Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pendidikan Bencana
a. Pengertian
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB,
2017), pendidikan bencana adalah sebuah proses pembelajaran
bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan juga
lembaga-lembaga yang ada. Termasuk yang di dalamnya ada
penggunaan kearifan tradisional, pengakuan, dan pengetahuan
lokal bagi perlindungan terhadap bencana.(BNPB, 2017)
b. Indikator Pendidikan Bencana
1) Indikator untuk Parameter Pengetahuan dan Keterampilan
a) Pengetahuan jenis bahaya, sejarah, kerentanan, dan
kapasitas bencana yang pernah terjadi di lingkungan
sekolah atau daerahnya.
b) Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam
menjalankan rencana tanggap darurat.
c) Adanya kegiatan simulasi regular.
d) Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan kepada warga sekolah
dan pemangku kepentingan sekolah.
2) Indikator untuk Parameter Kebijakan
Adanya kebijakan, kesepakatan, peraturan sekolah yang
mendukung upaya kesiagaan di sekolah.
3) Indikator untuk Parameter Rencana Tanggab Darurat
a) Adanya dokumen penilaian risiko bencana yang disusun
bersama secara partisipatif dengan warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah.
b) Adanya protokol komunikasi dan koordinasi.
c) Adanya Prosedur Tetap Kesiagaan Sekolah yang disepakati
dan dilaksanakan oleh seluruh komponen sekolah.
d) Kesepakatan dan ketersediaan lokasi evakuasi/shelter
terdekat dengan sekolah, disosialisasikan kepada seluruh
komponen sekolah dan orang tua siswa, masyarakat sekitar
dan pemerintah daerah.
e) Dokumen penting sekolah digandakan dan tersimpan baik,
agar dapat tetap ada, meskipun sekolah terkena bencana.
f) Catatan informasi penting yang mudah digunakan seluruh
komponen sekolah, seperti pertolongan darurat terdekat,
puskesmas/rumah sakit terdekat, dan aparat terkait.
g) Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan rambu
yang terpasang, yang mudah dipahami oleh seluruh
komponen sekolah.
h) Akses terhadap informasi bahaya, baik dari tanda alam,
informasi dari lingkungan, dan dari pihak berwenang
(pemerintah daerah dan BMG)
 Penyiapan alat dan tanda bahaya yang disepakati
dan dipahami seluruh komponen sekolah.
 Mekanisme penyebarluasan informasi peringatan
bahaya di lingkungan sekolah.
 Pemahaman yang baik oleh seluruh komponen
sekolah bagaimana bereaksi terhadap informasi
peringatan bahaya.
 Adanya petugas yang bertanggungjawab dan
berwenang mengoperasikan alat peringatan dini.
Pemeliharaan alat peringatan dini.
4) Indikator untuk Parameter Mobilisasi Sumberdaya
a) Adanya gugus siaga bencana sekolah termasuk perwakilan
peserta didik.
b) Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar
pasca bencana yang dapat segera dipenuhi, dan diakses oleh
komunitas sekolah, seperti alat pertolongan pertama serta
evakuasi, obat-obatan, terpal, tenda dan sumber air bersih.
c) Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai kesiagaan
sekolah secara rutin (menguji atau melatih kesiagaan
sekolah
secara berkala).
d) Adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait
penyelenggaraan penanggulangan bencana baik setempat
(desa/kelurahan
dan kecamatan) maupun dengan BPBD/Lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab terhadap koordinasi
dan penyelenggaraan penanggulangan bencana di
kota/kabupaten.(BNPB, 2016).
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah
adalah sebagai berikut :
a. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak
yang sama khususnya hak untuk mendapatkan
pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan
pendidikan.
b. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan
seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
c. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan
pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
d. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar
tidak kalah dengan negara maju.
e. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih
bernilai. (Hasbullah, 2009).

2. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya
sehingga menghasilkan pengetahuan. menjelaskan bahwa,
pengetahuan adalah hal yang diketahui oleh orang atau responden
terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan. (Notoatmodjo, 2014)
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda.
Secara garis besarnya dibagi 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehensif)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
nyata.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. (Notoatmodjo, 2014)
c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Rahayu (2010), terdapat 8 hal yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan bahwa sebuah visi
pendidikan yaitu untuk mencerdaskan manusia.

2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa
yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
4) Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan
pada aspek fisik psikologis, dan kejiwaan.Dalam aspek
psikologis taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
5) Kebudayaan
Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya
cara berfikir dan perilaku kita
6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan
terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
7) Paparan informasi
RUU teknologi informasi mengartikan informasi sebagai
suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan
menyimpan, manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi dengan maksud dan tujuan tertentu
yang bisa didapatkan melalui media elektronik maupun cetak.
8) Media
Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai
masyarakat luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan
internet.
d. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menayakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo,
2014)
Menurut Nurhasim (2013), Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat
dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif,
misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya
pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan
penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
prosentase kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu 13
kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup (56 – 75%) dan
kurang (<55%).

3. Kesiapsiagaan
a. Pengertian
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.(BNPB,
2017).
kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, keluarga, dan individu
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan
tepat guna untuk mengurangi kerugian maupun korban jiwa.
Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan
rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan
pelatihan personil. (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dalam
manajemen bencana yang diartikan sebagai kesiapan masyarakat di
semua lapisan untuk mengenali ancaman yang ada di sekitarnya
serta mempunyai mekanisme dan cara untuk menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan pada tahapan pra-bencana yang bertujuan
untuk membangun dan mengembangkan kapasitas yang diperlukan
untuk secara efektif mampu mengelola segala macam keadaan
kedaruratan dan menjembatani masa transisi dari respon ke
pemulihan yang berkelanjutan. (Deny Hidayati, 2006).
Menurut BNPB (2017), beberapa upaya penting untuk
kesiapsiagaan adalah :
1) Memahami bahaya di sekitar Anda.
2) Memahami sistem peringatan dini setempat, mengetahui
rute evakuasi dan rencana pengungsian
3) Memiliki keterampilan untuk mengevakuasi situasi secara
cepat yang mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi
diri
4) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan
mempraktekkan rencana tersebut dengan latiahan
5) Mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi
6) Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesiapsiagaan


Menurut (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006), terdapat 5 faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana yaitu:
1) Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana
2) kebijakan dan panduan
3) rencana untuk keadaan darurat bencana
4) system peringatan bencana
5) kemampuan untuk mobilisasi sumber daya.

c. Rencana Kesiapsiagaan
Menurut BNPB (2017), bencana sering terjadi tanpa
peringatan sehingga Anda membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu kebutuhan yang
diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana
kesiapsiagan.
Ada tiga upaya utama dalam menyusun rencana kesiapsiagaan
menghadapi bencana yaitu :
1) Miliki sebuah rencana darurat keluarga
Rencana ini mencakup:
 Analisis ancaman di sekitar.
 Identifikasi titik kumpul.
 Nomor kontak penting.
 Ketahui rute evakuasi.
 Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas dan
listrik.
 Identifikasi titik aman di dalam bangunan atau
rumah.
 Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-
anak, lanjut usia, ibu hamil, dan penyandang
disabilitas).
2) Tas siaga bencana (tsb)
Tas Siaga Bencana (TSB) merupakan tas tahan air
(water proof) yang dipersiapkan anggota keluarga untuk
berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi
darurat lain. Tujuan TSB sebagai persiapan untuk bertahan
hidup saat bantuan belum datang dan memudahkan kita saat
evakuasi menuju tempat aman.
Contoh Kebutuhan Dasar Tas Siaga Bencana Untuk 3 Hari
seperti Surat-Surat Penting, air minum, uang, ponsel atau
radio, kotak obat-obatan, masker, pakaian untuk 3 hari,
makanan ringan tahan lama, dan alat bantu penerangan.
3) Menyimak informasi dari berbagai media, seperti radio,
televisi, media online, maupun sumber lain yang resmi
Informasi dapat memperoleh informasi resmi
terhadap penanganan darurat dari BPBD, BNPB, dan
kementerian/lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk
posko, informasi lanjutan akan diberikan oleh posko
setempat.(BNPB, 2017)

Berdasarkan framework kesiapsiagaan terhadap bencana yang


dikembangkan oleh LIPI bekerjasama dengan Unesco/ISDR dalam
Deny Hidayati, dkk (2011:1), kesiapsiagaan dikelompokkan
kedalam lima parameter yaitu:

1) Sistem Pengetahuan dan sikap/ Knowledge and Attitude


Pengetahuan lebih banyak untuk mengukur pengetahuan dasar
mengenai bencana alam seperti ciriciri, gejala dan
penyebabnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan
mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap dan siaga
mengantisipasi bencana.
2) Kebijakan dan Panduan
Merupakan upaya konkret untuk melaksanakan kegiatan siaga
bencana. Kebijakan dan panduan yang berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan meliputi pendidikan publik, emergency planning,
sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya,
termasuk pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan fasilitas
penting untuk koordinasi darurat bencana.
3) Perencanaan kedaruratan/ Emergency Planning
Perencanaan kedaruratan lebih ingin mengetahui mengenai
tindakan apa yang telah dipersiapkan menghadapi bencana
alam. Rencana darurat terkait dengan evakuasi, pertolongan
dan penyelamatan agar koban bencana dapat diminimalkan.
4) Sistem peringatan/ Warning System
Sistem peringatan di sini adalah upaya yang terdapat di
masyarakat dalam mencegah korban akibat bencana dengan
cara tanda-tanda peringatan yang ada. Parameter WS meliputi
tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya
bencana. Berkaitan hal tersebut, diperlukan latihan dan
simulasi apa yang harus dilakukan apabila mendengar
peringatan, kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri
dalamm waktu tertentu sesuai dengan lokasi dimana
masyarakat sedang berada saat terjadi bencana.
5) Mobilisasi sumberdaya
Mobilisasi sumber daya lebih kepada potensi dan peningkatan
sumber daya di masyarakat seperti melalui keterampilan-
keterampilan yang diikuti, dana, prasarana dan sarana dan
lainnya.

4. Bencana

a. Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia.(UU No. 24, 2007).

b. Jenis-Jenis Bencana
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017), jenis-
jenis bencana yaitu :
1) Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis
bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya
dalam sekejap.
2) Tsunami
Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu
menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam
atau lebih. Jenis bencana ini disebabkan oleh beberapa
faktor,antara lain gempa bumi yang terjadi di dasar laut,
runtuhan di pantai, atau karena letusan gunungapi di laut.
3) Gunung Merapi
Bahaya erupsi gunungapi memiliki dua jenis bahaya
berdasarkan waktu kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder.
Berikut ini bahaya dari erupsi gunungapi.
a) Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang
terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif
dan butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi
gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah.
Bahaya ini merupakan campuran material erupsi antara
gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke
bawah akibat densitas tinggi. Suhu material bisa
mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas lebih
dari 70 km/jam.
b) Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan
bumi melalui rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat
merusak segala bentuk infrastruktur.
c) Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan
seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut
antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas
tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.
d) Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi
ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai
200°C, diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar
ratusan kilometer.
e) Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak
sesuai arah angin.
f) Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi
yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat
letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi
mengalir dan bentuk banjir lahar.
4) Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu
wilayah yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu
tertentu. Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut
atau drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung
media penopang air dari curah hujan tadi. Selain disebabkan
faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi
karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan
air karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang
meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta perilaku
tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah di sungai
dan mendirikan hunian di bantaran sungai.
5) Tanah Longsor
Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari
curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat
serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan
vegetasi, dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu
cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk
melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa
saja yang berada di jalur longsoran.
6) Angin Puting Beliung
Bencana puting beliung sebagai akibat dari peristiwa
hidrometeorologis meningkat intensitas kejadiannya pada masa
peralihan musim. Jenis bencana ini menjadi bagian dari proses
pertumbuhan awan hujan cumulus nimbus yang terbentuk
akibat pemanasan intensif. Ancaman puting beliung sulit
diprediksi karena merupakan fenomena atmosfer skala lokal.
Beberapa akibat bencana puting beliung adalah kerusakan
rumah dan pohon tumbang.
7) Kekeringan
Kekeringan merupakan kondisi kekurangan pasokan air dari
curah hujan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu musim
atau lebih, yang berakibat pada kekurangan air untuk beberapa
sektor kegiatan, kelompok atau lingkungan
8) Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan pada
lahan dan hutan yang dilanda api sehingga mengakibatkan
kerusakan serta dampak yang merugikan.

5. Gempa Bumi

a. Pengertian
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis bencana
ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan berlangsung
dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan
bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap. (BNPB,
2017).
b. Jenis-Jenis Gempa Bumi
Menurut BNPB (2017), Jenis gempa dibagi menjadi lima
berdasarkan proses terjadinya, diantaranya :
1) Gempa Vulvanik
Gempa bumi vulkanik yaitu gempa yang terjadi akibat dari
aktivitas magma atau letusan gunung berapi. Gempa ini
biasanya terjadi ketika aktivitas gunung berapi mengalami
kenaikan. Gempa ini akan dirasakan oleh orang-orang yang
berada di sekitar gunung berapi dalam radius tertentu.
Beberapa gempa yang terjadi karena aktivitas gunung berapi di
antaranya: gempa Gunung Krakatau hingga gempa Gunung
Bromo.
2) Gempa Tektonik
Gempa tektonik merupakan gempa yang terjadi akibat dari
pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak di
mana kekuatannya mulai dari sangat kecil hingga besar.
Gempa ini pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Gempa tektonik dikenal sebagai salah satu gempa yang ganas.
Hal ini karena gempa tersebut dapat menimbulkan kerusakan.
Beberapa kerusakan yang diakibatkan gempa tektonik di antara
nya seperti rusaknya jalanan, rumah hingga fasilitas-fasilitas
umum.
3) Gempa Runtuhan
Gempa bumi runtuhan merupakan gempa bumi yang terjadi
akibat runtuhan nya material-material bumi. Gempa ini bersifat
lokal dan biasanya terjadi di daerah pertambangan atau di
daerah kapur. Gempa bumi runtuhan biasanya dirasakan oleh
warga sekitar atau lokal. Hal ini karena kekuatan gempa ini
tidak terbilang besar.
4) Gempa Tumbukan
Gempa bumi tumbukan gempa yang diakibatkan oleh
tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh kebumi, jenis gempa
ini sangat jarang sekali terjadi.
5) Gempa Buatan
Gempa bumi buatan merupakan gempa bumi yang terjadi
karena aktivitas buatan manusia. Gempa bumi buatan dapat
berupa peledakan nuklir, dinamit dan lainnya.(BNPB, 2017)

6. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi


Menurut Badan Penanggulangan Bencana (2017), kesiapsiagaan
bencana itu terdiri dari tiga kompunen yaitu :
a. Pra Bencana Gempa Bumi
1) Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila
gempa bumi terjadi.
2) Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam
menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti
merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan
ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
3) Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan
standar, dan persediaan obat-obatan.
4) Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan
seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Membangun konstruksi rumah yang tahan
terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat.
5) Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan
seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
b. Saat Bencana Gempa Bumi
1) Ketika di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun
bangunan bertingkat yang dilakukan adalah :
a) Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka
waktu itu, upayakan keselamatan diri Anda dengan cara
berlindung di bawah meja untuk menghindari dari
benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela kaca.
Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau
berdirilah di bawah pintu. Bila sudah terasa aman,
segera lari keluar rumah.
b) Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta
mencabut dan mematikan semua peralatan yang
menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya
kebakaran.
c) Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat,
seperti pada sudut bangunan.
d) Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki
petugas keamanan, ikuti instruksi evakuasi. Bila keluar
rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng,
atau material lain.
e) Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan
terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber
listrik atau gedung yang mungkin roboh.
f) Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan.
Gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar
bangunan. Apabila sudah di dalam elevator, tekan
semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan
kepada pengelola bangunan.
2) Ketika di dalam mobil yang harus dilakukan adalah :
a) Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan
kontrol terhadap mobil.
b) Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri
bahu jalan dan berhentilah.
c) Di dalam mobil: Ikuti instruksi dari petugas berwenang
dengan memerhatikan lingkungan sekitar atau melalui
alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai.
d) Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera
lakukan evakuasi menuju ke tempat tinggi, seperti bukit
dan bangunan tinggi.
c. Pasca Bencana Gempa Bumi
Yang harus dilakukan setelah terjadinya gempa bumi adalah :
1) Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
2) Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda
setelah gempa bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan
maupun benda-benda yang membahayakan pada saat
evakuasi.
3) Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja
yang kuat.
4) Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana
kebakaran.
5) Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi
listrik dan air.
6) Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling,
hindari daerah yang rawan longsor.
7) Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di
dalam mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas
jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.(BNPB, 2017).
B. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Rencana kesiapsiagaan terbagi
Gempa Bumi kesiapsiagaan yaitu :
menjadi :
1)Pengetahuan dan sikap terhadap
1) Sistem Pengetahuan dan risiko bencana
sikap/ Knowledge and 2)kebijakan dan panduan
Attitude Kesiapsiagaan Bencana
2) Kebijakan dan Panduan Gempa Bumi 3)rencana untuk keadaan darurat
bencana
3) Perencanaan kedaruratan/
Emergency Planning 4)system peringatan bencana
4) Sistem peringatan/
5)kemampuan untuk mobilisasi
Warning System
sumber daya.
5) Mobilisasi sumberdaya
Pendidikan Bencana Indikator untuk parameter pengetahuan
becana yaitu :
1)Pengetahuan jenis bahaya, sejarah,
kerentanan, dan kapasitas bencana yang
Faktor yang mempengaruhi pernah terjadi di lingkungan sekolah atau
pendidikan yaitu :
daerahnya.
1. Ideologi
2)Keterampilan seluruh komponen
2. Sosial Ekonomi
3. Sosial Budaya sekolah dalam menjalankan rencana
Faktor yang mempengaruhi
4. Perkembangan tanggap darurat.
pengetahuan yaitu:
IPTEK
5. Psikologi 3)Adanya kegiatan simulasi regular.
1) Informasi
2) Usia 4)Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan
kepada warga sekolah dan pemangku
3) Pengalaman
Tingkat Pengetahuan kepentingan sekolah.

