Anda di halaman 1dari 65

BUKU AJAR

ETIKA PROFESI

Penulis
Dr. Maria Magdalena Riyaniarti EW, M.Pd., M.Si
Rizal aditya Hermawan, S.ST., M.Si
Mely Purnadianti, S.ST., M.Si

Editor
Moch. Abdul Rokhim, S.ST., M.Si

Penerbit
.................

ISBN :.............
Cetakan.........
Hak cipta oleh Penulis dan Dilindungi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta, Pasal 72.
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
akhirnya dapat menyelesaikan Buku Ajar Etika Profesi Ahli Tehnologi
Laboratorium Medis yang dibuat ini.

Buku Ajar Etika Profesi Ahli Tehnologi Laboratorium Medis ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan pelatihan dalam rangka
profesional mata pelajaran etika profesi. Sesuai dengan segmentasi
peserta, bahan ajar ini disusun dengan kualifikasi yang tidak diragukan.

Teknik pembukaan yang diangkat secara terpadu dilakukan tanpa


adanya pemilihan jenjang pendidikan. Langkah ini diambil dengan
harapan dapat meminimalisasi adanya pengulangan topik dari sesuai
jenjang pendidikan.

Pembahasan buku ajar ini dimulai dengan memberi penjelasan terkait


etika profesi ATLM yang harus diketahui dan di terapkan oleh
mahasiswa didik, sementara kelebihan yang dimiliki oleh buku ajar ini
dapat dilihat dalam keterpaduan dengan penerapan keseharian di
lapangan serta acuan yang digunakan di lapangan.

Pembahasan yang disampaikan juga disertai bentuk soal yang beragam,


tujuannya untuk mengukur tingkat yang dicapai dan kesuksesan dalam
menjawab.

Penyusun menyadari jika pembuatan buku ajar ini masih memiliki


banyak kekurangan, karena itu kritik dan saran sangat terbuka untuk
diterima dengan sifat yang membangun. Diharapkan semoga modul ini
bisa memberi manfaat dengan baik.

Kediri, Oktober 2022

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pengertian Profesi 3
A. Pengertian profesi 4
BAB II STANDAR PROFESI 5
A. Standart Profesi 6
B. Standart Kompetensi 2
C. Landasan Ilmiah Ilmu Laboratorium Medik 3
BAB III Organisasi Profesi 4
A. Pengertian Organiosasi Profesi 5
B. Organisasi Profesi 6
BAB IV Kode Etik ATLM 5
A. Pengertian Kode Etik ATLM 6
B. Tujuan Kode Etik ATL 2
C. Fungsi Kode Etik ATLM 3
D. Orientasi Kode Etik ATLM 4
BAB V Alur Penyelesaian Masalah Pelanggaran Kode Etik ATLM
6
A. Alur 6
Daftar Pustaka 2
Biografi Penulis 3
iii

BUKU AJAR
ETIKA PROFESI AHLI TEHNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Ini kami persembahkan untuk mahasiswa didik kami
Dengan harapan bisa membantu, mempermudah proses belajar
BAB I
PENGERTIAN
PROFESI
BAB I
PENGERTIAN PROFESI

Bekerja adalah salah satu sifat kodrat manusia dan Kualitas kerja
manusia akan menentukan tinggi rendahnya martabat seseorang
sedangkan bekerja adalah memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun Klasifikasi Pekerjaan menurut Abdulkadir, Muhammad,
1997)
1. Pekerjaan dalam arti umum
Pekerjaan apa saja yang mengutamakan kemampuan fisik,
baik sementara atau tetap dengan tujuan memperoleh
pendapatan (upah)
Pekerjaan dalam arti tertentu
2. Pekerjaan yang mengutamakan kemampuan fisik atau
intelektual, baik sementara atau tetap dengan tujuan
pengabdian
3. Pekerjaan dalam arti khusus
Pekerjaan bidang tertentu, mengutamakan kemampuan
fisik dan intelektual, bersifat tetap, dengan tujuan
memperoleh pendapatan
Berbagai persyaratan yang melekat pada pekerjaan yang
menyebabkan pekerjaan tersebut memiliki kualitas
dibandingkan dengan pekerjaan lainnya dinamakan
PROFESI

Ada beberapa pendapat pengertian tentang profesi yaitu :


1. Komaruddin, profesi adalah “jenis pekerjaan dengan sifat
menuntut pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan
yang istimewa”.
2. Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminto, 1982 dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia mengartikan bahwa “Profesional
secara etimologi berasal dari bahasa inggris “profession”
yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang
mempunyai keahlian”.
3. Prof. H. M Arifin, 1995 mengartikan bahwa “Profesi adalah
suatu bidang keahlian khusus untuk menangani lapangan
kerja tertentu yang membutuhkan”.
4. Prof. Dr. Piet A. Sahertian, 1994 dalam bukunya “profil
Pendidikan Profesional” menyatakan bahwa “pada
hakikatnya profesi adalah suatu janji terbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya
pada suatu jabatan karena terpanggil untuk menjabat
pekerjaan itu”.
5. Menurut Martinis Yamin, 2007. profesi mempunyai
pengertian “seseorang yang menekuni pekerjaan
berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur
berlandaskan intelektualitas”.
Diantara profesi-profesi yang telah di ada terdapat golongan 2
golongan pembeda antara lain profesi luhur atau profesi khusus,
dikarenakan untuk menekan pengabdian atau pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya. Pada dunia nyata, orang-orang yang
mengemban profesi luhur memerlukan nafkah hidup, umumnya
diperolah dari profesi yang dijalani. Dan sasaran utamanya yang
dijalani adalah sebagai panggilan hidup, bukan sebagai nafkah
hidup. Nafkah hidup sekedar sebagai sebuah imbalan dari
menjalankan profesi itu, demi kepentingan masyarakat dan bukan
sebagai suatu tujuan utama dari kegiatan itu. Tidak
mengherankan bahwa yang mempunyai profesi luhur bahkan
bersedia mengorbankan hidupnya hanya demi menunaikan
profesi yang dijalaninya.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat
pada profesi, antara lain sebagaimana tergambarkan dalam
beberapa point berikut :
1. “Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun”.
2. “Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal
ini biasanya setiap pelakuprofesi mendasarkan kegiatannya
pada kode etik profesi”.
3. “Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harusmeletakkan kepentingan pribadi di
bawah kepentingan masyarakat”.
4. “Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap
profesi akan selalu berkaitandengan kepentingan
masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus
terlebih dahulu ada izin khusus”.
5. “Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu
profesi”.
Tiga Pilar Utama Medical Laboratory technologist sebagai
PROFESI
Sedangkan adanya Syarat-Syarat Suatu Profesi adalah :
1. Melibatkan kegiatan intelektual.
2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan
sekedar latihan.
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
8. Menentukan baku standartnya sendiri dalam hal ini kode
etik

Menjadi Profesional :
Langkah Menuju Profesional
1. Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan
berprinsip namun tidak kaku)
2. Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
3. Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)

Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan


1. Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil
pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri
sendiri
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam
memberikan pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain)
4. Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat
dapat dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari
risiko bahaya atau keragu-raguan
5. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)
BAB II
STANDART
PROFESI
BAB II
STANDAR PROFESI

A. Standart Profesi

Definisi Standart Profesi sendiri merupakan kriteria


kemampuan professional (knowledge, skill, attitude) minimal yang
harus dikuasai agar dapat menjalankan kegiatan profesionalnya
dan memberikan layanan kepada masyarakat. Sebagai pedoman
bagi anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesionalnya
Dikukuhkan melalui peraturan ataupun ketetapan pemerintah.
Namun bagaimana dengan standart profesi Tehnologi Medik?
Dan bagaimanakah Standart profesi Tehnolgi Medik Telah
ditetapkan dalam Kepmenkes RI No: HK.01.07/MENKES/313/2020
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik.
Namun siapa Ahli Teknologi Labkes ?
Teknologi Labkes : disiplin ilmu kesehatan yang
memberikan perhatian terhadap semua aspek laboratoris dan
analitik terhadap cairan dan jaringan tubuh manusia serta ilmu
kesehatan lingkungan. Ahli Teknologi Labkes : tenaga kesehatan
dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya. Kualifikasi Pendidikan : Lulusan SMAK, D
III Analis Kesehatan dan SI Teknologi Laboratorium
Kesehatan/Analis Kesehatan
Penyebutan sebagai Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK. 01.07/Menkes/313/2020 tentang “Standar
Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang didefinisikan
salah satu jenis tenaga kesehatan dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan”. Profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik yang sebelumnya dikenal dengan
“Analis Kesehatan atau Analis Medis adalah tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan
jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang
kesehatan perorangan dan masyarakat”.
Gambaran tugas, peran, dan fungsi dari seorang Ahli
Teknologi Laboratorium Medik dijabarkan pada Area Kompetensi,
Standar Kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium Medik terdiri
atas 7 (tujuh) area kompetensi. Setiap area kompetensi ditetapkan
deskripsinya, yang namakan dengan kompetensi inti. Setiap area
kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi,
yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan.,
antara lain;
1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan
memproses spesimen,
2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan
specimen,
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/ instrumen
laboratorium,
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan
akurasi dan pengendalian mutu dan mengembangkan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil
uji,
5. Mengevaluasi teknik, instrumen, dan prosedur baru
untuk menentukan manfaat kepraktisannya,
6. Membantu klinisi dalam memanfaatkan data
laboratorium secara efektif dan efisien untuk
menginterpretasikan hasil uji laboratorium,
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan laboratorium,
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain
dalam bidang teknik kelaboratoriuman
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang
laboratorium kesehatan.
Standar profesi adalah standar minimal kemampuan, sikap
dan kepribadian yang harus dimiliki ATLM. Standar profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik terdiri atas:
1. Standar kompetensi; dan Kode etik profesi.
“Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik agar
senantiasa meningkatkan daya saing dengan kesetaraan
kompetensi secara internasional. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat akan
pelayanan laboratorium medik yang bermutu atau terstandar
secara nasional maupun internasional maka peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional Ahli Teknologi
Laboratorium Medik harus senantiasa dilakukan secara
sistematis, terpadu,dan berkesinambungan”.
Dalam “Asean Economic Community (AEC) yang dimulai
Tahun 2015 dan North Atlantic Free Trade Area (NAFTA) pada
Tahun 2020, menuntut Ahli Teknologi Laboratorium Medik agar
senantiasa meningkatkan daya saing dengan kesetaraan
kompetensi secara internasional. Instansi pelayanan kesehatan
memerlukan acuan untuk menyusun standar pelayanan, demikian
juga institusi pendidikan memerlukan sebuah standar untuk
pengembangan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Organisasi Profesi memerlukan acuan dalam
pengembangan uji kompetensi dan penyusunan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) bagi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik di Indonesia”.
Berdasarkan “Standar profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Medik berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan”, ditemukan beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian, sebagai berikut:
1. “Standar kompetensi harus mengantisipasi kondisi
pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun waktu 5
Tahun ke depan. Sampai dengan Tahun 2020”,
2. “Millenium Development Goals (MDGs) masih menjadi tujuan
yang harus dicapai dengan baik. Untuk itu, fokus pencapaian
kompetensi terutama dalam hal yang terkait dengan
kompetensi laboratorium medik yang berkaitan dengan
penyakit infeksi, tanpa mengesampingkan permasalahan
penyakit tidak menular”.
3. “Tantangan kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
masih memerlukan penguatan dalam aspek perilaku
profesional, mawas diri, dan pengembangan diri serta
komunikasi efektif sebagai dasar dari rumah bangun
kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium Medik di Indonesia.
Hal tersebut sesuai dengan kompetensi internasional yang
memformulasikan bahwa karakteristik Ahli Teknologi
LaboratoriumMedik yang ideal, yaitu profesional, kompeten,
beretika, serta memiliki kemampuan manajerial dan
kepemimpinan”.
Dalam mengimplementasikan program secara elektif, Institusi
Pendidikan Teknologi Laboratorium Medik dirasa perlu
mengembangkan muatan lokal yang menjadi unggulan masing-
masing institusi sehingga memberikan kesempatan mobilitas
mahasiswa secara regional, nasional, maupun global. Agar
standar kompetensi dapat diimplementasikan secara konsisten
oleh Institusi Pendidikan Teknologi Laboratorium Medik, maka
berbagai sumber daya seperti dosen, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, serta pendanaan yang menunjang seluruh
aktivitas perlu disiapkan secara efektif dan efisien.
Kesesuaian kompetensi yang dihasilkan oleh institusi
pendidikan dengan pelayanan laboratorium medik merupakan
harmonisasi aspek pendidikan, pelayanan, dan profesi. Oleh
karena itu, untuk dapat melakukan pelayanan laboratorium medik
secara profesional, Ahli Teknologi Laboratorium Medik
memerlukan standar kemampuan yang disusun dalam Standar
Kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium Medik.
Standar kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
merupakan batas kemampuan minimal Ahli Teknologi
Laboratorium Medik berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap profesional yang harus dikuasai dan dimiliki untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara
mandiri.

B. Standart Kompetensi
Standar kompetensi disusun oleh Organisasi Profesi dengan
mengacu kepada Standar Internasional bidang laboratorium
medik yaitu International Federation of Biomedical Laboratory
Science (IFBLS) dan kebutuhan pelayanan laboratorium medik di
Indonesia. Standar Kompetensi Ahli Teknologi Laboratorium
Medik ini dapat menjadi acuan dan landasan bagi Ahli Teknologi
Laboratorium Medik dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dalam memberikan pelayanan laboratorium medik yang
terstandar di semua fasilitas pelayanan kesehatan.
Adapun tujuan dan maksud dari Standart kompetensi adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
“Standar kompetensi ini dapat menjadi acuan bagi organisasi
profesi, dunia industri/usaha, lembaga pendidikan dan pelatihan,
serta lembaga sertifikasi dalam mengembangkan berbagai
instrumen yang terkait profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik”.
2. Tujuan Khusus :
“Standar kompetensi ini disusun secara khusus untuk memberikan
pedoman bagi para Ahli Teknologi Laboratorium Medik di
Indonesia dalam menjalankan tugas profesinya sebagai tenaga
kesehatan di bidang pelayanan laboratorium medik sehingga
dapat berperan serta secara aktif, terarah, dan terpadu bagi
pembangunan nasional Indonesia”.
Berdasarkan Kemenkes no 313 tahun 2020 memuat 7 area
kompetensi dari ATLM yang diantaranya adalah :

1. Profesionalitas yang Luhur


a. Berketuhanan Yang Maha Esa.
b. Bermoral, beretika, dan disiplin.
c. Sadar dan taat hukum.
d. Berwawasan sosial budaya.
e. Berperilaku profesional
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Menerapkan mawas diri.
b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
c. Mengembangkan pengetahuan
3. Komunikasi Efektif
a. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.
b. Berkomunikasi dengan mitra kerja.
c. Berkomunikasi dengan masyarakat
4. Pengelolaan Informasi
a. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan.
b. Mendisimilasikan informasi dan pengetahuan secara efektif
kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat, dan
pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan laboratorium
medik.
c. Mengelola sistem informasi laboratorium untuk mendapatkan
hasil yang lebih cepat dan akurat dalam penegakkan
diagnosis secara efektif dan efisien.
5. Area Landasan Ilmiah Ilmu Laboratorium Medik
a. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, patofisiologi,
dan ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium
medik dari spesimen darah, cairan, dan jaringan tubuh
manusia menggunakan instrumen sederhana dan otomatis
sesuai standar pemeriksaan untuk menghasilkan informasi
diagnostik yang tepat.
b. Melakukan validasi hasil pemeriksaan laboratorium,
mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan
pelayanan laboratorium medik serta bertanggungjawab,
dan bersikap kritis atas hasil pemeriksaan laboratorium.
c. Memecahkan dan memberikan solusi terhadap masalah
kesehatan masyarakat berbasis laboratorium secara
komprehensif dan terpadu.
d. Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan
penanganan yang tepat terhadap permasalahan
kelaboratoriuman untuk menghasilkan informasi diagnostik
yang tepat.
6. Area Keterampilan Laboratorium Medik
a. Mempersiapkan dan menganalisis bahan biologis.
b. Melakukan interpretasi hasil secara analitik.
c. Melakukan penjaminan mutu. d. Melakukan keamanan
kerja dan patient safety.
7.Area Pengelolaan Masalah Kesehatan Berbasis Laboratorium
a. Melaksanakan promosi kesehatan berbasis laboratorium
pada individu dan masyarakat.
b. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya
masalah kesehatan pada individu dan masyarakat berbasis
laboratorium.
c. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan berbasis
laboratorium terhadap individu dan masyarakat.
d. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
e. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien, dan
berkesinambungan dalam penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat berbasis laboratorium medik.
f. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan
kesehatan masyarakat berbasis laboratorium yang
merupakan prioritas daerah masing-masing di indonesia

