Anda di halaman 1dari 20

Koneksi Antar Materi

modul 3.1

Pengambilan Keputusan
Berbasis Nilai-Nilai
Kebijakan Sebagi
Pemimpin
CGP ANGKATAN 9 SD INPRES SELAYAR
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Perkenalkan

fasilitator CGP Angkatan 9 Pengajar Pratik


Trisana Wendry Kailola Winarti Anwar Yermina K Ngabalin,S.Pd
Pendahuluan

Alkhamdulillah setelah kurang lebih 6 bulan mengikuti kegiatan Program Guru


Penggerak(PGP) angkatan 9,saya dan teman-teman sudah sampai modul 3.1.Pada
modul ini kita belajar tentang langkah-langkah mengambil keputusan.Banyak
materi yang masih perlu dipelajari untuk menjadi seorang pemimpin pembelajar
yang berpihak pada peserta didik.Sampai modul 3.1 ini materi pengambilan
keputusan sangat penting bagi seorang guru guna menentukan masa depan anak
didiknya serta kemajuan di sekolah.Guru perlu membedakan antara bujukan moral
dengan dilema etika.
Perbedaan Bujukan Moral dan Dilema Etika

Dalam pengambilan keputusan ada dua hal yang terjadi yaitu bujukan moral
dan dilema etika. Nah apakah perbedaan keduanya itu?
Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi
dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam
mengambil sebuah keputusan.
Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi
dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun
bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.
Empat Paradigma dalam
Pengambilan Keputu
Dari pengalaman saya bekerja di bidang pendidikan, kita telah
mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi
dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan
ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan
kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi
dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Tiga Prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang


melandasinya. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu
dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan,
yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal
144). Ketiga prinsip tersebut yaitu.
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Konsep Pengambilan dan Pengujian
Keputusan Sebagai seorang pemimpin
pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang
tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut
telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.
Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan
menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa
nilai-nilai yang bertentangan.
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran,
dan uji panutan/idola.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip Resolusi.
7. Investigasi Opsi Trilema.
8. Buat Keputusan.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.
1. RANGKUMAN KESIMPULAN MATER
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi
Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki
anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai seorang manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan “Pendidikan dan Pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas- luasnya “.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih – benih kebudayaan dalam masyarakat, KHD memiliki keyakinan bahwa
untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk
mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai- nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan .
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa). Beliau pun mencetuskan asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai Patrap Triloka. Patrap Triloka
terdiri atas tiga semboyan, yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Semboyan
dalam dunia pendidikan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun
motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”
Penjelasan lengkap mengenai Filosofi Pratap Triloka berisi
Harus diakui, ketiga nilai tersebut berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Nilai Ing
ngarsa sung tuladha, memberikan pengaruh nyata terhadap peran
guru sebagai teladan di garis depan. Selaras dengan nilai ini,
seorang guru hendaknya menjadi teladan dalam menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu dengan menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Guru juga bisa memberikan dukungan berupa ide,
gagasan, dan masukan dalam proses pengambilan keputusan. Selain
itu, juga bisa berupa pemberian opsi trilemma berupa ide kreatif
dalam pengambilan keputusan.
2.Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita,
berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?

Seorang guru memiliki nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya sebagai seorang pendidik dan pemimpin
pembelajaran. Nilai-nilai dalam diri kita sebagai guru besar pengaruhnya terhadap pengambilan suatu
keputusan. Nilai inovatif dalam diri guru akan menjadi dasar yang baik dalam menentukan berbagai opsi
pengambilan keputusan yang dilakukan. Nilai kolaboratif akan memengaruhi kita dalam menentukan siapa
saja yang berperan dan terlibat dalam pengambilan keputusan. pada nilai mandiri, akan menjadi dasar bagi
seorang guru untuk menentukan inisiatif berdasarkan prinsip pengambilan keputusan. Nilai ini juga akan
menjadikan seorang guru bisa berpikir cepat dan tepat dalam menghadapi situasi dilema etika. Nilai dalam
guru ini akan memengaruhi sikap dalam menentukan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang terbaik
dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi banyak pihak terutama murid.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang guru sangatlah berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang
diambilnya dalam suatu pengambilan keputusan. Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang pertama
adalah Rule-based Thinking atau pemikiran berbasis peraturan yang kedua End-based Thingking atau
pemikiran berbasis hasil akhir dan yang ketiga adalah Care-based Thingking atau pemikiran berbasis rasa
Peduli.
3.Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini
tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas
pada modul 2 sebelumnya.
3.Dalam proses pengambilan keputusan, selain melakukan pengujian
paradigma, prinsip resolusi, serta menjalankan langkah-langkah pengambilan
keputusan, perlu juga ditopang dengan keterampilan lain. Keterampilan yang
telah dipelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu, salah
satunya adalah keterampilan coaching.
Dengan tehnik coaching, seorang guru akan menjadi coach bagi dirinya sendiri
ataupun orang lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil
keputusan dengan tepat. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping
praktik dan fasilitator telah membantu saya untuk dapat membuat evaluasi
dan refleksi tentang praktik pengambilan keputusan yang telah saya ambil.
Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dan kepentingan
banyak orang atau belum. Pada proses coaching, langkah pengujian pun dapat
diketahui secara jelas. Kita sebagai Coach dalam hal ini sebagai pengambil
keputusan, dapat meminta penjelasan kepada coachee yang terlibat dalam
permasalahan agar bisa menjadi pertimbangan bagi coachee untuk mengambil
keputusan dengan cara memberikan pertanyaan pemantik yang dapat
mengarahkan coachee untuk menemukan potensinya, dan melihat berbagai opsi
sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.
4.Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Pada saat pengambilan keputusan dilakukan, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan
secara sadar penuh, kesadaran atas berbagai pilihan dan dampak yang ada. Ketika seorang
guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang baik mengenai aspek
sosial dan emosional, maka keputusan yang diambil memiliki dampak dan tujuan yang positif,
keputusan yang diambil juga dapat dipertanggungjawabkan. Kesadaran akan aspek sosial
emosional disaat mengambil keputusan juga diperlukan oleh seorang guru terutama saat
dihadapkan dengan kasus tertentu yang menuntutnya untuk mengambil suatu keputusan, guru
dapat mengarahkan diri untuk melakukan Teknik STOP, yang dilakukan adalah berhenti,
kemudian menarik nafas panjang, hingga memberikan waktu untuk memahami dengan baik
kasus yang dihadapi. Guru juga akan mencari tau apa yang dirasakan murid dan mau
mendengarkan dengan penuh perhatian (focus). Respon guru yang berkesadaran penuh ini lah
yang akan mempengaruhi putusan yang diambil.
5.Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

