1. Sejarah
Arsitektur Barok adalah gaya bangunan, desain, dan seni yang sangat mewah
yang berasal dari Italia selama abad ke-17 dan menyebar ke seluruh Eropa, dan
akhirnya, AS. Arsitekturnya ditandai dengan bentuk yang sangat detail, marmer,
dekorasi skala besar, dan warna cerah. Gaya Barok dimaksudkan untuk mewakili
kemuliaan Gereja Katolik Roma.
Lukisan dan pahatan dalam gaya Barok menjadi aspek integral bangunan di Italia
dan di seluruh Eropa Barat. Akibatnya, arsitek memandang struktur seperti gereja
sebagai pahatan besar dibandingkan dengan kotak dengan dinding persegi dan
bentuk bangunan tradisional.
Fakta Menarik
Arsitektur Barok memiliki beberapa tumpang tindih dengan arsitektur Renaissance.
Renaissance berlangsung antara 1400 dan 1600, dan periode Barok mengikuti
setelahnya. Dengan demikian, arsitek Barok mengadaptasi bentuk klasik dari
Renaisans dan dari Roma. Misalnya, Saint Peter’s Basilica adalah gereja Barok di
Kota Vatikan yang memiliki fitur-fitur terinspirasi Renaisans.
Singkatnya, arsitektur Barok adalah gaya bangunan teatrikal yang berasal dari Italia
pada abad ke-17. Bangunan bergaya Baroque didominasi oleh gereja, rumah besar,
dan istana dan dimaksudkan untuk menampilkan kekayaan, kekuasaan, dan
keindahan. Periode arsitektur Barok tidak ada di Amerika Utara, tetapi tema khusus
seperti dinamisme dan Chiaroscuro telah diimplementasikan ke dalam bentuk seni
dan gaya bangunan lainnya.
Arsitektur Barok memiliki perbedaan halus tergantung negaranya. Saat gaya Barok
menjadi populer, lokasi mengubah karakteristik dasarnya agar sesuai dengan
agenda dan gaya hidup mereka. Dalam kebanyakan kasus, bangunan didekorasi
dengan berat dan menggabungkan elemen yang tampak tidak biasa dan bahkan
belum selesai.
Dua contoh arsitektur Barok yang terkenal adalah gereja Santa Susanna dan Istana
Caserta di Italia.
Gambar 1.1 Gereja Santa Susanna, Italia (s3-us-west-
2.amazonaws.com)
Era Baroque terbagi jadi 3 bagian, seperti:Early Baroque,High Baroque, dan Late
Baroque.
Early Baroque
Masa ini berlangsung pada tahun 1584 sampai tahun 1625 dan sangat populer di
Roma. Arsitektur ditampilkan dengan bentuk melengkung pada dinding sehingga ada
efek motion.
Selain itu, bangunan gereja juga khas dengan fresco yang penuh pada langit-langit
dan pencahayaan yang semakin menambah kemegahan bangunannya.
Gambar 1.3
(https://pin.it/7xpIlpIGq)
High Baroque
Era kedua adalah high Baroque yang terjadi pada tahun 1625 sampai tahun 1675.
Desainnya tak hanya berkembang di Roma saja, namun mulai bergerak ke wilayah
negara lain, seperti Spanyol dan Prancis.
Bangunan yang diusung masih sama, namun sudah mulai merambah ke bangunan
publik, seperti teater seni dan bangunan di pusat kota.
2. Karakteristik
Berikut ciri elemen-elemen kunci dalam Arsitektur Barok :
A. Kubah atau kubah besar. Kubah ini umumnya diposisikan di tengah bangunan.
Gambar 2
(https://pin.it/6OpuJURmi)
B. Motif dan dekorasi yang rumit. Detailnya sangat rumit, yang menambah
kemewahan dan kesucian ruangan.
Gambar 2.1
(https://images.app.goo.gl/iM81aZrKGcoAzJzc6)
C. Patung berlapis emas di interior dan eksterior. Patung-patung itu terbuat dari
plester atau marmer dan memiliki warna dan tekstur yang sangat kontras.
