Anda di halaman 1dari 3

Nama : Livia Agustin Wulandari (12)

Kelas : X IPS 1

Tugas II Geografi Daring kelas X Dinamika atmosfer dan pengaruhnya bagi kehidupan

Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

1. Jelaskan, kaitan antara gerak semu tahunan matahari dan angin muson terhadap pergantian
musim di Indonesia!
2. Jelaskan kaitan antara hukum Buys Ballot dengan pergerakan angin siklon !
3. Jelaskan , bagaimana proses terbentuknya awan ?
4. Jelaskan jenis awan menurut morfologinya!
5. Jelaskan tentang hujan zenithal atau hujan konveksi !

Jawaban :

1. Gerak semua matahari menyebabkan perubahan gerak arah angin , lazimnya juta
sebut angin muson.

Ketika intensitas matahari tinggi di bumi bagian Utara , mau tekanan udara di
bumi bagian selatan naik . Angin selalu bergerak dari tekanan tinggi ke rendah.

Maka bergeraklah angin dari bumi bagian selatan ( Asia) melewati samudra luas ,
hal ini menyebabkan banyak uap air yang terikut , angin yg penuh dengan uap air
ini pun melewati Indonesia lalu ke bumi bagian Utara (Australia). Hal ini
menyebabkan musim hujan

Sedangkan ketika intensitas matahari meningkat di Asia maka tekanan udara di


Australia tinggi. Angin akan bergerak dari Australia melewati gurun luas yg kering
, lalu ke Indonesia dan seterusnya ke wilayah Asia lainnya. Hal ini menyebabkan
musim kemarau

2. Menurut Hukum Buys Ballot, di belahan bumi selatan angin berbias ke kiri dan ke
sebaliknya. Nah, gerakan angin siklon mengikuti hukum ini, sehingga arah
putaran siklon di belahan bumi utara berbeda dengan angin yang berada di
belahan bumi selatan. Gerakan angin siklon yang ada di belahan bumi sebelah
utara berlawanan dengan putaran arah jarum jam. Sementara angin yang ada di
belahan bumi selatan searah dengan jarum jam. 
3. Secara sederhana, awan terbentuk karena penguapan air yang berasal dari laut,
danau, atau sungai. Kemudian, uap air ini akan naik ke atas menjadi titik-titik air
dan terbentuklah awan:
1.Udara yang bergerak ke atas akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga
kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah.
2. Kemudian, ketika RH mendekati 100, tetes air mulai berubah menjadi tetes awan. Hal ini
dikarenakan uap air telah digunakan oleh inti-inti yang lebih besar, sedangkan inti yang
lebih kecil kurang aktif berperan. Maka dari itu, volume tetes awan yang terbentuk jauh
lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
3. Tetes awan yang sudah terbentuk umumnya memiliki jari-jari 5-20 mm dan akan jatuh
dengan kecepatan 0,01-5 cm/s. Namun, kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar
sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi dan tetap berada di atas.

4. menurut morfologinya awan dibagi menjadi empat jenis yaitu:


1.Cirrus
    adalah awan tinggi dengan bentuk seperti serabut atau bulu halus
2. Cumulus
    adalah awan yang berbentuk seperti gumpalan berwarna putih atau kelabu
3. Stratus
   adalah awan yang berbentuk seperti lembaran tipis yang seragam dan berwarna putih atau
gelap
4. Nimbus
   adalah awan gelap yang terlihat basah dan sering menimbulkan hujan

5. Hujan konveksi atau hujan zenithal adalah hujan yang terjadi karena udara yang
mengandung uap air naik secara vertikal (konveksi).
Udara naik karena adanya pemanasan. Udara yang naik itu kemudian mengalami penurunan
suhu.
Turunnya suhu membuat udara yang mengandung uap air mengalami proses kondensasi dan
membentuk awan.
Awan akan menurunkan hujan ketika sudah tak lagi menahan kumpulan titik-titik airnya.
Hujan konveksi biasa terjadi di daerah yang panas atau tropis seperti Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai