MINUMAN
DISUSUN OLEH :
MAUDY KINANTI 2113451058
SHABILLA HELMALINE 2113451077
RAGIL IMANIAR HARLIYANA 2113451086
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan praktikum perpetaan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah penyehatan
makanan dan minuman. Selain itu kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta menambah pengetahuan bagi penulis dan juga bagi para
pembacanya. Dalam menyusun laporan ini kami berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari buku-buku ataupun website.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah penyehatan
makanan dan minuman yang telah membimbing kami dalam menyusun praktikum.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini kami menyadari masih terdapat kekurangan
di dalamnya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan panduan praktikum ini.
Kelompok 4
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Praktikum
C. PENGGUNAAN FORMALIN
Formalin adalah bahan kimia untuk perekat kayu lapis dan desinfektan yang
kadang digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah.Bahan pengawet
produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak.
Bahan untuk insulasi busa. Bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood).Formalin biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman sehingga
banyak digunakan pada produk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
pem- basmi lalat dan serangga lainnya, bahan pembuatan sutera buatan, zat
pewarna, cermin kaca dan bahan peledak, bahan pembuat parfum dan bahan
pengawet produk kosmetika.
D. CIRI – CIRI PRODUK MAKANAN YANG MENGANDUNG FORMALIN
Ada beberapa ciri-ciri makanan yang mengandung formalin seperti :
- Tidak rusak sampai 3 hari di suhu kamar (25 derajat Celcius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celcius).
- Tercium bau menyengat formalin pada makanan.
E. BAHAYA FORMALIN
Beberapa pengaruh formalin terhadap Kesehatan seperti jika terhirup akan
menyebabkan iritasi dan bahkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar
bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru. Pada
konsentrasi sangat tinggi akan menyebabkan kematian. Efek formalin bahkan bisa
mengarah pada kematian jika seorang terpapar secara terus menerus dan dalam
jangka waktu yang lama. Jika masuk ke dalam tubuh, formalin bisa menyebabkan
seorang mengalami kanker otak. Formalin juga merupakan zat karsinogenik yang
sifatnya bisa menyebabkan tumbuhnya sel – sel kanker.
A. Alat
1. Beaker glass
2. Pipet ukur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Gelas ukur
6. Mortal dan alu
7. Batang pengaduk
8. Cawan arloji
9. Neraca digital
10. Bulb (karet penghisap)
11. Kompor listrik
12. Label
B. Bahan
1. Aquades
2. KMNO4
3. Bakso
4. Tahu
5. Ikan Asin
TAHU NEGATIF
VI. KESIMPULAN
1.TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BORAKS
Boraks atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama “bleng”
(bahasa jawa) yaitu serbuk kristal lunak yang mengandung boron, berwarna
putih atau transparan tidak berbau dan larut dalam air. Boraks dengan dalam
nama ilmiahnya dikenal sebagai natrium tetraborate decahydrate. Boraks
mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat
yang seharusnya hanya digunakan dalam industry non pangan. ( Setiawan,2018)
a. Sifat Fisika
2. Bentuk : granular
3. Titik leleh : 75 C
b. Sifat Kimia
C. PENYALAHGUNAAN BORAK
Boraks sangat bahaya jika terhirup, mengenai kulit, mata dan tertelan.Jika
tubuh terpapar boraks secara terus-menerus atau dikonsumsi dalam jumlah
sangat banyak, hal ini bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang
lebih serius, seperti: Kejang dan gangguan saraf. Infertilitas atau gangguan
kesuburan. Kanker, misalnya kanker hati dan kanker usus besar.
A. ALAT
1. Beaker glass
2. Pipet ukur
3. Gelas ukur
4. Bulb (karet penghisap)
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Mortal dan alu
8. Batang pengaduk
9. Cawan arloji
10. Kompor listrik
11. Neraca digital
12. Label
B. BAHAN
1. Aquades
2. HCI
3. Mannitol
4. Idikator pp
5. NaOH
6. Mie basah
7. Dumpling Keju
8. Lontong
LONTONG NEGATIF
V. PEMBAHASAN
Setelah sampel mie basah, lontong dan dumpling keju di ambil sebanyak 5 gram yang
sudah di haluskan, kemudian tambahkan 5 ml aquades yang sudah di panaskan lalu
aduk, selanjutnya ambil 2 ml air sampel mie basah, lontong dan dumpling keju
masukkan ke dalam tabung reaksi tambahkan (1/2 ml HCL, 1 sendok menitol, 1 tetes
indikator pp dan 3 ml NAOH) jika larutan semua telah tercampur dan terjadi
perubahan warna pink (merah muda) pada sampel makanan tersebut dinyatakan positif
mengandung boraks namun jika tidak berubah warna / bening maka sampel
dinyatakan negative.
