Anda di halaman 1dari 3

Muskom Korkom HMI UII : Pemilihan sarat akan birahi jabatan

di HMI lingkup UII


Mereka gagal untuk gagah, mereka gagah hanya di baju. Tapi dalam tubuh mereka ada suatu
kehinaan, sesuatu yang tidak bertanggung jawab yang mereka harus bayar sampai detik
manapun… !!!” kutipan Orasi Munir

Menarik kutipan di atas mencerminkan kegelisahan kader terbaik HMI Munir Said Thalib
dalam orasi seminggu sebelum kematiannya karena diracun, saat sedang dalam perjalanan
menuju studi S2 di Belanda. Dalam orasinya, Munir mencoba menggugah kesadaran akan
pentingnya menegakkan kebenaran. Kutipan tersebut menjadi menarik karena
menggambarkan kondisi realitas yang carut-marut di HMI, terutama di lingkup UII, di mana
banyak kader HMI tampaknya gagal untuk mempertahankan gagahnya. Mereka hanya
terlihat gagah dalam baju, namun kehilangan esensi tersebut ketika diberi amanah dan
menggunakan kekuasaannya untuk menghalalkan segala cara demi meraih jabatan.
Dalam mengurai permasalahan Musyawarah Komisariat (Muskom) Korkom UII, penulis
mencoba menggali akar masalah ini.
Muskom Korkom UII
Pembentukan Korkom HMI UII mencerminkan serangkaian permasalahan kompleks dalam
Muskom terakhir. Penting untuk diketahui bersama bahwa Muskom kemarin sarat akan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak HMI Cabang Jogja. Pemilihan tersebut menghasilkan
formatur dan mide formatur hanya diikuti oleh 3 komisariat, yaitu komisariat Muawiyah,
Lafran Pane, dan Cordova. Beberapa di antara komisariat tersebut memiliki status beku
karena tidak memiliki kader, sementara yang lain berstatus komisariat persiapan.
Lebih lanjut, di tingkat lingkup HMI UII, terdapat lebih dari 3 komisariat, salah satunya
adalah Komisariat Umar Bin Khattab (UBK), yang menaungi fakultas FBE dan FH dan
masih eksis dengan kader yang militan di wilayah Jogja. Sejarah pembentukan UBK dimulai
pada 23 Mei 2002, ketika Sri Wulandari mencoba membentuk komisariat FE. Namun, upaya
tersebut terhenti karena kendala administratif. Kemudian, pada 29 Juni 2002, UBK dibentuk
kembali dengan nama Averros, menjadi cikal bakal HMI Komisariat Umar Bin Khattab FBE
& FH UII. Komisariat Umar Bin Khattab dibentuk untuk menampung kader HMI Dipo yang
belum memiliki wadah dan sebagai upaya untuk menyeimbangkan pengaruh HMI MPO yang
menguasai ORMEK di lingkup UII.
Berbicara tentang kondisi saat ini, UBK memiliki kader-kader yang memiliki militansi yang
tinggi, bahkan jika digabungkan dengan ketiga komisariat lainnya, kuantitas HMI Umar Bin
Khattab masih dapat bersaing. Selain itu, HMI Umar Bin Khattab memiliki lembaga kajian
dan bantuan hukum HMI (LKBHMI) yang dibentuk untuk mewadahi mahasiswa jurusan
hukum guna mengaktualisasikan ilmunya dari bangku perkuliahan ke masyarakat.
Hal ini memunculkan pertanyaan apakah ketiga komisariat tersebut dengan sengaja enggan
melakukan konfrontasi langsung secara gagasan atau apakah ada pengaruh keinginan
menduduki jabatan di Korkom UII yang menjadi pertimbangan utama?
Caretaker
Masalah ini sebenarnya bermula dengan kejanggalan dalam penunjukan caretaker.
Penunjukan ini dilakukan secara tiba-tiba dari HMI cabang Jogja melalui PAO yang mana
diisi oleh Komisariat Muawiyah sendiri.Sementara dalam lingkup 4 komisariat sendiri belum
melakukan musyawarah bersama terkait muskom malah sacara tiba-tiba turunlah SK dari
cabang akan diadakan muskom yang hanya di ikuti 3 komisariat. Ini membuka ruang
pertanyaan terhadap proses pengambilan keputusan dan transparansi di tingkat HMI Cabang
jogja guna menujukkan caretaker dalam muskom.Apakah caretaker ini benar-benar
mencerminkan kebutuhan ditataran komisariat ataukah langkah ini terkesan langkah taktis
guna kepentingan segelintir golongan dimasa depan ?
Dalam istilah sederhana, caretaker seharusnya merupakan solusi jika terjadi kebutuhan
mendesak di antara komisariat. Namun, yang menarik adalah bahwa cabang terlalu terburu-
buru dalam mengambil langkah tersebut, dan bahkan dapat dianggap ugal-ugalan, merujuk
istilah yang sering digunakan pak rohidin selaku dosen di UII dalam mengambarkan
mahasiswanya yang kurang mempertimbangan dalam pengambilan keputusan. Perlu
dipahami dengan jelas, apakah keputusan ini diambil atas dasar urgensi dan kebutuhan nyata
ataukah sebagai hasil dari keputusan yang terburu-buru dan tanpa konsultasi yang memadai
dengan komisariat.
Konflik Senior HMI lingkup UII dan Konflik HMI Cabang Jogja
Dalam kondisi yang carut-marut di Musyawarah Komisariat (Muskom) HMI UII, sepertinya
kita telah membuka "kotak Pandora." Istilah "kotak Pandora" diambil dari mitologi Yunani,
merujuk pada sebuah guci yang berisi segala macam keburukan di dunia. Konflik yang terjadi
melibatkan sejarah panjang dan ketegangan antar senior, serta manipulasi dalam pemilihan
ketua cabang, menciptakan atmosfer organisasi yang kelihatan sangat haus akan jabatan.
Potensi dampak negatifnya pada kelangsungan organisasi HMI, khususnya di lingkup UII,
sangat besar.
Dalam trade of record yang terakhir, pembentukan Komisariat Koordinator (Korkom) kurang
menjadi wadah yang efektif bagi komisariat-komisariat. Konflik di antara senior HMI UII
muncul karena kurangnya kesepahaman dalam mengelola Korkom secara optimal, sementara
kontribusi Korkom HMI UII terlihat minim dalam menjembatani komisariat di bawah
naungannya. Permasalahan ini diperparah oleh perebutan jabatan Korkom yang seringkali
tidak sehat dan bahkan acap kali menyerang personal, bahkan kadang-kadang menyerang
personal tanpa fokus pada ide-ide konstruktif.
Lebih lanjut, Musyawarah Komisariat (Muskom) juga menjadi panggung untuk tarik-menarik
kepentingan, yang sekaligus merupakan hasil turunan dari konflik kepentingan dalam
pemilihan ketua cabang di Jogja. Dinamika persaingan yang tidak sehat terungkap dalam
proses tersebut, mencerminkan kondisi yang tidak kondusif di HMI Cabang Yogyakarta.
Keputusan kontroversial untuk menggugurkan secara sepihak salah satu paslon dalam
kontestasi pemilihan ketua HMI Cabang Yogyakarta, bersama dengan ketidakhadiran 11
komisariat dalam sidang pleno ke-4, sebagaimana dilaporkan oleh majalah Ushuliyah dalam
edisi 33 seputar pengaderan, menjadikan contoh yang kurang baik bagi kader-kader yang
akan atau sedang berproses di HMI.
Masa depan Pengkaderan HMI
Masa depan pengaderan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) menjadi titik krusial dalam
membangun kembali integritas dan keberlanjutan organisasi. Untuk meraih visi yang lebih
jelas dan tujuan yang terfokus, sejumlah langkah strategis dan perubahan mendasar perlu
diambil.
Pertama-tama, penting untuk menjadikan nilai-nilai integritas, transparansi, dan tanggung
jawab sebagai fondasi utama dalam pengelolaan organisasi. Hal ini akan membantu
membentuk budaya internal yang kuat, di mana setiap kader HMI di UII memahami bahwa
integritas dan tanggung jawab adalah prinsip yang tak bisa ditawar.
Selanjutnya, pengembangan program pelatihan dan pendidikan menjadi esensial. Kader HMI
UII harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengelola
organisasi dengan baik. Pelatihan tidak hanya terbatas pada aspek kepemimpinan, tetapi juga
melibatkan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Islam, kebijakan organisasi, dan
peraturan yang berlaku.
Adopsi pendekatan yang inklusif dan partisipatif juga menjadi kunci untuk solidaritas di
antara kader-kader HMI. Semua komisariat, termasuk yang memiliki sejarah konflik atau
ketidaksepakatan, perlu diajak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Pembentukan mekanisme dialog dan diskusi yang terbuka akan memungkinkan munculnya
solusi-solusi yang lebih holistik.
Selain itu, pengelolaan konflik internal perlu ditingkatkan. Pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik perlu diberikan ruang untuk berdialog secara konstruktif. Implementasi kebijakan
yang transparan dan adil dalam pemilihan jabatan, termasuk Korkom, juga perlu ditekankan
guna menghindari konflik-konflik yang tidak produktif.
Untuk membangun kembali kepercayaan kader dan memastikan integritas HMI UII, restorasi
internal perlu dijalankan secara menyeluruh. Ini melibatkan evaluasi struktur organisasi,
pembaruan prosedur, dan penerapan prinsip-prinsip . Menciptakan budaya organisasi yang
inklusif, transparan, dan berorientasi pada nilai-nilai positif akan menjadi landasan untuk
memastikan keberlanjutan dan keberhasilan jangka panjang HMI UII.

Anda mungkin juga menyukai