Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH EDUKASI TENTANG POST PARTUM BLUES TERHADAP


TINGKAT PENGETAHUAN PADA IBU HAMIL TM II & TM III
DI RSIA RONA PANGKAL PINANG
TAHUN 2024

Di susun oleh :

DEWI MARYANTI
20100037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN INSTITUT CITRA
INTERNASIAONAL
TAHAUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap w

anita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstrua

si dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reprod

uksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan. Apabila keh

amilan direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi

disisi lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi dengan per

ubahan yang terjadi selama kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiolog

is maupun psikologis (Fatimah & Nuryaningsih, 2017). Penyesuaian dibutu

hkan dalam menghadapi peran dan aktivitas baru sebagai ibu pada minggu a

tau bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun psikologis.

Sebagian ibu postpartum berhasil menyesuaian diri dengan baik, namun seb

agian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya d

an mengalami gangguan–gangguan psikologis, salah satunya adalah postpar

tum blues.

Berdasarkan data dari Word Health Organization ( WHO) Pada ta

hun 2018 di dapatkan 26% - 70% kejadian postpartum blues di dunia. (W

HO) yang di lansir dalam BBC News pada tahun 2021 di Indonesia sekitar

10% wanita hamil dan 13% wanita yang baru melahirkan mengalami

gangguan mental, terutama depresi. Angka kejadian postpartum blues di

Asia cukup tinggi antara 26 - 85%. Sedangkan kejadian postpartum blues


di Indonesia sekitar 50 - 70%, dari data tersebut terdapat sekitar 5 - 25%

ibu nifas postpartum blues dapat mengarah ke depresi postpartum . Angka

kejadian postpartum blues di beberapa negara seperti Jepang berkisar

15 - 50%, Amerika Serikat 27%, Prancis 31,3%, Yunani 44,5%.


Prevalensi untuk Asia berkisar 26 - 85% (WHO 2021 )
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 Prevalensi
kejadian postpartum blues sekitar 50% hingga 70% setelah melahirkan di
Indonesia dan terdapat sekitar 5 – 25% ibu nifas postpartum blues
mengarah ke depresi postpartum blues (Riskesdes,2019)
Berdasarkan data dari Dinas Profil Kesehatan Provinasi Kepualauan

Bangka Belitung Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2018 Angka

Kematian Ibu sebayak 167,24/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019

AKI mengalami penurunan menjadi 137,34/100.000 kelahiran hidup,

sedangkan pada tahun 2020 mengalami penurunan sebanyak 99,96 / 100.0

0 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2020 ).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Belitung

Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2022 sebanyak 57,28 per 100.000

kelahiran hidup, kematian neonatal 6,3% setiap 1000 kelahiran hidup,

kematian bayi 2,1% per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita 0.19%

setiap 1000 kelahiran hidup. Data kematian ibu dan bayi menurun

dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana tahun 2021 kematian ibu

berjumlah 17 orang dan kematian bayi 40 orang (Dinkes Kabupaten

Bangka Belitung 2021).

Berdasarkan data dari RSIA RONA Kota Pangkalpinang kunjungan

ibu hamil pada tahun 2021 sebanyak 879 ibu hamil, pada tahun 2022
jumlah kunjungan ibu hamil meningkat sebanyak 1.076 ibu hamil,

sedangkan pada tahun 2023 dari bulan Januari sampai dengan bulan

Desember kunjungan ibu hamil semakin meningkat sebanyak 1.342 orang

hamil (RSIA RONA Pangkalpinang 2023).

Postpartum blues atau lebih sering dikenal dengan istilah baby blues

merupakan suatu gangguan psikologis yang dialami ibu pada masa

postpartum yang ditandai beberapa gejala seperti perubahan mood, merasa

terlalu emosional, mudah menangis, letih, serta bingung dan pikiran kacau

(Adila et al., 2019), hal ini merupakan sindroma stress ringan pasca

melahirkan yang dialami oleh ibu dalam rentang 3-10 hari

(Girsang et al., 2019), Postpartum blues (baby blues) bisa menjadi gejala

gangguan depresi mayor ,lebih dari 20% Perempuan mengalami gangguan

depresi mayor dalam waktu 1 tahun setelah melahirkan jika tidak ditangani

dengan serius akan berkembang menjadi depresi postpartum dan yang

paling parah dapat berkembang menjadi postpartum psychosis (Yunita et

al.,2021).

Postpartum blues disebabkan oleh beberapa faktor seperti factor

biologis, fisik, psikis, maupun sosial. Oleh sebab itu, ada beberapa

tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan postpartum

blues pada ibu, yaitu dengan meminta bantuan suami atau keluarga jika

ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan lelah, memberitahu

suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan, meminta dukungan dan

pertolongan dari suami, buang rasa cemas dan khawatir ibu akan
kemampuan merawat bayi, dan cari hiburan serta luangkan waktu untuk

diri sendiri (Mansur, 2018). Peningkatan pengetahuan tentang postpartum

blues atau baby blues pada ibu hamil dan pasca bersalin mengalami

perubahan fisik maupun psikis. Oleh sebab itu ibu postpartum sangat

membutuhkan pengetahuan tentang postpartum blue /baby blues.Salah

satu peran perawat yaitu sebagai perawat pendidik, dalam menjalankan

perannya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang baby blues yaitu

dengan cara memberikan informasi melalui penyuluhan atau edukasi.

Edukasi tentang postpartum blues sangat penting untuk mencegah gejala

terjadinya depresi pada ibu baru melahirkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rikhaniarti et al 2022

dengan judul "Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Peningkatan

Parenting Self Efficacy ada Ibu Hamil Untuk Mencegah Partum Blues".

Metode penelitian yang di gunakan adalah quasiekperimen dengan 2

grup ,yaitu grup intervensi dan kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah

ibu hamil dibawah umur 20 tahun sebanyak 48 responden, dimana 24

responden pada grup intervensi diberikan edukasi postpartum serta

booklet. Sedangkan 24 responden grup kontrol hanya diberikan booklet

saja. uji stastistik yang digunakan Friedman, Mann Whetney, serta

Korelasi Rang Spearman's. Hasil penelittian menujukan bahwa pemberian

edukasi portpartum, parenting self effacay, postpartum blues, section

caesarea ditingkatkan kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini ada pengaruh


edukasi parenting self efficacy untuk mencegah terjadinya post partum

blues P= 0,000 (P<0,005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Asamoy et al 2023 dengan judul " Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020.

