Citra Andriani1
1
Program Studi Manajemen UM. Bengkulu
citraandriani@yahoo.com
ABSTRACT
This study entitled the effect of Compensation, Job Training and Job Satisfaction on
Marketing Employee Performance. The formulation of the problem in this study was
whether the effect of Compensation, Job Training and Job Satisfaction on Marketing
Employee Performance.. The purpose of this study was to determine whether the
influence of Compensation, Job Training and Job Satisfaction on Marketing Employee
Performance.
This research was conducted on marketing employees. While the time of this study was
conducted for 11 days, namely on 18 January to 28 January 2020. The population of this
study were employees, while the sample of this research is marketing employees
amounting to 97 people.
BAB I
PENDAHULUAN
melakukan pengembangan sumber daya manusia dalam upaya untuk mencapai tujuannya.
Perusahaan sangat tergantung pada baik dan buruknya sumber daya manusia yang
dimilikinya, oleh karena itu pelaksanaan suatu pengembangan sumber daya manusia
dimaksudkan agar karyawan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga mereka dapat lebih
dalam mencapai tujuannya, karena berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai
dapat dilihat melalui kinerjanya, sehingga kinerja karyawan menjadi hal yang sangat
penting bagi keberhasilan perusahaan. Kinerja karyawan adalah keluaran yang dihasilkan
oleh fungsi-fungsi atau dimensi pekerjaan atau profesi yang dilaksanakan oleh sumber
daya manusia atau pegawai dalam waktu tertentu (Wirawan, 2013, p. 732).
dampak positif terhadap arti pentingnya manajemen sumber daya manusia dalam
peranan penting. Salah satu aspek pengelolaan sumber daya manusia adalah melalui
Kinerja menurut Ruky yang dikutip oleh Mangkunegara (2010:6) adalah suatu
bentuk usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan
pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dari pada yang diberikan oleh
Kinerja yang tinggi dapat tercapai dalam suatu perusahaan apabila karyawan
tersebut diberikan program pelatihan dan kompensasi terhadap karyawannya. Upaya yang
dilakukan dalam meningkatkan kinerja karyawan yaitu dengan pendidikan dan latihan,
pemindahan pegawai keposisi yang tepat, dan promosi jabatan, dalam rangka peningkatan
maupun yang akan datang, serta mempengaruhi sikap atau menambah kecakapan.
financial dan kompensasi dalam bentuk non financial. Menurut Henry (2013:89),
kompensasi financial merupakan kompensasi yang bersifat langsung yang diterima oleh
karyawan yang terdiri dari gaji, tunjangan, dan insentif. Menurut Sutrisno (2009(,
kompensasi non financial adalah kompensasi yang tidak dapat dirasakan oleh karyawan.
Kompensasi non financial diberikan oleh perusahaan sebagai usaha dari perusahaan untuk
kompensasi yang diberikan perusahaan cukup adil bagi karyawan, hal tersebut akan
mendorong karyawan untuk lebih baik dalam melakukan pekerjaannya dan lebih
Kompensasi juga dapat diartikan sebagai terhadap setiap bentuk penghargaan yang
diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ( Davis dan Werther, 2010: 164).
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
peneliti memilih PT. Agung Toyota Bengkulu sebagai obyek penelitian. Pemilihan PT.
Agung Toyota Bengkulu sebagai obyek penelitian didasari oleh beberapa pertimbangan.
Pertama, PT. Agung Toyota Bengkulu merupakan suatu perusahaan yang bergerak
dibidang penjualan dan servis kendaraan merek Toyota sehingga dibutuhkan suatu
pelatihan khususnya pada bagian teknisi untuk dapat meningkatkan kinerja. Kedua, PT.
pelatihan dengan tujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil pada pekerjaannya
sehingga, pada akhirnya nanti para tenaga kerja diharapkan dapat ningkatkan kinerjanya.
Untuk lebih mengetahui gambaran tingkat kinerja karyawan pada PT. Agung
Toyota Bengkulu, peneliti mengadakan observasi dalam bentuk wawancara dengan salah
satu karyawan marketing pada hari/tanggal sabtu, 16 November 2019 Pukul 09.31 WIB
bahwa target pencapaian penjualan mobil pada perusahaan PT Agung Toyota Bengkulu
untuk bulan agustus, september dan nopember 2019 belum tercapai. Hal ini diduga
pencapaian target yang ditetapkan perusahaan maka semakin tinggi pula kinerja
penjualan. Belum optimalnya capaian target tersebut diduga karena faktor kompensasi,
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat teridentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Karyawan akan mendapatkan insentif dan bonus jika target yang ditetapkan
tercapai sebaliknya jika karyawan tidak mencapai target yang ditetapkan maka
2. Pelatihan kerja pada PT. Agung Toyota karyawan pada saat pelatihan kerja masih
3. Banyaknya karyawan yang keluar masuk pada PT. Agung Toyota Bengkulu
Dalam penelitian, penting untuk menetapkan batasan masalah agar tidak terjadi
pembahasan yang terlalu luas dan juga karena adanya keterbatasan penulis, penelitian ini
b. Objek yang diteliti adalah pengaruh kompensasi, pelatihan kerja dan kepuasan
1.5Tujuan Penelitian
Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Marketing pada PT. Agung
Toyota Bengkulu.
1. Bagi PT. Agung Toyota Bengkulu diharapkan penelitian ini data dijadikan bahan
masukan atau dasar untuk lebih memperhatikan kompensasi, pelatihan kerja, dan
BAB II
STUDI PUSTAKA
Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh sesorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
Kinerja menurut Ruky yang dikutip oleh Mangkunegara (2010:6) adalah suatu
bentuk usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan
pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dari pada yang diberikan oleh
karyawan, sebuah proses manajemen secara keseluruhan, dimana hasil kerja seorang
tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur. Kinerja
menurut Torang (2013, p.74) adalah kuantitas dan kualitas hasil kerja individu atau
sekelompok di dalam perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang
berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, criteria dan ukuran yang telah
pada suatu perusahaan yang merupakan pencerminan loyalitas mereka dimana mereka
bekerja (Asmawi, M., 2017, Anjani, R., 2019, Onsardi, O., 2018)
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa Kinerja adalah hasil atau
melaksanakan tugas seperti target atau sasaran, standar hasil kerja yang telah disepakati
bersama.
yang kurang, begitu juga orang yang sudah berpendidikan agak tinggi masih tetap
mempunyai produktivitas yang rendah. Oleh sebab itu, maka perlu adanya
masih muda atau baru mulai mengikuti karier, biasanya bekerja agak kurang
pengalaman, hal ini dapat diatasi dengan cara mengikuti pelatihan kerja di luar
b. Faktor Pendidikan
fisik yang kuat untuk bekerja. Pendidikan yang kurang dari pekerja akan
c. Umur
produktivitas, akan tetapi hal tersebut tidak selalu begitu. Tetapi pengajaran karier
lama orang itu bekerja, maka produktivitas dari orang tersebut akan meningkat.
d. Sarana Penunjang
baik antara para pekerja serta mengadakan pembagian kerja yang jelas antara
itu dapat juga berupa penerapan teknologi sarana produksi yang cukup canggih,
hal ini akan menyebabkan tugas atau kerja dari karyawan tersebut berkurang.
dan kegairahan kerja kepada para pekerja. Seperti yang dikemukakan oleh pakar
f. Faktor Motivasi
Faktor motivasi adalah suatu dorongan dalam diri karyawan untuk melakukan
suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai kinerja
Menurut Werther dan Davis dalam Suwatno dan Priansa (2013:197), penilaian
kinerja mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi perusahaan dan karyawan yang
kinerja.
keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau
sebaliknya.
demotion.
Memandu untuk menentukan jenis karier dan potensi karier yang dicapai.
karyawan.
Inaccuracies and Job Design Errors) Membantu menjelaskan apa saja kesalahan
yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama bidang
informasi job analysis, job design, dan sistem informasi manajemen sumber daya
manusia.
dan lain-lain.
Beberapa indikator kinerja karyawan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Kualitas
2) Kuantitas
3) Ketepatan Waktu
4) Efektivitas
5) Kemandirian
a. Kualitas Kerja
Standar ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya volume kerja
b. Kuantitas Kerja
Standart ini menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibandingkan volume
kerja.
c. Ketepatan Waktu
kebijaksanaan perusahaan.
