Anda di halaman 1dari 93

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PULAU MAYA


TAHUN AJARAN 2022/2023

SKRIPSI

Oleh:
NICKA AFRIDA
NIM.11901327

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
2023M/1443H
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk

mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai dari suatu generasi kegenerasi

selanjutnya dalam proses pengajaran. Proses pengajaran adalah proses

pemindahan nilai berupa ilmu pengetahuan seorang guru kepada murid atau

murid-murid dari satu generasi ke generasi berikutnya (Haji Ali &

Mohammad Daud 1995: 137). Sebagai bentuk usaha pengembangan potensi

sehingga diumpamakan seperti berjihad ke medan perang untuk menumpas

kejahatan.

Sebagaimana firman Allah SWT:


‫ًۗة‬
‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّف َفَلْو اَل َنَفَر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُهْم َطۤا ِٕىَف ٌة ِّلَيَتَفَّقُه ْو ا ِفى‬

‫الِّدْيِن َو ِلُيْنِذُرْو ا َقْو َم ُهْم ِاَذ ا َرَج ُعْٓو ا ِاَلْيِهْم َلَعَّلُهْم َيْح َذ ُرْو َن‬

Artinya:
Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka

tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam

pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada

kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga

dirinya? (QS. At-Taubah/9 Ayat 122).


Tafsir Ibnu Katsir Adh-Dhahhak (Abdullah, 1342: 230) mengatakan jika

Rasulullah SAW ikut berperang maka beliau tidak membolehkan seorangpun

dari kaum muslimin untuk tidak ikut berperang kecuali orang-orang yang

mempunyai halangan (alasan kuat). Dan jika beliau tidak ikut keluar dan

mengutus pasukan tentara untuk melakukan perjalanan, maka beliau tidak

akan membolehkan Mereka pergi, kecuali dengan izin beliau titik jika

seseorang keluar berperang dan setelah itu turun ayat Al-Quran, lalu nabi

membacakan ayat tersebut kepada para sahabat beliau yang berdiam dalam

kota bersama beliau, maka setelah pasukan tentara kembali orang-orang yang

tetap tinggal bersama Rasulullah SAW berkata kepada mereka sesungguhnya

setelah kepergian kalian, Allah menurunkan kepada nabinya ayat Al-Quran.

Ketika dalam medan perang sekalipun menuntut ilmu sangat diperhatikan

“Rasulullah SAW sebagai guru atau pendidik berperan penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan” untuk itu, ayat tersebut mengindikasikan

dalam medan perang sekalipun menuntut ilmu sangat diperhatikan tidak

semuanya harus turun untuk berperang. Rasulullah SAW sebagai guru atau

pendidik berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan kepada

pengikutnya yang dianggap sebagai murid-muridnya. Ilmu yang diajarkan

sangat sempurna didalamnya telah tersisipkan ilmu agama dan ilmu umum

sehingga dapat diaplikasikan pada saat itu dan dimasa yang akan datang.

Sehubungan dengan pernyataan tersebut belajar terutama bagi peserta

didik merupakan suatu bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Dengan


demikian, motivasi belajar dapat ditingkatkan supaya hasil yang didapatkan

memberikan kepuasaan bagi peserta didik yang selama ini telah dilaluinya

Sedangkan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi,

mengandung makna bahwa manusia dengan akalnya mampu berfikir tentang

ciptaan Allah di langit dan di bumi, mengadakan penelitian, dan menggali

hasilnya serta memanfaatkan untuk meningkatkan kehidupannya. Kemudian

mengambil pelajaran dan mempelajari salah satunya melalui sekolah dengan

aktivitas belajar yang diperani guru dan peserta didik yang bersamaan sebagai

manusia pembelajar dalam upaya adanya peningkatan.

Oleh karena itu, umat Islam harus mengupayakan kehidupan masa

datang yang lebih baik dari sekarang. Firman Allah SWT:

‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّرَّيًة ِض ٰع ًفا َخ اُفْو ا َع َلْيِهْۖم َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَيُقْو ُل ْو ا‬
(٩)‫َقْو اًل َسِدْيًدا‬

Artinya:
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati)
meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang)
mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah
dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga
hak-hak keturunannya (Q.S. An-Nisaa (4) ayat 9).

Pendidikan di sekolah intinya adalah kegiatan proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan utama dalam aktivitas

pembelajaran bagaimana ia mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Aktivitas belajar tersebut ialah serangkaian perbuatan guru dan anak didik
yang secara langsung terjadi hubungan timbal balik antara guru dan anak

didiknya. Ini adalah syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Seorang guru selalu berhadapan dengan sejumlah anak didik yang mempunyai ciri

khas masing-masing secara ekstrim dikatakan bahwa sebenarnya setiap anak

berbeda satu dengan yang lainnya (Anita E. Woolfolk, 2004: 2).

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2003

Pasal 35 Ayat 1) standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,

kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelola,

pembiayaan, dan penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana

dan berkala. Memahami hal tersebut bahwasannya guru bertugas sebagai

pengelola pembelajaran dituntut untuk memiliki standar kompetensi dan

profesional, mengingat betapa pentingnya peran guru menata isi, menata

sumber belajar, mengelola proses pembelajaran dan melakukan penilaian

yang dapat memfasilitasi sumber daya manusia yang memenuhi standar

nasional.

Pelaksanaan pendidikan yang diharapkan dapat membawa hasil yang

sebaik-baiknya. Tentu saja tidak terpisahkan dengan kualitas tenaga pendidik

sebagai aktor utamanya. Guru diharapkan dapat melaksanakan proses

pendidikan di sekolah dengan sebaik mungkin agar dapat mencapai hasil

sebagaimana yang diharapkan. Agar dapat melaksanakan tugas dan

memainkan perannya secara optimal, dipersyaratkan bagi guru untuk

memiliki sejumlah kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi


profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial (Kunandar, 2008:

45).

Sejumlah kompetensi tersebut dimanifestasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan

pendidikan tertentu. Mengajar merupakan salah satu tugas pokok yang

menuntut kemampuan guru dalam melaksanakannya (Sardiman AM, 2008:

145) Untuk itu, peran guru dalam proses belajar memegang peranan penting

salah satunya hasil belajar siswa yang sangat sensitif untuk dibicarakan.

Memang kenyataannya hasil belajar setiap peserta didik berbeda-beda.

dengan demikian, guru dituntut untuk berperan sebagai seseorang yang dapat

meningkatkan hasil belajar baik melalui pendekatan, strategi maupun metode

pembelajaran.

Proses pembelajaran hendaklah menghasilkan prestasi yang baik,

namun kenyataannya harapan dari tujuan pendidikan itu sendiri belum

sepenuhnya tercapai. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

input dari peserta didik, proses pembelajaran, motivasi belajar, sarana dan

prasarana, serta tenaga kerja sekolah. Dari beberapa faktor tersebut telah

diketahui bahwa peran meningkatkan hasil belajar pada diri peserta didik

sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Untuk melaksanakan tugas mengajarnya, guru berperan sebagai

motivator dalam merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement

untuk menyesuaikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas


siswa, sehingga terjadi dinamika di dalam proses pembelajaran (Sardiman

AM, 2008: 145).

Untuk melihat sejauh mana Peran Guru PAI dalam Meningkatkan hasil

Belajar PAI Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya, maka peneliti akan

menindak lanjutinya melalui kegiatan penelitian. Sebagaimana diketahui

bahwa meningkatkan hasil belajar merupakan salah satu unsur kejiwaan yang

terdapat pada diri setiap siswa, sehingga untuk membangkitkan kegairahan

siswa untuk belajar secara aktif.

Hasil belajar adalah perwujudan dari perubahan perilaku yang

dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif,

afektif dan psikomotorik. Seorang siswa berhasil atau tidaknya belajar jika

dalam dirinya kesiapan dan keinginan untuk mengikuti pembelajaran baik

dalam hal domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, jika

siswa melakukan perubahan yang baik dalam pembelajaran maka akan

menghasilkan hasil yang baik, tetapi sebaliknya jika siswa tidak memiliki

perubahan dalam kesiapan dan keinginan dalam pembelajaran maka hasil

belajar juga akan menurun. Dengan adanya permasalahan tentang hasil

belajar, maka dibutuhkan kerjasama antara guru dan siswa, bantuan oleh

kepala sekolah untuk bekerja sama untuk membantu dalam meningkatkan

hasil belajar siswa. dalam pelaksanaan pembelajaran PAI secara empiris dan

faktual (Purwanto, 2009: 42-43).

Guru memiliki peran penting untuk memberi dorongan atau semangat

kepada peserta didik dan juga guru harus mengembangkan potensinya dalam
mendidik, membimbing mengevaluasi, dan menindak lanjutkan proses

belajar-mengajar di sekolah para siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus

memiliki niat yang tulus dan ikhlas dalam menjalankan profesinya sebagai

guru (Zuldafrial dan Lahir, 2014: 166).

Beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa, guru dalam

meningkatkan salam itu sangat penting dalam menentukan keberhasilan

dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru perlu memperhatikan

kebutuhan, keinginan, dan memberikan dorongan kepada peserta didik.

Semangat berupa dorongan bagi siswa untuk mengetahui dan meningkatkan

rasa ingin tahu siswa sehingga siswa ingin lebih rajin belajar agar apa yang

menjadi keinginannya. Minat dan semangat siswa sangat berperan penting

dalam mendorong tujuan akhir belajar, maka siswa akan memahami dan

memahami segala sesuatu yang dipelajari sehingga prestasi siswa akan lebih

meningkat dari sebelumnya. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

pembelajaran dilihat dari hasil belajar yang didapat siswa. Hasil belajar

merupakan pencapaian prestasi yang dicapai dengan sadar untuk

mendapatkan perubahan baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan atau

sikap (Hamzah B. Uno, 2010: 213).

Kegiatan belajar mengajar yang menarik dapat tercipta jika dalam suatu

pembelajaran didukung oleh lingkungan belajar yang baik sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Lingkungan belajar

peserta didik dibagi tiga yaitu (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan

sekolah, (3) lingkungan masyarakat, dan ketiga lingkungan tersebut tentulah


membawa pengaruh yang berbeda kepada diri peserta didik. Penelitian ini

peneliti terfokus pada lingkungan belajar di sekolah.

Meningkatkan pembelajaran yang baik dalam suatu lembaga

pendidikan formal atau sekolah tidak akan berguna jika tidak adanya

penggunaan terhadap media tersebut dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

meningkatkan motivasi belajar yang tinggi. Penggunaan media pembelajaran

pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses

pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Jadi,

penggunaan media pada saat pembelajaran berlangsung sangat besar

pengaruhnya terhadap pencapaian indikator untuk meningkatkan dan

menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi (Mohammad Asrori, 2009: 183).

Sehubungan dengan hal itu, tujuan dan hasil yang dicapai guru terutama

ialah membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan demikian kegiatan

siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang

lebih maju dan positif. Sesuai dengan Undang–Undang Republik Indonesia

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 disebutkan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Redaksi Sinar Grafika, 2008: 3).


Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui

pra wawancara dan pra observasi awal. hasil pra wawancara peneliti bersama

guru PAI kelas VII diperoleh hasil belajar kembali kepada siswa masing-

masing. Guru telah memaksimalkan dirinya untuk memberikan pembelajaran

yang dapat mendongkrak hasil belajar yang baik. Pada saat ini hasil belajar

peserta didik masih 70% di bawah KKM. ini menandakan bahwa memang

hasil belajar peserta didik selama ini menurun.

Kemudian hasil pra observasi peneliti selama proses pembelajaran di

dalam kelas banyak siswa yang keluar masuk ruangan, tidak bersemangat

dalam proses belajar mengajar, siswa lebih suka ribut dan berbicara dengan

temannya dari pada mendengarkan guru, sehingga kondisi pembelajaran di

kelas kurang kondusif. Proses pembelajaran hanya 1 sumber yaitu buku

paket. Padahal sumber belajar tidak hanya sebatas itu karena keterbatasan

sarana dan prasarana terutama jaringan internet untuk mengakses sumber

belajarnya akhirnya hanya buku paket satu-satunya sebagai sumber belajar.

Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

tentang “Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas

VII SMP Negeri 2 Pulau Maya Tahun Ajaran 2022/2023.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa fokus

penelitian dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya?


2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Guru PAI dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP

Negeri 2 Pulau Maya?

3. Bagaimana upaya mengatasi faktor penghambat dan meningkatkan

faktor pendukung Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka tujuan penelitian dalam

penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru PAI dalam meningkatkan hasil

belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat Guru PAI

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII

SMP Negeri 2 Pulau Maya.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya mengatasi faktor penghambat dan

meningkatkan faktor pendukung Guru PAI dalam meningkatkan hasil

belajar di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, maka akan memperoleh beberapa manfaat

yakni sebagai berikut:


a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara teoritis

terhadap peran guru pendidikan agama islam yang berada di wilayah

kepulauan dalam meningkatkan hasil belajar siswanya.

b. Secara Praktis

Secara Praktis Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi dan bahan kajian tentang peran yang dapat dilakukan

oleh guru pai dalam meningkatkan hasil belajar siswa nya di

tingkat sekolah menengah pertama.

2. Bagi Sekolah

1. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja

guru.

2. Sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan

pengajaran.

3. Bagi Siswa

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran PAI.sehingga prestasi belajarnya meningkat.

2. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran yang diajarkan guru.


4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang permasalahan

belajar yang dihadapi siswa dalam kelas serta cara mengatasi

dari permasalahan tersebut.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang relevan terkait dengan penelitian yang

diangkat oleh peneliti, penelitian tersebut ialah sebagai berikut:

1. Tri Wahono. 2008. Skripsi. Peran Guru Agama dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Anak Didik Di Sekolah Dasar Negeri 2

Arjowinangun KedungKandang Malang. UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Peningkatan hasil

belajar (pada ranah kognitif) anak didik di SDN 2 Arjowinangun kota

Malang khususnya kelas V dan VI terjadi ketika anak didik mendapat

pengetahuan yang sifatnya baru. 2) Peran guru agama dalam

meningkatkan hasil belajar anak didiknya khususnya pada ranah kognitif

menggunakan metode, strategi dan teknik yang merangsang anak didik

untuk berpikir dan berani mengungkapkan pengetahuan yang telah

tersimpan dalam memori otaknya. 3) Faktor penghambat yang dialami

oleh guru agama dalam meningkatkan hasil belajar anak didik di SDN 2

Arjowinangun Kedung Kandang Malang adalah kesulitan untuk

menyamaratakan peningkatan hasil belajar setiap anak didiknya.

2. Moh. Amin Mahfus. 2015. Tesis. Peran Guru PAI dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Peserta Didik di SDN Wonokerto 01 Kecamatan

Bandar Kabupaten Batang. IAIN Pekalongan. Hasil penelitiannya


menunjukan bahwa peran guru PAI dalam meningkatkan motivasi

peserta didik di SDN 2 Wonokerto 01 kecamatan bandar, kabupaten

batang dilakukan berbagai peran yakni membimbing, memberi nasehat,

menguasai materi, mengelola kelas, mediator, fasilitator, melakukan

evaluasi, melakukan motivasi dan menjadi suri teladan. Adapun faktor

yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah faktor guru meliputi:

Metode yang digunakan, alat dan media dalam pembelajaran, guru PAI

dengan siswa, figur guru PAI di sekolah. Faktor siswa meliputi: kondisi

siswa di dalam kelas, kondisi kesehatan siswa, kondisi psikologis siswa

dan kondisi kelelahan.

3. Karina Dewi Retno Kumala. 2015. Skripsi. Peran Guru Agama Islam

dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Berkebutuhan

Khusus di Kelas VIII SMP Inklusif Galuh Handayani. IAIN Sunan

Ampel Surabaya. Penelitian ini berfokus pada peningkatan prestasi

belajar bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain itu, untuk

mengetahui peranan guru terhadap ABK. Lokasi penelitiannya di SMP

Inklusif.

Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan disajikan dalam tabel 2.1


Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Penelitian Terdahulu

No. Judul Persamaan Perbedaan


Peran Guru Agama Subjek penelitiannya Jenjang
1.
dalam Meningkatkan sama yakni membahas Pendidikannya
Hasil Belajar Siswa tentang peran guru dalam
Anak Didik Di Sekolah dalam meningkatkan penelitiannya
Dasar Negeri 2 hasil belajar siswa dan berbeda
Arjowinangun sama-sama mengunakan
Kedungkandang metode kualitatif
Malang.
Peran Guru PAI dalam Sama dengan metode Tidak meneliti
2.
Meningkatkan Motivasi penelitian kualitatif, lalu hasil belajar
Belajar Peserta Didik di jenjang pendidikan melainkan meneliti
SDN Wonokerto 01 berbeda, tidak sama motivasi belajar
Kecamatan Bandar mebahas tentang siswa, dan jenjang
Kabupaten Batang. meningkatkan hasil pendidikan berbeda
belajar siswa
3. Peran Guru Agama Menggunakan metode Tidak meneliti
Islam dalam sama penelitian meningkatkan
Meningkatkan Prestasi kualitatif, dan sama-sama hasil belajar siswa
Belajar Peserta Didik meneliti di jenjang SMP melainkan,
Berkebutuhan Khusus” meningkatkan
di Kelas VIII SMP prestasi belajar
Inklusif Galuh peserta didik
Handayani
Sumber Data: Dokumentasi Penelitian
B. Kajian Teori

1. Peran Guru PAI

a. Pengertian Guru PAI

Guru ialah sebutan lain dari tenaga pendidik baik yang berada

di instansi pendidikan formal maupun non formal yang bertugas

mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebagaimana

menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 31) guru merupakan orang

yang memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswa. Guru dalam

pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan

ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal,

tetapi bisa juga di masjid, di suatu musholla dan sebagainya.

Kemudian guru diartikan sebagai seseorang yang membentuk

kepribadian anak dengan memanusiakannya. Guru adalah sebuah

profesi yang pekerjaannya mengajar yang dijadikan sebagai mata

pencaharian. Sedangkan guru agama didefinisikan sebagai seseorang

yang bekerja mendidik kepribadian peserta didik dengan materi-

materi agama.

Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa guru

PAI ialah seseorang yang bekerja mengajar sebagai mata

pencaharian baik di lingkungan instansi pendidikan formal maupun

nonformal yang mendidik berlandaskan pada materi keagamaan


sehingga dapat diaplikasikan di kehidupan nyata agar dapat meraih

kehidupan di dunia maupun di akhirat yang paripurna.

b. Peran Guru PAI

Kata “peran” berasal dari kata “pe-yang berakhiran-an” yang

berarti sesuatu yang dimiliki oleh seorang yang mempunyai

kedudukan pada masyarakat. Kata peran sering diucapkan, dan kita

sering terdengar bahwa sebuah peran terikat dengan posisi atau

jabatan seseorang (Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 138).

Secara umum peran guru dimaknai sebagai serangkaian

tingkah yang saling berkaitan dilakukan dalam situasi yang tertentu

serta yang berhubungan dengan kemajuan tingkah laku dan

perkembangan siswa yang menjadi tujuan. Oleh karena itu, peran

guru sangat banyak yang menjadi kewajiban untuk ditunaikan demi

tercapainya tujuan pembelajaran.

Sebagaimana menurut Mulyasa (2011: 37) memaparkan

sedikitnya 19 peran guru yakni sebagai pengajar, pendidik,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan

keteladanan, pribadi, peneliti, pendorong, kreativitas, pembangkit,

pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,

emansipator, evaluator, pengawet dan sebagai kulminator. Dari

beberapa peran tersebut seorang guru harus mampu mencitrakan

untuk bisa memaksimalkan dirinya dihadapan anak didik.


Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa peran

guru PAI merupakan suatu bentuk sikap atau tingkah laku yang

menjadi tanggung jawab untuk dapat direalisasikan dalam dirinya

untuk pembinaan watak, kepribadian, keimanan dan ketaqwaan

peserta didik agar dapat menjadi manusia yang paripurna serta

menumbuhkan anak bangsa yang cemerlang.

c. Macam-Macam Peran Guru PAI

Guru merupakan jabatan ataupun profesi yang dianggap

memerlukan keahlian tersendiri sebagai seorang guru dalam

mendidik anak didik memberikan pengarahan sehingga peserta didik

memahami maksud dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Untuk mengetahui tentang bagaimana guru itu maka dalam hal ini

perlu mengkaji tentang arti guru yang dikemukakan oleh para pakar

dan ahli pendidikan yakni diantaranya:

1. Menurut Athiyah Al-Abrasy, guru adalah Spiritual Father atau

bapak rohani bagi seorang murid, ialah yang memberikan

santapan ilmu jiwa dengan ilmu pendidikan akhlak yang

membenarkannya, maka menghormati guru merupakan

penghormatan terhadap anak-anak kita, dengan begitu ia hidup

dan berkembang sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya

dengan sebaik-baiknya.
2. Menurut Ngainun Naim guru adalah sosok yang telah rela

mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan

mendidik siswa (Ngainun Naim, 2007:37)

3. Menurut E. Mulyasa guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh

panutan, dan identifikasi bagi peran peserta didik, dan

lingkungannya (E. Mulyasa, 2007:37).

4. Menurut tokoh yang sudah tak asing lagi bagi bangsa Indonesia,

yaitu Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwasanya seorang guru

adalah orang yang mampu mendidik, maksudnya yakni sanggup

menuntun segala kekuatan yang ada pada diri anak didik agar

mereka menjadi manusia yang handal dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya (M. Sukardjo, 2009:10).

Guru sebagai pengajar kiprahnya di dalam proses

pembelajaran memiliki tugas dan tanggung jawab yang dinilai

sebagai perannya dalam menumbuhkembangkan potensi peserta

didik. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan UU

No. 14 Tahun 2005 peran guru termasuk didalamnya guru PAI

memiliki beberapa peran yakni sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik


Sebagai seorang guru, peran Anda bukan hanya
memberikan pengetahuan tetapi juga membentuk karakter dan
mempersiapkan siswa untuk masa depan mereka. Sebagai
pendidik, Anda harus memiliki pemahaman yang mendalam
tentang materi pelajaran, serta mampu memotivasi siswa untuk
belajar dengan cara yang menyenangkan dan efektif.
Anda juga harus memiliki keterampilan dalam menyusun
rencana pembelajaran yang terstruktur dan mudah dipahami oleh
siswa, serta memiliki kemampuan untuk mengelola kelas dan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif.

Selain itu, sebagai pendidik, Anda juga harus


memperhatikan aspek sosial dan emosional siswa, dan
membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan
interpersonal dan berempati. Anda harus mampu berkomunikasi
dengan baik dengan siswa, orang tua, dan kolega guru, serta
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah dan
menangani konflik.

Sebagai seorang pendidik, tugas Anda juga meliputi


evaluasi dan penilaian siswa. Anda harus mampu menilai
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan memberikan
umpan balik yang konstruktif untuk membantu mereka
meningkatkan prestasi belajar mereka. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai pendidik, seorang guru harus selalu
mengedepankan nilai-nilai etika dan profesionalisme, serta
menjunjung tinggi prinsip keadilan dan keberagaman.

Peran guru sebagai pendidik indikatornya sebagai berikut:


a. Menerangkan dan memberikan imformasi
b. Mendorong inisiatif, mengarahkan pelajaran,
mengadministraskan.
c. Menciptakan kelompok-kelompok belajar.
d. Menciptakan suasana belajar yang aman.
e. Menjelaskan sikap, kepercayaan, dan masalah.

2. Guru sebagai pengajar


Sebagai seorang guru, Anda juga harus memiliki
kemampuan sebagai pengajar yang handal. Anda harus mampu
mengajar dengan cara yang memotivasi siswa untuk belajar dan
memahami materi pelajaran dengan baik.

Sebagai pengajar, Anda harus memiliki pemahaman yang


mendalam tentang materi pelajaran dan mampu
mengkomunikasikannya dengan jelas dan efektif kepada siswa.
Anda juga harus memiliki kemampuan untuk menggunakan
berbagai strategi dan metode pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa.

Selain itu, sebagai pengajar, Anda harus dapat


menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
kondusif, serta mampu menyesuaikan gaya pengajaran dengan
gaya belajar siswa. Anda harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan belajar individual siswa dan memberikan dukungan
dan bantuan yang diperlukan.

Sebagai pengajar, Anda juga harus mampu memanfaatkan


teknologi dan sumber daya pembelajaran yang tersedia untuk
meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Anda
harus mampu mengintegrasikan teknologi dan sumber daya
pembelajaran ke dalam rencana pengajaran Anda untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan efektif
bagi siswa.

Selain itu, sebagai pengajar, Anda harus mampu


mengelola waktu dan sumber daya secara efektif, serta mampu
mengorganisir pembelajaran yang terstruktur dan terukur. Anda
juga harus mampu menilai kemajuan belajar siswa dan
memberikan umpan balik yang konstruktif untuk membantu
siswa meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi
pelajaran.

Sebagai pengajar, tugas Anda adalah memberikan


pengalaman belajar yang bermakna dan mendalam kepada
siswa, dan membantu mereka mencapai potensi terbaik mereka
dalam belajar dan kehidupan.
Peran guru sebagai pengajar indikatornya sebagai berikut:
a. Sumber belajar
b. Fasilitator
c. Pengelola
d. Pembelajaran
e. Demonstrator
f. Pembimbing
g. Motivator dan Penilai

3. Guru sebagai pembimbing


Sebagai seorang guru, peran Anda juga sebagai
pembimbing bagi siswa. Sebagai pembimbing, Anda harus
dapat membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan interpersonal, emosional, dan akademik
mereka.

Sebagai pembimbing, Anda harus mampu memahami


kebutuhan dan minat siswa, serta membantu mereka dalam
menemukan tujuan dan arah dalam kehidupan mereka.
Anda harus mampu memberikan dorongan dan dukungan
kepada siswa untuk mencapai tujuan mereka.
Sebagai pembimbing, Anda harus mampu memberikan
umpan balik yang konstruktif dan membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Anda
juga harus mampu membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan belajar, seperti keterampilan
studi, penyelesaian masalah, dan pemecahan konflik.

Selain itu, sebagai pembimbing, Anda harus mampu


memfasilitasi diskusi dan refleksi yang mendalam, serta
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang
lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan orang lain.
Anda harus mampu membimbing siswa dalam
mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan,
serta membantu mereka dalam membangun jaringan sosial
dan komunitas yang positif.

Sebagai pembimbing, tugas Anda adalah membantu siswa


dalam mengembangkan sikap yang positif terhadap diri
mereka sendiri, lingkungan sekitar, dan masyarakat. Anda
harus mampu memberikan dukungan dan bimbingan
kepada siswa dalam memecahkan masalah dan membuat
keputusan yang bijaksana dalam kehidupan mereka.

Sebagai pembimbing, Anda harus selalu mengedepankan


etika dan profesionalisme dalam memberikan bimbingan
dan dukungan kepada siswa, serta menghormati privasi dan
hak siswa untuk menjadi diri mereka sendiri.

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing pembelajaran,


yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggung jawab atas kelancaran pembelajaran itu.
Dalam hal ini, istilah pembelajaran tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga pembelajaran mental,
emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks.

Sebagai pembimbing pembelajaran guru memerlukan


kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal
berikut:
a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai.
b. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta
didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
c. Guru harus memaknai kegiatan belajar.
d. Guru harus melaksanakan penilaian.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh
guru harus berdasarkan kerjasama baik antara guru dengan
siswa.
Indikator guru sebagai pembimbing adalah kriteria atau
standar yang digunakan untuk menilai kinerja seorang guru
dalam membimbing siswa dalam mencapai tujuan belajar dan
perkembangan pribadinya. Indikator ini mencakup berbagai
aspek, seperti kemampuan guru dalam memberikan bimbingan,
memahami kebutuhan dan karakteristik siswa, serta mampu
mengembangkan keterampilan interpersonal yang baik.

Beberapa contoh indikator guru sebagai pembimbing antara


lain:

a. Kemampuan guru dalam mengenal siswa dan memahami


kebutuhan dan fitur mereka.
b. Kemampuan guru dalam memberikan bimbingan yang
efektif dan terencana.
c. Kemampuan guru dalam memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan potensi diri dan keterampilan interpersonal
yang baik.
d. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi dan
dukungan untuk membangun kepercayaan diri siswa.
e. Kemampuan guru dalam memberikan umpan balik yang
positif dan konstruktif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa.
f. Kemampuan guru dalam mendorong siswa untuk belajar
mandiri dan membangun sikap yang positif terhadap belajar.
Dalam menggunakan indikator guru sebagai pembimbing,
perlu diperhatikan bahwa pembimbingan harus dilakukan secara
individual dan terpersonal. Selain itu, guru juga harus mampu
memberikan bimbingan secara berkelanjutan dan mendorong
kemajuan siswa secara terus menerus. Dengan menggunakan
indikator yang jelas dan terukur, guru dapat meningkatkan
kinerjanya sebagai pembimbing dan memberikan dukungan
yang efektif bagi perkembangan siswa.

4. Guru sebagai pengarah


"Guru sebagai pengarah" dapat diartikan sebagai peran
guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses
belajar mengajar. Guru harus dapat menjadi fasilitator yang
mampu membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang
diajarkan, memotivasi siswa untuk belajar, serta memberikan
arahan dan bimbingan untuk mencapai tujuan akademik dan
non-akademik.

Sebagai pengarah, guru harus memiliki keterampilan


interpersonal yang baik untuk dapat membangun hubungan yang
baik dengan siswa dan memahami kebutuhan mereka. Guru juga
harus memahami perbedaan individu siswa dan mengakomodasi
gaya belajar yang berbeda-beda. Selain itu, guru sebagai
pengarah juga harus dapat memberikan umpan balik yang
konstruktif dan membantu siswa untuk mengidentifikasi
kelemahan mereka sehingga mereka dapat mengembangkan diri
lebih baik.

Dalam lingkup yang lebih luas, guru sebagai pengarah


juga harus dapat memahami dan mengakomodasi perbedaan
budaya, sosial, dan lingkungan siswa, serta membantu siswa
untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut dan menghargai
keragaman budaya.

Dalam rangka menjadi guru yang efektif sebagai


pengarah, guru harus selalu mengembangkan keterampilan dan
pengetahuannya melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan, serta menjaga komunikasi yang terbuka dengan
siswa dan orang tua.
Guru adalah seorang pengarah yang memiliki peran
penting dalam mengarahkan dan membimbing siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan mereka. Sebagai pengarah, guru
harus memahami potensi dan kebutuhan siswa, memberikan
arahan yang jelas dan tepat, dan membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan mereka.

Sebagai pengarah, guru harus mampu mengenal dan


memahami kebutuhan individual siswa. Ini dapat dilakukan
dengan mengamati dan berkomunikasi secara terbuka dengan
siswa, serta memahami perbedaan individual siswa. Dengan
pemahaman ini, guru dapat memberikan arahan yang sesuai dan
membantu siswa mencapai tujuan mereka.

Selain itu, guru juga harus mampu memberikan arahan


yang jelas dan tepat. Ini dapat dilakukan dengan menyusun
rencana pembelajaran yang terstruktur dan terorganisir, serta
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dengan jelas kepada
siswa. Dengan arahan yang jelas, siswa akan memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang apa yang diharapkan dari
mereka dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
Terakhir, sebagai pengarah, guru harus membantu siswa
mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan mereka. Ini dapat dilakukan dengan
memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu siswa
untuk memperbaiki kesalahan mereka, serta memberikan
dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk mengatasi
tantangan yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran.

Dalam keseluruhan, guru adalah seorang pengarah yang


sangat penting dalam proses pendidikan. Dengan memahami
potensi dan kebutuhan siswa, memberikan arahan yang jelas dan
tepat, dan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
dan keterampilan yang diperlukan, guru dapat membimbing
siswa menuju kesuksesan akademik dan pribadi.

Indikator guru sebagai pengarah dapat diartikan sebagai


kriteria atau standar yang digunakan untuk menilai mana
seorang guru yang mampu mengarahkan siswa dalam belajar.
Beberapa contoh indikator guru sebagai pengarah antara lain:

a. Mampu menunjukkan kegiatan dan arah yang jelas kepada


siswa.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan
memberikan dukungan yang tepat.
c. Mampu mengembangkan program pembelajaran yang relevan
dan menarik bagi siswa.
d. Mampu memberikan umpan balik yang konstruktif dan
berorientasi pada solusi.
e. Mampu membimbing siswa dalam mengatasi masalah dan
tantangan belajar.
f. Mampu memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan
kemampuan mereka.
g. Mampu membimbing siswa dalam mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional
Indikator guru sebagai pengarah ini penting dalam menilai
kinerja guru dan memastikan bahwa mereka mampu memenuhi
tuntutan pekerjaan mereka sebagai pengarah dalam proses
belajar mengajar.

5. Guru sebagai pelatih


Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas
melatih siswa dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai
dengan potensi masing-masing siswa. Pelatihan yang dilakukan
di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi
standar, juga harus memperhatikan perbedaan individual siswa
dan lingkungan. untuk itu harus banyak tahu meskipun tidak
mencakup semua hal dan tidak setiap hal yang sempurna, karena
itu tidaklah mungkin.
Pelatihan yang dilakukan di samping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
memperhatikan perbedaan individual siswa dan lingkungan.
Guru menumbuhkan rasa percaya diri siswa saat pembelajaran
berlangsung.
Guru adalah seorang pendidik yang memberikan
pengajaran kepada siswa dalam suatu institusi pendidikan,
seperti sekolah atau perguruan tinggi. Sebagai pelatih, guru
memiliki peran yang sangat penting dalam membantu siswa
mencapai potensi mereka dan meraih tujuan mereka dalam
pembelajaran. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran,
tetapi juga memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa
untuk terus belajar dan berkembang.

Sebagai pelatih, guru juga harus memiliki keterampilan


yang baik dalam mengelola kelas, mengevaluasi kemajuan
siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, serta
menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif. Selain
itu, guru juga harus mampu menyesuaikan gaya pengajaran
mereka dengan gaya belajar siswa, sehingga dapat
memaksimalkan potensi setiap siswa.

Dalam hal ini, guru dapat menggunakan berbagai metode


dan teknik pengajaran yang berbeda, seperti pengajaran berbasis
proyek, pengajaran berbasis masalah, pengajaran berbasis game,
dan lain sebagainya. Dengan memanfaatkan berbagai metode
dan teknik pengajaran yang tepat, guru dapat membantu siswa
meraih tujuan pembelajaran mereka dan mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di masa depan.
Sebagai seorang guru atau pelatih, tugas utama Anda
adalah membantu siswa atau peserta pelatihan Anda mencapai
tujuan pembelajaran mereka. Untuk melakukannya, Anda harus
memiliki keterampilan pedagogis yang kuat, termasuk
kemampuan untuk menjelaskan materi dengan jelas, memotivasi
siswa atau peserta pelatihan, dan memberikan umpan balik yang
efektif.

Selain itu, seorang guru atau pelatih yang efektif harus


dapat memahami kebutuhan dan gaya belajar siswa atau peserta
pelatihan mereka. Ini memungkinkan Anda untuk menyesuaikan
pendekatan pembelajaran Anda agar sesuai dengan preferensi
individu mereka.

Sebagai seorang guru atau pelatih, Anda juga harus dapat


membangun hubungan yang baik dengan siswa atau peserta
pelatihan Anda. Ini membutuhkan keterampilan interpersonal
yang baik, termasuk kemampuan untuk mendengarkan dengan
baik, memberikan dukungan emosional, dan menunjukkan
penghargaan untuk kemajuan dan pencapaian mereka.

Selain itu, sebagai seorang guru atau pelatih, Anda juga


harus terus belajar dan memperbarui pengetahuan dan
keterampilan Anda agar tetap relevan dan efektif dalam
membantu siswa atau peserta pelatihan Anda mencapai tujuan
mereka.
Indikator guru sebagai pelatih adalah kriteria atau tanda-
tanda yang menunjukkan bahwa seorang guru efektif sebagai
pelatih bagi siswanya. Beberapa indikator guru sebagai pelatih
yang dapat diperhatikan antara lain:

a. Terkhusus kebutuhan individu: Seorang guru yang efektif


sebagai pelatih dapat mengidentifikasi kebutuhan individu
siswa dan memberikan bimbingan atau dukungan sesuai
dengan kebutuhan tersebut.
b. Mendorong pemikiran kritis: Guru sebagai pelatih harus
mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif.
Dengan menyadari gagasan mereka, guru dapat membantu
siswa untuk memperluas pandangan mereka dan
memperbaiki keterampilan berpikir kritis.
c. Membangun keterampilan sosial dan emosional: Pelatihan
yang efektif harus mencakup pengembangan keterampilan
sosial dan emosional siswa. Seorang guru yang efektif
sebagai pelatih akan membantu siswa memahami bagaimana
mereka dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, dan
mengatasi konflik dengan cara yang sehat.
d. Memberikan umpan balik yang konstruktif: Guru sebagai
pelatih harus memberikan umpan balik yang konstruktif dan
jelas agar siswa dapat memahami kelebihan dan kekurangan
mereka serta mengidentifikasi area untuk perbaikan.
e. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi: Guru
sebagai pelatih harus menggunakan berbagai metode
pembelajaran untuk membantu siswa memperoleh
pemahaman yang lebih baik. Dengan diperkenalkannya
variasi dalam cara mengajar, siswa dapat terlibat dalam
proses belajar dengan cara yang lebih menarik dan efektif.
f. Menumbuhkan motivasi: Guru sebagai pelatih harus dapat
membantu siswa agar merasa termotivasi dalam belajar dan
mencapai tujuan mereka. Dengan memotivasi siswa, guru
dapat membantu mereka menjadi lebih bersemangat dan
antusias dalam belajar.

Dengan memperhatikan indikator guru sebagai pelatih


tersebut, seorang guru dapat menjadi lebih efektif dalam
membimbing dan membantu siswa mencapai potensi dirinya
secara maksimal.

6. Guru sebagai penilai


Penilaian ataupun evaluasi merupakan aspek pembelajaran
yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang
dan hubungan, serta variabel yang lain mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang tidak dapat dipisahkan dari
setiap penilaian. Maka guru harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang memadai.
Jadi Guru sebagai penilai berperan untuk mengumpulkan
data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang
telah dilakukan. Dengan melakukan penilaian maka guru akan
mengetahui atau menentukan keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam konteks spiritual atau keagamaan, guru dapat
berperan sebagai penilai atau pemberi nasihat untuk murid-
muridnya. Guru sering kali dianggap sebagai otoritas dalam hal
spiritualitas dan dapat membimbing murid-muridnya dalam
mencapai kesadaran yang lebih tinggi atau pemahaman yang
lebih dalam tentang kebenaran spiritual.

Namun, perlu diingat bahwa guru juga manusia yang tidak


sempurna dan mungkin memiliki pandangan yang berbeda-beda
terkait dengan spiritualitas. Oleh karena itu, penting bagi murid-
murid untuk tidak hanya mengandalkan pandangan guru saja,
tetapi juga melakukan pencarian dan penelitian mereka sendiri
untuk mencari pemahaman yang lebih luas tentang kebenaran
spiritual.

Dalam konteks lain, seperti dalam pendidikan atau bisnis,


guru juga dapat berperan sebagai penilai dalam memberikan
umpan balik dan evaluasi terhadap kinerja murid atau karyawan.
Dalam hal ini, guru harus memiliki keterampilan yang baik
dalam memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu
murid atau karyawan untuk memperbaiki kinerjanya.
sebagai seorang guru, salah satu tugas penting adalah
menilai kemajuan siswa dalam belajar dan memahami materi
pelajaran. Penilaian ini harus adil, obyektif, dan akurat untuk
memberikan umpan balik yang bermakna kepada siswa dan
membantu mereka memperbaiki kelemahan mereka.

Guru harus memahami standar penilaian yang digunakan


di sekolah mereka, termasuk jenis-jenis penilaian yang
digunakan, seperti tes tertulis, tugas proyek, presentasi, dan
sebagainya. Mereka juga harus memiliki pemahaman yang jelas
tentang tujuan penilaian dan cara memperbaiki hasil belajar
siswa.
Selain itu, sebagai penilai, guru juga harus mampu
mempertimbangkan faktor-faktor tertentu yang memengaruhi
hasil belajar siswa, seperti latar belakang budaya, kebutuhan
khusus, dan preferensi belajar. Mereka harus memastikan bahwa
penilaian yang mereka lakukan tidak diskriminatif dan
memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa.

Dalam melaksanakan penilaian, guru juga harus mampu


memberikan umpan balik yang bermakna dan konstruktif
kepada siswa. Umpan balik yang efektif membantu siswa
memahami di mana mereka berada dalam proses belajar dan
memberikan informasi yang spesifik tentang bagaimana mereka
dapat memperbaiki hasil belajar mereka.

Dalam kesimpulannya, menjadi seorang guru yang baik


melibatkan keterampilan dalam penilaian dan memberikan
umpan balik yang bermakna kepada siswa. Ini adalah bagian
penting dari memastikan bahwa siswa mencapai hasil belajar
yang maksimal dan siap untuk menghadapi tantangan di masa
depan.

Indikator guru sebagai penilai adalah kriteria atau standar


yang digunakan untuk menilai kinerja seorang guru dalam
melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik. Indikator ini
mencakup berbagai aspek, seperti kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi sosial.

Beberapa contoh indikator guru sebagai penilai antara


lain:
a. Kemampuan merencanakan pembelajaran yang efektif
dan menarik bagi siswa.
b. Kemampuan mengajar dengan beragam metode dan
strategi pembelajaran.
c. Kemampuan memberikan umpan balik yang konstruktif
dan berorientasi pada siswa.
d. Kemampuan mengelola kelas dan menangani masalah
disiplin dengan baik.
e. Kemampuan melakukan evaluasi dan penilaian secara
objektif terhadap hasil belajar siswa.
f. Kemampuan mengembangkan diri secara profesional
dan terus belajar.

Dalam menggunakan indikator guru sebagai penilai, perlu


diperhatikan bahwa penilaian tidak hanya berdasarkan hasil
akhir yang diperoleh siswa, tetapi juga melihat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penilaian yang objektif
dan akurat akan membantu guru dalam mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan dalam kinerjanya serta merencanakan
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi siswa.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar PAI

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks didalamnya

terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah

bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat

dan mereproduksi, ada penerapan pengetahuan, menyimpulkan

makna, menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan adanya

perubahan sebagai pribadi (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2010: 4).

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses

mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang

belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula

sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari

proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada

umumnya. disebut hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang


optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan

sengaja serta terorganisasi secara baik (Sardiman A.M., 2010: 19).

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses artinya dalam

belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati,

menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan. Itu

sebabnya, dalam proses belajar, guru harus dapat membimbing dan

memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan proses-proses

tersebut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi

adanya perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan oleh proses-

proses tersebut. Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar karena

adanya indikasi melakukan proses tersebut secara sadar dan

menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh

berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Perwujudan perubahan

tingkah laku dari hasil belajar adalah adanya peningkatan

kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Perubahan tersebut sebagai perubahan yang disadari, relatif bersifat

permanen, kontinu, dan fungsional (Sri Anitah, 2007: 2).

Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus

diingat, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas

dan baik, belum tentu hasil belajar yang diperoleh mesti optimal.

Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen

yang lain, dan terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek

belajar.
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses atau

aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman yang baru sehingga memungkinkan

terjadinya perubahan tingkah laku yang baik dan terampil dalam

bertindak maupun berpikir berdasarkan pengalaman yang telah

dilaluinya.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil

belajar disebut kemampuan-kemampuan (capabilities). Menurut

Gagne ada lima kemampuan. Ditinjau dari segi hasil yang

diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan-

kemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu

memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga

karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan ini berbeda-

beda (Ratna Wilis 2006: 118).

Menurut Gagne hasil belajar dibagi menjadi lima kategori

yaitu:

a. Informasi verbal (Verbal Information). Informasi verbal adalah


kemampuan yang memuat siswa untuk memberikan tanggapan
khusus terhadap stimulus yang relatif khusus. Untuk menguasai
kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan
informasi dalam sistem ingatannya.
b. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill). Kemampuan
intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk
melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik disini artinya
bahwa siswa harus mampu memecahkan suatu permasalahan
dengan menerapkan informasi yang belum pernah dipelajari.
c. Strategi Kognitif (Cognitive Strategies). Strategi kognitif
mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang
dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi cara
berkonsentrasi, belajar, mengingat, dan berpikir.
d. Sikap (Attitudes). Sikap ini mengacu pada kecenderungan untuk
membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak di bawah
kondisi tertentu.
e. Keterampilan Motorik. Keterampilan motorik mengacu pada
kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang
terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan,
kekuatan, dan kehalusan (Asep Herry Hernawan,2011).

Menurut Nana Sujana sebagaimana yang dikutip oleh

Kunandar hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan

(Kunandar, 2011: 276).

Merujuk dari beberapa pengertian di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa

setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi

pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar tidak berupa nilai

saja, tetapi dapat berupa perubahan perilaku yang menuju pada

perubahan positif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa

(ekstern).

Selain itu, faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap hasil

belajar ada dua diantaranya:


1) Faktor biologis (fisik) keadaan fisik yang perlu diperhatikan,

pertama kondisi fisik normal atau tidak ada cacat sejak dalam

kandungan sampai dengan kelahiran. Kondisi fisik normal ini

terutama harus mencakup keadaan otak, panca indera dan anggota

tubuh. Kedua, kondisi kesehatan jasmani, kesehatan dan kebugaran

jasmani sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Dalam

menjaga kesehatan jasmani, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain makan dan minum secara teratur olahraga

serta cukup tidur.

2) Faktor psikologis yang mempengaruhi meliputi segala sesuatu yang

berhubungan dengan mental seseorang Sekurang-kurangnya ada

tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, keluarga, pergaulan

dan kesiapan. (Wahyuni Ambarwati, 2018: 72-73).

a. Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yaitu

kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan,

kesehatan dan kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam

kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa

belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat

belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka

atau tidak suka terhadap suatu materi yang di pelajari siswa.

Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri


siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan

oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-

beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan

kecepatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan lambat.

Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan

kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus

dengan cara perantara visual, verbal, dan atau dibantu dengan

alat/media.

Faktor intrnal adalah faktor yang ada dalam individu yang

sedang belajar (Muhammad dan Sulistyorini, 2012:122), yaitu:

1. Semangat Belajar

Salah satu faktor internal dalam prestasi belajar yaitu

semangat belajar, karena meskipun seseorang pelajar memiliki

semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap

merasakan kemalasan, mengalami keengganan dan kelalaian.

Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.

Semangat belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Lemahnya semangat atau tidak adanya

semangat belajar akan melemahkan kegitan belajar, selanjutnya

mutu belajar akan menjad rendah.

Indikator semangat belajar dapat berbeda-beda tergantung

pada konteks dan tujuan belajar. Namun, beberapa indikator

semangat belajar yang umum meliputi:


a. Keterlibatan: Semangat belajar terlihat dari keterlibatan

seseorang dalam proses belajar, seperti aktif mengikuti

pelajaran, bertanya, atau berdiskusi.

b. Motivasi: Tingkat motivasi dalam belajar dapat

menggambarkan semangat seseorang untuk belajar.

Seseorang yang semangat belajar cenderung memiliki

motivasi yang tinggi dan bersemangat dalam menyelesaikan

tugas-tugas belajar.

c. Daya tahan: Semangat belajar juga tercermin dari daya tahan

seseorang dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam

belajar. Seseorang yang semangat belajar tidak mudah

menyerah dan terus berusaha untuk mencapai tujuan

belajarnya.

d. Kreativitas: Semangat belajar dapat meningkatkan

kreativitas seseorang dalam menemukan solusi untuk

masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar.

e. Inisiatif: Seseorang yang semangat belajar cenderung

memiliki inisiatif untuk mencari tahu lebih banyak dan

melanjutkan belajar di luar kelas atau lingkungan belajar

formal.

Menurut (Moekijat, 2004:2) “Semangat adalah kemampuan

sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan

konsekuen dalam mencapai tujuan bersama”. Bisa dikatakan


bahwa semangat belajar adalah kemampuan untuk bekerja

dengan giat dan konsekuen untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun

pengalaman sehingga seseorang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai.

2. Percaya diri

Pemahaman tentang hakekat percaya diri akan lebih jelas

jika seseorang melihat langsung berbagai peristiwa yang

dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Rasa percaya

diri sering dimaknai dengan rasa kemampuan individu

dalam menyeimbangkan struktur kejiwaan yang ada pada

diri individu tersebut, dengan kata lain percaya diri adalah

individu yang mampu mengendalikan gejala emosional

seperti takut dan sebagainya sehingga ia berani

memposisikan pada hal yang seimbang.

Berdasarkan berbagai peristiwa dan pengalamn

tersebut bisa kita lihat bahwa gejala-gejala tingkah laku

seseorang yang menggambarkan adanya rasa percaya diri

atau tidak.

Indikator percaya diri dapat bervariasi tergantung

pada situasi dan individu yang bersangkutan. Beberapa

indikator umum dari seseorang yang memiliki tingkat

percaya diri yang tinggi antara lain:


a. Menunjukkan postur tubuh yang tegap dan menatap

mata lawan bicara dengan mantap.

b. Berbicara dengan jelas dan tegas, tanpa ragu-ragu atau

tergagap-gagap.

c. Memiliki keyakinan pada kemampuan dan keputusan

yang diambil, serta siap mengambil tanggung jawab atas

hasilnya.

d. Mampu mengatasi rasa takut dan ketidakpastian dalam

mengambil tindakan.

e. Tidak takut untuk mengambil risiko dan berani mencoba

hal-hal baru.

f. Mampu mengontrol emosi dan tetap tenang dalam

situasi yang menantang.

g. Memiliki sikap positif dan optimis terhadap masa

depan, serta percaya bahwa dirinya dapat mencapai

tujuan yang diinginkan.