C. Landasan Ilmiah Ilmu Laboratorium Medik


Menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, patofisiologi, dan
ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium medik
dari specimen darah, cairan, dan jaringan tubuh manusia
menggunakan instrument sederhana dan otomatis sesuai
standar pemeriksaan untuk menghasilkan informasi diagnostik
yang tepat. Melakukan validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengambil keputusan yang tepat dalam
pengelolaan pelayanan laboratorium medik serta
bertanggungjawab, dan bersikap kritis atas hasil pemeriksaan
laboratorium. Memecahkan dan memberikan solusi terhadap
masalah kesehatan masyarakat berbasis laboratorium secara
komprehensif dan terpadu. Menggunakan alasan ilmiah dalam
menentukan penanganan yang tepat terhadap permasalahan
kelaboratoriuman untuk menghasilkan informasi diagnostik
yang tepat yaitu :
1. “Kompetensi inti Mampu memecahkan dan memberikan solusi
terhadap masalah kelaboratoriuman secara komprehensif dan
terpadu berdasarkan landasan ilmiah ilmu biomedik,
patofisiologi, dan ilmu pengetahuan tentang pemeriksaan
laboratorium medik yang terkini untuk menghasilkan informasi
diagnostik yang tepat”.
2. Lulusan Ahli Teknologi Laboratorium Medik mampu
a. “Menerapkan ilmu biomedik, patofisiologi dan penalaran
aspek laboratorium dari berbagai kasus gangguan
kesehatan serta menerapkan ilmu pengetahuan tentang
pengujian di laboratorium medik yang terkini di bidang
kimia klinik, hematologi, imunologi, imunohematologi,
bakteriologi, virologi, mikologi, parasitologi,
sitohistoteknologi, biologi molekuler, biologi reproduksi,
dan toksikologi klinik dari spesimen darah, cairan dan
jaringan tubuh manusia untuk menganalisis dan
memberikan alternatif solusi dalam pemecahan
masalah pemeriksaan laboratorium medik secara
komprehensif dan terpadu”.
b. “Menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, patofisiologi
dan penalaran aspek laboratorium dari berbagai kasus
gangguan kesehatan serta menerapkan ilmu
pengetahuan tentang pengujian di laboratorium medik
yang terkini di bidang kimia klinik, hematologi,
imunologi, imunohematologi, bakteriologi, virologi,
mikologi, parasitologi, sitohistoteknologi, biologi
molekuler, biologi reproduksi, dan toksikologi klinik dari
spesimen darah, cairan dan jaringan tubuh manusia
menggunakan instrumen sederhana dan otomatis
sesuai standar pemeriksaan untuk menghasilkan
informasi diagnostik yang tepat”.
c. “Menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, patofiologi
dan penalaran aspek laboratorium dari berbagai kasus
gangguan kesehatan serta menerapkan ilmu
pengetahuan tentang pengujian di laboratorium medik
yang terkini di bidang kimia klinik, hematologi,
imunologi, imunohematologi, bakteriologi, virologi,
mikologi, parasitologi, sitohistoteknologi, biologi
molekuler, biologi reproduksi dan toksikologi klinik untuk
melakukan validasi hasil pemeriksaan laboratorium,
mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan
pelayanan laboratorium medik serta bertanggungjawab
dan bersikap kritis atas hasil pemeriksaan
laboratorium”.
d. “Menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, patofisiologi,
dan penalaran aspek laboratorium dari berbagai kasus
gangguan kesehatan serta menerapkan ilmu
pengetahuan tentang pengujian di laboratorium medik
yang terkini untuk memecahkan dan memberikan solusi
terhadap masalah kesehatan masyarakat berbasis
laboratorium secara komprehensif dan terpadu”.
e. “ Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan
penanganan yang tepat terhadap permasalahan
kelaboratoriuman untuk menghasilkan informasi
diagnostik yang tepat”.
f. “Menerapkan prinsip-prinsip ilmu biomedik, patofisiologi
dan penalaran aspek laboratorium dari berbagai kasus
gangguan kesehatan serta menerapkan ilmu
pengetahuan tentang pengujian di laboratorium medik
yang terkini yang berhubungan dengan kepentingan
hukum dan peradilan”.

D. Keterampilan Laboratorium Medik


1. Kompetensi inti Mampu “melakukan pemeriksaan
laboratorium sesuai standar untuk menghasilkan informasi
diagnostik yang tepat”.
2. Lulusan Ahli Teknologi Laboratorium Medik mampu
a. Mempersiapkan dan menganalisis bahan biologis, antara
lain :
1) Kemampuan melakukan pengambilan spesimen
sesuai prosedur yang tepat.
2) Kemampuan pengolahan spesimen untuk
pengujian.
3) Kemampuan melakukan proses pengujian.
4) Melakukan teknik pengujian.
5) Pelaporan dan validasi hasil.
b. Melakukan interpretasi hasil secara analitik, antara lain :
1) Melakukan hubungan antara hasil pengujian,
diagnosis, informasi klinis dan terapi
berdasarkan: nilai rujukan, nilai kritis,
keterbatasan metode, hasil yang tidak
mungkin, kondisi klinis dan hasil pengujian
lainnya.
2) Melakukan penggabungan antara hasil
pengujian dengan kriteria pengendalian mutu
internal.
3) Melakukan investigasi terhadap hasil yang
tidak lazim/tidak masuk akal.
c. Melakukan penjaminan mutu, antara lain :
1) Melaksanakan penilaian kelayakan hasil
proses serta melakukan tindakan perbaikan
dari pemantapan mutu internal.
2) Melaksanakan penilaian kelayakan hasil
proses serta melakukan tindakan perbaikan
dari pemantapan mutu eksternal.
3) Melaksanakan identifikasi jenis kesalahan
dalam pengujian laboratorium.
4) Melakukan validasi/verifikasi alat metode dan
atau reagen meliputi: uji presisi, akurasi,
banding, korelasi, recovery, linieritas, limit
deteksi, nilai rujukan.
d. Melakukan keamanan kerja dan patient safety,
antara lain :
1) Menggunakan peralatan proteksi personal
atau Alat Pelindung Diri (APD) di laboratorium
medik.
2) Melaksanakan aplikasi praktik higiene dan
pengontrolan infeksi di lingkungan kerja.
3) Menggunakan alat safety dengan baik
(biosafety cabinet, safety shower, dan lain-
lain).
4) Melakukan pemilihan dan penggunaan
desinfektan dan alat sterilisasi sesuai dengan
kebutuhan.
5) Melakukan tindakan darurat kebakaran di
lingkungan kerja.
BAB III
ORGANISASI
PROFESI
BAB III
ORGANISASI PROFESI

Organisasi profesi menurut beberapa pakar merupakan :


1. “Sekelompok orang yang mempunyai jenis profesi yang sama,
dan memiliki tujuan yang sama pada program keahlian
tertentu, dengan adanya organisasi akan melindungi
sekelompok orang dari kebijakan lembaga politik atau
kepentingan lainnya”.
2. “Organisasi yang melakukan penilaian orang per orang secara
profesional dan mempunyai keterikatan satu dengan yang
lainnya dalam menjalankan fungsi sosial yang tidak dapat
dijalankan dalam kapasitas sebagai individu”.Merton, (1958)
dalam kozler, Erb & Blais (1995)
3. “Organisasi yang diakui/disahkan oleh pihak berwenang yang
dibuat oleh profesi yang bersangkutan berdasarkan keputusan
kongres, musyawarah, muktamar, dan pertemuan organisasi
sejenis tingkat nasional untuk melakukan penilaian individu
secara profesional dan memiliki keterikatan diantara anggota
untuk melaksanakan fungsi yang tidak dapat dilakukan oleh
individu”. (PPSDM Depkes RI, 2007)
4. “Organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam
suatu cabang atau lintas disiplin ilmu pengetahuan dan
teknologi, atau suatu bidang kegiatan profesi, yang dijamin
oleh negara untuk mengembangkan profesionalisme dan etika
profesi dalam masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (UU No. 12 Tahun 2002 Bab I Ps 1
tentang IPTEK)”.
Keberadaan Organisasi Profesi sangat diperlukan, dengan alas an
sebagaimana berikut :
1. Didalam suatu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi
yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti
telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang
sama.
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode
etik dan kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi
profesi.
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta
merumuskan standar pelayanan profesi , standar pendidikan
dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi.
Nama Organisasi profesi Teknologi Medik adalah “Persatuan
Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia” disingkat
PATELKI atau THE INDONESIAN ASSOCATION OF HEALTH
LABORATORY TECHNOLOGIST” disingkat “IAHLT” bersifat
independent, professional dan sosial kemasyarakatan,
berazaskan pada Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945. yang berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.
Organisasi ini didirikan pada tanggal dua puluh enam April
seribu sembilan ratus delapan puluh enam ( 26 – 04 – 1986 )
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Lahirnya PATELKI
diprakarsai oleh Bapak Drs. Sjarifuddin Djalil, yang kala itu
menjabat Kepala Pusat Laboratorium Kesehatan Indonesia,
setelah asosiasi sejenis negara-negara ASEAN lain
menyampaikan undangan untuk bergabung dengan AAMLT
(ASEAN Association of Medical Laboratory Technologists)
1. Peran dari organisasi PATELKI sebagai tercantum dalam
beberapa point diantaranya :
a. “Pembina dan pengembang dalam peningkatan mutu
pendidikan dan pelayanan, serta IPTEK laboratorium
kesehatan”.
b. “Pelaksana proses sertifikasi profesi dan memfasilitasi
registrasi dan lisensi”.
c. “Penata kehidupan keprofesionalan, pelayanan dan
perlindungan hukum, serta hubungan masyarakat dan
kerjasama”.
d. “Fasilitator dalam peningkatan kesejahteraan anggota,
pengembangan karir dan sistem penghargaan profesi”.
2. Fungsi dari organisasi PATELKI sebagai berikut:
a. “Wadah pembinaan dan pengembangan anggota sesuai
dengan tujuan organisasi”.
b. “Wadah pembinaan dan pengembangan mutu profesi”.
c. “Wadah untuk menata kehidupan keprofesionalan serta
peningkatan kesejahteraan anggota”.
d. “Sarana komunikasi dan kerjasama antar anggota dan
antar anggota organisasi lainnya”.
3. Tujuan organisasi PATELKI adalah :
a. “Menghimpun seluruh anggota untuk mempersatukan diri
dalam meningkatkan peran serta secara aktif, terarah dan
terpadu”.
b. “Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang teknologi laboratorium medik baik secara nasional,
regional maupun internasional”.
c. “Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan
laboratorium medik dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat”.
d. “Memfasilitasi dan memberikan perlindungan hukum bagi
anggota dalam menjalankan praktek profesinya”.
e. “Membina dan meningkatkan status, karir, prestasi kerja,
serta penghargaan tenaga Ahli Teknologi Laboratorium
Medik sebagai tenaga professional”.
f. “Meningkatkan hubungan kerja sama dengan organisasi
lain, lembaga dan institusi baik di dalam mau-pun luar
negeri”.
g. “Membantu usaha-usaha pemerintah dalam
mempersiapkan perencanaan dan mensukseskan program
program pembinaan”.
4. Keanggotaan PATELKI terdiri dari :
a. Anggota Biasa ,
Adalah “anggota yang mempunyai latar belakang
pendidikan Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK)
atau Akademi Analis Kesehatan atau Akademi Analis
Medis atau Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan atau
Pendidikan Tinggi yang menyelenggarakan Program Studi
Analis Kesehatan atau Teknologi Laboratorium Kesehatan
yang menyatakan diri sebagai anggota”.
b. Anggota Luar Biasa
Adalah “anggota yang mempunyai profesi menunjang
pelayanan laboratorium kesehatan yang menyatakan diri
sebagai anggota”.
c. Anggota Kehormatan
“Pejabat pemerintah, swasta dan masyarakat yang berjasa
dan atau diperlukan jasanya bagi organisasi”.
5. Kewajiban dan Hak Anggota PATELKI antara lain :
a. Kewajiban Anggota Biasa:
1) Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan
organisasi.
2) Memegang teguh Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan Kode Etik organisasi.
3) Aktif dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan/programprogram organisasi.
4) Membayar uang pangkal, dan iuran wajib yang diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga. E
5) Menghadiri rapat-rapat atas undangan pengurus
organisasi.
b. Kewajiban Anggota Kehormatan
1) Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan
organisasi
2) Memegang teguh Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan Kode Etik organisasi
3) Mendukung pelaksanaan kegiatan organisasi
c. Hak Anggota Biasa:
1) Hak berbicara dan hak suara.
2) Hak memilih dan dipilih menjadi pengurus
3) Hak membela diri d. Hak mendapat pembinaan,
perlindungan dan pembelaan organisasi.
4) Hak ikut merasakan kesejahteraan sosial sebagai
hasil usaha dan upaya organisasi.
d. Hak Anggota Kehormatan:
1) Hak bicara
2) Hak membela diri dan mendapat perlindungan
serta pembelaan organisasi.
6. Kepengurusan Organisasi PATELKI
Pengurus organisasi Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan Indonesia terdiri dari
a. Pengurus Organisasi PATELKI:
1) Pengurus Pusat, Meliputi seluruh wilayah negara
Republik Indonesia
2) Pengurus Wilayah, Meliputi seluruh wilayah Propinsi,
Daerah Khusus atau Daerah Istimewa
3) Pengurus Cabang: Meliputi wilayah tingkat II
(Kabupaten dan Kota)
b. Dewan Pertimbangan organisasi terdiri Dewan Pembina,
Dewan Penasehat, Dewan Pakar, serta Majelis
Kehormatan Etik Profesi
c. Perhimpunan atau perkumpulan bidang peminatan ilmu
laboratorium kesehatan yang dibentuk oleh Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan seminat
d. Badan khusus yang dibentuk di tingkat pusat untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban organisasi dalam
bidang khusus
e. Ketentuan tentang kepengurusan organisasi diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
7. Dewan Pembina
a. Dewan Pembina adalah pejabat pemerintah atau tokoh
masyarakat yang diperlukan peran sertanya untuk
kemajuan organisasi dan profesi
b. Kedudukan Dewam pertimbangan berada di pengurus
pusat, pengurus wilayah, dan pengurus cabang
c. Dewan Pembina berwenang untuk memberikan
pengarahan dan petunjuk, serta pembinaan untuk
kemajuan organisasi dan pengembangan profesi
8. Dewan Penasehat
a. Dewan Penasehat adalah anggota kehormatan atau
mantan pengurus organisasi yang diperlukan peran
sertanya untuk kemajuan organisasi dan profesi
b. Kedudukan Dewam pertimbangan berada di pengurus
pusat, pengurus wilayah, pengurus cabang
c. Dewan Penasehat berwenang untuk memberikan saran
atau nasihat kepada pengurus pusat atau pengurus wilayah
atau pengurus cabang baik diminta maupun tidak diminta
sesuai kebutuhan dan untuk kemajuan organisasi dan
profesi
d. Kepengurusan Dewan Pembina terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
9. Dewan pakar
a. Dewan Pakar adalah anggota PATELKI yang memiliki
integritas, kapasitas dan kapabilitas dalam bidang
pengembangan IPTEK laboratorium kesehatan
b. Kedudukan Dewam Pakar berada di pengurus pusat
c. Dewan Pakar bertugas untuk melakukan kajian-kajian
ilmiah, riset-riset, penilaian serta pengembangan IPTEK
laboratorium kesehatan sesuai dengan disiplin ilmunya
d. Dewan Pakar beranggotakan koordinator perhimpunan
atau perkumpulan seminat dalam bidang peminatan
(kekhususan) ilmu laboratorium kesehatan
e. Kepengurusan Dewan Pembina terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota sesuai dengan jumlah
perhimpunan atau perkumpulan seminat
10. Majelis Kehormatan Etik Profesi
a. Majelis Kehormatan Etik Profesi adalah Majelis yang
memberikan
pertimbangan untuk masalah etik Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan kepada Pengurus Pusat atau
Pengurus Wilayah
b. Majelis Kehormatan Etik Profesi dibentuk melalui
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Wilayah
c. Masa bakti Majelis Kehormatan Etik Profesi adalah 4
(empat) tahun dan dapat dipilih untuk 2 (dua) periode
kepengurusan
d. Majelis Kehormatan Etik Profesi berwenang melakukan
penyelidikan dan menyelesaikan masalah pelanggaran etik
profesi, pembinaan dalam penghayatan dan pengamalan
kode etik profesi
e. Kedudukan Majelis Kehormatan Etik Profesi berada di
pengurus pusat atau wilayah
f. Kepengurusan Majelis Kehormatan Etik Profesi terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota sebanyak 5 (lima) orang
g. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam
peraturan tersendiri, selama tidak bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku

11. Perhimpunan Seminat


a. Perhimpunan Seminat adalah kumpulan Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan yang mempunyai peminatan
dalam kekhususan keilmuan laboratorium kesehatan
b. Perhimpunan Seminat berkedudukan di tingkat pusat
dikukuhkan dan bertanggung jawab kepada Dewan
Pimpinan Pusat dan berkedudukan di tingkat wilayah
dikukuhkan dan bertanggung jawab kepada Dewan
Pimpinan Wilayah
c. Perhimpunan Seminat bertugas melakukan pembinaan dan
pengembangan keilmuan laboratorium kesehatan sesuai
disiplin ilmunya
d. Kepengurusan Perhimpunan Seminat terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota sekurang-kurangnya 5 (lima) orang
e. Perhimpunan Seminat yang dapat dibentuk antara lain :
1) Perhimpunan Seminat Analisis Kimia Klinik
2) Perhimpunan Seminat Analisis Hematologi
3) Perhimpunan Seminat Analisis Imunologi
4) Perhimpunan Seminat Analisis Mikrobiologi
5) Perhimpunan Seminat Analisis Parasitologi
6) Perhimpunan Seminat Analisis Histoteknologi
7) Perhimpunan Seminat Analisis Biologi Molekuler
8) Perhimpunan Seminat Analisis Kimia Lingkungan
9) Perhimpunan Seminat Analisis Makanan dan Minuman
10)Perhimpunan Seminat Analisis Toksikologi
11)Perhimpunan Seminat Analisis Mutu Laboratorium
BAB IV

KODE ETIK AHLI


TEKNOLOGI
LABORATORIUM
MEDIS (ATLM)
BAB IV
KODE ETIK AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
(ATLM)

A. PENGERTIAN KODE ETIK


Pengertian dari Kode etik merupakan “merupakan
sekumpulan atau ketentuan yang menjadi pedoman tingkah laku
masyarakat yang bersumber atau yang didasar pada moral. Dari
sudut filsafat kode etik sebagai asas yang diwujudkan dalam
norma yang diterima sekelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku karena norma itu diturunkan dari asas”.

