Anda di halaman 1dari 93

Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

LAPORAN ANTARA
KAJIAN KEMISKINAN DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

Kerjasama

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Dan Pengembangan


Daerah - BP4D Kabupaten Halmahera Timur
dengan
Universitas Khairun

Maba, 2023
(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur i
Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

TIM KAJIAN

Ketua
Dr. Irfan Zam Zam, M.Si.

Anggota
Prof. Dr. Abdul Wahab, M.Si
Dr. Ir. Suryati Tjokrodiningrat., M.Si.
Dr. Chaerul Iman, M.Si
Dr. Rima Melati, SP. M.P
.

Advisor
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah –
(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur
Kepala Bidang Sosial BP4D Kabupaten Halmahera Timur

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur ii


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas perkenan-
Nya sehingga “Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur” dapat
diselesaikan dengan baik.
Kajian ini merupakan wujud partisipasi aktif Badan Perencanaan
Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Halmahera Timur
dalam mendukung pembangunan daerah melalui penyediaan data dan informasi
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.84 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilm Pengetahuan dan Teknologi
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyelenggaran Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah.
Tujuan dari kajian ini ialah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi
kemiskinan dan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat miskin serta pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur. Hasil kajian ini
diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam menyusun kebijakan bagi Pemerintah
Daerah dan pemangku kepentingan untuk upaya penanggulangan kemiskinan di
Halmahera Timur.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada
Universitas Khairun yang telah melaksanakan kegiatan ini. Terimakasih juga
disampaikan kepada instansi dan institusi terkait, seluruh responden serta semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.
Semoga hasil kajian ini bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara,
khususnya semua pihak yang terkait langsung dengan kegiatan ini. Tiada gading yang
tak retak, untuk itu saran yang konstruktif sangat kami harapkan guna penyempurnaan
hasil kajian ini.

Maba, November 2023

Badan Perencanaan Pembangunan


Penelitian dan Pengembangan Daerah –
(BP4D) Kabupaten Halmlahera Timur
Kepala,

Abdul Halim Djen Kipu, SP., M.Si


Pembina Tk.1 IV/b
Nip. 19770730 200312 1 006

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur iii


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

UCAPAN TERIMA KASIH

Sejak persiapan hingga pelaksanaan kegiatan, Tim Kajian menyadari


sepenuhnya bahwa tanpa bantuan berbagai pihak maka serangkaian kegiatan tersebut
tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Tim Peneliti menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D)
Kabupaten Halmlahera Timur yang telah menyediakan dana bagi pelaksanaan
kegiatan ini. Ucapan terima kasih yang sama juga disampaikan kepada pimpinan
Universitas Khairun atas segala dukungannnya, mulai dari penjajagan kerjasama
hingga pelaksanaan dan finalisasi laporan.
Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur, Instansi terkait,
masyarakat, dan lebih khusus kepada BP4D Halmahera Timur, baik dalam
kontribusinya sebagai instansi maupun partisipasi anggota masyarakatnya dalam
mendukung kegiatan, Tim Peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan LSM, atas
kontribusinya memberikan masukan-masukan terkait upaya penanggulangan
kemiskinan di Halmahera Timur.
Akhirnya, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa jualah tempatnya kita berserah
diri. Semoga kandungan laporan ini bermanfaat bagi kepentingan penanganan
kemiskinan sebagaimana yang diharapkan.

Ternate, Oktober 2023

Tim Peneliti,

Dr. Irfan Zamzam, SE., M.Sc., Ak., CA., CFA


Ketua

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur iv


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ----------------------------------------------------------------------------- i
Tim Kajian --------------------------------------------------------------------------------- ii
Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------- iii
Ucapan Terima Kasih --------------------------------------------------------------------- iv
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Tabel -------------------------------------------------------------------------------- vi
Daftar Gambar ----------------------------------------------------------------------------- vii
Daftar Kotak-------------------------------------------------------------------------------- x
Daftar Singkatan --------------------------------------------------------------------------- xi
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- 1
1.1 Dasar Pemikiran ------------------------------------------------------------- 1
1.2 Tujuan dan Sasaran --------------------------------------------------------- 5
1.3 Luaran dan Manfaa --------------------------------------------------------- 6
1.4 Ruang Lingkup -------------------------------------------------------------- 6
1.5 Pendekatan dan Metode ---------------------------------------------------- 8
1.6 Sistematika Penulisan ------------------------------------------------------ 12

BAB II CAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR ---------------------------- 14
2.1 Geografi dan Kependudukan ---------------------------------------------- 14
2.2 Orang Miskin ---------------------------------------------------------------- 22

BAB III KAJIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR --------------------------- 42
3.1 Batasan Kemiskinan -------------------------------------------------------- 42
3.2 Potret Kemiskinan----------------------------------------------------------- 44
3.3 Diagnosis Dokumen dan Implementasi Program ----------------------- 49
3.4 Potensi Pemberdayaan ------------------------------------------------------ 61

BAB IV PETA MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI -------------------- 67


4.1 Peta Masalah ----------------------------------------------------------------- 67
4.2 Usulan Intervensi ------------------------------------------------------------ 69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur v


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Kelompok, jenis, dan sumber data kajian pelaksanaan program
penaggulangan kemiskinan ------------------------------------------------ 8

Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut kabupaten/kota


di Kabupaten Halmahera Timur------------------------------------------- 14

Tabel 2.2. Jumlah (000) dan persentase (%) penduduk miskin menurut
kabupaten/ kota di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2016 – 2021 15

Tabel 2.3. Indeks kedalaman kemiskinan Halmahera Timur,


Provinsi Maluku Utara, Tahun 2017 – 2021 ---------------------------- 18

Tabel 2.4. Indeks keparahan kemiskinan kabupaten Halmahera Timur dan


Provinsi Maluku Utara, tahun 2016 – 2021 ----------------------------- 18

Tabel 2.5. Angka kematian ibu melahirkan menurut kabupaten/kota


di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2020 – 2021 --------------------- 31

Tabel 2.6. Persentase balita yang telah diimunisasi menurut jenis imunisasi
pada kabupaten/kota di Halmahera Timur, tahun 2021---------------- 34

Tabel 3.1. Indikator kemiskinan menurut kabupaten/kota


di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2016 – 2021 ------------------------- 44

Tabel 3.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara


per sub-sektor, bulan Januari – Desember 2022 ------------------------ 47

Tabel 3.3. Komoditas Andalan Lokal menurut kabupaten/kota


di Provinsi Maluku Utara -------------------------------------------------- 64

Tabel 4.1. Status pencapaian pembangunan di Kabupaten Halmahera Timur


berdasarkan indikator kemiskinan dan pendidikan, tahun 2016 ------ 67

Tabel 4.2. Status pencapaian pembangunan di Provinsi Maluku Utara


berdasarkan indikator kesehatan dan lingkungan hidup, tahun 2010 68

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur vi


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Halmahera Timur


tahun 2016 – 2021 ------------------------------------------------------- 15

Gambar 2.2. Persebaran penduduk miskin di Kabupaten Halmahera Timur,


tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 16

Gambar 2.3. Kesejahteraan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten


Halmahera Timur menurut program keluarga harapan,
tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 19

Gambar 2.4. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan dan perkotaan


Kabupaten Halmahera Timur tahun 2016 – 2021 ------------------- 19

Gambar 2.5. Indeks kedalaman kemiskinan di daerah perdesaan dan perkotaan


Halmahera Timur dan Provinsi Maluku Utara tahun 2016 – 2021 20

Gambar 2.6. Indeks keparahan kemiskinan di daerah perdesaan dan perkotaan


Halmahera Timur dan Provinsi Maluku Utara tahun 2016 – 2021 20

Gambar 2.7. Persentase Angka Partsipasi Sekolah di Maluku Utara,


tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 22

Gambar 2.8. Angka partisipasi pendidikan kabupaten Halmahera Timur,


tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 24

Gambar 2.9. Jumlah pekerja berdasarkan pendidikan yang ditamatkan


pada Halmahera Timur, tahun 2021 ---------------------------------- 26

Gambar 2.10. Persentase penduduk miskin di Halmahera Timur menurut


tingkat pendidikan yang ditamatkan, tahun 2016 – 2021 ---------- 27

Gambar 2.11. Persentase penduduk miskin menurut perkerjaan/lapangan usaha


yang pada kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur,
tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 27

Gambar 2.12. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan


di Halmahera Timur, tahun 2021 -------------------------------------- 30

Gambar 2.13. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan


di Halmahera Timur, tahun 2021 -------------------------------------- 30

Gambar 2.14. Persentase bayi yang melakukan kunjungan neonatus


6 – 48 jam (KN1) menurut provinsi, tahun 2020 ------------------- 32

Gambar 2.15. Prevalensi status gizi balita (%) Maluku Utara dan Nasional,
tahun 2020 dan 2021 ---------------------------------------------------- 32

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur vii


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 2.16. Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup menurut
kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2021-------- 33

Gambar 2.17. Persentase balita yang telah diimunisasi di Maluku Utara


menurut jenis imunisasi, tahun 2016 – 2021 ------------------------ 33

Gambar 2.18. Persentase rumah tangga miskin yang menggunakan air bersih dan
jamban menurut kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur,
tahun 2021 ---------------------------------------------------------------- 34

Gambar 2.19. Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas di Halmahera


Timur menurut status dan sektor kerja tahun 2016 – 2021 -------- 37

Gambar 2.20. Status kerja penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, tahun 2021 ------------ 37

Gambar 2.21. Mata pencaharian penduduk khusus pertanian menurut


kecamatan di Kabupaten Halamhera Timur, Tahun 2021 --------- 38

Gambar 2.22. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut kabupaten/kota


di Kabupaten Halmahera Timur, 2021 ------------------------------- 40

Gambar 3.1. Status kemiskinan menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku


Utara, tahun 2020-2021 ------------------------------------------------- 46

Gambar 3.2. Indeks Pembangunan Manusia menurut kabupaten/kota


di Provinsi Maluku Utara, tahun 2020-2021 ------------------------ 46

Gambar 3.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi Maluku Utara,


bulan Januari – Desember 2022 --------------------------------------- 47

Gambar 3.4. Rumah tangga peneriman PKH menurut kecamatana


di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 ------------------------ 49

Gambar 3.5. Diagram keterkaitan antara RPJM dengan rangkaian


dokumen perencanaan lainnya ----------------------------------------- 53

Gambar 3.6. Jumlah Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan,


tahun 2016 – 2020 ------------------------------------------------------- 56

Gambar 3.7. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan


gratis di Halmahera Timur sejak tahun 2016-2020 ----------------- 56

Gambar 3.8. Capaian setiap goals SDGs tahun 2016– 2020 ---------------------- 61

Gambar 3.9. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha


di Kabupaten Halmahera Timur --------------------------------------- 63

Gambar 3.10. Peta jumlah rumah tangga penerima bantuan sosial menurut
kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 ---------- 63

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur viii


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 3.11. Peta jumlah rumah tangga pertanian menurut kecamatan


di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 ------------------------ 64

Gambar 3.12. Persentase status kemiskinan penduduk


di Provinsi Maluku Utara, tahun 2018-------------------------------- 66

Gambar 4.1. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam penurunan


Angka Partisipasi Sekolah penduduk usia 7-15 tahun ------------- 69

Gambar 4.2. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 7-15 tahun ----------- 70

Gambar 4.3. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


cakupan imunisasi campak/morbili pada balita --------------------- 71

Gambar 4.4. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam


peningkatan pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan
pada ibu melahirkan ----------------------------------------------------- 72

Gambar 4.5. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam penurunan


Angka Kematian Bayi -------------------------------------------------- 73

Gambar 4.6. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam


peningkatan akses terhadap air bersih -------------------------------- 73

Gambar 4.7. Kabupaten/kota prioritas untuk dilakukan intervensi dalam


peningkatan akses terhadap jamban----------------------------------- 74

Gambar 4.8. Kedudukan SPKD dalam tata kebijakan pemerintah daerah -------- 79

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur ix


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

DAFTAR KOTAK

Halaman

Kotak 2.1 Tujuan 1 MDGs ------------------------------------------------------------- 17

Kotak 2.2 Pamalas penyebab kemiskinan -------------------------------------------- 21

Kotak 2.3 Tujuan 2 MDGs ------------------------------------------------------------- 28

Kotak 2.4 Pencapaian Maluku Utara pada Tujuan 4, 5, dan 7 MDGs ----------- 35

Kotak 3.1 Siapa orang miskin itu, dimana mereka berada, dan bagaimana
dinamika kehidupan mereka ----------------------------------------------- 42

Kotak 3.2 Lesson learned upaya penanggulangan kemiskinan-------------------- 54

Kotak 3.3 ADD vs PNPM -------------------------------------------------------------- 58

Kotak 3.4 TARGET MDGs ------------------------------------------------------------ 60

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur x


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

DAFTAR SINGKATAN

ADD Alokasi Dana Desa


AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKBA Angka Kematian Balita
AKB Angka Kematian Bayi
AKI Angka Kematian Ibu
AKP Analisis Kemiskinan Partisipatif
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APS Angka Partisipasi Sekolah
APK Angka Partisipasi Kasar
APM Angka Partisipasi Murni
Askeskin Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BLT Bantuan Langsung Tunai
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BOSDA BOS Daerah
BSM Bea Siswa Miskin
BPS Badan Pusat Statistik
CSO Community Society Organization
DBD Demam Berdarah Dengue
Gakin Keluarga Miskin
HIV Human Immunodeficiency Virus
Halbar Halmahera Barat
Halsel Halmahera Selatan
Haltim Halmahera Timur
Halut Halmahera Utara
Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat
IPM Indeks Pembangunan Manusia
KB Keluarga Berencana
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KN1 Kunjungan Neonatus-1
KPKD Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MA Madrasah Aliyah
Malut Maluku Utara
MDGs Millennium Development Goals
MI Madrasah Iptidaiyah
MLP Musyawarah Lintas Pelaku
MTs Madrasah Tsanawiyah
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PDRB Produk Domestik Regional Bruto
Pemda Pemerintah Daerah
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PPK Program Pengembangan Kecamatan
P3BM Pro Poor Planing Budgeting and Monitoring-
evaluation
P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Raskin Beras untuk Keluarga Miskin
(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur xi
Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


Renja Rencana Kerja
Renstra Rencana Strategis
Riskedas Riset Kesehatan Dasar
RKA Rancangan Keuangan dan Anggaran
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
SD Sekolah Dasar
SDA Sumberdaya Alam
SDM Sumberdaya Manusia
SDKI Sensus Demografi dan Kesehatan Indonesia
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SPKD Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
SPM Standar Pelayanan Minimum
SPP Sumbangan Pembinaan Pendidikan
TB Tuberkulosis
Tikep Tidore Kepulauan
TKPKD Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
TPAK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPT Tingkat Pengangguran Terbuka
UKM Usaha Kecil Mikro
UUD Undang-Undang Dasar
Wajar Wajib Belajar (9 tahun)

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur xii


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi di Halmahera timur meningkat dalam lima tahun


terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat daerah. Pada tahun 2022,
pendapatan daerah regional kotor sebesar 2,352.4 milyar rupiah dibandingkan tahun
2021 sebesar 2.502.44 milyar rupiah. Pertumbuhan ekonomi tahun 2020 sebesar
2.297.67 milyar rupiah dan meningkat dari pertumbuhan tahun 2019 yang sebesar
2.291.76 milyar rupiah, sementara pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 2.178.64
milyar rupiah (BPS Halmahera Timur, 2022). Indeks pembangunan manusia (IPM)
juga meningkat dari 66.30 pada tahun 2018 naik menjadi 70.00 pada tahun 2022 (BPS,
2022). Walaupun demikian, beberapa indikator keberhasilan pembangunan masih
memprihatinkan, terutama disparitas antar kecamatan. Dari 10 (sepuluh) kecamatan
di Halmahera Timur, masih terdapat 6 wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan di
atas rata-rata provinsi (6.46 persen) dan kemiskinan nasional (9.36 persen) yaitu
Wasile Selatan (18.36 persen), Wasile Tengah (11.14 persen), Wasile Timur (12.66
persen), Maba Selatan (9.95 persen), Maba Utara (10.74 persen) dan Maba Tengah
(9.79 persen), sementara 2 (dua) kecamatan yang memiliki tingkat kemiskinan di
bawah rata-rata provinsi ialah Kecamatan Maba Kota (5.21 persen), Maba (6.09
persen), dan 2 (dua) kecamatan lainya memiliki Tingkat kemiskinan di bawah rata-
rata nasional yaitu Kecamatan Wasile (7.81 persen), Kecamatan Wasile Utara (7.08
persen) (Dinas Sosial,2023).

Jika merujuk pada patokan RPJMN yaitu menurunkan angka kemiskinan


mencapai tujuh persen hingga tahun 2024, maka Halmahera Timur sampai tahun 2023
sudah mencapai angka 7.5 persen. Adapun jika merujuk pada Sustainable
Development Goals (SDGs) yaitu menghapuskan kemiskinan dan kelaparan pada
tahun 2030, angka kemiskinan hingga rentang waktu tahun 2015-2030, maka
Halmahera Timur dengan persentase kemiskinan sebesar 9.90 persen pada tahun 2023,
berarti pada 2030 angka tersebut selayaknya menurun menjadi 3.5 persen. Dengan
mempertimbangkan berbagai krisis yang melanda Indonesia pada tahun 2020 yang
menyebabkan angka kemiskinan mencapai 10.19 persen, maka angka kemiskinan di

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 1


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Maluku Utara pada tahun 2020-2022 mencapai 6.78–6.89 persen. Oleh karean itu,
Indonesia sebagai salah satu negara penandatangan komitmen SDGs, mematok
penurunan angka kemiskinan sebesar 7.00 persen pada tahun 2024 dan menghapus
kemiskinan ekstrim tahun yang sama.

Halmahera Timur menurunkan angka kemiskinan sebesar 9.90 persen, hampir


menyamai pencapaian rata-rata nasional sebesar 9.41 persen pada tahun 2022, tetapi
masih jauh dari rentang target penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera
dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu 6-7 persen dan target SDGs tahun 2030 sebesar 00.00
persen. Selain itu, disparitas antar wilayah juga masih menjadi tantangan
pembangunan penanggulangan kemiskinan di daerah ini. Data tahun 2022
menunjukkan bahwa Halmahera Timur masih memiliki tingkat kemiskinan hampir
tiga dan dua kali lipat dibanding pencapaian rata-rata provinsi (6.23 persen), apalagi
jika dibandingkan dengan Kota Ternate yang capaian angka kemiskinan sebesar 3.11
persen.

Permasalahan kemiskinan umumnya berkaitan dengan masalah


ketenagakerjaan. Biasanya, penduduk yang dikategorikan miskin tidak memiliki
pekerjaan atau pengangguran. Saat ini, permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten
Halmahera Timur semakin kompleks. Indikasi ini terlihat dari tingkat pengangguran
yang meningkat. Tahun 2019 Angka pengangguran Halmahera Timur tercatat sebesar
4.34 persen, naik menjadi 5.21 persen pada tahun 2020, dan menjadi 6.78 persen di
tahun 2021. Sementara itu, pengangguran tertinggi adalah tenaga kerja dengan
pendidikan tinggi (16.05%), pendidikan menengah (13.15%). Adapun pengangguran
untuk tamatan sekolah dasar sebesar 3.16%. Lapangan pekerjaan yang tersedia untuk
sarjana relatif terbatas. Lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera
Timur berfluktuasi secara dinamis. Dalam kurun waktu lima tahun terhitung tahun
2017-2021, tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2021 sebesar 7.17, tahun 2018
(8.00), tahun 2019 (5.14), tahun 2020 (0.26), dan tahun 2021 sebesar 8.43.
Pertumbuhan tersebut ditandai dengan perbaikan pengeluaran masyarakat Halmahera
Timur selama rentang tahun yang sama berturut-turut yaitu di tahun 2017 (Rp
2.018,23), 2018 (Rp. 2.179,63), 2019 (Rp. 2.291,77), 2020 (Rp. 2.297,77), dan 2021
(Rp. 2.491,40) berdasarkan pendapatan daerah regional bruto atas dasar harga konstan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 2


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Permasalahan kemiskinan adalah permasalahan multidimensi. Kemiskinan dapat


timbul karena rendahnya potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam, atau juga
dapat disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang tidak berpihak pada masyarakat,
atau gabungan dari unsur-unsur tersebut. Menurunkan angka kemiskinan dan
mengurangi atau bahkan meniadakan senjang antar wilayah masih memerlukan kerja
keras dari pemangku kepentingan di Halmahera Timur. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu dilakukan kajian terhadap pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan di daerah ini, sehingga multipihak dapat saling sinergis memanfaatkan
potensi sumberdaya secara optimal dalam kerangka upaya penanggulangan
kemiskinan.
Terdapat beberapa “ukuran” untuk mendefenisikan siapa saja yang tergolong
miskin. Negara-negara penandatangan SDGs, termasuk Indonesia, sepakat
menggunakan ukuran orang miskin adalah yang berpenghasilan di bawah 2.15 US
Dollar/hari/kepala (World Bank, 2022). Namun, ukuran ini memiliki kelemahan
ketika diterapkan di kawasan yang masih memiliki sistem ekonomi subsisten atau
sistem ekonomi campuran dengan perbedaan penghasilan dan harga barang, misalnya
antara kota dan desa. BPS (2022) mengukur kemiskinan berdasarkan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), dalam hal ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan
pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa batas kemiskinan ditentukan


berdasarkan sejumlah indikator yang dihubungkan dengan besarnya uang yang
dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan
bukan makanan. Untuk kebutuhan makanan digunakan patokan 2100
kalori/hari/kapita, sedangkan kebutuhan bukan makanan meliputi pembelanjaan untuk
perumahan (tempat tinggal), sandang dan aneka barang dan jasa. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengidentifikiasi keluarga miskin
berdasarkan indikator ekonomi dan bukan ekonomi (pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, imteraksi diantara anggota
rumahtantangga, transportasi, tabungan, informasi dan peran sosial. Negara-negara

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 3


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

penandatanganan Sustainable Development Goals (SDGs), 193 negara termasuk


Indonesia, sepakat menggunakan ukuran orang miskin ialah mereka yang
berpenghasilan dibawah 1.90 US Dolar/hari/orang. Sebelumnya, Bank Dunia (World
Bank) menetapkan basis perhitungan baru dari garis kemiskinan (GK) ekstrem. Basis
GK tersebut berubah menjadi US$ 2,15 per orang per hari atau Rp 32.745 per hari
(kurs Rp 15.230 per US$). Sebelumnya, garis kemiskinan ekstrem ada di US$ 1,90.
Bank Dunia juga mengubah ketentuan batas untuk kelas penghasilan menengah ke
bawah (lower middle income class) serta kelas berpenghasilan menengah ke atas
(upper- middle income class). Batas kelas penghasilan menengah ke bawah dinaikkan
menjadi US$ 3,65 atau Rp 55.590. per orang per hari dari sebelumnya US$ 3,20 atau
Rp 48.740. Sementara itu, batas kelas berpenghasilan menengah ke atas menjadi US$
6,85 atau Rp 104.325 per hari dari sebelumnya US$ 5,50 atau Rp 83.675 per hari. Jika
menggunakan basis perhitungan batas kelas menengah keatas, maka jumlah penduduk
miskin Halmahera Timur akan bertambah.

Pemikiran mengenai kemiskinan berubah sejalan dengan berjalannya waktu,


meskipun demikian, kemiskinan pada dasarnya berkaitan dengan ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan juga menunjukkan situasi serba
kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak orang miskin tersebut, melainkan
ketidakmampuan meningkatkan taraf hidup dengan potensi yang dimilikinya.
Fenomena kemiskinan merupakan salah satu penyakit ekonomi global yang dihadapi
manusia pada seluruh wilayah dunia termasuk di Halmahera Timur, berdampak pada
berbagai dimensi kehidupan dan secara simultan memicu timbulnya masalah
kesejahteraan, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, kondisi keterpencilan,
keterasingan, ketergantungan, dan keterbatasan dalam mengakses layanan sosial.
Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah
manapun terutama Pemerintah Halmahera Timur disebabkan dampaknya pada angka
pengangguran, kasus putus sekolah, dan berbagai masalah kesehatan di masyarakat
seperti stunting. Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi
disuatu daerah, terutama di daerah perdesaan dimana banyak terdapat kantong–
kantong kemiskinan. Data persentase penduduk miskin nasional menurut daerah
Tahun 2022-2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik memperlihatkan angka
kemiskinan kota tahun 2022 sebesar 7.5 persen, kemsikinan desa 12.29 persen.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 4


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Adapun angka kemiskinan kota tahun 2023 sebesar 7.29 persen dan kemiskinan desa
12.22 persen. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh signifikan terhadap
kondisi kemiskinan disuatu daerah. Kendati demikian pengaruh tersebut dapat berbeda
antar daerah menurut keadaan distribusi pendapatan, jumlah penduduk, dan sejumlah
hal penting yang menentukan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah
kemiskinan.

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Tujuan

Tujuan umum kajian kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur ialah untuk


mengetahui fenomena (peristiwa dan kaitan-kaitannya) yang terjadi pada program-
program penaggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Tujuan khusus yang ingin dicapai ialah:
1) Mendapatkan informasi mengenai kondisi kemiskinan dan pemenuhan pelayanan
dasar masyarakat khususnya pada kelompok miskin;
2) Mendapatkan informasi mengenai kebijakan program dan dampak
implementasinya yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya
penanggulangan kemiskinan; dan
3) Menganalisis konsep dan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung
upaya pencapaian SDGs sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimiliki.

1.2.2 Sasaran

Sasaran kajian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten


Halmahera Timur ini ialah:
1) Mendeskripsikan kondisi kemiskinan daerah;
2) Mendeskripsikan program-program penanggulangan kemiskinan;
3) Mengetahui dan mengalisis konsep dan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan; dan
4) Memberikan rekomendasi sebagai dasar bagi pengembangan sebuah kerangka
kerja program (programme framework) pemerintah daerah dalam mengupayakan
penanggulangan kemiskinan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 5


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

1.3 Luaran dan Manfaat


1.3.1 Luaran

Kajian ini diharapakn dapat menghasilkan:


1) Informasi tentang kondisi kemiskinan daerah, Score-card kecenderungan
pencapaiannya berbasis indikator daerah, nasional, dan SDGs;
2) Score-card yang menggabarkan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat miskin
beserta pencapaiannya berbasis indikator daerah, nasional, dan SDGs;
3) Deksripsi tentang kebijakan dan program yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah
dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan kemiskinan;
4) Deskripsi program yang dapat dijadikan sebagai succes story atau lesson learned
strategi penanggulangan kemiskinan daerah; dan
5) Poverty and Pro-poor budgeting –Mapping: peta tumpang-tindih dari sebaran dan
proporsi kemiskinan dan alokasi anggaran, menggambarkan efektivitas dan
efesiensi kebijakan dan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah.

1.3.2 Manfaat

Manfaat kajian penanggulangan kemiskinan ini ialah adanya rekomendasi


sebagai dasar pengembangan sebuah kerangka kerja program (programme framework)
pemerintah daerah dalam mengupayakan penanggulangan kemiskinan.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan kajian penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera


Timur meliputi:

1.4.1 Materi Kajian

Lingkup materi kajian penanggulangan kemiskinan ini meliputi hal-hal sebagai


berikut:
1. Data, terdiri atas data penduduk dan penduduk miskin pada tingkat
kabupaten/kota dan kecamatan. Basis data berasal dari Badan Pusat Statistik
(BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berancana Nasional (BKKBN), dan program-

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 6


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

program penanggulangan kemiskinan lainnya seperti Program Penanggulangan


Kemiskinan, dan lain-lain.
2. Kebijakan dan Program:
 Difokuskan pada materi dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD), pengarus-utamaannya di dalam dokumen lainnya sampai pada
dampak implementasinya di tingkat masyarakat.
 Dibatasi pada kebijakan dan program yang mempunyai sasaran penduduk
miskin secara langsung dalam skala besar (minimal satu desa sasaran) maupun
untuk mengembangkan wilayah yang jumlah penduduk miskinnya tinggi.
 Dibatasi pada program-program pengentasan kemiskinan yang sudah
berlangsung selama beberapa tahun dan saat ini masih berlangsung.
3. Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang meliputi penentuan
sasaran, pelaksanaan, dan monev program, selanjutnya dilakukan analisis terhadap
konsep kebijakan program dan pelaksanaannya.
4. Rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
yang sedang berjalan maupun di masa mendatang.
5. Konsultasi/diskusi dengan informan kunci: kepala daerah, kepala dinas Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, swasta, dan Community Society
Organization (CSO), mengenai penanggulangan kemiskinan, kendala,
permasalahan, dan solusinya.
6. Seminar, melibatkan pemangku kepentingan dalam kerangka verifikasi dan
penyatuan persepsi tentang upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

1.4.2 Wilayah dan Waktu Kajian

Wilayah yang menjadi objek kajian ialah wilayah Kabupaten Halmahera Timur
yang meliputi 10 (sepuluh) kecamatan. Observasi lapang dan wawancara mendalam
dilaksanakan pada Kecamatan/desa terpilih secara purposive berdasarkan kondisi
sosio-ekologis berbeda dan tingkat keberhasilan berbeda dalam penanggulangan
kemiskinan.
Kegiatan kajian berlangsung selama 4 (empat) bulan, mulai bulan September sampai
dengan Desember 2023.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 7


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

1.4.3 Posisi Kajian

Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui


fenomena (peristiwa dan kaitan-kaitannya) yang terjadi dengan didukung oleh data-
data kuantitatif dan kualitatif hasil obervasi lapang dan wawancara.
Berdasarkan telaah dokumen tentang teori kemiskinan, strategi dan program
penanggulangan kemiskinan, perencanaan pembangunan dan evaluasi program-
program penanggulangan kemiskinan, dan didukung oleh hasil obervasi lapang dan
wawancara, selanjutnya dilakukan analisis tentang konsep pendekatan perencanaan
program-program pengentasan kemiskinan, dan telaah terhadap pelaksanaan program-
program tersebut.

1.5 Pendekatan dan Metode

1.5.1 Pendekatan

Kajian ini ditempuh melalui dua sisi, yaitu telaah terhadap profil penduduk
miskin dan terhadap dokumen perencanaan daerah. Untuk mengeksplorasi kedua sisi
tersebut maka pendekatan yang digunakan ialah:
1. Fenomenologi, suatu pendekatan indepth dan holistik, mendudukkan objek
penelitian (penanggulangan kemiskinan) dalam suatu konstruksi terintegrasi.
Fenomena dapat berupa persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subjek
(pemangku kepentingan) tentang penanggulangan kemiskinan (kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, dan monev program).
2. Studi kasus, menelaah program-program penanggulangan kemiskinan untuk
mendapatkan gambaran lengkap dan terorganisir mengenai kondisi kemiskinan.

1.5.2 Metode

1.5.2.1 Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam studi ini ialah data primer dan sekunder.
Kelompok dan jenis data serta sumbernya disajikan pada Tabel 1.1.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 8


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tabel 1.1. Kelompok, jenis, dan sumber data kajian pelaksanaan program
penaggulangan kemiskinan
No. Kelompok Data Jenis Data Sumber Data
Data Sekunder
1. Kondisi Kemiskinan • Jumlah penduduk/keluarga BPS, BKKBN, KPKD
(DTPFM dan OTM), Buku
• Jumlah penduduk/keluarga miskin Monografi
• Kondisi perekonomian
• Mata pencaharian penduduk
2. Program • Program PK Inisiatif Lokal Pemda Kabupaten, Dinas
Penanggulangan Sosial,
Kemiskinan • Penurunan beban pengeluaran
masyarakat: Kantor Kecamatan, dan
Desa
– Bantuan sosial reguler, seperti
Program Keluarga Harapan dan OPD lainnya yang terkait
Kartu Sembako;
– Bantuan sosial khusus, seperti
Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa (BLT DD), Bantuan Sosial
Tunai, Bantuan Sosial Presiden,
Top Up bansos reguler;
– Pemberian Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan Nasional;
– Bantuan dan rehabilitasi sosial
bagi kelompok berkebutuhan
khusus seperti lanjut usia, anak,
dan penyandang disabilitas.
 Peningkatan pendapatan
masyarakat:
– Peningkatan akses pekerjaan,
melalui program Padat karya,
bantuan individu/kelompok, serta
penyediaan sarana dan
prasarana.
– Peningkatan kapasitas sumber
daya manusia, melalui program
vokasi dan pelatihan.
– Peningkatan akses terhadap aset
produktif, akses pinjaman modal,
dan akses penggunaan lahan.
– Pendampingan dan penguatan
kewirausahaan, melalui
peningkatan akses pembiayaan
dan pasar serta pendampingan
dan penguatan kewirausahaan.
– Pengembangan dan penjaminan
keberlanjutan usaha ultra mikro
dan mikro.
 Meminimalkan wilayah kantong
kemiskinan:
– Pemenuhan pelayanan dasar,
seperti peningkatan akses
layanan dan infrastruktur

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 9


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

No. Kelompok Data Jenis Data Sumber Data


pendidikan, layanan dan
infrastruktur kesehatan, dan
infrastruktur sanitasi air minum
layak.
– Peningkatan konektivitas antar
wilayah, seperti pembangunan
dan peningkatan sarana
transportasi serta pembangunan
infrastruktur jalan.
3. Pengarustamaan • Dokumen RPJPD Pemda Provinsi,
Program Kabupaten/Kota
Penanggulangan • Dokumen RPJMD
Kemiskinan • Dokumen RKPD, Renstra dan Renja
OPD
Data Primer
4. Kondisi Kemiskinan • Kondisi keluarga Kepala keluarga
• Program kemiskinan yang diterima
• Keterlibaran dalam pelaksanaan
5. Program • Penentuan sasaran penerima Kepala keluarga, Aparatur
Penanggulangan program Pemerintah Desa, Kec.,
Kemiskinan Kabupaten
• Pelaksanaan program
• Permasalahan dalam pelaksanaan

1. Data primer, dikumpulkan langsung dari informan/responden dengan melakukan


wawancara langsung (terstruktur dan non-terstruktur). Sumber data primer ialah:
 Penduduk miskin, ditanyakan tentang kondisi kemiskinan penduduk, program
penanggulangan kemiskinan yang mereka terima, dan keikutsertaan mereka
dalam program tersebut.
 Aparatur pemerintahan, ditanyakan tentang implementasi program
penanggulangan kemiskinan dan permasalahan yang dihadapi.
 Untuk mendukung hasil wawancara dilaksanakan observasi untuk mengetahui
pelaksanaan program-program atau hasil yang telah dicapai dari program
tersebut.
2. Data sekunder, dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah di lingkup
Kabupaten Halmahera Timur dan dan sumber-sumber lainnya. Meliputi data:
 Jumlah penduduk miskin, jumlah penerima program, data gambaran wilayah
studi dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian/kajian;
 Petunjuk pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dan
laporan pelaksanaan program;

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 10


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

 Referensi untuk mendukung data yang telah terkumpul dan untuk keperluan
analisis.

1.5.2.2 Pengumpulan Data dan Sampling

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah studi dokumentasi,


wawancara, dan observasi.
1. Studi dokumentasi, dilaksanakan dengan menelaah dokumen perencanaan,
petunjuk pelaksanaan dan laporan-laporan program penanggulangan kemiskinan,
maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan.
2. Wawancara, dilaksanakan secara terstruktur (menggunakan questionaire) dan
non-terstruktur. Wawancara dilakukan pada penduduk miskin di daerah sasaran
dan aparatur pemerintahan mulai dari tingkat desa sampai tingkat provinsi yang
menangani dan berkaitan dengan program-program penaggulangan kemiskinan.
Purposive sampling diterapkan pada penentuan informan kunci (key informan)
pada setiap tataran aparatur pemerintahan untuk mendalami fenomena kemiskinan
pada daerah/program succes story dan kontraksnya.
3. Observasi, dilaksanakan secara nonpartisipasi, dimaksudkan untuk mengecek
realitas dan jawaban responden pada pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan dan/atau hasil-hasil yang dicapai dari program-
program tersebut. Purposive sampling diterapkan pada penentuan daerah sampel
succes story (daerah dengan tingkat kemiskinan terendah) dan kontraksnya
(daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi) yang akan ditentukan sejalan dengan
proses berlangsungnya kajian ini. Indepth study dilaksanakan pada daerah sampel
tersebut.

1.5.2.3 Analisis dan Penyajian Data

Editing data berupa pengecekan atau pengkoreksian data primer dan sekunder
yang telah dikumpulkan melalui studi dokumentasi, wawancara, dan observasi.
Analisis data dilakukan sesuai jenis data (primer dan sekunder) dan kategori data
(kuantitatif dan kualitatif). Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan
nilai rata-rata, rentang, persentase, dan scoring. Sedangkan analisis kualitatif ialah

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 11


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

berupa uraian dan tafsiran terhadap data primer dan sekunder hasil studi dokumentasi,
wawancara, dan observasi.
Data hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel silang dan non-silang, grafik, peta,
atau bentuk lainnya, baik sebagai variabel tunggal maupun gabungan.

1.6 Sistematika Penulisan

Kajian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten


Halmahera Timur ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi dasar pemikiran; tujuan dan sasaran, luaran dan manfaat;
ruang lingkup kajian yang terdiri atas materi, wilayah, dan posisi kajian; pendekatan
dan metode; dan sistematika penulisan.
Bab II Capaian Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur,
menyajikan karakteristik geografi dan demografi, serta ukuran kemiskinan
dimaksudkan untuk meletakkan masalah kemiskinan dalam konteks kependudukan
secara luas, meliputi antara lain luas wilayah, sebaran, proporsi, dan perkembangan
penduduk/RTM; orang miskin, menyajikan tentang fenomena kemiskinan, dimana
orang itu miskin berada, dan siapa yang miskin.
Bab III Kajian Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur,
menyajikan tentang batasan kemiskinan, mengetengahkan definsi dan ukuran serta
pendekatan dalam studi kemiskinan; potret kemiskinan, menyajikan kondisi
kemiskinan, mata pencaharian/pekerjaan, dan aspek pemenuhan hak dasar masyarakat
miskin, poverty mapping, scoring pencapaian berbasis indikator; diagnosis dokumen
dan implementasi program, berisi analisis pengarusutamaan dokumen SPKD di dalam
dokumen perencanaan lainnya dan konsistensinya dalam impelementasi, dan pro poor
budgeting; potensi pemberdayaan, berisi hasil telaah tentang keselarasan antar potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia penduduk miskin dalam kerangka
penaggulangan kemiskinan berbasis potensi lokal.
Bab IV Peta Masalah dan Alternatif Solusi, mengetengahkan rincian permasalahan/
tantangan dan strategi pendekatan yang hendak digunakan sebagai usulan intervensi.
Permasalahan dan dan strategi disusun berdasarkan hasil kaji ulang kebijakan dan
program serta temuan lapang sebagaimana disajikan pada bab sebelumnya.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 12


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Bab V Penutup, berisi kesimpulan kajian dan rekomendasi yang menekankan pada
pentingnya sinkronisasi dan konsistensi multipihak dalam penanggulangan
kemiskinan.
1.7 Tim Penyusun
Susunan Tim Kajian sebagai berikut
– Perencanaan Wilayah
– Pembangunan Ekonomi Kewilayahan
– Lingkungan dan Sumberdaya Alam
– Pertanian dan Lingkungan Hidup
– Tenaga Lapangan
1.8 Rencana Anggaran Biaya dan Sumber Anggaran

Rencana anggaran Penyusunan Dokumen Kajian Kemiskinan Kabupaten Halmahera


Timur bersumber pada APBD dari Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah (BP4D) Tahun 2023.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 13


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

BAB II
CAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

2.1 Geografi dan Kependudukan

Kondisi dan Kecenderungan

Kabupaten Halmahera Timur terdiri atas 10 (sepuluh) kecamatan, memiliki


luas wilayah 14.202,02 km2, dengan luas lautan mencapai 7.695,82 Km2 (54,15%)
dan daratan seluas 6.506,19 km2. (45,85%), dengan jumlah penduduk Kabupaten
Halmahera Timur pada tahun 2022 sebanyak 96.702 jiwa, yang terdiri dari 49.991
laki-laki (51,7 persen) dan 46.711 perempuan (48,3 persen), dan laju pertumbuhan
penduduk per tahun sebesar 0,53 persen Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut
kecamatan disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut kabupaten/kota di Kabupaten
Halmahera Timur
Kecamatan Luas Wilayah Proporsi (%) Jumlah Penduduk
(km2)
Maba Selatan 503,77 14,62 8.533
Kota Maba 952.91 6,67 9.634
Wasile Selatan 1.078.41 7,73 13.941
Wasile 253.39 10,01 11.009
Wasile Timur 431.05 17,17 12.040
Wasile Tengah 490.16 3,89 6.417
Wasile Utara 600.51 16,55 5.507
Maba 434.89 6,62 13.164
Maba Tengah 651.92 7,52 6.903
Maba Utara 1.118.73 9,22 8.967
Keterangan: *Luas darat. Sumber: BPS Kabupaten Halmahera Timur, 2022.

Secara umum, angka kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur


periode 2018– 2022 terus menurun. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya keras
pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 14


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukkan
bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah,
baik oleh pemerintah pusat maupun daerah telah memberikan efek positif bagi
peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka.
Penurunan angka kemiskinan sejak 2015 – 2021 dapat dilihat pada Gambar 2.1.

15.50
14.97
15.00 14.58 14.53
14.50
13.82
14.00 13.62
13.48
13.30
Persen

13.50

13.00

12.50

12.00
2021 2020 2019 2018 2017 2016 2015

Tahun

Gambar 2.1. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2016
– 2021 (BPS Kabupaten Halmahera Timur, 2022).

Masih terdapat disparitas antar wilayah kecamatan. Terdapat kecamatan


yang berhasil menurunkan persentase penduduk miskinnya dengan cepat dan ada pula
yang lambat (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Jumlah (000) dan persentase (%) penduduk miskin menurut
kabupaten/kota di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2016 – 2021

Sumber: (BPS Kabupaten Halmahera Timur, 2017, 2018, 2019, 2020, 2021, 2022). Data diolah.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 15


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tabel 2.2 menunjukkan persebaran penduduk miskin menurut kecamatan di


Kabupaten Halmahera Timur tahun 2016-2021. Tampak bahwa dari 10 (sepuluh)
kecamatan di Halmahera Timur, masih terdapat 6 (enam) kecamatan yang memiliki
tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional (9.36 persen) yaitu Wasile Selatan (13.27
persen), Wasile Timur (12.66 persen), Wasile Tengah (11.14 persen), Maba Utara
(10.59 persen), Maba Tengah (9,79 persen) dan Maba Selatan (9.55 persen), sementara
4 (empat) kecamatan lainnya yang memiliki tingkat kemiskinan di bawah rata-rata
nasional ialah Kota Maba (5.21 persen), Maba (6.09 persen), Wasile Utara (7.25
persen), dan Wasile (7.81 persen). Adapun kecamatan Kota Maba dan Maba
merupakan kecamatan dengan capaian persentasi kemiskinan di bawah provinsi (6.46
persen).

Gambar 2.2. Persebaran penduduk miskin pada 10 (sepuluh) kecamatan di Halmahera


Timur, tahun 2021 (BPS, Kabupaten Halmahera Timur, 2022).

Bila merujuk pada target penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera
dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu 6-7 persen, maka 2 (dua) kecamatan telah
mencapai/berada pada rentang target tersebut yaitu Kota Maba, dan Kecamatan Maba.
Sedangkan Kecamatan Wasile Utara, dan Wasile hampir mencapai target, adapun 6
(enam) kecamatan lainnya masih memerlukan upaya percepatan penurunan yaitu
Wasile Selatan, Wasile Timur, Wasile Tengah, Maba Utara, dan Maba Tengah.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 16


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Berdasarkan angka kemiskinan


Halmahera Timur tahun 2021 Kotak 2.1

sebesar 14.58 persen, Tujuan 1 SDGs


Mengakhiri Kemiskinan Dalam Segala Bentuk di
kecamatan Wasile Selatan Manapun
sebesar 13.27 persen, Wasile
Target 1A.1.1. Proporsi penduduk dengan
Timur sebesar 12.66 persen, pendapatan kurang dari USD 1.90 per kapita per
hari turun hingga setengah pada tahun 2030”
Wasile Tengah 11.14 persen,
Pencapaian Halmahera Timur ...
Maba Utara 10.74 persen, Maba
 2 kecamatan telah melampaui pencapaian
Selatan 09.95 dan Maba Tengah Nasional dan Provinsi, yaitu kecamatan Maba
sebesar 09.79 persen pada tahun Kota dan Maba, tetapi masih harus kerja keras
untuk pencapaian SDGs 2030
2021, maka untuk mencapi
 2 kecamatan menuju pencapaian, yaitu Wasile
target nasional tahun 2024 Utara (7.25 persen) dan Wasile (7.81 persen)
sebesar 7% dibutuhkan  6 kccamatan masih memerlukan perhatian
penurunan per tahun minimal khusus dan kerja keras, yaitu Kecamatan Wasile
Selatan, Wasile Timur, Wasile Tengah, Maba
masing-masing sebesar 3.64 Utara, Maba Selatan, dan Maba Tengah yang
persen, 2.33 persen, 0.83 persen, kisaran capaian kemiskinan antara 9-13 persen.

dan 0.15 persen. Menilik pada


penurunan angka kemiskinan
periode 2020 – 2021 untuk Kota
Maba dan Maba sebesar 0.68 persen, sementara kecamatan Wasile Selatan, Wasile
Timur, Wasile Tengah, Maba Utara, Maba Selatan, dan Maba Tengah sebesar 0.05
persen, maka untuk mencapai target nasional tahun 2024, dibutuhkan perhatian khusus
dan kerja keras.

Tingkat kesejahteraan penduduk Halmahera Timur yang berada di


bawah garis kemiskinan mengalami perbaikan secara fluktuatif. Hal tersebut
ditunjukkan oleh terjadinya penurunan indeks kedalaman kemiskinan daerah yang
pada tahun 2020 sebesar 4.07 menurun menjadi 2.95 pada tahun 2021 (Tabel 2.3) dan
1.93 pada tahun 2019, turun menjadi 1.90 pada tahun 2020, lalu naik menjadi 2.62.
pada tahun 2021 (BPS, 2022). Bagaimanapun indeks kedalaman kemiskinan
Halmahera Timur lebih tinggi dibanding rata-rata nasional (1.59) dan Maluku Utara
(0.94).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 17


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tabel 2.3. Indeks kedalaman kemiskinan Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara,
tahun 2017 – 2021
Maluku Utara (Garis
Halmahera Timur Maluku Utara (P1)
Tahun Kemiskinan)
Garis Kemiskinan P1 Perkotaan Perdesaan Desa+Kota Perkotaan Perdesaan
2016 494,250.00 2.52 405,368.00 379,454.00 0.92 0.25 1.18
2017 509,730.00 4.07 413,797.00 390,914.00 0.81 0.57 0.91
2018 510,900.00 2.95 449,693.00 415,541.00 1.25 0.62 1.5
2019 545,240.00 1.93 484,064.00 436,033.00 1.08 0.25 1.41
2020 569,460.00 1.9 494,703.00 459,596.00 1.09 0.65 1.26
2021 600,340.00 2.62 533,231.00 494,997.00 0.94 0.97 0.94
Sumber: BPS, 2017; 2018; 2019; 2020; 2021. Data diolah.

Ketimpangan kesejahteraan juga berfluktuasi. Pada tahun 2016-2021,


Halmahera Timur menunjukkan indeks kedalaman kemiskinan yang lebih tinggi
dibanding provinsi yaitu tahun 2016, Halmahera Timur (2.52) dan Provinsi Maluku
Utara (0.92), Tahun 2017 Halmahera Timur (4.07) dan Maluku Utara (0.81), tahun
2018 Halmlahera Timur (2.95) dan Maluku Utara (1.93), Tahun 2019 Halmahera
Timur (1.93) dan Maluku Utara (1.08), Tahun 2020 Halmahera Timur (1.90) dan
Maluku Utara (1.09) dan tahun 2021 Halmahera Timur (2.62) dan Maluku Utara (0.94)
(Tabel 2.4).

Tabel 2.4. Indeks keparahan kemiskinan kabupaten Halmahera Timur dan Provinsi
Maluku Utara, tahun 2016 – 2021
Halmahera Timur Maluku Utara (P2)
Tahun
P2 Desa+Kota Perkotaan Perdesaan
2016 0.66 0.02 0.28 0.21
2017 1.51 0.15 0.11 0.17
2018 0.88 0.39 0.23 0.45
2019 0.34 0.30 0.03 0.41
2020 0.35 0.23 0.11 0.28
2021 0.68 0.20 0.28 0.17
Sumber: BPS, BPS, 2017; 2018; 2019; 2020; 2021. Data diolah.

Penelusuran lebih lanjut di Halmahera Timur menunjukkan bahwa jumlah


rumah tangga program keluarga harapan (PKH) tertinggi ditemui di Kecamatan Wasile
Selatan yaitu sebesar 327 rumah tangga, sedangkan terendah terdapat di Kota Maba
yaitu 158 rumah tangga (Gambar 2.3).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 18


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 2.3. Kesejahteraan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Halmahera


Timur menurut program keluarga harapan, tahun 2021 (Dinas Sosial, 2022).

Disparitas terjadi secara signifikan antar penduduk miskin di daerah


perdesaan dan perkotaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan jauh lebih tinggi
(hampir lima kali lipat) dibandingkan di daerah perkotaan. Tingkat kemiskinan di
daerah perdesaan sebesar 5.53 persen sampai 9.92 persen lebih besar dibandingkan di
wilayah perkotaan pada tahun 2021 (Gambar 2.4).

1.6 P2
Desa+Kota
1.4 Perkotaan
Perdesaan
1.2

1
Persen

0.8

0.6

0.4

0.2

0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
Gambar 2.4. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan dan perkotaan Provinsi
Maluku Utara tahun 2016 – 2021 (Dinas Sosial Halmahera Timur, 2022).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 19


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Ketimpangan kesejahteraan terjadi antar penduduk miskin perdesaan dan


perkotaan. Hal ini ditunjukkan oleh perbedaan indeks kedalaman kemiskinan
(Gambar 2.5) dan keparahan kemiskinan (Gambar 2.6) yang cukup signifikan antar
daerah perdesaan dan perkotaan.

4.5 P1
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

4 Perkotaan
3.5 Perdesaan

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 2.5. Indeks kedalaman kemiskinan di daerah perdesaan dan perkotaan


Halmahera Timur dan Provinsi Maluku Utara tahun 2016 – 2021 (Sumber data:
Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Timur, 2022).

Gambar 2.6. Indeks keparahan kemiskinan di daerah perdesaan dan perkotaan


Halmahera Timur dan Provinsi Maluku Utara tahun 2016 – 2021 (Sumber data:
Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Timur, 2022).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 20


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Pada tahun 2016, indeks kedalaman kemiskinan di daerah perdesaan mencapai


angka 1.50 sedangkan di daerah perkotaan hanya sebesar 0.15, atau terjadi
kesenjangan sebesar 10 kali lipat antar daerah perdesaan dan perkotaan (Gambar 2.5).
Indeks keparahan kemiskinan di daerah perdesaan pada tahun 2016 sebesar 0.28, lebih
besar dibanding dengan di daerah perkotaan (Gambar 2.6), menunjukkan tingginya
ketimpangan kesejahteraan antar daerah perdesaan dan perkotaan. Hal ini memberikan
indikasi tentang perlunya perhatian terhadap pembangunan wilayah perdesaan di
Halmahera Timur, Maluku Utara.

Tantangan

Bila merujuk pada target


penurunan angka kemiskinan Kotak 2.2
Pamalas penyebab kemiskinan ...!
nasional yang tertera dalam
RPJMN 2020 – 2024 yaitu 6-7
persen dan Target SDGs tahun
2030 yaitu tanpa kemiskinan dan
kelaparan atau setidaknya
setengah dari angka kemiskinan
yang ada, maka tantangan yang
dihadapi ialah: Bapak Upi ... warga Wasile, menurutnya, yang
terpenting adalah: (1) ada kemauan untuk
berkebun, dengan begitu maka kebutuhan untuk
Angka kemiskinan masih tinggi makan sehari-hari pasti akan terpenuhi; (2)
kalau mau supaya ‘ada tambah-tambah’ uang,
di Kabupaten Halmahera Timur maka harus berusaha yang lain, misalnya ‘bajual’
(15.04 persen), sehingga perlu buka kios atau jadi sopir; dan (3) harus hidup
hemat supaya bisa menabung.
mendapatkan perhatian khusus di Dalam pandangan Bapak Upi, salah satu
‘penyebab kemiskinan ialah karena pamalas’.
dalam upaya penanggulangan
Bapak Upi punya kebun pala kurang dari 1 ha,
kemiskinan. Mereka yang jadi sopir angkot lintas Haltim-Sofifi sekitar 12
tahun. Dari hasil menabung, sekarang bisa bawa
tergolong miskin bekerja pada mobil sendiri yang diperolehnya dengan cara
cicilan. Sambil jadi sopir punya sendiri, juga
lapangan usaha pertanian, buka kios di rumah yang dikelola oleh istrinya.
pedagang, pekerja lepas, Allah sudah tebarkan rezeki di muka bumi,
tinggal kita mau berusaha atau tidak ... tutup
wiraswasta, nelayan, dan Bapak Upi.
pengangguran. Rasio pekerjaan
antara penerima bantuan social terbesar (82.5 persen) adalah petani, sementara

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 21


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

17.5persen lainnya tersebar pada lapangan pekerjaan lainnya, sehingga upaya yang
dilakukan adalah terus berupaya untuk menurukan angka kemiskinan dengan
memperhatikan lapangan usaha tersebut.

Kesenjangan dan ketimpangan kesejahteraan penduduk masih terjadi antar


kabupaten/kota, antar kota dan desa, dan antar penduduk dalam satu kawasan.
Diperlukan jawaban terhadap pertanyaan ‘dimana orang miskin itu berada’, ‘siapa
orang miskin itu’, dan ‘apa ciri-ciri yang melekat pada orang miskin itu’, sehingga
intevensi program dan kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien.

2.2 Orang Miskin

Pendidikan

Kondisi dan Kecenderungan

Angka partisipasi sekolah (APS) cenderung meningakat. Pada tahun 2021


APS untuk usia 7-12 tahun (usia SD) adalah sebesar 98. 94 persen, demikian pula
untuk usia 13-15 tahun (usia SLTP) naik dari 97.13 persen dan untuk usia 15-18 tahun
(SLTA) menjadi 72.6 persen pada tahun 2021 (Gambar 2.7). Capaian tersebut
mengindikasikan bahwa sekitar 6 persen penduduk usia 7-12 belum bersekolah dan
sekitar 14 persen yang bersekolah tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
menengah pertama.

100
90
80
70
Persentasi APS

60
7-12 tahun
50
13-15 tahun
40
15-18 tahun
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan Total
Tahun 2021

Gambar 2.7. Persentase Angka Partsipasi Sekolah di Maluku Utara, tahun 2021
(Sumber data: Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Timur, 2022).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 22


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Berbagai kegiatan pembangunan pendidikan yang dilakukan untuk


mempercepat pencapaian target nasional tahun 2024 dan tujuan SDGs pada
akhir tahun 2030 telah menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Angka
Partisipasi Murni (APM) jenjang sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) dan
angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun yang digunakan sebagai indikator untuk
mengukur pencapaian target RPJMN dan tujuan 2 SDGs, telah menunjukkan
kemajuan yang menggembirakan.

Angka Partisipasi Murni SD/MI pada tingkat provinsi meningkat. APM


jenjang SD/MI/Paket-A meningkat dari 93.39 persen di tahun 2020 menjadi 93.97
persen di tahun 2021. Angka Partisipasi Kasar (APK) telah melampaui 100 persen
yaitu 113.65 pada tahun 2020 menjadi 116.74 pada tahun 2021. Angka Partisipasi
Murni SMP/MTs/Paket-B meningkat dari 65.49 persen tahun 2020 menjadi 80.52
persen tahun 2021 (BPS, 2021; 2022), telah melampaui target nasional tahun 2024
sebesar 76.0 persen.

Peningkatan yang terjadi pada indikator APM jenjang SD/MI sebesar 93.97
persen di tahun 2020 masih lebih rendah dibanding rata-rata nasional sebesar 94.76
persen. Tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh Maluku Utara saat ini harus
ditingkatkan untuk mencapai target nasional tahun 2024 sebesar 96.0 persen dan
Target SDGs tahun 2030 sebesar 100%.

Sementara itu, disparitas partisipasi pendidikan antar kabupaten/kota pada


jenjang SD/MI sudah semakin kecil. Hampir seluruh kecamatan telah mencapai
APM SD/MI di atas 90 persen, (Gambar 2.8).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 23


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

100
90
80
70
Persentase APM

60
50 SD
40 SMP
30 SMA
20
10
0
Laki-laki Perempuan Total
Tahun 2021

Gambar 2.8 Angka partisipasi pendidikan kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022)

Selama periode 2017-2021, angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun
meningkat dari 98.63 persen menjadi 100 persen (BPS, 2012). Kondisi ini (100
persen) dicapai oleh seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara. Peningkatan
partisipasi pada jenjang pendidikan dasar telah mendorong peningkatan kemampuan
penduduk dalam membaca dan menulis. Disamping itu, meningkatnya proporsi siswa
SD/MI yang masuk sekolah atau menamatkan sekolah dasar juga turut berkontribusi
pada peningkatan persentase penduduk melek huruf.

Kesempatan memperoleh pekerjaan berdasarkan pendidikan yang setara


belum merata di Halmahera TimurData Angkatan kerja Halmahera Timur tahun
2022 berdasarkan jenjang pendidikan memperlihatkan jumlah angkatan kerja tertinggi
diisi oleh tamatan sekolah dasar (16.675), disusul oleh jenjang pendidikan sekolah
menengah atas (12.842), sekolah menengah pertama (9.608), dan jenjang perguruan
tinggi yang paling rendah (6.869). Populasi penduduk sebagai pemacu pembangunan
dan tenaga kerja dengan keahlian yang mampu melahirkan inovasi sebenarnya adalah
pasar potensial sumber permintaan berbagai macam barang dan jasa yang akan
menggerakkan kegiatan ekonomi daerah. Kapital manpower akan menciptakan skala
ekonomi dalam produksi yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya
produksi dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja guna
merangsang output atau produksi agregat yang lebih tinggi serta mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dan menurunkan tingkat kemiskinan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 24


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator dalam


pembangunan suatu daerah, menunjukkan seberapa besar penduduk usia kerja yang
aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang
tinggi maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, karena semakin banyak
ketersedian tenaga kerja (labour supply) yang akan memproduksi barang dan jasa
dalam suatu perekonomian.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Halmahera Timur


cenderung mengalami tren fluktuatif, Pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) tidak sejalan dengan tren kenaikan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya. TPAK pada tahun 2016 tercatat sebesar 72,15 persen, meningkat 5,29 dari
tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2017 cenderung menurun mencapai 71,36
persen. Sementara TPAK pada tahun 2018 mengalami penurunan signifikan sebesar
62,96 persen (turun 5,29 persen), dimana ini merupakan titik terendah sepanjang tahun
2016-2020. Terdapat dua indikator dalam mengukur Tingkat Kesempatan Kerja
(TKK) yaitu Jumlah penduduk Usia Kerja (15+) dan Angkatan Kerja di Kabupaten
Halmahera Timur, namun tidak terdapat keseimbangan dari kedua indikator tersebut.
Sebagai ilustrasi, Tingkat kesempatan kerja yang tinggi akan memperbanyak angkatan
kerja dan tenaga kerja serta akan mengurangi tingkat pengangguran. Sebaliknya,
kesempatan kerja yang rendah maka akan mengakibatkan jumlah angkatan kerja dan
tenaga kerja juga rendah sehingga mengakibatkan tingkat pengangguran semakin
tinggi dan tidak terpenuhinya ketersediaan lapangan pekerjaan (Gambar 2.8).
Sementara itu, jika dilihat dari rata-rata lama sekolah Halmahera Timur telah
melampaui pencapaian rata-rata nasional sebesar 9.18 dan juga target nasional tahun
2024 dalam RPJMN 2020-2024.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 25


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

18000

Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa)


16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Jumlah Angkatan
Bekerja Pengangguran
Kerja
Sekolah Dasar 16052 523 16575
Sekolah Menengah Pertaman 9215 393 9608
Sekolah Menengah Atas 11153 1689 12842
Perguruan Tinggi 6363 506 6869

Gambar 2.9. Jumlah pekerja berdasarkan pendidikan yang ditamatkan pada


Halmahera Timur, tahun 2021 (BPS Kabupaten Halmahera Timur,
2022).

Kualitas pendidikan yang ditamatkan masih rendah. Meskipun Angka


melek huruf penduduk usia 15-24 tahun di Halmahera Timur telah mencapai 100
persen dan lebih tinggi dibanding nasional sebesar 92.91 persen pada tahun 2021 (BPS,
2022), selain itu Halmahera Timur memiliki tingkat pendidikan yang ditamatkan
cukup tinggi, tidak terkecuali pada penduduk miskin sebanyak 47.62 persen
menamatkan pendidikan SLTP sebesar 43.68 persen, tetapi hanya sekitar 8.70% yang
berhasil menamatkan pendidikan pada jenjang SLTA keatas (BPS Halmahera Timur,
2022; Dinas Pendidikan, 2022).

Kecenderungan tingginya angka penduduk tidak tamat jenjang sekolah dasar hampir
terjadi pada semua wilayah (> 40 persen), (Gambar 2.10).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 26


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 2.10. Persentase penduduk miskin di Halmahera Timur menurut tingkat


pendidikan yang ditamatkan, tahun 2016 – 2021 (BPS, 2017,2018,2019,
2020, 2021, 2022; Dinas Pendidikan 2022).
Jumlah Pelaku Usaha

Wasile Wasile Wasile Wasile Kota Maba Maba Maba


Wasile Maba
Selatan Tengah Timur Utara Maba Selatan Utara Tengah
Pengangguran 5 6 1 1 1 12 2
Pensiunan 1 4 3 3
Pegawai Swasta 3 7 1 1 3 6
Wiraswasta 12 8 4 2 5 8 2 7
Pekerja lepas 1 3 2 1 7 4 28 1 2
Pedagang 4 1 1 1 2 2
Nelayan 4 6 6 6 3 15 15 1 2
Petani 126 269 148 189 90 154 22 120 61 119

Gambar 2.11. Persentase penduduk miskin menurut perkerjaan/lapangan usaha yang


pada kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 (BPS, 2022).

Tantangan

Akses yang rendah terhadap pendidikan adalah salah satu dampak (indicators
outcome) dari kemiskinan. Pada sisi ini, faktor ekonomi merupakan penyebab utama
dari rendahnya partisipasi masyarakat (demand) dalam mengakses pendidikan. Tidak

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 27


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

sedikit anak-anak keluarga miskin terpaksa bekerja dan meninggalkan sekolah karena
alasan ekonomi. Pada sisi yang lain, penyediaan layanan pendidikan (supply) juga
turut berkontribusi pada capaian partisipasi pendidikan, seperti sarana-prasarana
pendidikan yang masih terbatas, kurikulum pendidikan yang kurang relevan, metode
belajar-mengajar yang belum optimal, dana operasional sekolah yang belum
sepenuhnya memadai, persyaratan kualifikasi akademik yang belum dipenuhi oleh
semua guru, dan distribusi guru yang belum merata untuk semua wilayah.

Keterbatasan masyarakat miskin


dalam mengakses pendidikan dan Kotak 2.3

rendahnya keberpihakan Tujuan 4 SDGs


Pendidikan berkualitas
multipihak terutama pengambil
Target 4.2 Menjamin pada tahun 2015 semua
kebijakan dalam suplai (100%) anak-anak, laki-laki dan perempuan
dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan
pelayanan, pada akhirnya akan dasar.

terus menciptakan ‘mata-rantai’


dinamika kemiskinan (poverty
dinamics) yang membelit
generasi miskin sebagai pelaku
kemiskinan (poverty actors)
tersebut.
Pencapaian Halmahera Timur ...
Fakta di atas menunjujjan bahwa  Tahun 2021 APM SD/MI Provinsi Maluku
Utara perlu ditingkatkan. Tahun 2021 baru
pendidikan berasosiasi dengan
mencapai 96.14%. Disparitas partisipasi
status kerja dan sektor pekerjaan pendidikan antar wilayah pada jenjang SD/MI
sudah semakin kecil (88.06 –96.14%). Menuju
yang digeluti, dengan tingkat
pencapaian ...!
pendidikan yang rendah (tidak  Tahun 2021, 47.62% dari penduduk miskin di
tamat SD dan hanya tamat Halmahera Timur menamatkan pendidikan
sekolah dasar. Perlu peningkatan...!
SD/SLTP) maka kecenderungan
 Tahun 2021, angka melek huruf penduduk
terbesar dari penduduk miskin usia 15-24 tahun di Halmahera Timur
mencapai 98.94%, berarti telah mencapai
ialah bekerja pada sektor
Target SDGs. Hampir tercapai ...!
informal dan dominan di sektor
pertanian, karena sektor ini relatif belum mensyaratkan tingkat pendidikan formal
yang tinggi.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 28


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Masalah mendasar terkait asosiasi antar kemiskinan dan pendidikan di


Halmahera Timur yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota serta berbagai pemangku kepentingan pendidikan ialah:
1. Kebijakan dan program penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun yang dilakukan
selama ini masih kurang efektif. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya angka
penduduk miskin yang belum bersekolah dan bersekolah tetapi tidak tamat
pendidikan dasar. Kondisi ini cenderung merata pada hampir seluruh kabupaten
di Halmahera Timur.
2. Terjadi kesenjangan tingkat pendidikan antar kota dan kabupaten, menunjukkan
akses ke pendidikan dasar dan menengah yang belum merata antar wilayah.
3. Oleh karena itu, merupakan suatu tantangan bagaimana pemerintah daerah dapat
membantu keluarga miskin agar dapat meneruskan sekolah minimal sampai tamat
SMP/MTs. Jarak tempat tinggal ke sekolah juga menjadi salah satu alasan untuk
tidak melanjutkan sekolah pada masyarakat miskin di perdesaan.

Kesehatan

Kondisi dan Kecenderungan

Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan masih rendah. Pada tahun


2021, pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan sudah cukup baik yaitu 74.17
persen (Lampiran 4) dari total ibu yang melahirkan anak terakhir untuk 40 persen
golongan pengeluaran terbawah, dan 88.93 dari total ibu yang melahirkan anak
terakhir untuk 40 persen golongan pengeluaran menengah, serta 100 dari total ibu
melahirkan anak terakhir dari 20 persen golongan atas. Angka rata-rata nasional adalah
sebesar 90.28 persen (SDKI, 2022).

Pertolongan persalinan pertama oleh tenaga kesehatan mengalami penurunan,


pada tahun 2020 masing-masing sebesar 79.25 persen dan 94.56 persen (Gambar
2.11). Angka capaian tersebut jauh dari rata-rata nasional sebesar 101.44 persen pada
tahun 2022 (SDKI, 2022).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 29


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 2.12. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di


Halmahera Timur, tahun 2021 (Dinas Kesehatan, 2017, 2018, 2019, 2020, 2021,
2022).