Gambar 2.2
(https://images.app.goo.gl/qpizJgK45VvBayHPA)
E. Atap mansard miring ganda. Elemen atap ini adalah ciri utama arsitektur Barok
Prancis dan digabungkan di banyak kastil atau rumah pedesaan.
Gambar 2.4
(https://images.app.goo.gl/D9H5GegTcKZviMHHA)
3. Tipologi Bangunan
Denah lantai dasar berbentuk geometris paling ‘bergerak’ (fluid) dan yang
menciptakan rasa pergerakan. Ruang tengah yang lebih luas, terkadang berbentuk
sirkuler dan terdapat kapel-kapel di bagian samping sepanjang dinding.
Gambar 3
(https://archidkot.blogspot.com/2016/07/arsitektur-barok-rokoko.html)
Jenis-jenis bangunan pada masa Barok diantaranya :
C. Bangunan-bangunan umum lainnya yang memiliki skala besar, tempat ziarah, dan
pusat-pusat kegiatan interaksi masyarakat baik formal maupun nonformal
Gambar 4
(https://en.wikipedia.org/wiki/Gian_Lorenzo_Bernini)
B. Carlo Maderno (Capolago, Swiss, 1556 – 30 Januari 1629)
Gambar 4.1
(https://id.wikipedia.org/wiki/Carlo_Maderno)
Gambar 4.2
(https://en.wikipedia.org/wiki/Francesco_Borromini)
5. Tata Kota
Pada zaman Barok, beberapa kota di Italia menjadi pusat-pusat penting bagi
perkembangan seni, arsitektur, dan budaya Barok. Berikut beberapa kota di Italia
yang memiliki pengaruh kuat pada zaman Barok:
a. Roma: Sebagai ibu kota Katolik dan pusat kekuasaan gereja Katolik Roma, Kota
Eterna menjadi pusat penting bagi seni Barok. Karya-karya besar seperti Basilika
Santo Petrus, Gereja Gesù, dan Fontana di Trevi adalah contoh-contoh penting dari
seni dan arsitektur Barok di Roma.
b. Firenze (Florence): Firenze tetap menjadi pusat seni yang penting pada zaman
Barok. Meskipun Gerakan Barok lebih mendominasi di Roma dan Venezia, beberapa
seniman dan arsitek Barok seperti Gian Lorenzo Bernini dan Pietro da Cortona
mempengaruhi perkembangan seni di Firenze.
c. Venezia (Venice): Meskipun lebih terkenal dengan seni Renaisans, Venezia juga
memiliki beberapa karya Barok yang signifikan, terutama dalam seni lukis dan
arsitektur. Gereja Santa Maria della Salute adalah salah satu contoh arsitektur Barok
yang penting di Venezia.
d. Napoli (Naples): Sebagai salah satu kota terbesar di Italia selatan, Napoli
memiliki warisan Barok yang kaya. Gereja San Carlo alle Quattro Fontane, yang
didesain oleh Francesco Borromini, adalah contoh penting dari arsitektur Barok di
kota ini.
e. Palermo: Sebagai ibu kota Sisilia, Palermo memiliki banyak contoh arsitektur
Barok yang menakjubkan, terutama di gereja-gereja dan istana-istana di kota ini.
Kota-kota lainnya seperti Bologna, Turin, dan Genoa juga memiliki warisan Barok
yang signifikan, meskipun tidak sebesar kota-kota utama seperti Roma, Firenze, dan
Venezia.
Gambar 5 St. Peter’s Square, Vatikan
(https://human.libretexts.org/Bookshelves/Art/Art_History_(Boundless)/
21%3A_The_Baroque_Period/21.02%3A_Architecture_of_the_Baroque_Period)
Di Spanyol, periode Barok, yang berkisar antara abad ke-17 hingga awal abad ke-18,
melihat perubahan signifikan dalam tata kota dan perencanaan perkotaan. Beberapa
ciri khas dari tata kota periode Barok di Spanyol termasuk:
a. Plaza Mayor: Plaza Mayor, atau alun-alun utama, menjadi pusat kehidupan
sosial dan politik di banyak kota Spanyol pada periode Barok. Alun-alun ini sering
didesain dengan rancangan simetris, dikelilingi oleh bangunan-bangunan penting
seperti gereja, balai kota, dan toko-toko.
b. Sumur dan Monumen: Plaza Mayor sering dilengkapi dengan monumen, patung,
atau fontain yang menambah kemegahan dan keindahan alun-alun. Sumur sering
ditempatkan di tengah-tengah alun-alun sebagai titik fokus dan tempat berkumpul.
c. Jalan-Jalan Utama yang Luas: Perencanaan kota pada periode Barok di
Spanyol sering kali mencakup pembangunan jalan-jalan utama yang lebar dan
teratur, menghubungkan Plaza Mayor dengan bagian-bagian lain kota.
d. Arsitektur Religius: Gereja-gereja Barok menjadi bagian penting dari tata kota di
Spanyol pada periode ini. Gereja-gereja ini sering ditempatkan di sepanjang sumbu
utama kota atau di sekitar Plaza Mayor, menciptakan pemandangan dramatis.
e. Penggunaan Dekorasi: Bangunan-bangunan di Spanyol pada periode Barok
sering kali dihiasi dengan dekorasi yang kaya, termasuk hiasan-hiasan arsitektural,
patung-patung, dan ukiran-ukiran yang rumit.
f. Kota-kota Baru: Beberapa kota Barok di Spanyol bahkan direncanakan dan
dibangun dari awal sebagai kota-kota baru, dengan tata kota yang simetris dan
teratur. Contoh terkenal termasuk kota-kota seperti Madrid dan Salamanca.
Meskipun tidak sekuat di Eropa daratan, tata kota pada zaman Barok di Inggris
mencerminkan perkembangan sosial, politik, dan budaya pada masa itu. Banyak ciri
khas dari tata kota ini masih dapat dilihat di beberapa kota-kota besar di Inggris,
terutama di London.
6. Klasifikasi Kota
Kota-kota di Italia pada zaman Barok memiliki beberapa karakteristik yang khas, baik
dalam hal tata kota maupun arsitektur. Berikut adalah beberapa karakteristik utama
dari kota-kota di Italia pada periode Barok:
a. Plaza Mayor atau Piazza: Plaza Mayor atau piazza menjadi pusat kehidupan
sosial, politik, dan agama di kota-kota Italia pada zaman Barok. Alun-alun ini sering
dihiasi dengan fontana atau patung, dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan penting
seperti gereja, istana, dan balai kota.
b. Arsitektur Barok: Arsitektur Barok mencerminkan kekayaan, kekuasaan, dan
kemegahan gereja Katolik Roma. Gaya ini sering kali ditandai dengan fasade yang
dramatis, dekorasi yang kaya, kolom-kolom, pilaster, dan elemen-elemen arsitektural
lainnya yang rumit.
c. Gereja-gereja Besar: Pembangunan gereja-gereja besar menjadi ciri khas tata
kota Italia pada zaman Barok. Gereja-gereja ini sering ditempatkan di lokasi
strategis, seperti di sepanjang sumbu utama kota atau di sekitar Plaza Mayor, dan
menjadi pusat kegiatan keagamaan dan budaya.
d. Axis Urban atau Sumbu Kota: Perencanaan kota pada periode Barok sering
menekankan pada pembangunan sumbu utama atau axis urban yang
menghubungkan bangunan-bangunan penting dalam kota. Axis ini memberikan
struktur terorganisir dan mengarahkan pandangan ke bangunan-bangunan penting.
e. Rekayasa Ruang Terbuka: Taman-taman kota, alun-alun, dan tempat-tempat
rekreasi umum dibangun dengan rancangan simetris dan teratur. Ruang terbuka ini
memberikan tempat untuk masyarakat berkumpul, beristirahat, dan berinteraksi.
f. Fokus pada Perspektif: Desain tata kota Barok sering menggunakan teknik
perspektif untuk menciptakan ilusi ruang yang dalam dan dramatis. Bangunan-
bangunan ditempatkan secara strategis untuk menciptakan pandangan jalan yang
panjang dan efek optik yang menakjubkan.
g. Kota-kota Baru: Beberapa kota Barok di Italia bahkan direncanakan dan
dibangun dari awal sebagai kota-kota baru.