seorang guru yang telah memiliki nilai-nilai mandiri, inovatif kolaboratif, reflektif dan
berpihak kepada murid akan mampu mengambil suatu keputusan yang juga berpihak pada
murid yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan,
dalam menjalankan perannya seorang guru sering dihadapkan dalam situasi yang meragukan
dan dihadapkan dalam dilema etika ataupun bujukan moral. Melalui 9 langkah pengujian
keputusan, seorang guru akan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya
terutama pada proses uji intuisi yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan
nilai yang dianut.
Dalam studi kasus pengambilan keputusan, seorang guru harus memahami terlebih dahulu
perbedaan antara bujukan moral dan dilema etika. Seorang guru harus memastikan terlebih
dahulu, apakah studi kasus yang di dalamnya adalah benar vs benar atau benar vs salah. Jika
studi kasus yang dianalisis adalah benar vs benar, maka guru harus menetapkan langkah
pengambilan keputusan. Hal ini karena bisa dipastikan kasus tersebut termasuk dilema etika.
Sedangkan apabila kasus tersebut benar vs salah berarti kasus tersebut merupakan bujukan
moral. Dalam hal ini,pendidik harus dapat tegas dalam mengambil keputusan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis
terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma Dilema
etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma
Dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan,
atau jangka pendek melawan jangka Panjang. Kita juga harus melihat prinsip pengambilan keputusan yang paling
tepat. Apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking.
Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan.
Adapun 9 langkah-langkah yang dapat dilakukan :
1. Mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang saling bertentangan.
2. Menentukan pihak-pihak yang terlibat
3. Mengumpulkan fakta-fakta secara lengkap dan detail
4. Melakukan pengujian benar atau salah
5. Melakukan pengujian benar melawan benar
6. Melakukan prinsip revolusi
7. Mencari atau menginvestigasi opsi trilemma
8. Membuat keputusan
9. Melakukan refleksi dan mengambil pelajaran dari suatu keputusan yang telah diambil.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?

Kesulitan muncul karena terjadinya perubahan paradigma lama dan budaya


sekolah yang sudah dilakukan sejak dahulu. Diantaranya adalah permasalahan
yang kadang memaksa guru untuk memilih pilihan yang kurang tepat dan tidak
berpihak kepada murid. Lalu terkadang keputusan yang diambil belum
menggunakan Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga muncul
banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan. di lingkungan saya
yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika, bagaimana kita sebagai pengambil keputusan dapat
melihat permasalahan dengan obyektif dan memiliki dampak positif bagi banyak
orang.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil
ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang diambil pasti akan memiliki pengaruh pada


pengajaran, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada
murid dalam hal ini tentang pembelajaran yang dilakukan yang
sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat
memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid
dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan
dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil tentu saja dapat mempengaruhi masa sekarang dan masa depan
murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada perubahan murid ke
depannya. Bisa dikatakan bahwa masa depan murid bisa saja tergantung dari keputusan
yang diambil guru saat ini. Contoh sederhana pada saat kita membuat keputusan untuk
tidak menaikkan atau menambah 10 poin murid karena prinsip atau pendirian seorang guru.
Bisa jadi saat itu kita menjadi pemutus harapannya untuk dapat masuk ke universitas
impiannya dan menjadi lebih baik di masa depan. Itu adalah contoh kasus yang ada dalam
salah satu materi PGP yang didapatkan dari wawancara dengan rekan sejawat dalam
kegiatan aksi nyata, namun kasus tersebut juga sering kita temui di lapangan. Oleh karena
itu, untuk bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu
mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pembelajaran.
Tujuannya agar keputusan pembelajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat
ini dan masa depan. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa
mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan.
10.Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari uraian di atas adalah, bahwa kita harus mempelajari pengambilan
keputusan dengan tepat dalam pengajaran yang memerdekakan anak demi kebaikan
mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk bisa menghadirkan masa
depan murid yang lebih baik, guru juga perlu mempertimbangkan bentuk
diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pengambilan keputusan. Tujuannya
agar keputusan pengajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat ini dan
masa depan.
Selain itu, sebagai seorang guru sudah seharusnya mengubah mindset, bahwa
pengajaran yang dilakukan adalah bentuk dari coaching. Dalam hal ini guru harus
memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi
kehidupannya di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengambilan keputusan
dalam pengajaran yang memerdekakan murid haruslah benar-benar berpusat pada
murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Terimah
Kasih
Salam dan Bahagia

Anda mungkin juga menyukai