Desain penelitian ini adalah cros-sectional, populasi adalah ibu yang

menjalani persalinan normal di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda.

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling sebanyak 38 ibu

nifas. Pengambilan data dengan kuesioner karakteristik responden EPDS,

dan kuesioner dukungan sosial, dukungan keluarga dan pekerjaan. Analisis

data menggunakan chi-squar. Hasil penelitian ini diperoleh terdapat

hubungan signifikan antara variabel usia dengan p-value = 0,000, status

kehamilan p-value 0,003,pekerjaan p-value = 0,000, dan dukungan suami

p-value = 0,001 terhadap kejadian postpartum blues.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di RSIA

RONA dengan mewawancarai 7 ibu hamil tersebut, 4 ibu hamil tidak

mengalami kecemasan atau tidak takut menghadapi persalinan sedangkan 3

ibu hamil merasa cemas, takut serta khawatir tanpa sebab. Mereka merasa

sedih, tidak nyaman dengan fisiknya saat ini dan takut menghadapi

persalian.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik

mengangkat judul penelitian sebagai berikut Pengaruh Edukasi Tentang


Postpartum Blues Terhadap Tingkat Pengetahuan pada Ibu Hamil

Trimester ll dan Trimester lll di RSIA RONA Pangkalpinang.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini Ada

kah pengaruh edukasi tentang post partum blues terhadap Tingkat penegtah

uan pada ibu hamil trimester II & trimester III di RSIA RONA Pangkalpinan

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang post partum blues

terhadap Tingkat pengetahuan pada ibu hamil trimester II dan trimester

III di RSIA RONA Pangkalpinang

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui nilai rata-rata tingkat pengetahuan pada ibu ha

mil trimester II dan trimester III sebelum diberi edukasi tentang po

st partum blues di RSIA RONA Pangkalpinang.

b. Untuk mengetahui nilai rata-rata tingkat pengetahuan ibu hamil T

M II & TM III sesudah diberikan edukasi tentang post partum blu

es di RSIA RONA Pangkalpinang.

c. Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata Tingkat pengetahuan i

bu hamil TM II & TM III sebelum dan sesudah diberikan edulasi t

entang post partum blues di RSIA RONA pangkalpianag


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk memebekali penulis dibidang "Pengaruh edukasi tentang

post partum blues terhadap tingkat pengetahuan terhadap ibu hami

l.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

untuk memberi edukasi pencegahan tentang terjadinya post partum

blues pada ibu hamil.

3. Bagi institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan refrensi bacaan dan

diharapkan dapat menambah wawasan pembaca serta dapat

digunakan sebagai sumber penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka adalah proses mencari, membaca dan menganalisis makalah

yang relevan dengan subjek penelitian (Notoadmojo,2018). Pada tinjauan Pustaka

ini peneliti akan membahas tentang konsep kehamilan, post partum blues, konsep

tingkat pengetahun, konsep edukasi dan kerangka teori.

A. Konsep Dasar Kehamilam

1. Definisi kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada

Perempuan akibat adanya pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel

kelamin perempuan.Dengan kata lain, kehamilan adalah pembuahan ovum

oleh spermatozoa, sehingga mengalami nidasi pada uterus dan

berkembang sampai kelahiran janin (Pratiwi dan Fatimah, 2019). Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah

bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar rahim dan berakhir

dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir. Kehamilan adalah

mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak

lebih dari 300 hari (43 minggu). Pembagian kehamilan dibagi dalam 3
trimester : trimester I, dimulai dari konsepsi 7 sampai tiga bulan (0-12

minggu); trimester II, dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (13-

28 minggu); trimester III dari bulan tujuh sampai sembilan bulan (29-42

minggu) (Fatimah & Nuryaning sih, 2017).

2. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Tanda dugaan hamil

Amenore (terlambat datang bulan), mual dan muntah, pengaruh

estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang

berlebih, ngidam, sinkope atau pingsan, terjadi gangguan sirkulasi ke

daerah kepala, payudara tegang, sering miksi,obstipasi,

epulis,pigmentasi kulit, varises atau penampakan pembuluh darah.

b. Tanda pasti kehamilan

a) Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan

b) Pada pemeriksaan dalam meliputi :

1) Tanda Hegar : melunaknya segmen bawah uterus

2) Tanda Chadwiks : warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi

Ungu

3) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu arah sehingga

menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut

4) Kontraksi Broxton Hicks : bila uterus dirangsang mudah

berkontraksi

5) Tanda Ballotement : terjadi pantulan saat uterus ditekuk dengan


jari

a) Perut membesar

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

d) Gerakan janin dalam rahim : teraba gerakan janin, teraba bagian-

bagian janin

e) Denyut jantung janin : didengar dengan stetoskop laenec, alat

kardiotokografi, alat doppler, USG.(Fatimah &

Nuryaningsih,2017)

3. Tanda Bahaya Kehamilan

Menurut Arimini et al ( 2016) tanda bahaya kehamilan adalah suatu

gejala yang muncul akibat adanya infeksi atau gangguan yang terjadi

selama hamil (Armini et al.,2016). Tanda-tanda bahaya kehamilan yang

perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :

a. Bengkak di kaki, tangan, wajah dan sakit kepala yang terkadang

disertai kejang. Keadaan ini sering disebut keracunan

kehamilan/eklampsia.

b. Perdarahan per vagina

Perdarahan merupakan penyebab kematian pada ibu hamil paling

sering. Perdarahan pada kehamilan muda sebelum kandungan 3 bulan

bisa menyebabkan keguguran. Apabila mendapatkan pertolongan

secepatnya, janin mungkin dapat diselamatkan. Apabila tidak, ibu tetap

harus mendapatkan bantuan medis agar kesehatannya terjaga.


c. Demam tinggi

Hal ini biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria. Apabila

dibiarkan, demam tinggi pada ibu hamil membahayakan keselamatan

ibu dan dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur.

d. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Pecahnya ketuban sebelum waktunya merupakan tanda adanya

gangguan pada kehamilan yang dapat membahayakan keselamatan

janin dalam kandungan.

e. Ibu muntah terus dan tidak mau makan

Sebagian besar ibu hamil merasa mual dan kadang-kadang muntah

pada umur kehamilan 1-3 bulan. Kondisi ini normal dan akan hilang

pada usia kehamilan >3bulan. Namun, jika ibu tetap tidak mau makan,

muntah terus-menerus, lemah dan tidak bisa bangun, maka keadaan ini

berbahaya bagi kesehatan ibu dan keselamatan janin.

f. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak

Keadaan ini merupakan tanda bahaya pada janin. Hal ini disebabkan

adanya gangguan kesehatan pada janin, bisa juga karena penyakit atau

gizi yang kurang.

B. Konsep Post partum blues


1. Definisi Postpartum Blues

Postpartum blues merupakan fenomena psikologis yang terjadi pada

masa nifas yang berupa kesedihan ataupun kemurungan dan biasanya

munculpada waktu 2 hari sampai 2 minggu pasca persalinan (Rukiyah dan

Yulianti,2018). Postpartum blues adalah perubahan emosi yang berlebihan

seperti sedih, disporia dan gangguan emosional yang dialami 50-80% ibu

postpartum pada hari pertama setelah persalinan. Selama masa nifas,85%

dari ibu postpartum akan mengalami gangguan mood. Sebagian besar ibu

nifas mengalami gejala berat dan ringan, namun beberapa ibu nifas

mengalami gejala yang berkelanjutan. Sekitar 10-15% dari ibu postpartum

blues akan mengalami depresi postpartum ( Parwati., 2023).

2. Faktor Penyebab Postparum Blues

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2018) faktor penyebab postpartum blues,

yaitu:

a. Faktor hormonal

Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron

mempengaruhi terjadinya fluktuasi hormonal pada tubuh. Kadar

hormon kortisol atau hormon pemicu stres yang terdapat pada tubuh

ibu mengalami peningkatan, sementara kadar hormon progesteron

sangat rendah. Padawaktu yang sama, kadar hormon prolaktin dan

hormon laktogen mengalami peningkatan, dimana hormon ini

berperan dalam produksi ASI. Dan hal inilah yang akan menyebabkan

keletihan fisik serta memicu stres pada ibu.


Dalam penelitian Wulansari (2017) dikatakan bahwa

postpartum blues dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal nya yaitu terjadinya fluktuasi hormonal, dimana

hormon estrogen meningkat selama kehamilan dan akan menurun

setelah melahirkan sehingga hal ini bisa memicu terjadinya stres,

sedangkan hormon endorphin yang bisa me micu perasaan senang dan

bahagia mengalami penurunan saat melahirkan sehingga hal ini juga

bisa memicu terjadinya stres, selain itu hormon tiroid mengalami

ketidakstabilan pasca melahirkan sehingga hal ini membuat ibu

kurang bergairah

a) Faktor demografik

Faktor demografik yang menyebabkan postpartum blues yaitu

usia ibu yang terlalu tua atau terlalu muda, pengalaman kehamilan ma

upun persalinan, latar belakang ibu seperti status perkawinan, tingkat

pendidikan, status kehamilan, sosial ekonomi dan riwayat kejiwaan ib

u.

Hasil penelitian Saraswati (2018) melaporkan bahwa terdapat hubung

an antara usia ibu, pendidikan dan status obstetrik dengan kejadian p

ostpartum blues.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang menyebabkan postpartum blues yaitu

Dukungan suami dan keluarga. Kurangnya dukungan suami dan kelu

arga kepada ibu yang baru melahirkan dapat memicu terjadinya post
partum blues. Selain itu, kondisi bayi yang tidak sesuai dengan harap

an ibu dapat juga menjadi pemicu terjadinya postpartum blues.

c) Faktor fisik

Kelelahan akibat mengasuh bayi, memandikan, menyusui, mengga

nti popok dan lain sebagainya dapat menjadi pemicu ibu mengalami p

ostpartum blues, apalagi jika suami dan keluarga tidak membantu ibu

selama masa nifas, maka hal ini akan meningkatkan kemungkinan ibu

mengalami postpartum blues.

Hasil penelitian Sepriani et al (2020) melaporkan bahwa terdapat h

ubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian postpartu

m blues, dimana kelelahan fisik karena berkurangnya waktu untuk isti

rahat dan tidur akibat bertambahnya peran dan tanggung jawab dalam

mengurus bayi memicu terjadinya postpartum blues.

d) Faktor sosial

Ibu yang sulit beradaptasi dengan peran barunya sebagai seoran

g ibu serta adanya perubahan gaya hidup dan perasaan terkekang akib

at kehadiran bayi dan merasa dijauhi oleh lingkungan, akan meningka

tkan resiko ibu mengalami postpartum blues.

Hasil penelitian Ningrum (2017) melaporkan bahwa terdapat

hubungan antara penyesuaian diri dengan kejadian postpartum blues,

dimana semakin baik penyesuaian diri ibu nifas terhadap peran barun
ya sebagai ibu maka dapat mencegah dan menurunkan kejadian postp

artum blues.

3. Gejala Postparum Blues

Menurut Rini dan Kumala (2017) gejala postpartum blues yaitu :

a. Reaksi depresi/ disforia/ sedih

b. . Sering menangis

c. Cemas

d. Mudah tersinggung

e. Labilitas perasaan

f. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur

g. Cenderung menyalahkan diri sendiri

h. Mudah sedih

i. Cepat marah

j. Kelelahan

k. Mood mudah sekali berubah, cepat menjadi gembira dan cepat juga

menjadi sedih.

l. Perasaan bersalah

m. Perasaan terjebak dan marah pada pasangannya dan bayinya

n. Perasaan ku rang menyayangi bayinya

o. Perasaan kurang percaya diri

p. Pelupa
4. Dampak Postparum Blues

Postpartum blues yang tidak ditangani dengan baik akan berlanjut

menjadi depresi postpartum dan apabila setelah 6 minggu depresi tersebut

tidak hilang dan bertambah parah, maka selanjutnya kondisi ini akan menj

adipsikosis postpartum (Dale dan Dale, 2019).

Apabila postpartum blues berlanjut menjadi depresi postpartum, m

aka tingkat kesedihan ibu menjadi lebih intens, ibu sulit melakukan aktivit

as sebagai seorang ibu dan gejala gangguan depresi tersebut bisa menimbu

lkan dampak yang merugikan pada ibu, bayinya serta anggota keluarganya.

Dan jika depresi postpartum ini berlanjut menjadi psikosis postpartum, m

aka hal ini akan berdampak buruk pada ibu dan bayinya, seperti ibu berkei

nginan untuk bunuh diri atau ingin membunuh bayinya sendiri, juga ibu ak

an menolak untuk merawat bayinya, selain itu kondisi ini juga berdampak

buruk pada anggota keluarganya seperti ibu cenderung menarik diri dari li

ngkungannya (Purwati dan Kustiningsih,2017).

