Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum

KIMIA ANALISIS
“ASAM BENZOAT”

OLEH :

KELOMPOK : VII (TUJUH)


KELAS : C-D3 FARMASI 2018
KOORDINATOR : MUHAMMAD TAUFIK, S.farm.,M.sc
ASISTEN : ALDA RAHAYU FAHDALIA, S.Farm

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Lembar Pengesahan

KIMIA ANALISIS
“ASAM BENZOAT”

OLEH :

KELAS C-D3 FARMASI 2018


KELOMPOK VII (TUJUH)

1. WINDA ASTUTI SANAD (821418066)


2. MEISYANI ADAM (821418079)
3. FITRIAH RAMADHANI GUSASI (821418105)
4. MERLIN ISHAK (821418106)
5. PRILYAWATI D. AS’ALI (821418112)

Gorontalo, Desember 2020


NILAI
Mengetahui
Asisten

ALDA RAHAYU FAHDALIA, S.Farm


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarkatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Analisis Farmasi II Percobaan
Asam Benzoat ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Ucapan terimakasih kepada dosen penanggung jawab Bapak Muhamad
Adam Mustapa, S.Si., M.Sc., kepada koordinator laboratorium Pak Muhammad
Taufik S.farm.,M.sc kepada asisten penanggung jawab percobaan Asam Benzoat
Kak Frith Franklin Liberto, S.Farm., kepada asisten penanggung jawab laporan
Asam Benzoat Kak Alda Rahayu Fahdalia, S.Farm., serta kepada seluruh asisten
Praktikum Kimia Analisis 2020 yang telah membimbing kami sehingga laporan
ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari kakak asisten, agar
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Desember 2020

