Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AKI merupakan indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu,

terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan melahirkan.

Kematian ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keterlambatan di

tingkat keluarga dalam mengenal tanda bahaya kehamilan dan

pengambilan keputusan untuk segera mencari pertolongan, keterlambatan

dalam mencapai tempat pelayanan kesehatan dan keterlambatan

mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization)

memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang

menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya dan dapat

mengakibatkan kematian ibu dan kematian janin. Pada tahun 2012,

menurut WHO sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau

persalinan. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi

diantara negara-negara ASEAN lainnya.

Target penurunan AKI menurut MDGs (Millennium Development

Goals) yaitu pada tahun 2015 diharapkan menurun menjadi 102/100.000

kelahiran hidup. Setelah tahun 2015 target penurunan AKI di Indonesia

tidak mampu mencapai target MDGs, saat ini kita sudah dihadapkan pada

era SDGs (Sustainable Development Goals) yang menekankan target pada

tahun 2030, mengurangi rasio kematian ibu hingga kurang dari 70/100.000

kelahiran hidup. Sedangkan menurut Survey Demografi Kesehatan

1
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia

adalah 359/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Secara nasional AKI di

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2016 sebanyak

131/100.000 kelahiran hidup (Dinkes NTT, 2016), di Kabupaten

Manggarai Timur angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2016 adalah

203/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Matim, 2016). Sedangkan angka

kematian ibu di Puskesmas Borong pada tahun 2016 mencapai

144/100.000 kelahiran hidup (Profil Puskemas Borong, 2016). Hal ini

tentu menjadi PR (pekerjaan rumah) yang serius bagi semua elemen yang

berperan dalam usaha menurunkan angka kematian ibu (AKI) agar dapat

mencapai target SDGs.

Berdasarkan hasil survey awal di Puskesmas Borong, pada tahun 2015

cakupan deteksi dini komplikasi kehamilan oleh nakes adalah 100%

sedangkan oleh masyarakat adalah 53% dari target 100%, sedangkan di

tahun 2016, cakupan deteksi dini komplikasi kehamilan oleh nakes 100%,

dan oleh masyarakat hanya 37,5% dari target 100%. Sedangkan cakupan

penanganan komplikasi obstetri (PKO) tahun 2015/2016 sesuai target

yaitu mencapai 100%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih

rendahnya cakupan deteksi dini komplikasi kehamilan oleh masyarakat,

dalam hal ini oleh ibu hamil itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh

masih rendahnya pengetahuan masyarakat, termasuk ibu hamil itu sendiri

tentang tanda bahaya kehamilan.

2
Salah satu penyebab masih rendahnya pengetahuan ibu hamil akan

tanda bahaya kehamilan yaitu kurangnya informasi, khususnya tentang

tanda bahaya kehamilan pada trimester III kehamilannya. Hal ini

menyebabkan pentingnya peran Bidan untuk melakukan promosi

kesehatan yaitu memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan

pada ibu hamil. Promosi kesehatan sendiri merupakan program kesehatan

dalam berbagai kegiatan pelayanan sebagai upaya promotif dalam praktek

kebidanan.

Tanda bahaya kehamilan dapat muncul pada tiap trimester kehamilan,

termasuk pada trimester III kehamilan. Pada usia kehamilan trimester III

ibu hamil banyak mengalami keluhan dan masalah yang membuat

aktivitas ibu hamil tidak nyaman. Mulai dari susah tidur, susah BAB

(buang air besar), bahkan pusing dan muncul bengkak pada kaki ibu. Dari

sekian banyak masalah kehamilan yang muncul, ada beberapa yang

dianggap wajar dan tidak berbahaya, namun ada juga yang termasuk dalam

kategori tanda bahaya kehamilan. Jika tanda bahaya kehamilan ini tidak

dideteksi secara dini oleh ibu hamil, diakibatkan ketidaktahuan ibu hamil

itu sendiri, maka ibu hamil tidak akan mencari pertolongan secara cepat

dan tepat, yang tentu saja akan berimbas pada tidak mendapatkan

pertolongan atau penanganan yang cepat dan tepat, sehingga dapat

memperburuk kondisi kehamilannya, bahkan dapat menyebabkan

kematian janin dan kematian ibu hamil itu sendiri. Hal ini tentu saja akan

meningkatkan angka kematian Ibu (AKI).

3
Deteksi dini tanda bahaya kehamilan sangat diperlukan untuk

menemukan ibu hamil yang kemungkinan mengalami tanda bahaya atau

komplikasi sehingga dapat menurunkan AKI. Penatalaksanaan deteksi dini

dapat dilakukan sesuai dengan standar kompetensi bidan Nomor

369/MENKES/SK/III/2007, kompetensi ke-2 yaitu melakukan

pemeriksaan kehamilan secara rutin pada tenaga kesehatan paling sedikit 4

(empat) kali selama kehamilannya, yaitu 1 (satu) kali pada trimester I,

1 (satu) kali pada trimester II dan 2 (dua) kali pada trimester III.

Pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan sangatlah

penting untuk menekan angka kematian ibu, sedangkan pendidikan

kesehatan ibu hamil biasanya hanya dilakukan pada saat kunjungan

antenatal saja, dimana hal ini kurang optimal dilihat dari segi waktu yang

sangat singkat sehingga mempengaruhi penerimaan informasi oleh ibu

hamil. Dengan demikian diperlukan pendidikan kesehatan yang optimal

bagi ibu hamil agar perlu waspada terhadap gejala yang menimpa

kehamilannya. Hal ini penting demi menjaga kehamilan tetap sehat, karena

dengan mengetahui gejala yang dialami, ibu hamil akan segera menangani

dan mencari pertolongan secara tepat apabila sewaktu-waktu terdapat

tanda bahaya pada kehamilannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa bahawa penelitian

ini penting untuk dilakukan demi mencegah terjadinya kematian ibu. Oleh

karena itu peneliti merasa tetarik untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh metode ceramah terhadap pengetahuan ibu hamil dalam

4
mendeteksi tanda bahaya kehamilan trimester III di Puskesmas Borong,

Kabupaten Manggarai Timur.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Metode Ceramah Terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Mendeteksi Tanda Bahaya Kehamilan

Trimester III di Puskesmas Borong, Kab. Manggarai Timur tahun 2017?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya pengaruh metode ceramah terhadap pengetahuan

ibu hamil dalam mendeteksi tanda bahaya kehamilan trimester III di

wilayah Puskesmas Borong, Kabupaten, Manggarai Timur Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya

kehamilan trimester III sebelum diberikan penyuluhan dengan metode

ceramah pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Borong.

2. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya

kehamilan trimester III sesudah diberikan penyuluhan dengan metode

ceramah pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Borong.

