Policy Brief Kemiskinan Haltim
Policy Brief Kemiskinan Haltim
TAHUN 2023
Catatan Kunci: Policy brief ini merupakan
ringkasan dari Kajian Kemiskinan
• Jumlah penduduk
miskin Kabupaten Kabupaten Halmahera Timur, yang
Halmahera Timur mencerminkan potret kemiskinan
menunjukkan tren
menurun pada Tahun daerah. Kajian menggunakan
2023 (12.807 jiwa) jika metode diagnosis dokumen dan
dibandingkan dengan
Tahun 2022 (13.520 implementasi program dalam tata
jiwa). Jumlah penduduk kebijakan pemerintahan daerah
miskin ekstrim
Halmahera Timur di serta Strategi Penanggulangan
Tahun 2023 tercatat Kemiskinan Daerah (SPKD)
sebanyak 2, 637 jiwa.
sebagai arus-utama RPJPD,
• Persentase penduduk RPJMD, yang dijabarkan ke dalam
miskin Tahun 2022
RKPD yang menjadi pedoman
sebesar 14,03 dan Tahun
2023 menurun menjadi dalam penyusunan Renstra OPD,
13,07 persen. Persentase
serta dilaksanakan melalui Renja
penduduk miskin ekstrim
Halmahera Timur di OPD 2021-2023. Pembahasan
Tahun 2023 tercatat
kemiskinan dalam policy brief ini
sebesar 2,69 persen.
fokus pada bagaimana kolaborasi
• Pencapaian ini patut
kebijakan antar Pemerintah dan
diapresiasi sebagai hasil
kerja Pemerintah Daerah Privat sector serta para pihak
dan seluruh pihak dalam
diperlukan untuk mengeliminasi
penurunan kemiskinan.
Agar penghapusan kemiskinan tersebut.
kemiskinan semakin
mendekati target,
pemerintah perlu Potret Kemiskinan Kabupaten
menetapkan sejumlah Halmahera Timur
kebijakan dan strategi
penghapusan kemiskinan Tingkat kemiskinan di Halmahera
dengan melibatkan Timur pada tahun 2021 ialah
seluruh stake holders di
daerah. sebesar 15.17 persen, turun
1
menjadi 14.03 persen pada tahun 2022, dan 13.07 persen di tahun
2023 (Dinas Sosial, 2023). Menilik sebaran kemiskinan antar
daerah kecamatan, maka angka kemiskinan ini lebih rendah
dibanding capaian rata-rata nasional (9.54%). Kendati demikian
angka kemiskinan beberapa kecamatan lebih tinggi dari angka
kemiskinan Maluku Utara (6.23%). Meskipun telah berada pada
rentang target penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera
dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu 6-7 persen, namun kemiskinan
Halmahera Timur masih menjadi tantangan luar biasa jika
dikorelasikan dengan milestone pencapaian tujuan 1 pembangunan
berkelanjutan (SDGs), yakni tidak ada kemiskinan di tahun 2030.
Melihat capaian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa
kerja keras Pemerintah Halmahera Timur dalam menanggulangi
kemiskinan melalui berbagai program pro-masyarakat miskin telah
membuahkan hasil yang positif. Kendati demikian, belum bisa
dikatakan maksimal, karena disparitas antar wilayah kecamatan
dan desa masih menjadi tantangan yang memerlukan perhatian
khusus. Meskipun tren kemiskinan memperlihatkan kecenderungan
terjadi penurunan dari dua digit mengarah menjadi satu digit, namun
demikian, capaian tersebut menghadapi 4 (empat) tantangan
penanggulangan kemiskinan yakni, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, inovasi dan the last mile problem pengentasan
kemiskinan. Dalam rangka mengatasi tantangan tersebut,
kolaborasi antar stakeholder secara berkelanjutan (multiyears)
menjadi penting terutama karena kemiskinan di Halmahera Timur
bersifat multidimensi melibatkan berbagai permasalahan seperti
masalah ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, serta inovasi.
2
Target Pencapaian Angka Kemiskinan
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-
2024, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi akan terus
meningkat hingga mencapai angka 6,1% di tahun 2024. Angka
pertumbuhan tersebut merupakan angka pertumbuhan proyeksi
dengan skenario moderat. Pada tahun 2020, ekonomi ditargetkan
tumbuh sebesar 5,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian
pertumbuhan ekonomi 2019. Apabila skenario pertumbuhan
ekonomi ini tercapai, maka upaya penurunan angka kemiskinan ke
angka 6.5%, akan lebih mudah. Sementara itu, Provinsi Maluku
Utara menetapkan target pencapaian angka kemiskinan Tahun
2024, sebesar 4,38 persen.
Di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2021-2025, Pendapatan daerah diproyeksikan
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.19 persen
setiap tahunnya, dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 13,26
persen selama periode Tahun 2021-2025. Hal ini sejalan dengan
adanya kebijakan pemerintah daerah terhadap investasi sektor
pertambangan di Wilayah Halmahera Timur. Pendapatan Transfer
Antar Daerah diproyeksikan meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan setiap tahun sebesar 1,82 persen selama periode
Tahun 2021-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut mendorong
pemerintah daerah untuk menurunkan angka kemiskinan ke angka
10 % pada tahun 2024.
3
Sebaran dan Disparitas Kemiskinan Antar Wilayah Kecamatan
Permasalahan Kemiskinan
4
kewilayahan. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam penghapusan
kemiskinan yang memerlukan perhatian khusus antara lain ialah: 1)
kebijakan yang masih timpang (alokasi anggaran belum
proporsional antar wilayah, juga proporsi antar besaran anggaran
dan persoalan yang diintervensi) dan 2) metode penanggulanan
kemiskinan yang belum terintegrasi antar instansi, stake holders
daerah serta adanya kecenderungan terjadinya tumpang-tindih
program dan sasaran kegiatan antar OPD.
Sumbangan terbesar terhadap masalah kemiskinan di Halmahera
Timur berasal dari 2 (dua) aspek utama, yaitu; 1) kontribusi sektor
pertanian yang melibatkan sekitar 72% petani miskin. Sekitar 40 %
penduduk Halmahera Timur berusaha pada sektor pertanian. 2)
Angka pengangguran yang mencapai 34% dari 85% penerima
bantuan sosial. Sampai tahun 2022, angka pengangguran terbuka
Halmahera Timur mencapai 7%, terdistribusi menurut tingkat
pendidikan yaitu, SLTA 61.02%, SLTP 31,30%, Perguruan Tinggi
sebesar 7,67%.
5
Kelompok miskin umumnya relevan dengan pendidikan, keahlian,
sumberdaya sebagai sumber mata pencaharian. Masyarakat miskin
didominasi oleh 3 (tiga) sektor pekerjaan yaitu pertanian,
pengangguran, dan wirausaha, yang justru menjadi bagian dari
sektor basis perekonomian. Beberapa sektor basis perekonomian
dapat diterapkan melalui inovasi dan diversifikasi yaitu sektor
pertanian, perikanan, industri pengolahan dalam bentuk translasi
produk. Hilirisasi dengan pendekatan inovatif dipandang sebagai
pendorong utama dalam memfasilitasi perubahan produksi maupun
diversifikasi perekonomian. Selain itu, proses digitalisasi dan
peningkatan infrastruktur (termasuk broadband) sangat penting
untuk mendorong pertumbuhan sektor basis, disamping
memastikan pelayanan dasar (perumahan, pendidikan, kesehatan)
untuk meningkatkan kualitas hidup, sekaligus sebagai upaya
menarik para pebisnis didukung oleh penerapan strategi yang
terintegrasi lintas sectoral sesuai dengan kebutuhan usaha.
Peluang terkait dengan aktivitas inovasi dan diversifikasi pertanian
serta model rantai pasok yang lebih sederhana membutuhkan
dukungan politik serius yang menempatkan pelaku pertanian untuk
memasok makanan berkualitas, seperti beras, minyak goreng,
daging, telur, dan ikan, dalam suatu kerangka hukum yakni kontrak
kerja antar para pihak dalam jangka pendek, ditindaklanjuti dengan
sertifikasi produk pangan (lokal) dalam skema nasional, guna
menciptakan momentum positif untuk mendorong pertanian ke arah
hilirisasi dalam jangka menengah dan industrialisasi dalam jangka
panjang.
6
Strategi Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Halmahera
Timur
7
Pendamping harus mampu mentransfer bukan saja keahlian,
melainkan juga etika, dan budaya kerja. Secara keseluruhan
gambaran usulan intervensi program pengentasan kemiskinan
melalui membangkitkan sektor potensial di Halmahera Timur tersaji
pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.
8
dan fokus terhadap desa-desa kantong kemiskinan (Desa
Geltoli dan Desa Dodoga).
9
Tabel 2. Matriks Program Intervensi Jangka Pendek Tahap Inisiasi Pendampingan Pengelolaan Sektor Potensial Melalui
Pendampingan Masyarakat Miskin Pelaku Usaha di Kabupaten Halmahera Timur
Satuan Ukuran
Data Dasar
Target
Disag- Frekuensi
Kegiatan Tingkatan Indikator Nama Indikator Defenisi
regasi Evaluasi
2024 2025
GOAL: Peningkatan status ekonomi dan kemandirian anggota dan organisasi kelompok yang berwawasan lingkungan
OBJECTIVE : Meningkatkan produktifitas organisasi dan anggota kelompok pelaku usaha (Pertanian/IKM)
Outcome 1.1:
Kapasitas kelompok Kemampuan kelompok
pendampingan meningkat dalam menjalankan
Outcome 1.2: fungsi2 manaje-men
Kelompok Industri Kecil organisasi meningkat
Menengah berkembang
Output 1.1:
Kemampuan teknis dan 1.Terdapat minimal satu
I. Pendampingan Jumlah unit usaha yang dikelola
manajerial kelompok unit usaha produktif
peningkatan skill, kelompok (Setiap Kecamatan)
bertambah, baik secara yang bisa berkembang
etika, dan budaya kerja Jumlah Pengurus kelompok yang unit
kelembagaan ma-upun pada setiap kelompok. kelompok tahunan 2 7
serta kapasitas bagi mampu menjalankan standar usaha
individual. 2. Pengurus kelompok
anggota kelompok manajemen administrasi &
Output 1.2: Tersedianya mampu menjalankan
II. Bantuan keuangan organisasi
fasilitas produksi dan standar manajemen
sarana/kelengkapan
produk kelompok adminsitrasi dan
penata-usahaan
keuangan organisasi
organisasi dan produk Output 1.3 Terdapat
kontrak bisnis antar 3. Ada kepastian pasar Jumlah kelompok yang dapat
yang diproduksi
pelaku usaha dalam
kelompok perusahaan penerima melakukan kerjasama dengan unit kelompok tahunan 2 7
produk dengan pelaku bentuk kontrak kerja pihak perusahaan/pasar
usaha (Petani/IKM)
10
2. TAHAP KEDUA adalah TAHAP TRANSLASI PRODUK yaitu
downstream industrialization atau TAHAP JANGKA
MENENGAH (lima tahunan). Tahap ini merupakan
metamorfosa dari tahap Inisiasi. Guna mencapai tahap ini
maka pendamping dan pelaku usaha perlu memahami
tahapan-tahapan produksi sebuah produk dari hulu/extractive
ke hilir/creative, dimana setiap translasi hilirisasi akan
menambah nilai produk dengan menguasai tahapan-tahapan.
Pada tahap ini, produk pelaku usaha telah berkembang
mengalami translasi yang telah melalui analisa secara
ekonomi dengan menerapkan model ekonomi pasar. Pelaku
ekonomi telah memiliki kemitraan tetap dengan pasar
termasuk private sector baik secara regional dan bila
memungkinkan secara nasional. Pada jangka menengah,
Pemerintah Daerah Halmahera Timur dapat mendesain suatu
bentuk pendidikan vokasi dimana pola pengajaran vokasi
diubah dari akademik oriented menjadi job training.
Penentuan orientasi sekolah vokasi harus dibangun melalui
suatu assessment yang diperluas melibatkan segenap rakyat
miskin dan pelaku ekonomi yang didampingi. Selain itu,
Pemerintah Halmahera Timur perlu menentukan produk
utama yang paling banyak membawa manfaat social ekonomi
ke masyarakat terutama masyarakat miskin. Matrik program
intervensi pada tahap translasi selengkapnya disajikan pada
Tabel 3.
11
Tabel 3. Matriks Program Intervensi Jangka Menengah Translasi
Produk Pelaku Usaha termasuk IKM Halmahera Timur.
Kemitraan Hubungan Segmentasi
Activitas Utama Value Preposition
Utama Pelanggan Pelanggan
– Produk hilir – Interaksi di
(creative value), media social
– Produk antara, – Hubungan
Keahlian – Perusaha
– Produk olahan langsung
vokasional an
lainnya tatap muka
berupa: daerah
– Workshop produk – Diskon
– Pemasaran dan – Produk hasil – Event lainnya – Perusaha
– Private
promosi olahan an
sector untuk
Resources Utama pertanian Channel swasta
Program
berorientasi – Wisataw
Vokasi Para pelaku
pasar – Penjualan an
usaha/Tenaga kerja
– Pasar langsung domestic
yaitu:
– Agrowisata dan (took, /mancan
– Petani
sektor IKM medsos) egara
– Pelaku IKM
terkait – Pasar
– Pelaku agrowisata – Media
– Tempat produksi – Workshop promosi/ikla
produk dan n lainnya
Cost Structure edukasi Revenue Stream
– Biaya marketing – Bentuk inovasi – Penjualan produk
– Biaya produksi lainnya olahan
– Biaya operasional produksi – Penjualan segar
dan agrowisata – Penjualan jasa
12
kegiatan penjualan dan pemasaran hasil produksi petani.
13
M
CAPA A
Konteks S Kebijakan PRODUK Outcome /
Inovasi dan Pasar & Akses Strategi
INDUSTRI Income
Manufaktur
P
berbasis
knoweldge
Asset dan
Manfaat
14
1. Menyediakan infrastruktur pendorong munculnya
kewirausahaan berbasis teknologi melalui system kemitraan.
15