Anda di halaman 1dari 16

POLICY BRIEF

ANALISIS KEMISKINAN HALMAHERA TIMUR

TAHUN 2023
Catatan Kunci: Policy brief ini merupakan
ringkasan dari Kajian Kemiskinan
• Jumlah penduduk
miskin Kabupaten Kabupaten Halmahera Timur, yang
Halmahera Timur mencerminkan potret kemiskinan
menunjukkan tren
menurun pada Tahun daerah. Kajian menggunakan
2023 (12.807 jiwa) jika metode diagnosis dokumen dan
dibandingkan dengan
Tahun 2022 (13.520 implementasi program dalam tata
jiwa). Jumlah penduduk kebijakan pemerintahan daerah
miskin ekstrim
Halmahera Timur di serta Strategi Penanggulangan
Tahun 2023 tercatat Kemiskinan Daerah (SPKD)
sebanyak 2, 637 jiwa.
sebagai arus-utama RPJPD,
• Persentase penduduk RPJMD, yang dijabarkan ke dalam
miskin Tahun 2022
RKPD yang menjadi pedoman
sebesar 14,03 dan Tahun
2023 menurun menjadi dalam penyusunan Renstra OPD,
13,07 persen. Persentase
serta dilaksanakan melalui Renja
penduduk miskin ekstrim
Halmahera Timur di OPD 2021-2023. Pembahasan
Tahun 2023 tercatat
kemiskinan dalam policy brief ini
sebesar 2,69 persen.
fokus pada bagaimana kolaborasi
• Pencapaian ini patut
kebijakan antar Pemerintah dan
diapresiasi sebagai hasil
kerja Pemerintah Daerah Privat sector serta para pihak
dan seluruh pihak dalam
diperlukan untuk mengeliminasi
penurunan kemiskinan.
Agar penghapusan kemiskinan tersebut.
kemiskinan semakin
mendekati target,
pemerintah perlu Potret Kemiskinan Kabupaten
menetapkan sejumlah Halmahera Timur
kebijakan dan strategi
penghapusan kemiskinan Tingkat kemiskinan di Halmahera
dengan melibatkan Timur pada tahun 2021 ialah
seluruh stake holders di
daerah. sebesar 15.17 persen, turun

1
menjadi 14.03 persen pada tahun 2022, dan 13.07 persen di tahun
2023 (Dinas Sosial, 2023). Menilik sebaran kemiskinan antar
daerah kecamatan, maka angka kemiskinan ini lebih rendah
dibanding capaian rata-rata nasional (9.54%). Kendati demikian
angka kemiskinan beberapa kecamatan lebih tinggi dari angka
kemiskinan Maluku Utara (6.23%). Meskipun telah berada pada
rentang target penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera
dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu 6-7 persen, namun kemiskinan
Halmahera Timur masih menjadi tantangan luar biasa jika
dikorelasikan dengan milestone pencapaian tujuan 1 pembangunan
berkelanjutan (SDGs), yakni tidak ada kemiskinan di tahun 2030.
Melihat capaian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa
kerja keras Pemerintah Halmahera Timur dalam menanggulangi
kemiskinan melalui berbagai program pro-masyarakat miskin telah
membuahkan hasil yang positif. Kendati demikian, belum bisa
dikatakan maksimal, karena disparitas antar wilayah kecamatan
dan desa masih menjadi tantangan yang memerlukan perhatian
khusus. Meskipun tren kemiskinan memperlihatkan kecenderungan
terjadi penurunan dari dua digit mengarah menjadi satu digit, namun
demikian, capaian tersebut menghadapi 4 (empat) tantangan
penanggulangan kemiskinan yakni, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, inovasi dan the last mile problem pengentasan
kemiskinan. Dalam rangka mengatasi tantangan tersebut,
kolaborasi antar stakeholder secara berkelanjutan (multiyears)
menjadi penting terutama karena kemiskinan di Halmahera Timur
bersifat multidimensi melibatkan berbagai permasalahan seperti
masalah ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, serta inovasi.

2
Target Pencapaian Angka Kemiskinan
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-
2024, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi akan terus
meningkat hingga mencapai angka 6,1% di tahun 2024. Angka
pertumbuhan tersebut merupakan angka pertumbuhan proyeksi
dengan skenario moderat. Pada tahun 2020, ekonomi ditargetkan
tumbuh sebesar 5,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian
pertumbuhan ekonomi 2019. Apabila skenario pertumbuhan
ekonomi ini tercapai, maka upaya penurunan angka kemiskinan ke
angka 6.5%, akan lebih mudah. Sementara itu, Provinsi Maluku
Utara menetapkan target pencapaian angka kemiskinan Tahun
2024, sebesar 4,38 persen.
Di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2021-2025, Pendapatan daerah diproyeksikan
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.19 persen
setiap tahunnya, dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 13,26
persen selama periode Tahun 2021-2025. Hal ini sejalan dengan
adanya kebijakan pemerintah daerah terhadap investasi sektor
pertambangan di Wilayah Halmahera Timur. Pendapatan Transfer
Antar Daerah diproyeksikan meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan setiap tahun sebesar 1,82 persen selama periode
Tahun 2021-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut mendorong
pemerintah daerah untuk menurunkan angka kemiskinan ke angka
10 % pada tahun 2024.

3
Sebaran dan Disparitas Kemiskinan Antar Wilayah Kecamatan

Terdapat kecamatan yang telah berhasil menurunkan angka


persentase penduduk miskin, sementara itu ada pula yang belum.
Dari 10 (sepuluh) kecamatan di Halmahera Timur, masih terdapat 3
(tiga) kecamatan yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi dan
diatas rata-rata Maluku Utara (6.20 persen) yaitu Wasile Selatan
(7.84 persen), Wasile Timur (6.82 persen), dan Maba Utara (6.53
persen). Adapun 2 (dua) kecamatan dengan tingkat kemiskinan di
atas 4.00 persen yakni Maba Selatan (4.07 persen), dan Maba
Tengah (4.04 persen). Terdapat 5 (lima) kecamatan dengan tingkat
kemiskinan di bawah 4 persen, yaitu Kota Maba (2.74 persen),
Maba (3.34 persen), Wasile (3.39 persen), Wasile Tengah (3.76
persen) dan Wasile Utara (3.30 persen).

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin pada Sepuluh


Kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur.
Penduduk Miskin Penduduk Miskin
Kecamatan
(Jumlah) (%)
Kota Maba 2.687 4,07%
Maba 3.277 3,34%
Maba Selatan 3.985 4,07%
Maba Tengah 3.955 4,04%
Maba Utara 6.401 6,53%
Wasile 3.323 3,39%
Wasile Selatan 7.683 7,84%
Wasile Tengah 3.685 3,76%
Wasile Timur 6.683 6,82%
Wasile Utara 3.231 3,30%

Permasalahan Kemiskinan

Intervensi kebijakan dan program penghapusan kemiskinan harus


berakar dari permasalahan aktual yang dihasilkan dari diagnosa
kemiskinan dalam konteks sosial, ekonomi dan konteks

4
kewilayahan. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam penghapusan
kemiskinan yang memerlukan perhatian khusus antara lain ialah: 1)
kebijakan yang masih timpang (alokasi anggaran belum
proporsional antar wilayah, juga proporsi antar besaran anggaran
dan persoalan yang diintervensi) dan 2) metode penanggulanan
kemiskinan yang belum terintegrasi antar instansi, stake holders
daerah serta adanya kecenderungan terjadinya tumpang-tindih
program dan sasaran kegiatan antar OPD.
Sumbangan terbesar terhadap masalah kemiskinan di Halmahera
Timur berasal dari 2 (dua) aspek utama, yaitu; 1) kontribusi sektor
pertanian yang melibatkan sekitar 72% petani miskin. Sekitar 40 %
penduduk Halmahera Timur berusaha pada sektor pertanian. 2)
Angka pengangguran yang mencapai 34% dari 85% penerima
bantuan sosial. Sampai tahun 2022, angka pengangguran terbuka
Halmahera Timur mencapai 7%, terdistribusi menurut tingkat
pendidikan yaitu, SLTA 61.02%, SLTP 31,30%, Perguruan Tinggi
sebesar 7,67%.

Gambar 1. Distribusi Penerima Bantuan Sosial Berdasarkan


Profesi, di Kabupaten Halmahera Timur, Tahun 2022.

5
Kelompok miskin umumnya relevan dengan pendidikan, keahlian,
sumberdaya sebagai sumber mata pencaharian. Masyarakat miskin
didominasi oleh 3 (tiga) sektor pekerjaan yaitu pertanian,
pengangguran, dan wirausaha, yang justru menjadi bagian dari
sektor basis perekonomian. Beberapa sektor basis perekonomian
dapat diterapkan melalui inovasi dan diversifikasi yaitu sektor
pertanian, perikanan, industri pengolahan dalam bentuk translasi
produk. Hilirisasi dengan pendekatan inovatif dipandang sebagai
pendorong utama dalam memfasilitasi perubahan produksi maupun
diversifikasi perekonomian. Selain itu, proses digitalisasi dan
peningkatan infrastruktur (termasuk broadband) sangat penting
untuk mendorong pertumbuhan sektor basis, disamping
memastikan pelayanan dasar (perumahan, pendidikan, kesehatan)
untuk meningkatkan kualitas hidup, sekaligus sebagai upaya
menarik para pebisnis didukung oleh penerapan strategi yang
terintegrasi lintas sectoral sesuai dengan kebutuhan usaha.
Peluang terkait dengan aktivitas inovasi dan diversifikasi pertanian
serta model rantai pasok yang lebih sederhana membutuhkan
dukungan politik serius yang menempatkan pelaku pertanian untuk
memasok makanan berkualitas, seperti beras, minyak goreng,
daging, telur, dan ikan, dalam suatu kerangka hukum yakni kontrak
kerja antar para pihak dalam jangka pendek, ditindaklanjuti dengan
sertifikasi produk pangan (lokal) dalam skema nasional, guna
menciptakan momentum positif untuk mendorong pertanian ke arah
hilirisasi dalam jangka menengah dan industrialisasi dalam jangka
panjang.

6
Strategi Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Halmahera
Timur

Kontributor terbesar kemiskinan daerah Halmahera Timur berasal


dari pengangguran dan sektor pertanian. Permasalahan
pengangguran relevan dengan pendidikan, keahlian, keterampilan
tenaga kerja dan kemampuan inovasi angkatan kerja. Terkait
tenaga kerja, hasil analisis memperlihatkan bahwa rata-rata
proporsi pengangguran terbesar merupakan tamatan wajib belajar
9 tahun sampai 12 tahun. Sementara itu, permasalahan pada sektor
pertanian adalah lemahnya akses terhadap informasi teknologi,
kurangnya inovasi pelaku pertanian dalam merespon dinamika
pasar, dan model penguatan kolaborasi antar pelaku pertanian
guna meningkatkan produktivitas usaha. Mengacu pada konteks
tersebut, pemerintah perlu membuat policy dengan menetapkan
suatu orde/pola melibatkan seluruh stake holders, termasuk private
sector yang memiliki kemampuan dalam pendampingan
meningkatkan skill secara praktis sesuai kebutuhan masyarakat
dan industri. Strategi pengentasan kemiskinan dirumuskan ke
dalam tiga tahapan pelaksanaan secara berjenjang yaitu, 1).
Jangka Pendek; 2) Jangka Menengah, dan 3) Jangka Panjang.
Strategi tersebut disesuaikan dengan kapasitas para pelaku sektor
ekonomi yang akan didampingi, kemampuan keuangan daerah, dan
tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan/jenjang
pendampingan.

Pemerintah Daerah Halmahera Timur dapat menyediakan insentive


kepada private sector yang menyediakan pendampingan, atau
bekerja sama dengan perusahaan (para pihak) di Halmahera Timur.

7
Pendamping harus mampu mentransfer bukan saja keahlian,
melainkan juga etika, dan budaya kerja. Secara keseluruhan
gambaran usulan intervensi program pengentasan kemiskinan
melalui membangkitkan sektor potensial di Halmahera Timur tersaji
pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.

1. TAHAP KESATU atau TAHAP INSIASI atau pendampingan


awal untuk TUJUAN JANGKA PENDEK (satu tahunan). Proses
input disini merupakan kegiatan pendampingan perorangan di
dalam suatu kelompok untuk mendapatkan transfer keahlian,
etika, dan budaya kerja. Pada tahap inisiasi difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah Halmahera Timur dalam bentuk fasilitasi
program kerja sama daerah dengan private sector, dimana
hasil yang dicapai dari pendampingan tersebut adalah uplifting
anggota dan kelompok. Pada kerja sama para pihak,
Pemerintah menunjuk/menggunakan suatu lembaga
pendamping yang akan bekerja membina pelaku usaha sampai
menghasilkan produk sesuai potensi kelompok dengan
memperhatikan permintaan pasar. Output pada tahap inisiasi
adalah keahlian anggota dan kelompok menghasilkan produk
berorientasi pasar. Skema selengkapnya disajikan pada
Tabel2.

Terkait dengan upaya penghapusan kemiskinan, maka program


intervensi jangka pendek guna penghapusan kemiskinan yang perlu
dilaksanakan dalam bentuk kebijakan Pemerintah Halmahera
Timur, yaitu:

1. Perumusan penanggulangan kemiskinan daerah ke dalam


Dokumen Perencanaan Daerah secara terintegrasi antar OPD

8
dan fokus terhadap desa-desa kantong kemiskinan (Desa
Geltoli dan Desa Dodoga).

2. Meningkatkan Akses Sanitasi Layak dan Air Bersih.

3. Sinkronisasi Anggaran Dana Desa dengan prioritas kegiatan


pemberdayaan masyarakat miskin di desa-desa dengan
indikator tingkat kemiskinan tinggi yaitu kecamatan Wasile
Selatan, Wasile, dan Wasile Timur.

4. Peningkatan jumlah bantuan sosial yang tepat sasaran


berbasis pada data yang kuat.

5. Meningkatkan kegiatan padat karya melibatkan kelompok


miskin, dan menyediakan jaring pengaman sosial yang kuat
dan efektif.

6. Membangun kemandirian pangan berbasis pada komoditas


unggulan lokal seperti beras Subaim, dan minyak kelapa
olahan kualitas yang memenuhi ketentuan SNI atau ISO.

9
Tabel 2. Matriks Program Intervensi Jangka Pendek Tahap Inisiasi Pendampingan Pengelolaan Sektor Potensial Melalui
Pendampingan Masyarakat Miskin Pelaku Usaha di Kabupaten Halmahera Timur

Satuan Ukuran

Data Dasar
Target
Disag- Frekuensi
Kegiatan Tingkatan Indikator Nama Indikator Defenisi
regasi Evaluasi
2024 2025

GOAL: Peningkatan status ekonomi dan kemandirian anggota dan organisasi kelompok yang berwawasan lingkungan

OBJECTIVE : Meningkatkan produktifitas organisasi dan anggota kelompok pelaku usaha (Pertanian/IKM)

Outcome 1.1:
Kapasitas kelompok Kemampuan kelompok
pendampingan meningkat dalam menjalankan
Outcome 1.2: fungsi2 manaje-men
Kelompok Industri Kecil organisasi meningkat
Menengah berkembang
Output 1.1:
Kemampuan teknis dan 1.Terdapat minimal satu
I. Pendampingan Jumlah unit usaha yang dikelola
manajerial kelompok unit usaha produktif
peningkatan skill, kelompok (Setiap Kecamatan)
bertambah, baik secara yang bisa berkembang
etika, dan budaya kerja Jumlah Pengurus kelompok yang unit
kelembagaan ma-upun pada setiap kelompok. kelompok tahunan 2 7
serta kapasitas bagi mampu menjalankan standar usaha
individual. 2. Pengurus kelompok
anggota kelompok manajemen administrasi &
Output 1.2: Tersedianya mampu menjalankan
II. Bantuan keuangan organisasi
fasilitas produksi dan standar manajemen
sarana/kelengkapan
produk kelompok adminsitrasi dan
penata-usahaan
keuangan organisasi
organisasi dan produk Output 1.3 Terdapat
kontrak bisnis antar 3. Ada kepastian pasar Jumlah kelompok yang dapat
yang diproduksi
pelaku usaha dalam
kelompok perusahaan penerima melakukan kerjasama dengan unit kelompok tahunan 2 7
produk dengan pelaku bentuk kontrak kerja pihak perusahaan/pasar
usaha (Petani/IKM)

10
2. TAHAP KEDUA adalah TAHAP TRANSLASI PRODUK yaitu
downstream industrialization atau TAHAP JANGKA
MENENGAH (lima tahunan). Tahap ini merupakan
metamorfosa dari tahap Inisiasi. Guna mencapai tahap ini
maka pendamping dan pelaku usaha perlu memahami
tahapan-tahapan produksi sebuah produk dari hulu/extractive
ke hilir/creative, dimana setiap translasi hilirisasi akan
menambah nilai produk dengan menguasai tahapan-tahapan.
Pada tahap ini, produk pelaku usaha telah berkembang
mengalami translasi yang telah melalui analisa secara
ekonomi dengan menerapkan model ekonomi pasar. Pelaku
ekonomi telah memiliki kemitraan tetap dengan pasar
termasuk private sector baik secara regional dan bila
memungkinkan secara nasional. Pada jangka menengah,
Pemerintah Daerah Halmahera Timur dapat mendesain suatu
bentuk pendidikan vokasi dimana pola pengajaran vokasi
diubah dari akademik oriented menjadi job training.
Penentuan orientasi sekolah vokasi harus dibangun melalui
suatu assessment yang diperluas melibatkan segenap rakyat
miskin dan pelaku ekonomi yang didampingi. Selain itu,
Pemerintah Halmahera Timur perlu menentukan produk
utama yang paling banyak membawa manfaat social ekonomi
ke masyarakat terutama masyarakat miskin. Matrik program
intervensi pada tahap translasi selengkapnya disajikan pada
Tabel 3.

11
Tabel 3. Matriks Program Intervensi Jangka Menengah Translasi
Produk Pelaku Usaha termasuk IKM Halmahera Timur.
Kemitraan Hubungan Segmentasi
Activitas Utama Value Preposition
Utama Pelanggan Pelanggan
– Produk hilir – Interaksi di
(creative value), media social
– Produk antara, – Hubungan
Keahlian – Perusaha
– Produk olahan langsung
vokasional an
lainnya tatap muka
berupa: daerah
– Workshop produk – Diskon
– Pemasaran dan – Produk hasil – Event lainnya – Perusaha
– Private
promosi olahan an
sector untuk
Resources Utama pertanian Channel swasta
Program
berorientasi – Wisataw
Vokasi Para pelaku
pasar – Penjualan an
usaha/Tenaga kerja
– Pasar langsung domestic
yaitu:
– Agrowisata dan (took, /mancan
– Petani
sektor IKM medsos) egara
– Pelaku IKM
terkait – Pasar
– Pelaku agrowisata – Media
– Tempat produksi – Workshop promosi/ikla
produk dan n lainnya
Cost Structure edukasi Revenue Stream
– Biaya marketing – Bentuk inovasi – Penjualan produk
– Biaya produksi lainnya olahan
– Biaya operasional produksi – Penjualan segar
dan agrowisata – Penjualan jasa

Rekomendasi intervensi kebijakan Pemerintah Daerah untuk


jangka menengah adalah:

1. Penguatan pendampingan dan penyuluhan usaha pertanian


di wilayah desa kantong kemiskinan yaitu di Kecamatan
Wasile Selatan, Wasile, dan Wasiel Timur.
2. Peningkatan kemudahan akses terhadap pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan bantuan modal usaha dari pihak
perbankan dan program CSR dari perusahaan tambang.
3. Memastikan pertumbuhan agro-eko-maritim melalui kontrak
dengan pelaku pertanian, pariwisata, dan perikanan.
4. Hilirisasi sektor unggulan
5. Penguatan pelibatan Perusahaan Daerah dalam menopang

12
kegiatan penjualan dan pemasaran hasil produksi petani.

3. TAHAP KE TIGA atau TAHAP JANGKA PANJANG (dua


puluh tahunan) yaitu TAHAP INDUSTRIALISASI yang
didukung oleh manufactur. Tahap ini dikerjakan setelah atau
hampir bersamaan dengan tahap inisiasi/hilirisasi. Program
intervensi jangka panjang diharapkan berada pada fase
industri yang diperkuat dengan manufaktur daerah sehingga
membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dari penciptaan lini
pekerjaan di sektor hilir. Industri dibangun berfokus pada
potensi unggulan daerah dan keahlian masyarakat sehingga
nilai tambah dapat berupa perluasan lapangan pekerjaan dan
manfaat pada masyarakat miskin maupun pelaku usaha
daerah. Guna mewujudkan tahap ke tiga maka Akses
terhadap sumber daya keuangan diperlukan untuk
mengimbangi biaya mobilitas tenaga kerja dan untuk
menyediakan modal usaha. Sementara itu jejaring sosial
dapat difungsikan untuk memediasi akses terhadap informasi
tentang peluang kerja, pelatihan teknis dan kejuruan serta
layanan pendukung lainnya. Untuk konteks tersebut,
Pemerintah Halmahera Timur menetapkan OPD yang akan
mengelola kemitraan dan kegiatan pendampingan dimaksud.
Peran OPD memediasi pelaku usaha dan private sektor
penyedia layanan pendampingan juga berdampak pada hasil
yang dapat dicapai oleh keluarga dimaksud. Skematik
program intervensi jangka panjang disajikan pada Gambar 2.

13
M

CAPA A
Konteks S Kebijakan PRODUK Outcome /
Inovasi dan Pasar & Akses Strategi
INDUSTRI Income
Manufaktur

P
berbasis
knoweldge
Asset dan
Manfaat

Gambar 2. Matriks Program Intervensi Jangka Panjang Industri


dan Manufaktur Kabupaten Halmahera Timur

Percepatan industri dapat didorong daerah melalui 1) jalur


kapasitas inovasi dimana ekosistem inovasi harus lebih produktif. 2)
Jalur edukasi untuk menciptakan Skill Man Power, melalui
akselerasi pendidikan berbasis ketrampilan. Kualifikasi tenaga kerja
memiliki nilai jual yang tinggi ke industri sehingga mampu
menciptakan kekuatan ekonomi daerah. Perekonomian merupakan
tempat masuknya berbagai sumber daya seperti modal, tenaga,
teknologi, lahan, dan lain-lain, di dalam suatu mekanisme pasar.
Persoalan kemiskinan perlu diatasi melalui mekanisme pasar
sehingga setiap pelaku usaha mampu menghasilkan pendapatan
secara inklusif dengan mengajak seluruh private sektor bermitra
dengan pemerintah dan masyarakat. Pada tahap ini, kontribusi
industri harus mampu memberikan manfaat terbesar kepada
masyarakat miskin dan pelaku ekonomi daerah.

Rekomendasi intervensi kebijakan Pemerintah Daerah untuk


jangka panjang adalah:

14
1. Menyediakan infrastruktur pendorong munculnya
kewirausahaan berbasis teknologi melalui system kemitraan.

2. Menciptakan lapangan kerja berkualitas dan menurunkan


proporsi pekerja sektor informal

3. Terkait konektivitas, dalam jangka pendek pemerintah daerah


Kabupaten Halmahera Timur dapat mengembangkan jalur
alternatif yang dapat menghubungkan antar wilayah pemasok
dengan wilayah pasar yaitu Ekor – Kobe dan Maba – Sagea.

4. Mengembangkan IKM/UKM menjadi mata rantai bagian dari


mata rantai pasok bisnis korporasi yang secara structural diatur
dalam regulasi.

Rencana intervensi jangka panjang adalah menggunakan kerangka


berkelanjutan yang bersifat analitis, memungkinkan adanya
keterkaitan antara berbagai bentuk modal yang dapat diakses oleh
keluarga miskin (manusia, fisik, keuangan, alam dan sosial) dengan
memperhatikan strategi mata pencaharian keluarga tersebut.
Sebagai contoh, tingkat sumber daya manusia, seperti
keterampilan, kualifikasi dan pendidikan, sangat mempengaruhi
peluang yang dapat diakses oleh anggota keluarga miskin. Potensi
alam dan modal fisik, seperti lahan subur dan sistem irigasi,
merupakan aset penting bagi pelaku yang bergerak di bidang
pertanian, sektor perikanan, peternakan, agrowisata, dan industri
pengolahan hasil.

15

Anda mungkin juga menyukai