Anda di halaman 1dari 34

Suhu udara mencapai hingga

1000¨C karena partikel udara


yang bergerak sangat minim

Mesosfer :60 – 80 km, suhu


udara turun seiring bertambah
ketinggian karena berkurangnya
grafitasi, tekanan udara
menurun

10 – 60 km dari permukaan
bumi. Suhu meningkat seiring
dengan bertambahnya ketinggia.
Karena lapisan ozon menyerap
ultraviolet.

Lapisan dimana terjadi


fenomena cuaca dan iklim
seperti angin, awan, hujan..
Suhu menurun seiring
bertambahnya ketinggian

Ionosfer >65 km, dari meso


hingga termo, area dimana
radiasi gelombang radio dan tele
dipancarkan. Kaya akan ion yang
berinteraksi dan menghasilkan
cahaya yang indah (aurora).
Daerah lintang 0 – 30 gerakan massa udara dari sub
tropis ke wilayah katulistiwa dikenal dengan trade
wind (angin pasat).
Dari lintang 30 ke 60 namanya angin Westerlies (angin
baratan)

Pengaruhnya terhadap curah hujan. Daerah ITCZ dari


30 utara dan 30 S ketemu (konvergensi) bergerak naik
dan terbentuk tutupan awan sepanjang garis
katulistiwa (daerah doldrums) daerah dengan curah
hujan tinggi. DI lintang 30 pusat tekanan tinggi,
bergerak menuju ke tekanan rendah maka tempat
tersebut akan kering (gurun daerah lintang 30, texas,
arizona, Sahara, Australia tengah). DI laut dikenal
dengan Lintang Kuda. Lintang 60 terjadi konvergensi
dari lintang 30 dan 60 akan tebentuk awan lagi (Kota
London banyak hujan, di Ottawa Kanada, lebih subur).
Front Polar (tempat pertemuan antara 30 dan 90
bertemu di lintang 60 membawa udara dingin dari
kutub sehingga terjadi meluasnya front polar. Pada
Musim dingin terjadi musim dingin yang dahsyat.
Bumi merupakan benda yang berotasi, rotasi bumi mengakibatkan
adanya efek corriolis (efek mbelokan/penyimpangan setiap fluida
yang mengalir).
Karena gaya corriolis tersebut, di atmosfer bumi ini terdapat 3
macam sel (sirkulasi udara) yang dinamakan Sel Hadley, Sel Ferrel
dan Sel Kutub.
Sel Hadley adalah pola gerakan udara yang bergerak naik di
khatulistiwa dan turun di sekitar daerah subtropis. Dampak dari
adanya sel ini adalah terbentuknya angin passat. (0 – 30) berpindah-
pindah sepanjang tahun tergantung gerak semu matahari.Udara
hangat bergerak naik suhu menurun, bergerak turun.
Sel Ferrel adalah pola gerakan udara yang berasal dari daerah
sekitar lintang 30° menuju daerah kutub (lintang 60°). Terjadi
konvergensi udara (front), naik udaranya terbentu awan, udara di
troposfer bagian atas turun dan mengalami pemanasan.
Sel Kutub adalah pola gerakan udara dari kutub menuju daerah
lintang 60°. Udara bergerak dari lintang 90 ke 60 bertemu dengan
sel Ferrel terbentuk Front naik ke troposfer dan bergerak turun.
Wilayah sangat jaug dari matahari. Pemanasannya hanya dari Minus
ke minus. Daerah-daerah pertemuan sel di permukaan bumi, di
baghian atas akan terbentuk pusaran angina (V = mencapai 200 –
400 km/jam yang disebut Jet Stream.
Di atas khatulistiwa, pertemuan dua sirkulasi hadley dari belahan
utara dan selatan menghasilkan Daerah Konvergensi Antar Tropik
(DKAT).
Daerah itu adalah pusat tekanan rendah karena mendapatkan
intensitas penyinaran lebih tinggi dibanding daerah subtropis
sehingga pembentukan awan hujan (convection zone) terjadi disini.
Angin pasat yang bertiup di katulistiwa, terus menerus –
pembangkit el nino dan la nino serta badai siklon
Angi_n mengangkat uap air yang ada di oerlukaan laut ke atas
sementara udara dingin bergerak ke bawah-menghangat dan
naik ke atas-terjadi sirkulasi vertikal
Lama kelamaan membentuk badai kecil yang lemah mengikuti
gerakan horisontal angin pasat.

