Anda di halaman 1dari 157

QualityBooks

Sovian Aritonang
Riyadi Juhana

Konsep Industri 4.0


di Industri dan Operasi Militer
Analisis Teknologi dan Penerapan
Konsep Industri 4.0
Analisis Teknologi dan Penerapan
di Industri dan Operasi Militer

Bagian I
QualityBooks

Sovian Aritonang
Riyadi Juhana

Konsep Industri 4.0


Analisis Teknologi dan Penerapan
di Industri dan Operasi Militer
Pengantar Penulis

Industri 4.0 merupakan konsep industri masa depan, yang


konsep dan frameworknya dapat mendukung kemajuan
dibidang teknologi pertahanan Indonesia. Karena untuk
masa depan maka setidaknya industri yang berada di
Indonesia saat ini dapat mengantisipasi globalisasi industri
dimasa depan. Khusus Industri Militer Indonesia.

Buku Konsep Industri 4.0-Analisis Teknologi dan


Penerapan di Industri dan Operasi Militer sebagai
rujukan dan referensi mahasiswa yang akan mendalami
dan meneliti teknologi utama Industri 4.0 untuk
diimplementasikan di industri dan operasi militer. Saat ini
jumlah universitas atau perguruan tinggi yang memiliki
Fakultas Teknologi Pertahanan hanya satu perguruan tinggi
yaitu Universitas Pertahanan. Namun, kami melihat belum
ada satu buku yang mengupas dengan lengkap mengenai
Industri 4.0 untuk mendukung industri dan operasi militer.

Walaupun disusun sebagai buku teks mahasiswa, buku ini


juga bermanfaat bagi para praktisi di industri yang ingin
memahami tentang perkembangan dan peluang penerapan
industri 4.0.

i
ii

Tidak ada ilmu yang sempurna dan kesempurna hanya milik


Nya. Dalam buku ini, kami memahami bahwa akan banyak
kekurangan disana-sini untuk penyempurnaan di masa
yang akan datang. Kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca semua. Terima kasih.

Sentul-Bogor, Mei 2020

Sovian Aritonang
Riyadi Juhana
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................... i


Daftar Isi ....................................................................................... iii
BAB 1 PENGANTAR INDUSTRI 4.0 ................................................. 1
1.1 Pengertian Industri 4.0 ................................................ 1
1.2 Tantangan dan Peluang Industri 4.0 ............................. 7
1.3 Revitalisasi Era Industri 4.0 ..................................... 1321
Referensi ......................................................................... 25
BAB 2 TAHAPAN REVOLUSI INDUSTRI ........................................ 27
2.1 Revolusi Industri Ke-1 ............................................. 2727
2.2 Revolusi Industri Ke-2 ................................................ 30
2.3 Revolusi Industri Ke-3 ................................................ 32
2.4 Revolusi Industri Ke-4 ................................................ 34
2.5 Industri 4.0 ............................................................... 39
Referensi ......................................................................... 42
BAB 3 KONSEP INDUSTRI 4.0 ..................................................... 45
3.1 Konsep Utama dan Komponen Industri 4.0 .................. 45
3.2 State of Art ............................................................... 47
3.3 Teknologi Pendukung Industri 4.0 .............................. 48
Referensi......................................................................... 73
BAB 4 ROADMAP INDUSTRI 4.0 .................................................. 77
4.1 Penerapan Industri 4.0 di Eropa ................................. 77
4.2 Pelopor Industri 4.0 ................................................... 78
4.2.1 Trumpf ........................................................... 78
4.2.2 Siemen ........................................................... 79
4.2.3 Rolls-Royce..................................................... 79

iii
iv

4.2.3 Dassault Systems........................................... 80


4.3 Posisi Indonesia ........................................................ 80
4.4 Teknologi Digital Indonesia ........................................ 84
4.5 Antispasi Industri 4.0 ................................................ 86
4.6 Pendidkan 4.0 .......................................................... 88
Referensi ......................................................................... 94
BAB 5 PERSYARATAN DAN PROSEDUR INDUSTRI 4.0 .................. 97
5.1 Persyaratan Industri 4.0 ............................................ 98
5.2 Prosedur Industri 4.0 ................................................ 104
Referensi ........................................................................ 107
BAB 6 KESIAPAN DAN KEMATANGAN INDUSTRI 4.0 .................... 111
6.1 Kesiapan Industri 4.0 ......................................... 111111
6.2 Kerangka Tingkat Kematangan Industri 4.0 ................ 117
6.2.1 Dimensi ......................................................... 117
6.2.2 Tingkat Kematangan Industri 4.0 .................. 1119
6.3 Solusi Industri 4.0 .................................................... 121
Referensi ........................................................................ 127
BAB 7 SMART FACTORY (PABRIK PINTAR) ................................ 129
7.1 Pengantar Pabrik Pintar ............................................ 130
7.2 Teknologi Penting Untuk Pabrik Pintar ....................... 131
7.3 Aksi Pabrik Pintar ..................................................... 132
7.4 Mengapa Manufaktur Pintar Penting .......................... 135
7.5 Pemenang dan Pecundang? ...................................... 136
7.6 Computers Producing Computers ............................... 137
7.7 Industri 4.0: The Way Forward .................................. 138
Referensi ........................................................................ 139
v

INDEKS ...................................................................................... 141


TENTANG PENULIS...........................................................................
QualityBooks

Bagian-I
Pemahaman Industri 4.0
Bab 1
Pengantar Industri 4.0

1.1 Pengertian Industri 4.0

Revolusi industri diawali dari industri 1.0, 2.0, 3.0, sampai


dengan industri 4.0. Fase industri merupakan real change
dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai dengan
mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas dan
efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0 dicirikan oleh
produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai
dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur
berbasis otomasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir
menggantikan industri 3.0 yang ditandai dengan cyber fisik
dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2016; Irianto,
2017). Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang
diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan
komputerisasi manufaktur.

Lee et al (2013) berpendapat bahwa industri 4.0 ditandai


dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong
oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan
komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis,
kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk

Pengantar Industri 4.0 1


2 Pengantar Industri 4.0

interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4)


perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti
robotika dan 3D printing. Lifter dan Tschiener (2013)
menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah
penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan
menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses
produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara
mandiri.

Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain


prinsip industri 4.0. Pertama, interkoneksi (sambungan)
yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang
untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui
Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP).
Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan
standar. Kedua, transparansi informasi merupakan
kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan
virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital
dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan
informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a)
kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia
dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi
secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan
memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b)
kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan
Pengantar Industri 4.0 3

melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan,


terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan
visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang
merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat
keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif
mungkin. Secara sederhana, prinsip industri 4.0 menurut
Hermann et al (2016) dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Prinsip Industri 4.0


(Hermann et al, 2016)

Industri 4.0 telah memperkenalkan teknologi produksi


massal yang fleksibel (Kagermann et al, 2013). Mesin akan
beroperasi secara independen atau berkoordinasi dengan
manusia (Sung, 2017). Industri 4.0 merupakan sebuah
pendekatan untuk mengontrol proses produksi dengan
melakukan sinkronisasi waktu dengan melakukan
4 Pengantar Industri 4.0

penyatuan dan penyesuaian produksi (Kohler dan Weisz,


2016). Selanjutnya, Zesulka et al (2016) menambahkan,
industri 4.0 digunakan pada tiga faktor yang saling terkait
yaitu; 1) digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik
sederhana menuju jaringan ekonomi dengan teknik
kompleks; 2) digitalisasi produk dan layanan; dan 3) model
pasar baru. Baur dan Wee (2015) memetakan industri 4.0
dengan istilah “kompas digital” sebagai berikut.

Gambar 1.2 Level industri 4.0


(Baur dan Wee, 2015)

Gambar 1.2 merupakan instrumen bagi perusahaan dalam


mengimplementasikan industri 4.0 agar sesuai dengan
kebutuhan mereka. Pada gambar 1.2 komponen tenaga
kerja (labor), harus memenuhi; 1) kolaborasi manusia
dengan robot; 2) kontrol dan kendali jarak jauh; 3)
manajemen kinerja digital; dan 4) otomasi pengetahuan
Pengantar Industri 4.0 5

kerja. Demikian pula pada komponen lainnya digunakan


sebagai instrumen implementasi industri 4.0.

Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain


dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya
proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua
bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena
otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan
membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja
menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari
industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau
artificial intelligence (Tjandrawinata, 2016). Salah satu
bentuk pengaplikasian tersebut adalah penggunaan robot
untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih
murah, efektif, dan efisien.

Tetapi yang paling berpengaruhi pada era industri 4.0 yaitu


sejak istilah Internet of Things (IoT) diperkenalkan oleh
Kevin Ashton tahun 2002. Perkembangan teknologi intenet
mulai diterapkan pada proses-proses produksi di dunia
industri pada negara-negara maju, terutama Amerika
Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Keberadaan IoT
dimulai membakukan komputer agar dapat memahani
dunia nyata dilingkungannya secara mandiri. Pada awal
perkembangannya, konsep IoT diaplikasikan kedalam
6 Pengantar Industri 4.0

penggunaan komputer diberbagai bidang kebutuhan


manusia, yang intinya yaitu penggunaan komputer dimana
dan untuk apa saja (uniquitous computing). Tapi sejak
tahun 2009 dibentuklah Komisi Negara-Negara Eropa yang
khusus dibentuk untuk merumuskan kembali definisi IoT,
yang lebih lanjut didefinikan sebagai sebuah tahap evolusi
berikutnya dari internet, dengan hal yang paling mendasar
yaitu perubahan dari sekedar jaringan dari serangkaian
komputer yang saling terhubung menjadi jaringan dari
serangkaian obyek atau benda yang saling terhubung
(Commison of the European Communities , Internet of
Things-an Action Plan for Europe, 2009).

Pada intinya industri 4.0 didorong oleh 4 (empat) kelompok


teknologi yang juga sedang berkembang saat ini.
Kelompok pertama terdiri dari data, daya komputasi, dan
konektivitas; kelompok kedua yaitu kelompok teknologi
analisis data dan intelijen; kelompok ketiga adalah interaksi
manusia-mesin (teknologi antarmuka dan augmented
reality); dan yang kelompok keempat yaitu konversi dari
digital ke fisik. Sistem robotika yang canggih serta teknologi
3D printing (additive manufacturing) yaitu contoh dari
teknologi yang ada pada kelompok keempat tersebut. Jika
keempat kelompok teknologi enable ini diintegrasikan,
maka terbentuklah sebuah era baru dalam teknologi proses
Pengantar Industri 4.0 7

manufaktur. Era baru terbut dengan munculnya pabrik-


pabrik cerdas (smart factories), yang memungkinkan suatu
pabrik tetap dapat memenuhi permintaan khusus dari
pelanggan dengan tetap menjaga tingkat keuntungannya.

Dalam industri 4.0, proses bisnis dan teknik bergerak


sangat dinamis sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan proses sangat cepat, bahkan saat-saat akhir
sebuah proses produksi. Sistem ini juga memiliki
kemampuan untuk merespon terjadinya gangguan dan
kegagalan secara fleksibel, misalnya gangguan akibat
terlambatnya pasokan dari supplier. Transparansi proses
dari awal hingga akhir tersedia selama proses manufaktur,
sehingga dapat memfasilitasi proses pengambilan
keputusan secara optimal. Industri 4.0 akan menghasilkan
metode-metode baru untuk menciptakan nilai dan model
bisnis baru. Secara khusus keadaan ini akan menciptakan
banyak usaha start-up dan usaha kecil dengan kesempatan
untuk mengembangkan dan menyediakan layanan di sisi
hilir produksi (Kagermann et al, 2013).

1.2 Tantangan dan Peluang Industri 4.0

Kemajuan teknologi memungkinkan terjanya penerapan


otomatisasi diseluruh bidang. Teknologi dan peralatan baru
8 Pengantar Industri 4.0

yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara


fundamental akan mengubah tatanan, pola hidup dan
interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016).

Industri 4.0 sebagai fase perubahan revolusi teknologi yang


mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang
lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman
hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam
ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu
manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi
masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus
merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan
komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor
publik, swasta, akademisi, militer, hingga masyarakat sipil
sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi
peluang.

Beberapa pakar dan industriawan mengidentifikasikan


tantangan industri 4.0 sebagai berikut: 1) masalah
keamanan teknologi informasi; 2) keandalan dan stabilitas
peralatan, utilitas, dan mesin produksi; 3) kurangnya
keterampilan yang memadai; 4) keengganan untuk
berubah oleh para pemangku kepentingan; dan 5)
Pengantar Industri 4.0 9

hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi


otomatisasi (Sung, 2017).
Untuk lebih jelas dan lebih spesifik, Hecklau et al (2016)
menjelaskan tantangan industri 4.0 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Tantangan Industri 4.0 (Hecklau et al, 2016)

Tantangan Karakteristik Tantangan


Tantangan Ekonomi 1. Globalisasi yang terus berlanjut:
a. Keterampilan antarbudaya
b. Kemampuan berbahasa
c. Fleksibilitas waktu
d. Keterampilan jaringan
e. Pemahaman proses
2. Memingkatnya kebutuhan akan
inovasi:
a. Pemikiran wirausaha
b. Kreativitas.
c. Pemecahan masalah
d. Bekerja di bawah tekanan
e. Pengetahuan mutakhir
f. Keterampilan teknis
g. Keterampilan penelitian
h. Pemahaman proses
3. Permintaan untuk orientasi layanan
yang lebih tinggi:
a. Pemecahan konflik
b. Kemampuan komunikasi
c. Kemampuan berkompromi
d. Keterampilan berjejaring
4. Tumbuh kebutuhan untuk kerja
sama dan kolaboratif:
a. Mampu berkompromi dan
kooperatif
b. Kemampuan bekerja dalam
tim
c. Kemampuan komunikasi
d. Keterampilan berjejaring
10 Pengantar Industri 4.0

Tantangan Karakteristik Tantangan


Tantangan Sosial 1. Perubahan demografi dan nilai
sosial:
a. Kemampuan mentransfer
pengetahuan
b. Penerimaan rotasi tugas kerja
dan perubahan pekerjaan
yang terkait (toleransi
ambiguitas)
c. Fleksibilitas waktu dan tempat
d. Keterampilan memimpin
2. Peningkatan kerja virtual:
a. Fleksibilitas waktu dan tempat
b. Keterampilan teknologi
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
3. Pertumbuhan kompleksitas
proses:
a. Keterampilan teknis
b. Pemahaman proses
c. Motivasi belajar
d. Toleransi ambiguitas
e. Pengambilan keputusan
f. Penyelesaian masalah
g. Keterampilan analisis
Tantangan Teknis 1. Perkembangan teknologi dan
penggunaan data eksponensial:
a. Keterampilan teknis
b. Kemampuan analisis
c. Efisiensi dalam bekerja
dengan data
d. Keterampilan koding
e. Kemampuan memahami
keamanan TI
f. Kepatuhan
2. Menumbuhkan kerja kolaboratif:
a. Mampu bekerja dalam tim
b. Kemampuan komunikasi
virtual
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
e. Kemampuan untuk bersikap
kooperatif
Pengantar Industri 4.0 11

Tantangan Karakteristik Tantangan


Tantangan Lingkungan Perubahan iklim dan kelangkaan
sumber daya:
a. Pola pikir berkelanjutan
b. Motivasi menjaga lingkungan
c. Kreativitas untuk
mengembangkan solusi
keberlanjutan baru
Tantangan Politik dan 1. Standarisasi:
Regulasi a. Keterampilan teknis
b. Keterampilan koding
c. Pemahaman proses
2. Keamanan data dan privasi:
a. Pemahaman keamanan
teknologi
informasi
b. Kepatuhan

Irianto (2017) menyederhanakan tantangan industri 4.0


yaitu; (1) kesiapan industri; (2) tenaga kerja terpercaya;
(3) kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4)
diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang
industri 4.0 yaitu; (1) inovasi ekosistem; (2) basis industri
yang kompetitif; (3) investasi pada teknologi; dan (4)
integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.

Pemetaan tantangan dan peluang industri 4.0 untuk


mencegah berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat,
salah satunya adalah permasalahan pengangguran. Work
Employment and Social Outlook Trend 2017 memprediksi
jumlah orang yang menganggur secara global pada 2018
diperkirakan akan mencapai angka 204 juta jiwa dengan
12 Pengantar Industri 4.0

kenaikan tambahan 2,7 juta. Hampir sama dengan kondisi


yang dialami negara barat, Indonesia juga diprediksi
mengalami hal yang sama. Pengangguran juga masih
menjadi tantangan bahkan cenderung menjadi ancaman.
Tingkat pengangguran terbuka Indonesia pada Februari
2017 sebesar 5,33% atau 7,01 juta jiwa dari total 131,55
juta orang angkatan kerja (BPS, 2017).

Data BPS 2017 juga menunjukkan, jumlah pengangguran


sumber daya manusia dari lulusan pendidikan yang
diterapkan di Indonesia yaitu Vokasi tingkat menengah
menduduki peringkat teratas yaitu sebesar 9,27%.
Selanjutnya adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebesar 7,03%, Vokasi tingkat Diploma III (D3) sebesar
6,35%, dan universitas 4,98%. Diidentifikasi, penyebab
tingginya kontribusi pendidikan vokasi terhadap jumlah
pengangguran di Indonesia salah satunya disebabkan oleh
rendahnya keahlian khusus dan soft skill yang dimiliki.

Permasalahan pengangguran dan daya saing sumber daya


manusia menjadi tantangan yang nyata bagi Indonesia.
Tantangan yang dihadapi Indonesia juga ditambah oleh
tuntutan perusahaan dan industri. Bank Dunia (2017)
melansir bahwa pasar kerja membutuhkan multi-skills
Pengantar Industri 4.0 13

lulusan yang ditempa oleh satuan dan sistem pendidikan,


baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

Indonesia juga diprediksi akan mengalami bonus demografi


pada tahun 2030-2040, yaitu penduduk dengan usia
produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk non
produktif. Jumlah penduduk usia produktif diperkirakan
mencapai 64% dari total penduduk Indonesia yang
diperkirakan mencapai 297 juta jiwa. Oleh sebab itu,
banyaknya penduduk dengan usia produktif harus diikuti
oleh peningkatan kualitas, baik dari sisi pendidikan,
keterampilan, dan kemampuan bersaing di pasar tenaga
kerja.

Tantangan dan peluang industri 4.0 mendorong inovasi dan


kreasi dibidang industri. Pemerintah perlu meninjau
relevansi antara inovasi dan kreasi industri dan pekerjaan
untuk merespon perubahan, tantangan, dan peluang era
industri 4.0 dengan tetap memperhatikan aspek
kemanusiaan (humanities).

Untuk menghadapi permasalahan yang ditimbulkan dengan


penerapan industri 4.0 adalah mencetak sumber daya
manusia yang handal dan siap menghadapi tantangan di
era industri 4.0. Dengan itu pemangku kepentingan harus
14 Pengantar Industri 4.0

meningkatkan kualitas pendidikan yang lulusannya harus


siap kerja diberbagai bidang untuk menghadapi tantangan
era industri 4.0.

Salah satunya yaitu menggenjot pendidikan vokasi yang


kualitas lulusannya memahami, paham, dan mahir apabila
teknologi pendukung industri 4.0 diterapkan dalam
pekerjaannya. Agar pendidikan vokasi dapat menjawab
tantangan industri 4.0, maka agar lebih terarah,
pendidikan vokasi harus melibatkan institusi atau
pemangku kepentingan yang menyelegarakan pendidikan
vokasi, sebagai contoh Sekolah Sandi Negara yang
merupakan pendidikan kedinasan yang dikhususkan
lulusannya sebagai ahli sandi dan siber untuk kepentingan
negara lulusannya harus menghadapi tantangan industri
4.0 untuk cyber physical systems (CPS) yang diperuntukan
untuk operasional institusi negara akan menerapkan
industri 4.0.

