Anda di halaman 1dari 5

Said Sadam Zuwanda

6052101387

Hukum Kekayaan Intelektual C

1. Dalam kasus ini, dapat diketahui bahwa B sedang mengajukan permohonan


hak paten atas mesin pemotong padi dan rumput, lalu B melaporkan A karena
telah memasarkan mesin pemotong padi dan rumput tersebut yang sedang
dimohonkan paten oleh B. Namun diketahui bahwa A sudah cukup lama
mengimpor mesin pemotong padi dan rumput itu dari China dan ternyata mesin
tersebut sebenarnya telah ada pemegang patennya di China. Karena hal
tersebut A menuntut B karena menurut A pihak B mempunyai itikad tidak baik
dan melakukan perbuatan mencari keuntungan secara tidak jujur karena telah
mengajukan paten terhadap produk mesin pemotong padi dan rumput yang
sudah dipatenkan di China.
Untuk mengetahui siapa yang sebenarnya memiliki hak atas paten produk
mesin pemotong padi dan rumput tersebut dan siapa inventornya, maka perlu
diingat bahwa dalam paten sebuah invensi harus memenuhi beberapa
persyaratan. Persyaratan untuk paten meliputi kebaruan, mengandung
langkah inventif dan dapat diterapkan di industri (Pasal 3 UU Paten). Kebaruan
sebagai salah satu persyaratan Paten yang paling penting, suatu invensi
dianggap baru jika pada tanggal penerimaan invensi tersebut tidak sama
dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya (Pasal 5 UU Paten). Yang
dimaksud disini teknologi yang diungkapkan sebelumnya ini merupakan
teknologi yang telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam
suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan, penggunaan, atau dengan
cara lain yang memungkinkan seorang ahli di bidangnya untuk melaksanakan
invensi tersebut sebelum:
a. Tanggal Penerimaan; atau
b. Tanggal Prioritas dalam hal Permohonan yang diajukan dengan Hak
Prioritas

Hak Prioritas adalah hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan yang


berasal dari negara yang tergabung di dalam Konvensi Paris tentang
Pelindungan Kekayaan Industri (Paris Convention for the Protection of
Industrial Property) atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization). Dengan adanya
hak prioritas, maka apabila suatu permintaan perlindungan atas hak milik
perindustrian telah didaftarkan oleh seseorang disalah satu negara anggota
Konvensi Paris, atas permintaan yang sama dapat dimintakan perlindungan
yang sama di negara-negara dari sesama anggota konvensi tersebut.
Permintaan-permintaan susulan tersebut akan dianggap didaftarkan pada
tanggal pendaftaran yang pertama. Jangka waktu yang diberikan untuk
mengajukan hak prioritas ini adalah selama 6 atau 12 bulan.1 Jadi Hak Prioritas
ini bertujuan untuk memperoleh pengakuan bahwa Tanggal Penerimaan di
negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota
salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian internasional
dimaksud. Jadi Tanggal Prioritas adalah tanggal pertama kali Paten diajukan
di negara asal di mana jika hak prioritas diakui maka tanggal yang diakui untuk
menentukan dokumen pembanding adalah tanggal prioritas.

Dengan pelaksanaan pendaftaran HKI di negara lain, maka secara yuridis HKI
yang telah didaftarkan tersebut memperoleh perlindungan dengan
mendapatkan hak ekslusifnya di negara tersebut selama jangka waktu
perlindungan. Bagi negara-negara sesama anggota Paris Convention, dalam
pendaftaran HKI bagi warga asing dapat menggunakan permohonan dengan
hak prioritas, dalam arti HKI didaftarkan dengan maksud memperoleh
perlindungan, serta dengan hak prioritas maka perlindungan berupa hak
ekslusif itu dianggap sudah ada sebelum pendaftaran dilakukan. Sebelum
pendaftaran dalam arti perlindungan telah dianggap ada pada sejak
penerimaan pendaftaran di negara asal. Bagi pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan HKI yang didaftarkan tersebut, baik sebelum ataupun sesudah
pendaftaran HKI dapat dikenakan tuntutan ganti rugi atau dilaporkan
melakukan tindak pidana dan penyelesaian menurut hukum.

1
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta Rajawali Pers 2015, hlm. 403
Maka apabila melihat kasus tersebut, tidak disebutkan bahwa paten tersebut
telah didaftar atau belum di Indonesia oleh pemilik paten mesin pemotong padi
dan rumput tersebut di China, namun walaupun begitu yang telah mematenkan
mesin itu di China tetap dianggap sebagai yang berhak atas paten dan
dianggap sebagai inventornya. Namun jika dia ingin melakukan perbuatan
hukum untuk melindungi patennya tersebut di Indonesia maka harus dilihat
apakah pemilik paten di China sudah mendaftarkan paten mesinnya di
Indonesia (lebih baik jika menggunakan hak prioritas) atau belum, jika sudah
maka pemilik paten di China sebagai inventor berhak mendapatkan
perlindungan hukum terhadap patennya karena dia telah memperoleh
perlindungan dengan mendapatkan hak ekslusifnya di negara Indonesia
sebagai negara dimana dia melakukan aktivitas komersial berupa impor atas
produknya, sehingga jika pemilik paten di China itu sudah mendaftarkan mesin
pemotong padi dan rumput tersebut dia menjadi dapat menuntut B atau
siapapun yang melanggar patennya di Indonesia. Tapi apabila dia tidak
mendaftarkan patennya tersebut (lebih baik jika menggunakan hak prioritas)
maka pemilik paten di China tersebut tidak akan mendapatkan perlindungan
hukum atas paten mesin pemotong padi dan rumput tersebut karena sifat dari
paten yang teritorial yang artinya perlindungan paten hanya menjangkau di
negara tempat paten tersebut didaftar.

Sehingga kondisinya apabila inventor produk mesin pemotong padi dan rumput
di China itu telah mendaftarkan paten mesinnya di Indonesia maka
permohonan pendaftaran paten yang dilakukan oleh B akan ditolak karena
adanya asas first to file sehingga tidak dimungkinkan jika permohonan paten
mesin pemotong padi dan rumput diterima. Namun jika apa yang dikatakan B
pada kasus di atas bahwa dapat dibuktikan mesin pemotong yang dimiliki B
berbeda dengan mesin pemotong A yang diimpor dari China, maka ada
kemungkinan bahwa B akan dapat mematenkan teknologi yang menjadi
pembeda dengan mesin pemotong padi dan rumput dari China itu dengan
paten sederhana dan harus memenuhi persyaratan yaitu kebaruan dan
manfaat dari inovasi produk.
2. Dengan adanya Pasal 2 ayat 6 (butir f) yang menyatakan bahwa nama varietas
yang diajukan untuk perlindungan varietas tanaman juga dapat diajukan
sebagai merek dagang, tujuan dari pembuat undang-undang Perlindungan
Varietas Tanaman sampai mengatur demikian memliki tujuan yang mungkin
tidak hanya sekedar mengenai kepentingan mengenai bisnis atau peningkatan
biaya produksi yang tinggi semata.
Dengan dimungkinkannya nama Varietas tanaman yang dapat dilindungi
dengan merek dagang, maka akan memberikan insentif ganda untuk pemulia
tanaman, sebagaimana yang telah diketahui bahwa Varietas Tanaman yang
ditemukan oleh pemulia tanaman adalah hal yang sulit dan terkadang
membutuhkan waktu yang lama sehingga memiliki nilai yang tinggi maka
karena itu perlu perlindungan hukum yang ekstrak dan cara itu dapat dilakukan
dengan ada insentif ganda untuk melindungi Varietas Tanaman tersebut.
Dengan dapat didaftarkannya nama Varietas Tanaman dengan Merek Dagang
maka itu sangat membantu dalam upaya melindungi Varietas Tanaman karena
pada Merek Dagang ada mekanisme Madrid Protocol yaitu mekanisme
administratif yang ditujukan untuk memperoleh perlindungan merek ke banyak
negara tanpa harus susah untuk datang ke negara tujuan tersebut, sehingga
dengan menggunakan mekanisme ini perlindungan terhadap Varietas
Tanaman dapat dijangkau dengan lebih luas dan dengan cara yang lebih
mudah.
Selanjutnya dengan diberikannya merek dagang akan membuat produk dari
pemilik varietas dapat dibedakan dengan produk lain dan akan membangun
sebuah citra dan juga membangun kepercayaan konsumen terhadap produk
tanaman tertentu seperti contohnya ada jagung B12, Jagung Bima yang
menggunakan merek dagang, karena nama uniknya itu maka produk tersebut
memiliki ciri khas tersendiri untuk membangun citra pada sebuah produk yang
pada akhirnya adalah akan meningkatkan keuntungan komersial yang jauh
lebih besar melalui pemasaran dan juga penghargaan atas reputasi produk
yang telah dibangun, karena dengan memiliki merek dagang yang kuat maka
akan membuka peluang meningkatkan pangsa pasar.
Maka menurut hemat saya tujuan dari pembuat undang-undang Perlindungan
Varietas Tanaman mengatur hal seperti yang ada pada Pasal 2 ayat 6 (buti f)
adalah karena dengan mendaftarkannya pada merek dagang maka akan
banyak keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemulia tanaman melalui
pendaftaran merek dagang ini, jadi dengan menambah biaya produksi di awal
untuk mengajukan permohonan merek dagang rasanya masih cenderung
menguntungkan dengan apa yang didapat oleh Pemulia Tanaman yaitu
perlindungan insentif ganda serta melalui mekanisme Madrid Protocol yang
memungkinkan perlindungan nama dari Varietas Tanaman itu dapat
menjangkau banyak negara, lalu dapat membangun citra dan reputasi dari
sebuah produk dan akan meningkatkan daya saing produk di dunia usaha.

Anda mungkin juga menyukai