2. Tepat Waktu.
3. Displin.
5. Keyakinan.
6. Optimisme
2.1.2 Kompensasi
fungsi manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan semua jenis
segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa mereka. Selanjutnya,
atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya
karyawan.
From the above opinion it can be synthesized that the compensation is any kind
2017). Bermakna kompensasi adalah segala bentuk finansial atau non-finansial hadiah
baik secara langsung atau tidak langsung diterima oleh karyawan atau individu sebagai
ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, sedangkan kompensasi non financial
financial. Menurut Sutrisno (2009), kompensasi non financial adalah kompensasi yang
tidak dapat dirasakan secara langsung oleh karyawan. Rivai (2004, p. 358), menyatakan
bahwa kompensasi non financial terdiri dari fasilitas perusahaan, pujian, rasa nyaman
dalam bekerja, peluang promosi jabatan, motivasi dari perusahaan, lingkungan pekerjaan.
pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima
kompensasi berbentuk uang artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal
imbalan yang diterima oleh seorang pekerja atas jasa atau hasil kerjanya pada sebuah
organisasi atau perusahaan dimana imbalan tersebut dapat berupa uang ataupun barang,
1. Ikatan kerja sama, dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerjasama formal
baik, sedangkan pengusaha atau atasan wajib membayar kompensasi sesuai dengan
status social, dan egostiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
4. Motivasi, jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah
memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas karyawan, dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta
eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan akan lebih mudah
6. Displin, dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka displin karyawan
berlaku.
7. Pengaruh serikat buruh, dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat
1. Sistem Waktu
setiap bulannya.
2. Sistem Hasil
a. Kompensasi atau upah yang ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja,
c. Tidak dapat ditetapkan pada karyawan tetap, dan jenis pekerjaan yang tidak
3. Sistem Borongan
b. Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem ini cukup rumit, lama
menyelesaikannya.
karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi.
mereka.
2. Insentif adalah kompensasi diluar gaji dan upah yang diberikan organisasi atas
(2) tunjangan,
(3) penghargaan.
1. Imbalan kerja
Menurut Becker & Gerhart dalam Yamoah (2013: 60) Imbalan kerja adalah
hadiah langsung yang diberikan kepada seorang atau kelompok karyawan sebagai
jaminan kesehatan seperti imbalan saat sakit, jaminan pendidikan, imbalan hari libur,
Menurut Storey dalam Yamoah (2013: 60) keuntungan dari imbalan kerja untuk
karyawan yang memiliki kinerja yang baik karena karyawan akan termotivasi dan
Menurut Boxal dalam Yamoah (2013: 60), kompensasi dasar yang seorang
karyawan menerima adalah disebut gaji pokok. Oleh karena itu, gaji pokok adalah
tingkat standar gaji tidak memiliki apapun penambahan dibuat untuk itu. Banyak
organisasi menggunakan kategori gaji pokok seperti per jam dan gaji. Kategori ini
diidentifikasi sesuai dengan cara membayar didistribusikan dan sifat dari pekerjaan.
Karyawan yang dibayar per jam menerima apa yang disebut upah. Upah ini dihitung
pada jumlah waktu bekerja. Karyawan yang dibayar secara konsisten dari periode ke
periode seperti setiap tahun, mingguan atau bulanan menerima apa yang disebut
sebagai gaji.
Ini termasuk imbalan yang berfokus pada kebutuhan orang untuk berbagai
pribadi. Menurut Armstrong dalam Yamoah (2013: 60), imbalan non-keuangan yang
tidak melibatkan pembayaran langsung dan sering timbul dari pekerjaan itu sendiri,
misalnya, prestasi, otonomi, dan pengakuan, ruang lingkup untuk menggunakan dan
pengusaha juga harus berkonsentrasi pada aspek non moneter. Karyawan harus
harus kondusif bagi karyawan agar mereka merasa bagian dari organisasi tersebut.
tujuan terbatas.
pegawai baru atau yang sudah ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan
untuk menjalankan perkerjaan mereka. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam
meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja baik pegawai yang baru
Sedarmayanti (2010: 164). Training prepares people to do their present job and
development prepares employess needed knowledge, skill and attitude”. Artinya, bahwa
dan sikap.