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Maksud Praktikum...........................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum............................................................................2
1.4 Prinsip Praktikum............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4
2.1 Dasar Teori......................................................................................4
2.2 Uraian Bahan...................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................13
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................13
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................13
3.3 Cara Kerja......................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................15
4.1 Hasil...............................................................................................15
4.1.1 Hasil Pengamatan..........................................................................15
4.1.2 Perhitungan....................................................................................15
4.2 Pembahasan...................................................................................15
BAB V PENUTUP....................................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................19
5.2 Saran..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis farmasi adalah teknik dan metode untuk memperoleh aspek
kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Analisis farmasi juga merupakan
salah satu ilmu yang dipelajari di dalam dunia farmasi, ilmu ini mempelajari
tentang bagaimana cara kita mengetahui adanya kandungan dan jumlah
kandungan suatu zat dalam suatu sampel. Salah satu analisis yang dapat dilakukan
adalah dengan menganalisis bahan tambahan pada makanan.
Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin
meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan
dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih
mudah diperoleh. Walaupun demikian, sering terjadi ketidaksempurnaan proses
sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang
dapat bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker terhadap
manusia. Salah satu bahan pengawet yang sering digunakan dalam bahan
makanan adalah asam benzoat.
Asam benzoat merupakan bahan tambahan yang diizinkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia penggunaannya pada produk bahan pangan,
sebagai bahan pengawet atau sebagai antimikroba sebanyak 1 gram tiap kg bahan
pangan. Untuk menghindari tumbuhnya kapang dan bakteri, maka sering
ditambahkan natrium benzoate dalam makanan, Bahan pengawet benzoat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan dan membunuh berbagai
mikroorganisme seperti kapang, khamir, dan bakteri. Pengawet ini sangat
cocok digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam seperti saus
tomat.
Saus tomat adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah
tomat. Saus tomat dibuat dari campuran bubur buah tomat dan bumbu-
bumbu, berwarna merah sesuai dengan warna tomat yang digunakan.
Saus tomat juga merupakan bahan pelengkap makanan yang sangat luas
penggunaannya di masyarakat Indonesia. Fungsinya sebagai penyedap atau
penambah cita rasa dalam makanan. Dahulu saus tomat dibuat sendiri oleh
masyarakat sesaat sebelum dibutuhkan dalam makanan, sehingga menjadi tidak
praktis. sekarang sudah tersedia beragam merek saus tomat dalam kemasan botol
maupun plastik atau pun dalam kemasan sashet. Demi praktisnya, masyarakat
lebih memilih untuk membeli saus tomat daripada membuatnya sendiri tentunya
dalam bentuk kemasan botol atau plastik.
Mekanisme penghambatan mikroba oleh benzoat yaitu mengganggu
permeabilitas membran sel, struktur sistem genetik mikroba dan mengganggu
enzim intraseluler. Dan juga Benzoat yang umumnya digunakan adalah
benzoat dalam bentuk garam, karena lebih mudah larut dibanding
dengan asamnya. Dalam bahan pangan, garam benzoat terurai menjadi
bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tidak terdisosiasi.
Dari uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum Asam Benzoat untuk
menganalisis kandungan asam benzoat yang terkandung di dalam saus tomat
ketchup de monte menggunakan titrasi asam- basa
1.2 Maksud praktikum
1. Untuk mengetahui Bagaimana tahapan analisis kandungan asam benzoate
dalam makanan
2. Untuk mengetahui berapa % kadar asam benzoate dalam sampel
1.3 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tahapan analisis kandungan asam
benzoate dalam bahan makanan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui % kadar asam benzoate dalam sampel
1.4 Prinsip percobaan
Prinsip dari titrasi dalam penentuan kadar asam benzoat dalam bahan
tambahan makanan adalah melihat perubahan warna yang terjadi. Perubahan
warna yang terjadi setelah di titrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N yaitu
merah muda yang stabil selama 15 menit
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. BTP juga dapat
meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral, dan vitamin (Widyaningsih dan
Murtini, 2006).
Menurut Permenkes No. 33 Tahun 2012, BTP harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Bahan tambahan pangan tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara
langsung dan/ atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
b. Bahan tambahan pangan dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam pangan untuk tujuan teknologis
pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan, dan/ atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan
ataudiharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat
pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.
c. Bahan tambahan pangan tidak termasuk cemaran atau bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan
nilai gizi.
Menurut Ratnani (2009), fungsi bahan tambahan pangan adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai pengawet pangan dengan cara mencegah pertumbuhan dan
aktivitas mikroba perusak pangan (menahan proses biokimia) atau
mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan,
b. Untuk membuat makanan itu dapat diproduksi secara massal,
c. Menjadikan pangan lebih baik dan menarik sehingga menambah dan
merangsang timbulnya selera makan,
d. Meningkatkan kualitas pangan dan menghemat biaya.
Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan
yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (Bahan Tambahan Kimia) oleh
Departemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesi Nomor 33 Tahun 2012, terdiri dari golongan BTP yang diizinkan
diantaranya adalah antibuih (antifoaming agent), antikempal (anticaking agent),
antioksidan (antioxindant), bahan pengkarbonasi (carbonating agent), garam
