Anda di halaman 1dari 55

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PULAU MAYA


TAHUN AJARAN 2022/2023

SKRIPSI

Oleh:
NICKA AFRIDA
NIM.11901327

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
2023M/1443H
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk

mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai dari suatu generasi kegenerasi

selanjutnya dalam proses pengajaran. Proses pengajaran adalah proses

pemindahan nilai berupa ilmu pengetahuan seorang guru kepada murid atau

murid-murid dari satu generasi ke generasi berikutnya (Haji Ali &

Mohammad Daud 1995: 137). Sebagai bentuk usaha pengembangan potensi

sehingga diumpamakan seperti berjihad ke medan perang untuk menumpas

kejahatan.

Sebagaimana firman Allah SWT:


ۗ
ْ 2‫ةٌ لِّيَتَفَقَّ ُه‬2َ‫َو َما َكانَ ا ْل ُمْؤ ِمنُ ْونَ لِيَ ْنفِ ُر ْوا َك ۤافَّةً فَلَ ْواَل نَفَ َر ِمنْ ُك ِّل فِ ْرقَ ٍة ِّم ْن ُه ْم طَ ۤا ِٕىف‬
‫ فِى‬2‫وا‬2

َ‫ال ِّد ْي ِن َولِيُ ْن ِذ ُر ْوا قَ ْو َم ُه ْم اِ َذا َر َج ُع ْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْح َذ ُر ْون‬

Artinya:
Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka

tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam

pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada

kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga

dirinya? (QS. At-Taubah/9 Ayat 122).


Tafsir Ibnu Katsir Adh-Dhahhak (Abdullah, 1342: 230) mengatakan jika

Rasulullah SAW ikut berperang maka beliau tidak membolehkan seorangpun

dari kaum muslimin untuk tidak ikut berperang kecuali orang-orang yang

mempunyai halangan (alasan kuat). Dan jika beliau tidak ikut keluar dan

mengutus pasukan tentara untuk melakukan perjalanan, maka beliau tidak

akan membolehkan Mereka pergi, kecuali dengan izin beliau titik jika

seseorang keluar berperang dan setelah itu turun ayat Al-Quran, lalu nabi

membacakan ayat tersebut kepada para sahabat beliau yang berdiam dalam

kota bersama beliau, maka setelah pasukan tentara kembali orang-orang yang

tetap tinggal bersama Rasulullah SAW berkata kepada mereka sesungguhnya

setelah kepergian kalian, Allah menurunkan kepada nabinya ayat Al-Quran.

Ketika dalam medan perang sekalipun menuntut ilmu sangat diperhatikan

“Rasulullah SAW sebagai guru atau pendidik berperan penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan” untuk itu, ayat tersebut mengindikasikan

dalam medan perang sekalipun menuntut ilmu sangat diperhatikan tidak

semuanya harus turun untuk berperang. Rasulullah SAW sebagai guru atau

pendidik berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan kepada

pengikutnya yang dianggap sebagai murid-muridnya. Ilmu yang diajarkan

sangat sempurna didalamnya telah tersisipkan ilmu agama dan ilmu umum

sehingga dapat diaplikasikan pada saat itu dan dimasa yang akan datang.

Sehubungan dengan pernyataan tersebut belajar terutama bagi peserta

didik merupakan suatu bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Dengan


demikian, motivasi belajar dapat ditingkatkan supaya hasil yang didapatkan

memberikan kepuasaan bagi peserta didik yang selama ini telah dilaluinya

Sedangkan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi,

mengandung makna bahwa manusia dengan akalnya mampu berfikir tentang

ciptaan Allah di langit dan di bumi, mengadakan penelitian, dan menggali

hasilnya serta memanfaatkan untuk meningkatkan kehidupannya. Kemudian

mengambil pelajaran dan mempelajari salah satunya melalui sekolah dengan

aktivitas belajar yang diperani guru dan peserta didik yang bersamaan sebagai

manusia pembelajar dalam upaya adanya peningkatan.

Oleh karena itu, umat Islam harus mengupayakan kehidupan masa

datang yang lebih baik dari sekarang. Firman Allah SWT:


‫هّٰللا‬
ْ 2ُ‫ض ٰعفًا َخافُ ْوا َعلَ ْي ِه ۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا َ َو ْليَقُ ْول‬
‫وا‬2 ِ ً‫ش الَّ ِذيْنَ لَ ْو ت ََر ُك ْوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
َ ‫قَ ْواًل‬
(٩)‫س ِد ْيدًا‬

Artinya:
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati)
meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang)
mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah
dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga
hak-hak keturunannya (Q.S. An-Nisaa (4) ayat 9).

Pendidikan di sekolah intinya adalah kegiatan proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan utama dalam aktivitas

pembelajaran bagaimana ia mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Aktivitas belajar tersebut ialah serangkaian perbuatan guru dan anak didik
yang secara langsung terjadi hubungan timbal balik antara guru dan anak

didiknya. Ini adalah syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Seorang guru selalu berhadapan dengan sejumlah anak didik yang mempunyai ciri

khas masing-masing secara ekstrim dikatakan bahwa sebenarnya setiap anak

berbeda satu dengan yang lainnya (Anita E. Woolfolk, 2004: 2).

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2003

Pasal 35 Ayat 1) standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,

kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelola,

pembiayaan, dan penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana

dan berkala. Memahami hal tersebut bahwasannya guru bertugas sebagai

pengelola pembelajaran dituntut untuk memiliki standar kompetensi dan

profesional, mengingat betapa pentingnya peran guru menata isi, menata

sumber belajar, mengelola proses pembelajaran dan melakukan penilaian

yang dapat memfasilitasi sumber daya manusia yang memenuhi standar

nasional.

Pelaksanaan pendidikan yang diharapkan dapat membawa hasil yang

sebaik-baiknya. Tentu saja tidak terpisahkan dengan kualitas tenaga pendidik

sebagai aktor utamanya. Guru diharapkan dapat melaksanakan proses

pendidikan di sekolah dengan sebaik mungkin agar dapat mencapai hasil

sebagaimana yang diharapkan. Agar dapat melaksanakan tugas dan

memainkan perannya secara optimal, dipersyaratkan bagi guru untuk

memiliki sejumlah kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi


profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial (Kunandar, 2008:

45).

Sejumlah kompetensi tersebut dimanifestasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan

pendidikan tertentu. Mengajar merupakan salah satu tugas pokok yang

menuntut kemampuan guru dalam melaksanakannya (Sardiman AM, 2008:

145) Untuk itu, peran guru dalam proses belajar memegang peranan penting

salah satunya hasil belajar siswa yang sangat sensitif untuk dibicarakan.

Memang kenyataannya hasil belajar setiap peserta didik berbeda-beda.

dengan demikian, guru dituntut untuk berperan sebagai seseorang yang dapat

meningkatkan hasil belajar baik melalui pendekatan, strategi maupun metode

pembelajaran.

Proses pembelajaran hendaklah menghasilkan prestasi yang baik,

namun kenyataannya harapan dari tujuan pendidikan itu sendiri belum

sepenuhnya tercapai. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

input dari peserta didik, proses pembelajaran, motivasi belajar, sarana dan

prasarana, serta tenaga kerja sekolah. Dari beberapa faktor tersebut telah

diketahui bahwa peran meningkatkan hasil belajar pada diri peserta didik

sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Untuk melaksanakan tugas mengajarnya, guru berperan sebagai

motivator dalam merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement

untuk menyesuaikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas


siswa, sehingga terjadi dinamika di dalam proses pembelajaran (Sardiman

AM, 2008: 145).

Untuk melihat sejauh mana Peran Guru PAI dalam Meningkatkan hasil

Belajar PAI Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya, maka peneliti akan

menindak lanjutinya melalui kegiatan penelitian. Sebagaimana diketahui

bahwa meningkatkan hasil belajar merupakan salah satu unsur kejiwaan yang

terdapat pada diri setiap siswa, sehingga untuk membangkitkan kegairahan

siswa untuk belajar secara aktif.

Hasil belajar adalah perwujudan dari perubahan perilaku yang

dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif,

afektif dan psikomotorik. Seorang siswa berhasil atau tidaknya belajar jika

dalam dirinya kesiapan dan keinginan untuk mengikuti pembelajaran baik

dalam hal domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, jika

siswa melakukan perubahan yang baik dalam pembelajaran maka akan

menghasilkan hasil yang baik, tetapi sebaliknya jika siswa tidak memiliki

perubahan dalam kesiapan dan keinginan dalam pembelajaran maka hasil

belajar juga akan menurun. Dengan adanya permasalahan tentang hasil

belajar, maka dibutuhkan kerjasama antara guru dan siswa, bantuan oleh

kepala sekolah untuk bekerja sama untuk membantu dalam meningkatkan

hasil belajar siswa. dalam pelaksanaan pembelajaran PAI secara empiris dan

faktual (Purwanto, 2009: 42-43).

Guru memiliki peran penting untuk memberi dorongan atau semangat

kepada peserta didik dan juga guru harus mengembangkan potensinya dalam
mendidik, membimbing mengevaluasi, dan menindak lanjutkan proses

belajar-mengajar di sekolah para siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus

memiliki niat yang tulus dan ikhlas dalam menjalankan profesinya sebagai

guru (Zuldafrial dan Lahir, 2014: 166).

Beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa, guru dalam

meningkatkan salam itu sangat penting dalam menentukan keberhasilan

dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru perlu memperhatikan

kebutuhan, keinginan, dan memberikan dorongan kepada peserta didik.

Semangat berupa dorongan bagi siswa untuk mengetahui dan meningkatkan

rasa ingin tahu siswa sehingga siswa ingin lebih rajin belajar agar apa yang

menjadi keinginannya. Minat dan semangat siswa sangat berperan penting

dalam mendorong tujuan akhir belajar, maka siswa akan memahami dan

memahami segala sesuatu yang dipelajari sehingga prestasi siswa akan lebih

meningkat dari sebelumnya. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

pembelajaran dilihat dari hasil belajar yang didapat siswa. Hasil belajar

merupakan pencapaian prestasi yang dicapai dengan sadar untuk

mendapatkan perubahan baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan atau

sikap (Hamzah B. Uno, 2010: 213).

Kegiatan belajar mengajar yang menarik dapat tercipta jika dalam suatu

pembelajaran didukung oleh lingkungan belajar yang baik sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Lingkungan belajar

peserta didik dibagi tiga yaitu (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan

sekolah, (3) lingkungan masyarakat, dan ketiga lingkungan tersebut tentulah


membawa pengaruh yang berbeda kepada diri peserta didik. Penelitian ini

peneliti terfokus pada lingkungan belajar di sekolah.

Meningkatkan pembelajaran yang baik dalam suatu lembaga

pendidikan formal atau sekolah tidak akan berguna jika tidak adanya

penggunaan terhadap media tersebut dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

meningkatkan motivasi belajar yang tinggi. Penggunaan media pembelajaran

pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses

pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Jadi,

penggunaan media pada saat pembelajaran berlangsung sangat besar

pengaruhnya terhadap pencapaian indikator untuk meningkatkan dan

menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi (Mohammad Asrori, 2009: 183).

Sehubungan dengan hal itu, tujuan dan hasil yang dicapai guru terutama

ialah membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan demikian kegiatan

siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang

lebih maju dan positif. Sesuai dengan Undang–Undang Republik Indonesia

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 disebutkan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Redaksi Sinar Grafika, 2008: 3).


Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui

pra wawancara dan pra observasi awal. hasil pra wawancara peneliti bersama

guru PAI kelas VII diperoleh hasil belajar kembali kepada siswa masing-

masing. Guru telah memaksimalkan dirinya untuk memberikan pembelajaran

yang dapat mendongkrak hasil belajar yang baik. Pada saat ini hasil belajar

peserta didik masih 70% di bawah KKM. ini menandakan bahwa memang

hasil belajar peserta didik selama ini menurun.

Kemudian hasil pra observasi peneliti selama proses pembelajaran di

dalam kelas banyak siswa yang keluar masuk ruangan, tidak bersemangat

dalam proses belajar mengajar, siswa lebih suka ribut dan berbicara dengan

temannya dari pada mendengarkan guru, sehingga kondisi pembelajaran di

kelas kurang kondusif. Proses pembelajaran hanya 1 sumber yaitu buku

paket. Padahal sumber belajar tidak hanya sebatas itu karena keterbatasan

sarana dan prasarana terutama jaringan internet untuk mengakses sumber

belajarnya akhirnya hanya buku paket satu-satunya sebagai sumber belajar.

Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

tentang “Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas

VII SMP Negeri 2 Pulau Maya Tahun Ajaran 2022/2023.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa fokus

penelitian dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya?


2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Guru PAI dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP

Negeri 2 Pulau Maya?

3. Bagaimana upaya mengatasi faktor penghambat dan meningkatkan

faktor pendukung Guru PAI dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka tujuan penelitian dalam

penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru PAI dalam meningkatkan hasil

belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat Guru PAI

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII

SMP Negeri 2 Pulau Maya.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya mengatasi faktor penghambat dan

meningkatkan faktor pendukung Guru PAI dalam meningkatkan hasil

belajar di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, maka akan memperoleh beberapa manfaat

yakni sebagai berikut:


a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara teoritis

terhadap peran guru pendidikan agama islam yang berada di wilayah

kepulauan dalam meningkatkan hasil belajar siswanya.

b. Secara Praktis

Secara Praktis Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi dan bahan kajian tentang peran yang dapat dilakukan

oleh guru pai dalam meningkatkan hasil belajar siswa nya di

tingkat sekolah menengah pertama.

2. Bagi Sekolah

1. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja

guru.

2. Sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan

pengajaran.

3. Bagi Siswa

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran PAI.sehingga prestasi belajarnya meningkat.

2. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran yang diajarkan guru.


4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang permasalahan

belajar yang dihadapi siswa dalam kelas serta cara mengatasi

dari permasalahan tersebut.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang relevan terkait dengan penelitian yang

diangkat oleh peneliti, penelitian tersebut ialah sebagai berikut:

1. Tri Wahono. 2008. Skripsi. Peran Guru Agama dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Anak Didik Di Sekolah Dasar Negeri 2

Arjowinangun KedungKandang Malang. UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Peningkatan hasil

belajar (pada ranah kognitif) anak didik di SDN 2 Arjowinangun kota

Malang khususnya kelas V dan VI terjadi ketika anak didik mendapat

pengetahuan yang sifatnya baru. 2) Peran guru agama dalam

meningkatkan hasil belajar anak didiknya khususnya pada ranah kognitif

menggunakan metode, strategi dan teknik yang merangsang anak didik

untuk berpikir dan berani mengungkapkan pengetahuan yang telah

tersimpan dalam memori otaknya. 3) Faktor penghambat yang dialami

oleh guru agama dalam meningkatkan hasil belajar anak didik di SDN 2

Arjowinangun Kedung Kandang Malang adalah kesulitan untuk

menyamaratakan peningkatan hasil belajar setiap anak didiknya.

2. Moh. Amin Mahfus. 2015. Tesis. Peran Guru PAI dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Peserta Didik di SDN Wonokerto 01 Kecamatan

Bandar Kabupaten Batang. IAIN Pekalongan. Hasil penelitiannya


menunjukan bahwa peran guru PAI dalam meningkatkan motivasi

peserta didik di SDN 2 Wonokerto 01 kecamatan bandar, kabupaten

batang dilakukan berbagai peran yakni membimbing, memberi nasehat,

menguasai materi, mengelola kelas, mediator, fasilitator, melakukan

evaluasi, melakukan motivasi dan menjadi suri teladan. Adapun faktor

yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah faktor guru meliputi:

Metode yang digunakan, alat dan media dalam pembelajaran, guru PAI

dengan siswa, figur guru PAI di sekolah. Faktor siswa meliputi: kondisi

siswa di dalam kelas, kondisi kesehatan siswa, kondisi psikologis siswa

dan kondisi kelelahan.

3. Karina Dewi Retno Kumala. 2015. Skripsi. Peran Guru Agama Islam

dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Berkebutuhan

Khusus di Kelas VIII SMP Inklusif Galuh Handayani. IAIN Sunan

Ampel Surabaya. Penelitian ini berfokus pada peningkatan prestasi

belajar bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain itu, untuk

mengetahui peranan guru terhadap ABK. Lokasi penelitiannya di SMP

Inklusif.

Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan disajikan dalam tabel 2.1


Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Penelitian Terdahulu

No. Judul Persamaan Perbedaan


Peran Guru Agama Subjek penelitiannya Jenjang
1.
dalam Meningkatkan sama yakni membahas Pendidikannya
Hasil Belajar Siswa tentang peran guru dalam
Anak Didik Di Sekolah dalam meningkatkan penelitiannya
Dasar Negeri 2 hasil belajar siswa dan berbeda
Arjowinangun sama-sama mengunakan
Kedungkandang metode kualitatif
Malang.
Peran Guru PAI dalam Sama dengan metode Tidak meneliti
2.
Meningkatkan Motivasi penelitian kualitatif, lalu hasil belajar
Belajar Peserta Didik di jenjang pendidikan melainkan meneliti
SDN Wonokerto 01 berbeda, tidak sama motivasi belajar
Kecamatan Bandar mebahas tentang siswa, dan jenjang
Kabupaten Batang. meningkatkan hasil pendidikan berbeda
belajar siswa
3. Peran Guru Agama Menggunakan metode Tidak meneliti
Islam dalam sama penelitian meningkatkan
Meningkatkan Prestasi kualitatif, dan sama-sama hasil belajar siswa
Belajar Peserta Didik meneliti di jenjang SMP melainkan,
Berkebutuhan Khusus” meningkatkan
di Kelas VIII SMP prestasi belajar
Inklusif Galuh peserta didik
Handayani
Sumber Data: Dokumentasi Penelitian
B. Kajian Teori

1. Peran Guru PAI

a. Pengertian Guru PAI

Guru ialah sebutan lain dari tenaga pendidik baik yang berada

di instansi pendidikan formal maupun non formal yang bertugas

mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebagaimana

menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 31) guru merupakan orang

yang memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswa. Guru dalam

pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan

ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal,

tetapi bisa juga di masjid, di suatu musholla dan sebagainya.

Kemudian guru diartikan sebagai seseorang yang membentuk

kepribadian anak dengan memanusiakannya. Guru adalah sebuah

profesi yang pekerjaannya mengajar yang dijadikan sebagai mata

pencaharian. Sedangkan guru agama didefinisikan sebagai seseorang

yang bekerja mendidik kepribadian peserta didik dengan materi-

materi agama.

Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa guru

PAI ialah seseorang yang bekerja mengajar sebagai mata

pencaharian baik di lingkungan instansi pendidikan formal maupun

nonformal yang mendidik berlandaskan pada materi keagamaan


sehingga dapat diaplikasikan di kehidupan nyata agar dapat meraih

kehidupan di dunia maupun di akhirat yang paripurna.

b. Peran Guru PAI

Kata “peran” berasal dari kata “pe-yang berakhiran-an” yang

berarti sesuatu yang dimiliki oleh seorang yang mempunyai

kedudukan pada masyarakat. Kata peran sering diucapkan, dan kita

sering terdengar bahwa sebuah peran terikat dengan posisi atau

jabatan seseorang (Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 138).

Secara umum peran guru dimaknai sebagai serangkaian

tingkah yang saling berkaitan dilakukan dalam situasi yang tertentu

serta yang berhubungan dengan kemajuan tingkah laku dan

perkembangan siswa yang menjadi tujuan. Oleh karena itu, peran

guru sangat banyak yang menjadi kewajiban untuk ditunaikan demi

tercapainya tujuan pembelajaran.

Sebagaimana menurut Mulyasa (2011: 37) memaparkan

sedikitnya 19 peran guru yakni sebagai pengajar, pendidik,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan

keteladanan, pribadi, peneliti, pendorong, kreativitas, pembangkit,

pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,

emansipator, evaluator, pengawet dan sebagai kulminator. Dari

beberapa peran tersebut seorang guru harus mampu mencitrakan

untuk bisa memaksimalkan dirinya dihadapan anak didik.


Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa peran

guru PAI merupakan suatu bentuk sikap atau tingkah laku yang

menjadi tanggung jawab untuk dapat direalisasikan dalam dirinya

untuk pembinaan watak, kepribadian, keimanan dan ketaqwaan

peserta didik agar dapat menjadi manusia yang paripurna serta

menumbuhkan anak bangsa yang cemerlang.

c. Macam-Macam Peran Guru PAI

Guru merupakan jabatan ataupun profesi yang dianggap

memerlukan keahlian tersendiri sebagai seorang guru dalam

mendidik anak didik memberikan pengarahan sehingga peserta didik

memahami maksud dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Untuk mengetahui tentang bagaimana guru itu maka dalam hal ini

perlu mengkaji tentang arti guru yang dikemukakan oleh para pakar

dan ahli pendidikan yakni diantaranya:

1. Menurut Athiyah Al-Abrasy, guru adalah Spiritual Father atau

bapak rohani bagi seorang murid, ialah yang memberikan

santapan ilmu jiwa dengan ilmu pendidikan akhlak yang

membenarkannya, maka menghormati guru merupakan

penghormatan terhadap anak-anak kita, dengan begitu ia hidup

dan berkembang sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya

dengan sebaik-baiknya.

2. Menurut Ngainun Naim guru adalah sosok yang telah rela

mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan


mendidik siswa (Ngainun Naim, 2007:37)

3. Menurut E. Mulyasa guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh

panutan, dan identifikasi bagi peran peserta didik, dan

lingkungannya (E. Mulyasa, 2007:37).

4. Menurut tokoh yang sudah tak asing lagi bagi bangsa Indonesia,

yaitu Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwasanya seorang guru

adalah orang yang mampu mendidik, maksudnya yakni sanggup

menuntun segala kekuatan yang ada pada diri anak didik agar

mereka menjadi manusia yang handal dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya (M. Sukardjo, 2009:10).

Guru sebagai pengajar kiprahnya di dalam proses

pembelajaran memiliki tugas dan tanggung jawab yang dinilai

sebagai perannya dalam menumbuhkembangkan potensi peserta

didik. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan UU

No. 14 Tahun 2005 peran guru termasuk didalamnya guru PAI

memiliki beberapa peran yakni sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik


Guru sebagai pendidik, menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi siswa dan lingkungannya. Oleh karena itu guru
harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Guru
harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta usaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakan dalam
proses pembelajaran disekolah. Sebagai pendidik guru harus
berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta tindakan
sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan.
Guru sebagai pendidik yang tugasnya mengajar, mendidik,
dan melatih peserta didik dengan tujuan agar peserta didik
tersebut dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, akhlak yang
mulia dan dapat berpikir secara cerdas.
2. Guru sebagai pengajar
Di dalam tugasnya guru membantu siswa yang sedang
berkembang untuk mempelajari suatu yang belum siswa ketahui,
membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang
dipelajari. Guru sebagai pengajar seharusnya mengikuti
perkembangan teknologi, sehingga apa yang disampaikan
kepada siswa merupakan komponen hal-hal yang tidak
ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi mengubah peran
guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi
pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar.
Sebagai pengajar (intruksional), guru bertugas
merencanakan progam pengajaran, melaksanakan progam yang
telah disusun dan melaksanakan penilaian setelah progam itu
dilaksanakan.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing
pembelajaran, yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran
pembelajaran itu. Dalam hal ini, istilah pembelajaran tidak
hanya menyangkut fisik tetapi juga pembelajaran mental,
emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks.
Sebagai pembimbing pembelajaran guru memerlukan
kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai.
b. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta
didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
c. Guru harus memaknai kegiatan belajar.
d. Guru harus melaksanakan penilaian.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh
guru harus berdasarkan kerjasama baik antara guru dengan
siswa.
4. Guru sebagai pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi siswa, bahwa bagi
orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, mengarahkan siswa dalam
mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru
juga dituntut untuk mengarahkan siswa dalam mengembangkan
potensi dirinya, sehingga dapat membangun karakter yang baik
bagi dirinya dalam menghadapi kegiatan nyata dalam
lingkungan masyarakat.
Guru juga dituntut untuk mengarahkan siswa dalam
mengembangkan potensi dirinya, sehingga dapat membangun
karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kegiatan
nyata dalam lingkungan masyarakat.
5. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas
melatih siswa dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai
dengan potensi masing-masing siswa. Pelatihan yang dilakukan
di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi
standar, juga harus memperhatikan perbedaan individual siswa
dan lingkungan. untuk itu harus banyak tahu meskipun tidak
mencakup semua hal dan tidak setiap hal yang sempurna, karena
itu tidaklah mungkin.
Pelatihan yang dilakukan di samping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
memperhatikan perbedaan individual siswa dan lingkungan.
6. Guru sebagai penilai
Penilaian ataupun evaluasi merupakan aspek pembelajaran
yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang
dan hubungan, serta variabel yang lain mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang tidak dapat dipisahkan dari
setiap penilaian. Maka guru harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang memadai.
Jadi Guru sebagai penilai berperan untuk mengumpulkan
data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang
telah dilakukan. Dengan melakukan penilaian maka guru akan
mengetahui atau menentukan keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar PAI

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks didalamnya

terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah

bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat

dan mereproduksi, ada penerapan pengetahuan, menyimpulkan

makna, menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan adanya

perubahan sebagai pribadi (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2010: 4).

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses

mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang

belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula

sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari

proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada

umumnya. disebut hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang

optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan

sengaja serta terorganisasi secara baik (Sardiman A.M., 2010: 19).

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses artinya dalam

belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati,

menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan. Itu

sebabnya, dalam proses belajar, guru harus dapat membimbing dan

memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan proses-proses

tersebut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi


adanya perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan oleh proses-

proses tersebut. Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar karena

adanya indikasi melakukan proses tersebut secara sadar dan

menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh

berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Perwujudan perubahan

tingkah laku dari hasil belajar adalah adanya peningkatan

kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Perubahan tersebut sebagai perubahan yang disadari, relatif bersifat

permanen, kontinu, dan fungsional (Sri Anitah, 2007: 2).

Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus

diingat, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas

dan baik, belum tentu hasil belajar yang diperoleh mesti optimal.

Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen

yang lain, dan terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek

belajar.

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses atau

aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman yang baru sehingga memungkinkan

terjadinya perubahan tingkah laku yang baik dan terampil dalam

bertindak maupun berpikir berdasarkan pengalaman yang telah

dilaluinya.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil

belajar disebut kemampuan-kemampuan (capabilities). Menurut


Gagne ada lima kemampuan. Ditinjau dari segi hasil yang

diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan-

kemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu

memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga

karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan ini berbeda-

beda (Ratna Wilis 2006: 118).

Menurut Gagne hasil belajar dibagi menjadi lima kategori

yaitu:

a. Informasi verbal (Verbal Information). Informasi verbal adalah


kemampuan yang memuat siswa untuk memberikan tanggapan
khusus terhadap stimulus yang relatif khusus. Untuk menguasai
kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan
informasi dalam sistem ingatannya.
b. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill). Kemampuan
intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk
melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik disini artinya
bahwa siswa harus mampu memecahkan suatu permasalahan
dengan menerapkan informasi yang belum pernah dipelajari.
c. Strategi Kognitif (Cognitive Strategies). Strategi kognitif
mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang
dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi cara
berkonsentrasi, belajar, mengingat, dan berpikir.
d. Sikap (Attitudes). Sikap ini mengacu pada kecenderungan untuk
membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak di bawah
kondisi tertentu.
e. Keterampilan Motorik. Keterampilan motorik mengacu pada
kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang
terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan,
kekuatan, dan kehalusan (Asep Herry Hernawan,2011).

Menurut Nana Sujana sebagaimana yang dikutip oleh

Kunandar hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara


terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan

(Kunandar, 2011: 276).

Merujuk dari beberapa pengertian di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa

setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi

pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar tidak berupa nilai

saja, tetapi dapat berupa perubahan perilaku yang menuju pada

perubahan positif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa

(ekstern).

Selain itu, faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap hasil

belajar ada dua diantaranya:

1) Faktor biologis (fisik) keadaan fisik yang perlu diperhatikan,

pertama kondisi fisik normal atau tidak ada cacat sejak dalam

kandungan sampai dengan kelahiran. Kondisi fisik normal ini

terutama harus mencakup keadaan otak, panca indera dan anggota

tubuh. Kedua, kondisi kesehatan jasmani, kesehatan dan kebugaran

jasmani sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Dalam

menjaga kesehatan jasmani, ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan antara lain makan dan minum secara teratur olahraga

serta cukup tidur.

2) Faktor psikologis yang mempengaruhi meliputi segala sesuatu yang

berhubungan dengan mental seseorang Sekurang-kurangnya ada

tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, keluarga, pergaulan

dan kesiapan. (Wahyuni Ambarwati, 2018: 72-73).

a. Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yaitu

kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan,

kesehatan dan kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam

kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa

belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat

belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka

atau tidak suka terhadap suatu materi yang di pelajari siswa.

Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri

siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan

oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-

beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan

kecepatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan lambat.

Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan

kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus


dengan cara perantara visual, verbal, dan atau dibantu dengan

alat/media.

Faktor intrnal adalah faktor yang ada dalam individu yang

sedang belajar (Muhammad dan Sulistyorini, 2012:122) , yaitu:

1. Semangat Belajar

Salah satu faktor internal dalam prestasi belajar yaitu

semangat belajar, karena meskipun seseorang pelajar memiliki

semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap

merasakan kemalasan, mengalami keengganan dan kelalaian.

Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.

Semangat belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Lemahnya semangat atau tidak adanya

semangat belajar akan melemahkan kegitan belajar, selanjutnya

mutu belajar akan menjad rendah.

Menurut (Moekijat, 2004:2) “Semangat adalah kemampuan

sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan

konsekuen dalam mencapai tujuan bersama”. Bisa dikatakan

bahwa semangat belajar adalah kemampuan untuk bekerja

dengan giat dan konsekuen untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun

pengalaman sehingga seseorang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai.


2. Percaya diri

Pemahaman tentang hakekat percaya diri akan lebih jelas

jika seseorang melihat langsung berbgai peristiwa yang

dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Rasa percaya

diri sering dimaknai dengan rasa kemampuan individu

dalam menyeimbangkan struktur kejiwaan yang ada pada

diri individu tersebut, dengan kata lain percaya diri adalah

individu yang mampu mengendalikan gejala emosional

seperti takut dan sebagainya sehingga ia berani

memposisikan pada hal yang seimbang.

Berdasarkan berbagai peristiwa dan pengalamn

tersebut bisa kita lihat bahwa gejala-gejala tingkah laku

seseorang yang menggambarkan adanya rasa percaya diri

atau tidak.

3. Bakat

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap

orang pasti memiliki bkat dalam arti potensi untuk

mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip

dengan intelgensi. Dalam perkembangan selanjutnya bakat


diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan

tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya

pendidikan dan latihan. Misalnya seorang siswa berbakat

dalam bidang elektro, maka akan lebih mudah menyerap

informasi, kemampuan dan keterampilan yang berhubungan

dengan bidang elektro ketimbang siswa lainnya.

4. Intelegensi siswa / kecerdasan siswa

Menurut J. P. Chaplin, intelegensi adalah kecakapan yang

terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.

5. Perhatian

Perhatian menurut Al-Ghazali adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu

obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat

menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,

jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan

pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara


mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau

bakatnya.

6. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara (tidak

dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan

perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

7. Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau

tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu

sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.

8. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak

dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan

jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya


sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-

latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah

siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya

sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak

sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki

kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

9. Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah

kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan

itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan

untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu

diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar

dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya

akan lebih baik.

b. Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar diri siswa diantaranya yaitu

lingkungan fisik dan non fisik belajar (termasuk suasana kelas

dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),

lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program

sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan

pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang


paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab

guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal

ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan

dalam profesi guru.

Faktor ekstern merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu yang bersangkutan. Adapun yang termasuk golongan

faktor ekstern (Ahmad Syaf’i,2018:122) yaitu:

1. Faktor Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan pengalaman pendidikan

pertama bagi anak. Pendidikan keluarga juga merupakan

dasar dari pendidikan anak sehingga untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang lain maka keluarga

dengan kesadaran memberikan pendidikan yang lain pula

yaitu dengan menyekolahkan anaknya. pendidikan di

sekolah memberikan motivasi dalam mengaktifkan anak

didiknya sehingga tidak menutup kemungkinan banyak

keanekaragaman problem yang dihadapi anak didiknya

dengan latar belakang yang berbeda.

2. Faktor Pergaulan

interaksi antar siswa dapat mempengaruhi hubungan atau

pergaulan yang dapat membentuk kepribadian seseorang.

(Suryabrata, 2001:32) menjelaskan bahwa pergaulan

adalah jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan


orang lain sehingga terjadi saling mempengaruhi satu

dengan lainnya. Pengaruh dari individu atau kelompok

yang bermanfaat sedangkan dampak negatif dapat

mengarahkan seseorang pada pergaulan bebas yang harus

dihindari oleh setiap masyarakat khususnya bagi remaja

(Hadi, 2008:63) berpendapat bahwa pergaulan adalah

kontak langsung antara satu individu dengan individu lain,

termasuk di dalamnya pendidik dan siswa.

3. Faktor sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa. Kualitas guru, metode

mengajar, relasi antara guru dan siswa, kurikulum, fasilitas

sarana dan prasarana, tata tertib, serta lingkungan sekolah

itu sendiri menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa.

4. Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, sebab dalam kehidupan

sehari-hari siswa akan lebih banyak bergaul. Siswa akan

mudah terpengaruh lingkungan masyarakat karena

keberadaannya dalam lingkungan tersebut. Kegiatan dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, lingkungan

tetangga dapat mempengaruhi siswa sehingga perlu


diusahakan lingkungan yang positif untuk mendukung

belajar siswa.

c. Mengatasi faktor penghambat dalam meningkatkan hasil

belajar.

Saat timbul hambatan dalam belajar, hambatan tersebut

harus segera diatasi. Dengan diatasi hambatan tersebut maka

proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai

hasil belajarr yang maksimal. Cara mengatasi hambatan belajar

dapat di mulai dari diri anak, keluarga, dan sekolah.

Diri anak

1.      Menjaga kesehatan jasmani.

2.      Menumbuhkan rasa percaya diri.

3.      Membangun motivasi diri.

4.      Belajar berinteraksi dengan lingkungan.

5.      Belajar menjaga emosi.

6.      Menerima keadaan (ekonomi, jasmani, dll).

Keluarga

1. Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku kepada

anak.

2. Menjaga keharmonisan keluarga.

3. Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam

belajar.
4. Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan

makanan bergizi.

5. Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah

(menyapu, mencuci piring, dll).

6. Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan

anak yang lain.

7. Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.

8. Mambangun dan memberi motivasi anak.

Sekolah

1. Guru mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.

2. Guru menjaga kedekatan dengan siswa maupun

orangtua siswa.

3. Guru bersikap adil pada semua siswa.

4. Guru memberikan motivasi siswa, misalnya dengan

pujian, dan sebagainya.

5.  Guru mamberikan teladan yang baik pada siswa.

6. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang

menyenangkan.

7. Guru melihat kelemahan masing-masing siswa,

misalnya ada siswa yang cacat fisik letak posisi duduk

di depan.

8. Guru mamberi tugas sesuai dengan kemampuan siswa.


9. Lingkungan yang nyaman untuk belajar siswa.

10. Memberikan kelonggaran tata tertib, namun tetap

disiplin.

C. Pendidikan Agama Islam di SMP

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP

Menurut Ahmad Tafsir (1992: 32) Pendidikan Agama Islam

adalah bimbingan yang diberikan oleh seorang kepada orang lain

dengan tujuan mengembangkan pengetahuannya secara sempurna

sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sedangkan Zakiah Daradjat (1998: 15) menyatakan bahwa

pendidikan agama Islam berupa pekerjaan yang difokuskan pada

peserta didik di sekolah, serta mampu menerapkan dan mengerti

ajaran pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

mencapai hal itu tentunya memerlukan materi sebagai bahan yang

mampu mengantarkan siswanya menjadi muslim yang kaffah.

Adapun materi pembelajaran PAI di SMP meliputi empat dasar

pokok yaitu:

a. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT


b. Hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan antara manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan antara manusia dengan makhluk lain dan alam
lingkungan (Rianawati, 2014: 71).
Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam di SMP ialah mata

pelajaran pokok yang menjadi salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian dan moral (karakter) peserta didik di

jenjang SMP yang sejalan dan selaras dengan tujuan yang ingin

dicapai oleh mata pelajaran PAI itu sendiri.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP

Menurut Abdul Majid (2005: 59) pendidikan agama Islam di

sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan

melalui pemberian informasi atau pengetahuan, penghayatan,

pengamalan serta pengalaman siswa sehingga menjadi manusia yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa

dan bernegara. Tujuan umum atau tujuan akhir adalah cermin atau

arti kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan di akhir.

Menurut Zakiah Daradjat (Daradjat, 2002: 30) Tujuan umum

adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam semua kegiatan yang

berhubungan dengan pendidikan baik dengan pengajaran atau

dengan cara lain yang meliputi seluruh aspek kemanusiaan, sikap,

tingkah laku, penampilan, dan pandangan” (Rianawati, 2014: 72).

Tujuan pembelajaran dapat disebut juga dengan istilah tujuan

kurikuler. Tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kemampuan

yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari

bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali

pertemuan. Tujuan ini dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan

pembelajaran umum dan khusus. Tujuan pembelajaran umum yaitu


berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester, sedangkan tujuan

pembelajaran khusus adalah yang menjadi target pada setiap kali

tatap muka. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan,

termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan

pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan

pembelajaran merupakan hak guru (Lias Hasibuan, 2010: 37).

Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak akan

terlepas dari tujuan akhir pendidikan Islam yang terletak pada

terlaksananya pengabdian penuh kepada Allah, baik pada tingkat

perseorangan, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang

seluas-luasnya (Abudin Nata, 2010:62).

Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di SMP ialah

terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT., berbudi pekerti luhur (berkarakter/berakhlak mulia), dan

memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber

ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya. Pada saat bersamaan, mata

pelajaran PAI di SMP dapat dijadikan bekal untuk mempelajari

berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran lain, sehingga akan

semakin memperkuat pembentukan karakter dan keilmuannya.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMP

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah

tidak terlepas dari fungsi pendidikan agama Islam sebagai proses


transformasi ilmu dan pengalaman. Abdul Majid mengemukakan

tujuh fungsi pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah, di

antaranya;

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan


peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
Agama Islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan- kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain (Abdul Majid, 2012: 15-16).

Ketujuh fungsi pendidikan agama Islam yang dikemukakan

oleh Abdul Majid menggambarkan bahwa peran pendidikan agama

Islam sangat penting guna membentuk karakter peserta didik untuk

menjadi pribadi muslim yang sempurna lewat pengajaran dan

kegiatan yang diadakan di sekolah.


Tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas, Ramayulis

merumuskan fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan


peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
Beberapa fungsi pendidikan Islam yang telah dikemukakan

oleh Abdul Majid dan Ramayulis telah disebutkan dengan rinci apa

saja manfaat atau kegunaan pendidikan agama Islam yang

diselenggarakan di sekolah, sehingga dapat dipahami bahwa manfaat

tersebut akan bernilai guna jika diaktualisasikan oleh pendidik dan

peserta didik melalui pembelajaran pendidikan Agama Islam.

Merujuk dari beberapa pengertian di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam di SMP adalah

menumbuhkan dan memelihara keimanan, membina dan


menumbuhkan akhlak mulia, membina dan meluruskan ibadah,

menggairahkan amal dan melaksanakan ibadah serta mempertebal

rasa dan sikap keberagamaan serta mempertinggi solidaritas sosial

bagi peserta didik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian maka

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yang mana dianggap tepat karena ia bersifat alamiah dan

menghendaki keutuhan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan

peneliti sebelumnya. Hal ini berkenaan dengan kompetensi

profesionalisme seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan hasil belajar di SMP Negeri 2 Pulau Maya. Penggunaan

penelitian kualitatif ini juga bertujuan supaya data-data yang diperoleh

mendalam sesuai dengan makna dan lapangan.

Menurut Patton (1980) penelitian kualitatif titik tekannya untuk

memahami makna dari penelitian yang telah dibangun peneliti lain atau

fenomena yang terjadi. Penelitian kualitatif adalah upaya untuk

memahami situasi dalam keunikan mereka sebagai konteks tertentu dan

interaksi di sana (Aminah, 2019: 56).

Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang


memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial

yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy.J. Moleong, pendekatan

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati.1Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial, pemberian

suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi.

Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan

dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial

adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate).2Pendekatan kualitatif

ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lengkap tentang

“Pengembangan Potensi Diri Anak Melalui Program Kegiatan Islami

Majelis Anak Shaleh Kota Parepare”.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penulisan deskriptif kualitatif, yaitu

penulisan yang menggambarkan fakta atau gejala apa adanya dengan cara

mengumpulkan informasi menurut apa adanya pada saat penulisan.

Penelitian kualitatif (qualitative research), yaitu suatu penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual

maupun kelompok.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kayong Utara tepatnya berlokasi di

SMP Negeri 2 di Jl. Sungai Buaya, Desa Dusun Besar, Kecamatan Pulau

Maya, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan

lokasi penelitian ini dilakukan di Pulau Maya, karena berdasarkan

sumber titik-titik Pulau Maya termasuk salah satu daerah terluar dan

terpencil di kawasan Indonesia. Sehingga, kualitas pendidikan di daerah

tersebut penting untuk diperhatikan terutama berkaitan dengan hasil

belajar siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang terdapat di

tempat tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari penelitian ini dilakukan secara bertahap

sesuai dengan prosedur penelitian. Adapun waktu penelitian tersaji dalam

paparan tabel di bawah ini.

Tabel 3.2
Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Pengajuan Judul 22 November 2022

2. Penyusunan Proposal 23 November 2022

3. Seminar Proposal 7 Desember 2022

4. SK Pembimbing 1 Februari 2023

5. Penyusunan Bab I-III 2 Februari 2023

6. Penyusunan Instrumen 26 Febuari 2023-

7. Pengumpulan Data
8. Analisis Data

9. Penyelesaian Skripsi

10. SK Ujian

11. Sidang Skripsi

sumber data: dokumentasi penelitian


C. Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moelong 2013: 157) “sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah

tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. sumber data tersebut akan

didapatkan dari dokumen, hasil wawancara, catatan lapangan, dan hasil dari

observasi. Sumber data sangat diperlukan dalam penelitian karena yang

menentukan hasil penelitian ialah berasal data sumber data yang didapatkan.

Maka dalam penelitian ini terdapat 2 sumber data penelitian yakni sebagai

berikut:

1. Sumber Data Primer

Menurut Hasan (2002: 82) data primer adalah data yang diperoleh

langsung pemberi data kepada pengumpul data (peneliti). Data primer di

peroleh dari informasi dan tentunya didapatkan dari responden terpercaya

yang akan memberikan informasi yang selanjutnya digunakan sebagai

data penelitian. Data primer dimaknai sebagai sebuah data yang dapat

diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang memerlukan atau yang

bersangkutan memerlukan data. Adapun sumber data primer dalam

penelitian peneliti ini yaitu dari kepala sekolah, guru PAI dan peserta

didik di kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya.


2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data yang sudah

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber- sumber

yang sudah ada (Hasan, 2002: 58). Dapat dikatakan data sekunder ialah

data pendukung berupa dokumen-dokumen penting yang memiliki

keselarasan terhadap penelitian peneliti. Adapun yang menjadi data

sekunder dalam penelitian ialah profil sekolah yang meliputi dokumen

tertulis, rekaman video dan suara, foto daftar nilai peserta didik, jadwal

pelajaran, RPP dan silabus. Semua dokumen tersebut dijadikan sebagai

sumber data sekunder oleh peneliti untuk menunjang demi kesempurnaan

penelitian ini yang terkait dengan Peran Guru PAI dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pulau Maya Tahun Ajaran

2022/2023.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Melakukan penelitian biasanya menggunakan alat atau instrumen untuk

memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya.

Menurut Arikunto (2013: 134) instrumen pengumpulan data merupakan alat

bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan

data sehingga kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Menurut Sugiyono (2014: 60) bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak

ada pilihan lain selain menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian


utama. Alasannya adalah karena segala sesuatunya belum tentu mempunyai

bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, dan prosedur penelitian yang

digunakan, bahkan hasil yang diharapkan semua tidak dapat ditentukan secara

pasti dan jelas sebelumnya. semuanya masih perlu dikembangkan selama

penelitian. Dalam kondisi tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain

dan hanya peneliti sendiri yang dapat mencapainya.

Oleh karena itu instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Hal ini dikarenakan peneliti dapat melihat masalah yang terjadi di lapangan

secara langsung. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, peneliti

dibantu dengan instrumen pengumpul data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

fenomena-fenomena yang diteliti (Sugiyono, 2018: 145). Observasi

dilakukan dengan cara mengamati langsung dengan berpedoman terhadap

kepada lembar pedoman observasi sebagai instrumen penelitian yang

sebelum telah peneliti persiapkan. Observasi atau pengamatan ini

dilakukan peneliti untuk mengamati guru ketika sedang dalam aktivitas

pembelajaran dan terhadap peserta didik. Dalam observasi atau

pengamatan ini peneliti menggunakan pedoman observasi sebagai alat

pengumpulan data yang sebelumnya telah dirancang dan divalidasi oleh

seseorang yang ahli dalam bidang penelitian peneliti. Kemudian hasil yang

diperoleh masuk ke tahap analisis dan dapat digunakan sebagai data

penelitian dengan memperhatikan kesesuaiannya terkait Peran Guru PAI


dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas VII SMP Negeri 2

Pulau Maya Tahun Ajaran 2022/2023.

b. Wawancara

Wawancara merupakan sauatu komunikasi yang dilakukan antara

kedua belah pihak atau juga lebih bisa digunakan dengan melakukan

tatap muka yang mana salah satunya ada yang berperan sebagai

interviewer (wawancara) dan ada juga piak lain sebagai interviewee

(orang yang diwanwancara) yang mana melakukan dengan tujuan

tertentu, agar mendapatkan informasi data untuk mengumpukan suatu

data. Karena interviewer menayakan berbagai pertanyaan kapada

interviewee untuk meperoleh suatu jawaban (Fadhaallah, 2021 :1).

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini kepada 1 kepala

sekolah untuk mendapatkan data penelitian mengenai history SMP Negeri

2 Pulau Maya serta kebijakan atau peraturan yang diterapkan sebagai

peran guru PAI dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII.

Kemudian 1 guru PAI untuk mendapatkan informasi terkait perannya

dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII dan 1 peserta didik

untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar oleh guru PAI.

Dengan berpedoman kepada pedoman wawancara sebagai alat

pengumpulan data yang sebelumnya telah divalidasi kepada seseorang

yang ahli dalam penelitian ini, peneliti menggali informasi sebanyak-

banyaknya untuk dijadikan sebagai data penelitian terkait upaya guru PAI
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pulau

Maya Tahun Ajaran 2022/2023.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik atau alat pengumpulan data yang

bisa digunakan untu mencari data serta mengenai hal-hal maupun variable

yang manapun berupa catatan, surat kabar, majalah, notulen rapat, catatan

dan lain sebagainya. Yang dimana dokumenlah sebagai bukti dari

penelitian maupun bukti pengujian (Kunto, 2002:2016)

Untuk itu, Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian peneliti

dibutuhkan berupa profil sekolah, stuktur organisasi, visi maupun misi

sekolah, data guru, peserta didik, sarana dan prasarana serta dokumen-

dokumen penting lainnya. Seiring berjalannya penelitian. semua

dokumentasi diperoleh tujuan utamanya untuk memperkuat atau

menunjang kesempurnaan penelitian peneliti. Dengan demikian,

dokumentasi sangat penting untuk dilakukan oleh peneliti.

E. Teknis Analisis Data

Analisis data merupakan suatu jalan untuk mencari dan menyusun

secara terstruktur data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi sehingga dapat dipahami serta temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data ini dapat dilakukan

dengan cara mengorganisasikan data kedalam pola, memilah mana yang


sekiranya penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dimengerti diri sendiri maupun orang lain (Sugiono, 2011: 244).

Menurut Miles dan Hurberman (dalam Rasyid, 2000: 70) teknik

analisis data mencangkup pengumpulan, reduksi data, display data, dan

penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Awal dalam melakukan analisis data, perlu dilakukan yang

namanya pengumpulan data melalui pengumpulan data yang digunakan

sehingga memperoleh informasi yang cukup tentang penelitian.

Pengumpulan data dapat diurutkan berdasarkan pertanyaan penelitian, hal

ini agar data yang sudah dikumpulkan dapat diklarifikasi dengan baik

dengan melakukan pertanyaan yang mendalam.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mendalam dengan

Guru Pendidikan Agama Islam di Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara

dan terakhir peneliti meminta data profil, visi misi, serta kegiatan yang

ada yang lainnya sebagai gambaran umum dalam objek penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Menurut (Rasyid, 2000:70) bahwa display data adalah penyajian

data yang difokuskan untuk mencangkup ringkasan-ringkasan terstruktur,

synopsis-syinopsis, sketsa-sketsa, atau diagram serta dengan matrik-

matrik bukan dengan angka melaikan dengan teks dalam sel-selnya. Data

yang telah dikumpulkan lalu dikelompokan sesuai dengan pertanyaan

yang diteliti agar dapat melihat gambaran keseluruhan atau pada bagian
bagian tertentu dalam penelitian dengan ini peneliti dapat menguasai data

yang telah terkumpulkan tadi.

Untuk tahap penyajian data ini, peneliti menyusun semua informasi

baik ituu yang diperoleh dari wawancara mendalam memungkinkan

peneliti menarik kesimpulan penyajian data pada penelitian ini penyajian

data pada penelitian ini yaitu berupa ringkasan-ringkasan teratur dan

penjelasan-penjelasan tambaan dari peneliti sendiri dengan diperkuat

dengan parah ahli sebagai pisau analisis.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data (Conclusion/Verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/

verifying). penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang

menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian

dengan berpedoman pada kajian penelitian. Berdasarkan analisis

Interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, paparan

data, dan kesimpulan/ verifikasi merupakan proses siklus dan interaktif.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2011: 361) keabsahan data adalah ketetapan antara

data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh

peneliti. hal ini dikarenakan, seharusnya data yang valid adalah data yang

tidak berbeda dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Adapun teknik

pemeriksaan keabsahan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu:


1. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.

2. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai perbandingan terhadap data. Teknik triangulasi yang banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya kepada orang lain

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. (Sugiyono, 2010: 334).

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti dan Roikon. 2019. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu
Politik. Jakarta Timur: Peran Media Group
Ahmad Syaf’i, Tri Marfiyanti, Siti Kholidatur Rodiyah. “STUDI TENTANG
PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBAGAI ASPEK DAN FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol 2
(No 2), Juli 2018, h. 122.
Anita E. Woolfolk. 2004, h.2. Mendidik Anak-anak Bermasalah Psikologi
Pembelajaran II. Jakarta: Insani Press
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Asep Herry Hernawan. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Asrori, Mohammad. 2009.Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana ilmu.
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya Medinah Muanawwarah:
Mujamma’ Khadim al-Haramani al-Syarifain al-Malik Fahd li Thiba’at
Mushhaf al-Syarif, 1411 H. h. 116
Departemen Agama RI.Al Qur’an dan Terjemahnya, Medinah Muanawwarah:
Mujamma’ Khadim al-Haramani al-Syarifain al-Malik Fahd li Thiba’at
Mushhaf al-Syarif.1411 H. h. 301-302.
Departement Pendidikan Nasional Balai pustaka, Kamus Besar Indonesia Edisi
Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h 138
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, cet.2 (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 2.
Eveline, Siregar dan Hartini Nara.2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor:
Ghalia Indonesia.
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007),
37.
Fadhaallah. (2021). Wawancara. UNJ Press.
Hamzah b Uno.2016. Teori Motivasi & Pengaturanya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Haji Ali, Mohammad Daud, Lembaga-Lembaga Islam Di Indonesia (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1995), 137.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm 45.
Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Kunto, A. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Renika Cipta.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h.4.
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
M.Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Rajawali
Pres, 2009), 10.
Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran,
(Yogyakarta: Teras, 2012), h. 122
Ngainun Naim, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), 37
Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka pelajar 2010), hal. 42
Ratna, Wilis. 2006. Teori-teori Belajar. (Jakarta: Erlangga.
Rianawati, 2014.Implementasi Nilai-Nilai Karakter Pada mata pelajaran PAI di
Sekolah Dan Madrasah. Pontianak: IAIN Pontianak Press.
Rasyid, H. (2000). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial Dan Agama.
STAIN Pontianak.
Redaksi Sinar Grafika.2008, Undang- undang Sisdiknas, (Sistem pendidikan
Nasional), Op. Cit., h. 3
Sardiman A.M. 2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sri Anitah W, Sri Anitah. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sudjana, Nana. 1989.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
. 2018. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Zuldafrial dan Lahir. 2014. Profesi Kependidikan Guru dalam Perspektif Undang-
Undang.

Anda mungkin juga menyukai