Education and training are one of the traditional functions of human resource
(Sutrisno, 2011: 151).bermkna yaitu Pendidikan dan latihan adalah salah satu fungsi
tradisional manajemen sumber daya manusia yang akan dapat ditingkatkan kinerja atau
proses pendidikan dalam jangka pendek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
sebagai berikut:
keterampilan.
bekerja.
b. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja
Dalam pelatihan terdapat beberapa metode antara lain : metode on the job training
yaitu pelatihan yang diberikan secara langsung dan memberikan karyawan baru
kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu. Pengawasan dan instruksi
langsung dberikan pesertanya di tempat kerja serta metode off the job training yaitu
berkelanjutan, pelatihan yang ditujukan untuk karyawan tetap harus dipersiapkan dengan
Terdapat tiga tahapan utama dalam pelaksanaan training yang efektif, yaitu :
1. Sebelum Pelatihan
3. Pasca Pelatihan
pelatihan dapat dengan mudah memahami maksud dan tujuan diadakannya pelatihan
tersebut. Materi pelatihan yang panjang dan membosankan akan membuat peserta
pelatihan kurang memahami isi dari pelatihan tersebut sehingga, pelatihan yang
kelancaran proses pelatihan. Materi yang baik akan memenuhi kriteria serta prinsip-
meliputi:
1. Pengembangan pengetahuan
2. Keterampilan
3. Kemampuan
4. Kompetensi
5. Perilaku
atas:
1. Kriteria pendapat
2. Kriteria belajar
3. Kriteria perilaku
4. Kriteria hasil
Kepuasan Kerja (Titisari, 2014:18) adalah suatu ungkapan perasaan atau sikap
kerja, pengawasan dan perasaan puas terhadap pekerjaan itu sendiri. Kepuasan kerja lebih
kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan ketika para karyawan
Robbins dan Judge (2015) menjelaskan “Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah
suatu perasaan positif tentang pekerjaan, yang dihasilkan dari suatu evaluasi dari
karakteristik-karakteristiknya”.
berbagai aspek dari pekerjaannya. Persepsi dapat berupa perasaan dan sikap orang
terhadap pekerjaannya.Perasaan dan sikap dapat positif atau negatif. Jika seseorang
jika karyawan bersikap negatif terhadap pekerjaannya maka ia tidak puas terhadap
pekerjaannya.
Menurut Colquitt, et al, (2013) Kepuasan kerja didefinisikan sebagai kondisi emosional
yang menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja
seseorang. Robbins dan Judge (2015) menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan
positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pekerjaan seseorang pengalaman.
Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan tentang seberapa baik pekerjaan
Kepuasan kerja (Badriyah, 2015:227). merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seseorang merasa puas
dalam bekerja, maka ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan
tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaanya dalam
organisasi.
yang meliputi: minat, nyaman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan
keterampilan.
b. Faktor social, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi social baik antara
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan,
meliputi : jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja,
kesejahteraan karyawan yang meliputi: sistem dan besarnya gaji, jaminan social
Teori ini dikembangkan oleh Adam. Adapun komponen dari teori ini adalah input,
outcome, comparison person, dan equity-in-equity. Input adalah semua nilai yang
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter.Ia berpendapat bahwa mengukur
kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apayang seharusnya
kerja karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang didapt dan apa yang
diharapkan oleh karyawan. Apabila yang didapat karyawan ternyata lebih besar daripada
apa yang diharapkan maka karyawan tersebut menjadi puas. Sebaliknya, apabila yang
didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan, akan menyebabkan karyawan
tidak puas.
tahun 1943. Teori ini merupakan kelanjutan dari “Human Science Theory”Elton Mayo
(1880-1949) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasanseseorang itu jamak, yaitu
ini merupakan kelanjutan dari “Human Science Theory”Elton Mayo (1880-1949) yang
pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat
kelompok yang oleh para karyawan dianggap sebagai kelompok acuan.Kelompok acuan
tersebut oleh karyawan dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun
lingkungannya. Jadi karyawan akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan
diperluas oleh Porter dan Lawyer. Vroom menjelaskan bahwa motivasi suatu produk dari
Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut
context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas
pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan sub ordinat, upah, keamanan
kerja, kondisi kerja dan status .sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfier,
Ada lima faktor penentu kepuasan kerja yang disebut dengan Job Descriptive Index
kesempatan belajar dan kesempatan untuk mendapatkan tanggung jawab.Hal ini menjadi
2) Gaji
jumlahabsolute dari gaji yang diterima, derajad sejauh mana gaji memnuhi
harapanharapantenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan, upah dan gaji diakui
4) Supervisior
dukungan. Menurut Locke, hubungan fungsional dan hubungan keseluruhan yang positif
5) Rekan Kerja
adanya rekan kerja yang mendukung karyawan. jika terjadi konflik dengan rekan kerja ,
terhadap pekerjaan.
Tolak ukur kepuasan kerja yang mutlak sulit untuk dicari karena setiap individu
Robbins (2010:149) lima indicator yang dapat menjadi tolak ukur kepuasan kerja,
antara lain:
1. Gaji
dan adanya kenaikan gaji, yaitu besarnya gaji yang diterima sesuai dengan tingkat yang
dianggap sepadan. Upah dan gaji memang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja.
Upah dan gaji juga menggambarkan berbagai dimensi dari kepuasan kerja. Pegawai
memandang gaji sebagai hak yang harus diterimanya atas kewajiban yang sudah
dilaksanakannya.
2. Promosi
kerja pegawai.
diperuntukkan bagi sebagian orang saja. Kebijkasanaan promosi ini harus dilakukan
secara adil, yaitu setiap pegawai yang melakukan pekerjaan dengan baik mempunyai
Aspek ini mengukur kepuasan kerja seseorang terhadap atasannya. Pegawai lebih
menyukai bekerja dengan atasan yang bersikap mendukung, penuh perhatian, hangat dan
bersahabat, memberi pujian atas kinerja yang baik dari bawahan, mendengar pendapat
dari bawahan, dan memusatkan perhatian kepada pegawai (employed centered) dari pada
bekerja dengan pimpinan yang bersifat acuh tak acuh, kasar, dan memusatkan dirinya
5. Penghargaan
yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Setiap individu ingin usaha, kerja keras, dan
semestinya.
tempat kerja. Hal-hal yang berhubungan dengan prosedur dan peraturan di tempat kerja
mempengaruhi kepuasan kerja seorang individu, seperti birokrasi dan beban kerja.
7. Rekan kerja
Aspek ini mengukur kepuasan kerja berkaitan dengan hubungan dengan rekan
kerja. Rekan kerja yang memberikan dukungan terhadap rekannya yang lain, serta
suasana kerja yang nyaman dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Misalnya rekan
kerja yang menyenangkan atau hubungan dengan rekan kerja yang rukun.
Aspek yang mengukur kepuasan kerja terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan itu sendiri, seperti kesempatan untuk berekreasi dan variasi dari tugas,
9. Komunikasi
organisasi, pegawai dapat lebih memahami tugas-tugasnya dan segala sesuatu yang
mendapatkan kepausan kerja, sehingga akan meningkatkan kmerjanya dengan lebih baik.
Yang perlu diperhatikan dari manajemen sumber daya manusia iakh bagaimana
dapat ditingkatkan melalui sistem penggajian yang ada. Kompensasi yang kurang akan
menimbulkan ketidakpuasan kerja yang berdampak pada turunnya daya tarik pekerjaan,
menimbulkan stres pada karyawan dan menurunkan kinerja (Zammuto, 2009; 129).
dengan keluhan berkepanjangan soal minimnya gaji yang diterima, yang lama kelamaan
akan menimbulkan mogok kerja. Hubungan antara kompensasi dan kinerja juga
2008:189).
yang dapat menentukan kinerja karyawan. Bila pengupahan dan penggajian tidak
diadmmistrasikan secara tepat, perusahaan bisa kehilangan para karyawannya yang baik,
signifikan. Semakin tinggi kompensasi semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan.
Derajat kepuasan yang semakin tinggi akan semakin meningkatkan motivasi karyawan
dalam meraih kinerja yang tinggi. Jika dikelola dengan baik, kompensasi membantu
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian ini
Pelatihan yang diberikan instanti kepada karyawan berisi tentang hal-hal yang
terkait dengaan pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Pelatihan yang baik akan
menjelaskan secara detail bagaimana suatu pekerjaan harus diselesaikan dan bagaimana
prosesnya. Jika karyawan sudah memahami dan menguasai proses pekerjaan yang dia
miliki, maka kinerja karyawan juga akan meningkat karena karyawan tersebut akan lebih
mudah dalam mengerjakan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hamalik (2007: 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak
(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada
tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu
konsisten dengan penelitian yang dilakukan Oktavianto (2011) yang menyatakan bahwa
sangat penting untuk diterapkan dalam suatu instansi. Dengan adanya pelatihan
diharapkan karyawan akan dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien terutama untuk
metode kerja, menuntut pula perubahan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan
pengetahuan. Oleh karena itulah perusahaan yang ingin berkembang, maka pelatihan bagi
karyawannya harus mendapatkan perhatian yang besar. Dengan demikian dapat dikatakan
menghasilkan produk yang berkualitas. Di samping itu juga untuk menutup kesenjangan
antara kemampuan kerja karyawan dengan tuntutan pekerjaan. Sehingga akan tercapai
suatu kondisi yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
Pelatihan yang diberikan perusahaan kepada karyawan berisi tentang hal-hal yang
terkait dengaan pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Pelatihan yang baik akan
harus diselesaikan dan bagaimana prosesnya. Jika karyawan sudah paham dan menguasai
proses pekerjaan yang dia miliki, maka kinerja karyawan juga akan meningkat karena
karyawan tersebut akan lebih mudah dalam mengerjakan pekerjaannya. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Rahmah Ismail dan Zulridah Mohd Noor (2010), yang
pengetahuan, ketrampilan, dan kebiasaan pekerja menjadi lebih baik sehingga kinerja
kepuasan karyawan yang berupa keinginan, harapan, tujuan keperluan dan kebutuhan
Demikian juga sebaliknya, apabila kepuasan kerjanya tidak terpenuhi makan kinerjanya
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Merry Ristiana M (2013) yang menunjukkan bahwa hubungan Kepuasan Kerja
dengan Kinerja Karyawan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Hubungan
tersebut mengartikan bahwa semakin puas karyawan kepada perusahaan, maka performa
kerja dan hasil kerja yang ditunjukkan akan semakin baik atau sebaliknya. Jika seseorang
meningkat. Dorongan tersebut dapat memudahkan untuk mencapai tujuan yang telah
merupakan prediktor kinerja, karena kepuasan kerja mempunyai korelasi moderat dengan
kinerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya kepuasan kerja
karyawan akan berpengaruh terhadap kinerja. Apabila kepuasan kerja tercapai maka
Regresi
Garry Surya Pengaruh Linier Hasil Penelitian
Changgriawan Kepuasan Kerja Berganda Menunjukkan Bahwa
(2017) Dan Motivasi Dengan Kepuasan Kerja
Kerja Terhadap Disertai Uji Berpengaruh Terhadap
Kinerja Kinerja F Kinerja Karyawan Dan
Karyawan Di One (Simultan) Motivasi Tidak
Way Production Dan Uji T Berpengaruh Terhadap
(Parsial). Kinerja Karyawan
(Kompensasi)
X1
H1
Kinerja
H2
(Pelatihan Kerja ) Karyawan ( Y)
X2
(y
H3
(Kepuasan Kerja)
X3
H4
Keterangan :
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, perumusan masalah serta penelitian
bagaimana tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dalam penulisan hipotesis ini
sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
pada bulan Januari dari tanggal 18 januari-28 januari tahun 2020 sampai dengan selelesai
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Marketing pada PT. Agung Toyota
Bengkulu.
Populasi dalam penenlitian ini adalah karyawan pada PT. Agung Toyota
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
(total sampling) atau sensus. Penggunaan metode ini berlaku jika anggota populasi relatif
kecil (mudah dijangkau). Dalam penelitian ini, karena jumlah relatif kecil dan relative
mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling. Dengan metode
pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan
observasi yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan guna
2. Wawancara
Wawancara merupakan peretemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topic
3. Kuesioner
dijawabnya (Sugiyono, 012). Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari karakteristik
menyatakan skala ordinal sebagai berikut : “skala ordinal adalah skala pengukuran
yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner
Jumlah 10
Jumlah 6
25-26
responden mengisi merupakan hal yang penting. Adapun uji instrument yang dimaksud
adalah menguji valid dan reliabelitas yang dilakukan pada sampel uji, ditentukan dengan
sampel khusus sejumlah 20 orang responden diluar sampel penelitian yaitu karyawan PT
Kangaroo Motor Mandiri (Suzuki) instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Data yang telah terkumpul
menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) dalam Wijaya (2013:88). Hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang di teliti. Instrumen yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2007:172).
Menurut Sugiyono (2013 : 208) bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih
(paling kecil 0,3),maka butir instrumen dinyatakan valid. Pengujian validitas dalam
penelitian ini menggunakan komputer dengan bantuan program SPSS Versi 16.
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang mempunyai
indicator dari variable atau konstruk. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS 16. Yang akan memberikan fasilitas untuk
mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau
variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbanch Alpha > 0,60. Apabila alpha
Bagian analisis ini akan membahas mengenai bentuk tanggapan responden terhadap
masing-masing variabel akan didasarkan pada nilai rata-rata skor yang selanjutnya akan
∑𝑥
x= 𝑁
Keterangan
X = angka rata-rata
N = jumlah skor
∑x = nilai responden
berikut :
𝑅
I= 𝐾
Keterangan :
I= interval
K= jumlah kategori
5−1
= = 0.8
5
Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala hingga dapat
sebagai berikut :
memenuhi syarat yang ditentukan sebelum uji hipotesis melalui uji t dan uji F maka perlu
dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu normalitas,
berikut:
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu analisis grafik dan uji
statistic (Ghozali, 2016). Pengujian normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
kolmogrov-smirnov menghasilkan nilai diatas 0,05 maka model regresi memenuhi asumsi
menghasilkan nilai dibawah 0,05 maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali,2016)
adanya korelasi antar variable bebas (independen).model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variable independen. Jika variable independen saling
variable independen yang nilai korelasi antar sesame variable independen sama dengan
nol (Ghozali,2016). Dalam penelitian ini, multikolonieritas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adlah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
Mengacu pada tujuan dan hipotesis penelitian, maka model analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Penggunaan analisis ini dengan alasan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu antara
Kompensasi (X1), Pelatihan Kerja (X2) Kepuasan Kerja (X3) terhadap Kinerja Karyawan
(Y). Menurut Sugiyono (2009), persamaan analisis regresi linier berganda dapat
Keterangan :
Y : Variabel Kinerja
a : Constanta
X1 : Variabel Kompensasi
X2 : Variabel Pelatihan
X3 : Variabel Kepuasan
e : Error
Uji determinasi (R2) merupakan alat untuk mengukur beberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai determinasi adalah antara nol
atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang
Penelitian ini juga mengunakan uji hipotesis. Data diperoleh dari hasil
pengumpulan data di atas dapat diperoses sesuai dengan jenis data kemudia disajikan
sejauh mana pengaruh satu variabel independen secara persial (individual) dalam
pengaruh variabel bebas (Kompensasi, Pelatihan Kerja dan Kepuasan Kerja ) secara
persial atau individu menerangkan pengaruh terhadap variabel terikat Kinerja Karyawan).
Pengambilan keputusan yaitu dengan nilai signifikan 0,05 dan membandingkan t hitung
1) Apabila thitung> ttabel dan signifikansi < α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima
dependen.
2) Apabila thitung< ttabel dan signifikansi > α (0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak
variabel dependen.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yaitu
Kompensasi, Pelatihan Kerja dan Kepuasan Kerja yang terdapat didalam model secara
membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F, yaitu untuk mengetahui sejauh mana
dari perhitungan nilai F > F tabel pada taraf signifikan 5%, maka dapat dikatakan bahwa
variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika nilai
F < F pada taraf signifikan 5%, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak mampu
Adigun A. O. (Ph.D), Oyekunie I. A and Onifade T.A 2017. Influence Of Job Satisfaction
On Employees Performance In Mtn Nigeria. Global journal of human resource
management vol. no. 5, pp. 54060, june 2017
Akbar, P. dan Usman, H. (2009). Metode penelitian social. Jakarta: Bumi Aksara
Anjani, R. (2019). Tata Kelola Adminitrasi Keuangan, Dan Pembangunan Desa Tepi Laut
Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia, 2 (2).
Ayu Desi Indrawati (2013). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dan
Kepuasan Kerja Pelanggan Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Denpasar. Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis, Dan Kewirausahaan Vol. 7. No.2. Agustus 2013
Dina kurniati ( 2018 ). Pengaruh Kompensansi dan Displin Kerja Terhadap Kinerja
Karyawandi PT. Marinal Indoprima Desa Kapedi Sumenep. Jurnal Pemikiran &
Penelitian Ekonomi ISSN : 2339-2185
Dessler, Gary (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid II, Edisi ke 10. Jakarta:
PT. Indeks
Erma Safitri (2013). Pengaruh Pelatihan Dan Displin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pada Pt. Angkasa Pura 1 (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Juanda-
Surabaya. Jurnal Ilmiah Manajemen. Volume 1 Nomor 4 Juli 2013
Gary, Dessler 2015, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: selemba empat.
Garry Surya Changgriawan (2017). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Kinerja Karyawan Di One Way Production. Agora. Vol. 5.
No. 3. (2017)
Handoko, T.. Hani. 2001. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Edisi ke
14. Yogyakarta: BPFEE
Hasibuan. Malayu S.P (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia Erlangga, Jakarta.
Hartatik, Puji Indah. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Jogjakarta: Laksana.
Ilham Thaief Aris Baharuddin, Priyono & Mohamad Syafi’I Idrus (2015). Effect Of
Training, Compensation And Work Discipline Against Employee Job
Performance. Review of European studies, vol 7. No. 11.
(http;//eprints.binadarma.ac.id cdiakses pada tanggal 15 oktober 2017)
Iwan Wijaya (2018). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Cv Bukit
Sanomas. Agora. Vol. 6. No. 2 (2018)
Leonando Agusta dan EddyMadiono Sutanto (2013). Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Cv Haragon Surabaya. Agora. Vol. 1. No. 3.
(2013)
Lia Riantika Tanujaya (2015). Pengaruh Pelatihan Kerja dan Motivasi Kerja pada
Kinerja Karyawan Departemen Produksi PT Cornet Crown. Agora. Vol. 3. No.1.
(2015)
Mangkunegara,A.A Anwar Prabu. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Revika
Aditama.
Mr. Abdul Hameed, Mphil, Muhammad Ramzan, MBA, Hafiz M. Kashif Zubair, MBA,
Muhammad Arslan, MBA .2014. Impact Of Compensation On Employee
Performance (Empirical Evidence From Banking Sector Of Pakistan).
Internasional journal of business and social science. Vol. 5. No. 2. February 2014
Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori Ke
Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Rivai V. & Sagala E.J (2013) Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins, S.P (2006). Perilaku Organisasi. PT. Indeks, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Risha Faiq Fakhri (2015). Pengaruh Kompensasi Dan Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagi Variable Intervening(Studi Pada PT.
Audio Sumitomo Technology (AST) Indonesia). Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015,
Halaman 1-15
Sjafri. (2009). Bisnis, Manajemen, dan Sumber Daya Manusia. Bogor : IPB Press.
Torang, S. (2013) Organisasi dan manajemen; perilaku, struktur, budaya & perubahan
organisasi. Bandung: penerbit Alfabeta.
Selvy Mutiara, Syahrum Agung Dan Undang Suryana, 2016. Pengaruh Displin Kerja dan
Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Kereta Api Indonesia (pesero)
Daerah Operasi 1 Jakarta. Jurnal Iilmiah Innovator, Edisi September.
Sutrisno, e., & rachmady, r. (2011). Preliminary observations of yhe gy of the critically
endangered white-shouldered iblis pseudibis davisoni in east Kalimantan. Kukila,
14, 32-35. View in (google scholar)