pengemulsi (emulsifying agent), pemanis (sweetener), pengawet (preservative),
pengembang (raising agent), dll.
Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan
menurut Permenkes RI 33 Tahun 2012:
asam salisilat dan garamnya (salicyl acid and its salts), dietilpirokarbonat
(diethylpirocarbonate, DEPC), dulsin (dulcin), formalin (formaldehyde), kalium
bromat (potassium bromate), kalium klorat (potassium chlorate), kloramfenikol
(chloramphenicol), dulkamara (dulcamara), dll.
2.1.2 Bahan Pengawet Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/88, bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang
dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
(Depkes RI, 1988). Definisi lain menyebutkan pengawet adalah bahan tambahan
makanan yang dapat mencegah atau menghambat peruraian terhadap makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme, bahan tambahan makanan ini ditambahkan
ke dalam makanan yang mudah rusak, atau makanan yang disukai sebagai
medium tumbuhnya bakteri atau jamur (Winarno dan Titi, 1994).
Bahan tambahan pangan ini biasanya ditambahkan ke dalam makanan
yang mudah rusak, atau makanan yang disukai sebagai media tumbuhnya bakteri
atau jamur, misalnya produk daging, buah-buahan, dan lain-lain. Bahan ini dapat
memperlambat proses fermentasi, pengsaman, atau penguraian yang disebabkan
oleh mikroba. Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakannya pada pangan
yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau
memperbaiki tekstur (Cahyadi, 2012). Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif
pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan
termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis,
lebih murah, dan lebih mudah diperoleh (Siaka, 2009).
Menurut Peraturan kepala Badan Pengawaas Obat dan Makanan (BPOM)
RI nomor 36 tahun 2013, jenis BTP Pengawet yang diizinkan digunakan dalam
pangan terdiri atas: asam sorbat dan garamnya; asam benzoat dan garamnya; etil
para-hidroksibenzoat; metil para-hidroksibenzoat; sulfit; nisin; nitrit; nitrat; asam
propionat dan garamnya; dan lisozim hidroklorida (Kepala BPOM, 2013). Jenis
pengawet yang sering digunakan pada makanan adalah asam benzoate dan
turunannya. Benzoat yang umum digunakan adalah benzoat dalam bentuk
garamnya karena lebih mudah larut dibanding asamnya. Penggunaan pengawet
dalam pangan harus tepat, baik jenis maupun ambang penggunaannya. Ambang
penggunaan bahan pengawet yang diijinkan adalah batasan yang mana konsumen
tidak menjadi keracunan dengan tambahan pengawet tersebut. Penambahan
pengawet memiliki resiko bagi kesehatan tubuh, jika terakumulasi secara terus
menerus dan dalam waktu yang lama (Afrianti, 2008).
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan
bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan
kesehatan lainnya maupun mikrobial nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan. Namun dari sisi lain, bahan
pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang
masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Tanpa bahan tambahan pangan,
khususnya bahan pengawet maka bahan pangan yang tersedia di pasar atau di
swalayan akan menjadi kurang menarik, tidak dapat dinikmati secara layak, dan
tidak awet (Cahyadi, 2012).
Menurut peraturan kepala Badan Pengawaas Obat dan Makanan (BPOM)
RI nomor 36 tahun 2013, bahan pengawet dilarang digunakan untuk tujuan:
a. menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi persyaratan
b. menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi
pangan yang baik untuk pangan; dan/atau
c. menyembunyikan kerusakan pangan.
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 36 Tahun 2013, pengawet
(preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, penguraian,dan perusakan lainnya terhadap pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Jenis pengawet yang diizinkan digunakan
dalam pangan terdiri atas:
a. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts)
b. Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts)
c. Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoat)
d. Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoat)
e. Sulfit (Sulphites)
f. Nisin (Nisin)
g. Nitrit (Nitrites)
h. Nitrat (Nitrates)
i. Asam propionate dan garamnya (Propionic acid and its salts)
j. Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride)
2.1.3 Natrium Benzoat
Natrium benzoat berupa granul atau serbuk hablur berwarna putih, tidak
berbau dan stabil di udara, mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
dan lebih mudah larut dalam etanol 90% (Dirjen POM, 1995).
Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
RI nomor 36 tahun 2013, tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan
pangan, penggunaan natrium benzoat pada produk sari buah/sayur dan produk
kedelai non fermentasi adalah 600 mg/kg, dengan ADI 0-5 mg/kg berat badan
(Kepala BPOM, 2013).
Natrium benzoat termasuk dalam bahan pengawet organik golongan
benzoat yang efektif bekerja sebagai pengawet antimikroba pada pH rendah.
Karena pada pH rendah proporsi asam yang tidak terdisosiasi meningkat, dan
asam yang tidak terdisosiasi merupakan penentu utama peranan pengawet
(Cahyadi, 2012). Benzoat efektif pada kisaran pH 2,5 – 4,0 (Winarno dan Fardiaz,
1980).
Senyawa benzoat dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir,
bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk.
Efektifitas benzoat bertambah jika bahan banyak mengandung garam dapur
(NaCl) dan gula pasir. Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi bentuk
efektif sebagai antimikroba yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi
(Branen dan Davidson, 1983).
Natrium benzoat telah digunakan secara luas pada berbagai produk pangan
seperti minuman, dan makanan. Asam benzoat juga digunakan sebagai pengawet
dalam industri kosmetik dan farmasi. Umumnya, natrium benzoat digunakan
sebagai pengawet pada konsentrasi 0,1% - 0,5 % (Chipley 2005). Pada penderita
asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitive terhadap pengawet
golongan benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung
(Cahyadi, 2012). Natrium benzoat jika dikonsumsi secara terus menerus dan
dengan kadar melebihi batas maksimal yang diperbolehkan dapat terakumulasi
serta menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan. Dimana pemberian bahan
pengawet natrium benzoat dosis 2,6 mg/kg bb pada mencit atau setara dengan
1000 mg pada manusia dapat menyebabkan kerusakan degenerasi sel-sel hati yang
berupa degenerasi lemak, hepatosit irregular, vasodilatasi vena dan piknotik pada
histopatologi hati mencit (Kawitani, 2010) Selain itu, pemberian natrium benzoat
secara in vivo pada hewan coba tikus pada dosis 60 dan 120 mg/kg BB dapat
mengakibatkan penurunan Hb (hemoglobin) secara nyata (Eberechukwu dkk.,
2007).