Jika badai ini melewati area yang dingin, suplai uap air pun sedikit
sehingga semakin lemah dan menghilang dalam hitungan hari

Akan tetapi jika melewati area yang hangat dengan uap air yang tinggi
maka akan membentuk suatu sistem depresi tropis, srtuktur awanpun
semakin membesar dan meluas. Sistem ini akan menyedot jutaan ton
uap air yang diubah menjadi hujan dengan energi yang besar

Jika sistem ini mengenai daratan maka akan menyebabkan terjadinya


hujan dan badai yang hebat dan meicu banjir dan naiknya muka laut.
Seiring terjadinya perubahan iklim dan semakin menghangatnya suhu
atmosfer maka diperkirakan badai ini semakin berbahaya di masa depan
Sirkulasi ini dipicu oleh gradien (perbedaan) densitas
secara global yang ditimbulkan oleh suhu permukaan
laut dan fluks massa air dengan salinitas rendah.

Kata Thermo = suhu, dan Haline = salinitas (kandungan


garam)

Faktor-faktor inilah memegang peranan penting dalam


menentukan kerapatan (densitas air laut). Arus
permukaan digerakkan oleh angin yang bergerak ke
arah kutub dari Samudera Atlantik Khatulistiwa.

Mendingin dalam perjalanan dan akhirnya tenggelam


di lintang tinggi (membentuk massa air dalam Atlantik
Utara). Oleh karena penenggalaman massa air di
wilayah ini maka terjadi pengangkatan massa air
(upwelling) di Samudera Selatan. Sirkulasi global ini
memiliki dampak yang sangat besar terhadap
perubahan iklim secara global.
Geographycal Position Supports High Biodiversity
Monsoon
Gerak semua matahari, dimana pada
bulan Juni, Juli dan Agustus Matahari
condong berada di belahan bumi bagian
utara. Tekanan tinggi berada di wilayah
selatan. Massa udara bergerak dari pusat
tekanan tinggi menuju tekanan rendah di
Samudera Pasifik. Udara dingin dan kering
terbawa melalui perairan Indonesia ------
Musim Kemarau.
Sebaliknya pada bulan Desember, Januari
dan Februari posisi matahari cenderung
berada di belahan bumi bagian selatan.
Pusat tekanan tinggi berpindah ke utara.
Massa udara bergerak dari Samudera
Pasifik menuju Australia dan membawa
serta uap air yang hangat dari Samudera
Pasifik. Evaporasi --------------Musim hujan
7
Bergeraknya massa udara dingin pada saat
musim dingin di daratan Cina yang melintasi
Laut Cina Selatan dan Memasuki wilayah
Perairan Indonesia.

Ada 4 Type Surge berdasarkan lintasan


mereka menuju lintang rendah. 1) South
China Sea (SCS) surges, 2) Philippines Sea
(PHS) surges, 3) both SCS and PHS
surges, and 4) blocked surges.

Curah hujan yang tinggi di benua maritime


yang dipicu oleh interaksi antara surges
dengan pre-existing synoptic conditions yang
berada di area tropis terutama Madden–
Julian oscillation (MJO). (Abdillah et al 2021)
Illustration of the Madden-Julian
Oscillation. Precipitation first develops
in the Indian Ocean and moves
eastward with a speed of about 5 m s-
1. (Hartmann and Hendon 2007).
Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)

Oleh karena angin pasat tenggara yang


bertiup sepanjang tahun membentuk
tumpukan massa air pada bagian barat
Samudera Pasifik. (Slope)

Sepanjang tahun perairan Indonesia


dilalui oleh massa air dari Samdera
Pasifik menuju Samudera India, karena
adanya perbedaan tinggi paras laut
antara Samudera Pasifik bagian barat
dengan Timur laut Hal ini
mengakibatkan aliran massa air dengan
karakteristik yang khas melalui perairan
Indonesia dan keluar menuju Samudera
India (Sprintall et al 2019)

Detecting Change in the Indonesian Seas


Geographycal Position Supports High Biodiversity

Positive and negative impacts of climate anomalies towards Indonesian Seas

El Nino Southern Oscillation (ENSO)


La Nina events in the Pacific Ocean

More intensive Upwelling in the


Southern of Java Sea and Western of
Sumatera during strong ENSO
------------ High productivity waters

Indian Ocean Dipole (+) and (-)

Positive IOD >> upwelling occurs in the


western coast of Sumatera and
Southern coast of Java due to the
stronger southeast trade wind.

---------- High productivity waters


Southern Oscillation Index (BOM, Australia)
Bagaimana Mengukur ENSO ?
Southern Oscillation Index (BOM, Australia)
Nino Index (Nino 3.4) (NOAA, USA)
Bagaimana Mengukur Indian Ocean Dipole (IOD) ?
Geographycal Position Supports High Biodiversity

Positive and negative impacts of climate anomalies towards Indonesian Seas

El Nino Southern Oscillation (ENSO)


La Nina events in the Pacific Ocean

More intensive Upwelling in the


Southern of Java Sea and Western of
Sumatera during strong ENSO
------------ High productivity waters

Indian Ocean Dipole (+) and (-)

Positive IOD >> upwelling occurs in the


western coast of Sumatera and
Southern coast of Java due to the
stronger southeast trade wind.

---------- High productivity waters


Geographycal Position Supports High Biodiversity

Banda Upwelling
April – October (high intensity during
August) Tristianto et al., 2021)

The upwelling event occurs along the


eastern edge of Banda Sea (BS) with
southwestward Ekman transport and
its kinetic energy of above 10 Joule.
The Ekman layer depth in BS is
about 60 m. During La Nina event
surface circulation is much stronger
with kinetic energy of about 700 J,
causing Ekman layer shallower due
to increased Ekman transport and
upwelling intensity (Horhoruw et al
2017)
Banda and Southern of Java Coastal Upwelling are categorized as the most
iproductive upwelling in the world beside Southern American Coast (Peru and
Venezuella) and Benguela Current in Africa (Umasangaji and Ramili 2021)
Geographycal Position Supports High Biodiversity
Halmahera Eddy

Terbentuknya antisiklonik Halmahera


Eddy dan siklonik Mindanao Eddy
adalah akibat dari tubrukan non-
linear antar aliran pada Western
Boundary Currents (WBC) yaitu antara
Arus Mindanao (Mindanao
Current/MC) dari Belahan Bumi Utara
(BBU) dan Arus Pantai Utara Papua
(New Guinea Coastal Current/NGCC
dan New Guine Coastal Under
Current/NGCUC) dari Belahan Bumi
Selatan (BBS). Halmahera Eddy dan
Mindanao Eddy ini harus ada guna
menyeimbangkan fluks momentum
non-linear yang diakibatkan akibat
tubrukan kedua arus utama tersebut.

(Arruda and Nof, 2003)


Bila diintegralkan (dijumlahkan) transfor (perpindahan) massa air dari permukaan sam-pai DE (lap perm
Ekman), akibat gesekan angin, maka transfor bersih (net transport) adalah 90o ke sebelah kanan (BBU)
atau ke kiri (BBS).