5. Komplikasi post Partum Blues

Jika tidak ditangani dengan tepat, Post partum blues dapat berkembang

menjadi depresi postpartum dengan gejala- gejala yang lebih berat dapat m

engganggu hubungan antara anak dengan ibunya dapat dan dapat menyeba

bkan permasalahan dalam keluarga(Halodoc,2019)

a. Bagi ibu

Depresi pasca melahirkan bisa meningkatkan resiko ibu mengalami

gangguan depresikronik dan depresi mayor.


b. Bagi ayah

Ibu yang mengalami depresi postpratrum juga bisa menebabkan ayah

mengalami depresi .

c. Bagi si kecil

Anak dengan ibu yang mengalami postpartum blues kemungkinan

akan mengalami gangguan emosi dan prilaku, seperti gangguan makan

dn tidur, mudah menagis, dan terlambat berbicara.

6. Penatalaksanaan dan Pencegahan Depresi Postpartum

1. Penatalaksanaan Depresi Postpartum

Penatalaksanaan terhadap depresi postpartum dilakukan melalui dua m

etode, yaitu:

a. Terapi Farmakologis

Metode farmakologis merupakan metode pengobatan depre

si postpartum dengan memberikan obat-obatan kepada pasien. Met

ode ini biasanya dipilih ketika sudah diberikan terapi nonfarmakolo

gis namun tidak berhasil. Terapi ini juga dapat diberikan jika pende

rita depresi postpartum lebih menyukai obat-obatan dibanding den

gan melakukan terapi non farmakologis. Obat-obatan antidepresan

yang sesuai dengan keadaan ibu menyusui harus diresepkan oleh p

sikiater. Selain antidepresan, biasanya juga diberikan sertraline. Re

sep pengobatan untuk ibu menyusui biasanya diberikan dengan dos

is 50 mg setiap hari selama satu minggu dan kemudian dilihat serta

dievaluasi efek samping obat tersebut. Jika masih ada keinginan un


tuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain, maka ditambah

kan dosis sesuai kebutuhan (Sari, 2020:). Terapi farmakologi umu

mnya dilanjutkan 6 hingga 12 bulan setelah remisi sempurna untuk

mengurangi resiko kekambuhan. Jika gejala-gejala masih timbul da

n terus mengalami kekambuhan, maka disarankan untuk menemui

psikiater. Bagi ibu yang menderita depresi postpartum dengan ting

kat cukup parah, sebaiknya melakukan kunjungan ke dokter agar d

apat diberikan terapi farmakologis seperti golongan tricycle antide

presant (TCAs). Terapi ini akan meringankan gejala-gejala dari dep

resi postpartum sehingga ibu dapat beraktivitas dengan normal (Gu

ille et al., 2020).

b. Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis merupakan cara pengobatan depres

i postpartum yang berupa terapi psikologis, di mana ibu dapat men

emukan cara yang tepat untuk menghadapi gejala depresi, mengata

si gangguan yang muncul, atau berpikir positif ketika situasi sedan

g tertekan (Pearlstein et al., 2009 dalam Sari, 2020).

Tindakan preventif juga bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya

postpartum blues.

2. Pencegahan post partum blues dapat dilakukan dengan beberapa

upaya sebagai cara untuk meminimalkan dampak perubahan hormonal

postpartum dan mengurangi stres postpartum blues dan dicegah (putri

.2019) antara lain


a. istirhat yang cukup

ibu postpartum perlu istirahat yang cukup. Sebab istirahat dapat

membantu meredakan stres yang dirasakan. ibu postpartum

disarankan agar membuat jadwal menjaga bayi dengan

pasangan .Selain itu, ibu harus membuat tubuh dan pikiran lebih

rilek dengan pijat ,membaca buku, atau merendam air hangat

b. Menceritakan kondisi yang dialami okeh ibu postpartum akan

membuat Ibu merasa tidak sendirian dan dapat meringankan beban

yang dirasakan

c. Tidak menyendiri

Berkumpul dengan orang-orang terdekat akan membantu ibu lebih

tenang sebab berkumpul dengan orang lain bisa mengalihkan

pikiran dengan hal-hal yang membuat stres

d. Mengurangi melakukan pekerjaan rumah

seperti menyapu,mencuci piring atau mengepel saat sedang

kelelahan . Ibu lebih baik fokus mengunakan energinya mengurus

kebutuhan bayi jika memungkinkan. Ibun postpartum lebih baik

meminta bantuan kepada keluarga atau teman untuk membantu

merawat rumah dan bayi. Faktor yang juga berperan penting

dalam pencegahan post partum blues adalah dukungan sosial,

sehingga harus dilakukan edukasi pada ibu dan keluarga yang

berperan sebagai sport system . Dukungan sosial bermanfaat untuk

mengatasi rasa bersalah yang dirasakan oleh ibu dikarenakan


gangguan yany dialami ibu saat berintraksi dan mengurus bayi. Hal

ini sangat penting untuk mencegah komplikasi postpartum blues .

Ibu yang mengalami postpartum blues disarankan untuk terus

berintaksi dengan bayinya. Bila memungkinkan sebaikanya ibu

ibub terus memberikan ASI kepada bayinya

C. Konsep Pengetahua

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari kata “tahu” yang memiliki arti

kata lain mengerti atau memahami dan setelah seseorang

memahami maka muncul objek tertentu (Masturoh & Anggita T,

2018). Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang harus

dikumpulkan, diteliti dan dikembangkan dengan segala upaya

untuk mengambarkan dan megembangkan sesuatu dalam hubungan

yang logis dan terorganisir untuk membentuk sistem yang utuh dan

terpadu. Proses ini membutuhkan pendekatan metodologi ilmiah,

yang bersipat kualitatif, kuantitatif, dan investigasi untuk

mendapatkan fenomena alam atau gejala sosial tertentu.

Pengetahuan sangat berkaitan dengan pendidikan kesehatan,

dimana pendidikan

kesehatan merupakan suatu cara menunjang program-

program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan


peningkatan pengetahuan dalam waktu yang pendek (Ribek, N.A

& Mertha, 2017).

