Anda di halaman 1dari 9

METEOROLOGI

Meteorologi adalah salah satu bidang pengetahuan yang sangat penting aviator.
Berdasarkan sejarah penerbangan, kondisi cuaca tertentu dapat menggagalkan operasi
penerbangan, memperlambat rencana penerbangan dan bahkan dapat menimbulkan
kecelakaan. Banyak penelitian telah dilaksanakan untuk pengembangan instrument dan
pesawat radio yang mutakhir untuk mengatasi keterbatasan penerbangan.
Saat ini, pesawat-pesawat modern mampu terbang dalam segala macam kondisi
cuaca dan melaksanakan instrument landing dalam penglihatan yang sangat terbatas.
Kondisi cuaca jelek yang tiba-tiba terjadi, dapat menggagalkan penerbangan.
Mempelajari atmosfer bumi, cuaca dan meteorologi dasar tidak hanya sekedar usaha yang
menantang dan menggairahkan tetapi sebagai prasyarat bagi pilot baru.

A. TEORI CUACA
Cuaca diatas bumi ini dihasilkan terutama oleh dua faktor yaitu : matahari dan
rotasi bumi. Mayoritas pemanasan bumi adalah hasil dari reradiasi sinar matahari dari
permukaan bumi. Kurang lebih 85% panas diserap oleh atmosfer dari panas yang
disebabkan oleh pemanasan tanah yang ada dibawahnya. Sedangkan 15% panas
dihasilkan oleh sinar matahari secara langsung pada saat melewati atmosfer bumi.

1. Pemanasan Bumi
Pemanasan udara disekililing bumi tidak sama diseluruh permukaan bumi
bermacam-macam bentuk permukaan bumi seperti daun-daunan, pasir, gunung-
gunung akan mempengaruhi jumlah reradiasi energi panas matahari. Tetapi
perbedaan pemanasan bumi terutama disebabkan oleh perbedaan angle of
incidence dari sinar matahari saat mengenai permukaan bumi.
Pada daerah equator, sinar matahari tegak lurus ke bumi, sehingga 1cm 2 sinar
sinar matahari akan mengenai 1cm2 permukaan bumi. Akibatnya akan terjadi
konsentrasi panas yang paling tinggi dan tentu saja akan menimbulkan reradiasi
yang tinggi pula angle of incidence sinar matahari semakin kecil kearah kedua
kutub bumi utara dan selatan. Disebelah utara dan selatan equator, 1cm 2 sinar
matahari akan mengenai permukaan bumi lebih dari 1cm 2. Akibatnya konsentrasi
panas akan lebih rendah/berkurang dan tentu saja akan menimbulkan reradiasi
yang rendah pula. Dengan rendahnya reradiasi, maka pemanasan atmosfer juga
rendah.
Di daerah kutub utara dan selatan angle of incidence sangat kecil, sehingga
pemanasan atmosfer sangat kecil, akibatnya temperature udara didaerah tersebut
sangat dingin. Dapat disimpulkan bahwa makin ke utara atau ke selatan dari
equator, temperature udara makin rendah/menurun. Tidak samanya pemanasan
atmosfer bumi menyebabkan terjadinya pola sirkulasi sel-sel udara yang besar.
Densiti/kepadatan udara akan menyebabkan apakah udara akan naik atau turun.
Apabila udara lebih padat, maka udara akan turun dan bila udara kurang padat
maka udara akan naik. Udara panas didaerah equator kurang padat dan naik
keatas. Sebaliknya udara dingin didaerah kutub sangat padat dan turun ke
permukaan bumi. Kemudian udara tersebut bergerak kearah equator untuk
mengisi permukaan bumi yang kosong, dan terjadilah sirkulasi udara.
Pola sirkulasi udara yang besar disekeliling bumi dapat disamakan dengan
memasak air didalam panci. Air yang panas didasar panci akan naik dan kemudian
air dibagian atas yang masih dingin turun untuk mengganti air panas yang naik.
Begitu seterusnya akan terjadi sirkulasi air yang berlanjut.

2. Putaran Bumi
Apabila tidak ada putaran bumi, maka akan terjadi pola sirkulasi udara sederhana
diatas bumi yaitu udara akan bergerak dari daerah kepadatan yang tinggi (daerah
bertekanan tinggi) diatas kutub ke daerah kepadatan rendah (daerah bertekanan
rendah) di daerah equator yang kemudian dipanaskan kembali dan mengalir lagi
ke kutub. Dalam kenyataan, karena ada putaran bumi, maka ada pola sirkulasi
udara tiga sel diatas masing-masing belahan bumi.
Karena putaran bumi, udara dari equator yang bergerak ke utara, dibelokkan ke
timur dibelahan bumi utara. Kira-kira pada 30º L.U, sebagian banyak udara
bergerak ke timur menyebabkan terjadinya tumpukkan udara yang turun ke bawah
dan membentuk daerah tekanan tinggi yang relative konstan pada garis lintang
tersebut. Sebagian udara yang tinggal terus bergerak kearah kutub utara. Udara
yang turun pada 30º L.U sampai ke permukaan bumi dan menyebar kearah utara
dan selatan. Yang mengalir ke selatan membentuk satu sel pola sirkulasi.
Udara yang bergerak ke utara, membentuk sel lain antara 30º L.U dan 60º L.U.
Udara yang turun dari kutub utara ke selatan bertabrakan dengan udara yang
bergerak ke utara dari 30º L.U, membentuk daerah tekanan tinggi. Daerah dimana
dua massa udara bertemu dan naik ke atas akan menimbulkan daerah tekanan
rendah semi permanen, yaitu dekat 60º L.U. Oleh karena itu, pola sirkulasi udara
ketiga terbentuk diantara 60º L.U dan kutub utara. Akibat tidak meratanya
pemanasan permukaan bumi dan resultante dari pola sirkulasi udara tiga sel,
terjadilah empat sistem tekanan permanen relative yaitu :
• Daerah tekanan rendah diatas equator
• Daerah tekanan tinggi diatas/pada 30º L.U
• Daerah tekanan rendah pada 60º L.U
• Daerah tekanan tinggi di kutub utara
Peristiwa tersebut dapat terjadi karena adanya coriolis effect yaitu dengan adanya
rotasi bumi yang alami menyebabkan adanya suatu gaya yang dapat
membelokkan udara kea rah timur dibagian bumi belahan utara dan kearah barat
dibagian bumi belahan selatan.
Kombinasi dari coriolis effect, sistem tekanan semi permanen dan berat udara,
menghasilkan pola sirkulasi angin yang dapat diramalkan dikedua belahan bumi.
Di belahan bumi utara, antara equator dan 30º L.U terjadi angin pasat timur laut,
diantara 30º L.U dan 60º L.U terjadi angin barat dan didaerah kutub terjadi angin
timur kutub.
PEMBENTUKKAN AWAN
Bagi pilot berpengalaman, awan menunjukkan adanya kekuatan yang bekerja di
atmosfer. Lokasi dan penampakkannya (ukuran, bentuk dan warna) dapat memberikkan
perkiraan/peramalan kepada aviator akan terjadinya/dihadapi turbulensi atau hujan batu
es.

Klasifikasi awan
Menurut cara terbentuknya, awan dibagi menjadi 2 tipe dasar, yaitu :
- Awan comulus
- Awan stratus
• Awan comulus : dibentuk oleh aliran udara yang naik keatas dan tidak stabil secara
merata serta berkembang ke arah vertical. Aliran udara tersebut akan menciptakan
bentuk cumuli dan kelihatan bertumpuk-tumpuk
• Awan stratus : terbentuk apabila lapisan udara lembab menjadi dingin dibawah titik
jenuhnya. Awan stratus kebanyakan terletak dalam lapisan-lapisan horizontal dan
tidak berkembang ke atas. Stratus adalah bahasa latin yang berarti lapisan. Awalan dan
akhiran yang dikombinasikan untuk memberi nama suatu awan menunjukkan karakter
dari awan tersebut.
Awan comulus yang menghasilkan kandungan air hujan atau salju disebut
Comulonimbus (comulus ditambah akhiran nimbus). Awan juga diberi nama tergantung
ketinggiannya. Awan cirrus adalah tipis, berbentuk gumpalan dan merupakan awan tinggi
biasanya berada pada ketinggian diatas 25.000 ft. Nama awan dengan awalan alto adalah
awan menengah yang berada pada ketinggian 6.500 s/d 23.000 ft. Awan rendah stratus
dan comulus biasanya terdapat pada ketinggian dibawah 6.500 ft, dan tidak diberi kata
awalan.

Menurut ketinggiannya, awan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :


- Awan tinggi
- Awan menengah
- Awan rendah
• Awan tinggi : terbentuk dari kristal-kristal es, mengingat temperatur udara yang
sangat dingin pada ketinggian yang tinggi. Awan-awan tersebut termasuk awan
cirrocumulus dan cirrostratus. Dasar dari awan tinggi rata-rata sekitar 25.000 ft, tetapi
bisa terjadi pada ketinggian yang lebih rendah kira-kira 16.500 ft garis lintang kutub
dan bisa terjadi pula pada ketinggian yang lebih tinggi kira-kira 45.000 ft di daerah
equator. Karena terdiri dari kristal es, maka awan cirrus tidak menimbulkan bahaya es
terhadap pesawat. Cirrostratus biasanya tipis dan dapat ditembus sinar matahari atau
sinar bulan, dan dapat menimbulkan “halo effect” yaitu lingkaran pada matahari/bulan.
• Awan menengah
Kelompok awan menengah terdiri dari :
- Altocomulus
- Altostratus
- Nimbostratus
Selain terbentuk dari kristal es, awan-awan ini terbenuk pula dari titik-titik air yang
sangat kecil. Dasar dari awan-awan tersebut berada pada ketinggian antara 6.500 s/d
23.000 ft
Altocomulus dapat terbentuk dalam bermacam-macam cara dan penampakkan
yang berbeda-beda pula. Biasanya berbentuk lapisan yang membengkak dan tidak
sempurna dengan warna keputih-putihan atau keabu-abuan. Sering menyerupai awan
cirrocumulus, tetapi gumpalannya terlalu besar. Hujan air dari awan tipe ini jarang
terjadi.
Nimbostratus merupakan awan yang benar-benar awan hujan atau awan salju.
Awan tersebut penuh dengan kelembaban dan tampak lebih gelap daripada awan
stratus. Hujan yang terjadi oleh awan ini berbentuk hujan terus menerus, salju atau
butir-butir es.
Altostratus adalah awan stratus yang juga terbentuk pada ketinggian menengah.
Awan tersebut biasanya bercampur dengan hujan dan cuaca yang tidak baik.
• Awan rendah
Kelompok awan ini terdiri dari awan stratus, stratocumulus dan cumulus cuaca terang.
Awan tersebut terbentuk dekat permukaan bumi sampai ketinggian ± 6.500 ft. Stratus
atau awan rendah yang terpenting bagi aviator, karena dapat membatasi
pandangan/penglihatan di dekat permukaan bumi. Ketinggian dari dasar awan ini
dapat berubah dengan cepat. Apabila awan tersebut terbentuk dekat permukaan tanah,
awan tersebut dikenal dengan nama kabut. Stratus adalah awan yang seragam dan
menyerupai kabut. Awan tersebut mempunyai dasar yang seragam dan berwarna abu-
abu pudar. Awan stratus membuat langit tidak terang dan kadang-kadang terjadi hujan
rintik-rintik atau salju dengan kabut yang sangat ringan. Karena tidak berkembang ke
atas, awan tersebut biasanya tidak menghasilkan hujan lebat atau salju.
Stratocomulus adalah massa awan tidak tetap yang berkembang/menyebar dalam
bentuk lapisan yang menggelembung/menggulung. Awan ini tidak menghasilkan
hujan, tetapi mudah berubah menjadi awan nimbostratus. Awan ini berwarna sangat
keputih-putihan dengan noda-noda gelap dan terdiri dari massa udara yang padat dan
Bersatu serta menjadi awan yang tidak jelas lagi setelah terjadi hujan.
Awan Cumulus cuaca terang biasanya terbentuk di atas tanah oleh aliran udara
yang naik ke atas dan menghilang pada malam hari.

Cumulus Clouds
Stratus Clouds

Cirrus Clouds
Altostratus Clouds

Stratocumulus Clouds
Cumulonimbus Clouds

Anda mungkin juga menyukai