TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Bencana
a. Pengertian
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB,
2017), pendidikan bencana adalah sebuah proses pembelajaran
bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan juga
lembaga-lembaga yang ada. Termasuk yang di dalamnya ada
penggunaan kearifan tradisional, pengakuan, dan pengetahuan
lokal bagi perlindungan terhadap bencana.(BNPB, 2017)
b. Indikator Pendidikan Bencana
1) Indikator untuk Parameter Pengetahuan dan Keterampilan
a) Pengetahuan jenis bahaya, sejarah, kerentanan, dan
kapasitas bencana yang pernah terjadi di lingkungan
sekolah atau daerahnya.
b) Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam
menjalankan rencana tanggap darurat.
c) Adanya kegiatan simulasi regular.
d) Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan kepada warga sekolah
dan pemangku kepentingan sekolah.
2) Indikator untuk Parameter Kebijakan
Adanya kebijakan, kesepakatan, peraturan sekolah yang
mendukung upaya kesiagaan di sekolah.
3) Indikator untuk Parameter Rencana Tanggab Darurat
a) Adanya dokumen penilaian risiko bencana yang disusun
bersama secara partisipatif dengan warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah.
b) Adanya protokol komunikasi dan koordinasi.
c) Adanya Prosedur Tetap Kesiagaan Sekolah yang disepakati
dan dilaksanakan oleh seluruh komponen sekolah.
d) Kesepakatan dan ketersediaan lokasi evakuasi/shelter
terdekat dengan sekolah, disosialisasikan kepada seluruh
komponen sekolah dan orang tua siswa, masyarakat sekitar
dan pemerintah daerah.
e) Dokumen penting sekolah digandakan dan tersimpan baik,
agar dapat tetap ada, meskipun sekolah terkena bencana.
f) Catatan informasi penting yang mudah digunakan seluruh
komponen sekolah, seperti pertolongan darurat terdekat,
puskesmas/rumah sakit terdekat, dan aparat terkait.
g) Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan rambu
yang terpasang, yang mudah dipahami oleh seluruh
komponen sekolah.
h) Akses terhadap informasi bahaya, baik dari tanda alam,
informasi dari lingkungan, dan dari pihak berwenang
(pemerintah daerah dan BMG)
Penyiapan alat dan tanda bahaya yang disepakati
dan dipahami seluruh komponen sekolah.
Mekanisme penyebarluasan informasi peringatan
bahaya di lingkungan sekolah.
Pemahaman yang baik oleh seluruh komponen
sekolah bagaimana bereaksi terhadap informasi
peringatan bahaya.
Adanya petugas yang bertanggungjawab dan
berwenang mengoperasikan alat peringatan dini.
Pemeliharaan alat peringatan dini.
4) Indikator untuk Parameter Mobilisasi Sumberdaya
a) Adanya gugus siaga bencana sekolah termasuk perwakilan
peserta didik.
b) Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar
pasca bencana yang dapat segera dipenuhi, dan diakses oleh
komunitas sekolah, seperti alat pertolongan pertama serta
evakuasi, obat-obatan, terpal, tenda dan sumber air bersih.
c) Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai kesiagaan
sekolah secara rutin (menguji atau melatih kesiagaan
sekolah
secara berkala).
d) Adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait
penyelenggaraan penanggulangan bencana baik setempat
(desa/kelurahan
dan kecamatan) maupun dengan BPBD/Lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab terhadap koordinasi
dan penyelenggaraan penanggulangan bencana di
kota/kabupaten.(BNPB, 2016).
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah
adalah sebagai berikut :
a. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak
yang sama khususnya hak untuk mendapatkan
pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan
pendidikan.
b. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan
seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
c. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan
pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
d. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar
tidak kalah dengan negara maju.
e. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih
bernilai. (Hasbullah, 2009).
2. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya
sehingga menghasilkan pengetahuan. menjelaskan bahwa,
pengetahuan adalah hal yang diketahui oleh orang atau responden
terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan. (Notoatmodjo, 2014)
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda.
Secara garis besarnya dibagi 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehensif)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
nyata.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. (Notoatmodjo, 2014)
c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Rahayu (2010), terdapat 8 hal yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan bahwa sebuah visi
pendidikan yaitu untuk mencerdaskan manusia.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa
yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
4) Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan
pada aspek fisik psikologis, dan kejiwaan.Dalam aspek
psikologis taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
5) Kebudayaan
Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya
cara berfikir dan perilaku kita
6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan
terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
7) Paparan informasi
RUU teknologi informasi mengartikan informasi sebagai
suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan
menyimpan, manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi dengan maksud dan tujuan tertentu
yang bisa didapatkan melalui media elektronik maupun cetak.
8) Media
Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai
masyarakat luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan
internet.
d. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menayakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo,
2014)
Menurut Nurhasim (2013), Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat
dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif,
misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya
pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan
penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
prosentase kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu 13
kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup (56 – 75%) dan
kurang (<55%).
3. Kesiapsiagaan
a. Pengertian
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.(BNPB,
2017).
kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, keluarga, dan individu
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan
tepat guna untuk mengurangi kerugian maupun korban jiwa.
Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan
rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan
pelatihan personil. (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dalam
manajemen bencana yang diartikan sebagai kesiapan masyarakat di
semua lapisan untuk mengenali ancaman yang ada di sekitarnya
serta mempunyai mekanisme dan cara untuk menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan pada tahapan pra-bencana yang bertujuan
untuk membangun dan mengembangkan kapasitas yang diperlukan
untuk secara efektif mampu mengelola segala macam keadaan
kedaruratan dan menjembatani masa transisi dari respon ke
pemulihan yang berkelanjutan. (Deny Hidayati, 2006).
Menurut BNPB (2017), beberapa upaya penting untuk
kesiapsiagaan adalah :
1) Memahami bahaya di sekitar Anda.
2) Memahami sistem peringatan dini setempat, mengetahui
rute evakuasi dan rencana pengungsian
3) Memiliki keterampilan untuk mengevakuasi situasi secara
cepat yang mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi
diri
4) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan
mempraktekkan rencana tersebut dengan latiahan
5) Mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi
6) Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan.
c. Rencana Kesiapsiagaan
Menurut BNPB (2017), bencana sering terjadi tanpa
peringatan sehingga Anda membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu kebutuhan yang
diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana
kesiapsiagan.
Ada tiga upaya utama dalam menyusun rencana kesiapsiagaan
menghadapi bencana yaitu :
1) Miliki sebuah rencana darurat keluarga
Rencana ini mencakup:
Analisis ancaman di sekitar.
Identifikasi titik kumpul.
Nomor kontak penting.
Ketahui rute evakuasi.
Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas dan
listrik.
Identifikasi titik aman di dalam bangunan atau
rumah.
Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-
anak, lanjut usia, ibu hamil, dan penyandang
disabilitas).
2) Tas siaga bencana (tsb)
Tas Siaga Bencana (TSB) merupakan tas tahan air
(water proof) yang dipersiapkan anggota keluarga untuk
berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi
darurat lain. Tujuan TSB sebagai persiapan untuk bertahan
hidup saat bantuan belum datang dan memudahkan kita saat
evakuasi menuju tempat aman.
Contoh Kebutuhan Dasar Tas Siaga Bencana Untuk 3 Hari
seperti Surat-Surat Penting, air minum, uang, ponsel atau
radio, kotak obat-obatan, masker, pakaian untuk 3 hari,
makanan ringan tahan lama, dan alat bantu penerangan.
3) Menyimak informasi dari berbagai media, seperti radio,
televisi, media online, maupun sumber lain yang resmi
Informasi dapat memperoleh informasi resmi
terhadap penanganan darurat dari BPBD, BNPB, dan
kementerian/lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk
posko, informasi lanjutan akan diberikan oleh posko
setempat.(BNPB, 2017)
4. Bencana
a. Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia.(UU No. 24, 2007).
b. Jenis-Jenis Bencana
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017), jenis-
jenis bencana yaitu :
1) Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis
bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya
dalam sekejap.
2) Tsunami
Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu
menjalar dengan kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam
atau lebih. Jenis bencana ini disebabkan oleh beberapa
faktor,antara lain gempa bumi yang terjadi di dasar laut,
runtuhan di pantai, atau karena letusan gunungapi di laut.
3) Gunung Merapi
Bahaya erupsi gunungapi memiliki dua jenis bahaya
berdasarkan waktu kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder.
Berikut ini bahaya dari erupsi gunungapi.
a) Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang
terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif
dan butiran klastik yang pergerakannya dipengaruhi
gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah.
