Selamat! Anda telah bersedia menyediakan waktu untuk menjadi bagian dari Program
Pendidikan Guru Penggerak (PPGP). Bapak/Ibu adalah individu-individu terpilih yang
proaktif serta memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan dan mutu
pendidikan di Indonesia, dan untuk itulah program pendidikan ini dibentuk dan
dikembangkan.
Dalam Modul 3.1 ini, pembahasan akan fokus kepada keterampilan seorang pemimpin
dalam mengemban salah satu perannya, yaitu mengambil suatu keputusan, khususnya
pada kasus-kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan atau Etika. Selanjutnya
keputusan-keputusan yang diambil secara langsung atau tidak, menentukan arah dan
tujuan suatu institusi atau lembaga serta menunjukkan nilai-nilai atau integritas dari
institusi tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh kepada mutu pendidikan yang
didapatkan murid-murid Anda sekalian.
Bila kita telusuri lebih dalam, modul ini selaras dan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar
Nasional Pendidikan, khususnya pada standar pengelolaan. Seorang pemimpin
hendaknya memahami nilai-nilai kebajikan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah,
berkepribadian serta berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan,
khususnya dalam mengambil suatu keputusan, hendaknya setiap keputusan yang
diambil tersebut selaras dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh suatu
institusi tersebut, yaitu bertanggung jawab dan berpihak pada murid.
Pada modul ini akan tersaji beberapa studi kasus yang akan dihadapi seorang pemimpin
sekolah, khususnya studi kasus di mana dua kepentingan sama-sama benar, sama-sama
memiliki nilai-nilai kebajikan. Kita akan dihadapkan pada suatu situasi dilematis, yang
akan kita kenal dengan dilema etika. Apakah itu dilema etika? Apakah perbedaannya
dengan bujukan moral, dan bagaimana mengenali di antara keduanya? Anda juga akan
diajak mengidentifikasi 4 (empat) paradigma serta mendalami prinsip-prinsip yang
melandasi cara berpikir Anda selama ini, yang mempengaruhi pengambilan keputusan
yang Anda ambil. Prinsip-prinsip apa yang selama ini Anda anut, dalam pengambilan
suatu keputusan? Sebelum atau sesudah pengambilan keputusan diambil perlukah kita
menganalisis kembali keputusan-keputusan kita, untuk apa? Bagaimana menguji
pengambilan keputusan kita sendiri, apakah keputusan tersebut sudah efektif atau tepat
sasaran?
Pada akhirnya, kami harapkan Anda akan menikmati proses perjalanan pembelajaran
Anda. Kami harapkan proses pembelajaran ini dapat mengantarkan Anda menjadi
seorang pemimpin yang lebih baik, berkualitas, dan mandiri. Semoga waktu yang telah
Anda sisihkan ini bisa dipergunakan dengan sebaik-baiknya, dan tentunya ilmu yang
Anda dapatkan pada program pendidikan guru penggerak ini kelak bermanfaat untuk
diri Anda sendiri, dan tentu untuk orang banyak, terutama di lingkungan
Anda. "Janganlah pernah ragu bahwa sekelompok kecil orang-orang yang berkomitmen
dan peduli pada sesama, dapat mengubah dunia. Bahkan, hal seperti itulah yang
terjadi” (Never doubt that a small group of thoughtful committed individuals can change
the world. In fact, it's the only thing that ever has.") - Margaret Mead.
Salam,
Eksplorasi Konsep
Sekolah adalah ‘institusi moral’ yang dirancang untuk membentuk karakter para
warganya. Seorang pemimpin di sebuah institusi atau sekolah akan menghadapi
situasi di mana pemimpin tersebut perlu mengambil suatu keputusan yang
mengandung dilema secara etika, dan berkonflik di antara nilai-nilai kebajikan
universal yang sama-sama benar.
Ruang Kolaborasi
Demonstrasi Kontekstual
Elaborasi Pemahaman
Koneksi Antarmateri
Aksi Nyata
Selama mengikuti pembelajaran Modul 3.1, segala informasi studi kasus yang
disampaikan baik oleh pihak instruktur, fasilitator, atau calon guru penggerak (CGP)
akan merupakan informasi yang semata-mata dipergunakan untuk keperluan
pembelajaran/pelatihan ini; setiap anggota yang terlibat dalam pelatihan/
pembelajaran ini perlu menjunjung tinggi kerahasiaan individu atau lembaga yang
menjadi pembahasan studi kasus yang dipelajari/dianalisis.
Pertanyaan Pemantik
Dalam sebuah wawancara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi, Bapak Nadiem Makarim menyatakan bahwa:
Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting.
Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi
perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan,
tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?
(Nadiem Makarim, 2020)
1. Berilah komentar pada pekerjaan CGP lain di kolom komen pada LMS.
2. Setiap CGP minimal mengomentari pekerjaan 2 CGP lain.
Menurut pendapat saya, bahwa untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, pasti harus
kuat mental karena pasti banyak kritik, dan kritik pedas adalah hal untuk semakin memicu semangat
kita untuk melakukan perubaha, selalu refleksi setelah kita melakukan atau mengambil keputusan
agar kita bisa selalu instropeksi diri, evaluasi dan memperbaiki yang sudah kita lakukan. tujuan kita
supaya bermanfaat bagi banyak orang bukan untuk menjadi yang terbaik atau sukses semata dan
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid,
Sebagai kepala sekolah yang saya lakukan adalah saya akan membahas hal tersebut dalam
rapat, mengajak bapak ibu guru untuk menganalisa atau menelaah kebutuhan pembelian
buku. Skala prioritas pembelian buku harus diperhatikan yakni sesuai dengan standart atau
kurikulum yang berlaku saat ini. Jika penerbit Y menawarkan buku yang sesuai dengan
kebutuhan sekolah boleh saja kita meneruskan pemesanan dari penerbit Y tersebut, namun
jika tidak sesuai, maka kita tidak menutup kemungkinan untuk mengambil di penerbit lain,
jadi bukan karena pertimbangan komisi atau diskon semata. Jika Yayasan menanyakan
procedurnya , maka akan sya jawab jujur apa adanya, kerna memang selama ini komisi dari
pembelian buku tidak pernah masuk kantong pribadi saya sebagai kepala sekolah, namun
masuk ke dalam kas sekolah dan digunakan untuk kepentingan sekolah Bersama, missal
untuk beli seragam guru. Beli almari, dsb.
Di lingkungan saya, nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, keterbukaan, komunikatif, dan musyawarah
sangat dijunjung tinggi, terutama di tempat saya mengajar saat ini. Setiap ada masalah atau pengambilan
Keputusan selalu dengan musyawarah mufakat, tidak ada saling intrik sesame teman, namun segala
sesuatu diselsaikan dengan duduk Bersama. Siapapun orang punya hak untuk menyampaikan pendapat/
ide, namun Keputusan yang akan diambil adalah berdasarkan hasil musyawarah.
Pernah. Ketika itu saya memimpin rapat kenaikan kelas, di mana semua wali kelas melaporkan
perkembangan anak didiknya masing-masing. Kemudian ada siswa yang tidak layak untuk naik kelas
dikarenakan beberapa faktor seperti, nilai akademik yang dibawa KKM dan tidak mau remidi, sering
tidak masuk sekolah, melanggar peraturan sekolah. Sudah diingatkan, ditegur, panggilan wali kelas,
panggilan BK, home visit, panggilan orang tua. Namun nyatanya anak tersebut tidak berubah, atas
dasar itu semua banyak guru yang mengusulkan anak tersebut untuk tinggal kelas, namun ada juga
beberapa guru terutama wali kelas yang meminta kesempatan untuk anak tersebut memperbaiki
diri. Setelah perdebatan alot, akhirnya keputusan rapat kenaikan kelas saat itu, atas berbagai macam
pertimbangan maka hasil musyawarah pada rapat tersebut adalah anak tersebut tetap dinaikkan
kelas namun naik kelas bersyarat.
Saya pernah mengalaminya, di mana saat itu saya mengambil keputusan untuk mengganti bendahara
yang lama dengan bendahara yang baru, di situlah terjadi pro dan kontra antara beberapa guru
dengan saya, namun dasar saya mengganti bendahara yang lama dengan bendahara yang baru
adalah karena bendahara yang lama tidak bisa bekerja sama dengan saya selaku kepala sekolah baru,
dan tidak transparan. Sehingga saya berkonsultasi kepada senior-senior saya dan orang yayasan lalu
kami merapatkannya dan mengganti dengan bandara yang baru yang lebih kooperatif dan jujur. Saya
sempat ragu apakah keputusan yang saya ambil itu tepat Karena posisinya bendahara ini memusuhi
saya , namun demi kebaikan sekolah maka saya tetap dengan keputusan yang saya ambil
berdasarkan rapat.
Yang akan saya lakukan adalah saya konfirmasi dulu kepada guru yang bersangkutan apakah laporan
yang saya terima itu benar, memberi les privat kepada murid boleh-boleh saja asal atas kemauan
siswa itu sendiri yang ingin belajar diluar sekolah, dari pada mereka main hp saja, namun yang tidak
etis adalah ketika siswa yang les privat itu diberi bocoran soal, itu perlu dibicarakan / tidak
diperbolehkan. Guru boleh saja memberi les privat, itu hak dia untuk mencari tambahan penghasilan
diluar sekolah, asal dilakukan dengan profesional tidak membocorkan soal. Ada 2 nilai kebajikan
yang berbenturan yaitu kemanusiaan dimana guru melakukan kegiatan les untuk mendapatkan
tambahan dana guna membeli obat untuk istrinya yang sakit dan keadilan dimana apa yang dilakukan
oleh guru tersebut dengan memberi soal test itu tidak adil, dan merugikan murid yang lain.
Dalam pengambilan Keputusan, seorang pemimpin pembelajar harus berdasar pada 3 unsur yaitu
berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab
terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
1.situasi dilema etika karena kedua pilihan benar. Tindakan pak didi yang menegur reyhan Ketika
mencontek sudah tepat agar reyhan menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi, bu dian sebagai
kepala sekolah yang menerima laporan pak didi baiknya berdiskusi dan mempertimbangkan prestasi
reyhan selama ini,dan memberi toleransi kepada Reyhan agar tetap mendapatkan beasiswa di
universitas yang diimpikan, katena menyangkut masa depan, setiap anak punya kekurangan dan
kelebihan, tak luput dari salah dan khilaf. Maka tugas kita meluruskan bila salah.2. Situasi bujukan
moral, karena situasi ini seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Jika dana CSR
dialokasikan untuk membiayai pelatihan guru dalam bidang literasi digital maka kita gunakan sesuai
yang telah dialokasikan untuk pelatihan. Jika makan-makan tidak termasuk dalam pelatihan maka
baiknya kita menolaknya dan tidak perlu memalsukan kuitansi karena bertentangan dengan aturan.
Dilema Etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu, ketika kita
menghadapi situasi dilema etika, ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan, seperti cinta
dan kasih saying, kebenaran ,keadilan, kebebasan ,persatuan, toleransi ,tanggung jawab, dan
penghargaan akan hidup. secara umum paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yaitu:
*KASUS 1*1.Yang menghadapi dilema adalah Bu dini.2. Dua kebenaran yang ada, adalah benar jika
toko tersebut memilih pelatihan selama 3 bulan untuk mengembangkan bisnis kulinernya, tapi bener
juga jika dia meninggalkan pelatihannya selama 3 bulan meningkat mengingat guru dan siswanya
membutuhkan Bu dini untuk memotivasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di SMA
insan Gemilang.3. Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah paradigma individu lawan
kelompok.4. Bisa dikatakan paradigma lain yang muncul adalah rasa keadilan dan kasihan, karena Bu
dini memang berhak untuk mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan bisnisnya dan kasihan
jika dia harus meninggalkan sekolah dengan kondisi yang sedang turun kualitas pendidikannya.
Pak pandu. 2. Adalah benar jika tokoh tersebut mempersilahkan Danang untuk mengikuti studi
lapangan dengan biaya biaya secara dicicil karena Danang menggemari pelajaran biologi dan
antusias. Tapi benar juga jika dia mempertahankan prinsipnya untuk tidak mempersilahkan Danang
dengan dasar pemikiran terhadap murid lain yang belum bayar dan memutuskan tidak ikut. 3.
Paradigma keadilan lawan kasihan. 4. Lah iya bisa dikatakan paradigma rasa kebenaran dan
kesetiaan, pak pandu akan benar jika dia mempersilahkan Danang yang sudah bersusah payah
datang ke sekolah dengan orang tua yang beritikad baik mencicil biaya, namun pak pandu khawatir
dia dianggap tidak setia atau bertanggung jawab terhadap aturan yang telah disepakati bersama
murid-murid lain.
https://youtu.be/8r_VEIrPFVc?feature=shared
Tiga prinsip dilema etika. Yaitu: 1. berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking). 2. berpikir
berbasis peraturan (rule based thinking). 3. berpikir berbasis rasa peduli. (care based thinking) Suatu
pengambilan keputusan walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai- nilai tertentu,
tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya.
Untuk mengambil Keputusan, ada 9 konsep yaitu 1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini. 4. Pengujian benar atau salah. 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. 6. Melakukan
Prinsip Resolusi. 7. Investigasi Opsi Trilema. 8. Buat Keputusan. 9. Lihat lagi Keputusan dan
Refleksikan.
1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Paradigma rasa keadilan dan rasa belas kasihan, nilai yang bertentangan nilai keadilan dan belas
kasihan.
1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? Paradigma rasa keadilan dan
rasa belas kasihan, Nilai yang bertentangan nilai keadilan dan belas kasihan.
2. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal). Ada pelanggaran hukum,
yaitu pengancaman dengan membawa senjata tajam ke sekolah dan membuat rasa takut anak .
maka dalam kasus ini adalah benar lawan salah (bujukan moral)
3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi). Tidak
ada pelanggaran kode etik, tidak ada dilema etika.
4. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi). Uji
intuisi pada kasus ini yang salah adalah orang tua andreas melakukan pengancaman dan kekeraan
terhadap anak.
5. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi
viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman? Tidak nyaman karena masih menghargai
Andreas dan orang tuanya, apabila sampai viral dan hal ini juga dapat memperburuk citra sekolah.
6. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? Menurut
tokoh idola saya adalah dengan melakukan dialog dengan orang tua Andreas dengan
mengedepankan sosial emosional dengan meredam dulu emosi orangtua Andreas, kemudian diajak
berkomunikasi membahas tentang permasalahan tersebut terutama alasan kenapa harus membantu
bekerja sementara anaknya andreas masih di jam sekolah. Artinya wajib belajar.
7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan
masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)? Mengajak orang tua Andreas untuk memahami hak-hak
anak di sekolah di rumah dan di lingkungannya, agar tidak semena-mena.
8. Apa keputusan yang Anda ambil? Keputusan yang diambil adalah dengan melakukan diskusi
coaching, bahwa dengan membawa senjata tajam dan mengancam anak merupakan bentuk
pelanggaran hukum, tugas anak adalah belajar kalaupun membantu setelah pulang sekolah, bukan di
jam sekolah.
9. Prinsip mana yang Anda gunakan, dan mengapa? Prinsip yang saya lakukan adalah prinsip
Berpikir Berbasis Peraturan (RuleBased Thinking), prinsip berdasarkkan tugas atau peraturan agar
orang tua Andreas untuk mengikuti peraturan karena pada saat jam Pelajaran anak dilarang
meninggalkan kelas, meskipun dengan alasan membantu orang tua.
pada kasus ini dilema etika paradigma melawan rasa kasihan, kita memberi kesempatan
terlebih dahulu untuk mengembalikan uang yang sudah digunakan sebagai bentuk
tanggung jawabnya, namun tetap ada konsekuensi dari pearturan yang telah dilanggar.
Pada kegiatan Ruang Kolaborasi ini, Anda akan melakukan 2 sesi kegiatan, yaitu kerja
kelompok dan presentasi hasil melalui web meeting. Namun sebelum itu, bacalah
kutipan di bawah ini dan tafsirkan maksudnya:
Pada sesi ini, Anda akan melakukan kerja kelompok melalui web meeting. Dalam kerja
kelompok kali ini, Anda akan diminta untuk dapat kerja bersama (berkolaborasi), untuk
mencapai tujuan bersama yaitu menjadi pemimpin pembelajaran yang bijaksana,
cekatan dan mandiri pada sekolah/lingkungan masing-masing dalam keterampilan
pengambilan keputusan yang memiliki unsur dilema etika.
1. Setiap kelompok (yang terdiri dari 3 - 4 orang) ditugaskan mencari suatu studi
kasus yang berisi suatu unsur dilema etika. Sumber studi kasus pilihan bisa
didapatkan dari:
o Studi kasus nyata dari salah satu anggota kelompok yang disepakati
menjadi studi kasus kelompok untuk dianalisis.
o Studi kasus nyata (bukan studi kasus anggota kelompok) yang disepakati
menjadi studi kasus kelompok untuk dianalisis.
o Studi kasus nyata yang termuat di sebuah media yang disepakati menjadi
studi kasus kelompok untuk dianalisis.
2. Dari studi kasus pilihan tersebut, tugas setiap kelompok adalah menentukan:
o Paradigma apa yang digunakan dalam studi kasus pilihan?
o Prinsip mana yang mendasari pilihan pengambilan keputusan yang
diambil?
o Tahapan pengambilan dan pengujian terhadap studi kasus pilihan, apakah
telah tepat, atau belum? Mengapa? Masihkah ada pertanyaan-pertanyaan
lanjutan dalam benak, apakah pilihan pengambilan keputusan ini telah
tepat?
3. Setiap anggota kelompok hendaknya membagi pengalaman dan gagasannya
dalam pengambilan keputusan terhadap studi kasus pilihan. Perhatikan Daftar
Tugas/Checklist yang disiapkan pada tautan berikut di bawah ini, agar lebih
mempermudah tugas kelompok dan memastikan unsur-unsur utama dari
penugasan kolaborasi:
o Daftar Tugas/Checklist Tugas Kolaborasi
ELABORASI KONSEP
1. Bagaimana cara membedakan kasus yang termasuk dilema etika dan bujukan
moral?
2. Apakah setiap kasus dilema etika mengandung salah satu dari 4 paradigma
pengambilan keputusan? Bagaimana jika kasus dilema etika yang kita alami tidak
bisa dimasukkan ke 4 paradigma pengambilan keputusan?
3. Apakah ke tiga prinsip tersebut bisa diterapkan sekaligus dalam sebuah kasus
dilema etika? ataukah kita memilih salah satu prinsip saja?
4. Apakah ke 9 langkah harus dilaksanakan secara urut? Bagaimana kalau ada
langkah yang terlewati, apakah hasil keputusannya bisa dipertanggungjawabkan?
ELABORASI KONSEP
Kaitan antara kutipan di atas dengan proses pembelajaran yang sedang saya
pelajari saat ini adalah tentang sebuah dilema etika. Keduanya memiliki tujuan
yang baik, akan tetapi ada yang terbaik dari yang terbaik. Guru sebaiknya
mengutamakan mengajarkan karakter atau budi pekerti murid agar dapat
menumbuhkan nilai-nilai kebajikan pada diri murid. Karena apabila karakter
positif pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik, maka pengetahuan yang
disampaikan akan lebih mudah diterima dan diserap oleh murid. ADAB dulu baru
ILMU.
Hendaknya ketika kita mengambil keputusan itu berpegang pada tiga unsur yaitu
berpihak murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung
jawab terhadap konsekuensi dari keputusan yang dibuat. Apabila berpegang
pada tiga unsur tersebut maka keputusan akan memberi dampak pada
lingkungan karena terbentuk budaya positif. Dengan tumbuhnya budaya positif
maka akan membentuk profil Pelajar Pancasila yang berkarakter dan berakhlak
mulia/ Berbudi pekerti yang baik.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada
proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses
pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Ing Ngarso Sung Tulodo maknanya adalah seorang guru menjadi teladan bagi
muridnya
Ing Madyo Mangun Karso memiliki makna bahwa seorang guru adalah
pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-
menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya.
Tut Wuri Handayani yang berarti bahwa guru berperan sebagai motor
penggerak untuk memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai
potensinya.
Guru yang memiliki kemampuan sosial emosional yang baik seperti memiliki
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, maka akan lebih mampu
mengambil keputusan yang efektif.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang
pendidik harus mengedepankan nilai-nilai kebajikan universal seperti
kejujuran, tanggung jawab, integritas, peduli dll. Dengan berpedoman kepada
nilai-nilai tersebut, maka apapun keputusan yang diambil akan dapat
dipertanggung jawabkan serta mampu mengatasi masalah yang ada.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di
luar dugaan?
Dilema etika terjadi jika sebuah kasus terdapat pertentangan antara benar
lawan benar. Sedangkan bujukan moral jika kasus terjadi pertentangan antara
yang benar lawan yang salah.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa
yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan
sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampaknya adalah saya menjadi paham bahwa dalam mengambil keputusan
itu ternyata ada ilmunya. Saya menjadi paham bahwa pengambilan keputusan
harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak kepada murid
dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensinya. Apapun masalah
dilema etika maka keputusan yang saya ambil tidak boleh merugikan murid
dan bisa melalui 9 langkah uji pengambilan keputusan.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang
individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya sangat penting bagi saya sebagai seorang individu dan juga
pemimpin untuk mempelajari topik modul ini. Hal ini karena modul ini
membuat saya mengerti mengenai bagaimana langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan serta unsur utama apa yang harus selalu menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, melalui modul ini
seperti diingatkan untuk selalu mengasah dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kebajikan universal agar keputusan yang dihasilkan bisa lebih adil, bijaksana
serta solutif dan efektif.