Kajian Kemiskinan Di Kabupaten Halmahera Timur - 2023 - Laporan Antara
Kajian Kemiskinan Di Kabupaten Halmahera Timur - 2023 - Laporan Antara
LAPORAN ANTARA
KAJIAN KEMISKINAN DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
Kerjasama
Maba, 2023
(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur i
Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur
TIM KAJIAN
Ketua
Dr. Irfan Zam Zam, M.Si.
Anggota
Prof. Dr. Abdul Wahab, M.Si
Dr. Ir. Suryati Tjokrodiningrat., M.Si.
Dr. Chaerul Iman, M.Si
Dr. Rima Melati, SP. M.P
.
Advisor
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah –
(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur
Kepala Bidang Sosial BP4D Kabupaten Halmahera Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas perkenan-
Nya sehingga “Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur” dapat
diselesaikan dengan baik.
Kajian ini merupakan wujud partisipasi aktif Badan Perencanaan
Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Halmahera Timur
dalam mendukung pembangunan daerah melalui penyediaan data dan informasi
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.84 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilm Pengetahuan dan Teknologi
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyelenggaran Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah.
Tujuan dari kajian ini ialah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi
kemiskinan dan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat miskin serta pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur. Hasil kajian ini
diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam menyusun kebijakan bagi Pemerintah
Daerah dan pemangku kepentingan untuk upaya penanggulangan kemiskinan di
Halmahera Timur.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada
Universitas Khairun yang telah melaksanakan kegiatan ini. Terimakasih juga
disampaikan kepada instansi dan institusi terkait, seluruh responden serta semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.
Semoga hasil kajian ini bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara,
khususnya semua pihak yang terkait langsung dengan kegiatan ini. Tiada gading yang
tak retak, untuk itu saran yang konstruktif sangat kami harapkan guna penyempurnaan
hasil kajian ini.
Tim Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ----------------------------------------------------------------------------- i
Tim Kajian --------------------------------------------------------------------------------- ii
Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------- iii
Ucapan Terima Kasih --------------------------------------------------------------------- iv
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Tabel -------------------------------------------------------------------------------- vi
Daftar Gambar ----------------------------------------------------------------------------- vii
Daftar Kotak-------------------------------------------------------------------------------- x
Daftar Singkatan --------------------------------------------------------------------------- xi
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- 1
1.1 Dasar Pemikiran ------------------------------------------------------------- 1
1.2 Tujuan dan Sasaran --------------------------------------------------------- 5
1.3 Luaran dan Manfaa --------------------------------------------------------- 6
1.4 Ruang Lingkup -------------------------------------------------------------- 6
1.5 Pendekatan dan Metode ---------------------------------------------------- 8
1.6 Sistematika Penulisan ------------------------------------------------------ 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Kelompok, jenis, dan sumber data kajian pelaksanaan program
penaggulangan kemiskinan ------------------------------------------------ 8
Tabel 2.2. Jumlah (000) dan persentase (%) penduduk miskin menurut
kabupaten/ kota di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2016 – 2021 15
Tabel 2.6. Persentase balita yang telah diimunisasi menurut jenis imunisasi
pada kabupaten/kota di Halmahera Timur, tahun 2021---------------- 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.15. Prevalensi status gizi balita (%) Maluku Utara dan Nasional,
tahun 2020 dan 2021 ---------------------------------------------------- 32
Gambar 2.16. Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup menurut
kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2021-------- 33
Gambar 2.18. Persentase rumah tangga miskin yang menggunakan air bersih dan
jamban menurut kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur,
tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 34
Gambar 2.20. Status kerja penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, tahun 2021 ------------ 37
Gambar 3.8. Capaian setiap goals SDGs tahun 2016– 2020 ---------------------- 61
Gambar 3.10. Peta jumlah rumah tangga penerima bantuan sosial menurut
kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 ---------- 63
Gambar 4.8. Kedudukan SPKD dalam tata kebijakan pemerintah daerah -------- 79
DAFTAR KOTAK
Halaman
Kotak 2.4 Pencapaian Maluku Utara pada Tujuan 4, 5, dan 7 MDGs ----------- 35
Kotak 3.1 Siapa orang miskin itu, dimana mereka berada, dan bagaimana
dinamika kehidupan mereka ----------------------------------------------- 42
DAFTAR SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
Maluku Utara pada tahun 2020-2022 mencapai 6.78–6.89 persen. Oleh karean itu,
Indonesia sebagai salah satu negara penandatangan komitmen SDGs, mematok
penurunan angka kemiskinan sebesar 7.00 persen pada tahun 2024 dan menghapus
kemiskinan ekstrim tahun yang sama.
Adapun angka kemiskinan kota tahun 2023 sebesar 7.29 persen dan kemiskinan desa
12.22 persen. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh signifikan terhadap
kondisi kemiskinan disuatu daerah. Kendati demikian pengaruh tersebut dapat berbeda
antar daerah menurut keadaan distribusi pendapatan, jumlah penduduk, dan sejumlah
hal penting yang menentukan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah
kemiskinan.
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Sasaran
1.3.2 Manfaat
Wilayah yang menjadi objek kajian ialah wilayah Kabupaten Halmahera Timur
yang meliputi 10 (sepuluh) kecamatan. Observasi lapang dan wawancara mendalam
dilaksanakan pada Kecamatan/desa terpilih secara purposive berdasarkan kondisi
sosio-ekologis berbeda dan tingkat keberhasilan berbeda dalam penanggulangan
kemiskinan.
Kegiatan kajian berlangsung selama 4 (empat) bulan, mulai bulan September sampai
dengan Desember 2023.
1.5.1 Pendekatan
Kajian ini ditempuh melalui dua sisi, yaitu telaah terhadap profil penduduk
miskin dan terhadap dokumen perencanaan daerah. Untuk mengeksplorasi kedua sisi
tersebut maka pendekatan yang digunakan ialah:
1. Fenomenologi, suatu pendekatan indepth dan holistik, mendudukkan objek
penelitian (penanggulangan kemiskinan) dalam suatu konstruksi terintegrasi.
Fenomena dapat berupa persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subjek
(pemangku kepentingan) tentang penanggulangan kemiskinan (kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, dan monev program).
2. Studi kasus, menelaah program-program penanggulangan kemiskinan untuk
mendapatkan gambaran lengkap dan terorganisir mengenai kondisi kemiskinan.
1.5.2 Metode
Data yang digunakan dalam studi ini ialah data primer dan sekunder.
Kelompok dan jenis data serta sumbernya disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Kelompok, jenis, dan sumber data kajian pelaksanaan program
penaggulangan kemiskinan
No. Kelompok Data Jenis Data Sumber Data
Data Sekunder
1. Kondisi Kemiskinan • Jumlah penduduk/keluarga BPS, BKKBN, KPKD
(DTPFM dan OTM), Buku
• Jumlah penduduk/keluarga miskin Monografi
• Kondisi perekonomian
• Mata pencaharian penduduk
2. Program • Program PK Inisiatif Lokal Pemda Kabupaten, Dinas
Penanggulangan Sosial,
Kemiskinan • Penurunan beban pengeluaran
masyarakat: Kantor Kecamatan, dan
Desa
– Bantuan sosial reguler, seperti
Program Keluarga Harapan dan OPD lainnya yang terkait
Kartu Sembako;
– Bantuan sosial khusus, seperti
Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa (BLT DD), Bantuan Sosial
Tunai, Bantuan Sosial Presiden,
Top Up bansos reguler;
– Pemberian Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan Nasional;
– Bantuan dan rehabilitasi sosial
bagi kelompok berkebutuhan
khusus seperti lanjut usia, anak,
dan penyandang disabilitas.
Peningkatan pendapatan
masyarakat:
– Peningkatan akses pekerjaan,
melalui program Padat karya,
bantuan individu/kelompok, serta
penyediaan sarana dan
prasarana.
– Peningkatan kapasitas sumber
daya manusia, melalui program
vokasi dan pelatihan.
– Peningkatan akses terhadap aset
produktif, akses pinjaman modal,
dan akses penggunaan lahan.
– Pendampingan dan penguatan
kewirausahaan, melalui
peningkatan akses pembiayaan
dan pasar serta pendampingan
dan penguatan kewirausahaan.
– Pengembangan dan penjaminan
keberlanjutan usaha ultra mikro
dan mikro.
Meminimalkan wilayah kantong
kemiskinan:
– Pemenuhan pelayanan dasar,
seperti peningkatan akses
layanan dan infrastruktur
Referensi untuk mendukung data yang telah terkumpul dan untuk keperluan
analisis.
Editing data berupa pengecekan atau pengkoreksian data primer dan sekunder
yang telah dikumpulkan melalui studi dokumentasi, wawancara, dan observasi.
Analisis data dilakukan sesuai jenis data (primer dan sekunder) dan kategori data
(kuantitatif dan kualitatif). Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan
nilai rata-rata, rentang, persentase, dan scoring. Sedangkan analisis kualitatif ialah
berupa uraian dan tafsiran terhadap data primer dan sekunder hasil studi dokumentasi,
wawancara, dan observasi.
Data hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel silang dan non-silang, grafik, peta,
atau bentuk lainnya, baik sebagai variabel tunggal maupun gabungan.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan kajian dan rekomendasi yang menekankan pada
pentingnya sinkronisasi dan konsistensi multipihak dalam penanggulangan
kemiskinan.
1.7 Tim Penyusun
Susunan Tim Kajian sebagai berikut
– Perencanaan Wilayah
– Pembangunan Ekonomi Kewilayahan
– Lingkungan dan Sumberdaya Alam
– Pertanian dan Lingkungan Hidup
– Tenaga Lapangan
1.8 Rencana Anggaran Biaya dan Sumber Anggaran
BAB II
CAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut kabupaten/kota di Kabupaten
Halmahera Timur
Kecamatan Luas Wilayah Proporsi (%) Jumlah Penduduk
(km2)
Maba Selatan 503,77 14,62 8.533
Kota Maba 952.91 6,67 9.634
Wasile Selatan 1.078.41 7,73 13.941
Wasile 253.39 10,01 11.009
Wasile Timur 431.05 17,17 12.040
Wasile Tengah 490.16 3,89 6.417
Wasile Utara 600.51 16,55 5.507
Maba 434.89 6,62 13.164
Maba Tengah 651.92 7,52 6.903
Maba Utara 1.118.73 9,22 8.967
Keterangan: *Luas darat. Sumber: BPS Kabupaten Halmahera Timur, 2022.
Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukkan
bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah,
baik oleh pemerintah pusat maupun daerah telah memberikan efek positif bagi
peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka.
Penurunan angka kemiskinan sejak 2015 – 2021 dapat dilihat pada Gambar 2.1.
15.50
14.97
15.00 14.58 14.53
14.50
13.82
14.00 13.62
13.48
13.30
Persen
13.50
13.00
12.50
12.00
2021 2020 2019 2018 2017 2016 2015
Tahun
Gambar 2.1. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2016
– 2021 (BPS Kabupaten Halmahera Timur, 2022).
Tabel 2.2. Jumlah (000) dan persentase (%) penduduk miskin menurut
kabupaten/kota di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2016 – 2021
Sumber: (BPS Kabupaten Halmahera Timur, 2017, 2018, 2019, 2020, 2021, 2022). Data diolah.
Bila merujuk pada target penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera
dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu 6-7 persen, maka 2 (dua) kecamatan telah
mencapai/berada pada rentang target tersebut yaitu Kota Maba, dan Kecamatan Maba.