3. Mengidentifikasi pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah

terhadap pengetahuan ibu hamil dalam mendeteksi tanda bahaya

kehamilan trimester III pada ibu hamil trimester III di Puskesmas

Borong.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

informasi bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu kebidanan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh metode ceramah

terhadap pengetahuan ibu hamil dalam mendeteksi tanda bahaya

kehamilan trimester III.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang

penyuluhan metode ceramah serta sebagai bahan untuk penerapan

ilmu, khususnya tentang metode ceramah sebagai salah satu metode

promosi kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu, dalam bidang promosi kesehatan, khususnya dalam mempelajari

pengaruh metode ceramah terhadap pengetahuan ibu hamil dalam

mendeteksi tanda bahaya kehamilan trimester III.

3. Bagi Institusi Penelitian

Memperoleh gambaran informasi tentang pengetahuan ibu hamil

dalam mendeteksi tanda bahaya kehamilan, sehingga dapat dijadikan

bahan acuan untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yang

berkesinambungan bagi ibu hamil guna menekan angka kematian ibu.

6
4. Bagi Responden

Pengetahuan yang didapat akan menjadikan ibu hamil lebih

waspada dan mengetahui apa yang harus dilakukan ketika mengalami

atau menemukan tanda bahaya pada kehamilannya.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Metode Ceramah

2.1.1 Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang

pembicara yang dilakukan di depan sekelompok pendengar (Notoatmodjo,

2005). Blight dalam Hisyam Zaini, dkk, 2008, mengatakakan bahwa

metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan pada

sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Metode ini disebut juga

metode kuliah atau metode pidato. Metode ceramah merupakan salah satu

metode promosi kesehatan kelompok yang diberikan pada kelompok

besar yaitu sasarannya lebih dari 15 atau sampai 50 orang. Metode

ceramah dapat diikuti atau tanpa diikuti tanya jawab. Sedangkan menurut

Sanjaya (2010) metode ceramah adalah cara yang digunakan dalam

menyampaikan pesan kesehatan secara lisan.

Pesan disampaikan kepada audience secara lisan dan dapat

menggunakan alat bantu seperti slide, kemudian diterima oleh audience

melalui indera pendengar (jika menggunakan alat bantu slide, maka

diterima pula oleh indera penglihatan) dan secara sensoris akan disimpan

sebagai memori atau ingatan jangka pendek. Bila diproses lebih lanjut ,

informasi dari ingatan jangka pendek dapat di tranfsfer ke dalam ingatan

jangka panjang. Sebagian besar aktivitas manusia bergantung pada

memori. Selain menyimpan pengetahuan faktual, memori manusia juga

menyimpan pengetahuan prosedural. Pengetahuan tersebut melakukan

8
aktivitas secara berulang, menggunakan bahasa, menggunakan informasi

yang kita terima dari indera, serta memberikan identitas pada manusia

dengan menyimpan informasi mengenai pengalaman masa lalu. Terdapat

tiga jenis memori, yaitu memori sensor yang bekerja sebagai buffer yang

menampung masukan yang diterima dari panca indera (memori iconic

untuk indera visual, memori echoic untuk indera auditory, dan memori

haptic untuk indera peraba), memori jangka pendek yang disebut sebagai

memori kerja yang menyimpan informasi yang dibutuhkan dalam waktu

singkat yang dapat diakses dengan cepat namun berkurang secara cepat,

dan memori jangka panjang yang merupakan sumber daya penyimpanan

utama untuk menyimpan informasi faktual, pengetahuan berdasarkan

eksperimen/pengalaman, aturan-aturan prosedur tingkah laku dan

sebagainya. Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang lebih besar,

waktu akses yang lebih lambat serta proses hilangnya lebih lambat

(Rustan dan Nurhaki, 2017).

2.1.2 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menggunakan Metode Ceramah

Kenyataan menunjukkan bahwa kendati terdapat kekurangan, hingga

kini metode ceramah masih tetap banyak digunakan pengajar pada

berbagai lembaga pendidikan. Metode ini pun menjadi metode

pembelajaran yang paling populer di Indonesia bahkan di negara-negara

lain. Hal ini menunjukkan bahwa metode ceramah tidaklah buruk meski

memiliki kekurangan, yang penting adalah bagaimana usaha pembicara

membuat metode cermah menjadi lebih efektif. Berikut ini merupakan

9
berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode

ceramah:

1. Persiapan

Metode ceramah akan berhasil jika penceramah menguasai materi

yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan

diri dengan:

a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi

jika disusun dalam diagram atau skema.

b. Mepersiapkan alat bantu pengajaran (mis., makalah singkat, slide,

transparan, sound system).

c. Buat sesingkat mungkin.

d. Membuat rangkuman pada akhir ceramah.

e. Membuat teknik evaluasi yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan dari metode ceramah adalah jika penceramah

dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah harus

memperhatikan beberapa hal, seperti sikap dan penampilan yang

meyakinkan (tidak boleh bersikap ragu-ragu atau gelisah), suara

hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh

peserta ceramah, berdiri di depan atau di tengah (tidak boleh duduk),

dan menggunakan alat bantu semaksimal mungkin. Pelaksanaan

ceramah terdiri dari 3 (tiga) kegiatan utama:

a. Memulai ceramah, hal-hal yang perlu dilakukan:

10
 Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah ceramah

dilakukan, hal ini dilakukan untuk memotivasi dan mengarahkan

kegiatan pendengar kepada tujuan ceramah.

 Mengemukakan garis besar atau pokok materi yang akan

dibahas agar pendengar memperoleh gambaran mengenai

keseluruhan materi yang akan dibahas.

 Memancing pengalaman lampau pendengar yang relevan

dengan materi yang akan dibahas guna memepermudah

pendengar memahami materi pelajaran yang baru.

b. Menyajikan materi ceramah, hal-hal yang perlu diperhatikan:

 Perhatian pendengar tetap terarah selama penyajian berlangsung

 Penyajian materi pelajaran harus sistematis.

 Beri stimulasi agar aktivitas belajar tetap terkontrol.

 Berikan feedback (umpan balik) dengan segera dari pembicara.

 Motivasi belajar penting untuk selalu dibangkitkan dengan

menciptakan suasana yang menggairahkan atau menyenangkan.

c. Menutup ceramah, kegiatan yang harus dilaukan:

 Menarik kesimulan atau merangkum pelajaran yang

disampaikan.

 Memberi kesempatan kepada pendengar untuk menanggapi

kembali bahan pelajaran yang telah disampaikan.

 Memberikan tugas dengan tujuan memberi rangsangan kepada

pendengar untuk belajar sendiri.

11
 Melaksanakan penilaian akhir/evaluasi untuk mengetahui sejauh

mana tercapainya tujuan instruksional.

12
2.1.3 Kelebihan dan kekurangan metode ceramah

1. Kelebihan Metode Ceramah:

a. Dapat digunakan pada orang dewasa.

b. Menghabiskan waktu dengan baik.

c. Dapat digunakan pada kelompok yang besar.

d. Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu.

e. Dapat digunakan sebagai bahan yang mudah dibaca.

f. Dapat digunakan untuk mengulang atau memberi pengantar pada

pelajaran atau aktivitas.

2. Kekurangan Metode Ceramah:

a. Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pengajar yang baik.

b. Pembicara harus menguasai semua pokok bahasan.

c. Dapat menjadi kurang menarik.

d. Sulit digunakan pada anak-anak.

e. Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi peserta.

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “apa” (what). Pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh

baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain

(Notoatmodjo, 2010).

13
2.2.2 Cara memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2010), ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, tanpa melalui penilitian. Cara ini dipakai

sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistematis dan logis. Adapun cara tradisional, antara lain:

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, akan dicoba lagi

dengan kemungkina ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal

dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut

metode “trial” (coba) and “error” (gagal atau salah) atau metode

coba salah (coba-coba).

b. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran dengan cara ini yaitu secara tidak

sengaja ditemukan oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

14
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut tersebut

baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang

otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan,

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun

ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Pada

prinsipnya dimana orang lain menerima pendapat yang dikemukan

oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji

atau membuktikan kebenarannya, baik berdsarkan fakta empiris

ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena

orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa

yang dikemukan sudah benar.

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang

baik. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh seban

itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

15
memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila

dengan cara tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang

dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila

gagal dengan menggunakan cara tersebut, maka ia tidak akan

menggunakan cara tersebut dan berusaha mencari cara lain

sehingga berhasil memecahkan masalahnya.

e. Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini

berkembang, para orang tua zaman dulu agar anaknya mau

menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin, digunakan

cara memberikan hukuman fisik bila anaknya berbuat salah.

Pemberian hukuman dan hadiah (reward and punishment)

merupakan cara yang masih dianut banyak orang untuk

mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melaui Nabi. Kebenaran ini harus diterima

dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab

kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu bukan

hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

16
g. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, acar

berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu menggunakan penalarannya, baik melalui induksi

maupun deduksi. Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang

dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang

bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi, pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris

yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan kedalam suatu

konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu

gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil

pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan

bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal

yang abstrak, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan

dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Dalam proses

berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu dianggap benar secara

umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarnnya pada semua

peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2. Cara Ilmiah Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau moderen dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian

(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626). Yang merupakan sorang tokoh yang

17
mengembangkan metode berpikir induktif. Mula-mula ia mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan

dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum, yang

kemudian lahirlah suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini

kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research

method).

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan, selain

umur pengetahuan juga dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun

orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan

menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi

cara tersebut.

2. Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

baru yang diperkenalkan.

18
3. Kepercayaan

Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan

atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan.

Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam

masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama.

Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapat informasi

yang sama.

2.2.4 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan

dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi,

analisis, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai

berikut:

1. Tahu (Knoweledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa

adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan

mengenali atau mengingat kemvali hal-hal atau keterangan yang

pernah berhasil dihimpun atau dikenali (real of facts).

2. Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding)

tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami yang

bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi

meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini

19
misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan,

menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasi.

3. Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang

sudah dipahami kedalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4. Analisa (Analysis)

Analisa adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi

menjadi rincian yang terdiri dari unsur-unsur atau komponen-

komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya

dalam suatu bentuk susunan berarti.

5. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali

bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan

yang mengandung arti tertentu.

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan

hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya,

sehingga diperolehkesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal

yang sedang dinilainya (Notoadmodjo, 2010).

20
2.3 Konsep Kehamilan

2.3.1 Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan di bagi dalam 3 trimester. Dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke-40).

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur

oleh sel sperma. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus

adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari

(43 minggu). Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur (cukup

bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur

(Sarwono, 2014).

Menurut Helen Varney, (2007), periode antepartum adalah periode

kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga

dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum.

Sebaliknya, periode prenatal adalah kurun waktu terhitung sejak hari

pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang menandai awal periode

pasca natal. Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester yang

masing-masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan

21
kalender. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang

mepertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280

hari, 40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran bulan atau lunar), atau

9 bulan sejak hari pertama haid terakhir. Pada kenyataanya

kehamilan tidak berlangsung selama itu. Pembuahan berlangsung saat

terjadinya ovulasi, kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir (dengan

perkiraan siklus haid 28 hari). Hal ini membuat kehamilan berlangsung

selama kurang lebih 266 hari atau 38 minggu. Dengan penambahan 14

hari, maka lama kehamilan menjadi 280 hari, bila dihitung dari haid

terakhir. Pada praktiknya, trimester pertama secara umum

dipertimbangkan berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12

minggu), trimester kedua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15 minggu),

dan trimester ke tiga pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13 minggu).

2.3.2 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil

Pengetahuan tentang kondisi fisiologis pada awal kehamilan penting

dimiliki untuk memahami tanda dugaan (presumptif) dan tanda

kemungkinan (probable) kehamilan. Pengetahuan ini juga penting untuk

mengetahui adanya kelainan pada kehamilan atau kondisi tertentu yang

dapat menimbulkan tanda atau gejala khusus.

Tanda dugaan kehamilan mencakup perubahan-perubahan

fisiologis yang dialami oleh wanita dan pada sebagian besar kasus

mengindikasikan bahwa seorang wanita sedang hamil. Tanda

kemungkinan kehamilan meliputi perubahan-perubahan anatomi dan

22
fisiologi, selain tanda-tanda dugaan kehamilan yang terdeteksi pada saat

pemeriksaan.

1. Sistem Reproduksi

a. Aksi Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

Selama hamil kadar estrogen dan progesteron yang meningkat

menekan sekresi FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH

(luiteinizing hormone), menyebabkan maturasi volikel dan ovulasi

tidak terjadi sehingga menstruasi menjadi terhenti. Setelah

implantasi, ovum yang dibuahi dan vili korionik memproduksi

HCG (human chorionik gonadotropin) yang mempertahankan

korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesteron

selama 8-10 minggu pertama kehamilan sampai plasenta dibentuk

dan mengambil alih fungsi tersebut (Scot, dkk,. 1990).

Plasenta menghasilkan beberapa hormon. Hormon-hormon ini

mengakibatkan sejumlah perubahan fisiologis yang dapat

membantu menegakkan diagnosa kehamilan. Kadar estrogen dan

progesteron tinggi yang dihasilkan oleh plasenta bertanggung

jawab untuk perubahan yang terjadi pada payudara, pigmentasi

kulit dan pembesaran uterus pada trimester pertama.

b. Uterus

Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomik yang

paling nyata pada ibu hamil. Pembesaran uterus yang terjadi akibat

peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia

(produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis yang baru) dan

23
hipertrofi (pembesaran serabut otot dan fibroelastis) yang sudah

lama, dan terjadi perkembangan desidua.

Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi

1100-1200 gram (berat uterus wanita tidak hamill 60-70 gram),

dengan panjang 32 cm, lebar 24 cm dan kedalaman 22 cm. Pada

bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat

agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat.

Selanjutnya pada akhir masa kehamilan kembali ke bentuk semula,

lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan

tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk

menentukan diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologik,

hamil ganda atau menderita penyakit seperti molahidatidosa dan

sebagainya.

Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3

jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xipoideus.

Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri kira-kira terletak 1 jari di

bawah prosesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka

tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada

32 minggu adalah 27 cm, dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada

kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak

kira-kira 3 jari di bawah prosesu xipoideus. Hal ini disebabkan oleh

kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam

rongga panggul.

24
Pada trimester III, istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri

dan berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah

rahim (SBR). Pada kehamilan tua kontraksi otot-otot bagian atas

uterus menyebabkan SBR menjadi lebar dan tipis (tampak batas

yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah

yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi

fisiologik. Dinding uterus di atas lingkaran ini jauh lebih tebal dari

pada SBR.

c. Vagina dan Vulva

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi

selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal,

jaringan ikat yang longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan

vagina. Peningkatan vaskularisasi menimbulkan warna ungu

kebiruan pada mukosa vagina dan serviks, disebut tanda Chadwick.

Pada bulan terakhir kehamilan cairan vagina mulai meningkat.

2. Payudara

Secara spesifik estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem

penyaluran air susu dan jaringan payudara. Progesteron berperan

dalam perkembangan sistem alveoli kelenjar susu. Hipertrofi

alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan menyebabkan

sensasi nodular pada payudara. Chorionic somatotropin dan kedua

hormon ini menyebabkan pembesaran payudara yang disertai

dengan rasa penuh atau tegang dan sensitif terhadap sentuhan

(dalam dua bulan pertama kehamilan), pembesarn putting susu dan

25
pengeluaran kolostrum (mulai terlihat sejak kehamilan memasuki

usia 12 minggu).

Hipertrofi kelenjar sebasea berupa tuberkel Montgomery atau

folikel disertai areola mulai terlihat jelas sejak dua bulan pertama

kehamilan. Pembesaran berlebihan payudara dapat menyebabkan

striasi (garis-garis hipo atau hiperpigmenatasi pada kuli). Selain

membesar dapat pula terlihat gambaran vena bawah kulit payudara.

3. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan hemodinamik memudahkan sistem kardiovaskular

pada ibu memenuhi kebutuhan janin sambil mempethankan statu

kardiovaskularnya sendiri. Perubahan-perubahan ini disebabkan

oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron dan prostaglandin.

Perubahan ini akan kembali normal setelah kehamilan berakhir.

Volume darah total ibu meningkat sekitar 30 hingga 50% pada

kehamilan tunggal dan 50% pada kehamilan kembar. Volume

darah total merupakan kombinasi volume plasma yang meningkat

75% dan volume sel darah merah yang juga meningkat 33% dari

nilai sebelum hamil. Semua ini menyebabkan hemodilusi, yang

terlihat pada kadar hematokrit rendah, yang dikeanl dengan naemia

fisiologis pada kehamilan dan sering terjadi pada usia kehamilan

24 hingga 32 minggu. Peningkatan volume darah total dimulai

pada awal trimester pertama, yang kemudian meningkat pesat

hingga pertengahan kehamilan dan kemudian melambat hingga

26
menjelang minggu ke-32. Setelah itu volume darah menjaadi relatif

stabil meski massa eritrosit tetap meningkat.

Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung

akan meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan

peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya

isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat

± 15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat

kecendrungan peningkatan tekanan darah. Sedangkan selama

pertengahan masa hamil tekanan sistolik dan diastolik menurun

5-10 mmHg, kemungkinan disebabkan disebabkan oleh

vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama masa hamil.

Pada akhir kehamilan, memposisikan wanita pada posisi

telentang dapat menyebabkan uterus yang sekarang besar dan berat

dengan cepat menekan aliran balik vena sampai membuat

pengisisan jantung menurun dan curah jantung menurun. Hipotensi

arterial dapat diatasi dengan meminta wanita berbaring miring atau

duduk.

4. Waktu Sirkulasi dan Waktu Koagulasi

Waktu sirkulasi sedikit menurun pada minggu ke-32, dan

hampir kembali normal menjelang aterm. Kecendrungan koagulasi

lebih besar selama hamil akibat peningkatan berbagai faktor

pembekuan.

27
5. Sistem Pernapasan

Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap

percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan

uterus dan payudara. Janin juga membutuhkan oksigen.

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada

kerangka iga berelaksasi sehingga ekpansi rongga dada meningkat.

Karena rahim membesar, panjang paru-paru berkurang. Kerangka

iga bagian bawah tampak melebar. Tinggi diafragma bergeser 4 cm

selama masa hamil. Dengan semakin tuanya kehamilan, pernafasan

dada menggantikan pernafasan perut dan penurunan diagfragma

saat inspirasi menjadi semakin sulit.

6. Sistem Ginjal

Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah.

Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada

awal kehamilan. Ginajl wanita harus mengakomodasi tuntutan

metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga

mengeksresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah akibat

adanya pengaruh hormon kehamilan, peningkatan volume darah,

postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan.

Ginjal berfungsi paling efisisen saat wanita berbaring pada

posisi rekumben lateral dan paling tidak efisien pada posisi

terlentang. Saat wanita hamil berbaring terlentang, berat uterus

akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah jantung

menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung anak

28
menurun, begitu juga dengan volume darah ke ginjal. Apabila

curah jantung menurun, aliran darah ke otak dan ke jantung tetap

dipertahankan sehingga aliran darah ke organ-organ lain, termasuk

ginjal dan uterus menurun.

Pola normal berkemih wanita yang tidak hamil pada siang hari

(diurnal) berkebalikan dengan pola pada wanita hamil. Wanita

yang hamil mengumpulkan cairan (air dan natrium) selama siang

hari dalam bentuk edema dependen vena kava inferior dan

kemudian mengeksresi cairan tersebut pada malam hari (nokturia)

melalui kedua ginjal ketika wanita berbaring, terutama pada posisi

lateral kiri.

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP,

keluhan sering kencing timbul lagi karena kandung kemih mulai

tertekan kembali. Diasamping itu terdapat pula poli uri. Poli uri

disebabkan oleh adanya penigkatan sirkulasi darah di ginjal pada

kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga menigkat sampai 69%.