2.1.3.1 Penggunaan Natrium Benzoat Sebagai Pengawet


Natrium Benzoat memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang dapat
menghambat pertumbuhan kapang dan khamir dengan cara menghancurkan sel-
sel mikroba terutama kapang (Nurhayati dkk., 2012).
Dalam industri makanan natrium benzoat, kalium sorbat dan natrium nitrit
sering digunakan sebagai pengawet.Natrium benzoat adalah pengawet yang
banyak digunakan dalam industri makanan.Hal ini digunakan sebagai agen
antijamur, untuk pengawet margarin, jus, dan permen. Komisi Eropa membatasi
untuk penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat dalam makanan adalah
0,015-0,5% (Stanojevic et al., 2009).
2.1.3.2 Toksisitas Natrium Benzoat
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan
bahan pengawet bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan gangguan keracunan atau
ganggguan kesehatan lainnya maupun mikroba yang nonpatogen yang dapat
menyebabkan kerusakan bahan pangan (Cahyadi, 2006).
Pengkonsumsian natrium benzoat secara lebih dari 0,5 mg/kgBB
dilaporkan dapat menyebabkan keram perut, rasa kebas dimulut bagi orang yang
lelah. Penggunaan natrium benzoat dalam jangka panjang dapat menimbulkan
penyakit kanker serta dapat merusak sistem syaraf. Menurut WHO (2000),
penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam
benzoat sehingga konsumsi dalam jumlah berlebih akan mengiritasi lambung
(Manurung, 2012).
Metabolisme asam benzoate dalam tubuh meliputi dua tahap reaksi,
pertama dikatalisis oleh enzim syntetase dan pada reaksi kedua dikatalisis oleh
enzim acytransferase.Asam hipurat yang disimpan dalam hati kemudian
dieksresikan melalui urin, sehingga di dalam tubuh tidak terjadi penumpukan
asam benzoat sisa asam benzoat yang tidak dieksresikan sebagai asam hipurat,
dihilangkan toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan dieksresi
melalui urin. Pada penderita asma dan orang yang menderita urticarial sangat
sensitif terhadap asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan
mengiritasi lambung (Cahyadi, 2006).
2.1.4 Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan
dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai analit dan biasanya diletakkan didalam
erlenmeyer, sedangkan larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai larutan sintesis atau titran dan diletakkan didalam buret (Gholib, 2008).
Asidimetri dan alkalimetri adalah termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proyon (asam) dengan penerima proton
(basa) (Gholib, 2008)..
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga
akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Secara percobaan, perubahan pH
dapat diikuti dengan mengukur pH larutan yang dititrasi dengan elektrode pH
meter (David, 2001).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai analit ataupun
titran.Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekivalen (artinya secara stoikiometri titran dan analit tepat habis bereaksi) yang
biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator, keadaan ini disebut sebagai
“titik ekivalen” yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
ini mendekati titik ekivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekivalen Pada saat titik ekivalen, maka proses titrasi dihentikan, kemudian dicatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut (Ibid, 2005).
Untuk dapat dilakukan analisis volumetrik harus dipenuhi syarat- syarat
sebagai berikut (Mulyono, 2011 :
a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat. Kebanyakan reaksi ion
memenuhi syarat ini.
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi.
Bahan yang diselidiki bereaksi sempurna dengan senyawa baku dengan
perbandingan kesetaraan stoikiometris.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik
secara kimia atau fisika.
d. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator juga dapat
diamati dengan pengukuran daya hantar listrik (titrasi potensiometri/
konduktometri).eri proton (asam) dengan penerima proton (basa).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Asam Benzoat (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM
Nama Lain : Asam benzoat
Rumus Molekul : C7H6O2
Berat Molekul : 121.11 g/mol
Rumus Struktur :

(Pubchem)
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian
kloroform P dalam 3 eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai senyawa yang akan di analisis
Khasiat : Sebagai antiseptikum ekstern (mencegah keadaam
septis/ menghambat pertumbuhan mikroorganisme),
anti jamur (untuk membunuh dan membasmi jamu)
2.2.2 Asam Klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36.46 g/mol
Rumus Struktur :

(Pubchem)
Pemerian : Larutan tidak berwarna, berasap, bau merangsang
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam
Khasiat : Sebagai zat tambahan
2.2.3 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, dan etil alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 146,07 g/mol
Rumus Struktur :