Pada periode Barok di Italia, yang berkisar antara akhir abad ke-16 hingga awal
abad ke-18, perkiraan jumlah penduduknya sekitar 12 hingga 14 juta orang.
Perkiraan ini didasarkan pada data historis dan perkiraan demografi untuk periode
tersebut.
c. Kubah dan Lengkungan : Kubah dan lengkungan adalah fitur yang umum dalam
arsitektur Barok Italia. Bangunan gereja sering kali memiliki kubah yang megah,
seringkali ditopang oleh tiang-tiang kokoh. Lengkungan sering digunakan untuk
menciptakan efek dramatis dan memperkuat perasaan gerakan dan keanggunan.
Gambar 6.2
(https://images.app.goo.gl/X6mGgZshTpba5jz66)
f. Desain Interior yang Megah : Interior bangunan Barok sering kali sama megahnya
dengan fasadnya. Ruangan-ruangan dalam bangunan sering kali dihiasi dengan
fresko-fresko, lukisan-lukisan, ukiran-ukiran, dan karya seni lainnya yang
menampilkan kekayaan dan keindahan seni rupa Barok.
Gambar 6.5
(https://images.app.goo.gl/cyByRABm8CH3XmfAA)
g. Fokus pada Efek Dramatis : Bangunan Barok sering kali dirancang untuk
menciptakan efek dramatis, baik melalui penggunaan cahaya dan bayangan,
maupun melalui pengaturan elemen-elemen arsitektur untuk menciptakan kontras
dan perasaan gerakan.
Gambar 6.6
(Arsitag)
h. Penekanan pada Efek Emosional : Arsitektur Barok sering kali bertujuan untuk
membangkitkan perasaan emosional, seperti kagum, ketaatan, atau keagungan. Hal
ini sering dicapai melalui penggunaan proporsi-proporsi yang dramatis, pencahayaan
yang menarik, dan pengaturan ruang yang menyentuh perasaan spiritual.
Gambar 6.7
(https://images.app.goo.gl/BchzojGQNeKyRk8d8)
a. Plaza Mayor: Plaza Mayor menjadi pusat kehidupan sosial, politik, dan budaya
di banyak kota Spanyol pada zaman Barok. Alun-alun ini sering dihiasi dengan
fontana, patung, atau monumen yang menghiasi pusat kota. Contohnya adalah
Plaza Mayor di Madrid yang ikonik.
d. Axis Urban atau Sumbu Kota: Kota-kota Barok di Spanyol sering kali
direncanakan dengan sumbu utama atau axis urban yang menghubungkan berbagai
bangunan penting seperti istana, gereja, dan Plaza Mayor. Sumbu ini memberikan
struktur terorganisir dan memandu pandangan ke tempat-tempat penting dalam kota.
f. Fokus pada Perspektif dan Efek Optik: Tata kota Barok di Spanyol sering
menggunakan teknik perspektif untuk menciptakan ilusi ruang yang dalam dan
dramatis. Bangunan-bangunan ditempatkan secara strategis untuk menciptakan efek
optik yang memukau.
Pada zaman Barok, Inggris mengalami beberapa perubahan dalam tata kota dan
perencanaan perkotaan, meskipun ciri khasnya mungkin sedikit berbeda dari di
daratan Eropa. Berikut adalah beberapa karakteristik kota pada zaman Barok di
Inggris:
b. Arsitektur Gaya Barok: Arsitektur Barok mulai mempengaruhi tata kota di Inggris
pada periode ini, terutama dalam pembangunan istana, gereja-gereja besar, dan
bangunan-bangunan penting lainnya. Fasade-fasade yang megah dengan dekorasi
kaya sering ditemukan di sepanjang jalan-jalan utama.
f. Plaza Mayor Inggris: Walaupun tidak sering disebut Plaza Mayor, alun-alun
besar seperti Covent Garden di London menjadi pusat kehidupan sosial,
perdagangan, dan budaya. Tempat-tempat seperti ini menjadi titik fokus dalam tata
kota yang berkembang pada zaman Barok di Inggris.