Reabsorbsi tubulus tidak berubah sehingga produk-produk ekskresi

seperti urea, uric acid, asam amino, asam folik lebih banyak yang

dikeluarkan.

7. Sistem Integumen

Perubahan integumen selama hamil disebabkan oleh

perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis

menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem

integumen selama masa hamil. Perubahan yang umum timbul

29
terdiri dari peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal,

hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan

aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan

sirkulasi dan aktivitas vasomotor. Jaringan elastis kulit mudah

pecah, menyebabkan strie gravidarum, atau tanda regangan.

Respon alergi kulit meningkat.

8. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat ibu

hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara

menyolok. Peningkatan distensi membuat panggul miring ke

depan. Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian

tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Perubahan ini

seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman pada muskuloskeletal.

Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk saat

berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbar

menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit, gaya berjalan wanita

hamil yang bergoyang, yang disebut “langkah angkuh wanita

hamil” oleh Shakespeare, sangat dikenal. Struktur ligamentum dan

otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan

berat. Perubahan ini dan perubahan lain terkait seringkali

menimbulkan rasa tidak nyaman muskuloskeletal.

9. Sistem Neurologi

Kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran

uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.

30
10. Metabolisme

Metabolisme basal meningkat, masukan makanan sangat

berpengaruh untuk metabolisme ibu dan janin. Ketidak seimbangan

akan menyebabkan berbagai masalah seperti hiperemesis, diabetes,

dan lain-lain. Retensi air meningkat akibat penurunan tekanan

osmotik koloid interstisial.

BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan

pada trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh

terutama dari pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah

kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan,

dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam

pekerjaan sehari-sehari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup

hemat dalam hal pemakain tenaganya. Janin membutuhkan 30-40

gram kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan hal ini

terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya

diperkirakan telah menagndung 1,5-2,5 gram kalsium.

11. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Pada 20 minggu pertama kehamilan, ibu hamil mehalami

kenaikan berat badan sekitar 2,5 kg, 20 minggu berikutnya terjadi

penambahan sekitar 9 kg, kemungkinan penambahan berat badan

hingga maksimal 12,5 kg.

12. Sistem Pencernaan

Selama masa hamil nafsu makan meningkat, sekresi usus

berkurang, fungsi hati berubah dan absorbsi nutrien meningkat.

31
Usus besar bergeser ke arah lateral ats dan posterior. Aktivitas

peristaltik (motilitas) menurun. Akibatnya bising usus menghilang

dan konstipasi, mual serta muntah umum terjadi. Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena meningkat, menyebabkan hemoroid

terbentuk pada akhir kehamilan.

13. Sistem Endokrin

Perubahan besar pada sistem endokrin yang esensial terjadi

untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan

pemulihan pascapartum (nifas). Pada masa hamil terjadi

pembesaran kelenjar tiroid akibat hiperplasia jaringan glandular

dan peningkatan vaskularitas.

2.3.3 Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan

1. Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa

ia sedang mengandung. Selama trimester ini wanita menjadi

ambivalen. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,

penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Akan tetapi bagi

wanita yag telah merencanakan kehamilan atau tealh berusaha keras

untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya

hamil dan menacari bukti kehmilan pada setiap jengkal tubuhnya.

Hasrat seksual pada trimester ini sangat bervariasi pada tiap

wanita, meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual,

tetapi secara umum pada trimester pertama terjadi penurunan libido

32
atau hasrat seksual, hal ini memerlukan komunikasi yang terbuka

bersama pasangan.

2. Trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai kesehatan yang baik yakni

pada periode ini ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami ibu hamil. Sebagian besar

wanita hamil merasa lebih erotis selama trimester kedua

kehamilannya, selain itu ibu hamil juga biasanya lebih percaya diri

dan tenang pada trimester ini. Ibu merasa sehat, mulai menerima

kehamilannya, ibu mulai merasakan gerakan dan kehadiran bayinya.

3. Trimester III

Trimester ketiga ini sering disebut sebagai periode penantian

dengan penuh kewaspadaan. Ibu mulai menyadari kehadiran bayinya

sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia tak sabar menantikan

kelahiran sang bayi. Sejumlah ketakutan juga muncul pada trimester ini,

kecmasan akan keadaan dan kondisi bayinya, kecemasan akan dirinya

sendiri.

Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat

dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sementara

perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan dilahirkan.

Pergerakan janin dan pembesaran uterus menjadi hal yang terus

mengingatkan tentang keberadaan bayinya.

33
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin

merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti

apakah nanti bayinya nanti akan lahir abnormal, persalinanya akan

berjalan lancar atau tidak. Pada periode ini ibu hamil kembali

merasakan ketidaknyamanan fisik akibat semakin besarnya abdomen.

Hasrat seksualnya mneurun, akibat kecemasan dan kondisi fisik yang

tidak nyaman.

2.3.4 Perubahan yang dirasakan secara langsung terasa pada ibu hamil

trimeseter III.

1. Rasa Lelah yang berlebihan pada punggung, bayi yang tumbuh

semakin besar dan beratnya mengarah kedepan membuat punggung

berusaha menyeimbangkan posisi tubuh, hal ini mnyebabkan

punggung cepat lelah oleh sebab itulah ibu hamil tua tidak tahan

berjalan jauh.

2. Bengkak pada mata kaki atau betis, dapat mengganggu bagi sebagian

wanita hamil, rahim yang besar akan menekan pembuluh darah

utama dari bagian bawah tubuh ke atas tubuh, menyebabkan darah

yang mau mengalir dari bagian bawah menjadi terhambat.

3. Nafas menjadi lebih pendek, ukuran bayi yang semakin besar didalm

rahim akan menekan diagfragma (otot dibawah paru-paru)

menyebabkan aliran nafas agak berat, sehingga secara otomatis

tubuh akan meresponnya dengan nafas yang lebih pendek.

4. Panas di perut bagian atas terjadi karena asam lambunhg menigkat,

penyebabnya dalah perubahan hormon dalam tubuh ibu hamil.

34
Minum lebih banyak air dan makanlah dengan porsi yang lebih

sedikit tapi frekuensinya lebih banyak.

5. Varises di wajah dan kaki, arti lain varises adalah pelebaran

pembuluh darah.

6. Strech Mark, yakini garis-garis putih dan parut pada daerah perut,

bisa juga terjadi di dada, bokong, paha dan lengan atas. Gunakan

lotion anti strech mark dan perbanyak konsumsi vitamin E.

7. Payudara semakin membesar, ini karena kelenjar air susu

didalamnya mulai penuh. Penambahan berat payudara kira-kira

½-2 kg.

8. Sering buang air kecil, dikarenakan kepala janin mulai turun ke PAP,

keluhan sering kencing timbul lagi karena kandung kemih mulai

tertekan kembali.

