A. REFLEKSI SITUASI
Narkotika berasal dari bahasa Yunani narke yang berarti terbius, sehingga tidak merasakan apa-
apa. Menurut WHO, narkoba ini adalah suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan
mempengaruhi fungsi fisik dan atau psikologi. Narkoba (nakoba dan Obat/Bahan Berbahaya), jika
diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikan, berpengaruh pada kerja otak yang bila masuk
kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak (susunan saraf pusat),
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi).
Pada anak usia remaja penyalah gunaan Narkoba, dapat mengakibatkan diantaranya adalah gagal
jantung, gagal hati, dan yang paling mengerikan adalah dapat merusak memori jangka panjang
dan jangka pendek, sehingga akhirnya mereka akan mengalami masalah pembelajaran dan
memori dan kehilangan nalar kritis.
Survey BNN tahun 2021, hasilnya kemudian ditanggapi oleh Wamenkumham Profesor Eddy
Hiariej, bahwa budaya hedonis, menjadi salah satu faktor pendukung banyaknya tindak
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Ia mengkategorikan narkotika sebagai kejahatan yang
unik, karena merupakan kejahatan yang tidak memiliki korban sebagai objeknya, dan saking
berbahayanya, masuk dalam kategori Extra Ordinary Crime. Pelaku kejahatan narkoba adalah
korban atas perbuatannya sendiri, maka dari itu, yang tepat bukanlah dihukum tetapi di
rehabilitasi, imbuhnya.
Kejahatan narkoba merupakan kejahatan lintas negara (transnational crime), terorganisir
(organized crime), dan serius (serious crime) yang dapat menimpa berbagai lapisan masyarakat.
Masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dan pelajar karena korban kurang atau
tidak memahami apa narkoba itu sehingga dapat dibohongi oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab (pengedar).
Narkoba, telah menjadi persoalan dunia yang penyebarannya sampai ke plosok desa dan
kampong, termasuk pada lingkungan kita. Massifnya pergerakan jaringan narkoba, memasukkan
Indonesia pada fase darurat narkoba. Kelompok sasaran jaringan penyebaran narkoba, tidak
hanya pada usia dewasa, orang tua, tetapi sudah masuk pada anak-anak usia sekolah dasar.
Persoalan ini harus menjadi keperihatinan kita semua, terutama kalangan orang tua dan para
pendidik. Kita harus berupaya sekuat tenaga, pikiran dan dengan dukungan regulasi serta
program untuk menyelamatkan anak-anak kita dan memastikan mereka bersih narkoba.
Bagaimana caranya, adalah dengan edukasi secara massif, berjenjang dan berkelanjutan.
Edukasi adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui edukasi akan terbangun
kesadaran paling dalam bagi manusia untuk bersikap. Pada sikap inilah, manusia mampu bertahan dan
mempertahankan dirinya dari berbagai pengaruh lingkungan termasuk sikap terhadap bahaya
penggunaan Narkoba.
1
Domain perilaku, sebagaimana pendapat Benyamin Bloom dibedakan adanya 3 area, yaitu kognitif (cipta) –
Afektif (rasa) – psikomotorik (karsa/tindak). Teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Proses Terbentuknya Perilaku
3. Materi Edukasi
Meliputi:
a. Pengertian dan jenis-jenis Narkoba
b. Bahaya dan dampak pengunaan narkoba secara kesehatan fisik, jaringan otak, psikologi,
penurunan kecerdasan, dampak social dan norma hukum
c. Sanksi hukum terhadap pengguna dan pengedar narkoba
d. Cara-cara menghindari penggunaan narkoba
e. Layanan konseling BNN dan sebagainya.
4. Media : pelatihan off line, Facebook, IG, Twiter, WA dan lainnya, dalam bentuk flyer, video
pendek, podcast dan lainnya.
C. REKOMENDASI
1. Narkoba harus terus menerus menajdi wacana masyarakat khususnya di dunia pendidikan, karena
dampaknya akan membuat generasi muda kehilangan masa depannya (lose the future). Ini
tanggung jawab kita semua, bukan hanya BNN, Dinas Pendidikan, KCD, Kementerian agama, tetapi
semua ormas, pemerhati dan kelompok strategis masyarakat lainnya. Tidak cukup hanya dengan
perihatin, tetapi harus bertindak;
2. Narkoba harus menjadi bagian dari tugas pendidik, terutama dalam membangun karakter peserta
Didik bersih dari narkoba, yang implementasinya bisa melalui P5, bagian dari materi penjaskes atau
materi paramukan atau lainnya;
3. Perlunya dibentuk task force pada tinggkat Kabupaten yang di inisiasi oleh BNN dengan melibatkan
Dinas Pendidikan, KDC, Kementerian agama, Dewan Pendidikan dan stakeholders lainnya, dan juga
shining ambassador pada level satuan pendidikan, sebagai instrument program pendidikan
bersinar;
4. Diperlukan dukungan BNN, Dinas Pendidikan, KCD dan Kementerian agama Kabupaten Nganjuk,
dalam bentuk kebijakan, program dan anggaran.
Terima Kasih