Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN DAN

MINUMAN

DISUSUN OLEH :
MAUDY KINANTI 2113451058
SHABILLA HELMALINE 2113451077
RAGIL IMANIAR HARLIYANA 2113451086

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII SANITASI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan praktikum perpetaan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah penyehatan
makanan dan minuman. Selain itu kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta menambah pengetahuan bagi penulis dan juga bagi para
pembacanya. Dalam menyusun laporan ini kami berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari buku-buku ataupun website.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah penyehatan
makanan dan minuman yang telah membimbing kami dalam menyusun praktikum.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini kami menyadari masih terdapat kekurangan
di dalamnya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan panduan praktikum ini.

Bandar Lampung, 10 Agustus 2022

Kelompok 4
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Perpetaan ini ditunjukkan sebagai hasil dalam mengikuti


Praktikum Mata Kuliah Penyehatan Makanan Dan Minuman Program Studi Sanitasi
Diploma III Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Tahun Akademik 2022/2023.

Bandar Lampung, 10 Agustus 2022

Penanggung Jawab Penanggung jawab


Mata Kuliah Perpetaan Kepala Unit Penunjang

Suami Indarwati,ST.,MTA Dr.Ferizal Masra,SKM.,M.Kes


NIP.196602141989032001 NIP.196412071987031001
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktikum Perpetaan ini ditunjukkan sebagai hasil dalam mengikuti


Praktikum Mata Kuliah Penyehatan Makanan Dan Minuman Program Studi Sanitasi
Program Diploma III Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang Tahun Akademik 2022/2023.

Bandar Lampung, 10 Agustus 2022

Pembimbing Praktikum

Tati Baina Gultom,SST.,M.Si


NIP.19870708201001209
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PRAKTIKUM..........................................Error! Bookmark not defined.
FORMALIN I...............................................................Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PRAKTIKUM..........................................Error! Bookmark not defined.
BORAKS II..................................................................Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PRAKTIKUM..........................................Error! Bookmark not defined.
RODHAMIN III...........................................................Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PRAKTIKUM..........................................Error! Bookmark not defined.
ANGKA KUMAN PADA MAKANAN IV ...............Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PRAKTIKUM……………………………………...……………33
ANGKA KUMAN PADA ALAT MAKAN V………………...…………….37
LAPORAN PRAKTIKUM……………………………………………...……42
SALMONELLA VI ……………………………...…………………………..47
LAMPIRAN.........................................................................Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PRAKTIKUM
FORMALIN I

Hari/Tanggal : Senin / 25 juli 2022


Waktu : 13.00 – 14.00
Tempat : laboratorium Kesehatan lingkungan
Tujuan formalin : 1.untuk mengetahui kandungan zat pengawet yang berupa
formalin padas sampel makanan yang akan di uji
2. untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya bahan
pengawet yang berbahaya pada makanan yang di uji
1.TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN FORMALIN
Formaldehida (CH2O) adalah derivasi aldehida yang mempunyai bau yang
menyengat. Zat kimiawi ini mempunyai kecenderungan untuk berpolimerisasi dimana,
molekul secara individu bergabung membentuk suatu satuan dari bobot molar yang
tinggi. Aktivitas polimerisasi ini melepaskan panas yang sering terjadi secara letupan.
Formaldehida yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat
tambahan makanan yang dilarang. (Astawan, 2018).
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Formalin mengandung sekitar 37% formaldehida dalam air, biasanya ditambah
metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh
hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin
adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, dan
Formalith. Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH.
Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel
tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –
NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap.
(Astawan, 2018).
Penggunaan formalin sebagai pengawet makanan merupakan cara untuk
mengurangi biaya produksi. Formalin merupakan bahan pengawet ilegal yang paling
murah efisien dan efektif, karena dengan mengeluarkan biaya sekitar Rp. 15.000,- dari
harga 1 liter formalin, dapat mengawetkan sekitar 10 ton ikan segar, tahu dan mie
basah. (Hastuti, 2018).
Formalin merupakan bahan pengawet makanan illegal berbahaya, yang bersifat
karsinogen. Formalin selama ini beredar di tengah-tengah masyarakat, bahkan diantara
pemakaiannya sebagian besar adalah para nelayan, pengusaha mie basah, pengusaha
tahu dan bakso, sebagai kelompok pengusaha menengah kebawah, yang produksinya
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat indonesia. Sebagai akibatnya sekarang ini
kita semua kesulitan memperoleh makanan yang benar-benar bebas dari formalin
(Affandi,2019).

B.SIFAT FISIKA DAN KIMIA FORMALIN


a. Sifat Fisika
Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran organikyang dikenal dengan
nama aldehid,membeku pada suhu 920C dan meditih padasuhu 300oC.
Formaldehid awalnya disintesa kimiawanasal Rusia AlexanderButlerov pada
tahun 1859, tetapi terindentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.Formladehid
dihasilkan dengan membakar bahan yang mengandung karselamat Dalam
atmosfer bumi,formaldehid dihasilakan dari reaksi cahayamatahari dan oksigen
terhadap metana dan bahayalain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat
dalam bentuk gas, larutan, dan padatan. Formalinmerupakan larutan yang
terdiri atas 37% formaldehid dalam udara ( pine et al 1998)sebuah)Sifat Fisik
dan KimiaSifat fisik larutan forlmaldehid adalah cairan jernih,tidak bewarna
atau hampir tidak bewarna, baumenusuk, menguapkan pemandangan lender
hidung dan tenggorokandan jika disimpan ditempatdingin dapat menjadi
keruh. Disimpan dalam wadah tertutup , terlindung dari cahaya dengan
suhupenyimpanan di atas 20oC.
b. Sifat Kimia
Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan aldehid
namun lebih relaktif dibandingkan aldehid lainnya. Formaldehid merupakan
elektrofil sehingga bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofil dan
senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofil dan alkena.

C. PENGGUNAAN FORMALIN
Formalin adalah bahan kimia untuk perekat kayu lapis dan desinfektan yang
kadang digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah.Bahan pengawet
produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak.
Bahan untuk insulasi busa. Bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood).Formalin biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman sehingga
banyak digunakan pada produk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
pem- basmi lalat dan serangga lainnya, bahan pembuatan sutera buatan, zat
pewarna, cermin kaca dan bahan peledak, bahan pembuat parfum dan bahan
pengawet produk kosmetika.
D. CIRI – CIRI PRODUK MAKANAN YANG MENGANDUNG FORMALIN
Ada beberapa ciri-ciri makanan yang mengandung formalin seperti :
- Tidak rusak sampai 3 hari di suhu kamar (25 derajat Celcius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celcius).
- Tercium bau menyengat formalin pada makanan.

E. BAHAYA FORMALIN
Beberapa pengaruh formalin terhadap Kesehatan seperti jika terhirup akan
menyebabkan iritasi dan bahkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar
bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru. Pada
konsentrasi sangat tinggi akan menyebabkan kematian. Efek formalin bahkan bisa
mengarah pada kematian jika seorang terpapar secara terus menerus dan dalam
jangka waktu yang lama. Jika masuk ke dalam tubuh, formalin bisa menyebabkan
seorang mengalami kanker otak. Formalin juga merupakan zat karsinogenik yang
sifatnya bisa menyebabkan tumbuhnya sel – sel kanker.

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Beaker glass
2. Pipet ukur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Gelas ukur
6. Mortal dan alu
7. Batang pengaduk
8. Cawan arloji
9. Neraca digital
10. Bulb (karet penghisap)
11. Kompor listrik
12. Label
B. Bahan
1. Aquades
2. KMNO4
3. Bakso
4. Tahu
5. Ikan Asin

III. PROSEDUR KERJA


1. Haluskan ketiga sampel menggunakan mortal dan alu lalu timbang ketiga sampel
dengan masing-masing berat 5 gram.
2. Masukkan ketiga sampel yang telah di haluskan ke dalam masing-masing beaker
glass+ aquades panas 25 ml lalu homogenkan
3. Ambil air sampel sebanyak 1-2 ml menggunakan pipet ukur, lalu masukkan ke
dalam tabung reaksi.
4. Tambahkan KMNO4 sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi lalu homogenkan
5. Amati tabung reaksi, jika sampel tetap berwarna ungu maka sampel negatif
mengandung formalin san jika warna ungu pada sampel hilang maka sampel positif
mengandung formalin.
IV. HASIL

PRODUK HASIL FOTO


BAKSO NEGATIF

TAHU NEGATIF

IKAN ASIN POSITIF


V.PEMBAHASAN
Setelah sampel bakso,tahu dan ikan asin di ambil / di timbang sebanyak 5 gram dan di
beri aquades yang terlebih dahulu di panaskan sebanyak 25 ml, dan di tambahkan 1 ml
KMNO4, setelah di berikan KMNO4 akan berubah warna menjadi ungu. Jika warna
ungu menghilang dapat di nyatakan positif mengandung formalin, dan apabila tetap
berwarna ungu dapat dinyatakan negatif.
Jadi, setelah di amati sampel bakso dan tahu tersebut tidak berubah warna / warnanya
tetap ungu dapat di nyatakan bahwa sampel tersebut di nyatakan negatif formalin dan
aman untuk di konsumsi. Sedangkan untuk sampel ikan asin warna ungu nya
memudar dan dinyatakan positif.

VI. KESIMPULAN

Jadi, sampel bakso dan tahu di nyatakan negative terhadap formalin.Sedangkan,untuk


sampel ikan asin dinyatakan positif formalin.
DAFTAR PUSTAKA

Astawan,2018 Pengertian formalin


http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1809/5/108700031_file5.pdfv
( Di akses 10 agustus)

Affandi,2019 Pengertian formalin


https://initu.id/pengertian-formalin-karakteristik-kegunaan-dan-bahayanya/
(Di akses 10 agustus)

Hastuti,2018 Penggunaan formalin


https://theconversation.com/kenali-bahaya-kesehatan-formalin-dan-tanda-
tanda-makanan-yang-terkontaminasi-126942
( Di akses 10 agustus)
LAPORAN PRAKTIKUM
BORAK II

Hari/tanggal : senin/ 25 juli 2022


Waktu : 13.00-14.00
Tempat : laboratorium Kesehatan lingkungan
Tujuan boraks : 1. untuk mengetahui kandungan zat pengawet yang berupa
boraks pada makanan sampel yang akan di uji
2. untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya bahan
pengawet yang berbahaya pada makanan yang di uji

1.TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BORAKS
Boraks atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama “bleng”
(bahasa jawa) yaitu serbuk kristal lunak yang mengandung boron, berwarna
putih atau transparan tidak berbau dan larut dalam air. Boraks dengan dalam
nama ilmiahnya dikenal sebagai natrium tetraborate decahydrate. Boraks
mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat
yang seharusnya hanya digunakan dalam industry non pangan. ( Setiawan,2018)

Boraks merupakan senyawa berbentuk kristal berwarna putih dan tidak


berkilau serta stabil untuk suhu normal dan tekanan. Boraks adalah senyawa
kimia dan mempunyai nama natrium tertraborat. Dan akan menjadi asam borat
dan hidroksida jika larut dalam air. Boraks biasanya dipakai untuk pembasa
farmasi, pengawet makanan dan digunakan sebagai bakterisida lemah serta
astrigen sedang. (Setiawan,2018)

Boraks merupakan senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat yang


berbentuk kristal lunak boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi
natrium hidroksida dan asam borat. Penyalahgunakan Boraks pada pangan
antara lain sebagai pengenyal pada pangan seperti bakso, mie, kerupuk dan
empek-empek. Bahaya boraks bagi kesehatan bisa menyebabkan gangguan
susunan saraf pusat, fungsi ginjal dan hati.(Setiawan,2018)

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, boraks dikenal sebagai bahan


pembasa preparat farmasi. Boraks juga digunakan sebagai bahan bakterisida
lemah dan astringen ringan dalam lotion, obat kumur dan pembersih mulut.
Boraks juga disebut sebagai sodium pyroborate dan sodium tetraborate.
( Setiawan,2018)
Adapun bahan pengganti boraks yang aman dipakai dan dapat memberikan
efek sama sebagai pengenyal dan pengawet alamiadalah air abu yang berasal
dari pembakaran tangkai bulir padi (merang) dan daun pisang kering (klaras).
Selain itu alternatif pengawet alami lain pengganti boraks adalah air kapur sirih
dan Sodium tripolyphosphate (STPP atau E451). Kelebihan penggunaan STPP
dibanding boraks adalah harganya lebih murah, dengan hanya sedikit STPP
dapat membuat adonan kue mengembang, lebih renyah dan lebih lezat.

B. SIFAT FISIKA DAN KIMIA PADA BORAKS

a. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 381,372 ggmol

2. Bentuk : granular

3. Titik leleh : 75 C

4. Titik didih : 200 C 2.8.1.2 Sifat-sifat kimia Granular boraks ketika


dipanaskan maka akan kehilangan air dan menjadi bentuk Na 2 B 4 O 7.
Reaksi :Na 2 B 4 O7

b. Sifat Kimia

Boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O2(H20)10 dengan berat molekul


381,43 dan mempunyai kandungan boron sebesar 11,34 %. Boraks bersifat
basa lemah dengan pH (9,15 – 9,20). Boraks umumnya larut dalam air,
kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L pada suhu 25C dan kelarutan boraks
dalam air akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu air dan boraks
tidak larut dalam senyawa alcohol.

C. PENYALAHGUNAAN BORAK

Dalam penyalahgunaanya pada makanan,boraks seringkali digunakan sebagai


pengawet dan pengenyal. Mudah dan murahnya mendapatkan boraks
menjadikan oknum tertentu untuk dapat meraup keuntungan lebih besar. Efek
dari boraks memang tidak langsung didapat seusai mengonsumsinya, namun
dalam jangka pendek boraks dapat merugikan kesehatan.
D. BAHAYA BORAKS

Boraks sangat bahaya jika terhirup, mengenai kulit, mata dan tertelan.Jika
tubuh terpapar boraks secara terus-menerus atau dikonsumsi dalam jumlah
sangat banyak, hal ini bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang
lebih serius, seperti: Kejang dan gangguan saraf. Infertilitas atau gangguan
kesuburan. Kanker, misalnya kanker hati dan kanker usus besar.

II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1. Beaker glass
2. Pipet ukur
3. Gelas ukur
4. Bulb (karet penghisap)
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Mortal dan alu
8. Batang pengaduk
9. Cawan arloji
10. Kompor listrik
11. Neraca digital
12. Label

B. BAHAN

1. Aquades
2. HCI
3. Mannitol
4. Idikator pp
5. NaOH
6. Mie basah
7. Dumpling Keju
8. Lontong

III. PROSEDUR KERJA

1. Haluskan ketiga sampel menggunakan mortal dan alu-alu timbang ketiga


sampel dengan masing-masing berat 5 gram.
2. Masukkan ketiga sampel yang telah di haluskan ke dalam masing-masing
beaker glass+aquades panas 25 ml lalu homogenkan.
3. Ambil air sampel sebanyak 1-2 ml menggunakan pipet ukur lalu masukkan ke
dalam tabung reaksi.
4. Tambahkan 1-2 ml HCI + 1 sendok manitol + 1 tetes indikator PP + 3-5 ml
NaOH lalu homogenkan.
5. Amati tabung reaksi. Jika sampel tidak berwarna pimk (merah muda) maka
sampel negative mengandung boraks dan jika sampel berwarna pink (merah
muda) maka sampel positif mengandung boraks
IV. HASIL

PRODUK HASIL FOTO

MIE BASAH NEGATIF

DUMPLING KEJU NEGATIF

LONTONG NEGATIF
V. PEMBAHASAN

Setelah sampel mie basah, lontong dan dumpling keju di ambil sebanyak 5 gram yang
sudah di haluskan, kemudian tambahkan 5 ml aquades yang sudah di panaskan lalu
aduk, selanjutnya ambil 2 ml air sampel mie basah, lontong dan dumpling keju
masukkan ke dalam tabung reaksi tambahkan (1/2 ml HCL, 1 sendok menitol, 1 tetes
indikator pp dan 3 ml NAOH) jika larutan semua telah tercampur dan terjadi
perubahan warna pink (merah muda) pada sampel makanan tersebut dinyatakan positif
mengandung boraks namun jika tidak berubah warna / bening maka sampel
dinyatakan negative.
Jadi, setelah mengamati sampel mie basah, lontong,dan dumpling keju tersebut di
nyatakan negatif tidak mengandung boraks di karenakan tidak ada perubahan warna
pink pada sampel tersebut.

VI. KESIMPULAN

Jadi sampel mie basah, lontong dan kerupuk gendar dinyatakan negatif tidak
mengandung boraks.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan,2018 Pengertian Boraks


https://uia.e-journal.id/biosains/article/view/1565
Di akses ( 10 agustus)

Setiawan,2018 Bahan Pengganti Boraks


https://www.pom.go.id/new/view/more/artikel/14/Apa-itu-Boraks-.html
Diakses ( 10 agustus)
LAPORAN PRAKTIKUM
RODHAMIN III

Hari/tanggal : Selasa / 26 juli 2022


Waktu : 13.00-14.00
Tempat : laboratorium Kesehatan lingkungan
Tujuan rhodamine : 1. Untuk mengetahui kandungan zat pewarna yang berupa
Rhodamin pada makanan sampel yang akan di uji
2. untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya
Rhodamin pada jajanan kue apam berwarna merah muda
1.TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BORAKS
Pengertian rhodamin B dalam dunia perdagangan sering dikenal dengan
nama tetra ethyl rhodamin, rheonine B, D dan Red no. 19, C.I. Basic violet 10,
C.I. No. 45170. Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal,
berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna
merah terang berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan
histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai
pewarna kertas dan tekstil. Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk
pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi,
dan lain-lain. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria
dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini
digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra (Djarismawati, 2019).

Rhodamin B adalah salah satu bahan pewarna sintesis makanan yang


dilarang penggunaannya di Indonesia utamanya sejak 1985 melalui Peraturan
Menteri Kesehatan. WHO secara resmi juga telah mengumumkan bahwa zat
tersebut berbahaya karena kandungan logam berat dan sifat kimiawinya.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada
industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang
penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85.
Rumus molekul dari rhodamin B adalah C 28H31N2O3Cl dengan berat molek
ul sebesar 479.000. Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah
kebiru- biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut
dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat ter
sebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th,
dan titik leburnya pada suhu 1650C (Devianti, 2019).

B . CIRI- CIRI MAKANAN YANG MENGANDUNG RODAMIN

Ciri-ciri Makanan Mengandung Rhodamin B, yaitu warna kelihatan cerah (berw


arna-warni), sehingga tampak menarik; ada sedikit rasa pahit (terutama pada siro
p atau limun); muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya; baun
ya tidak alami sesuai makanannya.

C. BAHAYA MENGONSUMSI RHODAMIN

Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh


dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati
kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timb
ulnya kanker hati. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, k
ulit, mata, saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati, serta dalam jangka
panjang bisa menyebabkan kanker dan tumor. Kadar zat warna Rhodamin B sec
ara kualitatif dan kuantitatif pada kerupuk merah ditentukan menggunakan KLT
dan Spektrofotometri UV-Vis.

II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1. Beaker glass
2. Pipet ukur
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Bulb (karet penghisap)
8. Batang pengaduk
9. Kompor listrik
10. Label
11. Corong pisah

B. BAHAN

1. Aquades
2. NaOH
3. Dietil eter
4. HCI
5. Kue apem pink
III. PROSEDUR KERJA

1. Haluskan sampel menggunakan mortal dan alu-alu timbang sampel dengan


berat 5 gram.
2. Masukkan smapel yang telah di haluskan ke dalam beaker glass+aquades 25
ml lalu homogenkan.
3. Ambil 1-2 ml air sampel lalu masukkan ke dalam corong pisah.
4. Tambahkan 1 ml NaOH + 5 ml dieter etil lalu guncang pelan-pelan selama 1
menit dan diamkan sampai terbentuk 2 lapisan.
5. Pisahkan lapisan yang paling bawah (lapisan yang sedikit ) lalu pindahkan ke
dalam tabung reaksi.
6. Tambahkan 10 ml HCI lalu homogenkan
7. Amati tabung reaksi, jika sampel tidak berwarna ungu maka sampel negatif
mengandung rhodamine B dan jika sampel berwarna ungu maka sampel
positif mengandung rhodamine B.

IV. HASIL

PRODUK HASIL FOTO


Kue apem pink Negatif
(merah muda)

V. PEMBAHASAN

Dalam praktikum pemeriksaan rhodamin pada makanan, kami memiliki kue apem
sebagai sampel yang akan di uji. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan
rhodamin adalah analisa kualitatif,untuk mengertahui ada atau tidaknya kandungan
rhodamin pada sampel makanan yang akan diuji. Angka atau kadar yang terkandung
dalam sampel bukan fokus utama dalam praktikum ini.

Setelah mel;akukan pengamatan terhadap sampel dalam tabung reaksi, sampel kue
apem tidak berwarna ungu. Sehingga di dapatkan hasil sampel kue apem megatif
mengandung rhodamin. Sampel yang duji memenuhi syarat peraturan Menteri
Kesehatan Repoblik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan
Tambahan Pangan sehingga aman untuk di konsumsi.

VI. KESIMPULAN

Jadi sampel kue apem dinyatakan negatif tidak mengandung rodhamin.


DAFTAR PUSTAKA

Djarismawati, 2019. Pengertian Rodhamin


https://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-rhodamin-b.html
(Diakses 11 agustus)

Devianti, 2019. Rumus Molekul


https://sib3pop.menlhk.go.id/B3/RodaminB.htm
( Diakses 11 agustus)
LAPORAN PRAKTIKUM
ANGKA KUMAN PADA MAKANAN IV

Hari/tanggal : Rabu / 27 juli 2022 – kamis / 28 juli 2022


Waktu : 13.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium Kesehatan lingkungan
Tujuan : 1. Untuk mengetahui angka kuman pada sampel makanan yang
akan di uji.
2. untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya angka kuman
pada makanan pisang goreng yang akan di uji.

1. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ANGKA KUMAN
Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada
asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang
sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil
perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam
suspensi tersebut. Angka kuman alat makan ini digunakan sebagai indikator
kebersihan peralatan makanan minuman yang telah dicuci. (Sartono,2020)
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, berdiameter antara 0,5-2,5
µm. Bentuk ada bulat, batang, koma atau spiral. Selnya berisi sitoplasma ada y
ang berkapsul, berspora dan ada yang mempunyai flagella. DNA bakteri terdiri
dari kromosom dan plasmid. Sistem reproduksinya dengan cara membelah diri
dan dalam pengecatan gram ada yang bersifat gram positif dan gram negatif. B
akteri dapat menghasilkan toksin terdiri dari endotoksin dan eksotoksin(Maddo
x, 2018).

Pertumbuhan bakteri pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan set
iap jenis bakteri membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karen
a itu jenis dan jumlah mikroba yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan
pada setiap pangan juga berbeda. (Maddox, 2018)

B. FUNGSI PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN PADA MAKANAN


Pemeriksaan angka kuman pada makanan adalah suatu tindakan untuk
mengetahui kualitas makanan apakah telah terkontaminasi atau tidak oleh
kuman.
II. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT

1. Pipet ukur
2. Petridish
3. Gelas ukur
4. Gelas beaker
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Bunsen (lampu spirtus)
8. Korek
9. Bulb (karet penghisap)
10. Batang pengaduk
11. Autoklaf
12. Oven
13. Inkubator
14. Cawan arloji
15. Neraca digital
16. Aluminium foil
17. Kapas
18. Kompor listrik
19. Mortal dan alu
20. Coloni counter
21. Kertas buram
22. Sendok reagen
23. Erlenmeyer

B. BAHAN

1. PCA (plate count agar)


2. Aquades
3. BPW
4. Pisang goreng
5. Alkohol

III. PROSEDUR KERJA


1. Haluskan dan timbang pisang goreng sebanyak 5 gram menggunakan cawan
arloji yang sudah disterilkan menggunakan alkohol
2. Lalu campurkan ke dalam beaker glass yang telah berisi 45 ml aquades
kemudian homogenkan.
3. Siapkan 4 tabung reaksi yang telah di isi larutan BPW sebanyak 9 ml untuk 3
tabung, dan 10 ml untuk 1 tabung (blanko).
4. Kemudian beri label di setiap tabung reaksi dengan kode 102, 103, 104,
blanko.
5. Setelah disterilkan di autoklaf, ambil 1 ml larutan sampel yang sudah di
homogenkan menggunakan pipet ukur lalu masukkan ke dalam tabung reaksi
dengan kode 102 yang berisi 9 ml larutan BPW tyang sudah steril kemudian
homogenkan.
6. Ambil 1 ml larutan di tabung reaksi 102 menggunakan pipet ukur yang steril
kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 103 , lalu homogenkan.
7. Ambil 1 ml larutan di tabung reaksi 10 3 , menggunakan pipet ukur yang steril
kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 104 , lalu homogenkan.
8. Ambil masing-masing 1 ml di 4 tabung reaksi 102 , 103 , 104 , balko
menggunakan pipet ukur steril lalu masukkan ke dalam 8 blanko
menggunakan pipet ukur steril.
9. Kemudian masukan PCA yang sudah dipanaskan dan di autoklaf ke masing -
masing petridish sebanyak 10-15 ml.
10. Tunggu PCA hingga menjadi agar, lalu bungkus petridish menggunakan
kertas buram dan maukkan ke dalam incubator selama 24 jam.
11. Setelah 24 jam, amati jumlah angka kuman yang terdapat pada sampel
petridish menggunakan clono counter.
IV. HASIL
Menghitung kebutuhuan media :
- Sampel 5 gram
22 ,5
- PCA = × 150 = 3,8 gram PCA → aquades 150 ml
1000
- BPW = 0,1 gram BPW → aquades 100 ml
Pengenceran :
1: 10 → 102 , 103 , 104 , blanko
kontrol : 4 kontrol : 3
plate 1 : 250
plate 2 : 33
plate 3 : 57
plate 4 : 140
plate 5 : 19
plate 6 : 40
perhitungan :
No 10-2 10-3 10-4 TPC permi keterangan
/ gram
(1) (2) (3) (4) (r) Bila ada dua
pengenceran yang.
1. 250 57 19 154.000 Berada dalam batas
Koloni / yang sesuai hitung
33 140 40 gram jumlah masing-
masing dari
pengenceran sebelum
merata-rata jumlah
yang sebenarnya.

V. PEMBAHASAN
Sampel pisang goreng yang di periksa mempunyai nilai angka kuman 154.000 koloni /
gram yang melebihi nilai ambang. batas angka kuman menurut SNI 73 88 – 2009
yaitu 50.000 koloni / gram.

VI. KESIMPULAN
Jadi, sampel pisang goreng yang diperiksa mempunyai nilai angka kuman 154.000
koloni / gram
DAFTAR PUSTAKA

Sartono,2020 Pengertian Angka Kuman


www.indonesian-publichealth.com/angka-kuman-peralatan-makanan/
(Di akses 11 agustus)

Maddox,2018 Pengertian Bakteri


https://www.suara.com/health/2021/07/07/103417/bakteri-pengertian-ciri-
klasifikasi-dan-cara-mereka-dapat-makanan
(Diakses 11 agustus)
LAPORAN PRAKTIKUM
ANGKA KUMAN PADA ALAT MAKAN V

Hari/tanggal : kamis / 28 juli 2022 – jumat / 29 juli 2022


Waktu : 13.00-16.00
Tempat : laboratorium Kesehatan lingkungan
Tujuan : 1. Untuk mengetahui angka kuman pada usap alat makan yang
akan di uji.
2. untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya angka
kuman pada usap alat makan / minum gelas yang akan di uji.

1. TINJAUAN PUSTAKA
A.PENGERTIAN ANGKA KUMAN
Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan
pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh
menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan
lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh
dihitung dari hasil perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau dugaan
dari jumlah dalam suspensi tersebut. Angka kuman alat makan ini
digunakan sebagai indikator kebersihan peralatan makanan minuman yang
telah dicuci. (Yulianti,2019)
Menurut Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Makan dan
Masak. Pusat laboratorium Kesehatan Depkes RI : 1991 alat makan yang
digunakan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan seperti bahan peralatan,
keutuhan peralatan, fungsi dan letak peralatan. Kandungan bakteri dalam
alat makan harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu
peralatan makan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan
tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100/cm2 permukaan
alat dan tidak boleh mengandung E.coli/cm2 permukaan alat. Bila lebih dari
angka kuman yang ditentukan berarti tidak memenuhi syarat kesehatan.
Untuk membuktikan apakah lingkungan tempat penjualan makanan dan
higiene perorangan dalam mengelola kebersihan alat makan dalam kondisi
yang baik maka perlu pemeriksaan angka kuman alat makan tersebut.
( Yulianti,2019)
Pemeriksaan angka kuman alat makan dilakukan dengan usap alat
makan dan pemeriksaan angka kuman di laboratorium dengan metode PCA
(Plate Count Agar). Bila angka kuman yang terdapat pada alat makan lebih
dari 100koloni/cm2 hal ini dapat mengkontaminasi makanan yang disajikan
kepada pengunjung. Sehingga makanan yang terkontaminasi oleh mikrobia
masuk ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit. (Yulianti,2019)

B.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAP ALAT MAKAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi uji angka kuman pada usap alat makan
adalah:

1. Bahan dasar alat makan: Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik,
plastik, perak dan lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain
adalah stainless stell, kuningan, plastik, kaca dan lain-lain. Tekstur masing-
masing alat makan ini berbeda sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
2. Kondisi awal piring: Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring
tersebut belum dibersihkan, sehingga masih ada kotoran yang menempel pada
peralatan makan tersebut. Kotoran yang dapat menempel pada peralatan
tersebut antra lain Karbohidrat (nasi, sayuran, kentang), Lemak /minyak
(antara lain sisa-sisa margarin dan mentega), Protein(sisa daging, ikan, telur),
serta Mineral, susu, dan endapan kerak.
3. Air pencuci. Penggunaan air pencuci untuk mencuci harus banyak, mengalir
dan selalu diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari pi ring.
4. Bak pencuci. Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antara
peralatan dan bak pencucian yang tidak bersih.
5. Tenaga pencuci. Tenaga pencuci berhubungan dengan kualitas pencucian
bahan makanan, peralatan makan dan peralatan masak yang d igu nakan.
6. Alat penggosok. Alat penggosok tergantung dari jenis alat penggosok yang
digunakan misalnya dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang
atau jeruk nipis.

II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1. Pipet ukur
2. Petridish
3. Gelas ukur
4. Gelas beaker
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Bunsen (lampu spirtus)
8. Korek
9. Bulb (karet penghisap)
10. Autoklaf
11. Oven
12. Lidi kapas steril
13. Aluminium foil
14. Alat makan yang akan diuji (mangkok)
15. Inkubator
16. kompor listrik
17. coloni counter
18. Label
19. Kertas buram
20. Neraca digital
21. Cawan arloji
22. Batang pengaduk
23. Kapas
24. Sendok reagen

B. BAHAN

1. PCA
2. Aquades
3. Alkohol
4. BPW

III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan lidi kapas yang sudah dibungkus menggunakan kertas buram,


kemudian masukkan ke dalam oven untuk disterilkan,
2. Timbang BPW sebanyak 0,1 gram menggunakan neraca digital dan larutkan
ke dalam 100 ml aquades pada beaker glass,
3. Lalu aduk menggunakan batang pengaduk,
4. Masukkan ke dalam 4 tabung reaksi, sebanyak 9 ml ke dalam 3 tabung reaksi
dan 10 ml ke daalm 1 tabung reaksi (blanko). Tutup menggunakan kapas dan
aluminium,
5. Kemudian beri label di setiap tabung reaksi dengan kode 10 2 , 103 , 104 , dan
blanko,
6. Setelah itu di sterilkan di autoklaf,
7. Kemudian masukkan lidi kapas steril ke dalam tabung reaksi yang sudah
steril 102 di tempelkan dan di tekan ke dinding tabung reaksi, potong bagian
lidi yang Panjang lalu homogenkan,
8. Ambil 1ml larutan yang sudah dihomogenkan menggunakan pipet ukur
masukkan ke dalam tabung reaksi dengan kode 10 3 yang berisi 9 ml larutan
BPW yang sudah di sterilkan. Lalu homogenkan,
9. Ambil 1ml larutan di tabung reaksi 103 menggunakan pipet ukur steril
kemudian masukkan ke daalm tabung reaksi 104, lalu homogenkan,
10. Ambil masing-masing 1 ml di 4 tabung reaksi (10 2, 103, 104, blanko)
menggunakan pipet ukur steril, lalu masukkan ke dalam petridish steril.
11. Kemudian masukkan PCA yang sudah di panaskan di autoklaf ke masing-
masing petridish sebanyak 10-15 ml,
12. Tunggu hingga PCA menjadi agar, lalu bungkus petridish menggunakan
kertas buram dan masukkan ke dalam inkubator selama 24 jam,
13. Setelah 24 jam, amati jumlah angka kuman yang terdapat pada sampel
petridish menggunakan koloni conter.
IV. HASIL

Menghitung kebutuhan media :

- PCA = 3,8 gram → di tambahkan aquades = 150 ml


- BPW = 0,1 gram → di tambahkan aquades = 100 ml

Pengenceran :

1: 10 → 102 , 103 ,104 , blanko

Kontrol :5 Kontrol: 6

Plate 1 : 121

Plate 2 : 42

Plate 3 : 32

Plate 4 : 79

Plate 5 : 65

Plate 6 : 46

Perhitungan :

No 10-2 10-3 10-4 TPC per keterangan


ml / gram

(1) (2) (3) (4) (r) (t)

1 121 32 65 113.700 Bila ada dua


pengenceran yang
42 79 46 koloni/ cm2 berada dalam batas
yang sesuai hitung
jumlah masing-masing
dari pengenceran
sebelum merata-
ratakan jumlah yang
sebenarnya.

V. PEMBAHASAN

Alat makan mangkok yang di periksa mempunyai nilai angka kuman 113.700 koloni /
cm2 yang melebihi nilai ambang batas angka kuman menurut keputusan Menteri
Kesehatan RI No 109 B / menkes PEH / U / 2011
pemeriksaan kuman pada alat makanan dengan sampel berupa mangkok dilakukan
dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril yang telah dilumuri buffer
(putih telur) dengan tujuan untuk membasahi lidi kapas sehingga, mikroorganisme
bisa melekat pada lidi kapas steril tersebut.
Selanjutnya lidi kapas yang telah diusap sebanyak 3 kali pada permukaan alat makan,
dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi larutan pepton yang berguna agar
mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N 2. Larutan pepton juga berfungsi
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlangsung. Lidi kapas steril didiamkan selama ±15 menit dalam larutan
pepton, sehingga memungkinkan mikroorganisme pada sampel tersebar merata dalam
larutan pepton.
Pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan ini dilakukan pengenceran sampai 2 kali
yaitu pengenceran 10-1 dan 10-2, yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa
campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu
tabung ke tabung lain sampai pada pengenceran keempat. Dengan tujuan untuk
menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir akan didapatkan
jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah diketahui jumlahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil yang berbeda pada pengenceran 10 -
1
dan 10-2. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran yang
dilakukan, semakin sedikit mikroba yang tumbuh dalam media.
Dari hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 12 koloni/cm 2. Hal ini menandakan
bahwa kondisi awal lingkungan mengandung mikroba sebanyak 12
koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol
idealnya 0 (nol) koloni/cm2, akan tetapi nilai ini boleh jadi karena ada kontaminasi
dari praktikan ataupun lingkungan dilakukannya pemeriksaan, termasuk alat yang
digunakan pada saat praktikum. Dengan catatan bahwa nilai dari kontrol harus lebih
kecil dari nilai pada pemeriksaan media pembiakan mikroba.
Dilakukan pula beberapa perlakuan, seperti plambir sebelum dan setelah alat
digunakan dengan tujuan menghindari kontaminasi bakteri, selain dari bakteri yang
dibiakkan. Kemudian larutan dihomogenkan agar pada larutan tercampur dengan rata.
Setelah dilakukan pengenceran, diambil 1 ml sampel pada pengenceran 10 -1 dan 10-2,
lalu dituangkan pada cawan petri (10 -1 dan 10-2) kemudian dituangkan nutrient agar
keseluruh permukaan cawan, nutrient agar berguna untuk memudahkan dalam
menghitung jumlah koloni yang terbentuk.
Setelah membeku, cawan petri selanjutnya dimasukkan ke dalam inkubator selama 1 x
24 jam dengan keadaan terbalik. Waktu ini adalah masa yang dibutuhkan bagi sel
untuk membelah diri yang dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan
selama inkubasi yaitu 34˚C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini adalah
bakteri jenis mesofil dengan suhu minimum 10-20˚C, optimum 20-40˚C, dan
maksimum 40-45˚C. Dalam menghitung jumlah koloni, digunakan alat colony counter
yang memudahkan perhitungan koloni bakteri yang sulit diamati dengan penglihatan
langsung.
Hasil perhitungan dengan metode Angka Lempeng Total (ALT), diperoleh jumlah
kuman pada alat makan tersebut sebanyak :
- Mangkok = 113.700 Koloni

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011,


bahwa alat makan tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan yang diteliti dapat dikatakan tidak
sehat dan tidak layak untuk digunakan oleh masyarakat.

VI. KESIMPULAN

Jadi, alat minum gelas yang di periksa mempunyai nilai angka kuman 113.700 koloni / cm 2
DAFTAR PUSTAKA

Yulianti,2019. Pengertian Angka Kuman Dan Pemeriksaan Bakteri


http://www.indonesian-publichealth.com/angka-kuman-peralatan-makanan
( Diakses 11 agustus)
LAPORAN PRAKTIKUM
SALMONELLA PADA MAKANAN VI

Hari/tanggal : Rabu / 10 agustus 2002


Waktu : 13.00-16.00
Tempat : laboratorium Kesehatan lingkungan
Tujuan : 1. Untuk mengetahui salmonella pada sampel makanan yang
akan di uji.
2. untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya salmonella
pada daging ayam yang akan di uji.

1. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN SALMONELLA

Salmonella adalah bakteri gram negatif dan terdiri dari famili


Enterobacteriacea. Salmonella merupakan bakteri patogenik enterik dan
penyebab utama penyakit bawaan dari makanan (foodborne disease). Antigen
salmonella terdiri dari tiga yakni antigen terluar O, flagella H dan kapsul Vi
(virulensi). Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan
oleh Salmonella adalah salmonellosis .( Sujono,2019)

Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam


media , salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain
yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green
agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media
selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari garam
empedu yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif
dan beberapa Gram negatif sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya
Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat
membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara
memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan
salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat
memfermentasi laktosa sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena
hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni
Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya
bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan
biru bromtimol. (Sujono,2019)

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang


pertumbuhannya anaerob fakultatif. Berukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar
koloni rata-rata 2-4 mm. Salmonella mempunyai flagela peritrika yang dapat
memberikan sifat motil pada salmonella tersebut. Flagela mengandung
protein yang disebut flagellin yang memberi signal bahaya kepada sistem
kekebalan tubuh. Salmonella adalah organisme yang mudah tumbuh pada
medium sederhana, namun hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa
dan sukrosa. (Sujono,2019)
- Ciri salmonella pada MCA : berwarna bintik kuning tua
- Ciri salmonella pada SSA :berwarna bintik hitam
- Ciri salmonella pada BSA : berwarna bintik hitam sekitar area
abu-abu
- Ciri salmonella pada TSIA : bagian dasar berwarna kuning dan
pada bagian topeng berwarna merah
- Ciri salmonella pada SIM : pada bagian dasar berwarna hitam
dan pada bagian bawah berwarna
kuning
B. PENYEBAB SALMONELLA

a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.Bersifat febris
remiten dan suhu tidak terlalu tinggi.Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari.Dalam minggu kedua, penderita terus
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
beraangsurangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap.Bibir kering dan pecahpecah
(ragaden).Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung (meteorismus).Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak sampai somnolen. Jarang
terjadi sopor, koma atau gelisah.
C. GEJALA SALMONELLA

Salmonella penyebab gastroenteritis ditandai oleh gejala-gejala yang umumnya


Nampak 12-36 jam setelah makan bahan pangan yang tercemar. Gejala-gejala
tersebutadalah, sebagai berikut :
1.Panas badan semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam hari.
2.Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinue.
3. sakit kepala, muntah-muntah, pusing bagian bawah, demam dankadang-kadang
didahului sakit kepala dan menggigil.
4.Hilangnya nafsu makan.
5.Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari

D. PENCEGAH SALMONELLA

beberapa upaya pencegahan terhadap salmonellosis, meliputi:


1.Bahan pangan mentah harus disimpan di freezer
2.Menjaga kebersihan peralatan makan
3.Selalu mencuci tangan, semua mangkok dan peralatan masak serta peralatan makan
yangmengalami kontak permukaan setelah memroses atau menangani bahan pangan
mentah
4.Waktu penyimpanan bahan pangan dalam suhu ruang selama dikonsumsi harus
dibatasiyaitu jangan lebih dari 2 jam dan makanan yang tersimpan di suhu ruang
selama lebih dari 2 jam sebaiknya dibuang (hindari memilih metode prasmanan saat
mengkonsumsimakanan sebab makanan diletakakkan dan tersedia sepanjang waktu di
luar pada suhuruang sehingga rentan terkontaminasi)
5.Setelah kontak dengan kotoran ( feces) hewan, tangan harus dicuci dengan air
hangat dansabun
6. Dan pastinya selalu menjaga kesehatan tubuh dengan makanan dan gizi
seimbang,istirahat yang cukup, olahraga
II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Gelas ukur
4. Batang pengaduk
5. Sendok reagen
6. Beaker glass
7. Pipet ukur
8. Petridish
9. Bulb (karet penghisap)
10. Aluminium
11. Kapas
12. Mortal dan alu
13. Kompor listrik
14. Neraca digital
15. Bunsen (lampu spirtus) dan korek
16. Autoklaf
17. Inkubator
18. Jarum ose
19. Kapas
20. Kertas buram

B. BAHAN
1. Alkohol
2. Aquades
3. Daging ayam (sebagai sampel yang akan di uji )
4. PCA
5. Media LB (lactose broth)
6. Media TSIA (triple sugar iron agar)
7. Media SIM (sulfide indole motility)
8. Media SSA (salmonella shigella agar)
9. Media MCA (mac conkey agar)

III. PROSEDUR KERJA

1. Haluskan sampel daging ayam kemudian timbang sebanyak 5 gram,


2. Sampel di masukan ke Erlenmeyer yang sudah berisi cairan 1B kemudian
homogenkan,
3. Kemudian masukkan sampel ke dalam inkubator selama 24 jam,
4. MCA, SSA, BSA,
- timbang MCA sebanyak 4,72 gram, SSA sebanyak 4,18 gram
kemudian tambahkan masing-masing dengan aquades 80 ml kemudian
homogenkan.
- Kemudian panaskan di atas kompor sampai mendidih lalu masukan ke
dalam autoklaf kecuali SSA dan BSA.
- Setelah di autoklaf MCA kemudian masukan ke dalam petridish
sebanyak 10-15 ml lalu diamkan sampai menjadi agar.
- Kemudian flambir ose dan tusukan ke sampel kemudian digaris zig
zag di atas permukaan MCA, SSA, BSA kemudian bungkus petridish
dengan kertas buram dan masukkan ke dalam inkubator selama 24 jam
- Amati apakah terdapat bakteri salmonella atau tidak.
5. TSIA,
- Timbang TSIA sebanyak 2,6 garam + aquades 40 ml kemudian
homogenkan lalu panaskan di atas kompor sampai mendidih kemudian
masukan ke 4 tabung reaksi sebanyak 8 ml lalu masukan ke dalam
autoklaf.
- Setelah di autoklaf diamkan TSIA sampai menjadi agar dalam keadaan
miring.
- Kemudian flambir ose lalu tusukan ke sampel kemudian tusuk ke
dalam TSIA dan di garis zig zag di atas permukaan TSIA kemudian
petridish di bungkus kertas buram dan masukan ke inkubator selama
24 jam
- Kemudian amati apakah terdapat bakteri salmonella atau tidak
6. SIM,
- Timbang SIM sebanyak 0,9 gram + 30 ml aquades kemudian
homogenkan lalu panaskan di atas kompor sampai mendidih kemudian
masukkan ke dalam 4 tabung reaksi
- Setelah di autoklaf diamkan SIM sampai menjadi agar.
- Kemudian flambir ose lalu tusukan ke sampel kemudian tusukan ke
dalam SIM kemudian masukan ke dalam inkubator selama 24 jam
- Kemudian amati apakah terdapat salmonella atau tidak pengenceran
1:10→ 102 , 103 , 104 blanko.

IV. HASIL

Menghitung kebutuhan media :


- Sampel lalapan kemangi
13 gram
- LB = × 150 ml = 0,6 gram
1000 ml
59 gram
- MCA = × 80 ml = 4,72 gram
1000 ml
63 ,2 gram
- SSA = × 80 ml = 5, 04 gram
1000 ml
65 gram
- TSIA = ×40 ml =2,6 gram
1000 ml
30 gram
- SIM = ×30 ml = 0,9 gram
1000 ml
52, 33 gram
- BSA = ×80 ml = 4,18 gram
1000 ml

MCA Positif salmonella


SSA Positif salmonella

BSA Negatif salmonella

TSIA Positif salmonella

SIM Positif salmonella

V. PEMBAHASAN
Pada sampel daging ayam yang di periksa pada media MCA, SSA, TSIA, dan SIM positif
salmonella sedangkan pada media BSA negatif salmonella sehingga di nyatakan sampel
daging ayam positif salmonella,
VI. KESIMPULAN
Jadi, sampel daging ayam yang telah kami periksa positif mengandung salmonella
DAFTAR PUSTAKA
Sujono,2019 Pengertian Salmonella
www.indonesian-publichealth.com/pengertian-salmonella/
(Di akses 11 agustus)

Sujono,2019 Bakteri Salmonella


www.indonesian-publichealth.com/bakteri/salmonella/
(Di akses 11 agustus)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai