Anda di halaman 1dari 7

ADMINISTRASI TES

A. Pelaksanaan Tes
Administrasi tes adalah urutan penyelenggaraan atau pelaksanaan tes dari awal sampai akhir
dengan laporan tertulis secara lengkap.
Dalam laporan termasuk interpretasi dan kesimpulan hasil pengetesan, bahkan disertai
rekomendasi.

Administrasi tes pada tes kelompok/klasikal:


1. Persiapan
a. Menetapkan jumlah subjek yang akan dites
b. Menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan
c. Menyiapkan buku tes dg perlengkapannya
2. Pelaksanaan
a. Subjek masuk ruang tes dan duduk
b. Tester melakukan rapport (sapaan, dan terimakasih)
c. Asisten membagi lembar jawaban dan subjek tulis identitas
d. Identitas telah terisi lalu buku soal dibagikan kepada subjek dalam keadaan tertutup (tidak
boleh dibuka)
e. Buku telah diterima, buka halaman pertama. Asisten mengawasi subjek.
f. Tester membacakan petunjuk tes dengan jelas hingga selesai. Lalu tanyakan, apakah sudah
jelas? Apakah ada yang ingin ditanyakan?
g. Setelah semua jelas, subjek mengerjakan soal-soal tsb. Stopwatch berjalan.
h. Waktu sudah habis, berikan instruksi ‘Stop’.
i. Asisten mengumpulkan lembar jawaban dan buku soal.
j. Satu subtes selesai, istirahat bbrp menit. Teruskan tes berikutnya.
k. Jika buku tes terdiri dari bbrp subtes, harus dikerjakan secara berurutan. Lembar jawaban
sudah diberikan sebelumnya.
l. Jika subjek terdiri dari beberapa kelompok, pekerjaan tes perlu dikelompokkan (dipisah-
pisah)
3. Skoring
a. Siapkan kunci jawaban
b. Hasil skoring ditulis di baris tertentu yang telah ada di lembar jawaban.
c. Seluruh hasil penyekoran dimasukkan dalam daftar skor menurut kelompoknya masing-
masing
d. Jika ada yang ragu-ragu, perlu dikoreksi ulang
e. Setelah selesai, diproses tahap selanjutnya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes:


• Rapport
• Membangun hubungan yang baik antara klien dan psikolog.
• Sangat penting! Dapat meningkatkan skor pengetesan.
• Keterlibatan ego
• Siatuasi yang melibatkan kepentingan klien, agar tercipta kerjasama yang baik.
• Motivasi
• Dorongan yang sebaik-baiknya pada klien.
• Tes kognitif → agar klien berusaha sungguh-sungguh
• Tes non kognitif → agar klien menjawab sesuai dg keadaannya → tidak ada yg
benar/salah

B. Laporan Pemeriksaan Psikologis


Laporan pemeriksaan psikologis → sarana untuk mengkomunikasikan data.
Hasil interpretasi dari masing-masing data diorganisir dan disistematisir kemudian disimpulkan →
menjadi pemahaman mengenai klien yang utuh.

Laporan psikologis atau psychological report


harus memenuhi beberapa syarat:
• Kejelasan laporan (clarify of the report)
• Gunakan istilah dan kalimat yang mudah dipahami
• Laporan secukupnya yang penting jelas
• Relevan dengan tujuannya (relevance to goal)

Sesuai dengan tujuannya → untuk klasifikasi gangguan, untuk
mendeskripsikan klien dsb
• Kemanfaatan laporan (usefulness of report)
• Manfaat tdk hanya utk klien, namun jg utk perkembangan ilmu, kesejahteraan
manusia, pendidikan, industri, dsb.
• Sebab laporan psikologis tdk mempunyai nilai praktis:
• Informasi yang disajikan terlalu sedikit
• Pernyataan-pernyataan yang dipakai tidak tepat

Format Laporan Psikologis (Groth-Marnat, 2010)

Tidak ada format laporan tunggal yang disepakati namun setiap laporan harus mengintegrasikan
informasi lama dan perspektif baru dan unik ttg klien. Isi dari laporan psikologis, sbb:
• Informasi lama mengenai informasi pengidentifikasi (nama, tanggal lahir, dll), pertanyaan
rujukan, riwayat yang relevan.
• Informasi baru mengenai hasil-hasil asesmen, kesan-kesan, rangkuman/kesimpulan, dan
rekomendasi
Dibagian atas laporan, harus menyebutkan ttg kerahasiaan dg menuliskan “Evaluasi Psikologis
Rahasia”.

I. Pertanyaan Rujukan
Memberikan deskripsi singkat tentang klien dan sebuah pernyataan tentang alasan umum untuk
melaksanakan evaluasi psikologis.
Secara khusus, bagian ini memasukkan sebuah deskripsi singkat tentang masalahnya.

II. Prosedur Evaluasi


Menyebutkan tes-tes yang akan diberikan dan prosedur-prosedur evaluasi lainnya, tetapi tidak
termasuk hasil-hasil tesnya.

III. Observasi Perilaku


Deskripsi tentang perilaku klien dapat memberikan insight tentang masalahnya dan bisa menjadi
sumber data.
Observasi berhubungan dengan penampilan klien, observasi perilaku secara umum, atau interaksi
antara pemeriksa-klien.
IV. Informasi Latar Belakang (riwayat yang relevan)

• Berisi aspek-aspek riwayat yang relevan dengan masalah yang dihadapinya dan interpretasi hasil-
hasil tes.
• Informasi latar belakang dibuat seringkas mungkin.
• Riwayat pribadi klien bisa termasuk informasi dari masa bayi, masa kanak-kanak, remaja, dan
dewasa

V. Hasil-hasil Tes
Skor tes tidak perlu diperinci, kecuali laporan psikologis diberikan untuk kalangan yang memang
paham akan skor-skor dalam hasil tes.
VI. Kesan-kesan dan Interpretasi

• Bagian ini sering disebut dengan ‘Diskusi’


• Sebagai bagian utama dari laporan
• Isi: temuan-temuan evaluasi disuguhkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang terintegrasi
• Disusun berdasarkan pada pengintegrasian data tes, observasi perilaku, riawayat yang
relevan , dan data lain yang tersedia
Kesimpulan dan diskusi dapat berkaitan dengan bidang lainnya seperti kekuatan dan kelemahan
kognitif, kesulitan emosional, konsep disi, coping style, hubungan interpersonal, dan kekuatan-
kekuatan klien.
VII. Rangkuman dan Rekomendasi

• Bagian rangkuman adalah untuk menyatakan kembali secara ringkas temuan-temuan dan
kesimpulan-kesimpulan pokok laporan.
• Dipilih bahasan yang paling penting.
• Disarankan berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan rujukan dengan memberikan
jawaban-jawaban singkat bernomor sesuai dengan pertanyaan rujukan (jika bernomor).
• Bagian rekomendasi merupakan tujuan praktis pokok laporan karena menyebutkan langkah-
langkah apa yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalahnya.
• Harus memahami jelas masalahnya, alternatif-alternatif terbaik untuk menyelesaikan
masalah, dan sumber daya yang tersedia di masyarakat.

C. Norma Tes Psikologis


1. Validitas

• Valid dapat diartikan sebagai kesahihan atau keabsahan


• Tes harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
• Valid = mampu mengukur apa yang mau diukur
• Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsi
ukurnya
o Contoh: hendak mengukur kecemasan, maka alat ukur kecemasan yang valid adalah
yang benar-benar dapat mengungkap kecemasan yang dialami oleh individu.
2. Reliabilitas
• Keajegan, konsisten, keterandalan, kepercayaan.
• Reliabel yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran itu dapat dipercaya
• Suatu tes yang baik harus memiliki reliabilitas yang tinggi
• Ingin mengukur panjang meja, bagaimana?
• Panjang meja akan diukur dengan menggunakan jengkal tangan, maka hasil pengukuran
bisa valid tetapi tidak reliabel.
• Mengukur panjang dengan menggunakan meteran maka hasil pengukurannya valid dan
reliabel.
• Oleh karena itu dalam alat ukur harus memenuhi syarat valid dan reliabel

Test-retest Reliability
• Mengulang tes yang sama, pada orang yang sama, di kesempatan yang berbeda
• Kesalahan/eror bisa terjadi dari kondisi tes yang tidak terkontrol, mis: cuaca, kebisingan,
kecemasan
• Menunjukkan sejauhmana skor tes dapat digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang
berbeda
3. jenis-jenis Norma
• Norma adalah penyebaran skor-skor dari suatu kelompok yang digunakan sebagai patokan
untuk memberi makna pada skor-skor individu.
• Skor yang diperoleh itu memberikan suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu
yang satu dengan yang lain.
Jenis Norma
• Norma perkembangan
• Nilai rata-rata yang diperoleh kelompok umur tertentu
• Norma kelompok
• Skor subjek dibandingkan dengan skor kelompok.
• Cth: tes IST (raw score ditransformasikan ke dalam scale score)
• Skala ordinal
• Norma yang digunakan untuk mengidentifikasi tahap yang dicapai dalam perkembangan
fungsi-fungsi perilaku tertentu
• Norma persentil
• Norma yang menggambarkan posisi relatif seseorang dalam sampel standarisasi
• Standard score (Z-score)
• Skor yang mengungkapkan jarak individu dari nilai rata-rata (mean) dalam suatu
simpang baku/standar deviasi (SD)
4. Standarisasi
• Test yang baik haruslah yang sudah distandartkan (dibakukan)
• Tujuan: agar setiap testee mendapat perlakuan yang benar-benar sama
• Hal-hal yang perlu distandarisasi yaitu:
• Materi tes
• Penyelenggaraan tes
• Skoring tes
• Interpretasi hasil tes
• Diperlukan keseragaman yang meliputi jumlah materi yang digunakan, batas waktu,
instruksi-instruksi lisan.
• Instruksi lisan seperti:
• Isi instruksi (cara penyampaian)
• Perubahan suara
• Jeda waktu
• Ekspresi wajah
• Cara menjawab soal test
D. Metode Kualitatif & Kuantitatif
• Dalam psikodiagnostik, metode kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama, saling
melengkapi.
• Data kuantitatif berupa angka.
• Skor IQ, skor tes prestasi dsb
• Data kualitatif berupa informasi-informasi kategorisasi, dalam pernyataan-pernyataan
semantik (kalimat-kalimat).
• Nilai tesnya sangat tinggi, baik, atau kurang.
• Aspek-aspek lain yang memengaruhi data kuantitatif
Kuantitatif
• Dalam metode kuantitatif, misalnya tes kecerdasan, subjek tidak diikutsertakan, hanya hasil
skor yang dilihat.
• Metode kuantitatif, hanya memperhatikan benar atau salah, cukup atau tidak prestasi
seseorang.
• Kuantitatif hanya mengenal satu kemungkinan, disebut sifat monovalensi.
Kualitatif
• Metode kualitatif, subjek diikutsertakan, misalnya tes WAIS, subjek mendapatkan nilai
rendah pada subtes aritmatika, maka dalam pemeriksaan kualitatif, muncul pertanyaan,
“mengapa ia mendapat skor rendah dalam aritmatik?”
• Metode kualitatif mempunyai sifat probing, yaitu selalu dipertanyakan mengapa dan
bagaimana.
• Kualitatif memberi banyak kemungkinan, disebut sifat polivalensi.
• Kedua metode tersebut merupakan satu kesatuan, karena dalam psikodiagnostik pada
hakikatnya menuju diagnostik kepribadian, karena manusia merupakan suatu kesatuan.
• Mengukur kecerdasan tidak hanya sekedar angka saja.

E. Faktor Biopsikologis sebagai Determinan Kepribadian


• Faktor biopsikologis adalah faktor-faktor internal manusia yang berupa sistem-sistem
organis jasmaniah dan neurofisiologis, serta sistem-sistem fungsional kejiwaan, sebagai
penentu atau determinan internal kepribadian, yang kemudian berinteraksi
dengan faktor-faktor eksternal, yaitu lingkungan, sehingga terbentuklah tingkah
laku individu yang kemudian secara teknis disebut kepribadian.

Anda mungkin juga menyukai