RISKA YANTI (19-25) - Dikonversi
RISKA YANTI (19-25) - Dikonversi
NPM 1910015410025
KELAS : TEK 4A
QUIZ :
Permasalahan dalam manajemen komunikasi proyek merupakan fenomena yang rentan terjadi.
Adanya kenyataan demikian disebabkan oleh banyak faktor, baik karena terjadinya miskomunikasi
antara stakeholder, maupun karena kelalaian salah satu pihak dalam menyebarkan informasi. Dalam
ilustrasi kasus, masalah manajemen komunikasi merupakan masalah yang menyebabkan keterlambatan
pelaksanaan proyek. Berbagai masalah tersebut muncul karena miskomunikasi antara stakeholder dan
kelalaian pihak-pihak tertentu dalam menyampaikan informasi.
PERTEMUAN 2 ( Triple C )
Triple C dapat mengurangi kesenjangan antara ide dan praktik karena secara eksplisit
mengumpulkan informasi tentang aspek-aspek penting dari suatu proyek dalam hal pertanyaan berikut
(5W1H) :
Who (Siapa)
What ( Apa)
Why (Mengapa)
When ( Kapan )
Where (Dimana )
How (Bagaimana)
Proses konstruksi adalah subjek yang di pengaruhi oleh variabel yang banyak dan faktor faktor
tak terduga. Umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam konstruksi adalah kontraktor, pemilik, arsitek,
konsultan, buruh, asuransi, agen peminjam, suplier material dan lainnya, berubah dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain. Industri konstruksi unik bila dibandingkan dengan industri lain. Komunikasi dalam proyek
merupakan salah satu faktor yang perlu dapat perhatian ( Ming, Purwito, 2013).
Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam pengelolaan proyek. Ancaman terbesar yang
mengakibatkan proyek tidak berhasil adalah kegagalan membangun project stakeholder. kemampuan
project manager dalam berkomunikasi secara efektif sangat menentukan keberhasilan proyek.
Komunikasi dan informasi yang salah mengakibatkan kinerja yang kurang baik.
Maksud penelitian ini adalah memberikan informasi dan masukan-masukan tentang hambatan,
manfaat, peran dan tindakan koreksi pada komunikasi antar pelaku proyek dalam pelaksanaan proyek
konstruksi khususnya perusahaan kontraktor yang berada di wilayah Jawa Timur dan secara umumnya di
wilayah Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor komunikasi yang yang berpengaruh
dalam pelaksanaan proyek konstruksi terhadap kinerja proyek konstruksi, untuk menganalisa dan
membuktikan faktor faktor komunikasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan proyek konstruksi
terhadap kinerja proyek konstruksi, untuk mengetahui pengaruh laporan kinerja komunikasi terhadap
proyek konstruksi. Populasi penelitian adalah seluruh Anggota yang bekerja pada proyek konstruksi yang
sedang dikerjakan di daerah Surabaya. Anggota Gapensi kualifikasi menengah bidang bangunan gedung
di kota surabaya sebanyak 300 peserta.
Dalam pra penelitian ini peneliti membuat kuesioner yang telah disebar sebanyak 15 kuesioner
dan kembali 10 kueisioner untuk diketahui kelayakannya. Setelah semua data yang diperoleh melalui
kuesioner terkumpul, data tersebut masih bersifat kualitatif maka perlu dikuantitaifkan dengan
memberi nilai / skor pada masing – masing variabel. Setelah hasil kuesioner dikuantitaifkan, maka di uji
dengan uji validitas dan reliabilitas untuk diketahui kelayakannya.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat diambil
adalah Perencanaan komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja proyek konstruksi di
kota Surabaya, distribusi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja proyek konstruksi
di kota Surabaya, Laporan kinerja informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja proyek
konstruksi di kota Surabaya, tahap akhir administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
proyek konstruksi di kota Surabaya.
Pada jurnal ini kesalahan komunikasi yang terjadi yaitu antara pihak kontraktor dan owner,
dimana Kontraktor mengajukan klaim kepada owner karena keterlambatan pembangunan pekerjaan
Building-2 ini dikarenakan pemilik dalam melakukan pengadaan material dan peralatan, perubahan
gambar desain dilapangan dan penggantian biaya atas kehilangan kesempatan kontraktor untuk
mendapatakan proyek baru dikarenakan keterlambatan penyelesaian proyek Building-2. Jika komunikasi
antara pihak kontraktor dan owner berjalan dengan baik maka keterlambatan dalam penyelesaian
proyek Building-2 tidak akan terjadi.
Penyelesaian klaim dapat diselesaikan dengan baik melalui negosiasi antara senior management
dari pihak owner dan pihak kontraktor. Tidak ada upaya hukum yang harus diambil dalam penyelesaian
klaim ini. Dengan jalan negosiasi didapat kesepakatan harga antara pihak owner dan pihak kontraktor
tanpa menempuh jalur hukum.
Untuk mengajukan klaim, sebaiknya kontraktor mempunyai data-data pendukung yang kuat.
Sehingga dapat diterima oleh Pemilik. Pasal-pasal dalam kontrak harus dapat dipahami dengan baik,
sehingga tidak akan menimbulakan perbedaan pandangan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan.
Terlebih jika kontrak pekerjaan dilaksanakan antara kontraktor lokal dengan pemilik asing.
• Konflik dalam permintaan dan penawaran; kebutuhan dan pasokan (Hoezen et al, 2006).
• Disini banyak profesi yang berbeda; keterampilan multidisiplin mereka membatasi ruang lingkup
kerjasama di antara mereka (Cheng et al, 2001).Mekanisme Komunikasi Dalam Konstruksi
• Semua pihak yang terlibat menandatangani dan mencantumkan beberapa tujuan yang ingin dicapai
sebelum penugasan.
• Faktor langsung adalah yang berhubungan dengan kinerja proyek (seperti biaya, kualitas, waktu),
faktor tidak langsung adalah yang tidak berwujud (seperti rasa saling percaya, visi bersama, peningkatan
berkelanjutan)
• Konstruksi adalah lingkungan yang padat terhadap informasi (Chen dan Kamara, 2008). • Alat
komunikasi dan teknologi informasi pada saat ini sangat berperan dalam kelancaran komunikasi
• Gap antara pemilik dengan konsultan, yaitu perbedaan apa yang diinginkan oleh pemilik dengan apa
yang digambar oleh konsultan.
• Gap antara konsultan dengan kontraktor, yaitu perbedaan antara apa yang digambar konsultan
(arsitek) dengan apa yang dipikirkan oleh kontraktor.
• Gap antara kontraktor dengan sub kontraktor, yaitu perbedaan antara apayang di pikirkan kontraktor
berbeda dengan yang dipikirkan sub kontraktor.
• Gap antara subkontraktor dengan pekerja lapangan (mandor dan tukang),yaitu perbedaan apa yang
dipikirkan sub kontraktor dengan yangdilaksanakan di lapangan.
Contohnya :
Pada lingkup proyek Pemerintah, 3 faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan proyek
konstruksi adalah cuaca, tenaga kerja, dan desain. Pada lingkup proyek Swasta, 3 faktor dominan yang
mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi adalah cuaca, material, dan keuangan. Undang-undang
yang mengatur keterlambatan adalah UU No.2/2017 pasal 54 ayat (1) dan (2), Perpres No.54/2010 Jo
Perpres No.35/2011 Jo Perpres No.70/2012 dan LKPP No.14/2012. Klausul tentang keterlambatan dalam
kontrak kerja Pemerintah adalah terdapat pada SSUK yaitu kontrak kritis, SSKK yaitu termin, dan garansi
bank. Klausul pada kontrak kerja Swasta yaitu pasal wanprestasi beserta sanksinya, dan garansi bank.
Proses penyelenggaraan proyek publik di Sulawesi Tengah yang melibatkan kontraktor skala
kecil terdapat beberapa potensi yang dapat menimbulkan klaim, tetapi potensi ini tidak digunakan
akibat berbagai faktor, seperti (1) klaim melalui proses yang rumit, (2) waktu penyelesaian lama, (3)
administrasi proyek yang kurang lengkap, dan (4) tidak mengetahui prosedur klaim, serta (5)
membutuhkan biaya tambahan.
Kemampuan kontraktor skala kecil sangat terbatas dan terjadinya ketimpangan kesetaraan hak
dan kewajiban antara pemilik proyek dengan jasa konstruksi (kontraktor) dalam kontrak kerja. alasan
tidak melakukan klaim pada yang berkaitan dengan fungsi klaim sebagai berikut. - Negosiasi merupakan
alternatif yang dominan yang akan digunakan oleh kontraktor untuk penyelesaian sengketa (dispute)
dalam penyelenggaraan konstruksi dan sebagai upaya untuk menghindari sengketa konstruksi yang
berlarut larut.
Klaim terjadi akibat tuntutan atas hak atau tuntutan ganti rugi dari pihak-pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan proyek. Dengan kata lain, klaim terjadi akibat dari timbulnya kerugian dan
tidak terpenuhinya hak-hak yang semestinya didapatkan Tujuan Memberikan gambaran tentang proses
klaim pada penyelenggaraan konstruksi yang melibatkan kontraktor skala kecil. Manfaat hasil penelitian
dapat membantu pengguna dan penyedia jasa menyelesaikan klaim secara jujur, adil, terbuka dengan
mempertimbangkan manfaat dan keseimbangan hak dan kewajibannya.