Menjawab tantangan industri 4.0 tersebut, Bukit (2014)


menjelaskan bahwa pendidikan vokasi sebagai pendidikan
yang berbeda dari jenis pendidikan lainnya harus memiliki
karakteristik sebagai berikut; 1) berorientasi pada kinerja
individu dalam dunia kerja; 2) justifikasi khusus pada
kebutuhan nyata di lapangan; 3) fokus kurikulum pada
Pengantar Industri 4.0 15

aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; 4) tolok


ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; 5)
kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; 6)
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan 7)
adanya dukungan masyarakat.

Brown, Kirpal, dan Rauner (2007) menambahkan bahwa


pelatihan vokasi dan akuisisi keterampilan sangat
mempengaruhi pengembangan identitas seseorang terkait
dengan pekerjaan. Selanjutnya, Lomovtseva (2014),
Edmond dan Oluiyi (2014) menjelaskan pendidikan vokasi
merupakan tempat menempa kematangan dan
keterampilan seseorang sehingga tidak bisa hanya
dibebankan kepada suatu kelompok melainkan menjadi
tanggung jawab bersama.

Pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi memiliki tujuan


yang sama yaitu pengembangan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan pembentukan kompetensi
seseorang. Hal ini telah dijelaskan oleh “Bapak Pendidikan
vokasi Dunia” Prosser dan Quigley (1952), menyatakan
bahwa pendidikan vokasi menjadi bagian dari total
pengalaman individu untuk belajar dengan sukses agar
dapat melakukan pekerjaan yang menguntungkan.
16 Pengantar Industri 4.0

Pendidikan vokasi juga diarahkan untuk meningkatkan


kemandirian individu dalam berwirausaha sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki (Kennedy, 2011). Penyiapan
beberapa kompetensi harus dilakukan karena pendidikan
vokasi merupakan pendidikan menengah atau pendidikan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu (Sudira, 2012) dan
menyiapkan lulusannya yang mampu dan mau bekerja
sesuai dengan bidang keahliannya (Usman, 2016; Yahya,
2015).

Pendidikan vokasi diselenggarakan pada suatu lembaga


berupa institusi bidang pendidikan baik sekunder, pos
sekunder perguruan tinggi teknik yang dikendalikan
pemerintah atau masyarakat industri (Kuswana, 2013).
Pendidikan vokasi difokuskan pada penyediaan tenaga
kerja terampil pada berbagai sektor seperti perindustiran,
pertanian dan teknologi untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi (Afwan, 2013).

Berdasarkan asumsi-asumsi yang ada, pendidikan vokasi


merupakan jenis pendidikan yang unik karena bertujuan
untuk mengembangkan pemahaman, sikap dan kebiasaan
kerja yang berguna bagi individu sehingga dapat memenuhi
kebutuhan sosial, politik, dan ekonomi sesuai dengan ciri
Pengantar Industri 4.0 17

yang dimiliki. Pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan


pendekatan pendidikan yang menekankan pada kebutuhan
industri sehingga peningkatan dan pengembangan individu
dapat dilakukan di industri (Zaib dan Harun, 2014).
Berdasar teori yang ada, pendidikan vokasi berpeluang
untuk menjawab tantangan industri 4.0.

Tantangan tersebut harus dijawab dengan cepat dan tepat


agar tidak berkontribusi terhadap peningkatan
pengangguran. Pemerintah berupaya merespon tantangan
industri 4.0, ancaman pengangguran, dan bonus demografi
dengan fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan vokasi di tahun 2018. Pemerintah
melalui kebijakan lintas kementerian dan lembaga
mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakan
pemerintah adalah revitalisasi pendidikan vokasi
Indonesia. Dukungan dari pemerintah harus mencakup, 1)
sistem pembelajaran, 2) satuan pendidikan, 3) peserta
didik, dan 4) pendidik dan tenaga kependidikan juga
dibutuhkan.

Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan


pendidikan karakter, 2) bahan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi, 3) kewirausahaan, 4)
penyelarasan, dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan meliputi,
18 Pengantar Industri 4.0

1) unit sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang belajar


lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan
guru, 5) peralatan, dan 6) manajemen dan kultur sekolah.
Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian beasiswa dan
2) pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan
tenaga kependidikan meliputi, 1) penyediaan, 2) distribusi,
3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan
kesejahteraan, dan 7) penghargaan dan perlindungan.

Penguatan empat elemen yang ada dalam sistem


pendidikan membutuhkan gerakan kebaruan untuk
merespon era industri 4.0. Salah satu gerakan yang
dicanangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru
sebagai penguat bahkan menggeser gerakan literasi lama.
Gerakan literasi baru yang dimaksudkan terfokus pada tiga
literasi utama yaitu, 1) literasi digital, 2) literasi teknologi,
dan 3) literasi manusia (Aoun, 2017). Tiga keterampilan ini
diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di
masa depan atau di era industri 4.0.

Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan


kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan
informasi di dunia digital (Big Data), literasi teknologi
bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja
mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan
Pengantar Industri 4.0 19

pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan


penguasaan ilmu desain (Aoun, 2017). Literasi baru yang
diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif
dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya
fokus pada peningkatan kemampuan membaca, menulis,
dan matematika.

Adaptasi gerakan literasi baru dapat diintegrasi dengan


melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem
pembelajaran sebagai respon terhadap era industri 4.0.
Respon pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk
Vokasi adalah pembelajaran abad 21.

Gambar 1.3 Pembelajaran Abad 21


(Trillling dan Fadel, 2009)
20 Pengantar Industri 4.0

Trillling dan Fadel (2009), berpendapat pembelajaran abad


21 berorientasi pada gaya hidup digital, alat berpikir,
penelitian pembelajaran dan cara kerja pengetahuan (lihat
Gambar 1.3). Tiga dari empat orientasi pembelajaran abad
21 sangat dekat dengan pendidikan vokasi yaitu cara kerja
pengetahuan, penguatan alat berpikir, dan gaya hidup
digital. Cara kerja pengetahuan merupakan kemampuan
berkolaborasi dalam tim dengan lokasi yang berbeda dan
dengan alat yang berbeda, penguatan alat berpikir
merupakan kemampuan menggunakan teknologi, alat
digital, dan layanan, dan gaya hidup digital merupakan
kemampuan untuk menggunakan dan menyesuaikan
dengan era digital (Trilling dan Fadel, 2009).

Forum ekonomi dunia melansir, struktur keterampilan abad


21 akan mengalami perubahan. Pada tahun 2015, struktur
keterampilan sebagai berikut; 1) pemecahan masalah yang
kompleks; 2) kerjasama dengan orang lain; 3) manajemen
orang; 4) berpikir kritis; 5) negosiasi; 6) kontrol kualitas; 7)
orientasi layanan; 8) penilaian dan pengambilan keputusan;
9) mendengarkan secara aktif; dan 10); kreativitas. Pada
tahun 2020 struktur kerja berubah menjadi; 1) pemecahan
masalah yang kompleks; 2) berpikir kritis; 3) kreativitas; 4)
manajemen orang; 5) kerjasama dengan orang lain 6)
kecerdasan emosional; 7) penilaian dan pengambilan
Pengantar Industri 4.0 21

keputusan; 8) orientasi layanan; 9) negosiasi; dan 10)


fleksibilitas kognitif (Irianto, 2017).

Seluruh bentuk kecakapan dan keterampilan di abad 21 dan


era industri 4.0 yang dibutuhkan harus diintegrasikan ke
dalam elemen pendidikan vokasi. Mulai dari sistem
pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, hingga ke
pendidik dan tenaga kependidikan.

1.3 Revitalisasi Era Industri 4.0

Menghadapi revitalisasi industri 4.0, dibutuhan sumber


daya manusia yang handal perlu dukungan masyarakat.
Shan, Liu, dan Li, (2015), Shavit dan Müller (2000)
menjelaskan bahwa untuk mencetak sumber daya manusia
(SDM) yang handal dibutuhkan dukungan dan pengakuan
serta tidak terlepas dari kepentingan masyarakat. Hal ini
akan meningkatkan kepercayaan diri sumber daya manusia
sehingga merasa aman sebagai pekerja yang terampil
karena adanya dukungan dan pengakuan dari masyarakat.
Pada dasarnya untuk mencetak SDM yang handal dapat
disediakan atau difasilitasi oleh masyarakat dan pemerintah
untuk mempersiapkan dan merubah individu secara cepat
dalam memenuhi tuntutan dunia kerja (Murgor, 2013) dan
perubahan zaman termasuk fase industri 4.0.
22 Pengantar Industri 4.0

Pengembangan sumber daya manusia harus melibatkan


seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat
dalam sistem untuk menjawab tantangan industri 4.0.
Brofenbrener (1989) menawarkan suatu model yang
disebut sebagai A Bioecological Model of Human
Development.

Gambar 1.4. A Bioecological Model Human Development


(Broffenbrenner, 1989)

Pada Gambar 1.4, terlihat bahwa seluruh bagian dari


sistem, individu, mikro sistem, meso sistem, ekso sistem
seperti industri, media massa, layanan sosial, dan politik
lokal, serta makro sistem harus mampu berkolaborasi untuk
membentuk sistem yang utuh yaitu chronosystem. Elemen
itu harus terlibat dalam sistem pembelajaran, satuan
pendidikan, peserta didik, dan pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan peran masing-masing.
Pengantar Industri 4.0 23

Muatan pembelajaran abad 21 harus selalu menyesuaikan


dengan perubahan termasuk di era industri 4.0. Muatan
pembelajaran diharapkan mampu memenuhi keterampilan
abad 21 (21st century skills); 1) pembelajaran dan
keterampilan inovasi meliputi penguasan pengetahuan dan
keterampilan yang beraneka ragam, pembelajaran dan
inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah,
komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas dan inovasi, 2)
keterampilan literasi digital meliputi literasi informasi,
literasi media, dan literasi ICT, 3) karir dan kecakapan
hidup meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif,
interaksi sosial dan budaya, produktifitas dan akuntabilitas,
dan kepemimpinan dan tanggung jawab (Trilling dan
Fadel, 2009).

Gambar 1.5. Core Subject 21st Century Skills


(Trilling dan Fadel, 2009)
24 Pengantar Industri 4.0

Elemen yang berinteraksi dalam chronosystem harus


mengintegrasikan fokus dari era industri 4.0 yaitu, fisikal,
digital, dan biologikal. Elemen yang ada dalam sumber daya
manusia sebagai bagian dari chronosystem harus
menguatkan gerakan literasi baru (literasi digital, literasi
teknologi, dan literasi manusia). Penguatan itu dilakukan
untuk memberikan nilai tambah dan daya saing lulusan
pendidikan kejuruan di era industri 4.0. Interaksi dan
integrasi antarelemen dengan muatan industri 4.0 dapat
dilihat pada Gambar 1.6.

Gambar 1.6 Chronosystem Sumber Daya Manusia Era


Industri 4.0

Gambar 1.6 menunjukkan adanya integrasi seluruh


komponen seharusnya dapat dimediasi oleh sistem
Pengantar Industri 4.0 25

pendidikan vokasi karena pada dasarnya pendidikan vokasi


memiliki kepentingan sangat besar untuk memediasi
seluruh elemen untuk meningkatkan kualitas sistem
pembelajaran, kualitas sistem pendidikan, kualitas peserta
didik, dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan demi
menciptakan lulusan yang berdaya saing di era industri 4.0.

Referensi

1. Baur, C. and Wee, D., 2015. Manufacturing's Next Act?.


McKinsey & Company.
2. Commiddion of europen Communities ,2009. Internet
of Things-an Action Plan for Europe: Communication
from the Commssion to the Eroupe Parliement, the
Council, the Eroupean Economic and Social Commitee
and the Committee of the Regions. Offece for Official
Publications of the European Communities
3. Hermann, M., Pentek, T., and Otto, B., 2016. Design
Principles for Industrie 4.0 Scenarios. Presented at the
49th Hawaiian International Conference on Systems
Science.
4. Irianto, D., 2017. Industry 4.0; The Challenges of
Tomorrow. Disampaikan pada Seminar Nasional Teknik
Industri, Batu-Malang.
26 Pengantar Industri 4.0

5. Kagermann, H., Wahlster, W., and Helbig, J., 2013.


Recommendations for Implementing the Strategic
Initiative Industrie 4.0. Industrie 4.0 Working Group,
Germany.
6. Kohler, D, and Weisz, J.D., 2016. Industry 4.0: the
challenges of the transforming manufacturing.
Germany: BPIFrance.
7. Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., 2013. Recent
Advances and Trends in Predictive Manufacturing
Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1),
38–41.
8. Liffler, M., and Tschiesner, A., 2013. The Internet of
Things and the Future of Manufacturing. McKinsey &
Company.
9. Sung, T.K., 2017. Industri 4.0: a Korea perspective.
Technological Forecasting and Social Change Journal,
1-6.
10. Tjandrawina, R.R., 2016. Industri 4.0: Revolusi industri
abad ini dan pengaruhnya pada bidang kesehatan dan
bioteknologi. Jurnal Medicinus, Vol 29, Nomor 1, Edisi
April.
Bab 2
Tahapan Revolusi Industri

Kata revolusi dikonotasikan sebagai perubahan secara


kasar dan radikal. Revolusi terjadi karena adanya
perubahan dari tatanan hidup yang dipengaruhi oleh
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan
keamanan. Begitupun dengan Revolusi industri yang
dipengaruhi oleh kemajuan dibidang teknologi dan ekonomi
global.

Pada bab ini akan bahas mengenai tahapan revolusi industri


yang telah terjadi, sejak ditemukannya mesin uap
kemudian mesin tenun mekanik sampai era Internet of
Things (IoT) serta Cyber Physical Systems (CPS) yang
sekarang terjadi di kehidupan global.

2.1 Revolusi Industri Ke-1

Revolusi industri Ke-1 dimulai tahun 1784 di Inggris,


ketika itu Edmund Cartwright menciptakan mesin tenun
mekanik bertenaga uap. Meskipun pada tahun 1781 James
Watt menciptakan mesin uap yang pertama di dunia,
namun aplikasi mesin ini untuk menggerakan mesin tenun

Tahapan Revolusi Industri 27


28 Tahapan Revolusi Industri

inilah yang dianggap dimulainya tahapan industri baru.


Banyak sekali perubahan yang terjadi akibat penemuan ini,
termasuk perubahan metode produksi dari cara manual
dengan menggunakan tangan yang berubah menjadi
proses produksi menggunakan mesin.

Tumbuhnya industri kimia dan industri proses produksi


baja, meningkatnya efisiensi tenaga air, meningkatnya
penggunaan tenaga uap, pengembangan peralatan dan
utilitas mesin, dan munculnya sistem pabrikasi. Pada saat
itu industri tekstil merupakan industri yang paling dominan
dari Revolusi Industri dalam hal ini pekerjaan, nilai output
produksi dan modal yang diinvestasikan. Industri tekstil
juga merupakan yang pertama kali menggunakan metode
produksi modern melalui peran Edmund Cartwright.

Gambar 2.1 Konsep Revolusi Industri Ke-1 (MPC, 2018)


Tahapan Revolusi Industri 29

Revolusi industri ke-1 menandai titik balik pentingnya


dalam sejarah, hampir setiap aspek tatanan kehidupan
sehari-hari yang terpengaruh oleh revolusi ini. Ini
ditunjukkan dengan pertembuhan pendapatan rata-rata
dan jumlah penduduk yang berkesinambungan, sesuatu
yang belum pernah terjadi di era sebelumnya. Dampak
utama dari Revolusi Industri Ke-1 yaitu bahwa standar
hidup pada masyarakat umum terus peningkatan secara
konsisten yang pertama kalinya dalam sejarah. Juga pada
saat yang bersamaan dengan terjanya Revolusi Industri Ke-
1, di Inggris juga mengalami revolusi di bidang pertanian.
Hal ini sangat membantu masyarakat inggris dalam
meningkatkan standar hidupnya dan juga memberikan
surplus tenaga kerja untuk industri.

Industri tekstil dengan menggunakan mesin-mesin mekanik


mulai menyebarkan ke benua Eropa pada awal abad ke-19,
dengan adanya pembangunan pusat-pusat tekstil, baja dan
batubara di Belgia dan Perancis. Sejak saat itulah
industrialisasi tersebar dan melanda di hampir seluruh
dunia.
30 Tahapan Revolusi Industri

Gambar 2.2 Suasana Pabrik Tekstil di Tahun 1835


(Sadiyoko, 2017)

Akibatnya banyak sekali dampak sosial yang ditimbulkan


oleh terjadinya revolusi industri ini. Namun seiring dengan
tingkat kesejahteraan yang makin meningkat, muncul aksi-
aksi sosial dan politik di Inggris dan negara-negara Eropa
yang mengawali proses perubahan ini agar tidak
mengorbankan kesejahteraan kelas pekerja.

2.2 Revolusi Industri Ke-2

Revolusi Industri Ke-2, dikenal sebagai Revolusi di


bidang teknologi merupakan fase industrialisasi yang pesat
di sepertiga akhir abad ke-19 (tahun 1870) sampai dengan
awal abad ke-20 (tahun 1914). Ciri utama tahap revolusi
industri ke-2 ini yaitu dimulainya penggunaan mesin-mesin
Tahapan Revolusi Industri 31

elektrik pada proses produksi masal berdasarkan sistem


pembagian tenaga kerja.

Gambar 2.3 Konsep Revolusi Industri Ke-2 (MPC, 2018)

Revolusi Industri Ke-2 terjadi di Amerika Serikat dengan


ditandai oleh penggunaan energi listrik sebagai energi
utama motor penggerak mesin-mesin di industri. Dengan
munculnya teknologi listrik dan telekomunikasi (telegraf)
serta teknologi lainnya yang berbasis energi listrik.
Dengan dibangunnya infrastruktur telekomunikasi secara
luas, dan juga dibarengi dengan pembangunan
infrastruktur di bidang transportasi, berupa rel kereta api,
produksi kereta api serta jembatan; munculnya industri besi
dan baja berskala besar, meluasnya penggunaan mesin di
bidang manufaktur; meningkatnya penggunaan tenaga uap
serta pemakaian minyak bumi. Periode ini juga merupakan
periode di mana metode organisasi modern untuk operasi
32 Tahapan Revolusi Industri

industri bisnis skala besar di wilayah yang luas mulai


digunakan (Engelman, 2017)

Gambar 2.4 Lini Produksi Mobil Ford Model-T (Debord,


2014)

2.3 Revolusi Industri Ke-3

Revolusi Industri Ke-3, menurut Lembaga Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi Jerman (Deutsche Akademie
der Technikwissenschafen) adalah era dimana komponen
elektronika dan teknologi informasi digunakan secara masif
di industri, terutama untuk otomasi proses produksi
(Engelman, 2017). Oleh karena itu, era ini dimulai dengan
digunakannya Progmmable Logic Controller (PLC) di
industri pada tahun 1970.
Tahapan Revolusi Industri 33

PLC sendiri merupakan sebuah perangkat pengendali


universal yang dirancang khusus untuk dipergunakan di
lingkungan pabrikasi. Pada perkembanganya sampai
sekarang, PLC biasanya dipasangkan secara langsung ke
mesin-mesin pabrik ataupun dipasangkan ke dalam mesin
perkakas lainnya seperti sistem Computer Numerical
Control (CNC) ataupun robot. Dengan menggunakan PLC,
banyak alat dan utilitas produksi yang tadinya harus
dioperasikan oleh operator, sekarang menjadi terotomasi.

Gambar 2.5 Konsep Revolusi Industri Ke-3 (MPC, 2018)

Pada era Revolusi Industri Ke-3 ini muncul teknologi


robotika, dimana jenis robot berlengan (articulated robot)
mulai diaplikasikan di beberapa industri manufaktur.
34 Tahapan Revolusi Industri

Gambar 2.6 Lini Produksi Menggunakan Robot dan PLC


(Siemen, 2014 dan Digital Teknplogies International LLC,
2015)

2.4 Revolusi Industri Ke-4

Meskipun masih terjadi pertentangan di dunia industri dan


akademis tentang kapan sesungguhnya Revolusi Industri
Ke-4 dimulai, namun berdasarkan telaah yang dilakukan
penulis dan berdasarkan beberapa penelitian yang telah di
lakukan, bahwa era Revolusi Industri Ke-4 dapat dipastikan
dimulai sejak istilah Internet of Things (IoT) diperkenalkan
oleh Kevin Ashton pada tahun 2002 (Mattern dan
Floerkemeter, 2010; Schoenberger, 2002).

Ashton merupakan seorang ilmuan dari Massachusetts


Institute of Technology (MIT) yang pada waktu itu sedang
Tahapan Revolusi Industri 35

mengembangkan infrastruktur Radio-Frequency


Identification (RFID). RFID sendiri merupakan sebuah
sistem identifikasi benda dengan memanfaatkan
gelombang elektromagnetik (frekuensi radio). Karena itu
pada awal perkembangan IoT, sasaran yang ingin dicapai
sebenarnya relatif sederhana, yaitu bahwa semua benda
memiliki identitas diri (ditunjukkan oleh RFID tag di benda
tersebut). RFID dapat dianalogikan sebagai Kartu Tanda
Penduduk (KTP) bagi sebuah benda.

Gambar 2.7 RFID tag dan Perbandingan dimensi


dengan butir beras

Dengan dimilikinya identitas bagi setiap produk dan


material di sebuah proses industri, maka keberadaan
produk dan material tersebut menjadi mudah terlacak
statusnya. Tentu hal ini akan mempermudah proses
manufaktur dalam sebuah industri yang memiliki banyak
sekali proses, komponen serta target produksi, seperti yang
36 Tahapan Revolusi Industri

terdapat pada industri otomotif, farmasi atau peternakan.


Pada industri otomotif, sistem RFID digunakan dengan
menepelkan tag RFID pada semua komponen atau bahan
baku pembuatan mobil, sehingga komponen tersebut dapat
terus terpantau sepanjang lini produksi. Mulai dari proses
pengambilan di gudang inventory, proses perakitan selama
di lini produksi, sehingga keluar dari lini produksi dengan
keadaan sudah terakit atau terintegrasi dalam bentuk
produk jadi (mobil). Jika teknologi RFID ini digabungkan
dengan teknologi internet dan big data, maka keterbatasan
tidak lagi menjadi hambatan yang berarti. Dalam kasus
pabrik mobil diatas, seorang manager produksi global di
Jerman dapat dengan mudah mengetahui informasi sebuah
proses dimesin sebuah mobil yang sedang dibuat di
Slovakia, secara real time. Bahkan bukan hanya proses,
namun komponen apa saja yang digunakan dalam
pembuatan mobil tersebut.

Gambar 2.8 Konsep Revolusi Industri Ke-4 (MPC, 2018)


Tahapan Revolusi Industri 37

Tentu dalam hal ini, produsen tersebut tetap mampu


menentukan sampai seberapa detail informasi yang
diperlukan serta seberapa jauh informasi tersebut boleh
dibagikan (shared)

Revolusi Industri Ke-4 merupakan era dimana teknologi


internet, teknologi informasi serta teknologi otomasi
produksi digunakan secara terintegrasi membentuksebuah
sistem yang disebut Cyber Physical Systems (CPS). Sebuah
sistem dimana sebuah entitas ataupun mekanisme fisik
diawasi dan dikendalikan oleh algoritma bebasis komputer,
terintegrasi dengan internet dan pengunanya.

Gambar 2.9 Pabrik Mobil VW di Slovakia Yang Sudah


Menggunakan RFID di Lini Produksinya
(VW Slovakia, 2012)

Dalam CPS komponen fisik dan komponen software terkait


sangat erat, masing-masing beroperasi pada dimensi ruang
dan waktu yang berbeda, melakukan beberapa pekerjaan
38 Tahapan Revolusi Industri

yang secara sifat berbeda, secara simultan, namun tetap


berinteraksi satu sama lainnya dalam berbagai cara yang
berubah-ubah sesuai dengan konteks proses (US National
Science Foundation, 2010). Saat ini konsep CPS ini telah
diaplikasikan ke dalam berbagai macam sistem, termasuk
disini yaitu teknologi smart grid pada sistem distribusi
listrik, sistem mobil otonom (sistem kendaraan tanpa
pengemudi yang mampu berjalan dari asal ke tujuannya
dengan aman), pemantauan medis , sistem kendali proses,
sistem robotika dan sistem avionik atau auto pilot system
(Khaitan, 2015).

Gambar 2.10 Tahapan Revolusi Industri (Plinta, 2016)


Tahapan Revolusi Industri 39

CPS merupakan inti dari Revolusi Industri Ke-4, Tetapi CPS


bukanlah sebuah aplikasi ilmu baru yang berdiri sendiri, CPS
merupakan aplikasi kolaborasi berbagai disiplin ilmu. Untuk
itu diperlukan sebuah pendekatan lintas-ilmu untuk mampu
memahami konsep CPS ini, terutama dari ilmu cybernetics
dan teknik kendali, mekatronika serta ilmu desain dan
proses. Penjabaran tahapan revolusi industri dari yang
pertama hingga keempat digambarkan secra lebih
sederhana yang dapat dilihat pada Gambar 2.10 diatas.

2.5 Industri 4.0

Melihat tahapan dari revolusi industri dari kesatu hingga


keempat serta ada fenomena industri 4.0, maka selanjut
akan dibahas mengena perbedaan antara Industri 4.0
dengan Revolusi Industri Keempat.

McKinsey mendefinisikan Industri 4.0 sebagai proses


digitalisasi sektor manufaktur, dengan berbagai macam
sensor tertanam dihampir semua komponen produk dan
peralatan manufaktur yang terlibat sistem siber-fisik/cyber-
physical systems (CPS) dimana-mana, dengan kemampuan
analisis dari semua data yang berhubungan dengan proses
yang ada (Mckinsey, 2015)
40 Tahapan Revolusi Industri

Gambar 2.11 Industry 4.0 Landscape (Miller, 2015)

Jika istilah Revolusi Industri lebih mengarah pada


penunjukkan sebuah rentang waktu (era), maka istilah
Industri 4.0 lebih dikhususkan pada kejadian di sektor
manufaktur saja. Industri 4.0 berfokus pada penciptaan
sebuah produk, prosedur dan proses manufaktur yang
cerdas.

Pabrik cerdas (smart factory) merupakan fitur kunci dari


Industri 4.0. Sebuah pabrik cerdas diartikan sebagai sebuah
pabrik yang mampu mengelola kompleksitas sebuah proses
produksi, kurang rentan terhadap gangguan dan mampu
memproduksi barang dengan lebih efisien.

Di pabrik cerdas, manusia, mesin dan sumber daya lainnya


dapat saling berkomunikasi satu sama lain secara alami
Tahapan Revolusi Industri 41

seperti yang terjadi pada sebuah lingkungan sosial. Sebuah


produk cerdas memiliki pengetahuan yang rinci tentang
bagaimana mereka diproduksi dan bagaimana mereka akan
digunakan. Produk cerdas ini secara aktif mendukung
proses manufaktur. Mereka mampu menjawab pertanyaan
seperti ‘kapan saya dibuat?’ ,’ parameter apa yang harus
digunakan untuk memproses saya?’, ‘kemana saya harus
dikirim?’, dan lain sebagainya.

Produk cerdas (Smart product) dilengkapi dengan


antarmuka (interface) untuk berhubungan dengan sistem
mobilitas yang cerdas (smart mobility), sistem logistik
cerdas (smart logistic) dan sistem smart grid. Hal seperti
inilah yang akan membuat sebuah pabrik cerdas menjadi
komponen kunci dari infrastruktur cerdas dimasa depan.
Pabrik cerdas, proses cerdas, serta produk cerdas inilah
manifestasi dari konsep cyber-physical systems.

Gambar 2.12 Hubungan antara Smart Factory dengan


komponen lain didalam IoT (Kagermann, 2013)
42 Tahapan Revolusi Industri

Gambar 2.13 Perubahan yang terjadi akibat


implementasi Industri 4.0 (BCG, 2015)

Industri 4.0 tidak bisa dilihat sebagai sebuah sistem yang


terisolasi, berdiri sendiri. Namun harus dilihat sebagai salah
satu komponen dari sejumlah komponen utama dari sebuah
aplikasi. Oleh karena itu Industri 4.0 harus dilaksanakan
secara interdipliner dan bekerjasama dengan komponen
utama lainnya (McKinsey, 2015). Tentu hal ini akan
mengakibatkan transformasi dari rantai nilai konvensional
yang ada saat ini, memunculkan model bisnis baru serta
juga dampak sosial, ekonomi, serta politik baru.

Referensi

1. Anonim, 2012. RFID tracks 1,000 Vehicles a Daya at


VW Plant in Slovakia, RFID 24-7, [Online]. Available:
http://rfid24-7.com/2012/02/13/volkswagen-adopts-
rtls-solution-to-rack-autos-at-its-slovakia-plant/.
Tahapan Revolusi Industri 43

2. Engelman, R., 2017. The Second Industrial Revolution,


1870-1914, [Online]. Available: http://ushistoryscane.
com/ article/second-industrial-revolution/.
3. Kagermann, H., Wahlster, W., and Helbig, J., 2013.
Recommendations for Implemeting The Strategic
Initiative Industrie 4.0-Securing The Future of Germany
Manufacturing Industry. Acatech-National Academy of
Science and Engineering. Final Report of The Industrie
4.0 Working Group.
4. Khaitan, S. K., and McCalley, J. D., 2015. Design
Techniques and Application of Cyber-Physical Systems:
A Survey. IEEE System Journal, Vol. 9, No. 2, pp. 350-
365
5. Malaysia aproductivity Corporation (MPC), 2018.
Ready, Set, Go! The Race Towards Industry 4.0.
6. Mattern, F., and Floerkemeier, C., 2010. From The
Internet of Computers to The Internet of Things (Vom
Internet der Computer Zum Internet der Dinge ).
Informatik-Spektrum, Vol. 33, No. 2 pp. 107-121.
7. McKinsey & Company, 2015. Industry 4.0: How to
Navigate Digitization of The Manufacturing Sector .
Tech. Rep. [Online]. Available: https://www.mckinsey.
de / files/ mck_industry_40 _report.pdf.
8. Miller, Joson, 2018. Reply Enabling Industry 4.0
Execution. CSCP.
44 Tahapan Revolusi Industri

9. Plinta, Dariusz, 2016. Advanced Industrial Engineering,


Industry 4.0. Bielsko-Biała.
10. Rubmann, Michael, Lorenz, Markus, Gerbert Philipp,
Waldner, Manuela, Judtus, Jan, Engel, Pascal and
Harnisch, Michael, 2015. Industry 4.0: The Future of
Productivity and Growth in Manufacturing Industries ,
BCG Perspectives
11. Sadiyoko, Ali, 2017. Industry 4.0, Ancaman,
Tantangan, atau Kesempatan? Sebuah Introspeksi
Menyambut Kemajuan Teknologi saat ini. Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan
12. Schoenberger, C.R., 2002. The Internet of Things.
Forbes Magazine. March 18.
13. US National Science Foundation, 2010. Cyber-Physical
Systems (CPS). Report [Online]. Available:
https://www.nsf.gov /pubs/ 2010/nsf10515.pdf.
Bab 3
Konsep Industri 4.0

3.1 Konsep Utama dan Komponen Industri 4.0

Baru beberapa tahun terakhir Industri 4.0 menarik


perhatian besar dari beberapa perusahaan manufakturing
dan sistem pelayanan serta beberapa perusahaan lainnya
ini tidak terlalu penting, yang paling penting yaitu
pengertian dari Industri 4.0. Industri 4.0 terdiri atas
integrasi dari fasilitas produksi, rantai pasok, dan sistem
pelayanan untuk meningkat jaringan penambahan nilai. Ini
memunculkan beberapa teknologi seperti big data
analytics, autonomous (adaptive) robots, cyber physical
infrastructure, simulation, horizontal and vertical
integration, Industrial Internet, cloud systems, additive
manufacturing, dan augmented reality sangat diperlukan
untuk perubahan. Titik terpenting adalah tersebarnya
penggunaan dari Industrial Internet dan hubungan
alternatif dalam jaringan kerja yang tersebar. Konsekuensi
dari pengembangan dalam Industrial Internet, dalam kata
lainnya yaitu Industrial Internet of Things (IIoT), sistem
pendistribusian, seperti wireless sensor networks, cloud
systems, embedded systems, autonomous robots dan

Konsep Industri 4.0 45


46 Konsep Industri 4.0

additive manufacturing harus saling terhubung satu sama


lainnya. Selain itu, additive robots dan cyber physical
systems untuk melengkapi integrasi, lingkungan berbasis
komputer akan didukung oleh simulasi dan 3D visualisasi
dan pencetakan. Semuanya, sistem keseluruhan
melibatkan analisis data dan beberapa macam peralatan
yang terkoordinasi pada pembuat keputusan real time dan
otonomi pada manufakturing dan proses pelayanan
(Ustundag, 2017).

Sementara itu membangun kerangka kerja, sensor


jaringan, peralatan pemprosesan real time, dasar aturan,
dan kelengkapan autonomous adalah antar penetrasi serta
yang lainya untuk pengumpulan real time dari
manufakturing dan data sistem pelayanan. Dalam pemesan
pada usulan kerangka kerja yang mana alamat di dalam
studi ini, bagian ini memberikan informasi yang lengkap
tentang teknologi pendukung dan prinsip perancangan
perlu digaris bawahi untukimplementasi industri 4.0
dengan kasus real time dan contohnya. Setelah itu
kerangka kerja yang diusulkan diperkenalkan pada prinsip
perancangan dan teknologi pendukung pada kontek sistem
operasional termasuk smart product (produk pintar) dan
smart processes (prose pintar) (Ustundag, 2017).
Konsep Industri 4.0 47

Gambar 3.1 Komponen Smart Industry


(smartindustry.nl, 2018)

3.2 State of art

Untuk keberhasilan suatu sistem beradaptasi pada Industri


4.0, tiga fitur akan dimasukan didalamnya yaitu: (1)
integrasi horizontal via rantai nilai, (2) integrasi vertikal dan
nettworking dari manufakturing atau sistem pelayanan, dan
(3) antar rekayasa dari rantai nilai secara keseluruhan
(Wang et al, 2016). Integrasi vertikal membutuhkan
kecerdasan silang yang terkait dan digitalisasi unit bisnis
dalam tingkatan hirarki organisasi yang berbeda. Oleh
karena itu, integrasi vertikal membolehkan transformasi
pada pabrik pintar memproduksi produknya secara fleksibel
(berubah-rubah) untuk melayani banyak pelanggan dengan
ukuran lot kecil dengan tingkat keuntungan yang tinggi.
48 Konsep Industri 4.0

3.3 Teknologi Pendukung Industri 4.0

Industri 4.0 merupakan perpaduan atau integrasi dari


beberapa teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Terdapat 9 (sembilan) teknologi utama yang menjadi pilar
penopang dari kerangka konsep Industri 4.0 ( Rubmann et
al, 2015 ) yaitu: 1) Internet of Things; 2) Cyber Security
(Keamanan Dunia Maya); 3) Cloud; 4) Additive
Manufacturing; 5) Augmented realty; 6) Big Data and
Analytics; 7) Autonomous Robots; 8) Simulation; dan 9)
Integrasi Sistem, baik secara horizotal maupun vertikal;
Beberapa nama teknologi mungkin sudah akrab ditelinga,
namun ada juga yang belum. Karena itu akan diterangkan
masing-masing teknologi tersebut diatas.

1. Internet of Things (IoT)

Saat ini, belum banyak sektor produsen yang memproduksi


mesin dan sensor untuk industri yang menghasilkan sensor
serta mesin yang mampu terkoneksi dengan jaringan dan
menggunakan komponen embedded computing. Namun
dengan IoT, akan semakin banyak sensor dan mesin yang
dilengkapi kemampuan untuk terhubung ke jaringan
internet. Selain produk sensor dan mesin, bahan setengah
jadi yang sedang dalam proses produksi dapat ditempel
Konsep Industri 4.0 49

atau ditanam dengan kemampuan komputasi.


Menanamkan teknologi Radio-Frequency Idebtification
(RFID) pada sebuah mesin, sensor maupun produk dapat
membuat komponen-konponen tersebut “saling
berkomunikasi”, dan juga dengan kendali proses produksi
didekatnya.

Gambar 3.2 Teknologi Pendukung Utama Industri 4.0


(Rubmann, 2015)

Contoh aplikasi teknologi ini dapat dilihat pada fasilitas


produksi perusahaan Bosch Rexroth, Jerman yang
melengkapi proses produksinya dengan teknologi Radio-
Frequency Identification (RFID). Dengan teknologi ini,
apabila sebuah komponen datang ke sebuah mesin, maka
50 Konsep Industri 4.0

mesin tersebut akan mengetahui proses apa saja yang


harus dilakukan terhadap komponen tersebut.

Penerapan Industrial Internet of Things (IIoT) dalam


proses manufaktur merupakan langkah awal dalam
mewujudkan sebuah pabrik pintar (smart factory), sperti
yang disyaratkan dalam kerangka industri 4.0.

Gambar 3.3 Integrated supply chain with RFID di Savi


Technologies, a division of Lockheed Martin,
Lawrenceville, GA. (Jones and Chung, 2011)
Konsep Industri 4.0 51

Gambar 3.4 Proses Scanning RFID Pada Sebuah Produk


(Swedberg, 2014)

2. Cyber Security

Dengan digunakannya internet sebagai sarana komunikasi


antara produk dengan proses, dan juga komunikasi antara
satu sistem dengan sistem lainnya, maka faktor-faktor
keamanan terhadap data juga harus diperkuat. Dengan
meningkatnya konektivitas dan penggunaan protokol
komunikasi standar yang akan berlaku pada kerangka kerja
Industri 4.0, maka kebutuhan untuk perlindungan atas
sistem industri dan proses manufaktur yang kritis juga akan
semakin meningkat. Untuk masa depan, kebutuhan akan
sebuah sistem komunikasi antar proses dan produk yang
52 Konsep Industri 4.0

aman dan handal akan menjadi sebuah kebutuhan yang


sangat mendasar bagi sebuah industri.
Untuk antisipasi dalam ranah teknologi cyber security ini,
beberapa perusahaan IT dan manufaktur telah
mengadakan kerjasama pengembangan. Cisco Systems
sebagai salah produsen hardware dan software jaringan IT,
mengadakan kerjasama dengan Rockwell Automation dan
beberapa pihak lain untuk mengembangkan beberapa
standar komunikasi data untuk industri serta beberapa
hardware pendukungnya ( Cisco System, 2018).

Gambar 3.5 Contoh Kerangka Kerja Cyber Security


Services (Symantec, 2018)
Konsep Industri 4.0 53

3. Cloud

Teknologi Cloud (Awan) merupakan salah satu teknologi


informasi berbasis internet yang menyediakan sumber daya
pemrosesan komputer dan data bersama untuk
kepentingan informasi atau komputer serta perangkat lain
sesuai permintaan. Ini adalah model untuk memungkinkan
sebuah proses komputasi dapat dilakukan dimana saja dan
sesuai permintaan (sebagai contoh: jaringan komputer,
server, penyimpanan data, aplikasi dan layanan).

Dengan menggunakan teknologi cloud perusahaan yang


tidak memiliki kemampuan mengelola data dengan baik,
tetap dapat memaksimalkan penggunaan data atau
informasi yang dimilikinya untuk mengoptimalkan tujuan
bisnisnya, namun dengan upaya menajemen data yang
minimal. Teknologi cloud memberikan layanan bagi
perusahaan dan atau pribadi untuk menyimpan serta
mengolah data mereka, baik milik pribadi, perusahaan
ataupun data pihak ketiga, yang secara fisik terpisah sangat
jauh lokasinya.
54 Konsep Industri 4.0

Gambar 3.6 Teknologi Cloud (Symantec, 2018)

Dengan kemampuan penyimpanan yang tak terbatas, para


pengguna cloud akan dapat mengolah semakin banyak
informasi. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan bagi
perusahaan untuk membuat informasi tersebut dapat
diakses dan ditindaklanjuti. Industri 4.0 memerlukan lalu-
lintas data dan informasi besar, aman dan handal. Karena
itu, perusahaan yang akan mengaplikasikan konsep
Industri 4.0 tidak mungkin dapat menangani kebutuhan
pengolahan datanya sendiri. Untuk perusahaan yang tidak
mempunyai basis teknologi informasi yang kuat, teknologi
cloud merupakan salah satu solusi yang masuk akal.
Kolaborasi merupakan langkah terbaik anatar entitas usaha
Konsep Industri 4.0 55

yang akan muncul dimasa mendatang, dalam penyediaan


data dan sumber daya komputasi bersama.

Untuk penyedia layanan teknologi cloud , ada beberapa


perusahaan yang aktif dalam bisnis tersebut diantaranya
Oracle Corporation, dan General Electric (GE). Salah
perusahaan pengguna platform cloud Oracle, mengatakan
teknologi cloud merupakan cara aman bagi perusahaan
untuk menyimpan, mengolah dan menganalisis data dari
perangkat industri mereka. Dengan menggunakan platform
cloud mereka mampu ‘mengoptimalkan proses bisnisnya,
memungkinkan rantai pasokan yang lebih efisien, dan
menyediakan sistem pemeliharaan yang preditif, bahkan
preventif’ (Paige, 2017).

Penelitian yang dilakukan Oracle menemukan fakta bahwa


60% dari perusahaan bisnis di Amarika Serikat memiliki
infrastruktur IT yang kaku, yang justru menahan mereka
untuk melakukan inovasi lebih lanjut. Data yang sama juga
menyatakan bahwa proses inovasi terhambat karena
pendekatan yang salah pada sistem cloud perusahaan
tersebut. Kesimpulanya walaupun perusahaan atau
seseorang sudah memiliki kemampuan dibidang IT
(Teknologi Cloud) namun mereka belum tentu memiliki
pengalaman dan wawasan dalam memandang
56 Konsep Industri 4.0

permasalahan yang terjadi di perusahaannya secara


terpadu.

Kesalahan yang sering terjadi yaitu: pengembangan sistem


IT hanya bersifat lokal dan temporer (bersifat ad hoc) dan
ada indikasi bahwa entitas bisnis menolak bekerja sama
untuk menerapkan standar yang diberlakukan di seluruh
perusahaan ke lingkungan cloud, padahal standar ini sangat
diperlukan pada penyusunan infrastruktur, platform dan
aplikasi perangkat lunak (Oracle Corporation, 2016).

Berdasarkan pengamatan, keadaan ini juga banyak terjadi


pada sebagian besar perusahaan di Indonesia.
Ketidakmauan untuk membuka standar perusahaan kepada
konsultan ataupun IT solution provider menjadi kendala
utama kenapa banyak sistem IT di perusahaan tersebut
gagal ataupun tidak optimal dalam penngunaannya. Selain
masih banyak yang belum percaya akan kemampuan
teknologi IT dalam membantu meningkatkan efisien,
produktivitas, serta kinerja perusahaan.

Sekarang ini, beberapa perusahaan sudah menggunakan


teknologi cloud pada proses bisnisnya. Namun dengan
adanya Industri 4.0, kebutuhan untuk berbagi data akan
semakin meningkat serta bersifat lintas lokasi dan lintas
Konsep Industri 4.0 57

perusahaan. Pada saat yang sama, kinerja dari teknologi


cloud juga semakin meningkatkan kecepatan, keamanan,
serta kehandalannya. Akibatnya akan adanya peningkatan
penggunaan cloud untuk menyimpan dan mengolah data
dari proses produksi (dari mesin, sensor, komponen, serta
produk).

4. Additive Manufacturing

Teknologi additive manufacturing merupakan proses yang


digunakan untuk memebangun sebuah obyek berdimensi
tiga secara berlapis, dimana proses pembentukannya
dimulai dari lapisan terbawah dan berturut-turut lapisan
demi lapisan diatasnya. Bentuk benda yang dapat dibuat
menggunakan teknologi ini mencakup hampir semua
model geometri, sejauh model datanya dapat dibentuk
menggunakan perangkat lunak desain 3D. Untuk segi
bentuk, teknologi ini mampu memproduksi sebuah benda
yang sangat rumit bentuknya, bahkan mustahil dikerjakan
dengan teknologi konvensional saat ini.

Teknologi ini memungkinkan sebuah benda diproduksi dari


tempat yang jauh. Seorang pengguna dapat mengunduh
file desain 3 dimensi dari cloud dan kemudian mencetaknya
menggunakan printer 3D. Teknologi ini ditambah dengan
58 Konsep Industri 4.0

internet, memungkinkan proses produksi dapat dilakukan


dimana saja, sejauh tersedia koneksi internet dan printer
3D. Dimasa depan, bengkel-bengkel tidak perlu memiliki
mesin-mesin produksi berbagai macam. Cukup mempunyai
sebuah printer 3D dan persediaan material yang sesuai
serta koneksi internet.

Sebuah pertanya muncul yaitu apakah keahlian atau


keterampilan tangan manusia dalam memproduksi sebuah
produk akan hilang?. Kemungkinan besar tidak akan
langsung menghilang, namun sedikit demi sedikit
berkurang hingga disatu titik muncul keahlian baru yang
menggabungkan keahlian tangan dengan kemampuan
mesin dalam mencetak produk. Sekali lagi, dalam teknologi
digital ini, ukuran dimensi produk bukan lagi menjadi
masalah.

Gambar 3.7 Bentuk Obyek 3D Yang Mampu Dibentuk


Menggunakan Teknologi Additive Manufacturing dan
Contoh Printer 3D (Badiru, 2017)
Konsep Industri 4.0 59

Kemudahan yang diberikan teknologi additive


manufacturing dalam proses produksi inilah yang akan
mendorong proses implementasi Industri 4.0 semakin
terlaksana.

Gambar 3.7 Mesin Printer 3D Skala Industri


(Badiru, 2017)

Gambar 3.8 3D-printed titanium preform before final


machining. (Courtesy ofGeneral Dynamics Land Systems.)
(Badiru, 2017)
60 Konsep Industri 4.0

Gambar 3.9 3D-printed concepts with cooling fins version


(Courtesy ofGeneral Dynamics Land Systems.) (Badiru,
2017)

5. Augemented Reality

Ada beberapa definisi mengenai augmented reality atau


realitas tertambah, atau kadang dikenal dengan singkatan
bahasa Inggrisnya AR. AR merupakan teknologi yang
menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun
tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga
dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut
dalam waktu nyata (real time) (commoncraft.com, 2008).
Selain itu berdasarkan Oxford Dictionaries, Teknologi
augmented reality (AR) merupakan sebuah teknologi yang
Konsep Industri 4.0 61

menggabungkan citra bentukan komputer dengan dunia


nyata disekitarnya; biasanya dilakukan menggunakan
sebuah alat pandang yang dipasang dimata (virtual
google).

Gambar 3.10 Augmented Reality di Manufaktur


(Smart2Zero, 2016)

Saat ini teknologi augmented reality masih dalam tahap


permulaan, namun dimasa depan, perusahaan dapat
memanfaatkan teknologi ini sebagai pengganti buku
manual yang mungkin sangat rumit dipahami oleh seorang
pekerja. Dengan menggunakan teknologi AR ini, pekerja
akan dapat diberikan informasi secara real time tentang
langkah-langkah yang harus dikerjakan, sehingga akan
meningkatkan proses pengambilan keputusan dan
prosedur kerja. Dengan teknologi ini, proses belajar akan
semakin menarik dan cepat dipahami.
62 Konsep Industri 4.0

Gambar 3.11 Augmented Reality di Animasi


(commoncraft.com, 2008)

Selain untuk membantu pekerjaan di tempat proses


produksi, teknologi AR ini juga banyak dikembangkan untuk
dunia pendidikan. Pemahaman tentang terjadinya proses
erupsi gunung berapi misalnya, dapat mudah dipahami oleh
siswa tingkat SD dengan hanya menggunakan AR google
dan model 3D gunung berapi didepannya. Ilustrasi tentang
naiknya lava ke puncak gunung dan keluarnya lava tersaji
di layar google dengan latar belakang model gunung apa
saja yang ada.

Aplikasi lainnya adalah game. Tentu kita masih ingat akan


dengan permainan “Pokemon Go” yang sempat booming
lima tahun lalu. Aplikasi game tersebut merupakan salah
satu aplikasi yang menggabungkan teknologi
telekomunikasi bergerak, internet, augmented reality serta
Konsep Industri 4.0 63

big data. Semua teknologi tersebut secara apik tersaji


dalam sebuah aplikasi untuk sebuah gadget. Teknologi AR
diprediksi akan merevolusi cara manusia belajar dan
berlatih. Dengan tersediannya koneksi internet dan cloud,
maka data dapat diakses darimana saja dan disajikan di
google AR atau sistem AR lain yang dimiliki. Beberapa nama
besar di dunia digital seperti Google, Microsoft dan Apple
sudah mengeluarkan beberapa produknya saat ini, namun
aplikasinya masih terbatas. Beberapa perusahaan otomotif
juga mengembangkan teknologi ini untuk proses reparasi
produk-produknya.

Gambar 3.12 Google Glass dari Google


(Google Corporation, 2014)

6. Big Data dan Analitik

Teknologi big data and Analytic ini mrupakan teknologi


yang berkaitan dengan proses analisis terhadap sejumlah
data yang sangat besar. Sebenarnya teknologi ini muncul
64 Konsep Industri 4.0

sudah lama di dunia komputasi data, namun baru muncul


belakangan ini di dunia manufaktur. Kebutuhan analisis
data yang sangat banyak mulai muncul ketika proses
produksi membutuhkan informasi yang sangat banyak dari
proses mesin dan produk yang sedang dibuat. Singkat kata,
konsep smart factory tidak akan berarti apa-apa tanpa
adanya kemampuan mengolah data dalam jumlah sangat
banyak. Kemampuan mengolah big data akan
mengoptimalkan kualitas produksi, menghemat energi dan
meningkatkan layanan peralatan. Dalam konteks Industri
4.0, proses pengumpulan dan evaluasi komprehensif
terhadap data dari berbagai peralatan, material dan sistem
produksi, bahkan sistem hubungan perusahaan-konsumen
akan menjadi standar dalam mendukung proses
pengambilan keputusan yang real-time.

Gambar 3.13 Pusat Data Facebook di Swedia


(http://www.quora.com)
Konsep Industri 4.0 65

Sebagai contoh, perusahaan manufaktur infineon, berhasil


menurunkan rasio kegagalan produk dengan cara
menghubungkan data yang diperoleh pada saat tahap uji
produk ditahap akhir produksi dengan data yang
dikumpulkan selama proses produksi sebelumnya. Dengan
cara ini, infineon dapat mengidentifikasi pola-pola yang
membatu melepaskan chip rusak pada awal proses
produksi dan meningkatkan kualitas produksi.

Dimasa depan, para matematikawan, fisikawan, dan


insinyur IT akan makin bekerja sama untuk mengatasi
masalah-masalah yang sekarang belum terlihat. Karena
semakin banyak data, maka waktu pengolahan juga
semakin meningkat, kemungkinan terjadi kesalahan pun
juga meningkat. Masih banyak celah yang terbuka untuk
mengembangkan berbagai teori dan aplikasi dibidang big
data ini.

7. Autonomous Robot

Robot telah digunakan di banyak industri terutama untuk


mengatasi tugas kompleks. Namun teknologi robotik terus
berkembang untuk makin meningkatkan utilitasnya. Sistem
robot menjadi lebih otonom, fleksibel, dan mampu bekerja-
sama. Robot mampu berinteraksi dengan sesamanya dan
66 Konsep Industri 4.0

bekerja-sama dengan manusia dengan aman dan memiliki


kemampuan belajar dari manusia. Seiring dengan waktu,
biaya implementasi sistem robotik akan makin murah
dengan kemampuan yang makin meningkat dibandingkan
dengan kemampuannya sekarang. Beberapa perusahaan
pembuat robot sudah mengeluarkan robot yang mampu
bekerja-sama. Contohnya KUKA produsen robot dari Eropa,
menawarkan robot otonom yang mampu berinteraksi satu
sama lainnya. Robot ini saling berhubungan sehingga
mereka dapat bekerja-sama dan secara otomatis
menyesuaikan tindakan mereka agar sesuai dengan produk
yang belum selesai di lini produksi. Sistem sensor mutahir
dan unit kendali memungkinkan kerjasama yang aman
dengan manusia. Tidak mau kalah dengan KUKA rekannya
di Jerman, pemasok robot-industri ABB meluncurkan robot
YuMI. Robot ini merupakan robot dengan dua lengan yang
dirancang khusus untuk merakit produk (seperti elektronik)
bersama manusia. Material kedua lengan robot yang lunak
serta adanya sistem komputer visi memungkinkan robot ini
aman berinteraksi dengan manusia.
Konsep Industri 4.0 67

Gambar 3.14 Kerjasama antara Manusia dan Robot di


Industri (http://www.bosch-presse.de)

Gambar 3.15 Interaksi antar Robot (KUKA)


68 Konsep Industri 4.0

Gambar 3.16 Interaksi antara robot YuMi dengan Manusia


(ABB)

8. Simulation

Simulasi dalam bidang teknik produksi dapat diartikan


sebagai sebuah teknologi yang mampu menampilkan dan
meniru berbagai sifat dari sebuah produk atau proses
kedalam layar komputer. Pada tahapan perancangan
sebuah produk, simulasi 3D dari produk, material dan
proses yang akan dilakukan sudah disimulasikan terlebih
dahulu agar hasil yang diperoleh pada saat implementasi
lebih optimal.

Namun dimasa depan, simulasi juga akan


diimplementasikan secara global di tahapan proses
Konsep Industri 4.0 69

produksi. Simulasi pada tahap ini akan menggunakan data


real-time dari lantai produksi dan kemudian ditampilkan
secara virtual kepada pengguna. Data yang mapu
ditampilakan tidak hanya bentuk dan posisi material saja,
namun juga status dan posisi mesin dan manusia. Simulasi
ini akan membantu seorang operator untuk menguji dan
mengoptimalkan pengaturan mesin dilingkungan virtual
sebelum diimplementasikan kedalam sistem nyatanya. Hal
ini tentu akan mengurangi waktu setup mesin dan
meningkatkan kualitas produk.

Gambar 3.17 Simulasi Interaksi dari Hand Guide KUKA


LBR iiwa 14r820 dengan 6D Virtuose (KUKA)

Di Jerman, KUKA, Siemens dan beberapa perusahaan


permesinan lainya, mengembangkan sebuah mesin vitual
yang mampu mensimulasikan proses permesinan dari
sebuah produk dengan menggunakan data real-time dari
70 Konsep Industri 4.0

mesin fisiknya. Proses simulasi ini ternyata berhasil


menurunkan waktu setup untuk proses permesinan yang
sebenarnya sebesar 80%.

Gambar 3.18 Prototype of human-robot collaboration in


Amarok assembly line, Volkswagen Commercial Vehicles

Gambar 3.19 Perangkat Lunak Simulasi Proses dari


Siemens
Konsep Industri 4.0 71

9. Integrasi Sistem

Yang dimaksud dengan integrasi sistem disini yaitu


integrasi sistem IT disebuah perusahaan manufaktur. Saat
ini, sebagian besar sistem IT tidak terintegrasi sepenuhnya.
Perusahaan, pemasok, dan pelanggan jarang terhubung
erat. Bahkan banyak ditemui di sebuah perusahaan, sistem
IT antar departemen seperti departemen pemasaran dan
pejualan, engineering, produksi dan perencanaan produksi
(PPIC) tidak terhubung satu sama lain sistem IT-nya.
Masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri dan tidak
mampu mengoptimalkan kemampuan sistem IT yang ada.
Jika fungsi-fungsi horizontal antar departemen saja tidak
dapat tercapai, maka fungsi dari perusahaan ketingkat
lantai produksi dapat dipastikan juga tidak akan terintegrasi
sepenuhnya. Selain itu jangankan fungsi antar departemen,
bahkan di departemen produksipun sering tidak mampu
mengintegrasikan proses-proses di dalamnya, dari produk
ke proses produksi ke proses otomasi.

Namun dengan adanya konsep Industri 4.0. Integrasi


sistem IT di dalam perusahaan, termasuk tiap-tiap
departemen, fungsi dan kemampuannya akan jauh lebih
menyatu. Jika Integrasi data antar-perusahaan, akan
berkembang sebuah jaringan data universal yang
72 Konsep Industri 4.0

memungkinkan terciptanya rantai nilai yang benar-benar


otomatis.

Gambar 3.20 Konsep Integrasi Sistem Logistik (DHL)

Contoh terciptanya integrasi sistem IT yaitu diluncurkanya


platform kolaborasi desain untuk industri
dirgantara/penerbangan dan pertahanan Eropa yang
disebut AirDesign. AirDesign merupakan hasil kolaborasi
dari Dassault Systemes dan BoostAeroSpace, yang
berfungsi sebagai ruang kerja bersama untuk melakukan
desain dan kolaborasi manufaktur dan tersedia layanan
pada sistem cloud pribadi. Platform AirDesign ini mampu
bertugas mengatur pertukaran data produk dan produksi
Konsep Industri 4.0 73

yang sangat kompleks di antara para mitra yang


memanfaatkan AirDesign ini.

Di masa depan, cikal bakal integrasi sistem IT seperti


AirDesign ini akan semakin banyak dilakukan. Hal ini akan
mengarah pada pembentukan sebuah standar yang akan
berlaku secara universal dan global.

Gambar 3.21 Konsep Integrasi AirDesign (Dassault


Systemes)

Referensi

1. Anonim, 2018. Cisco and Rockwell Automation. Cisco


Systems, [Online]. Available: http://www.cisco.com
74 Konsep Industri 4.0

/c/en/us/solution/ industries/ manufacturing/rockwell-


automation.html.
2. Bartodziej Christoph Jan, 2017. The Concept Industry
4.0, An Empirical Analysis of Technologies and
Applications in Production Logistics. Springer Gabler,
Germany.
3. DHL, 2013. Big data In Logsitics, A DHL Perspective on
How to Move Beyond The Hype. DHL Customer Solution
& Innovation.
4. Dilchrist, Alasdair, 2016. Industry 4.0L The Industrial
Internet of Things. Apress
5. Jones Erick C., and Chung Christopher A., 2011. RFID
and Auto ID in Planning and Logistics A Practical Guide
for Military UID Applications. CRC Press is an imprint of
Taylor & Francis Group, an Informa business.
6. http://www.commoncraft.com/video/augmented-
reality
7. http://www.Siemens.com
8. Oracle, 2016. Cloud: Opening Up The Road to Industry
4.0. Project Report.
9. Oxford Dictionaries, Augmented Reality
10. Paige, 2017. Why Cloud Computing is Crucial for
Industry 4.0. Edgy Labs.
Konsep Industri 4.0 75

11. Pascual, Diego Galar, Daponte, Pasquale, and Kumar,


Uday, 2020. Handbook of Industry 4.0 and Smart
Systems. CRC Press, Taylor & Francis Group.
12. Plinta Dariusz, 2026. Advanced Industrial Engineering.
i Bielsko-Biała.elsko-Bia
13. Sadiyoko, Ali, 2017. Industry 4.0, Ancaman, Tantangan
, atau Kesempatan? Sebuah Introspeksi Menyambut
Kemajuan Teknologi saat ini. Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Katolik Parahyangan.
14. Smart2Zero, 2016. Augmented Reality Visualises
Complex Production Processes, [Online]. Available:
http://www. smart2zero. com/news/augmented –
reality – visualises – complex – production - processes
15. Swedberg C., 2014. RFID Improves Efficiency and
Transparency at Rehau’s Bumper Factory. RFID
Journal.
16. Symantec, 2018. Smarter Security for Manufacturing In
The Industry 4.0 Era. Whitepaper
17. Ustundag Alp, and Cevikcan Emre, 2018. Industry 4.0:
Managing The Digital Transformation. ©Springer
International Publishing Switzerland.
18. Wang S., Wan J., Zhang D., Li D., Zhang C., 2016.
Towards smart factory for Industry 4.0: a self-
76 Konsep Industri 4.0

organized multi-agent system with big data based


feedback and coordination. Comput Netw 000:1–11.
Bab 4
Roadmap Industri 4.0

4.1 Penerapan Industri 4.0 di Eropa

Sebagai sumber konsep Industri 4.0, negara-negara Eropa


Barat dengan dimotori Jerman, sudah mulai menyusun
langkah-langkah untuk mewujudkan konsep Industri 4.0.
Sakarang ini telah ada 200 lebih perusahaan yang akan ikut
serta mendukung program ini, dengan invetasi sekitar 140
milyar euro. Karena merupakan program unggulan Eropa
yntuk meningkatkan daya saing produknya, maka platform
Industri 4.0 ini diikuti oleh industri inti Eropa.

Beberapa industri yang menjadi sasaran implementasi


Industri 4.0 ini merupakan industri manufaktur dan teknik,
industri otomotif, industri proses, industri elektronika, dan
sistem elektrik serta industri informasi dan komunikasi.
Dengan nilai investasi sebesar ini, platform Industri 4.0
diharapkan akan meningkatkan efisiensi dan mengurangi
biaya produksi di sepanjang rantai nilai industri terkait
(Koch, 2017).

Roadmap Industri 4.0 77


78 Roadmap Industri 4.0

Gambar 4.1 Nilai Investasi Untuk Implementasi


Industri 4.0(Koch, 2017)

4.2 Pelopor Industri 4.0

Beberapa perusahaan mempunyai ide pengembangan


inovatif untuk pembagian aktivitas dari unit bisnis mereka
untuk Industri 4.0. Diharapkan banyak perusahaan yang
lain mengikutinya. Dibawah ini contoh beberapa
perusahaan dari berbagai negara yang memperlihatkan
bahwa merka telahmenerapkan unit produksinya sebagai
smart factory . Perusahaan-perusahaan tersebut yaitu:

4.2.1 Trumpf

Trumpf merupakan salah satu perusahaan di jerman yang


membuat perkakas, sebagai pelopor penerapkan konsep
Roadmap Industri 4.0 79

Industri 4.0 dalam menjalankan produksinya dengan


menerapkan konsep Industri 4.0 pada pememasoknya,
menerapakan sistem produksi pintar serta dengan
komponen dan produk pintar yang dibuat. Sebagai contoh
pelanggan akan menerima gambar dari mesin secara real-
time selama proses produksi sampai produk yang dipesan
oleh pelagan tersebut selesai dibuat.

4.2.2 Siemen

Siemen merupakan raksasa manufaktur dari Jerman, telah


menerapakan konsep Industri 4.0 untuk solusi di rekayasa
kesehatan. Produk rekayasa kesehatan yang dibuat yaitu
sikut dan lutut buatan (artificial knee) dan hip joint, selain
itu siemen dapat memproduksi implant dengan waktu 3
sampai 4 jam.

4.2.3 Rolls-Royce

Rolls-Royce produsen mesin-British Aero menggunakan


teknologi 3D printing to memproduksi komponen pada
mesin jet. Dengan menggunakan teknologi 3D printing
untuk komponen tersebut maka lama untuk memenuhi
pemesanan produk/komponen pelanggannya paling lama
18 bulan.
80 Roadmap Industri 4.0

4.2.4 Dassault Systems

Dassault System merupakan penyedian software dari


Perancis dalam mengembangkan produknya
menggunakan 3D platform, dalam memproduksi produknya
menggunakan simulasi yang real-time penerapannya
menggunakan teknologi Cloud Computing.

4.3 Posisi Indonesia

Konsep Industri 4.0 memang sedang dibangun dan


berkembang di Eropa Barat dan juga negara industri maju
lainnya. Lalu bagaimana dengan Indonesia?. Untuk
Indonesia adanya Industri 4.0 ini harus disingkapi dengan
hati-hati, mengingat Indonesia sudah bukan lagi negara
yang terbelakang dalam hal manufaktur. Dalam laporan
hasil penelitian Mckinsey Global Institute (MGI) mencatat
bahwa pada tahun 2010 Indonesia berada diperingkat 13
dari 15 negara yang ekonominya ditopang oleh sektor
manufaktur. Naik dari peringkat ke-20 di tahun 2000
(Mayinka, 2012).

Dengan semakin meningkatnya sumbangan sektor


manufaktur terhadap perekonomian Indonesia, maka
sekecil apapun kemajuan teknologi dibidang manufaktur,
Roadmap Industri 4.0 81

dampaknya akan terasa besar bagi ekonomi kita. Dalam


laporannya yang lain MGI juga memprediksi bahwa
kekuatan ekonomi Indonesia akan berada di peringkat ke-
7 dunia pada tahun 2030. Prediksi ini juga disertai catatan
bahwa hal ini dapat tercapai jika Indonesia mampu
meningkatkan tingkat produktivitasnya. Perlu diketahui,
kekuatan ekonomi Indonesia saat ini berada di peringkat
ke-16.

Namun peningkatan kekuatan ekonomi ini lebih ditopang


oleh meningkatnya nilai konsumsi masyarakatnya. Ada
tambahan konsumen potensial hingga 90 juta orang hingga
tahun 2030 (Oberman et al., 2012). Hal ini sebaiknya
jangan dipandang sebagai sebuah beban demografis,
namun harus dilihat sebagai potensi pasar konsumsi yang
sangat besar yang tentunya harus dapat dijadikan sebagai
penggerak roda perekonomian nasional untuk lebih maju
lagi. Pasar potensial ini harus mampu digarap oleh industri
dalam negeri kita, bila tidak ingin potensi ini dimanfaatkan
oleh negara maju.

Data selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa


peningkatan produktivitas tenaga kerja menyumbang lebih
dari 60% perkembangan ekonomi nasional, dengan 3
sektor utamanya: sektor perdagangan (grosir dan eceran),
82 Roadmap Industri 4.0

sektor peralatan transportasi dan manufaktur serta


transportasi dan telekomunikasi. Berdasarkan pengalaman
selama 20 tahun ini, kecil kemungkinannya akan terjadi
pergeseran secara dratis pada sektor-sektor penggerak
ekonomi ini.

Tabel 4.1 Parameter Peningkatan Ekonomi Indonesia


(MGI, 2016)
Parameter 2016 2030
Peringkat 16 7
Ekonomi Dunia
Potensi 45 juta 135 juta
Konsumen
Demografi GDP 53% pddk kota 71% pddk kota
menghasilkan menghasilkan
74% GDP 86% GDP
Kebutuhan 55 juta 113 juta
Tenaga Kerja
Terampil
Nilai Pasar $0,5 Triliun $1,8 Triliun
Sektor Jasa, Pertanian, Perikanan, Sumber
Daya Alam dan Pendidikan

Dengan adanya Industri 4.0, diperkirakan kebutuhan akan


tenaga kerja terampil juga akan meningkat. Namun khusus
kasus Indonesia, mungkin akan perlu sedikit penyesuaian.
Skema Industri 4.0 yang berlaku di negara-negara Eropa
harus diadaptasikan dengan lingkungan Indonesia.
Teknologi digital yang menjadi landasan Industri 4.0 harus
Roadmap Industri 4.0 83

juga diarahkan untuk memperkuat sektor pertanian,


perikanan, jasa, sumber daya alam, dan pendidikan.

Sebagai basis industri elektronika dan otomotif dunia,


Indonesia mau tidak mau pasti akan terimbas akan
teknologi yang ada di konsep Industri 4.0 ini, mengingat
Jepang, sebagai investor industri terbesar di Indonesia,
juga mulai memikirkan implementasi Industri 4.0 di
perusahaan-perusahaannya (Matsutani, 2016) , bahkan
sekarang ini di negaranya perusahaan yang bergerak di
industri elektronik, industri otomotif telah mulai
mengembangkan konsep Society 5.0, yang merupakan
penyempurnaan dari Industri 4.0, yang disesuaikan dengan
budaya dan etos kerja di negaranya.

Di Indonesia, industri yang akan terimbas dampak Industri


4.0 bukan hanya industri manufaktur elektronika dan
otomotif saja, namun juga industri kesehatan dan
bioteknologi. Dengan dampaknya yang sangat luas bagi
kualitas kesehatan seluruh rakyat Indonesia, Implementasi
Industri 4.0 di industri kesehatan dan bioteknologi tidak
dapat dianggap ringan. Bioteknologi merupakan dasar
dalam semua proses bioterapi farmasi. Pengguna teknologi
robotik akan banyak diterapkan untuk memanipulasi
berbagai bahan biologis yang dapat dipakai sebagai terapi
84 Roadmap Industri 4.0

untuk berbagai kondisi dan jenis penyakit, terutama yang


bersifat mematikan, Sebagai contoh untuk merawat pasien
pandemik COVID-19 teknologi robot dapat dipakai sebagai
pengganti perawat. Beberapa teknologi yang akan
berkembang dan digunakan untuk penemuan-penemuan
baru adalah metode rekayasa DNA, metode komputasi
dalam pencarian obat baru, serta proses penemuan target
obat lewat mikrobiota organ manusia. Semua ini akan
memberikan peluang dikembangkannya obat-obatan baru
yang dapat mengurangi angka kematian dan sekaligus
meningkatkan kualitas hidup manusia (Tjandrawinata,
2016).

4.4 Teknologi Digital Indonesia

Sementara itu, kemajuan teknologi digital di Indonesia juga


sudah sedemikian majunya. Walau tingkat penetrasi
internet masih 34% (masih dibawah Filipina, Malaysia,
Singapura, China, dan Thailand), namun teknologi ini
menghubungakan para pengguna yang sangat aktif
terhubung di internet. Jumlah waktu yang digunakan
pengguna internet di Indonesia jauh melebihi wajtu yang
digunakan oleh penduduk Amerika Serikat (AS)
Penggunaan waktu untuk aktifitas di sisial media juga lebih
tinggi, serta jumlah pengguna yang menggunakan internet
Roadmap Industri 4.0 85

untuk melakukan belanja produk juga sudah melebihi AS


(Dhas et la., 2016).

Revolusi teknologi digital sendiri didorong oleh 4 teknologi


inti yang saat ini juga sedang sangat berkembang, yaitu:
mobile internet, teknologi cloud, Internet of Things serta
teknologi big data and advanced analytics. Keempat
teknologi ini merupakan kunsi utama untuk mempercepat
implementasi digital di Indonesia. Indonesia sudah memiliki
pengalaman dalam mengadopsi teknologi ini dan mapu
meletakkan pondasi yang kokoh dalam melakukan investasi
di masa mendatang.

Berdasarkan hal inilah, dapat dipastikan bahwa Indonesia


sudah memasuki era revolusi digital. Landasan paling dasar
dari implementasi kerangka kerja Industri 4.0 sudah siap,
tinggal bagaimana dunia industri di Indonesia
memanfaatkan peluang ini.

Jika memang benar bahwa industri manufaktur di


Indonesia juga akan mengadopsi konsep Industri 4.0, maka
tentunya akan banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah,
mengingat Industri 4.0 ini akan berdampak sistemik di
berbagai sektor. Berbagai kebijakan harus dirumuskan
86 Roadmap Industri 4.0

agar tercapai keseimbangan antara kenajuan teknologi


dengan supply-demand produk dan tenaga kerja.

Gambar 4.2 Kondisi Penggunaan Teknologi Digital


di Indonesia (Kagermann, 2013)

4.5 Antisipasi Industri 4.0

Walaupun konsep Industri 4.0 masih sangat awal, namun


konsep ini tidaklah prematur. Laju perkembangan teknologi
yang mendorongnya, membuat para penggagasnya tidak
bisa bersantai-santai. Banyak kebijakan nasional yang
belum ditentukan. Namun, beberapa kebijakan dasar dapat
diambil sebagai langkah awal menyiapkan diri terhadap
kedatangan Industri 4.0 ini.

Bedasarkan telaah pada beberapa kebijakan dasar dari


pemerintah AS dan Uni Eropa, dapat disarikan beberapa
(Smit et al., 2016) hal sebagai berikut:
Roadmap Industri 4.0 87

1. Berikan ruang dan invetasi bagi konsep Industri 4.0


untuk berkembang. Pemerintah harus percaya bahwa
perkembangan teknologi ini akan memberikan dampak
yang besar dan positif pada pertumbuhan produktivitas
nasional. Dukungan pemerintah pada lembaga
penelitian dan juga perguruan tinggi akan sangat
membatu dalam proses perkembangan Industri 4.0
yang selaras dengan kondisi Indonesia.
2. Berikan pendidikan dan latihan bagi para pekerja dan
calon pekerja, pekerjaan masa depan. Industri 4.0 akan
mengubah hampir semua pola kerja dan keterampilan
yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Semua
pekerja (calon pekerja) perlu diberikan pelatihan yang
sesuai sehingga mereka mampu menyelaraskan diri
dengan kemajuan teknologi. Sikap untuk terus mau
belajar harus ditanamkan dari dini sehingga mereka
tidak merasa stagnant pada pekerjaan atau
keahliannya.
3. Pada masa transisi perubahan teknologi, pemerintah
harus menyiapkan bantuan bagi pekerja yang terkena
imbas perkembangan teknologi ini. Para pembuat
kebijakan harus memastikan bahwa para pekerja dan
pencari kerja, keduanya mampu mengejar kesempatan
kerja yang terbaik dan posisi terbaik bagi mereka sesuai
dengan kemampuannya. Juga harus dipastikan bahwa
88 Roadmap Industri 4.0

mereka menerima upah penyesuaikan kerja yang


sesuai untuk pekerjaan mereka dalam bentuk kenaikan
upah. Termasuk pada langkah-langkah ini adalah usaha
untuk memodernisasi sistem sosial tenaga kerja dan
jaminan sosial lainnya.
4. Meningkatkan kesadaran tentang tantangan dan
peluang pada sektor-sektor yang terlibat dalam konsep
Industri 4.0 dan Industri Internet. Membantu
mengidentifikasi dan mengembangkan pasar utama
untuk produk dan jasa yang terkait dengan industri 4.0.

Tentu langkah-langkah kebijakan diatas tidak bisa


dicontoh, copy and paste begitu saja. Perlu ada
penyesuaian terhadap kondisi demografis, sosial, dan
ekonomi Indonesia. Namun paling tidak, sudah ada titik
awal untuk mulai melakukan kajian.

4.6 Pendidikan 4.0

Industri 4.0 akan merovolusi banyak hal, tidak terkecuali


bidang pendidkan. Konektivitas global (teknologi internet),
tersediannya mesin-mesin cerdas dan media baru,
hanyalah beberapa penggerak untuk membentuk kembali
cara pandang kita tentang definisi pekerjaan: apa itu
pekerjaan, bagaimana kita belajar dan bagaimana kita
Roadmap Industri 4.0 89

mengembangkan keterampilan untuk bekerja di masa


depan.

Gambar 4.3 Sistem Pembelajaran Menggunakan


Holodome (Fisk, 2017)

Kecepatan perubahan inovasi yang terus-menerus


menuntut keterampilan dan pengetahuan baru untuk dapat
menimbanginya. Kebutuhan untuk selalu belajar menjadi
lebih penting dibanding dengan pekerjaan itu sendiri (Fisk,
2017). Dimasa mendatang, manusia akan terbiasa untuk
memiliki lebih dari satu karir. Bukan karena harus
mencukupi kehidupannya. Namun lebih untuk
mengekplorasi kemampuan dirinya. Hap ini dapat dipenuhi
ketika sistem pembelajaran juga mampu menyediakan
sistem belajar yang efektif, efisien dan tentu saja menarik.
90 Roadmap Industri 4.0

Keterampilan kerja juga dapat dilatih menggunakan


teknologi augmented reality, selain bahwa akan ada banyak
sekali real-time virtual laboratory yang akan dibuka oleh
berbagai lembaga pendidikan khusus. Semua akan
memudahkan manusia untuk belajar dan berlatih. Fisk
(2017) mengusulkan sebuah platform pendidikan baru
untuk menyeleraskan dengan platform teknologi di Industri
4.0. Platform pendidikan ini disebut sebagai Education
4.0.

Berdasarkan kebutuhan yang diperlukan untuk


mempersiapkan tenaga-tenaga terdidik dan terampil yang
selaras dengan kemajuan dalam framework Industri4.0.
disimpulkan beberapa sifat dari konsep pendidikan
Education 4.0 yaitu:
1. Anywhere-anytime : dapat diakses dilokasi mana
saja dan kapan saja waktunya. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan penggunaan teknologi Internet,
cloud dan augmented reality.
2. Personal : bersifat pribadi, sesuai dengan kebutuhan
pengguna/siswa/mahasiswa.
3. Flexible delivery : peyampaiannya bersifat flexible,
namun tetapsesuai standar yang ditentukan.
4. Peers and mentors : walaupun penyampaian bahan
ajar sebagian besar dapat dilakukan secara virtual,
Roadmap Industri 4.0 91

namun tetap saja fungsi teman sejawat dan mentor


diperlukan. Pertemuan memang tidak perlu disebuah
tempat nyata (kelas), namun komunikasi haruslah
bersifat real-time, manusia ke manusia.
5. Why/Where not What/How : karena tersedianya
informasi yang sangat terbuka maka konsep sharing
ilmu tidaklah lagi berbentuk pernyataan “Apa” dan
“Bagaimana”. Hal ini tentu sangat tidak menarik,
karena hampir semua hal yang ditanyakan tersebut
sudah tersedia di internet. Oleh karena itu pertanyaan
pada suatu topik lebih baik berupa pertanyaan
Mengapa dan Dimana : dimana harus mencari, dimana
hal tersebut diperlukan dan lain sebagainya.
6. Practical application : aplikasi praktis dari teori yang
dipelajari selalu menarik minat lebih terhadap
siswa/mahasiswa. Generasi masa datang (generasi
milenial) akan memiliki pandangan yang lebih
pragmatis terhadap sebuah pelajaran. Saat inipun
sudah mulai terasa bahwa mengajarkan teori saja tidak
cukup tanpa adanya praktek aplikasi yang nyata.
7. Modular and project : hal ini merupakan konsekuensi
dari syarat nahwa pelajaran yang disampaikan harus
memiliki kegunaan praktis di dunia nyata. Modul dan
proyek untuk membuat sebuah
92 Roadmap Industri 4.0

aplikasi/eksperimen/produk, merupakan langkah untuk


mengevaluasi keberhasilan pembelajaran.

Gambar 4.4 Karakteristik Education 4.0


(Fisk, 2017)

8. Student ownership : hal ini berati keterlibatan


siswa/mahasiswa secara aktif terhadap pembentukan
kurikulum yang mereka pilih. Dengan melakukan hal
ini, maka kurikulum akan selalu kontemporer, up to
date dan berguna (disesuaikan kebutuhkan kerja).
Masukan kritis dari siswa/mahasiswa tentang isi dan
kesesuaian program yang mereka pilih merupakan
keharusan bagi seluruh program studi.
9. Evaluated not Examined : keberhasilan seorang
siswa/mahasiswa tidak lagi diukur dari hasil ujian,
Roadmap Industri 4.0 93

namun diukur dari akumulasi hasil evaluasi terus


menerus, sejak dari awal program. Saat ini, hal tersebut
masih menjadi utopia bagi sebagian besar
penyelenggara pendidikan. Namun dengan teknologi
yang semakin berkembang dan makin dapat diperoleh,
sistem penilaian seperti ini akan dapat terwujud.

Berdasarkan karakteristik pendidikan seperti diatas, maka


langkah terpenting yang harus mampu dilakukan sebuah
lembaga pendidikan adalah mampu mengantisipasi
perubahan karakteristik belajar generasi milenium yang
unik ini dan bukan hanya kokoh mempertahankan tradisi
saja.

Selaras dengan pekembangan Industri 4.0, pendidikan


harus mampu memberikan lingkungan dimana manusia dan
teknologi berjalan selaras. Mampu menyelaraskan diri
dalam memanfaatkan potensi teknologi digital, data yang
dipersonalisasi, konten dari berbagai sumber terbuka dan
nilai-nilai kemanusian baru yang terhubung secara global.
Sebuah cetak biru bagi masa depan pembelajaran harus
ditetapkan dari saat ini dimana pembelajaran seumur hidup
menjadi inti dari semuanya. Semua dimulai dari pendidikan
dasar, kemudian lanjut untuk terus belajar ditempat kerja
serta berperan lebih baik bagi lingkungannya.
94 Roadmap Industri 4.0

Oleh sebab itu untuk institusi pendidikan harus menyiasati


untuk menghadapi era Industri 4.0 dengan merancang
ulang sistem dan arah pendidikannya. Sehingga luaran
yang dihasilkan berupa alumni lulusan sudah siap
mengahadapi tantangan teknologi era Industri 4.0 yang
dihadapi. Alumni Lulusan harus paham tentang posisinya
didalam era revolusi industri ke-4 ini serta mampu
memanfaatkannya seoptimal mungkin untuk
mengembangkan karir dan pribadinya. Untuk alumni
lulusan tidak boleh gagap menghadapi perkembangan
teknolohi yang semakin cepat, bahkan harus mampu untuk
terus belajar agar mampu memanfaatkan kemajuan
teknologi tersebut agar dapat memainkan peran yang lebih
baik bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Referensi

1. Dhas, K., Gryseels, M., Sudhir, P., and Tan, K., 2016.
Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity. McKinsey
and Company, Report.
2. Fisk, P., 2017. Education 4.0...The Future of Learning
Will be Dramatically diffrerent, In School and
Throughout Life. [Online].
http://www.thegeniusworks.com/2007/01/future-
education-young-everyone-taught-together/.
Roadmap Industri 4.0 95

3. Kagermann, H., Wahlster, W., and Helbig, J., 2013.


Recommendation for Implememting The Strategic
Initiative Industrie 4.0-Securing The Future of German
Manufacturing Industry. Acatech-National Academy of
Science and Engineering, Final Report of The Industrie
4.0 Working Group.
4. Koch, V., Kuge, S., Geissbauer, R., and Schrauf, S.,
2017. Industry 4.0: Opportunities and Challenges of
The Industral Internet. PricewaterhouseCooper, Tech.
Rep.
5. Matsutani, M., 2016. Examining Industry 4.0
Opportunities. The Japan Times.
6. Mayinka, J., et al., 2012. Manufacturing The Future:
The Next Era of Global Growth and Innovation.
MacKinsey Galobal Institute, Report.
7. Oberman, R., et la., 2012. The Archipelago Economy:
Unleashing Indonesia’s Potential. McKinsey Global
Institute, Report.
8. Roland Berger, 2014. Industry 4.0 The new Industrial
Revolution How Europe Will Succeed. RB Strategy
Consultanis.
9. Sadiyoko, Ali, 2017. Industry 4.0, Ancaman, Tantangan
, atau Kesempatan? Sebuah Introspeksi Menyambut
Kemajuan Teknologi saat ini. Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Katolik Parahyangan.
96 Roadmap Industri 4.0

10. Smit, J., Kreutzer, S., Moeller, C., dan Carlberg, M.,
2016. Industri 4.0 Policy Department A. Directorate
General for Internal Policies, European Parliament.
11. Swedberg C., 2014. RFID Improves Efficiency and
Transparency at Rehau’s Bumper Factory. RFID
Journal.
12. Symantec, 2018. Smarter Security for Manufacturing In
The Industry 4.0 Era. Whitepaper
13. Tjandrawinata, R. R., 2016. Industri 4.0: Revolusi
Industri abad Ini dan Pengaruh Pada Bidang Kesehatan
dan Bioteknologi. Mediacinus Vol. 29 No.1.
14. Ustundag Alp, and Cevikcan Emre, 2018. Industry 4.0:
Managing The Digital Transformation. ©Springer
International Publishing Switzerland.
15. Wang S., Wan J., Zhang D., Li D., Zhang C., 2016.
Towards smart factory for Industry 4.0: a self-
organized multi-agent system with big data based
feedback and coordination. Comput Netw 000:1–11.
Bab 5
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

Pernah meningkatkan tekanan persaingan global,


mengecilnya siklus hidup produk dan teknologi yang
berubah cepat mendorong perusahaan, menuju jaringan
untuk tetap bersaing (Chen, 2014). Disini, jaringan tidak
hanya mengacu pada kolaborasi perusahaan dalam rantai
pasokan, tetapi lebih luas ke Internet of Things ( Gubbin
et al., 2013).

Rentang Internet of Things seperti itu bervariasi dari


robot, mesin dan pekerja di dalam bengkel, ke pabrik-
pabrik individu dalam sistem produksi. Selain itu, semua
unit yang mungkin berhubungan di dalam rantai nilai juga
seharusnya saling berhubungan (Hermann, 2016). Itu
berarti, batas-batas di antara objek-objek ini akan
melemah, di mana informasi relatif dapat dikumpulkan dan
dikomunikasikan secara mandiri untuk dukungan cerdas
dari pembuat keputusan. Ini juga merupakan skenario
utama Industri 4.0. Di sini, Industri 4.0 didefinisikan
sebagai tren untuk peningkatan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk otonomi dalam
lingkungan manufaktur (Oesterreic, 2016).

Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 97


98 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

5.1 Persyaratan Industri 4.0

Sejak diluncurkan pertama pada tahun 2011, Industri 4.0


telah menjadi prioritas utama pembangunan industri saat
ini. Dua perspektif 'daya tarik' telah disaksikan di seluruh
dunia (Herman, 2016). Pertama, menyadari pentingnya
Industri 4.0, banyak strategi serupa telah diluncurkan di
berbagai negara. Ini merupakan 'Rencana strategis
nasional untuk manufaktur maju' di Amerika Serikat
(Posada, 2015), 'Masa depan manufaktur: era baru
peluang dan tantangan untuk Inggris', 'Ringkasan Buku
Putih tentang Industri Manufaktur' di Jepang, 'Made in
China 2025', dan seterusnya. Banyak program pendanaan
relatif dan inisiatif penelitian juga telah berkembang di
bawah dukungan pemerintah. Ini membawa perspektif
kedua dari daya tarik- pengejaran para peneliti akademik,
di mana kontribusi yang terkait dengan topik Industri 4.0
berkembang dalam waktu singkat. Beberapa upaya untuk
mendeskripsikan pada 'apa itu Industrie 4.0', di mana
terminologi serupa, seperti Internet of Things (Chen,
2014), Cyber-Physical System (Lee, 2008) dan Smart
factory (Kagermann, 2013), telah disorot untuk
pemahaman pada objek khusus ini. Mengingat visi
terdaftar oleh promotor kunci Industri 4.0 Kelompok Kerja
(Kagermann, 2013), ada juga orang lain yang mencoba
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 99

untuk merancang prinsip-prinsip konsep Industri 4.0


skenario di perusahaan (Hermann, 2016).

Selain itu, eksplorasi dan pengenalan teknologi yang


memungkinkan (misalnya, komputasi visual) disusun
sebagai aliran penelitian lain (Posada, 2015). Semua ini
membantu untuk menetapkan dasar teoritis yang
bertujuan untuk membuka ekspos yang belum dieksplorasi
dari Industri 4.0. Namun, satu kekurangan utama masih
dapat ditemukan: meskipun banyak diteliti, hasil umum
pada penelitian Industri 4.0 dikritik menjadi terlalu umum
untuk dipraktekkan; atau terlalu detail untuk fokus pada
satu industri khusus dan tidak dapat melibatkan orang lain
(Oesterreich, 2016).

Sebuah arsitektur referensi dengan perspektif detail


Industrie 4.0, oleh karena itu, sangat diperlukan untuk
pelaksanaannya dalam praktek. Selain itu,
mempertimbangkan gagasan bahwa Cyber-Physical
Systems adalah salah satu kunci yang memungkinkan
realisasi Industri 4.0 (Jazdi, 2014), tantangan untuk
penerapan Industri 4.0 juga menekankan pada solusi
realisasi Neuro System di perusahaan. Untuk mengatasi
hal ini, dan dengan studi yang luas tentang keadaan seni
dalam teori dan juga praktik di perusahaan, kesenjangan
100 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

besar masih dapat ditemukan antara akademi dan


berlatih. Oleh karena itu, untuk menjembatani saluran di
antara keduanya, pengalaman dengan kasus yang
diterapkan didorong untuk mengungkapkan dan
implikasinya dalam industri.

Secara bersama-sama, tujuan dari pekerjaan ini adalah


untuk memberikan wawasan mendalam tentang
tantangan dan persyaratan untuk penerapan Industri
4.0. Pekerjaan umum dimulai dengan keadaan seni. Dan
berdasarkan pengaturan arsitektur referensi, semua
pemungkin dan perspektif relatif tercantum untuk
interpretasi dan pemahaman tentang item Industri
4.0. Pekerjaan lebih lanjut berlanjut dengan pembentukan
Cyber-Physical Systems, yang mencoba menjelaskan
beberapa kemungkinan solusi untuk penerapan Industri
4.0. Untuk menutup kesenjangan antara penelitian dan
praktik, beberapa kasus yang terkait dengan penerapan
Industri 4.0 lebih lanjut didaftar untuk demonstrasi.

Oleh karena itu konsep Industri 4.0 merupakan gambar


global dari pabrik cerdas (smart factory) yaitu
memungkinkan pabrik menghadapi proses bisnis yang
dinamis sehingga memungkinkan terjadinya perubahan
proses, bahkan hingga saat-saat akhir sebuah proses
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 101

produksi. Teknologi ini memiliki kemampuan untuk


merespon terjadinya gangguan dan kegagalan dengan
fleksibel, misalnya gangguan akibat terlambatnya pasokan
dari vendor. Transparasi proses mulai dari awal sampai
akhir selma proses manufaktur/produksi, ini dapat
mendukung proses pengambilan keputusan dengan
optimal.

Biasanya dalam mengaplikasikan kosep Industri 4.0


merupakan mengintegrasikan beberapa konsep terdiri dari
konsep lean manufaturing, konsep smart factory, konsep
smart layout, kemudian dituangkan dalam model simulasi.
Sebelum melakukan integrasi dari konsep tersebut maka
harus diketahui persyaratan (requirement) masing-masing
konsep tersebut agar hasilnya integrasi tersebut sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan.

Adapun persyaratan bila suatu industri dimasukkan


katagori industri 4.0 adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan (Requirement) dari Industri 4.0 untuk
Smart Factory terdiri dari prinsip perancangan dan
prinsip kebutuhan ini dapat dilihat pada Tabel 5.1
berikut.
102 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

Tabel 5.1 Persyaratan dari Industri 4.0 (i4.0) untuk Smart


Factory (Mabkhot, 2018, dan Koska et. al., 2017)

No. Kode Persyaratan Prinsip


Perkakas Mesin
1 R-1 Modular/Stasiun Kerja P-1, P-6
Modular
Peralatan Material Handling
2 R-2 P-1, P-3
Modular
3 R-3 Area Kerja yang Multi Skill P-1
4 R-4 Reconfigurable fixture P-1
5 R-5 Reconfigurable tools P-1, P-2
6 R-6 Infrastruktur Standar P-1, P-6
7 R-7 Cyber-Physical System CPS) P-2
8 R-8 Embedded computer P-2, P-3
Sharing meaningful
9 R-9 P-2
information
10 R-10 Komunikasi Aman P-2
11 R-11 Collaborative behavior P-2
Modular and decentralized
12 R-12 P-3
control architecture
13 R-13 Produk Pintar P-3
14 R-14 Bangunan Sistem Virtual P-4
15 R-15 Capturing actual factory P-4
16 R-16 Virtual reader P-4
17 R-17 Virtual interfaces with CPS P-4
Standardized virtual
18 R-18 P-4
modelling language
19 R-19 After-sale services P-5
Offering core processes as
20 R-20 P-5
services
21 R-21 Cloud computing P-5
22 R-22 Cloud connection P-6
23 R-23 Online data analysis P-6
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 103

No. Kode Persyaratan Prinsip


Customization and real-time
24 R-24 P-6
capability
25 R-25 Online monitoring and control P-6
26 R-26 Healability P-6
Keterangan:
P-1 = Modularity.
P-2 = Interoperability.
P-3 = Decentralization.
P-4 = Virtualization.
P-5 = Service orientation.
P-6 = Real-time capability (responsiveness).

2. Persyaratan (Requirement) dari Industri 4.0 untuk


Lean Manufacturing dapat dilihat pada Tabel 5.2
berikut.

Tabel 5.2 Persyaratan dari Industri 4.0 untuk Lean


Manufacturing(Sanders, 2016)

Kode Persyaratan
Process Factors
L-1 Produksi Sistem Tarik
L-2 Aliran Produksi Continuous
L-3 Pengurangan Waktu Setup
Supplier Factors
L-4 Supplier Feedback
L-5 Supplier Development
L-6 Just In Time (JIT) Delivery by Suppliers
Customers Factor
L-7 Customers Involvement
Control and Human Factors
L-8 Total Productive Maintenance (TPM)
L-9 Statistical Process Control (SPC)
104 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

Kode Persyaratan
L-10 Employee Involvement

3. Persyaratan (Requirement) dari Industri 4.0 untuk


Smart Layout terdiri dari 3 (tiga) tipe layout yaitu:
a. Modular Layout.
b. Cellular Layout.
c. Flexible Layout.

5.2 Prosedur Industri 4.0

Berbeda dengan persyaratan (requirement) apabila suatu


industri dikatagorikan masuk Industri 4.0. Untuk prosedur
bahwa suatu industri dapat dikatagorikan masuk Industri
4.0. tidak ada prosedur yang pasti tetapi berpatokan pada
penerapan teknologi utama untuk In dustri 4.0.

Teknologi utama dalam penerapan Industri 4.0 seuai


dengan ketentuan (Katz, 2017) adalah:
1. Big data and analytics didefinisikan sebagai
kemampuan memproses set data yang sangat besar
untuk diidentifikasi pola hubungan (korelasi, kausalitas)
di antara data yang akan digunakan dalam mendeteksi
tren pasar, perilaku dan preferensi konsumen. Paling
umum aplikasi dalam operasi bisnis berkisar dari
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 105

peramalan permintaan untuk kontrol kualitas dan


prediksi pemeliharaan.
2. Internet of Things (IoT) memerlukan platform yang
menghubungkan beberapa sensor dan perangkat data
untuk menghasilkan visi lengkap tentang perilaku
organisasi, suatu sistem, operasi bisnis atau fenomena.
Itu adopsi IoT secara langsung terkait dengan aplikasi
vertikal dan, sementara platform ini berbeda dari mesin
aplikasi mesin, mereka didasarkan pada kesamaan
komponen. Sistem IoT adalah platform itu
menghubungkan berbagai perangkat diskrit (termasuk
sensor mesin-ke-mesin) untuk memberikan holistik visi
fenomena tertentu.
3. Robotic memerlukan penerapan teknologi digitaluntuk
kinerja tugas manual berulang, sepertiyang dibutuhkan
dalam perakitan mobil, panen pertanian dan eksplorasi
di lingkungan berbahaya.
4. 3D Printing adalah teknologi yang memungkinkan
pembuatan benda dengan cara mencetak perekat
secara berurutan bahan, seperti polimer. Sedangkan
aplikasi 3D pencetakan tersebar luas, penggunaannya
cukup umum di desain produk (obat palsu, arsitektur
model, desain tekstil) serta dalam pengembangan suku
cadang (dalam elektronik konsumen dan industri
produk).
106 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

5. Artificial intelligence/machine learning dua


teknologi yang tidak setara tetapi ituberbagi beberapa
konsep umum. Pembelajaran mesin adalah aplikasi
kecerdasan buatan yang terdiri dalam pengembangan
program yang memungkinkan komputer untuk belajar
rutin tanpa harus sedang diprogram. Dalam pengertian
itu, mesin program pembelajaran mentransformasikan
dirinya setelah dimulai memproses informasi. Mesin
yang paling umum aplikasi pembelajaran adalah mobil
self-driving, produk rekomendasi, platform internet
seperti Amazon dan Netflix dan deteksi penipuan dalam
penggunaan kartu kredit. Mereka juga digunakan
dalam perhitungan kredit konsumen profil

Tren dan saran baru dapat diintegrasikan ke dalam Industri


4.0 (Karl, 2017). Beberapa di antaranya diberikan di bawah
ini:
1. Time of Flight Cameras untuk pencitraan kedalaman
dan kamera penglihatan untuk dimensi geometris dapat
digunakan.
2. Block Chain Technology dapat digunakan dengan
berbagi data terbuka dan mengendalikan rantai
pasokan pengelolaan. Suatu sistem dapat
dikembangkan untuk mengikuti teknologi rantai blok.
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 107

3. Cruise Control Technology digunakan dalam


peleton truk memastikan berkendara dengan
kecepatan tertentu, aman jarak. Sistem ini memiliki
pengereman, akselerasi, dan kemudi otomatis.
4. Dengan pencetakan 3D, perusahaan logistik dapat
membuka gudang 3D di bandara atau pelabuhan laut
merespons dengan cepat.
5. Platform pasar elektronik menyediakan kolaborasi antar
aktor dalam sebuah rantai.
6. Pabrik pintar menempatkan orang-orang di pusat
proses digital. Orang akan berpengaruh desain,
pengaturan, dan kontrol teknologi Logistik 4.0.
7. Sistem multi-agen yang menyediakan transportasi
otonom harus digunakan.

Referensi

1. Mabkhot, 2018. Requirements of the Smart Factory


System: A Survey and Perspective, Journal MDPI.
2. Sanders, 2016. Industry 4.0 Implies Lean
Manufacturing: Research Activities in Industry 4.0
Function as Enablers for Lean Manufacturing. Journal
of Industrial Engineering and Management, pp. 815
3. Koska. Alaeddin, Goksu, Nusret, Erdem Banu, Mehri,
Seçil Fettahlioglu, 2017. Measuring the Maturity of a
108 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

Factory for Industry 4.0, International Journal of


Academic Research in Business and Social Sciences
2017, Vol. 7, No. 7 ISSN: 2222-6990.
4. Karl Lichtblau et.al, 2015. Industry 4.0 Readiness, This
research project was sponsored by VDMA’s IMPULS-
Stiftungy, hal. 12
5. Katz, R. et al., 2017. Digital Ecosystems: Innovation
and Disruption in Latin America, gA Center of Digital
Business Transformation.
6. Chen, X. L., 2014. Evaluasi kemampuan inovasi
teknologi dan dukungan keputusan untuk perusahaan
dalam aliansi inovasi. Tesis Dokter, Technische
Universitat Chemnitz, Jerman.
7. Gubbi, J., Buyya, R., Marusic, S., 2013. Internet of
Things (IoT): Visi, elemen arsitektur, dan arah masa
depan. Sistem Komputer Generasi Masa Depan, 29
(7): 1645–1660.
8. Hermann, M., T Pentek, T., B Otto, 2016. Prinsip
desain untuk skenario Industrie 4.0. Konferensi
Internasional ke-49 tentang Ilmu Sistem , Hawaii, AS,
2016: 3928–3937.
9. Oesterreich,T. D., Teuteberg, F., 2016. Memahami
implikasi digitalisasi dan otomatisasi dalam konteks
Industry 4.0: Pendekatan triangulasi dan elemen
Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0 109

agenda penelitian untuk industri konstruksi. Komputer


dalam Industri , 2016, 83: 121–139.
10. Posada, J., Stricker, D., Amicis, R. D. ,2015. Komputasi
visual sebagai teknologi yang memungkinkan kunci
untuk Industrie 4.0 dan Industrie Internet. IEEE
Computer Graphics and Applications , 35 (2): 26–40.
11. Lee, E.A., 2008. Cyber physical systems: Design
challenges. In Object Oriented Real-Time Distributed
Computing (ISORC), 11th IEEE International
Symposium.
12. Kagermann, H., Wahlster, W., and Helbig, J., 2013.
Recommendation for Implememting The Strategic
Initiative Industrie 4.0-Securing The Future of German
Manufacturing Industry. Acatech-National Academy of
Science and Engineering, Final Report of The Industrie
4.0 Working Group.
13. Jardin, N., 2014. Cyber-Physical Systems dalam
Konteks Industri 4.0. Konferensi Internasional IEEE ke-
19 tentang Otomatisasi, Kualitas dan Pengujian,
Robotika (AQTR), Cluj-Napoca, Rumania,
14. Swedberg C., 2014. RFID Improves Efficiency and
Transparency at Rehau’s Bumper Factory. RFID
Journal.
15. Symantec, 2018. Smarter Security for Manufacturing In
The Industry 4.0 Era. Whitepaper
110 Persyaratan dan Prosedur Industri 4.0

16. Tjandrawinata, R. R., 2016. Industri 4.0: Revolusi


Industri abad Ini dan Pengaruh Pada Bidang
Kesehatan dan Bioteknologi. Mediacinus Vol. 29
No.1.
17. Ustundag Alp, and Cevikcan Emre, 2018. Industry
4.0: Managing The Digital Transformation.
©Springer International Publishing Switzerland.
18. Wang S., Wan J., Zhang D., Li D., Zhang C., 2016.
Towards smart factory for Industry 4.0: a self-
organized multi-agent system with big data based
feedback and coordination. Comput Netw 000:1–11.
Bab 6
Kesiapan dan Kematangan
Industri 4.0

6.1 Kesiapan Industri 4.0

Untuk mengukur tingkat kesiapan Industry 4.0 Readiness


Level (IRL). secara notasi menjelaskan karakteristik IRL.
Untuk setiap karakteristik, kriteria evaluasi untuk yang
terendah dan tingkat IRL tertinggi ditentukan di sini.
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi tingkat kesiapan
Industri 4.0 menggunakan penilaian yang ditentukan
pertanyaan dan menetapkan nomor IRL untuk masing-
masing karakteristik berdasarkan kriteria penilaian dan hasil
yang ditunjukkan untuk bagian itu. IRL akan menjadi tugas
untuk setiap bagian sesuai dengan hasil penilaian. IRL
keseluruhan untuk industri 4.0 yang sedang dievaluasi akan
ditentukan oleh IRL minimum ditugaskan ke bagian
penilaian IRL individual.

Hasil penilaian kemudian dapat digunakan untuk


mengidentifikasi karakteristik dan praktik Industri 4.0
tertentu yang harus ditangani untuk meningkatkan IRL dan
mengurangi risiko dan biaya sebelum pindah ke fase

Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 111


112 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

pengembangan selanjutnya. Untuk mengukur tingkat


kesiapan Industri 4.0 disebuah industri manufaktur maka
ada beberapa persyaratan yang harus diukur selain
persyaratan teknologi utama Industri 4.0. Persyaratan dan
cara mengukurnya dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut.

Tabel 6.1 Persyaratan Untuk Tingkat kesiapan Industri


4.0 (GÖÇMEN, 2018 dan Tucker, 2009)

Industri 4.0 IRL 1 IRL 10


Persyaratan Deskripsi --------------------------
Persediaan
ditempatkan
Level secara
persediaan strategis di
tidak dikenal seluruh rantai
Penempatan di seluruh pasokan untuk
inventaris rantai pasok. meminimalkan
Persediaan
di seluruh rantai Persediaan total ongkos
pasokan tidak persediaan
dioptimalkan sementara
bahkan di untuk
lokal tingkat kesiapan
sistem masih
memuaskan
Program
teratur
memantau
Program Pemasok di untuk
konsolidasi seluruh rantai mengurangi
dengan pasokan tidak redundansi
Konsilidasi
pemasok melampaui pasokan
dengan
(pasokan tidak level barang yang
pemasok
berlebih untuk pelanggan dan tidak kritis
barang non- tidak untuk
kritis) konsolidasi menstandarka
n produk,
kualitas dan
biaya.
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 113

Industri 4.0 IRL 1 IRL 10


Persyaratan Deskripsi --------------------------
Hubungan
Hubungan pemasok/
pemasok/ pelanggan
pelanggan memungkinka
Hubungan kerja
hanya n kerja tim
Hubungan antara pemasok
ditentukan untuk
dengan dan
oleh meningkat
Pemasok/ pelanggan pada
syarat dan rantai
Pelanggan berbagai tingkat
ketentuan pasokan.
rantai pasok
kontrak atau Peningkatan
pesanan Even Multi-
pembelian. organisasi
dilaksanakan
Kontrak jangka
panjang
diberlakukan
Dampak variasi
Harga Harga itu
dalam harga
Komoditas komoditas memberikan
komoditas
Kemampuan tidak fleksibilitas
(baja,
beradaptasi dipantau. untuk
energi, dll.)
komoditas
fluktuasi
harga.
Semua entitas
rantai pasokan
Kemampuan
Hanya hulu
melihat siapa
pelanggan dan bagian-
dan apa
Visibilitas langsung dan bagian yang
pada berbagai
pemasok yang mereka
tingkat rantai
dikenal hasilkan
pasok
adalah
dikenal
Sistem
Hanya
kolaboratif
informasi yang
digunakan
diperlukan
untuk
untuk
Aliran informasi menyediakan
Kolaborasi menempatkan
rantai pasok permintaan
dan
waktu dan
memproses
informasi
pertukaran
terkait lainnya
pesanan
pada
114 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

Industri 4.0 IRL 1 IRL 10


Persyaratan Deskripsi --------------------------
antara entitas tingkat
rantai pasok terendah dari
rantai pasok
Kesadaran akan Visibilitas dan Aktivitas dan Kesehatan
siklus hidup kesadaran di visibilitas entitas rantai
seluruh rantai hanya terkait pasokan hilir
pasok dari fase dengan dan fase siklus
siklus hidup pesanan yang hidup yang
saat ini dikenal dikenal
Teknologi Aplikasi Teknologi Teknologi
Simulasi dan pemodelan dan Simulasi dan Pemodelan
Pemodelan simulasi untuk Pemodelan dan Simulasi
meningkatkan tidak untuk yang
kinerja rantai digunakan digunakan
pasok beberapa penyediakan
rantai pasok untuk analisis
risiko rantai
pasok
Pengukuran Gunakan metrik Kinerja rantai Metrik SCOR
Kinerja untuk pasok tidak merupakan
mengevaluasi diukur penerapan
dan terbaik
meningkatkan digunakan di
kinerja rantai seluruh rantai
pasokan pasok untuk
memberikan
ukuran standar
kinerja
Manajemen Manajemen Risiko Pemantauan,
Risiko risiko keusangan, penilaian dan
(termasuk sumber rencana
baarng usang tunggal darurat untuk
dan palsu) dan barang mengatasi
palsu risiko, barang
tidak diketahui usang, barang
palsu dan
sumber
tunggal
Fokus Tingkatan fokus Tidak Barang dan
Kekritisan atas item kritis mengenal pemasok
dan pemasok barang dan penting
diidentifikasi,
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 115

Industri 4.0 IRL 1 IRL 10


Persyaratan Deskripsi --------------------------
pemasok dipantau
penting secara ketat
dan tersedia
rencana
darurat untuk
memastikan
ketersediaan
barang
Berkelanjutan Kelangsungan Pemasok tidak Rantai
Hidup Jangka dikenal pasokan
panjang melampaui dikelola
basis industri level dengan
selanjutnya pendekatan
dalam siklus hidup.
rantai pasok Basis industri
stabilitas
keuangan
secara teratur
dipantau dan
tindakan
diambil untuk
memastikan
keberlanjutan
antar program
Kesiapan Memantau Kesiapan MRL dari
Pabrikasi kesiapan Pabrikasi semua
pabrikasi rantai Tidak diukur tingkatan
pasok manufaktur
secara teratur
dinilai
dipertahankan
pada MRL 10
Kesiapan Memantau Kesiapan TRL dari
Teknologi kesiapan Teknologi semua
teknologi rantai Tidak diukur tingkatan
pasok teknologi
secara teratur
dinilai,
dipertahankan
pada TRL 10
116 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

Industri 4.0 IRL 1 IRL 10


Persyaratan Deskripsi --------------------------
Pengelolaan Jaminan bahwa Tidak ada SCRL tingkat
Sub-Tingkat semua rantai pasokan rantai pasok
tingkatan tingkat secara teratur
rantai pasok harapan dinilai dan
mematuhi manajemen dipelihara di
Standar SCRL selanjutnya SCRL 10
adalah rantai
pasok

Tabel 6.2 Tingkatan dari Industry 4.0 Readiness Level


(IRL) (Aston University, 2017)

Fase IRL Bagian Yang Dikembangakan

Menyediakan Teknologi Industri


10 4.0untuk mendukung High Volume
Production (HVP)
Masalah Penangan Menyediakan
9 Teknologi Industri 4.0 untuk
Produksi mendukung HVP
Nilai Perpanjangan Penyediaan
8 Teknologi Industri 4.0 untuk
mendukung HVP
Teknologi Industri 4.0 mendukung
7
Low Volume Production (LVP)
Menyediakan Teknologi Industri 4.0
6
Mendukung pembangunan prototipe
Mengidetifikasi/mempertimbangan
5 ciri Teknologi Industri 4.0
Pengembangan
berkelanjutan
Penilaian kapabilitas Teknologi
4 Industri 4.0 dalam tahap
pengembangan
Identifikasi karakteritik Teknologi
3
R&D dan Industri 4.0
Perencanaan Identifikasi/mendefinisikan
2
persyaratan Teknologi Industri 4.0
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 117

Fase IRL Bagian Yang Dikembangakan

Mempertimbangkan persyaratan
1 arsitektur /dasar-dasar Teknologi
Industri 4.0

6.2 Kerangka Tingkat Kematangan Industri 4.0

Untuk membuat kerangka model kematangan Industri 4.0


terdiri dari beberapa persyaratan yang harus dianalisis
yaitu:

6.2.1 Dimensi

Mengikuti prosedur yang diperkenalkan, penulis melakukan


pencarian literatur untuk mencirikan istilah Industri 4.0,
"kematangan" dan "kematangan model". Berdasarkan
kajian pustaka terhadap model maturitas yang ada, serta,
tantangan dan tren Industri 4.0, rancangan model
dikembangkan, termasuk indikator dan elemen
kematangan.

Model Industri 4.0 digunakan untuk mendefinisikan kriteria


yang perusahaan diklasifikasikan menjadi lima jenis.
Klasifikasi ini didasarkan pada tiga aspek Industri (Joanna
Oleskow-Szlapka, 2019)
118 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

berikut: (1) manajemen (2) aliran material, (3) aliran


informasi, yang menjadi muncul secara alami tiga dimensi
tersebut untuk solusi Industri 4.0, seperti yang disajikan
dalam Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Dimensi Industri 4.0 dan Area Evaluasi


((Joanna Oleskow-Szlapka, 2019)
Dimention of
No Evaluation Area
Industry 4.0
Investment, inovation
1 Management management, value chain
integration
Autonomous Level and robotics
at warehouse and transportation,
2 Material Flows Internet of things, 3D Printing,
3D Scanning, Advanced Material,
augmented reality, smart product
Database services, Big Data,
RFID, RTLS (Real Time Location
3 Information Flows
System) IT system (ERP, WMS,
cloud systems)

Tiga dimensi yang membentuk Area Model dapat digunakan


untuk menilai kematangan dan kepedulian manajer dalam
hal solusi dalam Industri 4.0. Bergantung pada jumlah dan
ruang lingkup solusi yang diterapkan, kesimpulan tentang
status Industri 4.0 saat ini dapat ditarik. Selain itu,
rekomendasi mengenai peningkatan status, dan
peningkatan kematangan, dapat didefinisikan berdasarkan
pada identifikasi dan analisis kesenjangan, membuat model
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 119

ini berguna tidak hanya dalam hal diagnosis, tetapi juga


dalam hal manajemen.

6.2.2 Tingkat Kematangan Industri 4.0

Industri 4.0 mencerminkan tingkat di mana perusahaan


atau rantai pasokan telah menerapkan konsep Industri 4.0.
Penulis membedakan lima tingkat kematangan:
Mengabaikan (Ignoring), Menentukan (Defining),
Mengadopsi (Adopting), Mengelola dan Terintegrasi
(Integrated). Dalam Gambar 6.1 tingkat kematangan
dihadapkan dengan dimensi Industri 4.0.

Gambar 6.1 Dasar Karakteristik Industri 4.0 atas Tingkat


Kematangan (CGI, 2017)
120 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

Penilaian tingkat kematangan didasarkan pada analisis


dimensi Industri 4.0. Aspek yang akan dinilai termasuk
kebutuhan dan tingkat integrasi proses internal, dan bila
berlaku, rantai pasokan; jumlah dan ruang lingkup solusi
canggih yang meningkatkan aliran material dan informasi.
Kriteria penilaian harus memilih kembali berbagai solusi
yang diterapkan, apakah mencakup semua kebutuhan dan
persyaratan perusahaan. Pendekatan teoretis yang
disajikan mengasumsikan beberapa homegenity dalam
kinerja perusahaan, yaitu status integrasi yang sama, aliran
material dan informasi, meskipun demikian adalah
mungkin, bahwa perusahaan maju dalam bidang teknologi
informasi tetapi aliran material diwujudkan dengan
peralatan tradisional (atau sebaliknya: aliran material
diotomatisasi dan arus informasi didasarkan pada aliran
dokumen tradisional, namun situasi seperti itu tampaknya
kurang memungkinkan). Oleh karena itu, penulis
memutuskan bahwa faktor penentu kematangan yang
paling penting adalah manajemen, dan jika tingkat integrasi
koheren dengan setidaknya satu bentuk aliran (baik
informasi atau material), maka tingkat kematangan yang
diwakili keduanya ditugaskan kepada perusahaan, dengan
asumsi bahwa yang terakhir dimensi akan segera
ditingkatkan. Rekomendasi tersebut harus disampaikan
kepada perusahaan, sesuai dengan analisis kesenjangan
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 121

dan pedoman umum untuk mencapai tingkat kematangan


berikutnya.

6.3 Solusi Industri 4.0

Industri 4,0 dapat dibedakan menjadi industri manufaktur,


laindustri jasa/pelayanan, dan Industri Startup. Industri
4.0 mengubah prinsip dan solusi Industri. Gambar 6.2
menunjukkan beberapa prinsip penting dan solusi Industri
Manufaktur, menggunakan Industri 4.0 sehubungan
dengan manajemen Lean dengan cara yang
disederhanakan (OTT, 2017)

Gambar 6.2 Industri Manufaktur: Prinsip dan Solusi


(OTT, 2017)
122 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

Target utama Industri adalah untuk memenuhi persyaratan


pelanggan secara efektif dan efisien. Gambar 6.2
menunjukkan beberapa target Industri Manufaktur untuk
mewujudkan peningkatan kecepatan, produktivitas,
fleksibilitas dan transparansi dan untuk mengurangi biaya,
pemborosan dan kegagalan. Ada beberapa prinsip produksi
Lean yang disebutkan. Ini lebih dari sekadar lima tipikal,
aliran, standar, tarikan, sinkronisasi, siklus kerja, integrasi,
kesempurnaan dan kekokohan. Cyber-Physical Systems
(CPS) holistik adalah hasil penting Industri 4.0. Mereka
menyadari jaringan dan otomatisasi transportasi, alokasi
dan jika perlu penggunaan sistem penyimpanan
berdasarkan digitalisasi proses dan kontrol perangkat lunak
desentral. Oleh karena itu, Cloud Computing, Layanan Big
Data dan sistem Agen terdesentralisasi sangat penting.
Kontrol atas aliran material diinisialisasi oleh objek Industri
sendiri. Mereka mengeksekusi alur kerja dengan agen
perangkat lunak sendiri.

Solusi teknis khas mengintegrasikan robot, sistem sensor,


produk pintar dan alat bantu penanganan cerdas. Gambar
6.3 menunjukkan beberapa solusi yang lebih khas dari
Industri 4.0 ( Glistau et al., 2018).
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 123

Gambar 6.3 Beberapa Solusi Tipe Industri 4.0


( Glistau et al., 2018)

Objek Insustri Cerdas (Smart Industry) termasuk


penggunaan sistem tertanam untuk mengumpulkan data,
berkomunikasi dan membuat jaringan. Mereka
menggunakan identifikasi (mis. RFID) dan teknologi sensor.
Mereka menciptakan transparansi tentang produk Industri/
pembawa muatan yang teridentifikasi dan perilaku mereka.
Informasi ini membangun dasar untuk solusi pelacakan dan
penelusuran holistik dan untuk kontrol proses. Jadi itu
mengubah proses, di mana objek lndustri terlibat.

Kemungkinan mengemudi secara otonom memiliki solusi


teknis yang berbeda tetapi mewujudkan tugas yang sama
124 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

untuk bergerak, menangani dan mengangkut tanpa


pengemudi atau auto pilot. Ada potensi besar untuk
meningkatkan efisiensi energi dan meningkatkan kapasitas
moda transportasi dan ruang. Van, truk, dan bus cerdas
memiliki sensor untuk arah, kecepatan dan jarak aman.
Cermin mengemudi diganti oleh kamera. GPS dan WLAN
memberikan informasi tentang karakteristik topologi.

Model AGV dan robot seluler baru menggunakan lebih


banyak sensor untuk mendapatkan lebih banyak informasi,
mengemudi secara mandiri, dan berkomunikasi satu sama
lain. Mereka menavigasi sendiri ke tempat-tempat di mana
mereka dibutuhkan. Mereka mendukung mis. proses
transportasi dan pengiriman, penanganan alat dan suku
cadang, perakitan, kontrol kualitas dan pemeliharaan.
Solusi terbaru UAV dan pemosisian mandiri kereta juga
menjadi bagian Industri 4.0 (Randelhoff, 2016). Kapal
robot akan memiliki robot, kamera, sensor, radar, sonar,
dan GPS onboard. Navigasi bersifat otonom tetapi juga
dapat dikendalikan secara terpusat. Untuk informasi lebih
lanjut (HÄNßLER, B. 2017).

Organisasi lalu lintas oleh kontrol lalu lintas kooperatif


didasarkan pada pencatatan situasi lalu lintas saat ini dan
adaptasi rambu dan sinyal lalu lintas sementara platform
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 125

lalu lintas menghubungkan transportasi antar moda dan


pergerakan antar moda. Solusi perangkat lunak holistik
baru (dengan karakteristik CPS) memungkinkan proses
baru. Pelacakan berguna untuk memperbaiki posisi dan
untuk status pengiriman objek. Tracing memungkinkan
pandangan menyeluruh pada rantai nilai tambah. Kontrol
video digunakan untuk dokumentasi, untuk tugas
keamanan dan untuk kontrol proses Industri. Urutan video
secara otomatis diperiksa dan memberikan sinyal dan atau
kegiatan aktor sebagai reaksi terhadap situasi yang tidak
normal. AR membantu meningkatkan kualitas proses
dengan menghindari kegagalan Industri dan dengan
meningkatkan efisiensi staf dengan menghindari proses
pencarian yang tidak perlu. SCM memungkinkan identifikasi
kemungkinan penghematan dan menghindari kerugian
efektifitas dalam kerangka pertimbangan holistik. Data
besar didasarkan pada metode analisis data untuk
menemukan pola dan informasi bermanfaat lainnya. BI
adalah “proses, teknologi, dan alat yang diperlukan untuk
mengubah data menjadi informasi, informasi menjadi
pengetahuan, dan pengetahuan menjadi rencana yang
mendorong aksi bisnis yang menguntungkan. Business
intelligence mencakup pergudangan data, alat analitik
bisnis, dan manajemen konten/pengetahuan (Loshin,
2003).
126 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

Proses bisnis baru mewujudkan pembelian bisnis-ke-bisnis


atau bisnis-ke-konsumen atau bisnis-ke-pemerintah atau
proses pencetakan 3D yang baru. Solusi baru dari Industri
4.0 mewujudkan proses penuh dalam jenis sensor yang
dipicu, perangkat lunak terintegrasi, proses yang
direalisasikan secara mandiri dan dioptimalkan.

Beberapa modul dan utilitas tipikal Cyber-Physical adalah


rak pintar, rak dengan robot, sistem konveyor terhubung
silang modular, bantuan robot, pakaian pintar, kacamata
data, sarung tangan data.

Infrastruktur pintar mis. dermaga pintar, gerbang pintar


atau landai pintar. Menurut Gambar 6.3 kita dapat
berbeda menjadi tiga tingkat realisasi Industri 4.0. Solusi
cyber-physical systems (CPS) adalah anggota tingkat
pertama. CPS holistik adalah anggota tingkat kedua. Visi
bisnis baru dan proses bisnis dengan CPS adalah anggota
tingkat ketiga. Sekarang kita juga dapat menjawab
pertanyaan, jika ada solusi yang berhasil direalisasikan,
yang mengoptimalkan Industri secara keseluruhan.
Sebagian besar solusi dalam Gambar 6.34 hanya akan
mengubah pemenuhan proses yang ada, tetapi beberapa
dari mereka juga akan menciptakan proses bisnis baru.
Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0 127

Referensi

1. CGI, 2017. Industry 4.0 Making Your Business More


Competitive. CGI Group Inc.
2. Elifcan GÖÇMEN and Rızvan EROL, 2018. The
Transition to Industry 4.0 in One of The Turkish
Logistics Company, International Journal of 3D Printing
Technologie and Digital Industry.
3. Glistau, E., Coello, Machado N. I., 2018. Industry 4.0,
Logistics 4.0 and materials - chances and solutions. In:
Novel trends in production devices and systems IV:
NTPDS IV; Special topic volume with invited peer
reviewed papers only - Zürich: Trans Tech Publications,
S. 307-314.
4. HÄNßLER, B. 2017. Unbemannte Roboterschiffe:
Geisterschiffe mit Containern. (in German). In:
Spektrum – Die Woche. 15. KW 2014.
5. Joanna Oleskow-Szlapka. 2019. The Framework of
Logistics 4.0 Maturity Model. Journal of ResearchGate.
6. Loshin, D.2003. The Data Warehouse Institute Faculty
Newsletter. Fall 2002 as cited in Business Intelligence:
A Savvy Manager´s Guide. Maryland Heights. MO:
Morgan Kaufman Publishers. (in English). 2003. p. 5
128 Kesiapan dan Kematangan Industri 4.0

7. OTT, S. 2017. Industrie 4.0 und die Anforderungen an


das Industri management owie die. Gültigkeit
bestehender Industristrategien
8. Randelhoff, M., 2016. Automatisierter Bahnbetrieb
und führerlose Züge: Eine Einführung (Technik,
Vorteile, Hürden, Umsetzungszeitraum). (in German).
www.zukunft-mobilitaet.net /90799/ Status.
9. Tucker, Brian and Paxton, Joseph. 2009. SCRL-Model
for Human Space Flight Operations Enterprise Supply
Chain, Journal of IEEE.
Bab 7
Smart Factory (Pabrik Pintar)

Mendengar Industri 4.0 dalam terminologi konseptual


adalah pabrik pintar (smart factory) (Gambar 7.1) dan
segala sesuatu disekitar pusat entitas model bisnis. Jika kita
lihat bagaimana Industri 4.0 akan bekerja dalam teori kita
akan melihat segala sesuatu dari rantai pasokan, model-
model bisnis dan pemprosesan merupakan pendukung
pabrik pintar (smart factory). Dengan cara yang sama,
semua antar muka eksternal dari pasangan rantai pasokan,
smart grids, dan secara konseptual media sosial merupakan
sebuah pabrik pintar.

Gambar 7.1 Pabrik Pintar (Smart Factory) (Gilchrist, 2016)

Smart Factory 129


130 Smart Factory

Apa itu pabrik pintar dan mengapa sangat penting untuk


masa depan dari manufakturing?.

7.1 Pengantar Pabrik Pintar

Sebuah pabrik Pintar merupakan kumpulan proses


manufakturing pintar, yang mana kita menamakannya.
Pabrik Pintar merupakan masa depan dalam membuat dan
produktivitas pengiriman yang kita harapkan. Jika kita
memandang bagaimana ini mungkin terjadi, kita akan lihat
pabrik pintar membawa perubahan teknologi yang
menyediakan metode optimum dan teknik dalam
manufakturing. Selanjutnya, kita akan saksikan bahwa
pabrik pintar tidak hanya kecerdasan mesin dan
mengkomunikasikan robot-robot melalui produk advance
software. Tentu saja mesin ini mempunyai kelebihan yaitu
komunikasi antar mesin M2M dan tidak hanya kolaborasi
tetapi juga mengkomunikasikannya melalui advance
software, algoritma dan proses industri. Bagamanapun itu
penting untuk merealisasikan pabrik pintar, seperti rumah
pintar (smart Homes), tetapi visi kedepannya tidak sama-
dengan hari ini dan kurang dari satu dasawarsa.

Pada intinya yang disebut pabrik pintar menggunakan


teknologi utama dari Industri 4.0 secara terintegrasi dari
Smart Factory 131

mulai penanganan material untuk bahan baku, proses


produksi, sampai sistem logistik dan distribusi produk jadi
dipantau dan dikendalikan secara autonomous. Sebagai
contoh untuk memantau keadaan bahan baku, komponen,
komponen work in process, barang jadi dapat dipantau
keberadaanya dengan menggunakan Radio-Frequency
Identification (RFID).

7.2 Teknologi Penting Untuk Pabrik Pintar

Pabrik Pintar didefinisikan sebagai pendekatan baru dalam


manufaktur skala-multi dengan menggunakan Internet of
Things dan teknologi Internet Industri, yang mana smart
sensor dan sensing, computing dan analitik prediktif dan
resilient control technologies. Selain itu teknologi yang
paling penting diterapkan dalam pabrik pintar yaitu cyber-
physical systems (CPS), yang implemetasinya dibagi
menjadi 5 tingkatan struktur CPS yang dapat dilihat pada
Gambar 7.2 menyediakan tahapan panduan untuk
pengembangan dan penyebaran dari cyber-physical
systems pada Pabrik Pintar.
132 Smart Factory

Gambar 7.2 Arsitektur Implementasi dari Cyber-Physical


Systems

7.3 Aksi Pabrik Pintar

Dalam skenario ini, kita akan menggambarkan aksi dari


Pabrik Pintar yang meproduksi produknya. Sebagai contoh
Pabrik Pintar yang bergerak di bisinis Consumer Goods.
Yaitu memproduksi macam-macam jenis shampoo. Untuk
mengedalikan dan memantau proses produksinya mereka
menggunakan teknologi RFID. RFID dipasang mulai dari
bahan baku, bahan setengah jadi, produk jadi, sampai
pendistribusian produknya ke konsumen dapat
dimonitoring keberadaannya.
Smart Factory 133

Untuk memulai, mengingat bagaimana botol-botol itu


berbeda dari shampoo yang akan diproduksi di lini produksi
trandisional Industri 3.0. Ini akan membutuhkan tiga
sumber, satu pengaturan; dan sebuah sistem pengawasan
Gambar 7.3 memperlihatkan tiga tingkatan dari lini
produksi. Paling bawah adalah sumber daya produksi,
diatasnya adalah Manufacturing Execution System (MES)
dan satu lapisan diatasnya yaitu Enterprise Resource
Planning (ERP) system.

Gambar 7.3 Diagram Lini Produksi (Gilchrist, 2016)


134 Smart Factory

Dari Gambar 7.3, kita can lihat tiga sumber produksi yang
dibutuhkan untuk membuat produk shampoo. Sumber
pertama R1 membuat menyimpan ramuan. Sumber kedua
R2 resep mengatur jumlah cairan, yang dicampur dengan
varian warna tambahan, pewangi dan kimial/nutrien.
Sumber R3 menyimpan campuran dari R2 dan botol diisi
dengan tepat.

Sistem ERP akan mengendalikan tingkat produksi juga


memonitor pesanan penjualan, rantai penjualan dan pasar
swalayan serta mengirim instruksi pada MES untuk mengisi
jumlah pesanan yang akan diproduksi. MES mengajukan
jumlah yang akan diproduksi untuk memenuhi pesanan dan
melayani pengembalian dari status produksi pada sistem
ERP.

Industri 4.0 akan mengurang beberapa kelemahan. Kerja


Industri 4.0 yaitu mengawasi sumber dalam sebelumnya
yang digantikan oleh CPSs dapat dilihat di Gambar 7.4.
Smart Factory 135

Gambar 7.4 lini produksi ditinjau kembali oleh CPS


(Gilchrist, 2016)

7.4 Mengapa Manufaktur Pintar Penting

Tercipta beberapa perusahaan berkolaborasi yang


signifikan dibutuhkan revolusi dibidang manufaktur,
pemerintahan, dan institusi akademik. Sebagai contoh di
Europe Union (EU) dan Amerika Serikat, mereka berinisiatif
untuk mendanai dan mendorong manufaktur pintar. EU
dalam keterangannya bekerja keras untuk re-industrialisasi
dan menciptakan tingkat dari kapabilitas manufaktur dari
negara anggotanya. Jerman dan Italy memodernisasi
industri pembangkit listriknya yang dikembangkan menjadi
program industri 4.0. Inggris dan Perancis
mendeindustrialisasi untuk lebih dari tiga dekade dan
136 Smart Factory

kebutuhan kerja masif untuk re-industrialisasi perbajaan,


itu juga Perancis dan Inggris mengambil manfaat dari
Pabrik Pintar, mereka akan membawa manufaktur kembali
ke awal dan dapat melakukan penghematan dalam biaya
dan efisiensi.

Inisiatif global, konsorsium Industrial Internet mensponsori


sejumlah proyek kolaborasi rintasan, yang namakan
tesbeds, yang mana fokusnya tahap-tahapnya berbeda dari
suatu proses manufaktur. Sebagai contoh, Infosys,
eksploitasi dengan Bosh, PTC dan Intel, kolaborasi tersebut
testbeds efisiensi aset, Terminologi efisiensi aset untuk
mengurangi pemborosan dan pemiliharaan meningkat serta
meningkatkan waktu dari sejumlah aset in dustri dalam
operasi, pemeliharaan, pelayanan, informasi dan energi.
Proyek testbeds difokuskan atas jalannya data pengguna
dari peralatan dan proses untuk memberikan informasi
pada insinyur untuk perawatan roda gigi landing pesawat
terbang yang mana akan meramalkan potensi kegagalan
dengan tepat.

7.5 Pemenang dan Pecundang?

Dengan adaptasi Industri 4.0 atau Industrial Internet dan


langkah konsekuensi dari smart manufacturing, optimasi
Smart Factory 137

rantai pasokan, dan pabrik pintar berakhir dengan


pemenang dan pecundang. Ciri khas, negara-negara
seperti Amerika Serikat dan negara anggota Eropa Barat
akan lebih memanfaatkan smart manufacturing dan inisiatif
Pabrik Pintar. Ini awal dominasi pengurangan biaya
operasional, efisiensi meningkat, dan produktivitas
meningkat.

Selanjutnya, negara-negara pelaku manufaktur berusaha


menaikan biaya efektif untuk pengeluaran sumber
manufaktur untuk China, India Brazil, Russia atau untuk
nagara-negara Eropa Tmur sekarang akan mengambil
pendekatan Industri 4.0 yang berbeda, dari negara-negara
seperi Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis yang akan
memulai re-industrialisasi dan banyak dibawa membawa ke
rumah, mereka menerapkan outsourcing yang tersebar.

7.6 Computers Producing Computers

Tujuan Pabrik Pintar adalah selalu menjamin produksi


otomatis dengan mesin dan ditangani komputer sebesar
75% dari autonomous rantai nilai. Sebagai contoh semua
tugas line produksi dikerjakan oleh mesin autonomous,
dikendalikan oleh pengaturan Programme Logic Controller
(PLC). Itu hanya pemulaan dari proses manufaktur
138 Smart Factory

kenyataannya masih ditangani oleh tangan manusia, dan


ketika tempat pekerja komponen inisial (circuit board
kosong) atas ban berjalan lini produksi. Bagaimanapun dari
titik tetap dijalankan secara otomatis dan autonomous.

7.7 Industri 4.0: The Way Forward

Manufakturing merupakan komponen vital didalam


perekonomian dalam pengembangan negara berkembang.
Bagaimanapun , sebuah industri mempunyai gambaran
area dari perubahan, membawa kesempatan baru dan
tantangan untuk para pimpinan bisinis dan pembuat
kebijakan. Lihat Gambar 7.5.

Gambar 7.5 Pelayanan Internet Baru dan Model Bisnis


(Gilchrist, 2016)
Smart Factory 139

Referensi

1. Digital Factories: The End of Defects - Industry &


Automation - Pictures of the Future - Innovation -
Home - Siemens Global Website
2. Gilchrist, Alasdair, 2016. Industri 4.0, The Industrial
Internet of Things. Apress.
3. https://www.ge.com/digital/brilliant-manufacturing
4. http://www.airbusgroup.com/int/en/story-
overview/factory-ofthe-future.html
5. https://www.accenture.com/us-en/labs-insight-
industrial-internet-of-things.aspx
6. https://www.accenture.com/us-en/insight-industrial-
internetof-
things.aspx
7. https://theconsultantlounge.com/2015/07/accenture-
report-internet-ofthings-driving-new-era-of-living-
services/
8. http://www.airbusgroup.com/int/en/story-
overview/factory-ofthe-future.html SAP - The Technical
and Operational Solutions for Industry4.0 in ERP.
9. Lee J, Bagheri B, Kao H-A., 2014. A Cyber Physical
Systems Architecture for Industry 4.0-based
Manufacturing Systems. Manuf Lett 3:18–23
140 Smart Factory

10. Lee, E.A., 2008. Cyber physical systems: Design


challenges. In Object Oriented Real-Time Distributed
Computing (ISORC), 11th IEEE International
Symposium.
11. Kagermann, H., Wahlster, W., and Helbig, J., 2013.
Recommendation for Implememting The Strategic
Initiative Industrie 4.0-Securing The Future of German
Manufacturing Industry. Acatech-National Academy of
Science and Engineering, Final Report of The Industrie
4.0 Working Group.
Indeks

Additive manufacturing, 7, 45, 46, 48


Additive robots, 46
Adopting, 119
Advanced analytics, 85
Advance software, 130
AGV, 124
AR, 125
Artificial knee, 79
Artificial intelligence, 5
Articulated robot, 33
Augmented reality, 6, 45, 48, 90
Autonomous, 45, 131, 138
Autonomous robots, 46, 49
Auto pilot, 124
Auto pilot system, 38

Big Data, 19, 45, 85, 122


Big Data and Analytics, 48

Indeks 141
142 Indeks

Cloud, 48, 85
Chronosystem, 23, 24, 25
Cloud Computing, 80, 122
Cloud systems, 45, 46
Computer Numerical Control, 33
Consumer Goods, 132
CPS, 135
CPSs, 134
Cyber, 1
Cybernetics, 39
Cyber-Physical, 126
Cyber-physical systems, 14, 27, 37, 40, 42, 122, 131, 132
CPS, 122, 125, 126
Cellular Layout, 104
Cyber physical, 45
Cyber-Physical Systems, 46, 98, 99, 1000
Cyber Security, 48

Defining, 119
Indeks 143

Education 4.0, 90
Embedded computing, 49
Embedded systems, 46
Enterprise Resource Planning, 133
ERP, 134
EU, 135
Europe Union, 135

Flexible Layout, 104


Framework, 90

GPS, 124

Hip joint, 79
Horizontal, 45
144 Indeks

Ignoring, 119
Industri 4.0, 111
Industrial Internet of Things, 46, 50
Industry 4.0 Readiness Level, 111
Industrial Internet, 45, 46, 136, 137
Infrastructure, 45
Integrated, 119
Integrasi sistem, 49
Interface, 42
Internet of People, 2
Internet of Things, 2, 5, 27, 34, 48, 85, 97, 98
Inventory, 36
IoT, 6
IRL, 111

Lean Manufacturing, 101, 103

Manufacturing Execution System, 133


Indeks 145

MES, 134
Modular layout, 104
Mobile internet, 85

Neuro System, 100

Platform, 77
PLC, 33, 138
Programme Logic Controller, 138

Radio-Frequency Identification, 49, 50


Real change, 1
Real-time, 36, 46, 90
Requirement, 101, 102, 103, 104
RFID, 35, 123, 132
Robot, 124
Robotic, 105
Robots, 45
146 Indeks

SCM, 125
Simulation, 45, 49
Smart factories, 7
Smart factory, 41, 42, 51, 78, 98, 101, 102, 129, 130
Smart grids, 38, 42 129
Smart homes, 130
Smart industry, 47, 123
Smart layout, 101, 104
Smart manufacturing, 137
Smart processes, 47
Smart product, 42, 47
Startup., 121
Society 5.0, 83
Supply-demand, 86

Tesbeds,, 136
3D printing, 2, 7
Indeks 147

Uniquitous computing, 6

Vertical integration, 45
Virtual laboratory, 90

Wireless sensor networks, 46


Tentang Penulis

Saat ini penulis menjabat sebagai


Sesprodi Teknologi Daya Gerak,
Fakultas Teknologi Pertahanan,
Universitas Pertahanan, pernah
menjabat sebagai Sesprodi Keamanan
Energi dan Sesprodi Industri
Pertahanan, Universitas Pertahanan.
Untuk jabatan kemiliteran saat ini
sebagai Perwira Menegah dengan Pangkat Kolonel Kes, di
Angkatan Udara Republik Indonesia. Penulis mempunyai
latar belakang pendidikan Fisika dari USU (1993), Magister
Sains (M.Si) Fisika Bio Material dari Universitas Indonesia,
serta Doctor (Dr) Rekayasa Bio Material dari Universitas
Indonesia (UI). Selain pendidkan umum, Pendidikan
kemiliteran yang pernah ditempuh yaitu: Kursus alat
Human Centrifuge (HC) di Late Coere Prancis th 2000,
Kursus Physiologycal Training Officer di Lakespra Saryanto,
SEKKAU Angkatan 80, SESKOAU Angkatan 48 di Lembang
Bandung, Jawa Barat.
Saat ini penulis menjabat sebagai
Dosen di Fakultas Teknik Universitas
Suryakancana, Cianjur. Dan pernah
menjabat sebagai Sekretaris Prodi
Teknik Informatika dari tahun 2001-
2002, Sekretaris Prodi Teknik Industri
2002-2007. Dan 2015-2017, Fakultas
Teknik, Universitas Suryakancana
Cinajur. Penulis mempunyai latar
belakang pendidikan Teknik dan Manajemen Industri ITB.
Selain penulis merupakan lulusan Magister Pertahanan
(M.Han) Program Studi Industri Pertahanan dari Universitas
Pertahanan. Selain Pendidikan umum, Penulis pernah
bekerja di Berbagai perusahaan, Bimantara Automotive
tahun 1992 sampai 1999 dengan jabatan terakhir
Engineering Assistant Manager, PT. Nipress (NS Battery)
tahun 1999 sampai tahun 2001, dengan jabatan terakhir
PPIC Manager, PT. Panfila Indosari Drinking Water
Industry, 2001 sampai 2003, Jabatan terakhir Plant Deputy
Manager, PT. Altin Cap, 2003 sampai 2006 sebagai PPIC &
Production Manager, serta PT. IHE Cendekia Rekayasa,
2015 sampai 2017 sebagai Project General Manager. Selain
itu penulis menjadi ahli, pada Lapi-ITB dan Lapi
Ganeshatama Consulting. Disamping itu penulis sebagai
Ahli Madya di Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).

Anda mungkin juga menyukai