Bahaya ini merupakan campuran material erupsi antara
gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke
bawah akibat densitas tinggi. Suhu material bisa
mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas lebih
dari 70 km/jam.
b) Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan
bumi melalui rekahan, suhunya >10.000°C dan dapat
merusak segala bentuk infrastruktur.
c) Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan
seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut
antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF, H2SO4. Gas
tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.
d) Lontaran material (pijar). Lontaran material terjadi
ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai
200°C, diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar
ratusan kilometer.
e) Hujan abu. Material abu tampak halus dan bergerak
sesuai arah angin.
f) Lahar Letusan, lahar letusan terjadi pada gunung berapi
yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat
letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi
mengalir dan bentuk banjir lahar.
4) Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu
wilayah yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu
tertentu. Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut
atau drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung
media penopang air dari curah hujan tadi. Selain disebabkan
faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi
karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan
air karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang
meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta perilaku
tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah di sungai
dan mendirikan hunian di bantaran sungai.
5) Tanah Longsor
Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari
curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat
serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan
vegetasi, dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu
cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk
melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa
saja yang berada di jalur longsoran.
6) Angin Puting Beliung
Bencana puting beliung sebagai akibat dari peristiwa
hidrometeorologis meningkat intensitas kejadiannya pada masa
peralihan musim. Jenis bencana ini menjadi bagian dari proses
pertumbuhan awan hujan cumulus nimbus yang terbentuk
akibat pemanasan intensif. Ancaman puting beliung sulit
diprediksi karena merupakan fenomena atmosfer skala lokal.
Beberapa akibat bencana puting beliung adalah kerusakan
rumah dan pohon tumbang.
7) Kekeringan
Kekeringan merupakan kondisi kekurangan pasokan air dari
curah hujan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu musim
atau lebih, yang berakibat pada kekurangan air untuk beberapa
sektor kegiatan, kelompok atau lingkungan
8) Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan pada
lahan dan hutan yang dilanda api sehingga mengakibatkan
kerusakan serta dampak yang merugikan.
5. Gempa Bumi
a. Pengertian
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar
(patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis bencana
ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan berlangsung
dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan
bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap. (BNPB,
2017).
b. Jenis-Jenis Gempa Bumi
Menurut BNPB (2017), Jenis gempa dibagi menjadi lima
berdasarkan proses terjadinya, diantaranya :
1) Gempa Vulvanik
Gempa bumi vulkanik yaitu gempa yang terjadi akibat dari
aktivitas magma atau letusan gunung berapi. Gempa ini
biasanya terjadi ketika aktivitas gunung berapi mengalami
kenaikan. Gempa ini akan dirasakan oleh orang-orang yang
berada di sekitar gunung berapi dalam radius tertentu.
Beberapa gempa yang terjadi karena aktivitas gunung berapi di
antaranya: gempa Gunung Krakatau hingga gempa Gunung
Bromo.
2) Gempa Tektonik
Gempa tektonik merupakan gempa yang terjadi akibat dari
pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak di
mana kekuatannya mulai dari sangat kecil hingga besar.
Gempa ini pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Gempa tektonik dikenal sebagai salah satu gempa yang ganas.
Hal ini karena gempa tersebut dapat menimbulkan kerusakan.
Beberapa kerusakan yang diakibatkan gempa tektonik di antara
nya seperti rusaknya jalanan, rumah hingga fasilitas-fasilitas
umum.
3) Gempa Runtuhan
Gempa bumi runtuhan merupakan gempa bumi yang terjadi
akibat runtuhan nya material-material bumi. Gempa ini bersifat
lokal dan biasanya terjadi di daerah pertambangan atau di
daerah kapur. Gempa bumi runtuhan biasanya dirasakan oleh
warga sekitar atau lokal. Hal ini karena kekuatan gempa ini
tidak terbilang besar.
4) Gempa Tumbukan
Gempa bumi tumbukan gempa yang diakibatkan oleh
tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh kebumi, jenis gempa
ini sangat jarang sekali terjadi.
5) Gempa Buatan
Gempa bumi buatan merupakan gempa bumi yang terjadi
karena aktivitas buatan manusia. Gempa bumi buatan dapat
berupa peledakan nuklir, dinamit dan lainnya.(BNPB, 2017)
Pengetahuan Santri
Pendidikan Bencana Tentang Kesiapsiagaan
Bencana Gempa Bumi
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Arah Hubungan
D. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh pendidikan bencana gempa bumi terhadap tingkat
pengetahuan santri di Panti Asuhan Ulil Albab Kotagede Yogyakarta
Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan bencana gempa bumi terhadap
tingkat pengetahuan santri di Panti Asuhan Ulil Albab Kotagede
Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA