Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa hanya karena Rahmat-Nya
program peningkatan mutu dan keselamatan RSIJ Sukapura Kelapa Gadingdapat
tersusun.
Peningkatan mutu adalah program yang disusun secara objektif dan sistematik untuk
memantau dan menilai untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-
masalah yang terungkap.
Dalam penyusunan program peningkatan mutu dan keselamatan ini harus sesuai
standaryang ditetapkan.
Program ini dapat memicu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, sebagai kelanjutan untuk
mengukur hasil kinerja.Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat dikertahui
apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
Kami mengucapkan terima kepada Bapak/Ibu BPH dan direksi atas segala upaya, demi
tersusunnya program kerja peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSIJ Sukapura
Kelapa Gading.
Jakarta, Desember2021
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
2. LATAR BELAKANG........................................................................................................ 3
3. TUJUAN.......................................................................................................................... 4
A . Tujuan Umum ........................................................................................................4
B . Tujuan Khusus ........................................................................................................4
4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN..............................................................4
A . Kegiatan Pokok ......................................................................................................4
B . Rincian Kegiatan ....................................................................................................5
5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN.............................................................................8
6. SASARAN.......................................................................................................................8
7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN...........................................................................9
8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN ....................................13
9. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI............................................................14
10. PENUTUP....................................................................................................................16
PROGRAM
PELAYANAN KOMITE MEDIK RSIJ SUKAPURA
RSIJ SUKAPURA KELAPA GADING
TAHUN 2022
1. PENDAHULUAN
Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang
berkesinambungan dan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam
perkembangan masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak
hanya disorot dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan
pasien dan aspek pemberian pelayananannya, karena muara dari pelayanan rumah
sakit adalah pelayanan jasa.
Visi Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura yaitu rumah sakit bercitra islami pilihan
masyarakat.Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka pimpinan dan seluruh
pegawai rumah sakit bertekad untuk selalu melakukan perbaikan mutu dengan tetap
memperhatikan keinginan pelanggan dan keselamatan.Rencana strategis disusun
dalam upaya mencapai visi misi Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura, yang berarti ada
proses terus menerus demi memberikan yang terbaik sehingga selaras dengan misi nya
yaitu :
)١٨( َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍد َو اَّتُقوا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan".
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yangfasik".
QS. At-Taubah ayat 105
"Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan".(QS. 9:105)
2. LATAR BELAKANG
Rumah sakit diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi (high
risk), terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis
perubahannya. Salah satu pilar pelayanan medis adalah clinical governance, dengan unsur staf
medis yang dominan. Direktur rumah sakit bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi
di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Keberadaan staf medis dalam rumah sakit merupakan suatu keniscayaan karena kualitas
pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf medis dirumah sakit tersebut.
Yang lebih penting lagi kinerja staf medis akan sangat mempengaruhi keselamatan pasien di
rumah sakit. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
governance) yang baik untuk melindungi pasien. Hal ini sejalan dengan amanat peraturan
perundangundangan yang terkait dengan kesehatan dan perumahsakitan.
Sejalan dengan semangat profesionalisme seharusnya komite medik melakukan
pengendalian kompetensi dan perilaku para staf medis agar keselamatan pasien terjamin.
Pemahaman “self governance” seperti yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit dapat disalahartikan sebagai tindakan
pengelolaan (manajemen) rumah sakit. Apalagi bila struktur komite medik diletakkan sejajar
dengan kepala/direktur rumah sakit, maka dengan kekeliruan pemahaman “self governance”
di atas dapat terjadi kesimpangsiuran dalam pengelolaan pelayanan medis. Kondisi semacam
itu tentu tidak dapat dibiarkan dan harus diperbaiki.
Rumah sakit harus menerapkan model komite medik yang menjamin tata kelola klinis
(clinical governance) untuk melindungi pasien. Dalam model tersebut setiap staf medis
dikendalikan dengan mengatur kewenangan klinis nya (clinical privilege) untuk melakukan
pelayanan medis, hanya staf medis yang memenuhi syarat-syarat kompetensi dan perilaku
tertentu sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis. Pengaturan kewenangan klinis
tersebut dilakukan dengan mekanisme pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis
(entering to the profession), kewajiban memenuhi syarat-syarat kompetensi dan perilaku
tertentu untuk mempertahankan kewenangan klinis tersebut (maintaining professionalism),
dan pencabutan izin (expelling from the profession). Untuk melindungi keselamatan pasien,
komite medik di rumah sakit harus memiliki ketiga mekanisme diatas. Fungsi lain di luar ketiga
fungsi di atas dilaksanakan oleh kepala/direktur rumah sakit.
3. TUJUAN
Program Pelayanan Komite Medis dibuat untuk mengatur tata kelola klinik
yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan
terlindungi serta mengatur penyelenggaraan komite medis di rumah sakit dalam
rangka peningkatan profesionalisme satf medis.
Dengan demikian , tugas-tugas lain diluar tugas diatas yang terkait dengan
pelayanan medis bukanlah menjadi tugas komite medis, tetapi menjadi tugas direktus
rumah sakit dalam mengelola rumah sakit.
A. RINCIAN KEGIATAN
SUB KOMITE KREDENSIAL.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
a. Konsep Dasar
Setiap staf medis yang bekerja di rumah sakit adalah staf medis yang benar-
benar kompeten. Kompetensi ini meliputi 2 aspek yaitu kompetensi profesi
medis ( terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku profesi ) dan
kompetensi fisik dan mental.
Untuk menentukan kompetensi seorang staf medis maka dilakukan proses
kredensialing. Ada 2 alasan utama mengapa kredensialing dilakukan, yang
pertama banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang
mendapat sertifikat kompetensi dari kolegium, misalnya perkembangan ilmu;
faktor kedua adalah kesehatan fisik atau mental.
Setelah melalui proses kredensialing maka seorang staf medis akan
mendapatkan izin untuk melakukan serangkaian pelayanan medis yang dikenal
dengan istilah kewenangan klinis ( clinical privilege ).
3. Mekanisme
6. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia
7. Sub komite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad
hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang
disiplin, dan kompetensi yang bersangkutan.
8. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :
- Kompetensi
Kognitif
Afektif
Psikomotor
- Kompetensi fisik.
9. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik
- Pendidikan
- Perizinan (lisensi)
- Kualifikasi personal :
1. Tujuan
Menjaga mutu profesi medis semua staf medis yang bekerja di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
d. Memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui
upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan, maupun
evaluasi kinerja profesi yang terfokus
3. Konsep
Audit medis tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya kesalahan
seorang staf medis dalam satu kasus. Dalam hal terdapat laporan kejadian
dengan dugaan kelalaian seorang staf medis , mekamisme yang digunakan
adalah mekanisme disiplin profesi, bukannya mekanisme audit medis.
Audit medis dilakukan degan mengedepankan respek terhadap semua staf
medis ( no blaming culture ), dengan cara tidak menyebutkan nama ( no naming
), dan tidak mempermalukan ( no shaming ).
Audit medis yang dilakukan rumah sakit adalah kegiatan evaluasi profesi
secara sistemik yang melibatkan mitra bestari yang terdiri dari kegiatan peer-
review, surveillance, dan asesmen terhadap pelayan medik di rumah sakit.
Secara umum , pelaksanaan audit medis harus dapat memenuhi 4 peran
penting, yaitu :
• Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi
masing- masing staf medis pemberi pelayanan di rumah sakit
• Sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis sesuai kompetesi
yang dimiliki
• Sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan pencabutan
atau penangguhan kewenangan klinis
• Sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis seorang staf medik.
(1) Sub Komite mutu profesi menentukan pertemuan – pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing – masing kelompok staf medis dengan
pengaturan – pengaturan waktu yang disesuaikan.
a. Pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus tersebut antara
lain meliputi kasus tersebut antara lain meliputi kasus kematian (death case),
kasus sulit, maupun kasus langka.
b. Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai notulensi, kesimpulan dan
daftar hadir
c. peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin profesi
1. Tujuan.
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medis di rumah sakit dibentuk
dengan tujuan :
2. Konsep
a. Setiap staf medis dalam melaksanakan asuhan medis di rumah sakit harus
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme kedokteran kinerja professional
yang baik, sehingga dapat memperlihatkan kinerja profesi yang baik. Dengan
kinerja professional yang baik tersebut pasien akan memperoleh asuhan
medis yang aman dan efektif.
b. Upaya peningkatan profesionalisme staf medis dilakukan dengan
melaksanakan program pembinaan profesionalisme kedokteran dan upaya
pendisiplinan berperilaku professional staf medis di lingkungan rumah sakit.
g. Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku professional staf medis antara
lain:
3. Keanggotaan
Sub Komite Etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang
– kurangnya 3(tiga) orang staf medis yang memiliki surat penugasan klinis
(clinical
appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin profesi sekurang –
kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan
bertanggungjawab kepada ketua komite medis.
4. Mekanisme Kerja.
Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran
disiplin profesi oleh seorang staf medis adalah hal hal yang menyangkut, ataran lain.
3. Pelanggaran obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran di rumah sakit
4. Ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumah sakit yang dapat
membahayakan pasien
8. Pemeriksaan
f. Seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi bersifar tertutup
dn pengambilan keputusannya bersift rahasia.
9. Keputusan.
a. Keputusan panel yang dibentuk oleh subkomite etika dan disiplin profesi
diambil berdasarkan suara terbanyak, untuk menentukan ada atau tidak
pelanggaran disiplin profesi kedokteran di rumah sakit.
b. Bilamana terlapor merasa keberatan dengan keputusan panel, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan keberatannya dengan memberikan bukti baru
kepada subkomite etika dan disiplin yang kemudian akan membentuk panel baru.
Keputusan ini bersifat final dan dilaporkan kepada direksi rumah sakit melalui
komite medis.
10. Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional.
14. Staf medis dapat meminta pertimbangan keputusan etis pada suatu kasus pengobatan
di rumah sakit melalui kelompok profesinya kepada komite medis. Subkomite
etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus dengan
mengikutsertakan pihak – pihak terkait yang kompeten untuk memberikan
pertimbangan pengambilan keputusan etis tersebut.
2. SASARAN
Mutu komite medik dapat dilihat dari hasil kinerja staf medis yang
mengutamakan keselamatan pasien. Indikator mutu untuk komite medis RS Islam Jakarta
Sukapura adalah :
a. Angka KTD yang diakibatkan oleh staf medis
Mengetahui,
Disahkan Oleh :