Menurut Harlen Sinaga (2011) “kode etik dapat disimpulkan


mengandung:
1. Sekumpulan asas yang bersumber dan berkaitan dengan
akhlak atau moral
2. Asas tersebut diwujudkan dalam peraturan atau norma
sebagai landasan tingkah laku sekelompok masyarakat”.
Berdasarkan fungsinya, Ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi kode etik profesi antara lain:
1. “Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya
bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu
mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan”.
2. “Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya
bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti
pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana dilapangan kerja
(kalangan sosial)”.
3. “Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana
profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak
boleh mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau
perusahaan”.

PATELKI sebagai organisasi profesi merupakan wadah bagi ahli


teknologi labkes. Kode etik diperlukan untuk mengatur tata cara dan
etika kerja dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan
profesinya.
Kode etik merupakan landasan moral profesi yang harus diamalkan
dan dilaksanakan oleh seluruh tenaga ahli labkes di Indonesia.

B. TUJUAN KODE ETIK


Pada dasarnya kode etik dirumuskan untuk kepentingan
organisasi profesi dan anggotanya. Secara umum tujuan
menciptakan kode etik adalah:
1. “Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi Kode etik profesi
melarang anggotanya untuk tidak mencemarkan nama baik
profesi dan disebut juga kode kehormatan”.
2. “Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.
Kesejahteraan ini adalah kesejahteraan material, mental dan
spiritual. Kode etik umumnya melarang bagi anggotanya
melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan kode
etik”. Yang dimaksud kesejahteraan adalah “kesejahteraan
material dan spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan
material anggota profesi, kode etik umumnya menerapkan
larangan-larangan anggotanya melakukan perbuatan yang
merugikan kesejahteraan, selain itu Kode etik juga memuat
peraturan yang tidak pantas atau tidak jujur pada saat anggota
profesi berinteraksi”.
3. “Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Dalam tujuan ini diharapkan anggota profesi dapat dengan
mudah untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdian profesinya”.
4. “Untuk meningkatkan profesi. Memuat tentang norma-norma
dan anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan
mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya dan
bagaimana meningkatkan mutu organisasi profesi”.
5. “Anggota profesi dan klien/pasien
Anggota profesi dan sistem kesehatan, anggota profesi dan
profesi kesehatan dan anggota profesi dengan sesama
anggota professi”.
6. Prinsip kode etik diantaranya:
a. Menghargai otonom
b. Melakukan tindakan yang benar
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
d. Memberlakukan manusia dengan adil
e. Menejelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan
8. Penetapan kode etik
“Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para
anggotanya. Kode etik biasanya ditetapkan dalam munas atau
kongres profesi masing-masing”.

C. FUNGSI KODE ETIK


Menurut Sumaryono, fungsi kode etik profesi memiliki tiga
makna, antara lain :
1. “Sebagai sarana kontrol sosial;
2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain;
3. Sebagai pencegah kesalah pahaman dan konflik.

Selain fungsi yang telah sebutkan kode etik juga dapat


menyelamatkan “reputasi suatu profesi dengan jalan menyediakan
kriteria eksplisit yang dapat dipakai untuk mengatur perilaku para
anggotanya”. Dengan adanya peningkatan praktik secara lebih
kompeten dan lebih bertanggung jawab oleh para anggotanya dan
melindungi khalayak dari ekspoitasi yang dilakukan oleh praktik
praktiknya yang tidak kompeten.

D. ORIENTASI KODE ETIK


Orientasi Kode Etik hendaknya ditujukan kepada:
1. Rekan,
2. Profesi,
3. Badan,
4. Nasabah/Pemakai,
5. Negara, dan
6. Masyarakat.
Berdasarkan dengan “Keputusan Musyawarah Nasional Kedelapan
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (MUNAS
VIII PATELKI) Nomor: 08/MUNAS VIII/5/2017 Tentang Kode Etik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik. Memuat beberapa kewajiban dari
ATLM”, diantaranya yaitu:
1. Kewajiban Umum ATLM
a. Pasal 1
“Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung
tinggi, menghayati dan mengamalkan”.
sumpah profesi.
b. Pasal 2
“Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam
menyelenggarakan praktik profesinya harus berpedoman pada
standar profesi”.
c. Pasal 3
“Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati
hak-hak pasien, hak-hak teman sejawat dan hak-hak tenaga
kesehatan lainnya”.
2. Kewajiban ATLM Terhadap Profesi
1. Pasal 4
“Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung
tinggi serta memelihara martabat, kehormatan profesi,
menjaga integritas, kejujuran serta dapat dipercaya, produktif,
efektif, efisien, peduli terhadap tugas dan Lingkungan”.
2. Pasal 5
“Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban
menjunjung tinggi norma-norma dan nilai-nilai luhur dalam
kehidupan dalam penyelenggaraan praktik profesinya”.
3. Pasal 6
“Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus
melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar
pelayanan, standar prosedur operasional, standar
keselamatan kerja yang berlaku dan mematuhi kode etik
ATLM”.
4. Pasal 7
“Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik
(SIP) yang masih berlaku”.
3. Kewajiban Atlm Terhadap Teman Sejawat Dan Profesi Lain
Dalam suatu upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang maksimal kepada masyarakat, sehingga masyarakat
menjadi mampu untuk meningkatkan kesadaran, serta kemauan
dan kemampuan hidup untuk sehat. Pelayanan kesehatan
memiliki suatu prinsip bahwa keselamatan pasien merupakan
prioritas yang sangat utama. Keterangan ini memiliki arti bahwa
“laboratorium medik hendaknya menjamin keselamatan dan
kepentingan pasien selalu menjadi pertimbangan yang harus
diutamakan dan diletakkan lebih tinggi dalam memperlakukan
semua pasien secara adil dan tanpa diskriminasi”.
Melalui suatu kegiatan pelayanan kesehatan di berbagai
fasilitas pelayanan kesehatan salah satunya adalah “pada
pelayanan laboratorium medik yang hakikatnya senantiasa
mengutamakan mutu hasil pemeriksaan laboratorium sebagai
dasar dari penegakan diagnosa yang sangat tergantung pada
peran dan kualitas Ahli Teknologi Laboratorium Medik”. Maka
dengan ini akan tercipta suatu derajat kesehatan yang tinggi
dibidang kesehatan. “Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di laboratorium medik
sebagai bentuk penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,
senantiasa mempertimbangkan suatu norma dan etika dalam
melakukan pelayanan kesehatan kepada perseorangan
pasien/klien atau kepada komunitas/masyarakat di segala bentuk
fasilitas pelayanan kesehatan didasarkan atas azas-azas ideologi
bangsa dan negara yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945”.
“Pelayanan kesehatan akan berjalan dengan baik khususnya di
bidang pelayanan laboratorium medik jika tenaga Ahli Teknologi
Laboratorium Medik mampu melaksanakan tugas tentang suatu
kewajiban terhadap teman sejawat dan nakes lain dengan baik”.
4. Kewajiban tersebut diantaranya adalah :
a. Pasal 8
“Setiap ATLM memperlakukan setiap teman sejawat dalam
batas-batas norma yang berlaku sebagaimana dia sendiri
ingin diperlakukan”.
b. Pasal 9
“Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan
sikap saling menghargai dengan teman sejawat dalam
penyelenggaraan profesinya”.
c. Pasal 10
“Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik
dan saling menghormati dengan teman sejawat dan tenaga
profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin
pelayanan senantiasa berkualitas tinggi”.
5. “ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling
menghargai dengan teman sejawat dalam penyelenggaraan
profesinya”. Demi terwujudnya dan memantapkan penghargaan
terhadap orang lain, seseorang harus memahami juga alasan
pentingnya menghargai orang lain. Semakin seseorang
memahami alasan harus menghargai orang lain, makin baik dan
besar pula penghargaan terhadap orang lain. Dengan demikian,
setiap orang harus benar-benar mengerti dan memahami apa
pentingnya menghargai orang lain, baik bagi orang lain yang
dihargai maupun bagi dirinya sendiri. Bahwa “setiap ATLM,
kepada sesama teman sejawat/ sesama rekan kerja, harus saling
menghargai rekan kerja sebagai manusia seutuhnya, menghargai
sebagai anggota kelompok dan sebagai anggota tim dan
bersama-sama membangun semangat kebersamaan yang tinggi”.
6. “ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling

menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional

lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan

senantiasa berkualitas tinggi”

Kerjasama merupakan bentuk kepedulian dari satu orang

dengan orang lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang

menguntungkan bagi semua pihak dengan prinsip saling percaya,

menghargai dan adanya norma yang mengatur. Makna kerjasama

dalam hal ini adalah kerjasama dalam konteks organisasi (kelompok),

yaitu kerja antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama

(pelayanan kesehatan). Bahwa setiap anggota diharapkan senantiasa

berperasaan bersatu, komitmen bersama, sependapat dan

sekepentingan yang baik dan benar. Saling memberikan sikap yang

positif melihat teman seprofesi dari sudut pandang yang positip

(bukan negatif), penuh pengertian dan empati.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerja sama

adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang

(lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan

bersama. Kerjasama dapat membuat pekerjaan yang berat menjadi

lebih ringan dan cepat. Kerjasama dapat menumbuhkan rasa

kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan. Kerjasama dapat

memupuk rasa sosial dan menciptakan kepedulian terhadap sesama.


