Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang
dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar
yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara
aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau
komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan
tindakan. Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual
yang melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi,
relevansi, bukti suara, alasan yang baik, kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan.
Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
a. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian
dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat
b. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk
menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan
masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan
c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap
permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan
konsekuensi praktis
d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah
yang kompleks.
Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan
masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur:
a. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan
masalah tersebut
b. Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah
c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan)
d. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai
e. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam
f. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat
g. Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi
h. Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan
i. Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah
2
j.Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas
k.Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan
sehari-hari.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai
beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis,
diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau pemahaman akan
pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung
kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan
dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis.
Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care
sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan
secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan
menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat berjalan
dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.
3
BAB III
PENERAPAN CRITICAL THINKING DALAM KASUS PERSALINAN
Kasus
Ny. A umur 38 tahun telah melahirkan anak ke 6 jenis kelamin laki-laki 40 menit yang lalu di
BPM “X “, sampai saat ini plasenta belum lahir. Hasil pemeriksaan didapatkan kontraksi
uterus berkurang, kondisi ibu menurun, perdarahan 420 cc, keadaan umum ibu lemah.
4
rahim, overdistensi rahim, kontraksi
uterus hipertonik, grandemulti.
b. Data Objektif
Pemeriksaan umum
- KU : Lemah
- Kesadaran: Composmentis
- Tensi : 90/60 mmHg
- Nadi : 96 x/menit
- Suhu : 37,2 oC
- Pernafasan : 26 x/menit
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
o Muka : pucat, berkeringat bila
terjadi perdarahan banyak
o Mata :Conjungtiva pucat
apabila terjadi perdarahan
banyak
o Genetalia :Perdarahan
pervaginam sedikit sampai
banyak, tali pusat terjulur
sebagian
- Palpasi
Perlu dilakukan diagnosa banding
bila:
o TFU sepusat pada retensio
plasenta separasi atau akreta
parsial
o TFU 2 jari bawah pusat pada
retensio plasenta inkorserata
o TFU sepusat pada retensio
plasenta akreta
o Bentuk uterus diskoit pada
retensio plasenta separasi atau
5
akreta parsial
o Bentuk uterus agak globuler
pada retensio plasenta
inkarserata
o Kontraksi uterus keras pada
retensio plasenta inkarserata
o Kontraksi uterus cukup pada
retensio plasenta akreta
o Kontraksi uterus lembek
o Ekstremitas teraba dingin
Pemeriksaan penunjang
- Golongan darah
Hb
- Pemeriksaan ginekologi
Pada pemeriksaan pervaginam,
plasenta tidak ditemukan di dalam
kanalis serviks tetapi secara parsial
atau lengkap menempel di dalam
uterus
6
uterus diskoid,
perdarahan
sedang-banyak.
Terjelujur
sebagian, ostium
uteri terbuka,
separasi plasenta
lepas sebagian,
syok sering,
merupakan
gambaran
separasi/akretapar
sial. (Maryunani,
2013)
7
D.2. DO: jam setelah
- Tampak pengeluaran darah persalinan
kurang lebih 500cc. berlangsung.
- TTV : Kegagalan
TD: 100/60mmHg. kontraksi otot
N : 92 x/menit. rahim
P : 20 x/menit. menyebabkan
S : 36,5°C. pembuluh darah
pada bekas
Potensial syok hipovolemik. implantasi plasenta
1. D.S : terbuka sehingga
- Pengeluaran darah banyak. menimbulkan
- Mengeluh pusing. perdarahan (Buku
2. D.O: Panduan Praktis
- Tampak pengeluaran darah Pelayanan
±500cc. Kesehatan Maternal
- TTV : dan Neonatal,
TD : 100/50 mmHg 2010)
N : 92 x/menit.
P : 20 x/menit. Perdarahan (syok
S : 36,5°C. hypovolemik)
terjadi karena
volume cairan
darah intravasculer
berkurang dalam
jumlah yang
banyak dan dalam
waktu yang singkat.
Penyebab utama
ialah perdarahan
akut >20% volume
darah total. (Buku
Panduan Praktis
Pelayanan
8
Kesehatan Maternal
dan Neonatal,
2010)
4. TINDAKAN SEGERA Tindakan pemasangan infuse cairan Mengidentifikasi
DAN KOLABORASI RL dengan oksitosin 20 unit dalam perlunya tindakan
500 ml dengan 40 tetes/menit, segera oleh bidan
manual plasenta dan kolaborasi atau dokter dan untuk
pemberian antibiotik dengan dokter dikonsultasikan atau
SpOG. (Prawirohardjo,2014) ditangani bersama
dengan anggota tim
kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi
klien.
(Prawirohardjo,2014)
5. PERENCANAAN Bila terjadi perdarahan (Walyani, Plasenta mungkin
2016) : tidak keluar oleh
- Drips oksitosin (oxytocin karena kandung
drips) 20 IU dalam 500 ml kemih atau rectum
larutan Ringer Lactat atau penuh oleh karena itu
NaCl 0,9% (normal saline) harus di kosongkan.
sampai uterus berkontraksi (Eilsabeth,2016)
- Plasenta coba dilahirkan Hampir sebagian
dengan Brandt Andrews, jika besar pelepasan
berhasil lanjutkan dengan plasenta disebabkan
drips oksitosin untuk oleh gangguan
mempertahankan uterus. kontraksi uterus.
- Jika plasenta tidak lepas (Walyani, 2016)
dicoba lepas dicoba dengan
tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta
adalah perdarahan pada kala
III persalinan kurang lebih
400 cc, retensio plasenta
9
setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan
yang sulit seperti forcep
tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan
untuk eksplorasi jalan lahir,
tali pusat putus.
- Setelah selesai tindakan
pengeluaran sisa plasenta,
dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika
melalui suntikan atau peroral
kemudian pemberian
antibiotika apabila ada tanda-
tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder
Bila tidak terjadi perdarahan:
perbaiki keadaan umum penderita
dan lakukan stabilisasi dengan
pemberian infus atau transfusi
lalu rujuk (Walyani, 2016)
10
mempertahankan uterus.
- Jika plasenta tidak lepas
dicoba lepas dicoba dengan
tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta
adalah perdarahan pada kala
III persalinan kurang lebih
400 cc, retensio plasenta
setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan
yang sulit seperti forcep
tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan
untuk eksplorasi jalan lahir,
tali pusat putus.
- Setelah selesai tindakan
pengeluaran sisa plasenta,
dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika
melalui suntikan atau peroral
kemudian pemberian
antibiotika apabila ada tanda-
tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder
Bila tidak terjadi perdarahan:
perbaiki keadaan umum penderita
dan lakukan stabilisasi dengan
pemberian infus atau transfusi
lalu rujuk (Walyani, 2016)
11
TTV ibu dalam batas normal tindakan sesuai
- Tekanan Darah : prosedur tindakan
100/70 mmHg pada atonia uteri.
- Nadi : 85 (Maryunani, 2013)
kali/menit
- Respirasi : 22
kali/menit
- Suhu : 37 OC
BAB IV
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan
oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi
atas intelektualitas mereka. Dalam menangani berbagai masalah dan penyulit dalam
persalinan perlu dilakukan critical thinkinng untuk menangani masalah- masalah tersebut.
3.2 Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang
critical thinking dalam Asuhan Kebidanan Persalinan sehingga dapat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
13
Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ( Jakarta : 2010)
Maryunani, Anik dan Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:TIM
14