2.4. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Trimeseter III

1. Perdarahan Pervaginam

Pada kehamlan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah

merah, tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan pada

kehamilan lanjut disebut juga dengan perdarahan antepartum atau

Haemorhage Ante Partum (HAP) yaitu, perdarahan dari jalan lahir

setelah kehamilan 22 minggu. Frekuensi HAP adalah 3% dari

semua persalinan. Klasifikasi HAP antara lain plasenta previa,

solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas sumbernya

(ruptura uteri dan vasa previa).

35
a. Plasenta Previa

1) Defenisi

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi sebagian

atau seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum

(Sarwono, 2009).

2) Klasifikasi

Plasenta previa totalis atau komplit adalah yang

menutupi seluruh ostium uteri internum, plasenta previa

parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri interna, plasenta previa marginalis adalah plasenta

yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri interna, dan

plasenta letak rendah yaitu plasenta yang berimplantasi

pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi

bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari

ostium uteri internum.

3) Insiden

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan

paritas tinggi pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering

terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.

Uterus bercacat ikut mepertinggi angka kejadian plasenta

previa.

36
4) Etiologi

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah

rahim belumlah diketahui dengan pasti. Bisa saja secara

kebetulan blastokista menimpa desidua di daerah segmen

bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin.

Teori lain mengatakan sebagai salah satu penyebabnya

adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai sebagai

akibat dari prose radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia

lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan,

miomektomi dan sebagainya berperan dalam proses

peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang

semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi

terjadinya plasenta previa.

5) Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umunya pada trimester

ke tiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah

mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta

akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak

plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian

desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri.

Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah

rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit

banyak akan menglami laserasi akibat pelepasan pada

desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu

37
serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta

yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi

perdarahan yang berasal dari sirkulasi metrnal yaitu

ruangan intervillus dari plasenta.

6) Gambaran Klinik

Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah

perdarahan pervaginam tanpa rasa nyeri. Perdarahan

pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri.

Perdarahan kemudian kembali terjadi tanpa sebab yang

jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang.

Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih

banyak. Pada plasenta letak rendah, perdarahan baru

terjadi pada waktu dimulainya persalinan.

7) Diagnosis

Keluhan utama ibu hamil ketika datang ke fasilitas

kesehatan biasanya karena ada perdarahan pada kehamilan

lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab,

tanpa nyeri dan berulang. Pada pemeriksaan inspeksi

terlihat adanya perdarahan pervaginam dengan jumlah

banyak atau sedikit berwarna merah segar, jika perdarahan

banyak ibu akan terlihat pucat. Pada palpasi abdomen

sering dijumpai kesalahan letak janin (sungsang, lintang),

bagian terendah janin belum turun, jika presentasi kepala,

biasanya masih dapat digoyangkan. Pada pemeriksaan

38
USG terlihat letak plasenta di segmen bawah rahim.

Pemeriksaan dalam bagi bidan tidak dianjurkan, mencegah

terjadi perdarahan hebat, dan infeksi.

8) Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan

plasenta previa adalah akibat perdarahan yang banyak ibu

hamil dapat mengalami anemia dan syok. Oleh karena

plasenta yang berimplantasi pada SBR dan sifat segmen

ini yang tipis memudahkan jaringan trofoblas dengan

kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium

bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari

kejadian plasenta inkreta bahkan prekreta. Jika perdarahan

bertambah parah bisa dilakukan terminasi kehamilan dan

mengakibatkan kelahiran prematur. Plasenta presvia juga

dapat berisiko tinggi untuk solusio plasenta.

9) Penanganan

Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan

dalam trimester kedua atau ketiga kehamilannya harus

dirawat di Rumah Sakit. Jika kemudian perdarahan

berhenti dan janin dalam keadaan baik dan prematur, ibu

bisa diperbolehkan pulang untuk melanjutkan perawatn di

rumah. Pada kehamilan antar 24-34 minggu diberikan

steroid untuk pematangan paru janin. Perdarahan dalam

trimester ketiga perlu pengawasan yang lebih ketat dengan

39
istirahat baring yang lebih lama di rumah sakit, dalam

keadaan yang cukup serius, maka dirawat sampai

melahirkan. Jika perdarahan tidak berhenti dan banyak,

bisa dilakukan terminasi kehamilan. Bila perdarahannya

tidak sampai demikian banyak, kehamilannya

dipertahankan hingga usia kehamilan 36 minggu dan bila

pada amniosintesis menunjukkan paru janin telah matang

maka dilakukan terminasi kehamilan, bla perlu diulakukan

seksio sesarea.

10) Prognosis

Prognosis ibu dan janin pada plasenta previa dewasa ini

lebih baik dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini

berkaitan dengan diagnosis dini dan tidak invasif dengan

USG, dan ketersediaan transfusi darah dan cairan infus

yang telah ada hampir di semua rumah sakit kabupaten.

b. Solusio Plasenta

1) Defenisi

Adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan

maternal plasenta ditempat implantasinya yang normal

pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya

(Sarwono, 2009).

2) Klasifikasi

Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja

(ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas luas (solusio

40
plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal

plasenta (solusio plasenta totalis). Dalam klinis solusio

plasenta dibagi kedalam ringan, sedang dan berat. Solusio

plasenta ringan apabila luas plasenta yang terlepas tidak

sampai 25% atau kurang dari 1/6 bagian, Jumlah darah

keluar kurang dari 250 ml. Solusio plasenta sedang jika

luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% tetapi

belum mencapai separuhnya (50%), jumlah darah yang

keluar telah mencapai lebih banyak dari 250 ml tetapi

belum mencapai 1000 ml. Sedangkan solusio plasenta

berat jika luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%,

dengan jumlah darah yang keluar mencapai 1000 ml atau

lebih.

3) Insiden

Insiden solusio plasenta dewasa ini semakin menurun

dengan semakin baiknya perawatan antenatal, sejalan

dengan semakinmenurunnya jumlah ibu hamil usia tua dan

paritas tinggi. Transportasi yang lebih mudah memberi

peluang pasien cepat sampai ke fasilitas kesehatan untuk

mendapatkan pertolongan.

4) Etiologi

Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketahui,

tetapi beberapa keadaan patologik lebih sering menyertai

solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor resiko, antara

41
lain adalah usia ibu dan paritas tinggi, pernah mengalami

solusio plasenta, hipertensi dan mioma dibelakang

plasenta.

5) Patofisiologi

Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari

suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis

plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis

sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu

patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma

abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembulih

darah di desiduan. Dalam banyak kejadian perdarahan

berasal dari kematian sel yang disebbkan oleh iskemia dan

hipoksia.