7. Pola Ruang
Pola ruang dalam arsitektur Barok sering kali mencerminkan prinsip-prinsip simetri,
kesan dramatis, dan penggunaan efek optik untuk menciptakan ruang yang
mengesankan. Berikut adalah beberapa pola ruang yang umum ditemui dalam
arsitektur Barok:
A. Simetri: Simetri adalah salah satu karakteristik utama dalam pola ruang arsitektur
Barok. Bangunan-bangunan Barok sering kali dirancang dengan simetri yang
sempurna di sepanjang sumbu pusat vertikal dan horizontal. Simetri menciptakan
keseimbangan visual yang kuat dan memberikan kesan kemegahan.
Gambar 7
(https://archidkot.blogspot.com/2016/07/arsitektur-barok-rokoko.html)
B. Pola Ruang Terbuka: Arsitektur Barok sering kali menggunakan pola ruang
terbuka yang besar dan luas, seperti ruang utama gereja atau aula istana. Ruang
terbuka ini memberikan kesan luas, dramatis, dan memukau, sering kali didukung
oleh atap tinggi dan kubah yang mengesankan.
Gambar 7.1
(https://images.app.goo.gl/mBVrakutLAfSNu7v9)
C. Penggunaan Kolom Pilaster: Kolom dan pilaster adalah elemen arsitektural yang
sering digunakan dalam arsitektur Barok untuk membagi ruang dan menciptakan
kesan vertikal yang kuat. Kolom-kolom yang ditempatkan secara teratur di sepanjang
dinding dapat memberikan struktur yang tegak dan kuat pada pola ruang.
D. Efek Optik dan Perspektif: Arsitek Barok sering menggunakan efek optik dan
teknik. perspektif untuk menciptakan ilusi ruang yang dalam dan dramatis.
Bangunan-bangunan ditempatkan secara strategis untuk menciptakan pandangan
yang menarik dan memukau bagi para pengunjung.
Gambar 7.3
(https://images.app.goo.gl/4TPdbFg4xkdYXvdF7)
E. Pola Ruang Interior: Di dalam bangunan, pola ruang Barok sering kali mencakup
aula besar, galeri-galeri, dan ruang utama gereja yang luas. Pola ruang ini dirancang
untuk menciptakan ruang yang indah dan megah, sering kali dihiasi dengan dekorasi
kaya dan ukiran yang rumit.
Gambar 7.4
(https://images.app.goo.gl/H986efq3wTqp18UQ9)
Pola ruang dalam arsitektur Barok mencerminkan aspirasi artistik, kekuatan politik,
dan kekayaan ekonomi masyarakat pada masa itu. Penggunaan simetri, ruang
terbuka, efek optik, dan dekorasi yang kaya adalah ciri khas yang menonjol dalam
pola ruang arsitektur Barok.
8. Studi Bangunan
Eropa
Chiesa del Gesù
Gereja Induk Serikat Yesus, sebuah ordo/tarekat Gereja Katolik Roma yang dikenal
dengan sebutan kaum Yesuit. Resminya bernama Chiesa del Santissimo Nome di
Gesù all'Argentina (Gereja Nama Yesus Yang Paling Suci), fasad-nya adalah "fasad
bergaya Barok murni pertama", memperkenalkan gaya Barok ke dalam dunia
arsitektur. Gereja ini menjadi model bagi bangunan-bangunan gereja Yesuit yang tak
terhitung jumlahnya di seluruh dunia, terutama di Benua Amerika. Gereja Gesù
terletak di Piazza del Gesù di kota Roma.
Ide bangunan gereja ini lahir pada tahun 1551 dari Santo Ignatius Loyola,
pendiri Serikat Yesus, dan aktif selama masa Reformasi Protestan dan Reformasi
Katolik selanjutnya, Gereja Gesù juga menjadi rumah dinas bagi Superior Jendral
Serikat Yesus hingga masa penindasan terhadap Yesuit pada tahun 1773.
Atas dasar permintaan seorang Kardinal Spanyol Bartolomeo de la Cueva,
menawarkan diri untuk merancang bangunan gereja ini secara cuma-cuma sebagai
devosinya, pekerjaan pembangunan gereja ini didanai oleh Kardinal Alessandro
Farnese, cucu dari Paus Paulus III, Sri Paus yang merestui pendirian Serikat Yesus.
Akhirnya, para arsitek utama yang terlibat di dalam pembangunannya adalah
Giacomo Barozzi da Vignola, seorang arsitek bagi keluarga Farnese, dan Giacomo
della Porta. Gereja ini dibangun di tempat yang sama dengan gereja
sebelumnya Santa Maria della Strada, dimana Santo Ignatius Loyola pernah berdoa
di depan lukisan Sang Perawan Suci. Lukisan ini, yang saat ini telah dihiasi dengan
berbagai batu mulia, bisa dilihat di dalam gereja dalam Kapel Ignatius yang berada di
sebelah kanan altar.
Pembangunan gereja ini dimulai pada tanggal 26 Juni 1568 berdasarkan rancangan
Vignola. Vignola dibantu oleh seorang imam Yesuit, Romo Giovanni Tristano, yang
nantinya mengambil alih pekerjaan ini dari Vignola pada tahun 1571. Ketika ia
meninggal dunia pada tahun 1575 pekerjaannya dilanjutkan oleh seorang arsitek
Yesuit, Giovanni de Rosis. Giacomo della Porta terlibat dalam pembangunan struktur
langit-langit (cross-vault), kubah dan langit-langit kubah (apse).
Rancangan gereja ini menjadi bentuk contoh bagi gereja-gereja Yesuit yang
berlangsung hingga abad ke-20, sementara inovasi-inovasinya masih dipakai hingga
hari ini. Gereja Induk Yesuit ini dibangun menurut syarat-syarat baru yang
dikembangkan selama Konsili Trento. Tidak terdapat narthex atau lobby bangunan
gereja lagi: para pengunjung gereja diarahkan untuk langsung masuk ke dalam
ruangan inti gereja, sebuah ruangan tanpa lorong, sehingga para umat dapat
semuanya terkumpul dan perhatian mereka terfokus pada altar. Sebagai ganti
lorong, dibangunlah beberapa kapel yang serupa yang saling berhubungan, dimana
jalan masuknya dikontrol oleh balustrade dekoratif dengan pagar.
Rancangan bangunan gereja ini menggabungkan rancangan inti dari
gaya Renaissance Tinggi, yang diekspresikan melalui ukuran kubah yang besar dan
gaya bangunan gereja Fransiskan dan Dominikan semenjak abad ke-13.Gereja
Gesù adalah rumah bagi lukisan abad ke-15 Madonna Della Strada yang sangat
dihormati, tampak disini setelah proses restorasinya pada tahun 2006. Gereja Gesù
ditahbiskan oleh Kardinal Giulio Antonio Santori, wakil dari Paus Gregorius XIII pada
tanggal 25 November 1584.
A. Denah
B. Fungsi ruang
C. Foto
D. Langgam
Indonesia
Gereja Blenduk
Gereja Blenduk Semarang merupakan Gereja yang dibangun pada 1753 ini
merupakan salah satu landmark di Kota Lama. Berbeda dari bangunan lain di Kota
Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung
yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras. Bentuknya lebih menonjol . Lokasi
bangunan ini berada di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang dan
bernama Gereja GPIB Immanuel. Bangunan gereja yang sekarang merupakan
bangunan setangkup dengan facade tunggal yang secara vertikal terbagi atas tiga
bagian. Jumlah lantainya adalah dua buah. Bangunan ini menghadap ke Selatan.
Gereja ini masih dipergunakan untuk peribadatan setiap hari Minggu. Di sekitar
gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda seperti
Gedung Marba.
Gereja Protestan yang lazim disebut Gereja Blenduk nama ini diberikan merunut
pada bentuk kubahnya yang dalam bahasa Jawa disebut Blenduk (menggembung),
sampai sekarang nama asli gereja ini tidak diketahui.
