Anda di halaman 1dari 2

Laporan Resume Kuliah Umum

Nasywa Rihadatul Aisya

Pada kuliah umum hari ini berjudul “Translation, Truth, and Meaning in the Humanities” oleh
Prof. R. Philip Buckley dari McGill University of Canada. Ia mengatakan bahwa penerjemahan
selalu menjadi tugas yang terus menerus dilakukan oleh manusia apapun bentuk kegiatannya. Ia
menambahkan bahwa manusia pada dasarnya selalu menerjemahkan untuk mengerti apa yang
sedang dibicarakan oleh sekitarnya. Saat dirinya menjadi orang asing di Jakarta, ia berada dalam
posisi menarik di mana orang-orang harus terus menerjemahkan untuknya dan dia harus mencari
tahu apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.

Professor Philip mengatakan bahwa menerjemahkan berarti bertukar makna, bukan hanya makna
secara denotatif, melainkan juga berhubungan dengan pemaknaan yang dalam. Hal ini dapat
dikatakan sebagai intersubjective sharing of meaning, di mana hal ini mencakup proses
komunikasi dan interaksi antara individu atau kelompok yang saling memahami dan berbagi
interpretasi tentang suatu fenomena atau pengalaman.

Ia menambahkan beberapa contoh mengenai penerjemahan. Salah satu yang menurutnya


menarik adalah makanan. Menurutnya, makanan adalah salah satu hal yang paling menarik untuk
diterjemahkan, karena sifatnya yang dapat tersebar ke mana-mana dari satu tempat ke tempat
lainnya. Misalnya, toko minuman boba di Amerika Serikat yang dapat menyatukan orang-orang
Asia di sana. Proses ini bukan hanya melibatkan kata-kata, tetapi juga budaya dan tradisi yang
ada di balik makanan tersebut.

Hal yang menarik dalam kuliah ini adalah ketika Professor Philip mengatakan bahwa kebenaran
bukan hal yang mutlak dalam melakukan penerjemahan, tetapi yang penting juga untuk
mengungkap sesuatu yang sulit untuk diungkapkan secara harfiah. Penerjemahan tidak hanya
tentang mengubah kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga tentang memperlihatkan
aspek-aspek yang mungkin tersembunyi dalam teks asli. Terkadang, sebuah karya asli memiliki
keunikan dan obsesi tersendiri yang sulit dipindahkan sepenuhnya ke dalam terjemahan. Inilah
mengapa beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya menerima hasil karya terjemahan, karena
tidak selalu mungkin untuk sepenuhnya mentransfer nuansa dan esensi dari teks asli ke dalam
terjemahan.

Prof Philip menambahkan beberapa contoh dari penerjemahan mengenai agama. Baginya, agama
dapat diterjemahkan karena hal itu berasal dari luar. Seperti contohnya, relief Candi Borobudur
yang berasal dari cerita kitab Buddha. Ada pula Bunda Maria yang berasal dari budaya Eropa
tetapi dapat diterjemahkan dengan baik di Taiwan dan Cina dengan tetap mengadopsi budaya
setempat.

Pada tingkat terjemahan tertinggi, keyakinan spiritual disampaikan ke dalam berbagai budaya,
menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam ekspresi kepercayaan. Contohnya, Walisongo
yang dianggap sebagai the great ‘translator’ karena berhasil menyebarkan Islam di Nusantara.
Mereka tidak hanya mentransfer ajaran Islam secara harfiah, tetapi juga mengadaptasinya dengan
budaya lokal, sehingga menciptakan bentuk Islam yang unik di Indonesia.

Selain itu, penerjemahan juga dapat dilakukan melalui simbol, seperti tanda "men" dan "women"
di pintu depan toilet. Dengan menggunakan gambar, makna dapat disampaikan secara visual dan
universal, memudahkan pemahaman tanpa perlu kata-kata. Hal ini menegaskan bahwa translasi
tidak hanya berkaitan dengan bahasa, tetapi juga melibatkan aspek-aspek budaya dan visual
dalam menyampaikan pesan atau makna.

Anda mungkin juga menyukai