Namun, perlu diingat bahwa tingkat percaya diri dapat

bervariasi dari waktu ke waktu dan tergantung pada situasi

yang dihadapi. Selain itu, memiliki tingkat percaya diri

yang tinggi juga tidak berarti bahwa seseorang tidak

memiliki kelemahan atau tidak pernah merasa ragu.


3. Bakat

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap

orang pasti memiliki bkat dalam arti potensi untuk

mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip

dengan intelgensi. Dalam perkembangan selanjutnya bakat

diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan

tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya

pendidikan dan latihan. Misalnya seorang siswa berbakat

dalam bidang elektro, maka akan lebih mudah menyerap

informasi, kemampuan dan keterampilan yang berhubungan

dengan bidang elektro ketimbang siswa lainnya.

Indikator bakat adalah tanda atau ciri-ciri yang

menunjukkan adanya potensi atau kecenderungan seseorang

dalam suatu bidang atau aktivitas tertentu. Indikator bakat

dapat bervariasi tergantung pada jenis bakat yang diukur,

namun beberapa contohnya antara lain:

a. Kemampuan fisik: Indikator bakat untuk kemampuan

fisik dapat berupa kecepatan, kekuatan, keseimbangan,

dan fleksibilitas.
b. Kemampuan intelektual: Indikator bakat untuk

kemampuan intelektual dapat berupa kemampuan

verbal, numerik, logis, dan spasial.

c. Kemampuan seni: Indikator bakat untuk kemampuan

seni dapat berupa kreativitas, imajinasi, daya ekspresi,

dan kepekaan estetika.

d. Kemampuan sosial: Indikator bakat untuk kemampuan

sosial dapat berupa kemampuan komunikasi,

kepemimpinan, empati, dan kerja sama.

Pengenalan indikator bakat dapat membantu seseorang

untuk mengembangkan potensi bakatnya dan mengejar karir

atau kegiatan yang sesuai dengan minat dan

kecenderungannya.

4. Intelegensi siswa / kecerdasan siswa

Menurut J. P. Chaplin, intelegensi adalah kecakapan yang

terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.

Intelligence atau kecerdasan siswa adalah konsep

yang luas dan kompleks yang sulit untuk diukur secara


tepat. Namun, ada beberapa indikator yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi kecerdasan siswa:

a. Tes IQ: Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah salah satu

tes yang paling umum digunakan untuk mengukur

kecerdasan siswa. Tes ini mengukur kemampuan verbal,

numerik, dan spasial siswa serta kemampuan

memecahkan masalah.

b. Tes kinerja: Tes kinerja mengukur kemampuan siswa

dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas-

tugas yang kompleks. Tes ini mengukur kemampuan

siswa dalam berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan

adaptasi.

c. Nilai akademik: Nilai akademik siswa di sekolah dapat

menjadi indikator kecerdasan siswa. Siswa yang cerdas

biasanya mendapatkan nilai yang tinggi dan berhasil

dalam berbagai mata pelajaran.

d. Kemampuan sosial: Kemampuan sosial juga dapat

menjadi indikator kecerdasan siswa. Siswa yang cerdas

biasanya mampu berinteraksi dengan orang lain dengan

baik dan memiliki kemampuan empati yang baik.

e. Kemampuan bahasa: Kemampuan bahasa dapat menjadi

indikator kecerdasan siswa. Siswa yang cerdas biasanya


mampu menguasai bahasa dengan baik dan dapat

mengekspresikan ide-ide mereka dengan jelas dan tepat.

Namun, penting untuk diingat bahwa indikator-indikator ini

hanya memberikan gambaran kasar tentang kecerdasan

siswa dan tidak dapat menunjukkan keseluruhan gambaran

tentang kemampuan dan potensi siswa.

5. Perhatian

Perhatian menurut Al-Ghazali adalah keaktifan jiwa

yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada

suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk

dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,

jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan

pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara

mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau

bakatnya.

Indikator perhatian adalah tanda-tanda atau gejala

yang menunjukkan bahwa seseorang sedang memperhatikan

atau fokus pada suatu hal. Beberapa contoh indikator

perhatian meliputi:
a. Kontak mata: Seseorang yang memperhatikan biasanya

akan membuat kontak mata dengan orang atau objek

yang sedang diperhatikan.

b. Postur tubuh: Ketika seseorang memperhatikan sesuatu,

postur tubuhnya cenderung lebih tegak dan fokus.

c. Gerakan kepala: Seseorang yang memperhatikan

biasanya akan mengarahkan kepala ke arah objek atau

orang yang sedang diperhatikan.

d. Respon verbal: Seseorang yang memperhatikan

mungkin akan memberikan respon verbal seperti

mengangguk atau menjawab pertanyaan.

e. Peningkatan aktivitas otak: Melalui teknologi pencitraan

otak, kita dapat melihat bahwa aktivitas otak meningkat

ketika seseorang memperhatikan suatu hal.

Perlu diingat bahwa setiap orang memiliki cara yang

berbeda untuk menunjukkan perhatian, dan beberapa orang

mungkin tidak menunjukkan indikator perhatian yang jelas

6. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara (tidak


dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan

perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Indikator minat adalah faktor atau tanda-tanda yang

menunjukkan adanya minat pada suatu hal atau topik

tertentu. Beberapa contoh indikator minat antara lain:

a. perilaku: Seseorang yang memiliki minat pada suatu

topik cenderung menunjukkan perilaku tertentu, seperti

mencari informasi tambahan, membaca buku atau

artikel tentang topik tersebut, atau berpartisipasi dalam

kegiatan yang berkaitan dengan topik tersebut.

b. Kompetensi: Seseorang yang memiliki minat pada suatu

topik cenderung memiliki pengetahuan atau

keterampilan tertentu yang terkait dengan topik tersebut.

c. Afeksi: Seseorang yang memiliki minat pada suatu topik

cenderung menunjukkan perasaan positif terhadap topik

tersebut, seperti antusiasme, kegembiraan, atau

ketertarikan.

d. Preferensi: Seseorang yang memiliki minat pada suatu

topik cenderung memilih atau memilih untuk terlibat

dalam hal-hal yang berkaitan dengan topik tersebut.

e. Aktivitas: Seseorang yang memiliki minat pada suatu

topik cenderung melakukan kegiatan yang berkaitan


dengan topik tersebut secara aktif, seperti membaca,

menulis, atau berbicara tentang topik tersebut.

7. Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang

akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat

disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu

perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat

adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.

Indikator motivasi adalah atau tanda petunjuk yang

digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi tingkat

motivasi seseorang. Beberapa contoh indikator motivasi

yang umum digunakan meliputi:

a. Produktivitas: Tingkat produktivitas seseorang dapat

menjadi indikator motivasi yang baik, karena motivasi

yang tinggi cenderung menghasilkan kinerja yang lebih

baik.

b. Kepuasan kerja: Indikator motivasi lainnya adalah

tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

Seseorang yang termotivasi akan merasa puas dengan

rasa lelahnya, sedangkan seseorang yang tidak

termotivasi cenderung merasa tidak puas.

c. Ambisi: Tingkat ambisi seseorang juga dapat menjadi

indikator motivasi, karena seseorang yang termotivasi


cenderung memiliki tujuan yang jelas dan ingin

mencapainya.

d. Antusiasme: Tingkat antusiasme seseorang dalam

melakukan tugas atau pekerjaan juga dapat menjadi

indikator motivasi. Seseorang yang termotivasi

cenderung lebih antusias dalam menyelesaikan

pekerjaannya.

e. Inisiatif: Seseorang yang termotivasi cenderung

memiliki inisiatif untuk melakukan hal-hal yang

berguna dan positif, sehingga tingkat inisiatif juga dapat

menjadi indikator motivasi.

8. Kematangan belajar siswa

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak

dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan

jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya

sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-

latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah

siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya


sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak

sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki

kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

Indikator kematangan belajar siswa dapat berbeda-

beda tergantung pada tujuan dan konteks pembelajaran yang

sedang dilakukan. Namun, beberapa indikator kematangan

belajar siswa yang umumnya digunakan antara lain:

a. Memiliki motivasi belajar yang tinggi dan bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran.

b. Mampu mengatur waktu dan tugas dengan baik,

termasuk memiliki keterampilan mengatur jadwal,

mengerjakan tugas secara efektif, dan menghindari

keterlambatan.

c. Memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis,

serta mampu mengambil keputusan dengan baik.

d. Mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok,

termasuk mampu mendengarkan pendapat orang lain,

membangun kerjasama yang produktif, dan mengatasi

konflik yang muncul.

e. Mampu menilai hasil belajar sendiri, termasuk

memahami kelebihan dan kekurangan dari hasil yang

telah dicapai, dan mampu menentukan langkah

perbaikan yang perlu dilakukan.


Indikator kematangan belajar siswa dapat membantu

guru dalam melakukan pemantauan kemajuan belajar siswa,

menentukan kebutuhan pengembangan diri siswa, dan

membantu siswa untuk mempersiapkan diri memasuki

dunia kerja atau pendidikan yang lebih tinggi.

9. Kesiapan belajar siswa

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever

adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan

berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan

ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika

siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil

belajarnya akan lebih baik.

Ada beberapa indikator kesiapan siswa belajar, di

antaranya:

a. Motivasi: Siswa yang siap belajar biasanya memiliki

motivasi yang tinggi untuk belajar. Mereka memiliki

keinginan dan tujuan yang jelas untuk mencapai hasil

belajar yang baik.

b. Kemampuan kognitif: Siswa yang siap belajar memiliki

kemampuan kognitif yang memadai untuk mengikuti

pembelajaran di kelas.
c. Kesiapan fisik dan mental: Siswa yang siap belajar juga

memiliki kesiapan fisik dan mental yang baik. Mereka

memiliki kesehatan yang baik, cukup tidur, dan tidak

sedang mengalami masalah emosional atau stres.

d. Pengetahuan dan keterampilan dasar: Siswa yang siap

belajar memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar

yang memadai untuk mengikuti pelajaran di kelas.

Mereka menguasai dasar-dasar matematika, bahasa, dan

pengetahuan umum.

e. Lingkungan belajar yang mendukung: Siswa yang siap

belajar juga memiliki lingkungan belajar yang

mendukung di rumah dan di sekolah. Mereka memiliki

akses ke buku, bahan belajar, dan perangkat belajar

yang memadai.

f. Antusiasme dan minat: Siswa yang siap belajar

memiliki antusiasme dan minat yang tinggi untuk

belajar. Mereka merasa senang dan tertarik untuk

belajar dan mendalami materi baru.

Indikator kesiapan belajar siswa ini dapat dijadikan

pedoman bagi guru dan orang tua dalam membantu

meningkatkan kesiapan belajar siswa sehingga dapat

mencapai hasil belajar yang lebih baik.


b. Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar diri siswa diantaranya yaitu

lingkungan fisik dan non fisik belajar (termasuk suasana kelas

dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),

lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program

sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan

pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang

paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab

guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal

ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan

dalam profesi guru.

Faktor ekstern merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu yang bersangkutan. Adapun yang termasuk golongan

faktor ekstern (Ahmad Syaf’i,2018:122) yaitu:

1. Faktor Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan pengalaman pendidikan

pertama bagi anak. Pendidikan keluarga juga merupakan

dasar dari pendidikan anak sehingga untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang lain maka keluarga

dengan kesadaran memberikan pendidikan yang lain pula

yaitu dengan menyekolahkan anaknya. pendidikan di

sekolah memberikan motivasi dalam mengaktifkan anak

didiknya sehingga tidak menutup kemungkinan banyak


keanekaragaman problem yang dihadapi anak didiknya

dengan latar belakang yang berbeda.

Indikator faktor keluarga adalah kriteria atau standar

yang digunakan untuk menilai faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan anggota

keluarga. Indikator ini mencakup berbagai aspek, seperti

kesehatan fisik dan mental, pendidikan, kondisi sosial dan

ekonomi, serta kualitas hubungan antar anggota keluarga.

Beberapa contoh indikator faktor keluarga antara

lain:

a. Kualitas interaksi antar anggota keluarga, termasuk

dukungan dan empati yang diberikan.

b. Tingkat stabilitas dan keharmonisan keluarga.

c. Tingkat pendidikan orangtua dan dukungan yang

diberikan terhadap pendidikan anak.

d. Kondisi kesehatan fisik dan mental anggota keluarga,

termasuk pencegahan penyakit dan akses ke pelayanan

kesehatan yang memadai.

e. Kondisi sosial dan ekonomi keluarga, termasuk tingkat

pendapatan, pekerjaan, dan akses ke sumber daya dan

layanan publik.

f. Kondisi lingkungan dan perumahan keluarga, termasuk

akses ke fasilitas kesehatan, sanitasi, dan infrastruktur


dasar.