Jadi, setelah mengamati sampel mie basah, lontong,dan dumpling keju tersebut di
nyatakan negatif tidak mengandung boraks di karenakan tidak ada perubahan warna
pink pada sampel tersebut.
VI. KESIMPULAN
Jadi sampel mie basah, lontong dan kerupuk gendar dinyatakan negatif tidak
mengandung boraks.
DAFTAR PUSTAKA
A. ALAT
1. Beaker glass
2. Pipet ukur
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Bulb (karet penghisap)
8. Batang pengaduk
9. Kompor listrik
10. Label
11. Corong pisah
B. BAHAN
1. Aquades
2. NaOH
3. Dietil eter
4. HCI
5. Kue apem pink
III. PROSEDUR KERJA
IV. HASIL
V. PEMBAHASAN
Dalam praktikum pemeriksaan rhodamin pada makanan, kami memiliki kue apem
sebagai sampel yang akan di uji. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan
rhodamin adalah analisa kualitatif,untuk mengertahui ada atau tidaknya kandungan
rhodamin pada sampel makanan yang akan diuji. Angka atau kadar yang terkandung
dalam sampel bukan fokus utama dalam praktikum ini.
Setelah mel;akukan pengamatan terhadap sampel dalam tabung reaksi, sampel kue
apem tidak berwarna ungu. Sehingga di dapatkan hasil sampel kue apem megatif
mengandung rhodamin. Sampel yang duji memenuhi syarat peraturan Menteri
Kesehatan Repoblik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan
Tambahan Pangan sehingga aman untuk di konsumsi.
VI. KESIMPULAN
1. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ANGKA KUMAN
Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada
asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang
sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil
perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam
suspensi tersebut. Angka kuman alat makan ini digunakan sebagai indikator
kebersihan peralatan makanan minuman yang telah dicuci. (Sartono,2020)
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, berdiameter antara 0,5-2,5
µm. Bentuk ada bulat, batang, koma atau spiral. Selnya berisi sitoplasma ada y
ang berkapsul, berspora dan ada yang mempunyai flagella. DNA bakteri terdiri
dari kromosom dan plasmid. Sistem reproduksinya dengan cara membelah diri
dan dalam pengecatan gram ada yang bersifat gram positif dan gram negatif. B
akteri dapat menghasilkan toksin terdiri dari endotoksin dan eksotoksin(Maddo
x, 2018).
Pertumbuhan bakteri pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan set
iap jenis bakteri membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karen
a itu jenis dan jumlah mikroba yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan
pada setiap pangan juga berbeda. (Maddox, 2018)
1. Pipet ukur
2. Petridish
3. Gelas ukur
4. Gelas beaker
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Bunsen (lampu spirtus)
8. Korek
9. Bulb (karet penghisap)
10. Batang pengaduk
11. Autoklaf
12. Oven
13. Inkubator
14. Cawan arloji
15. Neraca digital
16. Aluminium foil
17. Kapas
18. Kompor listrik
19. Mortal dan alu
20. Coloni counter
21. Kertas buram
22. Sendok reagen
23. Erlenmeyer
B. BAHAN
V. PEMBAHASAN
Sampel pisang goreng yang di periksa mempunyai nilai angka kuman 154.000 koloni /
gram yang melebihi nilai ambang. batas angka kuman menurut SNI 73 88 – 2009
yaitu 50.000 koloni / gram.
VI. KESIMPULAN
Jadi, sampel pisang goreng yang diperiksa mempunyai nilai angka kuman 154.000
koloni / gram
DAFTAR PUSTAKA
1. TINJAUAN PUSTAKA
A.PENGERTIAN ANGKA KUMAN
Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan
pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh
menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan
lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh
dihitung dari hasil perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau dugaan
dari jumlah dalam suspensi tersebut. Angka kuman alat makan ini
digunakan sebagai indikator kebersihan peralatan makanan minuman yang
telah dicuci. (Yulianti,2019)
Menurut Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Makan dan
Masak. Pusat laboratorium Kesehatan Depkes RI : 1991 alat makan yang
digunakan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan seperti bahan peralatan,
keutuhan peralatan, fungsi dan letak peralatan. Kandungan bakteri dalam
alat makan harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu
peralatan makan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan
tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100/cm2 permukaan
alat dan tidak boleh mengandung E.coli/cm2 permukaan alat. Bila lebih dari
angka kuman yang ditentukan berarti tidak memenuhi syarat kesehatan.
Untuk membuktikan apakah lingkungan tempat penjualan makanan dan
higiene perorangan dalam mengelola kebersihan alat makan dalam kondisi
yang baik maka perlu pemeriksaan angka kuman alat makan tersebut.
( Yulianti,2019)
Pemeriksaan angka kuman alat makan dilakukan dengan usap alat
makan dan pemeriksaan angka kuman di laboratorium dengan metode PCA
(Plate Count Agar). Bila angka kuman yang terdapat pada alat makan lebih
dari 100koloni/cm2 hal ini dapat mengkontaminasi makanan yang disajikan
kepada pengunjung. Sehingga makanan yang terkontaminasi oleh mikrobia
masuk ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit. (Yulianti,2019)
Faktor-faktor yang mempengaruhi uji angka kuman pada usap alat makan
adalah:
1. Bahan dasar alat makan: Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik,
plastik, perak dan lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain
adalah stainless stell, kuningan, plastik, kaca dan lain-lain. Tekstur masing-
masing alat makan ini berbeda sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
2. Kondisi awal piring: Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring
tersebut belum dibersihkan, sehingga masih ada kotoran yang menempel pada
peralatan makan tersebut. Kotoran yang dapat menempel pada peralatan
tersebut antra lain Karbohidrat (nasi, sayuran, kentang), Lemak /minyak
(antara lain sisa-sisa margarin dan mentega), Protein(sisa daging, ikan, telur),
serta Mineral, susu, dan endapan kerak.
3. Air pencuci. Penggunaan air pencuci untuk mencuci harus banyak, mengalir
dan selalu diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari pi ring.
4. Bak pencuci. Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antara
peralatan dan bak pencucian yang tidak bersih.
5. Tenaga pencuci. Tenaga pencuci berhubungan dengan kualitas pencucian
bahan makanan, peralatan makan dan peralatan masak yang d igu nakan.
6. Alat penggosok. Alat penggosok tergantung dari jenis alat penggosok yang
digunakan misalnya dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang
atau jeruk nipis.
A. ALAT
1. Pipet ukur
2. Petridish
3. Gelas ukur
4. Gelas beaker
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Bunsen (lampu spirtus)
8. Korek
9. Bulb (karet penghisap)
10. Autoklaf
11. Oven
12. Lidi kapas steril
13. Aluminium foil
14. Alat makan yang akan diuji (mangkok)
15. Inkubator
16. kompor listrik
17. coloni counter
18. Label
19. Kertas buram
20. Neraca digital
21. Cawan arloji
22. Batang pengaduk
23. Kapas
24. Sendok reagen
B. BAHAN
1. PCA
2. Aquades
3. Alkohol
4. BPW
Pengenceran :
Kontrol :5 Kontrol: 6
Plate 1 : 121
Plate 2 : 42
Plate 3 : 32
Plate 4 : 79
Plate 5 : 65
Plate 6 : 46
Perhitungan :
V. PEMBAHASAN
Alat makan mangkok yang di periksa mempunyai nilai angka kuman 113.700 koloni /
cm2 yang melebihi nilai ambang batas angka kuman menurut keputusan Menteri
Kesehatan RI No 109 B / menkes PEH / U / 2011
pemeriksaan kuman pada alat makanan dengan sampel berupa mangkok dilakukan
dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril yang telah dilumuri buffer
(putih telur) dengan tujuan untuk membasahi lidi kapas sehingga, mikroorganisme
bisa melekat pada lidi kapas steril tersebut.
Selanjutnya lidi kapas yang telah diusap sebanyak 3 kali pada permukaan alat makan,
dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi larutan pepton yang berguna agar
mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N 2. Larutan pepton juga berfungsi
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlangsung. Lidi kapas steril didiamkan selama ±15 menit dalam larutan
pepton, sehingga memungkinkan mikroorganisme pada sampel tersebar merata dalam
larutan pepton.
Pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan ini dilakukan pengenceran sampai 2 kali
yaitu pengenceran 10-1 dan 10-2, yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa
campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu
tabung ke tabung lain sampai pada pengenceran keempat. Dengan tujuan untuk
menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir akan didapatkan
jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah diketahui jumlahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil yang berbeda pada pengenceran 10 -
1
dan 10-2. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran yang
dilakukan, semakin sedikit mikroba yang tumbuh dalam media.
Dari hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 12 koloni/cm 2. Hal ini menandakan
bahwa kondisi awal lingkungan mengandung mikroba sebanyak 12
koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol
idealnya 0 (nol) koloni/cm2, akan tetapi nilai ini boleh jadi karena ada kontaminasi
dari praktikan ataupun lingkungan dilakukannya pemeriksaan, termasuk alat yang
digunakan pada saat praktikum. Dengan catatan bahwa nilai dari kontrol harus lebih
kecil dari nilai pada pemeriksaan media pembiakan mikroba.
Dilakukan pula beberapa perlakuan, seperti plambir sebelum dan setelah alat
digunakan dengan tujuan menghindari kontaminasi bakteri, selain dari bakteri yang
dibiakkan. Kemudian larutan dihomogenkan agar pada larutan tercampur dengan rata.
Setelah dilakukan pengenceran, diambil 1 ml sampel pada pengenceran 10 -1 dan 10-2,
lalu dituangkan pada cawan petri (10 -1 dan 10-2) kemudian dituangkan nutrient agar
keseluruh permukaan cawan, nutrient agar berguna untuk memudahkan dalam
menghitung jumlah koloni yang terbentuk.
Setelah membeku, cawan petri selanjutnya dimasukkan ke dalam inkubator selama 1 x
24 jam dengan keadaan terbalik. Waktu ini adalah masa yang dibutuhkan bagi sel
untuk membelah diri yang dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan
selama inkubasi yaitu 34˚C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini adalah
bakteri jenis mesofil dengan suhu minimum 10-20˚C, optimum 20-40˚C, dan
maksimum 40-45˚C. Dalam menghitung jumlah koloni, digunakan alat colony counter
yang memudahkan perhitungan koloni bakteri yang sulit diamati dengan penglihatan
langsung.
Hasil perhitungan dengan metode Angka Lempeng Total (ALT), diperoleh jumlah
kuman pada alat makan tersebut sebanyak :
- Mangkok = 113.700 Koloni
VI. KESIMPULAN
Jadi, alat minum gelas yang di periksa mempunyai nilai angka kuman 113.700 koloni / cm 2
DAFTAR PUSTAKA
1. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN SALMONELLA
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.Bersifat febris
remiten dan suhu tidak terlalu tinggi.Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari.Dalam minggu kedua, penderita terus
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
beraangsurangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap.Bibir kering dan pecahpecah
(ragaden).Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung (meteorismus).Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak sampai somnolen. Jarang
terjadi sopor, koma atau gelisah.
C. GEJALA SALMONELLA
D. PENCEGAH SALMONELLA
A. ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Gelas ukur
4. Batang pengaduk
5. Sendok reagen
6. Beaker glass
7. Pipet ukur
8. Petridish
9. Bulb (karet penghisap)
10. Aluminium
11. Kapas
12. Mortal dan alu
13. Kompor listrik
14. Neraca digital
15. Bunsen (lampu spirtus) dan korek
16. Autoklaf
17. Inkubator
18. Jarum ose
19. Kapas
20. Kertas buram
B. BAHAN
1. Alkohol
2. Aquades
3. Daging ayam (sebagai sampel yang akan di uji )
4. PCA
5. Media LB (lactose broth)
6. Media TSIA (triple sugar iron agar)
7. Media SIM (sulfide indole motility)
8. Media SSA (salmonella shigella agar)
9. Media MCA (mac conkey agar)
IV. HASIL
V. PEMBAHASAN
Pada sampel daging ayam yang di periksa pada media MCA, SSA, TSIA, dan SIM positif
salmonella sedangkan pada media BSA negatif salmonella sehingga di nyatakan sampel
daging ayam positif salmonella,
VI. KESIMPULAN
Jadi, sampel daging ayam yang telah kami periksa positif mengandung salmonella
DAFTAR PUSTAKA
Sujono,2019 Pengertian Salmonella
www.indonesian-publichealth.com/pengertian-salmonella/
(Di akses 11 agustus)