Sekarang Teori Ekman diterapkan di perairan pesisir: Angin bertiup sejajar garis pantai, dimana garis
pantai ada di sisi kiri angin dan angin bertiup ke kutub di BBU:
U

Bidang datar

Q g Lap perm Ekman

grad tek
x
1 2 Lap Interior

Lap Dasar

Arus geostropik (masuk ke dalam gambar atau // grs pantai ke


Dasar perairan utara)
Q = transpor
Pantai timur benua atau pantai barat Samudera di BBU
(1) Pada Lap Perm Ekman:
• Akibat angin yg bertiup ke utara (pantai di sisi kiri arah tiupan angin), maka trans-
por massa air (Q) di lap Ekman ke kanan  menjauhi pantai. Akibatnya paras laut
turun di pantai dan menumpuk (meninggi) di laut lepas. Lereng paras laut menaik
ke arah laut lepas.
• Keseimbangan gaya : Gaya Coriolis ~ Gesekan angin
(2) Pada Lap Interior:
• Akibat terbentuknya lereng muka laut, maka tek pada kolom air di laut lepas (2) >
dari tek di pantai (1)  terbentuk grad tek ke arah pantai. Massa air mulai berge-
rak ke arah pantai (searah grad tek). Lalu gaya Coriolis bekerja membelokkan
aliran ke kanan (karena di BBU). Setelelah seimbang, arus geostropik mengalir ke
utara (searah angin) atau dilambangkan x masuk kedalam kertas.
• Keseimbangan gaya : Grad tek ~ Gaya Coriolis
(3) Arus geostropik yg bergerak ke utara di lap interior akan menjadi lambat di lap da-
sar akibat dari pengaruh friksi dasar. Kalau arus lambat maka gaya Coriolis ke
kanan aliran juga makin kecil, sehingga tidak seimbang lagi dengan grad tek ke ki-
ri aliran. Oleh karenanya aliran harus belok kekiri agar Gaya Coriolis dan gesekan
dasar seimbang dengan grad tek. Makin dekat kedasar arus makin berbelok ke kiri
atau kenan di BBS dan kec nya nol di dasar. Mendekat dasar arah arus 45o. Jadi di
lap dasar terbentuk juga arus spiral tetapi berbelok ke keri (di lap perm ke kanan).
Jadi massa air yg pada lap dasar akan menyusuri dasar dan sampai di permukaan di
pantai. Proses kenaikan massa air untuk mengisi kekosongan tsb disebut: up-welling,
sedangkan proses berbeloknya massa dari bawah yg dingin dn kaya zat hara ini
mengikuti aliran ke lepas pan tai disebut: divergence.
• Keseimbangan gaya: Grad tek ~ Gaya Coriolis + friksi dasar

v
pantai

GT CF

Fr

v
CF
pantai

GT

Fr
Jenis2 up-welling menurut mekanisme pembentukannya:
1) Ekman Pump: Angin  Transpor Ekman  Kekosongan  Up-welling
Ada dua jenis:

1.1 Sekitar Pantai


• Pada lintang pertengahan pantai barat benua atau pantai timur Samudera.
Pd daerah ini bertiup angin passat timur laut (northeast trade) di BBU dab passat
tenggara (southeast trade) di BBS secara tetap kearah ekuator. Akibatnya terjadi
transpor Ekman (Q) menjauhi pantai. Kekosongan di pantai diisi massa air dari lap
dalam  up-welling. Misalnya: Pantai Peru (A. Selatan), Pantai Oregon dan Califor-
nia (A. Serikat) dan Pantai Senegal (Baratdaya Afrika)

• Dapat juga terjadi pada pantai timur benua atau pantai barat samudera, bila angin
bertiup ke arah kutub (hanya angin demikian tidak menetap). Akibat tiupan angin
demikian  transpor Ekman (Q) menjauhi pantai, shg kekosongan di pantai diisi
massa air dari lap dalam  up-welling. Misalnya: Pantai Timur A. Serikat

• Dapat juga terjadi pada pantai yg berorientasi timur – barat, seperti selatan Jawa –
Lesser Sunda Islands dan selatan Sul Selatan. Angin Timur-Tenggara menyebabkan
 transpor Ekman (Q) menjauhi pantai, shg kekosongan di pantai diisi massa air
dari lap dalam  up-welling
Jenis2 up-welling menurut mekanisme pembentukannya:
1) Ekman Pump: Angin  Transpor Ekman  Kekosongan  Up-welling
Ada dua jenis:

1.1 Sekitar Pantai


• Pada lintang pertengahan pantai barat benua atau pantai timur Samudera.
Pd daerah ini bertiup angin passat timur laut (northeast trade) di BBU dab passat
tenggara (southeast trade) di BBS secara tetap kearah ekuator. Akibatnya terjadi
transpor Ekman (Q) menjauhi pantai. Kekosongan di pantai diisi massa air dari lap
dalam  up-welling. Misalnya: Pantai Peru (A. Selatan), Pantai Oregon dan Califor-
nia (A. Serikat) dan Pantai Senegal (Baratdaya Afrika)

• Dapat juga terjadi pada pantai timur benua atau pantai barat samudera, bila angin
bertiup ke arah kutub (hanya angin demikian tidak menetap). Akibat tiupan angin
demikian  transpor Ekman (Q) menjauhi pantai, shg kekosongan di pantai diisi
massa air dari lap dalam  up-welling. Misalnya: Pantai Timur A. Serikat

• Dapat juga terjadi pada pantai yg berorientasi timur – barat, seperti selatan Jawa –
Lesser Sunda Islands dan selatan Sul Selatan. Angin Timur-Tenggara menyebabkan
 transpor Ekman (Q) menjauhi pantai, shg kekosongan di pantai diisi massa air
dari lap dalam  up-welling
1.2 Laut Terbuka (jauh dari pantai)
- Arah dan Kec angin bervariasi menurut lintang
Ekuator – Subtropis: Angin Passat (Trade winds)
Lintang sedang (Mid-latitude): Angin baratan (Westerlies)
Lintang Tinggi – Kutub : Angin timuran kutub (Polar easterlies)

- Kec angin dengan arah yg sama juga bervariasi


 sebagai akibatnya: transpor Ekman bervariasi menurut lintang

Ekuator: Ekman Transpor (Q) ke utara  paras laut drop  divergence  up-welling
Sub-tropis (batas Trade dan Westerlies): pertemuan Ek Tr (Q) dari selatan dan Utara 
paras laut tinggi  Convergence  down-welling (sinking)
Lintang pertengahan (daerah Westerlies): Ekm Tr (Q) ke selatan  paras laut drop 
divergence  up-welling

Divergence: arus permukaan saling menjauhi  paras laut turun (kekosongan) 


divergence  up-welling
Convergence: arus permukaan saling bertemu  akumulasi  paras laut menaik 
convergence  down-welling (sinking)
2. Defleksi (deflection)  Ada dua jenis:
2.1 Punggung di dasar samudera (mis: Mid-Ocean Ridge)
Arus dalam terhalang punggung dasar samudera  arus terpaksa naik menyusuri
punggung  up-welling

punggung
dasar samudera
2.2 Tanjung (Cape)
Arus yg mengalir sejajar pantai terhalang tanjung (ridge). Arus mengalami defleksi ke
laut lepas  ada kekosongan di bagian hilir tanjung (cape) atau tonjolan (head land)
 lalu diisi massa air dari lap bawah (up-welling) yg intensif.
Massa air yg dingin dan kaya zat hara tersebut ikut juga menyebar ke laut lepas 
daerah up-welling demikian disebut: squirt atau jet
Misalnya: pantai Peru dan pantai Senegal

Up-welling

tonjolan

tonjolan

Up-welling
Pantai Peru
(BBS) Pantai Senegal
(BBU)
3. Akibat pusaran siklon:
Pusaran siklon (berlawanan j.j.)
di BBU atau searah j.j. di BBS 
massa air menjauhi pusat pusaran
 terjadi kekosongan  diisi
massa air dari lap bawah 
divergence  up-welling.
Siklon (pusaran) dapat terjadi
karena adanya pusaran angin yg
menyeret massa air  up-welling
ini bersifat temporer