(Sebayang, 2006)

Pemerian : Cairan tidak bewarna, jernih, mudah menguap, dan


mudah bergerak, bau khas mudah terbakar, dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat larut dalam air, dalam kloroform p dan eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
Kegunaan : Untuk membersihkan alat yang digunakan
Khasiat : Antiseptik (zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan  mikroorganisme pada jaringan
hidup) dan Desinfektan (zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada benda
mati) (Hutasoit, 2010).
2.2.4 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

(Pubchem)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Pelarut
Khasiat : Sebagai zat tambahan
2.2.5 Indikator Penoftalein (Depkes, 1995)
Nama Resmi : PHENOFTALEINUM
Nama Lain : Fenoftalein
Rumus Molekul : C20H1404
Berat Molekul : 318.3 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih kekuningan, lemak, tidak berbau,


stabil di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%)
P, agak sukar larut dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
Khasiat : Sebagai zat tambahan
2.2.6 Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII HIDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40.00 g/mol
Rumus Struktur :

(Pubchem)
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping
keras dan rapuh, menunjukkan susunan hablur,  mudah
meleleh, basah,sangat alkalis, korosif, segera menguap
bersama karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan dalam etanol (95) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana basa
Khasiat : Sebagai zat tambahan
2.2.7 N-Heksan (Depkes, 1995)
Nama Resmi : N-HEKSANA
Nama Lain : N-heksana
Rumus Molekul : C6H14
Berat Molekul : 86.18 g/mol
Rumus Struktur :

(Pubchem)
Penyimpanan : Cairan jernih, mudah menguap, bau seperti eter lemah
atau seperti petroleum.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
mutlak, dapat bercampur dengan eter, kloroform,
benzene.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
Khasiat : Sebagai zat tambahan
2.2.8 Natrium Klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 54.44 g/mol
Rumus Struktur :
(Pubchem)
Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan dalam lebih 10 bagian gliserol, sukar
larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : NaCl jenuh digunakan untuk mengubah asam benzoat
dalam sampel menjadi garam natrium benzoat.
Khasiat : Sebagai zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu dan tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan Praktikum Kimia Analisis tentang Asam Benzoat
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 November 2020 pukul 13.30 – 14.45
WITA. Adapun untuk Tempat pelaksanaan Praktikum kimia analisis tentang
Asam Benzoat bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas NegeriGorontalo.
3.2 AlatdanBahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, buret, corong pisah,
erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, kertas lakmus, kertas saring, neraca analitik,
penangas, pipet tetes, statif dan klem, sendok tanduk.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu, Alkohol 70%, aluminium foil, aquadest, HCL,
indikator PP, NaCl, NaOH, N-Heksan, sampel saos tomat dan tisu.
3.3 ProsedurKerja
1. Disiapkan sampel yang akan digunakan.
2. dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
3. ditimbang sampel sebanyak 20 gr dan dimasukkan kedalam gelas kimia
4. dibuat larutan NaCL sebanyak 100 mL.
5. ditambahkan larutan NaCL jenuh sebanyak 100 mL.
6. ditambahkan larutan NaOH 10% samapi pH sampel basa, kemudian dicek
menggunakan kertas lakmus.
7. dilakukan pengadukan selama 5 menit.
8. dibiarkan larutan selama 20 menit hingga terbentuk endapan kemudian
disaring.
9. ditetesi 10 tetes Hcl sampai bersifat basa, kemudian dicek menggunakan
kertas lakmus.
10. dipartisi menggunakan N-Heksan sebanyak 25 mL.
11. dicuci lapisan N-Heksan menggunakan air sebanyak 10 mL.
12. diuapkan diatas penangas selama 5 menit.
13. ditambahkan larutan NaOH beberapa tetes sampai bersifat basa,
kemudin dicek lagi menggunakan kertas lakmus.
14. ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein.
15. dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perybahan warna
merah muda yang stabil selama 15 menit.
16. dihitung kadar asam benzoat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sebelum Titrasi Setelah Titrasi Menurut Literatur

(Koswara, Sutrisno.
2009)

4.2 Perhitungan
A. NaOH 0,1 N
gr 1000
NaOH = x
mr 1000
gr
0,1 N =
40
Gr = 4
B. Kadar Asam Benzoat
ml titran x n titran x BE
% kadar =
berat sampel x 1000
12 x 0,1 x 40
= x 100 %
25 x 1000
48
= x 100 %
25.00
= 0,192 %
4.3 Pembahasan
Asam benzoate adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam
karboksilataromatik yang paling sederhana. Asam benzoat juga merupakan salah
satu bahan pengawet yang banyak digunakan (Winarno,F.G. dan S.L. Jenie.1983).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan yaitu analisis kandungan asam
benzoat dalam bahan tambahan makanan. tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui analisis kandungan asam benzoat dalam bahan tambahan makanan.
Sebelum praktikum, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, setelah itu dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%.
Menurut Tjay (2007), alkohol 70% mempunyai aktifitas sebagai bakterisida yang
dapat menghambat dan membunuh bakteri.
Pertama-tama ditimbang sampel (saus) sebanyak 20 gr kemudian dimasukan
ke dalam gelas kimia. Ditambahkan larutan NaCl jenuh, (Sumarauw, 2013) yang
bertujuan untuk memecahkan emulsi saus sambal, karena dengan adanya
penambahan elektrolit maka dapat terjadi pemecahan emulsi.
Kemudian diukur pH-nya dengan kertas lakmus sampai larutan basa.
Kusumah (2016), Adapun larutan dibuat sampai basa guna untuk melihat apakah
ada perubahan saat dilakukanya titrasi sehingga dapat dilihat perubahan yang
terjadi pada pH sediaan yang akan di titrasi. Setelah itu dilakukan pengadukan.
Menurut Cahyadi (2006), Pengadukan dilakukan pada perlakuan selanjutnya
berfungsi untuk membuat larutan menjadi homogen. Dibiarkan hingga terbentuk
endapan, kemudian disaring (Cahyadi, 2006), Penyaringan dilakukan agar
partikel-partikel yang tidak larut dalam air dapat dipisahkan dari larutan. Benzoat
akan berada dalam larutan air pada filtrat dalam bentuk garam.
Kemudian ditetesi dengan HCl sebanyak 10 tetes fltrat yang didapat sampai
bersifat asam (kertas lakmus biru menjadi merah), Manfred Neupert (2013),
Kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah di bawah kondisi asam dan
kertas lakmus merah menjadi biru di bawah kondisi basa atau alkali, dengan
perubahan warna yang terjadi di atas rentang pH 4.5–8.3 pada 25 °C (77 °F).
Kertas lakmus pada keadaan netral berwarna ungu. kemudian di campur dengan
baik (Helrich, 1990). Dilakukan partisi dengan N-Heksan 25 ml (Fachruddin,
2006), tujuan dilakukannya partisi yaitu untuk memisahkan komponen kimia
dari sampel berdasarkan tingkat kepolarannya. Kemudian ditambahkan 10 ml air
yang bertujuan (Tumalun, 2007), untuk membuat fase organik menjadi bening
(transparan) dari warna merah kecoklatan yang merupakan warna khas sambal
yang terikut dalam proses ekstraksi. Lalu diuapkan selama 5 menit yang bertujuan
untuk menguapkan pelarut yang terdapat pada sampel tersebut agar pelarutnya
tertarik sempurna, sehingga sampel dapat di ukur kadarnya dengan murni
(Harmita, 2006).
Setelah itu ditambahkan NaOH hingga larutan yang tadinya bersifat asam
menjadi basa lagi (Nurcahyani, 2005). Setelah itu ditetesi dengan indikator
fenoftalein, Fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya
suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna
pada larutan (Day dan Underwood, 1998).
Dilakukan titrasi menggunakan NaOH dan didapatkan hasil titrasi larutan
berubah warna menjadi merah mudah hal ini sudah sesuai dengan literatur
perubahan warna pada saat titrasi menunjukan bahwa sampel tersebut
mengandung asam benzoat (Cahyadi, 2006). Kemudian dihitung kadar asam
benzoate.
Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa sampel (saus) terdapat
kandungan asam benzoate dengan kadar 0,192 %.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tahapan analisis kandungan asam benzoat dalam tambahan makanan dapat
dilakukan dengan metode analisis titrasi menggunakan indikator PP dan NaOH
0,1 N yang telah dibakukan hal ini agar sampel atau makanan yang akan
diidenifikasi terjadi perubahan warna merah muda yang menunjukkan terjadinya
suatu titik ekuivalen dan dapat dihitung kadar asam benzoat. Kadar azam benzoat
yang didapatkan dari hasil titrasi yaitu 0,192 %
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupaalat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Untuk Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih ditingkat
kan dengan banyak member wawasan. Asisten dan praktikan diharapkan tidak ada 
missed communication selama proses praktikum agar hubungan asisten dan
praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat tercipta suasana
kerjasama yang baik.
5.2.3 Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bias melaksanakan praktiku
m lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan dalam menghitung dosis obat
yang diminta. Selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur obat dan juga didalam
praktikum keseriusan diutamakan.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, R., Martinus, B.A., Putri, Y.G. 2016. Pengembangan dan Validasi
Metode Analisis Zat Pengawet Natrium Benzoat pada Cabe Merah Giling
Secara Spektrofotoetri Ultraviolet. Scientia. 6 (2)

Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.

David W. Oxtoby. Gillis, dan Norman H. Nachtrieb, Prinsip-Prinsip Kimia


Modern (Jilid I), Terjemahan Suminar Setiati Achmdi, Erlangga, Jakarta,
2001, hlm. 316.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Fatimah, S., Astuti, D.W., Kurniasih, N.P.A. 2015. Analisis Natrium Benzoat
pada Saos di Yogyakarta. Jurnal Ilmiah

Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2008, hlm. 136.

Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Cetakan I, 26-32,


Airlangga University Press, Surabaya.

Mulyani, Sri. 2017. Lama Perendaman dan Jenis Kertas Dalam Ekstrak Mahkota
Bunga Malvaviscus penduliflorus Sebagai Indikator Asam Basa Alternatif.
Prodi Pendidikan Biologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nurhayati, Siadi, K., dan Harjono, 2012, Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat
Dan Lama Penyimpanan Pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat,
Indonesian Journal Of Chemical Science, 1 (2), 159-162.

Nurisyah. 2018. Analisis Kadar Natrium Benzoat dalam Kecap Manis Produksi
Home Industri yang Beredar di Kota Makassar dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Media Farmasi. 14 (1)

Patong, A.R., 2013, Analisis Kimia Pangan. Cetakan Pertama, Dua Satu Press,
Makassar.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 Menkes/Per/IX/88 dalam Wisnu Cahyadi.
Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara.
2008
Ratnani, RD. 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan.
Momentum Vol. 5 (1) No. 1: 16 – 22.

Rorong, J.A. 2002. Bahan Pengawet Pada Makanan. Sains. FMIPA Universitas
Sam Ratulangi Manado.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press

Satiadarma, Muhammad, dkk. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis.


Airlangga University Press : Surabaya.

Siaka, 2009. Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos Tomat yang Beredar
di Wilayah Kota Denpasar. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Udayana,
Denpasar.

Stanojevic, D., Comic, L., Stefanovic and Sl. Solujic-Sukdolak, 2009,


Antimicrobial Effects Of Sodium Benzoate, Sodium Nitrite And Potassium
Sorbate And Their Synergistic Action In Vitro, Bulgarian Journal of
Agricultural Science,15 (4), 307-311.

Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yoyakarta: Gadjah Mada University


Press

Sumarauw, W., fatimawali., Yudistira, A. 2013. Identifikasi dan Penetapan


Kadar Asam Benzoat pada Kecap Asin yang Beredar di Kota Manado.
Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 (1): ISSN 2302-2493

Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Edisi kelima, diterjemahkan oleh Setiono, L & Pudjaatmaka, A. H, Jakarta,
Media Pusaka

Taib, M.Z., Wehantouw, F., Fatimawati. 2014. Analisis Senyawa Benzoat pada
Kecap Manis Produksi Lokal Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(1)

Tumalun, D.J. 2007. Analisis Konsentrasi Asam Benzoat Sebagai Bahan


Pengawet pada Saus Tomat secara Spektrofotometri UV-Vis. FMIPA.
Universitas Sam Ratulangi. Manado

Wahyuni, D., Herliawati., Purnamasari, N. 2016. Penggunaan Alkohol Sebagai


Desinfektan pada Terapi Komplementer Bekam. Seminar dan Workshop
Nasional Keperawatan. FK UNSRI
Wati, W.I., Guntarti, A. 2012. Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Beberapa
Merk Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultraviolet.
Fakultas farmasi Universitas Ahmad Dahlan
WHO. 2000. Food Safety Programmes in The South East Asia Region, Overview
and Perspective. Who Regional Office for South East Asia. New Delhi.
India.

Anda mungkin juga menyukai