Dalam menggunakan indikator faktor keluarga, perlu

diperhatikan bahwa setiap keluarga memiliki situasi dan

kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, evaluasi

faktor keluarga harus dilakukan secara holistik dan

berkelanjutan, dengan mempertimbangkan perubahan

keadaan keluarga dari waktu ke waktu. Dengan

menggunakan indikator yang jelas dan terukur, kita dapat

memperbaiki kondisi faktor keluarga yang mempengaruhi

perkembangan dan kesejahteraan anggota keluarga,

sehingga dapat menciptakan lingkungan keluarga yang

sehat dan harmonis.

2. Faktor Pergaulan

interaksi antar siswa dapat mempengaruhi hubungan atau

pergaulan yang dapat membentuk kepribadian seseorang.

(Suryabrata, 2001:32) menjelaskan bahwa pergaulan

adalah jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan

orang lain sehingga terjadi saling mempengaruhi satu

dengan lainnya. Pengaruh dari individu atau kelompok

yang bermanfaat sedangkan dampak negatif dapat

mengarahkan seseorang pada pergaulan bebas yang harus

dihindari oleh setiap masyarakat khususnya bagi remaja

(Hadi, 2008:63) berpendapat bahwa pergaulan adalah


kontak langsung antara satu individu dengan individu lain,

termasuk di dalamnya pendidik dan siswa.

Indikator faktor pergaulan adalah kriteria atau

standar yang digunakan untuk menilai faktor-faktor yang

mempengaruhi pergaulan seseorang dengan lingkungan

sosialnya, seperti kelompok teman, rekan kerja, dan

komunitas di sekitarnya. Indikator ini mencakup berbagai

aspek, seperti kualitas interaksi sosial, pengaruh pergaulan

terhadap perkembangan pribadi, dan keberhasilan dalam

membangun hubungan sosial yang positif.

Beberapa contoh indikator faktor pergaulan antara lain:

a. Kualitas interaksi sosial, termasuk kemampuan

untuk mendengarkan, berbicara, dan berinteraksi

secara positif dengan orang lain.

b. Kualitas hubungan interpersonal, termasuk

dukungan sosial, empati, dan kerja sama dalam

kelompok.

c. Kemampuan untuk membangun hubungan yang

positif dengan orang-orang dari latar belakang yang

berbeda.

d. Pengaruh pergaulan terhadap kebiasaan dan

perilaku individu, termasuk kebiasaan makan,

olahraga, dan gaya hidup yang sehat.


e. Kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan

masalah dalam hubungan sosial.

f. Kemampuan untuk memilih lingkungan sosial yang

sehat dan menghindari pergaulan yang negatif.

Dalam menggunakan indikator faktor pergaulan, perlu

diperhatikan bahwa setiap individu memiliki kebutuhan

dan preferensi yang berbeda-beda dalam berinteraksi

sosial. Oleh karena itu, evaluasi faktor pergaulan harus

dilakukan secara individual dan berkelanjutan, dengan

mempertimbangkan perubahan kebutuhan dan preferensi

individu dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan

indikator yang jelas dan terukur, kita dapat meningkatkan

keterampilan sosial dan kemampuan individu untuk

membangun hubungan sosial yang positif dan sehat.

3. Faktor sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa. Kualitas guru, metode mengajar,

relasi antara guru dan siswa, kurikulum, fasilitas sarana dan

prasarana, tata tertib, serta lingkungan sekolah itu sendiri

menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa.

Indikator faktor sekolah adalah kriteria atau standar

yang digunakan untuk menilai faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas pendidikan di sebuah sekolah.


Indikator ini mencakup berbagai aspek, seperti fasilitas

fisik, kurikulum, metode pembelajaran, kualitas pengajaran

dan pembinaan, serta keterlibatan orang tua dalam

pendidikan anak.

Beberapa contoh indikator faktor sekolah antara lain:

a. Fasilitas fisik, termasuk gedung sekolah, ruang kelas,

perpustakaan, laboratorium, lapangan olahraga, dan

fasilitas kesehatan yang memadai.

b. Kurikulum dan metode pembelajaran, meliputi kualitas

bahan belajar, integrasi teknologi informasi, dan

penggunaan metode yang inovatif dan kreatif dalam

mengajar.

c. Kualitas pengajaran dan pembimbingan, termasuk

kemampuan guru untuk membimbing dan mengarahkan

siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan

menilai hasil belajar siswa secara objektif.

d. melibatkan orang tua dalam pendidikan anak, termasuk

dukungan dan partisipasi secara aktif orang tua dalam

kegiatan sekolah dan pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan pendidikan anak.

e. Kualitas manajemen dan kepemimpinan sekolah,

termasuk kemampuan kepala sekolah dalam mengelola

sumber daya, mengembangkan strategi dan inisiatif


yang tepat, serta mempromosikan budaya sekolah yang

positif dan inklusif.

f. Kualitas lingkungan belajar, termasuk ketersediaan

sumber daya belajar, keamanan dan kenyamanan

lingkungan, serta pengelolaan disiplin yang efektif.

Dalam menggunakan faktor indikator sekolah, perlu

diperhatikan bahwa setiap sekolah memiliki kondisi dan

tantangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, faktor

evaluasi sekolah harus dilakukan secara komprehensif dan

berkelanjutan, dengan mempertimbangkan perubahan

kebutuhan dan preferensi siswa dan masyarakat dari waktu

ke waktu. Dengan menggunakan indikator yang jelas dan

terukur, kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

sekolah dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas pendidikan di dalam.

4. Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, sebab dalam kehidupan

sehari-hari siswa akan lebih banyak bergaul. Siswa akan

mudah terpengaruh lingkungan masyarakat karena

keberadaannya dalam lingkungan tersebut. Kegiatan dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, lingkungan

tetangga dapat mempengaruhi siswa sehingga perlu


diusahakan lingkungan yang positif untuk mendukung

belajar siswa.

Indikator faktor penghambat lingkungan masyarakat

dalam meningkatkan hasil belajar adalah kriteria atau

standar yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas pendidikan di luar lingkungan

sekolah, seperti dukungan dan lingkungan masyarakat,

budaya, dan kebiasaan yang berdampak pada hasil belajar

siswa. Indikator ini mencakup berbagai aspek, seperti faktor

sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan yang

mempengaruhi kualitas pendidikan.

Beberapa contoh indikator faktor lingkungan

masyarakat penghambat dalam meningkatkan hasil belajar

antara lain:

a. Tingkat pendidikan orang tua dan keluarga, yang dapat

mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk belajar.

b. Ketersediaan dan kualitas fasilitas pendidikan di

lingkungan sekitar, termasuk akses ke buku dan bahan

belajar, serta dukungan dari lembaga atau organisasi

masyarakat.

c. Tingkat kemiskinan dan permusuhan di lingkungan

sekitar, yang dapat mempengaruhi kondisi dan


kesehatan fisik dan mental siswa.

d. Persebaran dan kualitas guru, termasuk akses ke

pelatihan dan sumber daya yang memadai.

e. Norma dan budaya di lingkungan sekitar, termasuk

pandangan masyarakat terhadap pendidikan dan

pengetahuan, dan kebiasaan dalam menjaga lingkungan

belajar yang positif.

f. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan siswa, termasuk kualitas udara, air, dan

sanitasi yang mencukupi.

Dalam menggunakan indikator faktor lingkungan

masyarakat penghambat dalam meningkatkan hasil belajar,

perlu diperhatikan bahwa setiap lingkungan masyarakat

memiliki kondisi dan tantangan yang berbeda-beda. Oleh

karena itu, evaluasi faktor lingkungan masyarakat harus

dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan

mempertimbangkan perubahan dalam kebutuhan dan

preferensi siswa dan masyarakat dari waktu ke waktu.

Dengan menggunakan indikator yang jelas dan terukur, kita

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya pendidikan dan memperbaiki faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas pendidikan di luar lingkungan

sekolah.
c. Mengatasi Faktor Penghambat dalam meningkatkan Hasil

Belajar.

Saat timbul hambatan dalam belajar, hambatan tersebut

harus segera diatasi. Dengan diatasi hambatan tersebut maka

proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai

hasil belajarr yang maksimal. Ada beberapa faktor yang

menjadi penghambat dalam mencapai hasil belajar yang

maksimal sehingga menjadi sulit untuk meningkatkan hasil

belajarnya. Adapun faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut:

1. Diri anak

a. Menjaga kesehatan jasmani.

b. Menumbuhkan rasa percaya diri.

c. Membangun motivasi diri.

d. Belajar berinteraksi dengan lingkungan.

e. Belajar menjaga emosi.

f. Menerima keadaan (ekonomi, jasmani, dll).

2. Keluarga

a. Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku kepada

anak.

b. Menjaga keharmonisan keluarga.

c. Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam

belajar.
d. Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan

makanan bergizi.

e. Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah

(menyapu, mencuci piring, dll).

f. Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan

anak yang lain.

g. Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.

h. Mambangun dan memberi motivasi anak.

3. Sekolah

a. Guru mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.

b. Guru menjaga kedekatan dengan siswa maupun

orangtua siswa.

c. Guru bersikap adil pada semua siswa.

d. Guru memberikan motivasi siswa, misalnya dengan

pujian, dan sebagainya.

e. Guru mamberikan teladan yang baik pada siswa.

f. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang

menyenangkan.

g. Guru melihat kelemahan masing-masing siswa,

misalnya ada siswa yang cacat fisik letak posisi duduk

di depan.

h. Guru mamberi tugas sesuai dengan kemampuan siswa.

i. Lingkungan yang nyaman untuk belajar siswa.


j. Memberikan kelonggaran tata tertib, namun tetap

disiplin.

C. Pendidikan Agama Islam di SMP

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP

Menurut Ahmad Tafsir (1992: 32) Pendidikan Agama Islam

adalah bimbingan yang diberikan oleh seorang kepada orang lain

dengan tujuan mengembangkan pengetahuannya secara sempurna

sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sedangkan Zakiah Daradjat (1998: 15) menyatakan bahwa

pendidikan agama Islam berupa pekerjaan yang difokuskan pada

peserta didik di sekolah, serta mampu menerapkan dan mengerti

ajaran pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

mencapai hal itu tentunya memerlukan materi sebagai bahan yang

mampu mengantarkan siswanya menjadi muslim yang kaffah.

Adapun materi pembelajaran PAI di SMP meliputi empat dasar

pokok yaitu:

a. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT


b. Hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan antara manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan antara manusia dengan makhluk lain dan alam
lingkungan (Rianawati, 2014: 71).
Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam di SMP ialah mata

pelajaran pokok yang menjadi salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian dan moral (karakter) peserta didik di


jenjang SMP yang sejalan dan selaras dengan tujuan yang ingin

dicapai oleh mata pelajaran PAI itu sendiri.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP

Menurut Abdul Majid (2005: 59) pendidikan agama Islam di

sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan

melalui pemberian informasi atau pengetahuan, penghayatan,

pengamalan serta pengalaman siswa sehingga menjadi manusia yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa

dan bernegara. Tujuan umum atau tujuan akhir adalah cermin atau

arti kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan di akhir.

Menurut Zakiah Daradjat (Daradjat, 2002: 30) Tujuan umum

adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam semua kegiatan yang

berhubungan dengan pendidikan baik dengan pengajaran atau

dengan cara lain yang meliputi seluruh aspek kemanusiaan, sikap,

tingkah laku, penampilan, dan pandangan” (Rianawati, 2014: 72).

Tujuan pembelajaran dapat disebut juga dengan istilah tujuan

kurikuler. Tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kemampuan

yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari

bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali

pertemuan. Tujuan ini dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan

pembelajaran umum dan khusus. Tujuan pembelajaran umum yaitu

berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester, sedangkan tujuan

pembelajaran khusus adalah yang menjadi target pada setiap kali


tatap muka. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan,

termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan

pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan

pembelajaran merupakan hak guru (Lias Hasibuan, 2010: 37).

Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak akan

terlepas dari tujuan akhir pendidikan Islam yang terletak pada

terlaksananya pengabdian penuh kepada Allah, baik pada tingkat

perseorangan, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang

seluas-luasnya (Abudin Nata, 2010:62).

Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di SMP ialah

terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT., berbudi pekerti luhur (berkarakter/berakhlak mulia), dan

memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber

ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya. Pada saat bersamaan, mata

pelajaran PAI di SMP dapat dijadikan bekal untuk mempelajari

berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran lain, sehingga akan

semakin memperkuat pembentukan karakter dan keilmuannya.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMP

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah

tidak terlepas dari fungsi pendidikan agama Islam sebagai proses

transformasi ilmu dan pengalaman. Abdul Majid mengemukakan


tujuh fungsi pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah, di

antaranya;

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan


peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
Agama Islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan- kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain (Abdul Majid, 2012: 15-16).