Sedangkan Kecamatan Wasile Utara, dan Wasile hampir mencapai target, adapun 6
(enam) kecamatan lainnya masih memerlukan upaya percepatan penurunan yaitu
Wasile Selatan, Wasile Timur, Wasile Tengah, Maba Utara, dan Maba Tengah.
Tabel 2.3. Indeks kedalaman kemiskinan Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara,
tahun 2017 – 2021
Maluku Utara (Garis
Halmahera Timur Maluku Utara (P1)
Tahun Kemiskinan)
Garis Kemiskinan P1 Perkotaan Perdesaan Desa+Kota Perkotaan Perdesaan
2016 494,250.00 2.52 405,368.00 379,454.00 0.92 0.25 1.18
2017 509,730.00 4.07 413,797.00 390,914.00 0.81 0.57 0.91
2018 510,900.00 2.95 449,693.00 415,541.00 1.25 0.62 1.5
2019 545,240.00 1.93 484,064.00 436,033.00 1.08 0.25 1.41
2020 569,460.00 1.9 494,703.00 459,596.00 1.09 0.65 1.26
2021 600,340.00 2.62 533,231.00 494,997.00 0.94 0.97 0.94
Sumber: BPS, 2017; 2018; 2019; 2020; 2021. Data diolah.
Tabel 2.4. Indeks keparahan kemiskinan kabupaten Halmahera Timur dan Provinsi
Maluku Utara, tahun 2016 – 2021
Halmahera Timur Maluku Utara (P2)
Tahun
P2 Desa+Kota Perkotaan Perdesaan
2016 0.66 0.02 0.28 0.21
2017 1.51 0.15 0.11 0.17
2018 0.88 0.39 0.23 0.45
2019 0.34 0.30 0.03 0.41
2020 0.35 0.23 0.11 0.28
2021 0.68 0.20 0.28 0.17
Sumber: BPS, BPS, 2017; 2018; 2019; 2020; 2021. Data diolah.
1.6 P2
Desa+Kota
1.4 Perkotaan
Perdesaan
1.2
1
Persen
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
Gambar 2.4. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan dan perkotaan Provinsi
Maluku Utara tahun 2016 – 2021 (Dinas Sosial Halmahera Timur, 2022).
4.5 P1
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
4 Perkotaan
3.5 Perdesaan
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
Tantangan
17.5persen lainnya tersebar pada lapangan pekerjaan lainnya, sehingga upaya yang
dilakukan adalah terus berupaya untuk menurukan angka kemiskinan dengan
memperhatikan lapangan usaha tersebut.
Pendidikan
100
90
80
70
Persentasi APS
60
7-12 tahun
50
13-15 tahun
40
15-18 tahun
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan Total
Tahun 2021
Gambar 2.7. Persentase Angka Partsipasi Sekolah di Maluku Utara, tahun 2021
(Sumber data: Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Timur, 2022).
Peningkatan yang terjadi pada indikator APM jenjang SD/MI sebesar 93.97
persen di tahun 2020 masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional sebesar 94.76
persen. Tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh Maluku Utara saat ini harus
ditingkatkan untuk mencapai target nasional tahun 2024 sebesar 96.0 persen dan
Target SDGs tahun 2030 sebesar 100%.
100
90
80
70
Persentase APM
60
50 SD
40 SMP
30 SMA
20
10
0
Laki-laki Perempuan Total
Tahun 2021
Gambar 2.8 Angka partisipasi pendidikan kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022)
Selama periode 2017-2021, angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun
meningkat dari 98.63 persen menjadi 100 persen (BPS, 2012). Kondisi ini (100
persen) dicapai oleh seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara. Peningkatan
partisipasi pada jenjang pendidikan dasar telah mendorong peningkatan kemampuan
penduduk dalam membaca dan menulis. Disamping itu, meningkatnya proporsi siswa
SD/MI yang masuk sekolah atau menamatkan sekolah dasar juga turut berkontribusi
pada peningkatan persentase penduduk melek huruf.
18000
Kecenderungan tingginya angka penduduk tidak tamat jenjang sekolah dasar hampir
terjadi pada semua wilayah (> 40 persen), (Gambar 2.10).
Tantangan
Akses yang rendah terhadap pendidikan adalah salah satu dampak (indicators
outcome) dari kemiskinan. Pada sisi ini, faktor ekonomi merupakan penyebab utama
dari rendahnya partisipasi masyarakat (demand) dalam mengakses pendidikan. Tidak
sedikit anak-anak keluarga miskin terpaksa bekerja dan meninggalkan sekolah karena
alasan ekonomi. Pada sisi yang lain, penyediaan layanan pendidikan (supply) juga
turut berkontribusi pada capaian partisipasi pendidikan, seperti sarana-prasarana
pendidikan yang masih terbatas, kurikulum pendidikan yang kurang relevan, metode
belajar-mengajar yang belum optimal, dana operasional sekolah yang belum
sepenuhnya memadai, persyaratan kualifikasi akademik yang belum dipenuhi oleh
semua guru, dan distribusi guru yang belum merata untuk semua wilayah.
Kesehatan
100
90
80
Pertolongan Persalinan (%)
70
60
50
40
30
20
10
Maba Kota Wasile Wasile Wasile Wasile Maba Maba
Wasile Maba
Selatan Maba Selatan Timur Tengah Utara Tengah Utara
Pertolongan Kelahiran 92.13 93.09 74.37 85.82 74.71 74.35 85.82 90.42 83.91 73.29
Gambar 2.13. Persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menurut kecamatan di Halmahera Timur, tahun 2021 (Dinas Kesehatan, 2022).
2.5). Angka ini lebih rendah dibanding capaian rata-rata nasional pada tahun 2021
yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2022). Kondisi tersebut
memerlukan perhatian khusus, terlebih jika diharapkan pada pencapaian target SDGs
sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup, dan nasional 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Intervensi kesehatan dan gizi pada bayi sesudah lahir untuk mengurangi
angka kematian neonatal sangat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh kunjungan
neonatus 6-48 jam pertama (KN1) yang dilakukan, dimana Halmahera Timur berada
pada peringkat paling rendah (37.5 persen) dibanding seluruh provinsi di Indonesia
(41.2 – 96.2 persen) dan nasional sebesar 71.4 persen (Gambar 2.13).
sebesar 3.6 persen, 11.9 persen, dan 15.5 persen, maka masih diperlukan perhatian dan
kerja keras.
Gambar 2.14. Persentase bayi yang melakukan kunjungan neonatus 6 – 48 jam (KN1)
menurut provinsi, tahun 2020 (Dinas Kesehatan Provinsi Malut, 2021).
2 2 .8 2 3 .6 T a rg e t
M DG s 2 0 15
1 7 .9 1 8 .4 1 7 .9
1 6 .1
1 3 .0 1 3 .0 1 5 .5
1 1 .9
6 .7 5 .7 5 .4 4 .9
3 .6
22020
007 2010
2021 2007
2020 22021
010
Gambar 2.15. Prevalensi status gizi balita (%) Maluku Utara dan Nasional, tahun
2020dan 2021 (Profil Kesehatan Nasional dan Maluku Utara, 2022).
40.00 36.71
34.65
35.00 31.73
29.12 29.12 28.61
30.00 27.51 Malut, 28.51
24.37 24.05
25.00 23.29
22.06
Jwa
20.00
15.00
10.00
5.00
Nasional. 0.51
-
Halbar Halteng Kep. Halsel Halut Haltim Pulau Taliabu Kota Tikep Maluku
Sula Morotai Ternate Utara
Gambar 2.16. Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup menurut
kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2021 (Profil Kesehatan,
2022).
100
80
n
Persen
es 60
r
e
P 40
20
0
22016
005 22017
006 22018
007 22019
008 22020
009 22021
010
B CG 7 9 .6 1 7 8 .4 4 7 8 .1 2 8 2 .0 8 8 0 .1 7 7 7 .1 2
DPT 7 8 .1 9 7 8 .8 8 7 4 .8 3 7 8 .5 6 7 6 .7 6 7 5 .1 3
P o lio 8 2 .9 9 9 0 .8 5 8 1 .3 6 8 3 .3 1 8 0 .5 4 7 7 .4 5
C am p ak/m o r b ili 6 8 .1 4 7 5 .6 3 7 0 .6 6 7 2 .7 2 6 9 .4 8 7 0 .1 6
H e p atitis B 5 6 .4 0 7 1 .2 3 6 9 .3 0 7 4 .9 2 7 3 .7 9 7 1 .2 0
Gambar 2.17. Persentase balita yang telah diimunisasi di Maluku Utara menurut jenis
imunisasi, tahun 2016 – 2021 (Dinas Kesehatan Provinsi, 2017-2022).
Terdapat 3 (tiga) kabupaten dengan cakupan imunisasi lebih rendah dari rata-
rata provinsi yaitu Kepulauan Sula, Halmahera Selatan, dan Pulau Morotai (Tabel 2.7).
Khusus pada imunisasi campak, capaian Halmahera Timur (70.16 persen) masih lebih
rendah dari rata-rata nasional sebesar 74.50 persen pada tahun 2021.
Tabel 2.6. Persentase balita yang telah diimunisasi menurut jenis imunisasi pada
kabupaten/kota di Halmahera Timur, tahun 2021
Imunisasi (%)
Kabupaten/Kota
BCG DPT Polio Campak/Morbili Hepatitis B
Halmahera Barat 70.54 77.67 88.37 77.67 70.54
Halmahera Tengah 85.90 84.51 86.39 82.64 84.51
Kepulauan Sula 73.91 65.22 69.57 60.87 65.22
Halmahera Selatan 40.00 40.00 40.00 32.00 36.00
Halmahera Utara 88.47 84.70 84.70 53.88 73.17
Halmahera Timur 100.00 96.15 96.15 92.31 92.31
Pulau Morotai 52.97 52.97 61.52 74.35 35.87
Kota Ternate 96.59 89.78 89.78 89.78 89.78
Kota Tidore Kepulauan 100.00 100.00 100.00 94.60 100.00
MALUKU UTARA 77.12 75.13 77.45 70.16 71.20
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Malut, 2022.
Akses penduduk miskin terhadap sanitasi masih rendah. Hal ini tampak pada
akses rumah tangga miskin terhadap air bersih di Halmahera Timur mencapai 86.38
persen. Sedangkan di Kota Ternate yaitu 79.10 persen (Gambar 2.17).
100
90 Provinsi = 49.04 Provinsi = 29.83
80
70
60
Persen
50
40
30
20
10
0
Ternate Halbar Morotai Sula Halut Halsel Halteng Tikep Haltim
Gambar 2.18. Persentase rumah tangga miskin yang menggunakan air bersih dan
jamban menurut kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2021 (BPS,
Maluku Utara, 2022).
Ternate yaitu sebesar 91.67 persen, sedangkan terendah ialah di Pulau Morotai (3.81
persen).
Tantangan
Ketenagakerjaan
Wilayah pertanian tersebar diseluruh kecamatan, dengan wilayah padi sawah dan
hortikultura di Kecamatan Wasile, sedangkan wilayah nelayan tersebar di seluruh
bagian pesisir. Khusus pada beberapa kecamatan terdapat penduduk berprofesi
sebagai pekerja tambang.
76.64
60
50
40
30 22.72 20.8
17.09 17.24 16.39 16.21 17.02 17.09
20 14.95 12.14 12.81
11.44
10 10.41 1.36 3.50 1.64
6.83 0.83
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 2.19. Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas di Halmahera Timur
menurut status dan sektor kerja tahun 2016 – 2021 (BPS, 2017 - 2022).
100
80
60
Persen
40
20
0
Ternate Halbar Halteng Sula Halsel Morotai Tikep Halut Haltim
Sektor informal 92.73 90.91 88.24 86.61 84.43 78.00 77.70 73.48 65.18
Sektor formal 6.34 8.20 11.76 13.39 12.13 20.07 19.51 23.05 34.82
Gambar 2.20. Status kerja penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, tahun 2021 (BPS, 2022).
300
Wasile
250
Wasile Selatan
Wasile Tengah
200
Jumlah (KK)
Wasile Timur
12
10
8
Nasional = 7.14
Persen
6 Provinsi = 6.03
10.31 9.96
9.24
4 8.48
5.18
2 3.63 3.27 3.15
2.31
0
Ternate Halteng Sula Morotai Halut Tikep Halsel Haltim Halbar
Tantangan
Sektor usaha masyarakat masih dominan satu sektor. Sektor usaha yang
paling banyak menyerap tenaga kerja termasuk penduduk miskin ialah sektor pertanian
(perkebunan, tanaman pangan, perikanan, dan peternakan) dan memberikan
sumbangan terbesar pada PDRB Halmahera Timur sekaligus PDRB Maluku Utara.
Dominannya lapangan usaha masyarakat di bidang pertanian memberikan isyarat
bahwa apabila harga komoditi pertanian anjlok dan gangguan faktor lainnya terkait
sektor tersebut dapat menyebabkan rendahnya produktivitas yang pada gilirannya akan
berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Rendahnya gairah petani
dalam meningkatkan produksi sebagai akibat ketidakpastian jaminan pasar dan harga,
menjadi salah satu penyebab rentannya masyarakat terhadap lilitan kemiskinan.
Ketidakpastian jaminan harga dan pasar juga mengakibatkan petani tidak berani
memberikan input sarana produksi yang optimal ke dalam usahataninya (tidak berani
menanggung resiko), mengakibatkan produktivitas usahataninya menjadi rendah.
BAB III
KAJIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DI PROVINSI HALMAHERA TIMUR
Terdapat beberapa
“ukuran” untuk mendefenisikan
siapa saja yang tergolong miskin.
Negara-negara penandatangan
SDGs, termasuk Indonesia, Dimana mereka berada dan bagaimana
sepakat menggunakan ukuran dinamika kehidupan mereka ...?
Potensi SDA dan SDM adalah fondasi
orang miskin adalah yang pemberdayaan.
berpenghasilan di bawah 1.90
US Dollar/hari/kepala. Namun,
ukuran ini memiliki kelemahan ketika diterapkan di kawasan yang masih memiliki
sistem ekonomi subsisten atau sistem ekonomi campuran dengan perbedaan
penghasilan dan harga barang, misalnya antara kota dan desa. BPS (2022) mengukur
Bila merujuk pada patokan SDGs yaitu tanpa kemiskinan hingga waktu tahun
2030, maka Indonesia dengan persentase kemiskinan sebesar 9.54 persen pada tahun
2022, berarti pada 2024 angka tersebut selayaknya menurun menjadi 4.5 persen, atau
jika perhitungan dimulai tahun 2020 yang pada saat itu Indonesia dilanda dampak
covid-19 dan menyebabkan angka kemiskinan mencapai 10.19 persen, berarti pada
tahun 2025 angka kemiskinan harus bisa diturunkan menjadi 5.1 persen. Pemerintah
Indonesia kemudian menetapkan Target TPB untuk kemiskinan ekstrim tahun 2024
Indonesia ialah sebesar 0.00 persen.
Tingkat kemiskinan di Halmahera Timur pada tahun 2021 ialah sebesar 15.17
persen, tetapi apabila perhitungan didasarkan pada jumlah penerima bantuan social
maka jumlah tersebut turun menjadi 7.92 persen pada tahun 2022 (Dinas Sosial, 2022).
Tanpa menilik disparitas antar daerah kecamatan (atau antar desa dalam kecamatan),
angka kemiskinan ini lebih rendah dibanding capaian rata-rata nasional (9.54%), tetapi
lebih tinggi dari Maluku Utara (6.23%). Juga telah berada pada rentang target
penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu
6-7 persen, dan masih menjadi tantangan luar biasa jika merujuk pada Target SDGs
2030 yaitu sebesar 00.00 persen.
Melihat capaian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa upaya keras
pemerintah Halmahera Timur untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai
program pro-rakyat telah membuahkan hasil yang positif. Kendati demikian, belum
bisa dikatakan maksimal, karena disparitas antar wilayah kecamatan dan desa maupun
antar perdesaan dan perkotaan masih menjadi tantangan yang memerlukan perhatian
khusus (Gambar 3.1). Penyebabnya antara lain ialah: 1) kebijakan yang masih timpang
(alokasi anggaran belum proporsional antar wilayah, juga proporsi antar besaran
anggaran dan persoalan yang diintervensi) dan 2) metode penanggulanan kemiskinan
yang belum terintegrasi antar instansi yang cenderung mengarah pada terjadinya
tumpang-tindih program dan sasaran kegiatan antar OPD.
100 35
90
30
80
70 25
60 20
50
40 15
30 10
20
5
10
0 0
Halbar Halteng Kep.Sula Halsel Halut Haltim Morotai Taliabu Kota Kota Maluku
Ternate Tidore Utara
Jlh. Pddk Miskin (jiwa) 2020 Jlh. Pddk Miskin (jiwa) 2021
Persen Pddk Miskin 2020 Persen Pddk Miskin 2021
80
Indeks Ppembanguan Manusia (%)
70
60
50
40
30
20
10
Halbar Halteng Kep.Sula Halsel Halut Haltim Morotai Taliabu Kota Kota Maluku
Ternate Tidore Utara
2020 2021
cengkeh, dan kelapa, baik terhadap aspek budidaya maupun diversifikasi produk dan
pemasarannya. Terkait hal ini, kendala yang dihadapi antara lain ialah rendahnya
produktivitas yang tidak mencapai potensinya dan harga komoditi yang relatif belum
memberikan keuntungan yang proporsional kepada petani, serta hilirisasi dan
industrialisasi yang belum dikelola. Sebagai salah satu daerah penghasil rempah dan
kelapa terbesar di Indonesia dan dunia, secara khusus Halmahera Timur sebagai
penghasil beras dan tanaman pangan terbesar di Maluku Utara, perlu mendapat
dorongan pemerintah dalam bentuk kebijakan strategis untuk menjadikan sebagai
sumber plasma nutfah nasional dan global dan sebagai pintu ekspor pala Indonesia ke
manca negara.
109.25
109.00
108.65 108.53 108.46
107.81
107.27
108.1 106.91 106.86
107.81
107.38
107.14
105.73 106.92
105.47
106.66
106.01 106.22 106.2
106.31
105.39
104.66 104.88
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2022 2022
Gambar 3.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi Maluku Utara, bulan
Januari – Desember 2022 (BPS dan BPS Provinsi Maluku Utara, 2022).
Tabel 3.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara per sub-sektor,
bulan Januari – Desember 2022.
Bulan
Nilai Tukar Petani Perubahan (%)
Desember Januari
Gabungan 105.95 106.01 0.05
Gabungan Tanpa
105.73 105.94 0.20
Perikanan
Tanaman Pangan 98.23 97.73 (0.51)
Padi 104.47 104.47 -
Palawija 109.55 109.88 0.30
Hortikultura 98.20 94.30 (3.97)
Sayur-sayuran 111.58 105.19 (5.73)
Buah-buahan 100.62 100.83 0.20
Tanaman Obat 96.38 95.15 (1.27)
Bulan
Nilai Tukar Petani Perubahan (%)
Desember Januari
Tanaman Perkebunan 107.23 107.86 0.59
Tanaman Perkebunan
117.16 118.66 1.28
Rakyat
Peternakan 96.63 96.05 (0.60)
Ternak besar 106.06 106.08 0.02
Ternak kecil 109.23 109.36 0.11
Unggas 109.13 108.51 (0.57)
Hasil ternak 102.42 103.33 0.89
Perikanan 109.44 107.05 (2.19)
Perikanan Tangkap 109.49 107.09 (2.20)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2022.
14.00
Jumlah RT Penerima PKH
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-
Wasile Wasile Wasile Wasile Wasile Maba Kota Maba Maba Maba
Selatan Tengah Timur Utara Maba Selatan Utara Tengah
.
Kemiskinan dan sumberdaya alam adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang
dimana kemiskinan berseberangan dengan kelimpahan dari alam sekitar. Kondisi
Wasile Selatan, Wasile Tengah, Wasile Timur, Maba Selatan dan Maba Tengah relatif
lebih baik bagi sektor pertanian dibanding Kota Maba dengan ratio kebun terhadap
luas wilayah tertinggi berturut-turut. Sedangkan fasilitas infra struktur yang
dibutuhkan untuk pengembangan sektor pertanian, kebijakan yang berpihak pada
petani, dan pelaku pertanian, program-program hilirisasi dan industrialisasi untuk
mendorong pendapatan para petani. Untuk ratio pasar terhadap jumlah penduduk
terdapat di Kecamatan Wasile, Maba, dan perting terkoneksi dengan berbagai
perusahan terutama PSN yang berkembang di Halmahera Timur.
dimaksudkan agar tercapai keselarasan, koordinasi, dan sinergi antar pelaku upaya
penanggulangan kemiskinan, sehingga dapat menghasilkan efektivitas dan efisiensi di
dalam penanggulangan kemiskinan.
Berpijak pada pemikiran tersebut maka telaah terhadap profil penduduk miskin
dan dokumen SPKD kabupaten Halmahera Timur serta pengarus-utamaan dokumen
tersebut ke dalam dokumen-dokumen perencanaan lainnya menjadi fokus di dalam
kajian penanggulangan kemiskinan ini.
2500
2000
1500
1000
500
0
Jumlah Ibu bersalin yang ditolong
jumlah seluruh Ibu bersalin
tenaga kesehatan
2016 1244 2042
2017 1233 2333
2018 1445 2292
2019 1470 1519
2020 1643 1784
Gambar 3.6. Jumlah Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan, tahun 2016 - 2020
(Dinas Kesehatan, 2021).
Gambar 3.7. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
di Halmahera Timur sejak tahun 2016-2020 (Dinas Kesehatan, 2021).
masyarakat. Program bantuan beras untuk rakyat miskin, meskipun disukai oleh
masyarakat namun dianggap kurang sesuai dengan kultur masyarakat yang pola
makannya non-beras. Di Halmahera Timur, pada beberapa kecamatan pola makan
penduduk umumnya tidak tergantung beras sesuai kondisi pertaniannya. Sumber
karbohidrat penduduk diperoleh dari singkong, sagu, pisang dan lain-lain, dengan
demikian secara umum masyarakat tidak kesulitan memenuhi kebutuhan bahan
makanan pokok maupun ikan dan sayuran.
terhadap goals/tujuan-1,
Tujuan 1:
proporsinya mencapai rata-
Tanpa Kemiskinan
rata diatas 50 persen Tujuan 2:
Tanpa Kelaparan
terhadap total anggaran
Tujuan 3:
SDGs (Gambar 12), Kehidupan Sehat
mengindikasikan bahwa dan Sejahtera
Tujuan 4:
Pemerintah Daerah sangat Pendidikan Berkualitas
serius terhadap upaya Tujuan 5:
Kesetaraan Gender
penanggulangan Tujuan 6:
kemiskinan. Agar upaya Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak
Tujuan 7:
yang ditempuh oleh Energi Bersih dan Terjangkau
Tujuan 8:
pemerintah provinsi ini Pekerjaan Layakdan Pertumbuhan Ekonomi
mencapai luaran yang
maksimal, maka dibutuhkan
dukungan penuh dari pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya.