6) Gambaran Klinik

Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi

sesuai dengan berat ringannya atau luas permukaan

maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan tanda klinis

yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya

perdarahan pervaginam berwarna merah tua disertai rasa

nyeri perut dan uteru tegang terus menerus mirip his

partus prematurus.

7) Diagnosis

Dalam banyak hal diagnosis dapat ditegakkan berdsarkan

gejala dan tanda klinis. Pada anamnesa biasanya dijumpai

42
keluhan ibu tentang perdarahan pervaginam yang disertai

rasa nyeri, terjadi spontan atau akibat trauma, perut tera

nyeri, diikuti penurunan gerakan janin. Pada pemeriksaan

fisik umum TD menurun, nadi dan pernafasan meningkat,

palpasi perut teraba tegang terus menerus, bagian janin

sukar ditemukan. Auskultasi, DJJ bervariasi dari asfiksia

ringan sampai berat. Pada pemeriksaan dalam terdapat

pembukaan dan ketuban tegan dan menonjol.

8) Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan yang

terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat

pada ibu seperti anemia, syok hipovolemik, insufisiensi

fungsi plasenta, gagal ginjal mendadak, dan kematian

janin, bahkan kematian ibu.

9) Penanganan

Semua pasien yang tersangka solusio plasenta harus

dirawat di Rumah Sakit. Persalinan mungkin pervaginam

atau mungkin juga harus melalui SC, bergantung pada

banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan

spontan dan tanda-tanda gawat janin. Pada kasus telah

terjadi kematian janin, dipilih persalinan pervaginam

kecuali ada perdrahan hebat yang tidak teratasi dengan

transfusi darah yang banyak atau ada indikasi obstetrik

yang lain.

43
10) Prognosis

Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk bagi

ibu dan janin. Solusio plasenta ringan masih mempunyai

prognosis yang baik bagi ibu dan janin, karena tidak ada

kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta

sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama

pada janin, disamping morbiditas ibu. Sedangkan solusio

plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk baik

terhadap ibu maupun janin. Umumnya pada keadaan ini

janinnya telah mati dan morbiditas maternal meningkat

akibat salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang

dan berat prognosisnya tergantung pada kecepatan dan

ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien.

c. Vasa Previa

Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin

berada di dalam selaput ketuban dan melewati ostium uteri

internum untuk kemudian sampai kedalam insersinya tali

pusat. Perdarahan terjadi bila selaput ketuban melewati

pembukaan serviks robek atau pecah dan vaskular janin itupun

ikut terputus. Perdarahan vasa previa menyebabkan angka

kematian janin yang tinggi (33% sampai 100%).

Faktor resiko antara lain pada plasenta bilobata, plasenta

suksenturiata, plasenta letak rendah, kehamilan pada fertilisasi

in vitro, dan kehamilan ganda terutama triplet. Keadaan ini

44
sangat jarang kira-kira 1 dalam 1.000 sampai 5.000 kehamilan.

Bila diagnosis dapat ditegakkan sebelum kehamilan dapat

dipilih untuk dilakukan bedah sesar.

d. Ruptura Uteri

1) Defenisi

Adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi

hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga

peritonium. Peritoneum viserale dan kantung ketuban

keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau

seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir

rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga

abdomen.

2) Klasifikasi

Menurut sebabnya ruptur uteri diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu karean kerusakan atau anomali uterus

yang telah ada sebelum hamil dan kerusakan atau anomali

uterus yang terjadi dalam kehamilan.

3) Insiden

Ruptura uteri dinegara berkembang lebih tinggi

dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia

dilaporkan berkisar 1 dalam 294 persalinan sampai 1

dalam 93 persalinan (Sarwono, 2009).

45
4) Etiologi

Ruptura uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan

uterus yang telah ada sebelumnya seperti trauma, atau

sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang masih

utuh. Pasien yang berisiko tinggi antara lain persalinan

yang mengalami distosia, grande multipara, penggunaan

oksitosin atau prostaglandin untuk mepercepat persalinan,

pasien hamil yang pernah melahirkan melalui bedah sesar

sebelumnya atau operasi lain pada rahimnya.

5) Patofisiologi

Pada waktu his korpus uteri berkontraksi dan mengalami

retraksi. Dengan demikian dinding korpus uteri ataus

egmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus

uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang

menempati korpus uteri terdorong kebawah kedalam

segmen bawah rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebar

dan kerenanya dindingnya menjadi lebih tipis karena

tertarik ke atas oleh kontraksi segmen atas rahim yang

kuat , berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi

yang membatsi kedua segmen semakin bertambah tinggi.

Jika bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena

sesuatu sebab yang menahannya (misalnya panggul sempit

atau kepala janin yang besar) maka volume korpus yang

tambah mengecil pada waktu ada his harus diimbangi oleh

46
perluasan segmen bawah rahim ke atas. Dengan demikian

lingkaran retraksi fisiologik semakin meninggi ke arah

pusat melewati batas fisiologik menjadi patologik.

Lingakaran patologik ini disebut Lingkaran Bandl (ring

van Bandl).

6) Gambaran Klinik

Bila telah terjadi ruptura uteri komplit sudah pasti ada

perdarahan yang bisa dipantau pada Hb dan tekanan darah

yang menurun, nadi yang cepat dan keliatan anemis serta

tanda-tanda lain dari hipovolemia dan pernafasan yang

sulit berhubung nyeri abdomen akibat robekan rahim yang

mengikutsertakan peritoneum viserale robek dan

merangsang ujung saraf sensoris.

7) Diagnosis

Ruptura uteri imminens mudah dikenal pada lingkaran

Bandl yang semakin tinggi dan segmen bawah rahim yang

tipis dan keadaan ibu yang gelisah , takut karena nyeri

abdome. Pada palpasi ibu merasa sangat nyeri dan bagian

tubuh janin mudah teraba di bawah dinding abdomen.

Pada auskultasi sering tidak terdengar denyut jantung

janin, tetapi jika janin belum meninggal bisa terdeteksi

dengan pemantauan KTG.

47
8) Komplikasi

Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan

sepsis akibat infeksi adalah dua komplikasi yang fatal

pada peristiwa ruptura uteri.

9) Penanganan

Dalam menghadapi masalah ruptura uteri semboyan

mencegah lebih baik perlu diperhatikan dan dilaksanakan

oleh setiap pengelola persalinan dimanapun persalinan itu

berlangsung. Pasien berisiko tinggi harus di rujuk ke

rumah sakit.

10) Prognosis

Prognosis bergantung pada apakah ruptura terjadi pada

uterus yang masih utuh atau pada bekas seksio sesarea.

Bila terjadi pada bekas seksio sesarea perdarahan yang

terjadi minimal sehingga tidak sampai menimbulkan

kematian maternal dan perinatal. Faktor lain tergantung

pada kecpatan dan ketepatan pasien dalam mendapatkan

pertolongan.

2. Keluar Cairan Pervaginam

Cairan pervaginam pada kehamilan normal apabila tidak

berupa perdarahan, bisa berupa air ketuban dan leukhore patologis.

Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah

sebelum waktunya. Insidensi ketubah pecah dini 10% mendekati

dari semua persalinan dan 4%mpada kehamilan kurang 34 mg.

48
Penyebab: serviks inkompeten, ketegangan rahim berlebihan

(kehamilan ganda, hidramnion), kelainan bawaan dari selaput

ketuban, infeksi. Penatalaksanaan: pertahankan kehamilan sampai

matur, pemberian kortikosteriod untuk kematangan paru janin,

pada UK 24-32 minggu untuk janin tidak dapat diselamatkan perlu

dipertimbangkan melaukan induksi, pada UK aterm dianjurkan

terminasi kehamilan dalam waktu 6 jam sampai 24 jam bila tidak

ada his spontan.

3. Sakit Kepala Berat

Wanita hamil bisa mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit

kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan. Namun satu saat sakit kepala pada kehamilan dapat

menunjukkan suatu masalah serius apabila sakit kepala itu

dirasakan menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.

Kondisi sakit kepala yang hebat dalam kehamilan dapat menjadi

gejala dari preeklampsia. Jika rasa sakit kepala disertai dengan

penglihatan kabur atau berbayang, maka tanyakan pada ibu, apakah

ia mengalami edema pada muka atau tangan atau gangguan visual.

Selanjutnya lakukan pemeriksaan tekanan darah, protein urine,

refleks dan edema serta periksa suhu dan jika suhu tubuh tinggi,

lakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya parasit

malaria.

49
4. Penglihatan Kabur

Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur. Karena

pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam

adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan

kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai

sakit kepala yang hebat dan mungkin menjadi suatu tanda

preeklampsia. Deteksi dini yang dapat dilakukan adalah dengan

melakukan pemeriksaan data lengakp, pemeriksaan tekanan darah,

protein urine, refleks dan edema.

5. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan

pertanda anemia, gagal jantung atau preeklampsia.

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak pada

kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang

setelah beristirahat atau meninggikan kakinya. Bengkak bisa

menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan,

tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik

lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau

pre eklampsia.

50
Deteksi dini yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

pengumpulan data. Yaitu dengan menanyakan pada ibu apakah

mengalami sakit kepala dan masalah visual. Selanjutnya adalah

dengan melakukan pemeriksaan apakah ada pembengkakan, ukr

TD dan protein urine ibu, periksa haemoglobin ibu (atau warna

konjungtiva) dan tanyakan tentang tanda dan gejala lain dari

anemia.

6. Gerakan Janin Tidak Terasa

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan

trimester 3. Normalnya ibu sudah mulai merasakan gerakan

janinnya selama bulan kelima atau ke enam, beberapa ibu dapat

merasakan gerkaan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya

akan melemah. Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum.

Gerakan janin berkurang bisa disebakan oleh aktifitas ibu yang

berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin,

perut tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah

masuk panggul pada ehamilan aterm.

Gerakan janin kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam,

merupakan salah satu tanda dan gejala kondisi yang perlu

mendapatkan perhatian ibu hamil.

7. Nyeri Perut yang Hebat

Nyeri abdomen yang hebat dan menetap, serta tidak hilang

setelah ibu beristirahat pada kehamilan trimester ketiga sangat

51
berkemungkinan menunjukkan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa ibu hamil dan janin yang diakandungnya. Nyeri

hebat tersebut bisa berarti epindisitis, penyakit radang panggul,

persalinan preterm, solusio plasenta, ISK atau infeksi lainnya.

8. Preeklampsia

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai denga proteinuria. Sedangkan Eklampsia adalah

pre eklampsia yang disertai kejang atau koma (Sarwono, 2004).

Berdasarkan gejala klinik pre eklampsia dibagi menjadi 2

yaitu:

a. Preeklampsia ringan

Preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi dengan

tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam

atau +1 dipstik. Edema bisa ada pada muka, lengan perut,

tungkai bawah sampai tibia. Ibu hamil dengan pre eklampsia

ringan dapat dirawat secraa rawat jalan. Dianjurkan ibu hamil

banyak beristirahat (tidur miring kiri), tetapi tidak harus tirah

baring terus. Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan

preeklampsia ringan perlu dirawat di rumah sakit, yaitu bila

setelah diterapi selama 2 minggu tidak ada perubahan pada

tekanan darah dan kadar proteinuria. Pada kehamilan preterm,

yaitu kurang dari 37 minggu bila tekanan darah mencapai

normotensif selama perwatan, persalinanya ditunggu sampai

aterm. Sementara bila kehamilan pre term lebih dari 37

52
minggu, persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan

atau dipertimabngkan untuk melakukan induksi persalinan pada

taksiran persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan,

bila perlu meperpendek kala II.

b. Preeklampsia berat

Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan

sarah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg

disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau +4 dipstik. Pre

eklampsia berat dibagi lagi menjadi dua yaitu: preeklampsia

tanpa impending eklampsia dan preeklampsia berat dengan

impending eclampsia. Disebut impending eclampsia bila

preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri

kepala hebat, gangguan visus atau mata kabur, muntah-muntah,

nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

Perawatan pasien preeklampsia berat dibagi menajdi dua unsur

yaitu pemberian obat-oabtan atau terapi medisinalis dan sikap

terhadap kehamilan, manajemen agresif, kehamilan diakhiri

setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah stabil. Penderita

preeklmapsia berat hasrus masuk rumah sakit untuk dirawat

inap dan dianjurkan tirah baring ke satu sisi. Obat yang

diberikan adalah MgSo4 untuk anti kejang, dan antihipertensi.

53
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptul

Ibu hamil Metode Pengetahuan Angka

TM III Ceramah Ibu Hamil kematian ibu

meningkat menurun

Faktor yang mempengaruhi

ibu hamil dalam

mendeteksi tanda bahaya

kehamilan :

Umur Ibu

Pendidikan Ibu

Pekerjaan Ibu
Pengetahuan Ibu

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

54
3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi :

H0 : Tidak ada pengaruh metode ceramah terhadap pengetahuan ibu

hamil dalam mendeteksi tanda bahaya kehamilan di wilayah Puskesmas

Borong tahun 2017.

H1 : Ada pengaruh metode ceramah terhadap pengetahuan ibu hamil

dalam mendeteksi tanda bahaya kehamilan di wilayah Puskesmas Borong

tahun 2017.

55
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

4.4 Bahan Penelitian

4.5 Instrumen Penelitian

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

4.8 Cara Analisis Data

56

Anda mungkin juga menyukai