Untuk mendapatkan hasil yang maksimal bahwa “setiap ATLM harus

membangun semangat kerja sama yang tinggi” yaitu dengan :

1. Mampu menerima diri sendiri, dan orang lain sebagai mana

adanya.

2. Mampu melihat kebutuhan orang lain,

3. Mampu melayani orang lain, dan

4. Mampu bekerja sama dengan orang lain.

E. KOMUNIKASI

Hafield menyatakan suatu definisi baru mengenai pengertian

komunikasi, ia menyatakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses di

mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu

sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian”.

Everett M. Rogers berpendapat bahwa “Komunikasi adalah

proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu

penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka atau

penerima”.

Onong Uchjana Effendy mengungkapkan pengertian dari

komunikasi adalah “proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh

seseorang kepada orang lain”. Pikiran tersebut bisa merupakan

informasi, gagasan, opini, dll yang muncul dari pikirannya sendiri.

Kerjasama yang baik tidak lepas dari komunikasi yang baik,

komunikasi sangat penting dilakukan oleh seorang ATLM. Dengan

komunikasi yang baik maka akan tercipta pula pelayanan yang

maksimal dan berdampak baik saat ATLM memberikan informasi yang


jelas serta tepat. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki ATLM

yaitu mampu menyampaikan informasi pelayanan laboratorium medik

melalui komunikasi secara efektif baik interpersonal maupun

profesional terhadap pasien, teman sejawat, klinisi dan masyarakat.

1. Kewajiban ATLM Terhadap Pasien / Pemakai Jasa, terdiri dari


beberapa point, antara lain :
a. “Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus
bersikap adil dan mengutamakan kepentingan pasien dan
atau pemakai jasa tanpa membedabedakan kedudukan,
golongan, suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan
social”.
b. “Setiap ATLM harus bertanggungjawab dan menjaga
kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada
pasien dan atau pemakai jasa secara professional”.
c. “Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu
baik informasi dan hasil pemeriksaan yang diketahui
berhubungan dengan tugas yang dipercayakannya kecuali
jika diperlukan oleh pihak yang berhak dan jika diminta oleh
pengadilan”.
d. “Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman
sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil
yang akurat”.
2. Kewajiban ATLM Terhadap Masyarakat
a. “Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan aspek pelayanan kesehatan serta nilai
budaya, adat istiadat yang berkembang di masyarakat”.
b. “Setiap ATLM harus memiliki tanggung jawab untuk
menyumbangkan kemampuan profesionalnya baik secara
teori maupun praktek kepada masyarakat luas serta selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat”.
c. “Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai
dengan profesinya harus mengikuti peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta norma-norma yang
berkembang pada masyarakat”.
d. “Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar prosedur
operasional dan norma yang berlaku pada saat itu serta
melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan
masyarakat”.
3. Kewajiban ATLM Terhadap Diri Sendiri, sebagaimana
diterangkan dalam beberapa point sebagai berikut :
a. “Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa”.
b. “Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian
dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi”.
c. “Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan di bidang
teknologi Laboratorium Medik maupun bidang lain yang
dapat menunjang pelayanan profesinya”.
d. “Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus
bersikap dan berpenampilan sopan dan wajar serta selalu
menjaga nilai-nilai kesopanan”.
e. “Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya
dapat bekerja dan melayani dengan baik”.
Dengan demikian, kalau dikatakan bahwa “etika profesi
merupakan pegangan bagi anggota yang tergabung dalam profesi
tersebut, maka dapat pula dikatakan bahwa terdapat hubungan
yang sistematis antara etika dengan profesi”. Menurut Liliana,
etika profesi adalah “sebagai sikap hidup, yang mana berupa
kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang
profesi terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
yang berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan
pelayanan dengan disertai refleksi yang saksama”, dan oleh
karena itulah di dalam melaksanakan profesi terdapat kaidah-
kaidah pokok berupa etika profesi sebagaimana tertulis
sebagaimana berikut :
Pertama, “dalam melaksanakan profesinya harus
melaksanakan pelayanan tanpa pamrih dimana pelayanan
mengutamakan kepentingan pasien dan kepentingan umum
bukan atas kepentingan sendiri (pengemban profesi)”.
Kedua, “pelayanan profesional dalam mendahulukan
kepentingan klien atau pasien mengacu kepada kepentingan atau
nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap dan
tindakan”.
Ketiga, “pengemban profesi harus selalu berorientasi pada
masyarakat. Keempat, agar persaingan dalam pelayanan
haruslah bersaing dengan sehat, supaya peningkatan mutu tetap
menjadi acuan bagi tenaga medis atau paramedik mempunyai
kualitas yang baik dan dapat diterima oleh pasien”.

F. KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN ATAU PEMAKAI JASA

Dalam kegiatan untuk meningkatkan kualitas Ahli Teknologi

Laboratorium Medik (ATLM) dalam menyelenggarakan pelayanan di

berbagai unit Laboratorium Medik atau Laboratorium kesehatan, maka

sesuai dengan MUNAS PATELKI Nomor : 08/MUNAS VIII/5/2017

“menyusun Kode Etik ATLM sebagai landasan moral dan etika profesi

berdasarkan norma serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia senantiasa

mengutamakan prinsip beneficience, non maleficence, outonomy dan


justice”. Salah satunya mengatur kewajiban ATLM terhadap pasien /

pemakai jasa, yang menegaskan beberapa point diantaranya :

1. Adil dalam pemberian pelayanan.

2. Mengutamakan kepentingan pasien tanpa membeda-bedakan

kedudukan social, pangkat, golongan dll.

3. Bertangung jawab profesional sesuai dengan profesi.

4. Dapat menjaga rahasia pasien atau pemakai jasa.

5. Dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau ahli lain untuk

kepentingan pasien.

Terdapat 5 point dalam kewajiban ATLM terhadap pasien /

pemakai jasa yang harus di patuhi oleh ATLM dalam praktek. Dari kelima

point yang disebutkan terdapat penjabaran sebagaimana berikut :

1. Adil dalam pemberian pelayanan

Keadilan adalah “salah satu pilar utama dalam kehidupan

demokrasi. Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia; setiap orang

berhak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang adil,karena

kesehatan adalah hak yang sama bagi setiap warga negara. Hak ini

dijamin dalam amendemen UUD tahun 1945”.

Sebagai seorang tenaga laboratorium atau ATLM di wajibkan

untuk memperlakukan dan memberikan pelayanan kesehatan yang adil

kepada semua pasiennya, tanpa membeda-bedakan status social,

pangkat dan golongan dalam memperlakukan pasiennya.

2. Mengutamakan kepentingan pasien tanpa membeda-bedakan

kedudukan social, pangkat, golongan dll.


Dalam adap bermasyarakat sebagaimana tertuang dalam

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (kementrian

pertahanan RI,2014) pada butir dua yang menyatakan bahwa

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dengan pengertian :

a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai denganharkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengakuipersamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban

asasi setiap manusia, tanpamembeda-bedakan suku, keturrunan,

agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukansosial, warna kulit

dan sebagainya.

c. Mengembangkan sikap saling mencintaisesama manusia.

1) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa

selira.

2) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang

lain.

3) Menjunjungtinggi nilai-nilai kemanusiaan.

4) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

5) Berani membela kebenaran dan keadilan.

6) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari

seluruh umat manusia.

7) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan

bekerjasama dengan bangsa lain.

Serta tertuang dalam point kelima dalam Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila (kementrian pertahanan RI,2014) pada


butir lima yang menyatakan bahwa Keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia dengan penjabaran sebagaimana berikut :

a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

c. Menjaga keseimbangan antara hakdan kewajiban.

d. Menghormati hak orang lain.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat

berdiri sendiri.

f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang

bersifat pemerasan terhadap orang lain.

g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat

pemborosan dan gaya hidup

mewah.

h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan

atau merugikan kepentingan umum.

i. Suka bekerja keras.

j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat

bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan

kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Sebagaimana yang tertuang dalam naskah Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila (kementrian pertahanan RI,2014) pada


butir dua dan lima, menjadi landasan bagi petugas laboratorium medis

untuk tidak membeda-bedakan dalam hal memberikan pelayanan

yang maksimal dibidangyanya guna untuk kebaikan bersama.

3. Bertangung jawab profesional sesuai dengan profesi

Professi berasal dari bahasa inggris (profession) dan bahasa latin

(profecus) yang berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu,

atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu (yuyun, 2014).

Personil laboratorium klinis diharapkan dapat mematuhi etika dan

peraturan yang ditetapkan dari pimpinan serta menjaga

perilakunya. Organisasi untuk kredensial professional kesehatan

memiliki kode etik yang harus diikuti oleh anggotanya. Salah satu

contoh adalah “kode etik untuk para profesional laboratorium yang

diadopsi oleh American Society for Clinical Laboratory Science

(ASCLS)”. Sebagaimana tergambarkan dalam bagian Kode Etik

American Society for Clinical Laboratory Science (Dicetak ulang

dengan izin dari American Society for Clinical Laboratory Science,

Washington, DC), antara lain :

a. Sebagai profesional laboratorium klinis, saya berusaha untuk:

Mempertahankan dan mempromosikan standar keunggulan dalam

menampilkan dan memajukan seni dan ilmu pengetahuan profesi;

b. Menjaga martabat dan privasi pasien;

c. Menjunjung tinggi dan menjaga martabat dan rasa hormat

terhadap profesi;
d. Berusaha untuk “membangun hubungan kerja yang kooperatif dan

saling menghormati dengan profesional perawatan kesehatan

lainnya; dan Berkontribusi pada kesejahteraan umum masyarakat”

e. Secara aktif menunjukkan komitmen saya terhadap tanggung

jawab ini sepanjang kehidupan profesional.

Sebagian ditunjukkan pada uraian diatas mahasiswa mungkin

membaca atau menandatangani kode etik yang sama ketika mereka

memulai rotasi klinis mereka atau saat kelulusan. Prinsip-prinsip

dalam kode ini menekankan bahwa “profesional laboratorium memiliki

tanggungjawab kepada pasien, kolega, profesi mereka, dan

masyarakat”. Profesional laboratorium memiliki kewajiban kepada

pasien untuk:

a. Memberikan layanan berkualitas tinggi dan mempertahankan

standar praktik yang tinggi

b. Lakukan penilaian yang kuat dalam membangun, melakukan,

dannmengevaluasi pengujian laboratorium

c. Menjaga kerahasiaan informasi pasien yang ketat

d. Menjaga privasi dan martabat pasien

e. Berusaha untuk melindungi pasien dari praktik yang tidak

kompeten oleh orang lain

f. Profesional laboratorium memiliki kewajiban kepada teman

sejawat dan profesi mereka untuk:

g. Pertahankan reputasi kejujuran, integritas, dan keandalan

h. Pertahankan martabat dan rasa hormat terhadap profesi


i. Berkontribusi pada kemajuan profesi

j. Membangun hubungan kerja yang kooperatif dan saling

menghormati dengan para profesional kesehatan

Profesional laboratorium memiliki tanggung jawab kepada

masyarakat untuk:

a. Gunakan kompetensi profesional mereka untuk berkontribusi pada

kesejahteraan umum masyarakat

b. Mematuhi hukum dan peraturan yang berkaitan dengan praktik

ilmu laboratorium klinis

c. Lebih giat dalam hal apapun dalam menjalankan profesi untuk

memenuhi standar perawatan dan praktik yang tinggi.

d. Prinsip dan cita-cita yang dinyatakan dalam kode etik

ASCLS berlaku untuk perilaku etika dan profesional untuk semua

petugas kesehatan. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip

seperti yang diberikan di sini, sehinha tujuan utama - menjaga

keselamatan dan kesejahteraan pasien -dapat dicapai.

Kualitas pribadi tertentu diinginkan pada semua profesional

kesehatan. Hal ini termasuk kejujuran, integritas, dedikasi, dapat

diandalkan, kerja sama, kompetensi, kebijaksanaan, dan sikap peduli.

Keterampilan komunikasi yang baik dan kemampuan untuk

berhubungan baik dengan sesama pekerja juga merupakan kualitas

yang diperlukan. Selain itu, pelamar untuk program kesehatan

profesional harus berharap bahwa proses melamar kerja akan

mencakup pemeriksaan latar belakang kriminal dan tes narkoba.


Kualitas pribadi tambahan dan kemampuan fisik diperlukan oleh

personel laboratorium untuk berhasil lulus dalam profesi laboratorium

klinis. Tes ini termasuk stamina fisik, penglihatan yang baik,

keterampilan manual, kecerdasan yang baik, dan bakat untuk ilmu

biologi. Pekerja laboratorium harus memiliki kemampuan yang jeli,

termotivasi, mampu melakukan manipulasi dan perhitungan yang

tepat, dan juga harus memiliki keterampilan organisasi yang baik.

Penampilan dan kebersihan pribadi penting untuk semua petugas

kesehatan, termasuk petugas laboratorium. Semua personil harus

menunjukkan penampilan yang bersih, rapi, dan profesional. Hal ini

menginspirasi kepercayaan pasien pada para pekerja. Fasilitas

layanan kesehatan dan laboratorium memiliki aturan berpakaian, dan

banyak aturan-aturan terkait langsung dengan praktik keselamatan

pasien. Misalnya, diperlukan sepatu tertutup — ini mencegah cedera

pada kaki akibat tumpahan atau patah yang tidak disengaja. Pakaian

longgar, perhiasan menggantung tidak diizinkan karena dapat

menyebabkan cedera pada pasien, menyembunyikan

mikroorganisme, atau terjebak dalam instrumen. Aturan berpakaian

lainnya terkait dengan keselamatan pasien; Pekerja dilarang

menggunakan produk pribadi yang wangi untuk mencegah terjadinya

masalah bagi pasien yang sensitif atau alergi terhadap aroma yang

kuat. Pada pembahasan 1-4 dan 1-5 berisi informasi spesifik tentang

pakaian laboratorium yang sesuai.

4. Dapat menjaga rahasia pasien atau pemakai jasa.


Profesional laboratorium melakukan tugasnya kepada pasien dengan

memberikan layanan yang kompeten dan mempertahankan standar

tinggi. Salah satu prinsip penting yang harus dipatuhi adalah privasi

pasien. Informasi pasien bersifat rahasia. Kerahasiaan ini hanya harus

didiskusikan dengan karyawan lain yang ada di pelayanan kesehatan

tersebut yang terkait langsung dengan suatu kasus yang “perlu tahu”

untuk meningkatkan perawatan pasien. Elevator, kafetaria, atau ruang

tunggu bukan tempat yang tepat untuk membahas hasil pasien atau

temuan yang tidak biasa.

Ketergantungan pada komputer dalam perawatan kesehatan telah

membuat akses ke informasi pasien lebih mudah bagi petugas

kesehatan. Namun, penggunaan komputer juga menghadirkan risiko

informasi pribadi tidak diakses dengan benar. Meskipun kemajuan ini

membuat transfer informasi lebih mudah, langkah-langkah keamanan

yang tepat harus dilakukan untuk melindungi data pasien dari akses

dan penggunaan yang tidak tepat.

Aturan privasi di bawah Health Insurance Portability and

Accountability Act (HIPAA) menjelaskan hak pasien terhadap privasi

mereka, serta keadaan yang mengharuskan di mana informasi pasien

tersebut dapat dibagikan untuk memberikan perawatan terbaik. Para

pekerja harus diberi tahu tentang kebijakan dan prosedur privasi

manajer mereka dan harus mengikuti prosedur itu.

5. Dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau ahli lain untuk

kepentingan pasien
Berdasarkan “”KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/313/2020 TENTANG

STANDAR PROFESI AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK”,

seorang ATLM harus mampu “melakukan kerjasama dalam bidang

kesehatan terlebih dalam hal Area Komunikasi Efektif sehingga akan

terjadlin komunikasi dengan mitra kerja dan klinisi (sejawat dan profesi

lain) sehingga dapat Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan

yang baik dan benar, Membangun komunikasi interprofesional dalam

pelayanan laboratorium medik. dan Mempresentasikan informasi

ilmiah secara efektif”.

E. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

1. Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus

mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan

aspek pelayanan kesehatan serta nilai budaya, adat istiadat yang

berkembang di masyarakat.

2. Setiap ATLM harus memiliki tanggung jawab untuk

menyumbangkan kemampuan profesionalnya baik secara teori

maupun praktek kepada masyarakat luas serta selalu

mengutamakan kepentingan masyarakat.

3. Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan

profesinya harus mengikuti peraturan perundang- undangan yang

berlaku serta norma-norma yang berkembang pada masyarakat.

4. Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan pelayanan

yang tidak sesuai dengan standar prosedur operasional dan


norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk

dapat melindungi kepentingan masyarakat.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi / kewajibannya,

berdasarkan ketetapan MUNAS V PATELKI nomor 06/MUNAS-V/05-

2006 tentang penetapan kode etik PATELKI, pada tanggal 22 mei 2006

dimana ahli teknologi laboratorium kesehatan harus mempunyai sikap

dan kepribadian sebagai berikut :

1. Teliti dan cekatan

2. Jujur dan dapat dipercaya

3. Rasa tanggung jawab yang tinggi

4. Mampu berkomunikasi secara efektif

5. Disiplin

6. Berjiwa melayani

G. KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Sebagaimana di atur dalam Buku Pedoman Organisasi Patelki 2022

1. Pasal 19

Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pasal 20

Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan

pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.