Pengetahuan yang tercakup dalam Tingkat pengetahuan


domain kognitif secara garis besar terhadap kesiapsiagaan
dibagi 6 tingkatan yaitu : bencana dapat
dikategorikan menjadi :
1. Tahu
2. Memahami (Comprehensif) 1. Sangat siap
3. Aplikasi (aplication) 2. Siap
4. Analisis (analysis) 3. Hampir siap
5. Sintesis (synthesis) 4. Kurang siap
6. Evaluasi (evaluation) 5. Belum siap
Gambar 2.1
Sumber : (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006), (Hasbullah, 2009), (BNPB, 2016),
(BNPB, 2017), (Notoatmodjo, 2014), (Deny Hidayati, 2006)
C. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan Santri
Pendidikan Bencana Tentang Kesiapsiagaan
Bencana Gempa Bumi

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan yaitu : kesiapsiagaan yaitu : pendidikan yaitu :
1)Pengetahuan dan sikap terhadap 6. Ideologi
1) Informasi
risiko bencana 7. Sosial Ekonomi
2) Usia 8. Sosial Budaya
2)kebijakan dan panduan
9. Perkembangan IPTEK
3) Pengalaman
3)rencana untuk keadaan darurat 10. Psikologi
bencana

4)system peringatan bencana

5)kemampuan untuk mobilisasi


sumber daya.

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti
: Arah Hubungan

D. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh pendidikan bencana gempa bumi terhadap tingkat
pengetahuan santri di Panti Asuhan Ulil Albab Kotagede Yogyakarta
Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan bencana gempa bumi terhadap
tingkat pengetahuan santri di Panti Asuhan Ulil Albab Kotagede
Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA

24, U. no. (2007). No Titleывмывмыв. Ятыатат, вы12у(235), 245.

BNPB. (2016). Risiko Bencana Indonesia (Disasters Risk of Indonesia).


International Journal of Disaster Risk Science, 9(01), 121–142.
https://doi.org/10.1007/s13753-018-0186-5

BNPB. (2017). Buku Saku : Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana -


BNPB. In Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
https://bnpb.go.id/uploads/24/buku-data-bencana/6-buku-saku-cetakan-4-
2019.pdf

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologo Penelitian Kesehatan. 144.

Deny Hidayati, d. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Mengantisipasi Bencana.
Hasbullah. (2009). Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja grafindo.
LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.

Anda mungkin juga menyukai