Mula-mula Gereja di bangun pada tahun 1753, berbentuk rumah panggung Jawa,
dengan atap berarsitektur model Jawa. Pada tahun 1787 rumah panggung ini
dirombak total. Tujuh tahun berikutnya diadakan kembali perubahan. Pada tahun
1894, gedung ini dibangun kembali oleh H.P.A. de Wilde dan W.Westmas. Gereja ini
dibangun pada abad ke-17 dan telah mengalami 3 kali renovasi, yaitu pada tahun
1753, 1894 dan terakhir tahun 2003.
Setiap renovasi diabadikan lewat tulisan di atas batu marmer yang terpasang di
bawah alter gereja. Renovasi-renovasi tersebut sama sekali tidak merubah ciri khas
bangunan yang mengadopsi gaya arsitektur barok.
Gereja Blenduk memiliki denah octagonal atau segi delapan beraturan dengan ruang
induk di tengah, tepat di bawah kubah. Di bagian atas gereja, tepatnya di balkon
masih terlihat organ (orgel) peninggalan jaman Belanda yang sudah berusia ratusan
tahun. Sayang orgel ini sudah tidak bisa difungsikan lagi sebagai pengiring saat
jemaah gereja bernyanyi.
A. Denah
A. Ekspresif dan Dramatis: Arsitektur Baroque dikenal karena ekspresi visual yang
dramatis dan teatrikal. Gaya ini menciptakan kesan gerakan dan kehidupan melalui
penggunaan detail yang kaya dan kompleks.
B. Keselarasan dengan Seni dan Musik: Gaya Baroque sering kali menampilkan
pengaruh dari seni dan musik pada masa itu. Ini menciptakan hubungan sinergis
antara berbagai bentuk seni, menghasilkan kesan yang kuat dan berkesan.
C. Pemakaian Ruang yang Efektif: Arsitektur Baroque sering kali menggunakan efek
optik untuk menciptakan ilusi ruang yang lebih besar atau lebih tinggi. Penggunaan
trompe-l'oeil dan perspektif yang ekstrim membantu menciptakan kesan ruang yang
dramatis dan spektakuler.
C. Tidak Cocok untuk Semua Konteks: Gaya Baroque mungkin tidak cocok untuk
semua konteks atau lingkungan. Penggunaan yang berlebihan dari detail dan
elemen dramatis dapat terasa tidak sesuai dalam lingkungan yang lebih sederhana
atau tradisional.
D. Perubahan Mode dan Selera: Seperti halnya gaya arsitektur lainnya, Baroque
juga mengalami perubahan mode dan selera dari waktu ke waktu. Ini bisa membuat
beberapa bangunan Baroque terlihat ketinggalan zaman atau tidak sesuai dengan
selera kontemporer.
https://arsitektur.uma.ac.id/2020/10/13/apa-itu-arsitektur-barok/
https://archidkot.blogspot.com/2016/07/arsitektur-barok-rokoko.html
https://human.libretexts.org/Bookshelves/Art/Art_History_(Boundless)/
21%3A_The_Baroque_Period/21.02%3A_Architecture_of_the_Baroque_Period
"Art Through the Ages" karya Helen Gardner
"History of Italian Renaissance Art" karya Frederick Hartt
“The Art Bulletin"
"Journal of the Society of Architectural Historians"
"A History of Venice" karya John Julius Norwich
"Naples in the Eighteenth Century: The Birth and Death of a Nation State" karya Girolamo
Imbruglia
"Spanish Baroque Art and Architecture" karya Jonathan Brown
"Baroque Spain and the Writing of Visual and Material Culture" karya Helen Hills
"Urbanism in the Age of Climate Change" karya Peter G. Rowe
"The City in the Spanish Baroque" karya Alisa Luxenberg
"Journal of Urban History"
"Journal of the Society of Architectural Historians"
"The Baroque Towns of England" oleh David Watkin
"London: A Social and Cultural History, 1550-1750" oleh Robert O. Bucholz
"Urban History"
"Journal of British Studies"
"Baroque Architecture" oleh Andrew Hopkins
"Baroque: Architecture, Sculpture, Painting" oleh Rolf Toman
"Baroque and Rococo Architecture" oleh Werner Müller
https://blkp.co.id/blogs/detail/keunikan-desain-arsitektur-baroque