3. Pasal 21

Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan,

emampuan dan keterampilan di bidang teknologi laboratorium

medik maupun bidang lain yang dapat menunjang pelayanan

profesinya.

4. Pasal 22

Setiap ATLM dalam melakukan pekerjaannya harus bersikap

dan berpenampilan sopan dan wajar serta selalu menjaga

nilai-nilai kesopanan.

5. Pasal 23

Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya

dapat bekerja dan melayani dengan baik.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

tuntutan masyarakat akan pelayanan laboratorium medik yang bermutu

atau terstandar secara nasional maupun internasional maka peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional Ahli Teknologi

Laboratorium Medik harus senantiasa dilakukan secara sistematis,

terpadu, dan berkesinambungan. Asean Economic Community (AEC)

yang dimulai Tahun 2015 dan North Atlantic Free Trade Area (NAFTA)

pada Tahun 2020, menuntut Ahli Teknologi Laboratorium Medik agar

senantiasa meningkatkan daya saing dengan kesetaraan kompetensi

secara internasional.

Dimana disebutkan Mawas Diri dan Pengembangan Diri pada

ATLM meliputi dalam bidang Area Kompetensi diantaranya :


1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning):

a. Belajar mandiri.

b. Berpikir kritis.

c. Umpan balik konstruktif.

d. Refleksi diri.

2.Dasar-dasar keterampilan belajar:

a. Pengenalan gaya belajar (learning style).

b. Pencarian literatur (literature searching).

c. Penelusuran sumber belajar secara kritis.

d. Mendengar aktif (active listening) membaca efektif (effective

reading).

e. Konsentrasi dan memori (concentration and memory).

f. Manajemen waktu (time management).

g. Membuat catatan kuliah (note taking).

h. Persiapan ujian (test preparation).

3. Pembelajaran berbasis masalah.

4. Penyelesaian masalah.

5. Kepemimpinan dan manajemen organisasi.

Dalam bidang dasar pengukuran, bidang dasar penelitian untuk

pengembangan, bidang telaah kritis serta dalam bidang Prinsip-prinsip

presentasi ilmiah. Sehingga pengetahuan dan wawasan seorang ATLM

dan setiap individunya akan terus berkembang . Adapun pengembangan


lain yang juga harus menjadi perhatian bagi setiap individu ATLM antara

lain :

1. Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa

2. Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan

pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

3. Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan dan ketrampilan di bidang teknologi Laboratorium

Medik maupun bidang lain yang dapat menunjang pelayanan

profesinya.

4. Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan

berpenampilan sopan dan wajar serta selalu menjaga nilai-nilai

kesopanan.

5. Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat

bekerja dan melayani dengan baik.


BAB V

ALUR
PENYELESAIAN
MASALAH
PELANGGARAN
KODE ETIK
BAB V

ALUR PENYELESAIAN MASALAH PELANGGARAN KODE ETIK

Jika terdapat pelangaran kode etik yang menimpa seorang ATLM

berdasarkan Pertanggungjawaban hukum ahli teknologi laboratorium

medik dapat dibedakan berdasarkan bidang hukum itu sendiri yaitu

secara hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi yaitu. Dari

hasil penelitian ilmiah Yanuar Amin, 2017 menyatakan bahwa

“pertanggung jawaban hukum ATLM dapat dikaji dengan berpedoman

pada asas Lex Spesialis Derogat Legi Generali, mengandung makna

bahwa aturan hukum yang khusus menyampingkan aturan hukum yang

umum”. Pertanggung jawaban hukum ATLM menggunakan perspektif


Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-

Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Peraturan

Menteri Kesehatan. Berdasarkan Lampiran Keputusan MUNAS IX

PATELKI Nomor 09/PATELKI/MUNASIX/06/2021 Tentang : Kode Etik

Ahli Teknologi Laboratorium Medik, adapun alur penyelesaian masalah

pelanggaran kode etik sebagaimana tercantum dalam bagan :


48

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, Yanuar. 2017. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.


Kemenkes RI; Jakarta
2. Dewan Pimpinan Pusat PATELKI. 2021 . Pedoman Organisasi
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia
(PATELKI). copyright © DPP PATELKI PENERBIT PATELKI :
Jakarta, Indonesia
3. H. A. R. Tilaar, 2002, Membenahi Pendidikan Nasional, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
4. KEMENHAN RI. 2014/2017. PEMANTAPAN NILAI-NILAI
PANCASILA KEPADA GENERASI MUDA SEBAGAI JATI DIRI
BANGSA YANG SEJATI. Puskom Publik Kemhan : Jakarta,
Indonesia
5. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 370/MenKes/SK/III/2007 TENTANG STANDART
PROFESI AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA: Jakarta,
Indonesia
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
370/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan
7. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/313/2020 TENTANG STANDAR
PROFESI AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK: Jakarta,
Indonesia
8. Laboratorium Medik Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik
9. Martinis Yamin, 2007, Profesionalisasi Guru dan Implementasi
KTSP, Gaung, Persada Press, Jakarta
10. Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1997
11. MUNAS PATELKI Nomor : 08/MUNAS VIII/5/2017 TENTANG
KODE ETIK ATLM. Jakarta, Indonesia
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun
2015 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi
Laboratorium Medik Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607)1
13. Piet Sahertian, 1994, Profil Pendidikan Profesional, Andi Offset,
Yogyakarta.
14. Poerwadarminto Wojowasito, W. J. S, 1982, Kamus Indonesia–
Inggris, Hasta, Bandung.
15. Sinaga Harlen V, Dasar-Dasar Profesi, Jakarta, Erlangga, 2011
16. Siswati Sri, Etika Hukum Kesehatan dalam Perspektif Undang-
Undang, Jakarta, Rajawali, 2013
17. SK DPP PATELKI Nomor: 08/MUNAS VIII/5/2017 Tentang Kode
Etik Ahli Teknologi
18. Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka
Cipta
19. Yanuar amin, S.ST., S.H. 2017. Bahan Ajar TLM : ETIKA
PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN. KEMENKES RI : Jakarta,
Indonesia
20. Yuyun Yuniarti : 2014. PROFESIONALISME AUDIT SEKTOR
PUBLIK DALAM PENCEGAHAN FRAUD. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta .
BIOGRAFI PENULIS
Dr. Maria Magdalena Riyaniarti Estri W, M.Pd.,
M.Si.
Penulis dari buku Etika Profesi ini Lahir di Surabaya,
12 Juni 1974. Merupakan anak pertama dari Bapak
Soepariyanto dan Ibu Katarina Sutinah, M.Pd.
Pernah menempuh kuliah D3 Analis Kesehatan di
Bhakti Wiyata Kediri ( lulus tahun 1997), Lulus S1 di program Studi Pendidikan
Biologi di Universitas Terbuka Malang (lulus Tahun 2007), Melanjutkan
pendidikan S2 Program Studi Teknologi Pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta (lulus Tahun 2010), dan Juga menempuh studi S2 Program
Studi Biosains (Medik) Fakultas MIPA di Universitas Sebelas Maret Surakarta
(lulus Tahun 2014), dan berhasil menyelesaiakan kuliah S3 Program Studi
Biologi (Medik) di Universitas Brawijaya Malang (lulus Tahun 2020). Awal
karir sebagai Guru di SMK Analis Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri mulai Tahun
1997-2010. Dan Saat ini penulis merupakan Dosen tetap di Program Studi S-1
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, dan mengajar beberapa
Mata Kuliah diantaranya Patofisiologi, Hematologi, Biologi Molekuler,
Mikrobiologi, Anatomi Fisiologi dan Patologi Klinik, Serta aktif menulis di
berbagai jurnal ilmiah dan menjadi nara sumber dalam beberapa seminar.
Rizal Aditya Hermawan, S.ST., M.Si. Penulis
dari buku Etika Profesi ini Lahir di Kota Tahu
(Kota Kediri Jawa Timur), 30 September 1989.
Pernah menempuh kuliah D4 Analis Kesehatan
(sekarang menjadi D4 TLM) di IIK Bhakti Wiyata
Kediri, kemudian mengambil S2 Ilmu Biologi di
Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto
Jawa Tengah. Saat ini penulis merupakan Dosen
tetap di Program Studi D4 Teknologi
Laboratorium Medis Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri, dan mengajar beberapa Mata Kuliah diantaranya adalah
Imunoserologi, Parasitologi, Sitohistoteknologi dan Etika Profesi. Disela-sela
mengajar, penulis juga aktif dalam menjadi pengurus disuatu organisasi
PATELKI. Penulis memiliki hobi dibidang olahraga futsal dan kiper menjadi
posisi favoritnya, kemudian penulis juga menjadi pembina UKM futsal
dilingkungan IIK Bhakti Wiyata

Anda mungkin juga menyukai