2. Jenis – jenis Pengetahuan

a. Pengetahuan implicit

pengetahuan implicit adalah pengetahuan yang hadir

dalam cara berfikir seseorang dan terdiri dari unsur – unsur

seperti pengetahuan pribadi, sudut pandang, dan prinsip

b. Pengetahuan ekplisit

Pengetahuan ekplisit adalah informasi tentang kebiasaan

sehat yang telah di catat atau diberikan dalam bentuk nyata

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dan diterima dari berbagai sumber

misalnya, media elektronik, media masa, buku, pengalaman

tenaga kesehatan, pendidikan kesehatan dan lain sebagainya.

Penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu cara untuk

mendukung program kesehatan yang dapat membuat perbedaan

dalam waktu singkat. Menurut Masturoh & Anggita T (2018),

pengetahuan dapat diperoleh dengan cara tradisional, non ilmiah

dan modern. Metode tradisional tersebut yaitu trial and error,

kekuasaan atau otoritas, berdasarkan atas pemikiran dan


pengalaman. Memperoleh pengetahuan dengan cara modern juga

disebut sebagai metode penelitian ilmiah atau lebih dikenal

sebagai metodologi penelitian

4. Tingkat Pengetahuan

Seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda

(Masturoh & Anggita T, 2018) tingkat pengetahuan dibagi

menjadi 6, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang yang

telah dipelajari sebelumnnya yang dimana termasuk

kedalam pengetahuan dengan mengingat kembali terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari.

b. Memahami (comprehension)

Seseorang yang memahami suatu objek harus dapat

menginterpretasikan secara tepat mengenai materi yang

diketahui tersebut dan harus dapat menjelaskan, menyebutkan

ataupun menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Penerapan (application)

Sebuah prinsip yang digunakan sesorang setelah memahami

suatu objek dan dapat menerapkan atau menggunakan prinsip


yang diketahui itu dalam situasi lain dikenal sebagai

penerapan tingkat pengetahuan.

Analisis yaitu kemampuan seseorang untuk menjelaskan

atau memisahkan suatu masalah kemudian mencari

hubungan dari komponen-komponen tersebut dalam suatu

objek yang diketahui.

d. Sintesis (synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan seseorang untuk merangkum satu

hubungan secara logis dari komponen- komponen

pengetahuan yang telah diketahui.

e. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk mengevaluasi

objek tertentu

5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(Notoatmodjo, 2018) diantaranya yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki

seseorang, karena melalui adanya pendidikan seseorang dapat

mengembangkan keterampilan dan kepribadiannya.

b. Media massa
Media massa berfungsi sebagai sarana komunikasi, berbagai

bentuk media kmassa tentunya memiliki pengaruh yang besar

terhadap pembentukan keyakinan dan opini.

c. Analisis (analisys) Ekonomi dan sosial budaya

Kebiasan dan adat mempengaruhi pengetahuan seseorang,

karena suatu kebiasaan yang dipraktikkan bertindak tanpa

pemikiran.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar kita

baik lingkungan biologis, fisik, dan sosial.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah cara memperoleh pengetahuan yang benar

dengan cara mengulang- ulang pengetahuan yang diperoleh

sebagai hasil pemecahan masalah di masa lalu.

f. Usia

Semakin tua usia, semakin banyak pengalaman dan

pengetahuan yang akan diperoleh untuk meningkatkan

kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang

semakin dewasa mempengaruhi kemampuannya dalam

berpikir dan menerima informasi yang semakin lebih baik

dibandingkan saat masih muda.

g. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses

mengakses informasi terhadap suatu objek

6. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Darsani et al (2019) pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan melalui kuesioner atau wawancara yang dapat

disesuaikan dengan Tingkat pengetahuan responden. Cara

penggalian pengetahuan dengan mengajukan pertanyaan,

kemudian memberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan

nilai 0 untuk jawaban yang salah. Evaluasi dilakukan dengan

mengalikan jumlah skor tinggi dengan 100% ,dan hasil

presentase kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang kateori

baik (76 - 100%) dan kurang baik (0 -75%).

D. Konsep Pendidikan Kesehatan Edukasi

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan (Edukasi)

Menurut Notoadmodjo (2018) pengertian dari Pendidikan

Kesehatan adalah Upaya m encerdaskan Masyarakat agar

mampu mengambil Langkah – Langkah untuk meningkatkan

Kesehatan orang lain. Edukasi diartikan sebagai bentuk Tindakan

mandiri untuk membantu klien menggunakan kegiatan

pembelajaran dimana tugas perawat sebagai pendidik sesusai

dengan tanggung jawab perawat.

2. Tujuan pendidkan Kesehatan


Menurut gagasan Deborah (2020) tujuan Pendidikan

Kesehatan adalah asumsi bahwa individu dan kelompok akan

mengubah pengetahuan , sikap, prilakau mereka untuk

mempertahankan gaya hidup sehat atau berperan aktif dalam

mengelola derajat Kesehatan yang optimal.

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut reviani (2022) sasaran Pendidikan Kesehatan

antara lain :

a. Tujuan utama, tujuan yang melibatkan Masyarakat dalam

inisiatif Pendidikan Kesehatan

b. Diharapkan bahwa tujuan skunder, yang berfokus pada para

pemimpin adat, akan mendidik penduduk setempat tentang

Kesehatan

c. Sasaran trisier, diharapkan bahwa sasaran yang digunakan

untuk membuat sesusatu keputusan atau kebijakan

penentu, baik dalam wilayah local maupun regional, juga

bisa memberi dampak terhadap prilaku kelompok primer

maupun skunder.

d. Kelompok khusus adalah sekelompok orang yang memeiliki

kesamaan sifat, jenis kelamin, warna kulit, dan masalah .

sekelompok Masyarakat sangat terbuka dalam masalah

Kesehatan karena komitmen dan kesadaran mereka akan


kesejahteraan mereka sendiri serta perawatan diri mereka

sendiri.

4. Tempat kegiatan Kesehatan Pendidikan

Menurut Reviani (2022) tempat kegiatan pendiidikan kesehtan

antara lain :

a. Rumah sakit , fasilitas Kesehatan, klinik, dan fasilitas

lainnya adalah contoh organisasi layanan dimana

informasi tentang penyakit, perawatan, dan pencegahan

dapat diberikan kepada orang lain dan kelompok.

b. Masyarakat

Untuk melakukan ini , strategi pengajaran yang

komprehensif dan terencana yang diarahkan pada

keluarga dan komunitas asuh yang mempertimbangkan

keterlibatan komunitas dan masalah Kesehatan dapat

diterapkan.

c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dimensi Tingkat pelayanan Kesehatan terdiri dari :

1. Pendidikan Kesehatan di dalam promosi Kesehatan,

dalam Tingkat Pendidikan sangat perlu untuk pening

katan Kesehatan antara lain : penyuluhan gizi, kebias

aan hidup, gaya hidup serta sebagainya.


2. Pendidikan Kesehatan untuk perlindungan khusus Di

berikan sebagai cara perlindungan terhadap penyakit

seperti tentang pentingnya imunisasi.

5. Media Pendidikan

Menurut Reviani (2022) menggunakan media untuk

menyebarkan pesan yang berhubungan dengan Kesehatan

media memeiliki tujuan sebagai berikut :

b. Untuk memajukan dunia Pendidikan

c. Mempermudah pengriman informasi atau materi Kesehatan

d. Membuat informasi lebih mudah diakses oleh audiens target

atau Masyarakat umum

e. Memotivasi individu untuk pertama belajar, kemudian

mengeksplorasi, dan akhirnya memperoleh informasi yang

lebih akurat Tujuan dari media sebagai berikut :

1. Alat bantu dalam memberikan pendidikan

2. Untuk menarik perhatian terhadap suatu masalah

3. Untuk mengingatkan sebuah pesan atau informasi.

Berbagai macam penyalur media Kesehatan antara lain :

a) Leaflet (lembaran yang dilipat)

b) Booklet (Tulisan atau gambar)

c) Flyer (lembaran)

d) Flip chart (lembar balik)

e) Video dan flim strip


f) Slide

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rikhaniarti et al 2022

dengan judul "Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Peningkatan

Parenting Self Efficacy ada Ibu Hamil Untuk Mencegah Partum Blues".

Metode penelitian yang di gunakan adalah quasiekperimen dengan 2

grup ,yaitu grup intervensi dan kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah

ibu hamil dibawah umur 20 tahun sebanyak 48 responden ,dimana 24

responden pada grup intervensi diberikan edukasi postpartum serta

booklet.sedangkan 24 responden grup kontrol hanya diberikan booklet saja

. uji stastistik yang digunakan Friedman, Mann Whetney, serta Korelasi

Ranl Spearman's. hasil penelittian menujukan bahwa pemberian edukasi

portpartum, parenting self effacay, postpartum blues, section caesarea

ditingkatkan kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini ada pengaruh edukasi

parenting self efficacy untuk mencegah terjadinya post partum blues P=

0,000 (P<0,005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Asamoy et al 2023 dengan judul " Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020.

Desain penelitian ini adalah cros-sectional, populasi adalah ibu yang

menjalani persalinan normal di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda.

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling sebanyak 38 ibu

nifas. Pengambilan data dengan kuesioner karakteristik responden EPDS,

dan kuesioner dukungan sosial, dukungan keluarga dan pekerjaan. Analisis


data menggunakan chi-squar. Hasil penelitian ini diperoleh terdapat

hubungan signifikan antara variabel usia dengan p-value = 0,000, status

kehamilan p-value 0,003,pekerjaan p-value = 0,000, dan dukungan suami

p-value = 0,001 terhadap kejadian postpartum blues.

Kerangka Teori

Menurut Notoatmodjo (2018), kerangka teori merupakan gambaran

dari teori dimana suatu riset berasal atau dikaitkan. Sehingga dalam

penelitian ini kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

Faktor peneyabab Gejala postpartum blues


postpartum blues: 1. Disforia / sedih
1. Faktor hormonal 2. Seing Mengis
2. Faktor demografik 3. Cemas
3. Faktor psikologis 4. Mudah tersinggung
4. Faktor fisik 5. Labilitas perasaan
5. Faktor sosial

Postpartum blues

Penanganan farmakologi Penaganan


1. Pemberian Obat Non farmakologi
sertralin 50 mg 1. Dukungan keluarga,
2. Pemberian triclycle anti teman,dan dari kons
depressant (TCAs) ling praktisi Keseha
tan
2. Treatment dan rehab
ilitas

Edukasi Postpartum Blues

Pengaruh edukasi tentang post


Sumber : Walyani et al (2015) Maryunani dan Eka (2013) Haryani et al (2021)

Gambar 1. Kerangka teori


Pengaru Edukasi Tentang Postpartum Blues Terhadap Tingkat
Pengetahuan pada Ibu Hamil Trimester II dan Trimester III

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan konsep yang dipakai sebagai

landasan berpikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2020). Adapun variable

independen dalam penelitian ini adalah edukasi tentang postpartum blues dan

variable dependennya adalah Tingkat pengetahuan ibu

Menurut Notoadmodjo (2018) kerangka konsep adalah istilah untuk

hubungan antara konsep – konsep yang akan dibahas dalam makalah atau

bentuk penelitian lainnya. Setiap kerangka hipotesis harus dapat melihat

hubungan antara varabel yang akan digunakan dalam analisis. Langkah paling
penting dalam studi apapun adalah memperkenalkan kerangka konsep,

melakukan hal itu akan membantu para peneliti menghubungjan temuan

mereka dengan teori.

Grafik kerangka konsep dari penelitian dapat ditampilkan seperti yang terlihat

pada gambar dibawah

Post test poat test

Tingkat Tingkat pengetahuan


pengetahuan ibu Edukasi postpartum ibu hamil setelah
sebelum diberikan blues diberikan edukasi
edukasi

Gambar 2. Kerangka Konsep


Pengaruh Edukasi Tentang Postpartum Blues terhadap Tingkat
Pengetahuan Pada Ibu Hamil Trimester II dan Trimester III
di RSIA RONA Pangkalpinang
Tahun 2024
B. Definisi Oprasional

Berdasarkan ciri - ciri yang didefinisikan dalam kalimat. Ciri – ciri yang

dapat diidentifikasikan (diukur) inilah yang merupakan definisi oprasional.