70
60
50
n 40
e
Persen
rs
e 30
P
20
10
0
2011
2016 2012
2017 2013
2018 2014
2019 2015
2020
GOALs 1 64.73 55.67 51.93 49.88 52.73
GOALs 2 2.35 8.42 7.33 6.95 6.39
GOALs 3 1.68 5.31 4.63 4.44 4.10
GOALs 4 2.85 2.83 3.48 3.64 3.46
GOALs 5 7.68 7.85 7.42 7.27 6.83
GOALs 6 7.10 5.57 4.81 4.54 4.14
GOALs 7 13.60 14.35 20.41 23.28 22.36
Gambar 3.8. Capaian setiap goals SDGs tahun 2016– 2020 (RAD SDGs Prov.
Maluku Utara, 2020-2024, diolah).
1) Potensi sumberdaya alam, ialah potensi alam yang bisa digunakan untuk menin-
gkatkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti
pertanian dalam arti luas, barang tambang, hutan, minyak bumi dan lain-lain.
Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian digeluti oleh penduduk miskin
mencapai sekitar 80%.
2) Sumberdaya manusia, dapat berupa kuantitas maupun kualitas angkatan kerja
(penduduk usia kerja yang ingin bekerja) di wilayah tersebut. Semakin banyak
angkatan kerja yang berpendidikan tinggi dan memiliki kompetensi kerja di suatu
wilayah maka semakin banyak juga potensi sumberdaya manusia yang dimiliki
wilayah tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa sekitar 48% dari seluruh
penduduk miskin di Halmahera Timur tamat sekolah dasar, 48% tamat SMP dan
sisanya tamat SMA ke atas.
3) Profil mata pencaharian/pekerjaan saat ini dan peluang pada mata pencaharain
alternatif. Hasil studi menunjukkan bahwa sekitar 80 persen dari penduduk
miskin di Halmahera Timur bekerja di sektor pertanian.
4) Dukungan infrastruktur wilayah, ialah keberadaan infrastruktur dalam
mendukung kegiatan ekonomi seperti jalan, jembatan, listrik dan lain-lain.
Infrastruktur jalan dan jembatan untuk memperlancar aksesibilitas kepada
peningkatan produksi dan keterjangkauan pasar masih terbatas terutama pada
wilayah-wilayah penduduk miskin perdesaan.
5) Modal sosial, sangat berperan dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin.
Modal sosial yang berakar pada berjalannya jejaring sosial akan membantu
percepatan proses pemberdayaan masyarakat maupun sebagai jaring pengaman
bagi penduduk miskin.
Untuk mendapatkan gambaran kondisi penduduk miskin, banyaknya orang
miskin dan potensi di suatu wilayah, diperlukan suatu pemetaan mengenai. Oleh
karena itu “Peta Kemiskinan, data Rumah Tangga Miskin, dan Potensi Pemberdayaan”
akan menghadirkan suatu gambaran yang utuh tentang potensi pemberdayaan
masyarakat miskin. Hal ini menjadi alasan bahwa strategi peningkatan kemandirian
masyarakat miskin antar satu wilayah dengan wilayah yang lain ialah ‘tidak homogen’
atau dengan kata lain perlu disesuaikan dengan karakteristik daerah tersebut dikaitkan
dengan jumlah rumah tangga miskin dan besarnya potensi wilayah. Sebagai contoh
kasus ialah pemberdayaan penduduk miskin, minimal dibutuhkan telaah terhadap:
- Luas wilayah: Kabupaten Halmahera Timur memiliki luas 14.202,02 km2, dengan
luas lautan mencapai 7.695,82 Km2 (54,15%) dan daratan seluas 6.506,19 km2.
(45,85%);
- Struktur perekonomian: didominasi sektor pertanian, terlihat dari angkatan kerja
yang terserap pada sektor ini yaitu sebesar 31.32 persen (Gambar 3.11) dengan
kontribusi pada PDRB mencapai 18.78 persen;
- Jumlah dan sebaran rumah tangga miskin (Gambar 3.12) dan rumah tangga
pertanian (Gambar 3.15);
Gambar 3.10. Peta jumlah rumah tangga penerima bantuan sosial menurut kecamatan
di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 (Sumber data: Dinas Sosial, 2022).
Gambar 3.11. Peta jumlah rumah tangga pertanian menurut kecamatan di Kabupaten
Halmahera Timur, tahun 2021 (Sumber data: Dinas Sosial, 2022).
Tantangan
18
16 Sangat Miskin
14 Miskin
Hampir Miskin
Persentase (%)
12
10
8
6
4
2
0
Halbar Halteng Sula Halsel Halut Haltim Morotai Ternate Tikep MALUT
Sangat Miskin 5.33 8.11 2.56 3.57 1.30 12.05 5.41 0.93 2.19 3.53
Miskin 7.97 16.45 6.42 5.94 6.52 7.25 5.18 3.60 4.88 6.26
Hampir Miskin 9.09 16.35 5.82 4.93 15.46 12.87 9.37 8.08 10.08 9.39
BAB IV
PETA MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI
Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan 10.83 5.57 Berkurang 7.92
nasional, menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 63.17 Meningkat 63.71 93.22
(%)
Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas 24.73 Menurun 51.05 23.27
keluarga terhadap total kesempatan kerja (%)
Prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi (%) 22.80 15.50 23.60 41,5
Angka Parsitipasi Murni (APM) Sekolah Dasar/MI (%) 94.06 100.00 92.65 96.15
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar (%) 96.71 100.00 45.90 97.90
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok 100.31 100.00 99.62 89.56
umur 15-24 tahun (%)
Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Provinsi (% 8.89 Meningkat 35.01 5.00
Angka Kematian Balita per 100 kelahiran hidup 74.00 32.00 22.60 30.00
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup 51.00 23.00 17.70 17.00
Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak (%) 85.50 Meningkat 88.24 64.22
Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup (%) 230.08 102.00 276.60 458.00
Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (%) 37.97 Meningkat 52.16 92.09
Keterangan:
KG = Prevalensi Kurang Gizi (%), GB = Prevalensi Gizi Buruk (%), GK = Prevalensi Gizi Kurang (%), IC =
Persenatse balita diimunisasi Campak (%), AKB = Angka Kematian Bayi (per 1000 kelahiran hidup), AKI = Angka
Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup), KDTK = Kelahiran terakhir ditolong tenaga kesehatan (%), AB =
Akses terhadap air bersih (%), JN = Akses terhadap jamban (%), IPM = Indeks Pembangunan Manusia.
Pada Tabel 4.1 dan 4.2 tampak bahwa pencapaian Kabupaten Halmahera
Timur suatu indikator tertentu sangat bervariasi, memberikan indikasi perbedaan
tingkat keberhasilan pembangunan antar wilayah. Pencapaian Halmahera Timur di
dalam menurunkan tingkat kemiskinan belum memberikan dampat positif terhadap
kesejahteraan masyarakat banyak. Pada bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan,
dan ketenaga kerjaan, beberapa aspek yang ‘melekat’ pada masyarakat miskin masih
memerlukan perhatian khusus dan kerja keras. Tantangan yang dihadapi adalah
disparitas antar wilayah kecamatan dan antar perkotaan dan perdesaan, yang
memerlukan penanganan spesifik sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.
100
98 Priorita
Priorita s II
96 s IV
94
APS SD
92 Priorita
s III
90 Priorita
sI
88
86
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
60 Priorita Priorita
s IV s II
50
Tidak Tamat SD
40
30
20
Priorita Priorita
s III sI
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
dari rumah tangga miskin, wilayah tersebut adalah Kecamatan Wasile Selatan,
Wasile Timur, dan Maba Utara (Gambar 4.3).
100
Priorit
90 as I
Imunisasi Campak/Morbili (%)
80 Priorit
as III
70
60
50
40
Priorita
30 s II
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
70
50
Priorit
as II
kesehatan
40 Priorit
as IV
30
20
Priorit Priorit
10 as III as I
0
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
60 Priorita Priorita
s III sI
Angka Kematian Bayi 50
40
30 Priorita
s II
20
Priorita
s IV
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
90
80
Priorit
70
Akses terhadap Air Bersih
as II
Priorit
60 as IV
50
40
Priorit Priorit
30
as III as I
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
100
90
80
Akses terhdap Jamban
Priorit
70 asII
Priorit
60 asIV
50
40
30
20
Priorit Priorit
10 asIII asI
0
0 5 10 15 20 25 30
Tingkat Kemiskinan
terjadi (disertai) percepatan laju pertumbuhan ekonomi (pro growth). Untuk itu
diperlukan intervensi program-program sebagai berikut:
6. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan nelayan adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan seperti pelabuhan, dermaga, jalan
raya, balai penelitian dan pengembangan pembenihan, listrik, air bersih, lokasi
pemukiman nelayan, cold storage, dan balai pelatihan.
b. Pengembangan ekonomi pesisir berbasis kawasan pengelolaan/pemanfaatan
yang terkoordinasi secara lintas sektoral, perlu memperhatikan regulasi yang
pro-poor/masyarakat dan nelayan lokal.
c. Mengembangkan aktivitas ekonomi di luarnya (off-farm), membangun
perbengkelan kapal, menyelenggarakan jasa transportasi, peningkatan
perdagangan komoditi perikanan hasil industri, pengembangan teknologi alat-
alat penangkapan, dan pembangunan pariwisata.
Intervensi dalam upaya mengatasi persoalan gizi buruk, AKB, dan AKI, selain
peningkatan pendapatan masyarakat miskin, adalah:
Strategi Kebijakan
Agar penanggulangan kemiskinan dapat berhasil guna secara optimal
dibutuhkan strategi untuk menjalanan kebijakan dan program, sebagai berikut:
Gambar 4.8. Kedudukan SPKD dalam tata kebijakan pemerintah daerah (alur
perenacanaan dan penganggaran daerah).
diarus-utamakan, dijabarkan. SPKD diarus-utamakan dalam
RPJPD dan RPJMD, dijabarkan dalam RKPD, dijadikan pedoman dalam
penyusunan Renstra SKPD, dan dijalankan melalui Renja SKPD.
11. Dari faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan ADD maka strategi yang
harus dilakukan ialah:
a. sosialisasi yang matang kepada masyarakat luas,
b. meningkatkan pengetahuan pelaksana (terutama aparat desa) dengan diklat,
c. mengutamakan partispasi masyarakat dalam pelaksanaan,
d. kejelasan kedudukan, tugas, dan fungsi LPMD,
e. perencanaan pembangunan desa yang terpadu dengan sistem perencanaan
Kabupaten.
Untuk hal tersebut, perlu dipikirkan inisiasi penyusunan RPJM-Desa dan APB-
Desa melalui maksimasi peran pemerintah desa dan masyarakatnya. Hal lainnya
ialah bagaimana mengintegrasikan ADD dengan PNPM atau program-program
lainnya yang diimplementasikan di desa sehingga desa tidak menjadi ajang
‘pertempuran’ pihak-pihak berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2022. Data dan informasi kemiskinan 2021, Kabupaten.
p.327.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Data dan informasi kemiskinan 2020, Kabupaten.
p.285.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Data dan informasi kemiskinan 2008, Kabupaten.
p.273.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Data dan informasi kemiskinan kabupaten/kota
2009, Buku 2: Kabupaten. p.234.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Data dan informasi kemiskinan kabupaten/kota
2010, Buku 2: Kabupaten. p.302.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. 2011. Statistik Saku Statistik
untuk Provinsi Maluku Utara. p.30.