingga dia
dijuluki Bapak Positivisme.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang
menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Istilah positivisme digunakan pertama kali
oleh Saint Simon (sekitar 1825). Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofis
tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris Francis Bacon
(sekitar 1600). Saint Simon percaya bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang
valid, dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan
demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta,
menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
6
4. Ciri dan Karakteristik Teori Positivistik
Ciri dan karakteristik dari teori positivistik adalah sebagai berikut.
● Teori positivistik didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur penelitian yang
baku.
● Teori ini bersifat deduktif dengan pandangan yang didalamnya terdapat realitas
objektif.
● Teori ini mengadopsi dari pendekatan ilmu alam.
B. KONSTRUKTIVISTIK
7
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil interaksi
dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme menekankan pada
pengembangan kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiran siswa (mind-on)
Horleys, et al. (Isjoni, 2007 : 22). Tobin dan Timmons (Isjoni, 2007 : 22) menegaskan
bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus
memperhatikan empat hal, yaitu: 1) berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior
knowledge), 2) belajar melalui pengalaman (experiences), 3) melibatkan interaksi sosial
(social iriteraction), dan 4) kepahaman (sense making). Menurut Samsul Hadi (2010)
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma yang menganggap bahwa
kebenaran suatu realitas sosial dapat dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan
kebenaran suatu realitas sosial itu bersifat relatif. Konstruktivisme menganggap bahwa
tidak ada realitas ataupun kebenaran tunggal (tidak pasti). Slavin (1994:225)
mengungkapkan bahwa konstruktivisme dalam sejarah pendidikan lahir dari gagasan-
gagasan Piaget dan Vigotsky. Lev Vygotsky merupakan pencetus teori belajar yang
menempatkan siswa sebagai objek aktif. Salah satu kalimat yang sering menjadi prinsip
dalam pembelajaran adalah “Jangan melihat orang dari balik otak semata, tapi lihat pula
apa yang di belakangnya”. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya
terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu
proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru.
8
● Mengajar merupakan suatu kegiatan guru untuk memberdayakan siswa,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan telaah ulang,
merefleksi diri, melakukan pemaknaan terhadap pengalaman-pengalaman
nyata dalam kehidupan siswa.
● Mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa melalui upaya
menyelaraskan ide-ide/gagasan baru dengan ide/gagasan/konsep yang telah
dipelajari sebelumnya, dengan cara yang unik berdasarkan kemampuan dasar
yang dimilikinya.
9
● Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua
mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan
dengan berbagai cara;
● Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari-hari;
● Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain
atau dengan lingkungannya;
● Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif;
● Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi
menarik dan siswa mau belajar.
Pendidikan dengan teori konstruktivistik telah cukup lama diterapkan di Indonesia,
misalnya dalam metode cooperative learning dalam pembelajaran tematik, penerapan
metode Cara Belajar Siswa Aktif, dan Kurikulum 2013.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Paradigma adalah gambaran dasar dari sebuah ilmu. Paradigma dalam ilmu sosial
dibagi menjadi 4 yaitu positivistik, konstruktivistik, postpositivistik, dan kritis.
Positivistik merupakan teori belajar yang menekankan siswa mendapatkan
pembelajaran melalui pengalaman. Sedangkan konstruktivistik lebih menekankan
keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran, yang guru hanya bertugas
10
untuk memfasilitasi saja bukan mentransfer pembelajaran secara baku kepada siswa.
Contoh implementasi dalam teori belajar positivistik adalah salah satunya ketika
dalam sebuah materi pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka guru akan
mengajak siswa untuk berpikir kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti
kenapa hujan itu terjadi. Sedangkan salah satu contoh dari teori belajar
konstruktivistik adalah pada kurikulum 2013, dimana konsep pembelajaran kurikulum
2013 mengarah pada proses pengembangan peserta didik menjadi pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
DAFTAR PUSTAKA
DAN NILAI ETISNYA TERHADAP SAINS, vol. Xi, no. 2, 2016, p. 11.
11
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
2010.
12