Ini bisa dilihat dari citra altimeter


Topex/Poseidon dimana terdapat
pusat muka air yg rendah

Pusaran anti-siklon (searah j.j. di


BBU) atau berlawanan j.j. di BBS
 massa air menuju pusat 
convergence  down-welling
(sinking)
Tipe Up-welling:
1. Tipe Stasioner (stationary type)
Terjadi sepanjang tahun, intensitas berfluktuasi.
Karena angin bertiup secara menetap  Q menjauhi pantai  kekosongan di
pantai  diisi massa air dari lap bawah  up-welling
Mis: Pantai Peru (Am Sel), Pantai California (USA), Pantai Senegal (Afrika)

2. Tipe Berperiode (Periodic Type)


Pada daerah ini arah angin berubah sesuai dengan musim. Jika angin sejajar
pantai yg mengkibatkan massa air di lap Ekman menjauhi pantai  kekosongan
di pantai  upwelling. Pada musim lainnya, arah angin berubah dimana
upwelling tidak terjadi. Sehingga up-welling terjadi secara musiman
Mis: Pantai selatan Jawa – Sumbawa

3. Tipe bergantian (alternating type)


Tergantung arah angin yg sesuai dengan musim, up-welling dan down-welling
Mis: L. Banda dan L. Arafura.
Angin Muson Tenggara (M. Timur)  massa air menjauhi pantai 
kekosongan  divergence  up-welling
A. Muson Barat Laut (M. Barat)  massa air mendekati pantai  menumpuk
 convergence  down-welling
Geographycal Position Supports High Biodiversity

Banda Upwelling
April – October (high intensity during
August) Tristianto et al., 2021)

The upwelling event occurs along the eastern edge


of Banda Sea (BS) with southwestward Ekman
transport and its kinetic energy of above 10 Joule.
The Ekman layer depth in BS is about 60 m.
During La Nina event surface circulation is much
stronger with kinetic energy of about 700 J,
causing Ekman layer shallower due to increased
Ekman transport and upwelling intensity
(Horhoruw et al 2017)

Banda and Southern of Java Coastal Upwelling are categorized as the most
iproductive upwelling in the world beside Southern American Coast (Peru and
Venezuella) and Benguela Current in Africa (Umasangaji and Ramili 2021)
Geographycal Position Supports High Biodiversity
Halmahera Eddy
Terbentuknya antisiklonik Halmahera
Eddy dan siklonik Mindanao Eddy adalah
akibat dari tubrukan non-linear antar
aliran pada Western Boundary Currents
(WBC) yaitu antara Arus Mindanao
(Mindanao Current/MC) dari Belahan
Bumi Utara (BBU) dan Arus Pantai Utara
Papua (New Guinea Coastal
Current/NGCC dan New Guine Coastal
Under Current/NGCUC) dari Belahan
Bumi Selatan (BBS).

(Arruda and Nof, 2003)


Geographycal Position Supports High Biodiversity
Gene Flow
Faktor-factor hydro-oseanografi dan
klimatologi menyebabkan aliran gen
yang pada akhirnya meningkatkan
keanekaragaman hayati

Gene flow is transfer alel atau


frekuensi alel dari satu populasi ke
populasi lain atau antara dua atau
lebih populasi secara timbal balik.
Biasanya aliran alel ini terjadi karena
suatu populasi berpindah ke
“wilayah” atau habitat orang lain
dan bereproduksi dengan individu-
individu yang tinggal di sana.

Bahri, 2017 ; Caputi et al 1996


32
HOT SPOT OF BIODIVERSITY ESTIMATION ON EARTH

Western Sundaland- It covers the western half of the Indonesian archipelago dominated by the islands
of Borneo and Sumatra, nearly all of Malaysia, Singapore and Brunei region. A very small portion of the
Indian Territory also comes under this Biodiversity hotspot in the form of The Nicobar Islands.
Wallacea – It covers the parts of Eastern Indonesia (Myers, 1988)
HOT SPOT OF INDONESIAN BIODIVERSITY
Terrestrial Area Aquatic Area

Anda mungkin juga menyukai