Ketujuh fungsi pendidikan agama Islam yang dikemukakan

oleh Abdul Majid menggambarkan bahwa peran pendidikan agama

Islam sangat penting guna membentuk karakter peserta didik untuk

menjadi pribadi muslim yang sempurna lewat pengajaran dan

kegiatan yang diadakan di sekolah.


Tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas, Ramayulis

merumuskan fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan


peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
Beberapa fungsi pendidikan Islam yang telah dikemukakan

oleh Abdul Majid dan Ramayulis telah disebutkan dengan rinci apa

saja manfaat atau kegunaan pendidikan agama Islam yang

diselenggarakan di sekolah, sehingga dapat dipahami bahwa manfaat

tersebut akan bernilai guna jika diaktualisasikan oleh pendidik dan

peserta didik melalui pembelajaran pendidikan Agama Islam.

Merujuk dari beberapa pengertian di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam di SMP adalah

menumbuhkan dan memelihara keimanan, membina dan


menumbuhkan akhlak mulia, membina dan meluruskan ibadah,

menggairahkan amal dan melaksanakan ibadah serta mempertebal

rasa dan sikap keberagamaan serta mempertinggi solidaritas sosial

bagi peserta didik.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian maka

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yang mana dianggap tepat karena ia bersifat alamiah dan

menghendaki keutuhan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan

peneliti sebelumnya. Hal ini berkenaan dengan kompetensi

profesionalisme seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan hasil belajar di SMP Negeri 2 Pulau Maya. Penggunaan

penelitian kualitatif ini juga bertujuan supaya data-data yang diperoleh

mendalam sesuai dengan makna dan lapangan.

Menurut Patton (1980) penelitian kualitatif titik tekannya untuk

memahami makna dari penelitian yang telah dibangun peneliti lain atau

fenomena yang terjadi. Penelitian kualitatif adalah upaya untuk

memahami situasi dalam keunikan mereka sebagai konteks tertentu dan

interaksi di sana (Aminah, 2019: 56).

Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang

memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial

yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy.J. Moleong, pendekatan

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati.1Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial, pemberian

suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi.


Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan

dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial

adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate).2Pendekatan kualitatif

ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lengkap tentang

“Pengembangan Potensi Diri Anak Melalui Program Kegiatan Islami

Majelis Anak Shaleh Kota Parepare”.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penulisan deskriptif kualitatif, yaitu

penulisan yang menggambarkan fakta atau gejala apa adanya dengan cara

mengumpulkan informasi menurut apa adanya pada saat penulisan.

Penelitian kualitatif (qualitative research), yaitu suatu penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual

maupun kelompok.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kayong Utara tepatnya berlokasi di

SMP Negeri 2 di Jl. Sungai Buaya, Desa Dusun Besar, Kecamatan Pulau

Maya, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan

lokasi penelitian ini dilakukan di Pulau Maya, karena berdasarkan

sumber titik-titik Pulau Maya termasuk salah satu daerah terluar dan

terpencil di kawasan Indonesia. Sehingga, kualitas pendidikan di daerah

tersebut penting untuk diperhatikan terutama berkaitan dengan hasil


belajar siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang terdapat di

tempat tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari penelitian ini dilakukan secara bertahap

sesuai dengan prosedur penelitian. Adapun waktu penelitian tersaji dalam

paparan tabel di bawah ini.

Tabel 3.2
Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Pengajuan Judul 22 November 2022

2. Penyusunan Proposal 23 November 2022

3. Seminar Proposal 7 Desember 2022

4. SK Pembimbing 1 Februari 2023

5. Penyusunan Bab I-III 2 Februari 2023

6. Penyusunan Instrumen 26 Febuari-13 April 2023

7. Penelitian 2-3 mei 2023

8. Penyelesaian Skripsi

9. SK Ujian

10. Sidang Skripsi

sumber data: dokumentasi penelitian

C. Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moelong 2013: 157) “sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah


tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. sumber data tersebut akan

didapatkan dari dokumen, hasil wawancara, catatan lapangan, dan hasil dari

observasi. Sumber data sangat diperlukan dalam penelitian karena yang

menentukan hasil penelitian ialah berasal data sumber data yang didapatkan.

Maka dalam penelitian ini terdapat 2 sumber data penelitian yakni sebagai

berikut:

1. Sumber Data Primer

Menurut Hasan (2002: 82) data primer adalah data yang diperoleh

langsung pemberi data kepada pengumpul data (peneliti). Data primer di

peroleh dari informasi dan tentunya didapatkan dari responden terpercaya

yang akan memberikan informasi yang selanjutnya digunakan sebagai

data penelitian. Data primer dimaknai sebagai sebuah data yang dapat

diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang memerlukan atau yang

bersangkutan memerlukan data. Adapun sumber data primer dalam

penelitian peneliti ini yaitu dari kepala sekolah, guru PAI dan peserta

didik di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data yang sudah

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber- sumber

yang sudah ada (Hasan, 2002: 58). Dapat dikatakan data sekunder ialah

data pendukung berupa dokumen-dokumen penting yang memiliki

keselarasan terhadap penelitian peneliti. Adapun yang menjadi data

sekunder dalam penelitian ialah profil sekolah yang meliputi dokumen


tertulis, rekaman video dan suara, foto daftar nilai peserta didik, jadwal

pelajaran, RPP dan silabus. Semua dokumen tersebut dijadikan sebagai

sumber data sekunder oleh peneliti untuk menunjang demi kesempurnaan

penelitian ini yang terkait dengan Peran Guru PAI dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya Tahun Ajaran

2022/2023.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Melakukan penelitian biasanya menggunakan alat atau instrumen untuk

memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya.

Menurut Arikunto (2013: 134) instrumen pengumpulan data merupakan alat

bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan

data sehingga kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Menurut Sugiyono (2014: 60) bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak

ada pilihan lain selain menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian

utama. Alasannya adalah karena segala sesuatunya belum tentu mempunyai

bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, dan prosedur penelitian yang

digunakan, bahkan hasil yang diharapkan semua tidak dapat ditentukan secara

pasti dan jelas sebelumnya. semuanya masih perlu dikembangkan selama

penelitian. Dalam kondisi tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain

dan hanya peneliti sendiri yang dapat mencapainya.

Oleh karena itu instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Hal ini dikarenakan peneliti dapat melihat masalah yang terjadi di lapangan
secara langsung. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, peneliti

dibantu dengan instrumen pengumpul data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

fenomena-fenomena yang diteliti (Sugiyono, 2018: 145). Observasi

dilakukan dengan cara mengamati langsung dengan berpedoman terhadap

kepada lembar pedoman observasi sebagai instrumen penelitian yang

sebelum telah peneliti persiapkan. Observasi atau pengamatan ini

dilakukan peneliti untuk mengamati guru ketika sedang dalam aktivitas

pembelajaran dan terhadap peserta didik. Dalam observasi atau

pengamatan ini peneliti menggunakan pedoman observasi sebagai alat

pengumpulan data yang sebelumnya telah dirancang dan divalidasi oleh

seseorang yang ahli dalam bidang penelitian peneliti. Kemudian hasil yang

diperoleh masuk ke tahap analisis dan dapat digunakan sebagai data

penelitian dengan memperhatikan kesesuaiannya terkait Peran Guru PAI

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas VII SMP Negeri 2

Pulau Maya Tahun Ajaran 2022/2023.

b. Wawancara

Wawancara merupakan sauatu komunikasi yang dilakukan antara

kedua belah pihak atau juga lebih bisa digunakan dengan melakukan

tatap muka yang mana salah satunya ada yang berperan sebagai

interviewer (wawancara) dan ada juga piak lain sebagai interviewee


(orang yang diwanwancara) yang mana melakukan dengan tujuan

tertentu, agar mendapatkan informasi data untuk mengumpukan suatu

data. Karena interviewer menayakan berbagai pertanyaan kapada

interviewee untuk meperoleh suatu jawaban (Fadhaallah, 2021 :1).

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini kepada 1 kepala

sekolah untuk mendapatkan data penelitian mengenai history SMP Negeri

2 Pulau Maya serta kebijakan atau peraturan yang diterapkan sebagai

peran guru PAI dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII.

Kemudian 1 guru PAI untuk mendapatkan informasi terkait perannya

dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII dan 1 peserta didik

untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar oleh guru PAI.

Dengan berpedoman kepada pedoman wawancara sebagai alat

pengumpulan data yang sebelumnya telah divalidasi kepada seseorang

yang ahli dalam penelitian ini, peneliti menggali informasi sebanyak-

banyaknya untuk dijadikan sebagai data penelitian terkait upaya guru PAI

dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pulau

Maya Tahun Ajaran 2022/2023.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik atau alat pengumpulan data yang

bisa digunakan untu mencari data serta mengenai hal-hal maupun variable

yang manapun berupa catatan, surat kabar, majalah, notulen rapat, catatan
dan lain sebagainya. Yang dimana dokumenlah sebagai bukti dari

penelitian maupun bukti pengujian (Kunto, 2002:2016)

Untuk itu, Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian peneliti

dibutuhkan berupa profil sekolah, stuktur organisasi, visi maupun misi

sekolah, data guru, peserta didik, sarana dan prasarana serta dokumen-

dokumen penting lainnya. Seiring berjalannya penelitian. semua

dokumentasi diperoleh tujuan utamanya untuk memperkuat atau

menunjang kesempurnaan penelitian peneliti. Dengan demikian,

dokumentasi sangat penting untuk dilakukan oleh peneliti.

E. Teknis Analisis Data

Analisis data merupakan suatu jalan untuk mencari dan menyusun

secara terstruktur data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi sehingga dapat dipahami serta temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data ini dapat dilakukan

dengan cara mengorganisasikan data kedalam pola, memilah mana yang

sekiranya penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dimengerti diri sendiri maupun orang lain (Sugiono, 2011: 244).

Menurut Miles dan Hurberman (dalam Rasyid, 2000: 70) teknik

analisis data mencangkup pengumpulan, reduksi data, display data, dan

penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Awal dalam melakukan analisis data, perlu dilakukan yang

namanya pengumpulan data melalui pengumpulan data yang digunakan


sehingga memperoleh informasi yang cukup tentang penelitian.

Pengumpulan data dapat diurutkan berdasarkan pertanyaan penelitian, hal

ini agar data yang sudah dikumpulkan dapat diklarifikasi dengan baik

dengan melakukan pertanyaan yang mendalam.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mendalam dengan

Guru Pendidikan Agama Islam di Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara

dan terakhir peneliti meminta data profil, visi misi, serta kegiatan yang

ada yang lainnya sebagai gambaran umum dalam objek penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Menurut (Rasyid, 2000:70) bahwa display data adalah penyajian

data yang difokuskan untuk mencangkup ringkasan-ringkasan terstruktur,

synopsis-syinopsis, sketsa-sketsa, atau diagram serta dengan matrik-

matrik bukan dengan angka melaikan dengan teks dalam sel-selnya. Data

yang telah dikumpulkan lalu dikelompokan sesuai dengan pertanyaan

yang diteliti agar dapat melihat gambaran keseluruhan atau pada bagian

bagian tertentu dalam penelitian dengan ini peneliti dapat menguasai data

yang telah terkumpulkan tadi.

Untuk tahap penyajian data ini, peneliti menyusun semua informasi

baik ituu yang diperoleh dari wawancara mendalam memungkinkan

peneliti menarik kesimpulan penyajian data pada penelitian ini penyajian

data pada penelitian ini yaitu berupa ringkasan-ringkasan teratur dan

penjelasan-penjelasan tambaan dari peneliti sendiri dengan diperkuat

dengan parah ahli sebagai pisau analisis.


3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data (Conclusion/Verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/

verifying). penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang

menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian

dengan berpedoman pada kajian penelitian. Berdasarkan analisis

Interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, paparan

data, dan kesimpulan/ verifikasi merupakan proses siklus dan interaktif.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2011: 361) keabsahan data adalah ketetapan antara

data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh

peneliti. hal ini dikarenakan, seharusnya data yang valid adalah data yang

tidak berbeda dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Adapun teknik

pemeriksaan keabsahan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu:

1. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.

2. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai perbandingan terhadap data. Teknik triangulasi yang banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya kepada orang lain


mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. (Sugiyono, 2010: 334).

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Smp Negeri 2 Pulau Maya


SMP Negeri 02 Pulau Maya didirikan di atas tanah milik

pemerintah dan beroperasi pada tahun 2001 yang pada saat itu SMP
Negeri 02 Pulau Maya adalah sekolah menengah pertama yang ada di

pulau maya tepatnya di desa dusun besar sedangkan di pulau maya

mempunyai empat desa yaitu desa dusun besar, desa dusun kecil, desa

satai lesatari, desa kamboja.

Seiring berjalannya waktu, Sekolah ini telah mengalami berbagai

perubahan, baik dari segi jumlah siswa, fasilitas, hingga kurikulum.

SMP Negeri 2 pulau maya terus berupaya meningkatkan kualitas

pendidikan yang diberikan dengan mengikuti perkembangan zaman dan

teknologi.

Hingga saat ini, SMP Negeri 2 pulau maya telah melahirkan

banyak alumni yang berhasil meraih prestasi baik di tingkat lokal,

nasional, maupun internasional. Sekolah ini juga terus berkomitmen

untuk mengembangkan potensi siswanya di bidang akademik, olahraga,

seni, dan keagamaan.

Dengan sejarah panjangnya, SMP Negeri 2 pulau maya terus

berusaha menjadi sekolah yang terdepan dan terbaik dalam memberikan

pendidikan yang berkualitas kepada generasi muda Indonesia.

2. Letak Geografis
SMP Negeri 02 Pulau Maya terletak di jalan Perakit Jaya Desa

Dusun Besar Kec. Pulau Maya terletak hampir mendekati perbatasan

Desa Dusun Kecil.

Gambar 4.1

Tampak Depan Smp Negeri 2 Pulau Maya


3. Profil SMP Negeri 2 Pulau Maya

Nama sekolah : SMP Negeri 2 Pulau Maya

Alamat sekolah : Jl Perakit Jaya Dusun Mulya Tani

Desa : Desa Dusun Besar

Kecamatan : Pulau Maya

Kabupaten : Kayong Utara

Provinsi : Kalimantan Barat

Nomor Telp/Fax : 085347293473

Bentuk Pendidikan : SMP

Status Kepemilikan : Pemerintah Pusat

SK Pendirian Sekolah : 420/604/SET.PEND

Tanggal SK Pendirian : 2018-04-18

SK Izin Operasional : 420/604/SET.PEND


Tanggal SK Izin Operasional : 2018-04-18

Nomor Statistik Sekolah : 30107439

Nomor Pokok Statistik Nasional : 201130601066

Jenjang Akreditasi :B

Tahun Berdiri : 2001/2002

Status Sekolah : Negeri

4. Visi, Misi Dan Tujuan Smpn 2 Pulau Maya


Tabel 4.1
Visi, Misi dan Tujuan
visi Dengan menganalisa potensi yang ada di SMP Negeri 2
Pulau Maya baik dari segi input/ peserta didik baru,
kompetensi tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
lingkungan sekolah, peran serta masyarakat, dan out
keberhasilan lulusan SMP Negeri 2 Pulau maya serta
masyarakat sekitar sekolah yang religius, serta melalui
komunikasi dan koordinasi yang intensif antar sekolah
dengan warga sekolah maupun dengan stakeholder,
tersusunlah visi sekolah.
Adapun visi SMP Negeri 2 Pulau Maya adalah :
“TERWUJUD NYA SISWA BERKARAKTER
DAN BERPRESTASI DALAM LINGKUNGAN
YANG ASRI”.
Misi 1) Membentuk warga sekolah yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti
luhur dengan mengembangkan sikap dan perilaku
religius baik didalam sekolah maupun diluar
sekolah.
2) Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa
ingin tahu, bertoleransi, bekerjasama, saling
menghargai, displin, jujur, kerja keras, kreatif dan
inovatif.
3) Meningkatkan nilai kecerdasan, cinta ilmu dan
keingin tahuan peserta didik dalam bidang
akademik maupun non akademik.
4) Mewujudkan sikap peduli lingkungan sekolah
dengan menciptakan sekolah yang bersih, indah
dan sehat.
Tujuan Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum
pendidikan dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan
pendidikan ini adalah sebagai berikut ini.
1) Terpenuhinya perangkat pembelajaran untuk
semua mata pelajaran dengan mempertimbangkan
pengembangan nilai religius dan budi pekerti
luhur.
2) Terwujudnya budaya gemar membaca, kerjasama,
saling menghargai, displin, jujur, kerja keras,
kreatif dan inovatif.
3) Terwujudnya peningkatan Prestasi dibidang
Akademik dan non-Akademik.
4) Terwujudnya suasana pembelajaran yang
menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa
takut salah, dan demokratis. Sekolah
melaksanakan pengembangan diri untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik
mengembangkan potensi dirinya dengan
meningkatkan sikap peduli sosial dan peduli
lingkungan.
5) Pendayagunaan lahan sekolah sebagai Ruang Tata
Hijau (RTH

Sumber: Tu Smpn 2 Pulau Maya

5. Sumber Daya Manusia SMPN 2 PULAU MAYA


a) Data Tenaga Pendidik dan Karyawan

Tabel 4.2
Data Tenaga Pendidik
Mapel yang
No. Nama Jabatan Status
di ampu

Kepala
1 Parwoto, S. Pd PNS
Sekolah
Waka Bahasa
2 Lili Rosana, S. Pd PNS
Kurikulum Inggris

Bendahara
Gian Karisma Putra, Bahasa
3 Gaji PNS
S. Pd Inggris
BOS/BOP

Retno Sabrianti, S.
4 Sarpras PNS Matematika
Pd

Bahasa
5 Dela Syahefti, S. Pd Guru PNS
Indonesia

6 Hujratul ‘Aini, S. Pd Guru PNS IPA Terpadu

7 Herman Guru PNS Seni Budaya

Waka
8 Kardin, S. Pd CPNS IPS Terpadu
Kesiswaan

9 Rafe’ah T, S.HI Guru Agama Islam

10 Wahyudi, S. Pd Guru IPA Terpadu

Ratna Sari, S. Kom.


11 Guru SBD
I

12 Asnawati, S. Pd Guru Matematika

Bahasa
13 Irawati, S. Pd Guru
Indonesia

14 Saparudin, S. Pd Guru Penjaskes

15 Nelly Puianti, S. Pd Guru BK

16 Winda Handiyani, S. Guru PKN


Pd

17 Vitriyati, S. Pd Guru Prakarya

Sumber: Tu Smpn 2 Pulau Maya

Tabel 4.3

Data karyawan

No Nama Tugas

19 Romi Candra Tata Usaha, Bag Operator

20 Ratna Bag, Kesiswaan

21 Lili Rosana, S.Pd Waka kurikulum

22 Wahyudin, S.Pd Waka humas

23 Herman Waka kesiswaan

24 Retno Sabrianti, S.Pd Waka sarpras

25 Retno Sabrianti, S.Pd Kepala perpus

26 Gian Karisma Putra, S.Pd Bendahara bos/bop

27 Gian Karisma Putra, S.Pd Kepala lab

28 tomi Staf perpus

Sumber: Tu Smpn 2 Pulau Maya

b) Data Peserta Didik


Tabel: 4.4

Data Peserta Didik

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Lk Pr

1 VII A 15 11 26

2 VII B 15 12 27

Jumlah keseluruhan 30 23 53

Sumber: Tu Smpn 2 Pulau Maya

6. Sarana Prasarana

Tabel: 4.5

Data Sarana Prasarana

Uraian Jumlah Kondisi

Baik Tidak

Ruang Kepsek 1 

Ruang TU 1 

Ruang Dewan 1 

Guru

Kelas 11 
Lab. IPA 1 

Perpustakaan 1 

Mushola 2 

UKS 1 

OSIS 1 

lapangan 1 

BK 1 

Gudang 1 

Dapur 1 

WC Guru 2 

WC Siswa 10 

Mess Guru 7 

Sumber: Tu Smpn 2 Pulau Maya

B. Paparan data

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan baik dari


pengumpulan data melalui teknik observasi dan wawancara. Sesuai dengan
judul penelitian yaitu “peran guru pai dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas vii smp negeri 2 pulau maya tahun ajaran 2022/2023”. Saat
melakukan observasi pengamatan langsung dan juga wawancara peneliti
dapat mengetahui beberapa sumber belajar yang digunakan oleh guru
dalam proses mengajar.

Berikut adalah data hasil dari observasi dan juga wawancara dengan
para responden sesuai dengan fokus penelitian.

1. Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di


kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.
a. Guru Menganalisi dalam meningkatkan hasil belajar siswa

Data peneliti ini tentang menganalisis dalam


meningkatakan hasil belajar siswa, peneliti mendapatkan data
melalui teknik wawancara, wawancara ini dilakukan secara
langsung, agar mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada


hari sealasa tanggal 3 mei 2023 jam 08.00 dalam pengamatan
langsung, bahwa menganalisis dalam meningkatakan hasil belajar
siswa yang dilakukan oleh guru PAI yaitu:

1) Menganalis dalam meningkatkan hasil belajar pada proses


pembelajaran

“Ya pastinnya memberikan motivasi. Semua guru PAI telah


memberikan motivasi belajar kepada siswa karena hal ini
adalah yang paling utama untuk menstabilkan semangat
siswa untuk selalu belajar”.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3 mei 2023

dengan Ibu Rafe’ah sebagai guru PAI di SMP Negeri 2 Pulau

Maya bahwa guru PAI melihat terlebih dahulu bagaimana

caranya bisa membangkitkan semangat siswa atau memberi

motivasi kepada peserta didik agar pembelajaranya kembali

stabil.

2) Memberikan Kepada Siswa Hasil Belajar Menjadi Meningkat.

“Ya pastinya dalam pembelajaran pai banyak materi yang dapat


membuat siswa merasa boson, sehingga guru pai di tuntut untuk
menggunakan berbagai metode sesuai dengan materinya agar lebih
mudah dalam menyampaikan materi dan dapat menguasai keadaan
kelas”.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3 mei 2023

dengan Ibu Rafe’ah sebagai guru PAI di SMP Negeri 2 Pulau

Maya bahwa guru PAI melihat terlebih dahulu bagaimana

caranya bisa membangkitkan semangat siswa atau memberi

motivasi kepada peserta didik agar pembelajaranya kembali

stabil.

b.

C.
7.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti dan Roikon. 2019. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu
Politik. Jakarta Timur: Peran Media Group
Ahmad Syaf’i, Tri Marfiyanti, Siti Kholidatur Rodiyah. “STUDI TENTANG
PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBAGAI ASPEK DAN FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol 2
(No 2), Juli 2018, h. 122.
Anita E. Woolfolk. 2004, h.2. Mendidik Anak-anak Bermasalah Psikologi
Pembelajaran II. Jakarta: Insani Press
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Asep Herry Hernawan. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Asrori, Mohammad. 2009.Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana ilmu.
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya Medinah Muanawwarah:
Mujamma’ Khadim al-Haramani al-Syarifain al-Malik Fahd li Thiba’at
Mushhaf al-Syarif, 1411 H. h. 116
Departemen Agama RI.Al Qur’an dan Terjemahnya, Medinah Muanawwarah:
Mujamma’ Khadim al-Haramani al-Syarifain al-Malik Fahd li Thiba’at
Mushhaf al-Syarif.1411 H. h. 301-302.
Departement Pendidikan Nasional Balai pustaka, Kamus Besar Indonesia Edisi
Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h 138
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, cet.2 (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 2.
Eveline, Siregar dan Hartini Nara.2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor:
Ghalia Indonesia.
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007),
37.
Fadhaallah. (2021). Wawancara. UNJ Press.
Hamzah b Uno.2016. Teori Motivasi & Pengaturanya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Haji Ali, Mohammad Daud, Lembaga-Lembaga Islam Di Indonesia (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1995), 137.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm 45.
Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Kunto, A. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Renika Cipta.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h.4.
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
M.Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Rajawali
Pres, 2009), 10.
Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran,
(Yogyakarta: Teras, 2012), h. 122
Ngainun Naim, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), 37
Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka pelajar 2010), hal. 42
Ratna, Wilis. 2006. Teori-teori Belajar. (Jakarta: Erlangga.
Rianawati, 2014.Implementasi Nilai-Nilai Karakter Pada mata pelajaran PAI di
Sekolah Dan Madrasah. Pontianak: IAIN Pontianak Press.
Rasyid, H. (2000). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial Dan Agama.
STAIN Pontianak.
Redaksi Sinar Grafika.2008, Undang- undang Sisdiknas, (Sistem pendidikan
Nasional), Op. Cit., h. 3
Sardiman A.M. 2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sri Anitah W, Sri Anitah. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sudjana, Nana. 1989.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
. 2018. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Zuldafrial dan Lahir. 2014. Profesi Kependidikan Guru dalam Perspektif Undang-
Undang.

Anda mungkin juga menyukai