Yang mana berarti dilakukan dengan memungkinkan individu untuk

melakukan pengamatan yang cermat terhadap objek atau fenomena apapun

yang dapat dilakukan berulang oleh orang lain (Nursalam, 2017)

Tabel 1. Definisi Oprasional


No Variable Definisi Alat ukur Cara Hasil ukur Skala
operasional ukur ukur
1. Edukasi Dalam Leflet - - -
tentang post penelitian ini
partum peneliti akan
bluues melakukan
intervensi
berupa
edukasi
menggunakan
media leflet
tentang
postpartum
blues peneliti
ingin melihat
apakah ada
perubahan
Tingkat
pengetahuan
ibu tentang
postpartum
blues
sebelum dan
sesudah
diberikan
edukasi
2. Pengetahua Dalam kuesioner Wawan 1. Bai Ordinal
n penelitian ini cara k ji
peneliti akan ka s
mengukur kor
pengetahuan 75 1
dengan – 10
kuesioner
0%
pengetahuan
2. Jika
tentang
postparpum kura
blues yang ng
akan 0-7
dibagikan 5%
kepada
responden
sebelum dan
sesudah
diberikan
edukasi

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian


(Notoadmodjo,2018). Hipotesis merupakan kesimpulan yang mengikuti dari
pertanyaan atau masalah atau pertanyaan peneliti (Nursalam,2017). Hipotesis
dalam penelitian ini yaitu : Ada Pengaruh Edukasi Tentang Postpartum Blues
terhadap Tingkat Pengetahuan pada Ibu Hamil TM II & TM II di RSIA RINA
Pangkalpinang

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Tujuan penelitian dari desain penelitian adalah untuk menelidikan

dan menilai tujuan utama penelityian sementara secara logis dan metodis

menintegrasikan semua komponen penelitian. Desain penelitian

observasional dengan pre – experiment one grup pre test-post test setiap

digunakan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi penyebab dengan

berfokus pada satu kelompok subjek. Observasi ulang dilakukan terhadap

kelompok subjek yang telah diobservasi baik sebelum maupun sesudah

intervensi (Nursalam,2015).
Desain ini mampu untuk menggambarkan mengenai ada tidaknya

pengaruh edukasi tentang postpartum blues terhadap Tingkat pengetahuan

pada ibu hamil TM II & TM III di RSIA RONA Pangkalpinang.

01 X1 02

Keterangan :

01 : Observasi Tingkat Pengetahuan ibu sebelum diberikan Edukasi

postpartum Blues

X1 : Edukasi Postpartum Blues

02 : observasi Tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan edukasi

postpartum blues

Gambar 3

Rancangan penelitian one grup pre-test dan post test

B. Populasi, sampel, dan tehnik sampling

1. Populasi penelitian

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria sebelumnya telah d

igariskan oleh peneliti (Nursalam, 2017). Populasi pada penelitian ini adal

ah ibu hamil TM II & TM III di RSIA RONA Pangkalpinang sebanyak

102 ibu hamil

2. Sampel penelitian

Sesuai dengan Nursalam (2017), sampel terdiri dari segmen popula

si dengan harga terjangkau dengan topik penelitian. Populasi ibu hamil tri

mester II dan trimester III di RDIA RONA Pangkalpinang pada tahun 202
4 yang di hitung dengan mengunakan rumus perhitungan sampel termasu

k sampel penelitian ini. Termasuk dalam proses pemilihan sampel peneliti

an adalah kriteria inklusi dan eksklusi. Rumus untuk menghitung ukuran s

ampel digunakan untuk membuat rumus untuk penyelidikan ini. Ukuran s

ampel untuk penyelidikan ini di hitung sebagai berikut

2
N . z . p .q
n= 2
d ( N −1 )+ z . p . q
2
102.(1 ,96) .0 ,5.0 ,5
n=
0 ,05 ( 102−1 )+(1 , 96)2 .0 , 5.0 ,5

97,9608
n=
6,8947

n=14 , 20=14

Keterangan :

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

Z = nilai standar normal untuk ɑ = 0,05 (1,96)

P = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1- p ( 100% - p)

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

ini didapatkandari perhitungn rumus Drop Out, yaitu

n
n=
1−ƒ

Keterangan :
N = Besar sampel koreksi

n = Besar sampel awal

f = perkiraan proporsi drop out

jadi N = 16 / (1 - 10%)

= 14/(1 – 0,01)

= 14/0,9

= 15,5 (15 Responden)

Untuk mengantisipasi terjadinya ketidak lengkapan dalam pengisian kuesioner

maka jumlah sampel penelitian akan ditambahkan menjadi 18 Responden

1. Tehnik sampling

Prosedur pemgambilan sampel melibatkan pengambilan sampel yang

dianggap mewakili populasi lengkap dari keseluruhan hal yang dipelajari

(Notoadmodjo,2018). Pengambilan sampel non-probabilitas, juga dikenal

sebagai pengambilan sampel yang tidak dilakukan secara acak, digunakan

dalam penelitian ini. Purposive sampling, Teknik pemilihan sampel dari

populasi sesuai dengan preferensi peneliti sehingga sampel dapat secara akurat

mencerminkan karakteristik populasi, digunakan untuk menentukan ukuran

sampel (Nursalam, 2017). Penelitian ini mengunakan sampel sebanyak 18 ibu

hamil. Kriteria berikut digunakan untuk menetukan siapa yang harus

dimasukan dan dikeluarkan dalam sampel penelitian.

a. Kriteria inklunsi

1) Ibu yang bersedia menjadi reponden

2) Ibu yang bisa membaca dan menulis


3) Ibu yang mampu berkomunikasi dengan jelas

4) Ibu hamil trimester II dan trimester III

b. Kriteria Eklusi

1) Ibu yang tidak koopratif

2) Ibu dalam kondisi yang lemah

C. Tempat dan waktu penelitian

1) Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di RSIA RONA Pangkalpinang pada

tahun 2024

2) Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 april sampai 30 april

2024

D. Pengumpulan data

Menurut nursalam (2017) pengumpulan data pada penelitian antara lain :

1) Sumber data

Proses pengumpulan informasi yang diperlukan untuk melakukan

penelitian,termasuk protocol untuk memperoleh karakteristik

subjek,dikenal sebagai pengumpulan data. Setelah rumah sakit

memberikan persetujuannya dan memberi peneliti informasi yang

mereka butuhkan, pengumpulan data dapat dimulai.

a. Data primer

Data untuk penelitian ini dapat dikumpulkan secara langsung di

mulai dari observasi responden.


b. Data sekunder

Informasi yang diterima dari banyak organisasi dan diperoleh secara

tidak langsung dari subjek penelitian disebut sebagai data sekunder

hasil dari data sekunder diperoleh dari rumah sakit.

2) Teknik pengumpulan data

Menurut nursalam (2017), Teknik pengumpulam data adalah prosedur

yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan infornasi tentang ciri-

ciri yang diperlukan subjek penelitian.

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini, mengurus surat izin

penelitian dari INSTITUT CITRA INTERNASIONAL yang

ditujukan kepada RSIA RONA Pangkalpinang,kemudian setelah

mendapatkan izindari direktur peneliti memulai penelitiannya.

b. Tahap pemilihan sampel

Proses penelitian serta keuntungan dan kerugian penelitian

dijelaskan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi.

Formulir informed consent dikirimkan kepada responden jika

mereka setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

c. Tahap pelaksanaan

1. Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di RSIA

RONA Pangkalpinang
2. Setelah mendapatkan izin peneliti menentukan sampel

penelitian berdasarkan kriteria inklusi yaitu sebanyak 15

sampel.

3. Setelah mendapatkan sampel penelitian, peneliti menjelaskan

tujuan, maksud dan manfaat dari penelitian kepada responden.

Jika responden sudah mengerti dan menyetujui penelitian ini

maka responden diminta untuk menyetujui lembar informed

consent.

4. Setelah responden mengisi lembar informed consent kemudian

peneliti memberikan kuesioner kepada responden.

5. Peneliti meminta izin kepada responden untuk

mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan

dalam penelitian

6. Peneliti memberikan kuesioner pre test kepada responden

7. Responden menjawab kuesioner yang telah diberikan

8. Lembar kuesioner yang telah dijawab responden langsung

dikumpulkan kepada peneliti.

9. Kemudian peneliti memberikan edukasi tentang postpartum

blues sesuai dengan standar oprasional prosedur kepada

responden.

10. Setelah selesa menyebarkani edukasi, peneliti memberikan lagi

kuesioner post test kepada responden

11. Responden menjawab kuesioner yang diberikan peneliti


12. Lembar kuesioner yang telah dijawab dikumpulkan kepada

peneliti dan peneliti melakukan pengecekan ulang lembar

kuesioner yang dijawab responden

13. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang

telah membantu.

E. Pengelolaan Data

Menurut Notoatmodjo (2020) Pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang penting dikarenakan data diperoleh langsungdari penelitian

yang asli, belum ada tambahan informasi baru dan belum siap dipublikasi

Metode pengelolaan data dalam penelitian ini yaitu:

1) Editing

Di dalam tahapan ini, peneliti memeriksa kelengkapan isi kuisioner.

Hasil wawancara yang diperoleh atau dikumpulkan melalui wawancara

terlebih dahulu disunting. Editing digunakan untuk mengeluarkan hasil

wawancara dengan responden. Proses untuk penyuntingan data yang telah

dikumpul dilakukan pengecekan pengisian formulir atau kuesioner apakah

jawaban yang ada pada kuesioner lengkap, jelas, relevan.

2) Coding

Proses membuat data dimana huruf berubah menjadidata bentuk

angka agar lebih ringkas serta membuat lebih mudah pada saat analisisdata

dan proses memasukkan data juga digunakan untuk mengubah data

wawancara dan mengelompokkan berdasarkan karakteristik responden.

3) Data entry
Merupakan proses yang dilakukan setelah data diberikan kode,

dengan memasukkan data kedalam komputer serta diolah menggunakan

SPSS. Data berupa jawaban-jawaban dari responden yang d alam bentuk

"kode" (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program komputer

(software)

F. Analisa Data

Notoatmodjo (2018) menegaskan ada dua tahap analisis data yang

digunakan untuk menilai kesamaan variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

1. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan sifat-sifat

yang konsisten dari variabel penelitian. Analisis ini biasanya hanya

menampilkan distribusi dan proporsi masing-masing variabel

(Notoatmodjo, 2018). Teknik analisis data yang disebut analisis univariat

digunakan untuk meneliti setiap variabel yang digunakan dalam distribusi

frekuensi. Analisis dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

variabel bebas dan terikat dengan menggunakan definisi operasional

peneliti (Syifana, 2014). Pada penelitian ini tingkat pengetahuan ibu

tentang penggunaan metode kanguru menjadi bahan analisis univariat.

1. Analisis Bivariat

Analisis terhadap dua variabel yang dianggap berhubungan atau

berkorelasi dikenal dengan analisis bivariat (Notoatmodjo, 2018).

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk menguji hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik uji T-test
dan analisis program komputer pengolah data digunakan untuk analisis

data. Variabel independen dan dependen dikatakan memiliki perbedaan

rata-rata jika nilai p variabel independen (0,05), sedangkan variabel

independen dan dependen tidak memiliki perbedaan rata-rata jika nilai p

variabel dependen (0,05) Dalam penelitian ini apabila nilai yang didapatkan

berdistribusi normal dapat menggunakan ujit test, sedangkan kalau nilai

yang dihasilkan tidak berdistribusi normal, maka penelitian ini

menggunakan uji wilcoxon.

G. Etika penelitian

Etika penelitian merupakan isu penting yang harus diperhatikan dan

dipatuhi oleh peneliti, klaim Nursalam (2017). Peneliti menawarkan

penjelasan tentang etika penelitian dalam perjalanan penyelidikan ini,

khususnya

1. Prinsip Manfaat

Ide ini terkait dengan saran yang diberikan kepada responden yang

memasukkan ide keadilan. Tidak ada kerugian atau kerugian bagi mereka

sebagai akibat dari klaim yang dibuat oleh responden. Dikarenakan

penggunaan kuesioner yang tidak memerlukan waktu lama untuk

penyelesaiannya, maka pertanyaan yang ada saat inibisa diselesaikan.

2. Prinsip Human Dignity (menghargai hak asasi manusia)

Responden diberitahu tentang tujuan penelitian yang direncanakan

dan diberi pilihan untuk berpartisipasi atau tidak. Peneliti akan tetap

menanggapi hak tersebut tanpa paksaan. Selain itu, formulir informed


consent menetapkan bahwa informasi yang dikumpulkan hanya akan

digunakan untuk meningkatkan pemahaman.

3. Prinsip Keadilan

Ide ini berkaitan dengan kepedulian yang peneliti berikan kepada

setiap responden. Peneliti tidak mempertimbangkan hal-hal seperti ras,

agama, atau etnis. Data penelitian hanya digunakan untuk pendidikan,

penelitian, dan ilmu pengetahuan; identitas responden tidak diungkapkan

oleh peneliti; nama dicatat dengan menggunakan singkatan atau kode

Anda mungkin juga menyukai