Disparitas pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antar wilayah


masih merupakan masalah. Capaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
tertinggi sebesar 93.56 persen terdapat di Kota Maba, sedangkan terendah sebesar
74.37 persen di Wasile Selatan yang tidak jauh berbeda dengan di Wasile Tengah
sebesar 74.35 persen dan Maba Utara 73.29 (Gambar 2.12).

100
90
80
Pertolongan Persalinan (%)

70
60
50
40
30
20
10
Maba Kota Wasile Wasile Wasile Wasile Maba Maba
Wasile Maba
Selatan Maba Selatan Timur Tengah Utara Tengah Utara
Pertolongan Kelahiran 92.13 93.09 74.37 85.82 74.71 74.35 85.82 90.42 83.91 73.29

Gambar 2.13. Persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menurut kecamatan di Halmahera Timur, tahun 2021 (Dinas Kesehatan, 2022).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Halmahera Timur masih


tinggi. Pada tahun 2020 AKI sebesar 230.08 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami
penurunan pada tahun 2020 yaitu sebesar 217.7 per 100.000 kelahiran hidup (Tabel

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 30


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

2.5). Angka ini lebih rendah dibanding capaian rata-rata nasional pada tahun 2021
yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2022). Kondisi tersebut
memerlukan perhatian khusus, terlebih jika diharapkan pada pencapaian target SDGs
sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup, dan nasional 70 per 100.000 kelahiran hidup.

Tabel 2.5. Angka kematian ibu melahirkan menurut kabupaten/kota di Provinsi


Halmahera Timur, tahun 2020 - 2021
Ranking
Kabupaten Jumlah lahir hidup Jumlah Kematian Ibu Prioritas
Intervensi
Tahun 2020 2021 2020 2021
Halmahera Barat 1,891.00 1,819.00 10.00 4.00 9.00
Halmahera Tengah 831.00 423.00 7.00 5.00 6.00
Kepulauan Sula 1,167.00 969.00 5.00 5.00 5.00
Halmahera Selatan 4,617.00 705.00 5.00 4.00 8.00
Halmahera Utara 4,567.00 3,272.00 5.00 4.00 9.00
Halmahera Timur 1,021.00 1,553.00 4.00 5.00 4.00
Pulau Morotai 1,116.00 u 3.00
Kota Ternate 3,808.00 5,300.00 3.00 6.00 4.00
Kota Tidore Kepulauan 1,656.00 1,154.00 6.00 16.00 2.00
Maluku Utara 19,554.00 16,201.00 45.00 56.00
Sumber: Profil Kesehatan Prov. Maluku Utara, 2021; 2022.

Intervensi kesehatan dan gizi pada bayi sesudah lahir untuk mengurangi
angka kematian neonatal sangat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh kunjungan
neonatus 6-48 jam pertama (KN1) yang dilakukan, dimana Halmahera Timur berada
pada peringkat paling rendah (37.5 persen) dibanding seluruh provinsi di Indonesia
(41.2 – 96.2 persen) dan nasional sebesar 71.4 persen (Gambar 2.13).

Kesehatan anak di Halmahera Timur belum membaik yang ditunjukkan


dengan masih tingginya angka kekurangan gizi yang terjadi pada balita. Angka
gizi buruk balita menurun dari 6.7 persen pada tahun 2020 menjadi 5.7 pada tahun
2021, namun pada periode yang sama terjadi peningkatan angka gizi kurang dari 16.1
persen menjadi 17.9 persen, dan secara kumulatif meningkatkan angka kekurangan
gizi dari 22.8 persen menjadi 23.6 persen (Gambar 2.14). Angka capaian tersebut
masih lebih tinggi dibanding capaian nasional pada tahun yang sama (2021), yaitu
sebesar 5.4 persen gizi buruk dan 13.0 persen gizi kurang. Melihat keadaan dan
kecenderungan tersebut dan dikaitkan dengan Target SDGs tahun 2030 yaitu
menurunkan angka gizi buruk, gizi kurang, dan kekuarangan gizi masing-masing

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 31


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

sebesar 3.6 persen, 11.9 persen, dan 15.5 persen, maka masih diperlukan perhatian dan
kerja keras.

Gambar 2.14. Persentase bayi yang melakukan kunjungan neonatus 6 – 48 jam (KN1)
menurut provinsi, tahun 2020 (Dinas Kesehatan Provinsi Malut, 2021).

2 2 .8 2 3 .6 T a rg e t
M DG s 2 0 15
1 7 .9 1 8 .4 1 7 .9
1 6 .1
1 3 .0 1 3 .0 1 5 .5

1 1 .9
6 .7 5 .7 5 .4 4 .9
3 .6

22020
007 2010
2021 2007
2020 22021
010

M alu k u U tar a N asio n a l

G izi B u r u k G izi K u r an g K e k u r an gan G izi

Gambar 2.15. Prevalensi status gizi balita (%) Maluku Utara dan Nasional, tahun
2020dan 2021 (Profil Kesehatan Nasional dan Maluku Utara, 2022).

Jumlah angka dan disparitas kematian bayi antar wilayah masih


merupakan masalah. Angka kematian bayi mencapai 48, lebih tinggi dibanding rata-
rata nasional yaitu sebesar 0.51. Kabupaten Sula ialah yang paling tinggi angka
kematian bayinya yaitu 36.71, sedangkan terendah di Kota Tidore Kepulauan yaitu
23.39 (Gambar 2.15).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 32


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

40.00 36.71
34.65
35.00 31.73
29.12 29.12 28.61
30.00 27.51 Malut, 28.51
24.37 24.05
25.00 23.29
22.06
Jwa

20.00

15.00

10.00

5.00
Nasional. 0.51
-
Halbar Halteng Kep. Halsel Halut Haltim Pulau Taliabu Kota Tikep Maluku
Sula Morotai Ternate Utara

Gambar 2.16. Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup menurut
kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2021 (Profil Kesehatan,
2022).

Cakupan imunisasai lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak/Morbili, dan


Hepatitis-B cenderung menurun dari tahun ke tahun, merupakan masalah yang
dihadapi di Halmahera Timur (Gambar 2.16).

100
80
n
Persen

es 60
r
e
P 40

20
0
22016
005 22017
006 22018
007 22019
008 22020
009 22021
010
B CG 7 9 .6 1 7 8 .4 4 7 8 .1 2 8 2 .0 8 8 0 .1 7 7 7 .1 2
DPT 7 8 .1 9 7 8 .8 8 7 4 .8 3 7 8 .5 6 7 6 .7 6 7 5 .1 3
P o lio 8 2 .9 9 9 0 .8 5 8 1 .3 6 8 3 .3 1 8 0 .5 4 7 7 .4 5
C am p ak/m o r b ili 6 8 .1 4 7 5 .6 3 7 0 .6 6 7 2 .7 2 6 9 .4 8 7 0 .1 6
H e p atitis B 5 6 .4 0 7 1 .2 3 6 9 .3 0 7 4 .9 2 7 3 .7 9 7 1 .2 0

Gambar 2.17. Persentase balita yang telah diimunisasi di Maluku Utara menurut jenis
imunisasi, tahun 2016 – 2021 (Dinas Kesehatan Provinsi, 2017-2022).
Terdapat 3 (tiga) kabupaten dengan cakupan imunisasi lebih rendah dari rata-
rata provinsi yaitu Kepulauan Sula, Halmahera Selatan, dan Pulau Morotai (Tabel 2.7).
Khusus pada imunisasi campak, capaian Halmahera Timur (70.16 persen) masih lebih
rendah dari rata-rata nasional sebesar 74.50 persen pada tahun 2021.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 33


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tabel 2.6. Persentase balita yang telah diimunisasi menurut jenis imunisasi pada
kabupaten/kota di Halmahera Timur, tahun 2021
Imunisasi (%)
Kabupaten/Kota
BCG DPT Polio Campak/Morbili Hepatitis B
Halmahera Barat 70.54 77.67 88.37 77.67 70.54
Halmahera Tengah 85.90 84.51 86.39 82.64 84.51
Kepulauan Sula 73.91 65.22 69.57 60.87 65.22
Halmahera Selatan 40.00 40.00 40.00 32.00 36.00
Halmahera Utara 88.47 84.70 84.70 53.88 73.17
Halmahera Timur 100.00 96.15 96.15 92.31 92.31
Pulau Morotai 52.97 52.97 61.52 74.35 35.87
Kota Ternate 96.59 89.78 89.78 89.78 89.78
Kota Tidore Kepulauan 100.00 100.00 100.00 94.60 100.00
MALUKU UTARA 77.12 75.13 77.45 70.16 71.20
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Malut, 2022.

Akses penduduk miskin terhadap sanitasi masih rendah. Hal ini tampak pada
akses rumah tangga miskin terhadap air bersih di Halmahera Timur mencapai 86.38
persen. Sedangkan di Kota Ternate yaitu 79.10 persen (Gambar 2.17).

100
90 Provinsi = 49.04 Provinsi = 29.83

80
70
60
Persen

50
40
30
20
10
0
Ternate Halbar Morotai Sula Halut Halsel Halteng Tikep Haltim

Menggunakan Air Bersih Menggunakan Jamban Sendiri/bersama

Gambar 2.18. Persentase rumah tangga miskin yang menggunakan air bersih dan
jamban menurut kabupaten/kota di Provinsi Halmahera Timur, tahun 2021 (BPS,
Maluku Utara, 2022).

Dalam penggunaan jamban, rumah tangga miskin yang menggunakan jamban


sendiri/bersama baru mencapai 29.83 persen (Gambar 2.17). Penggunaan Jamban di
Halmahera Timur mencapai 45.21 persen. Akses yang tertinggi terdapat di Kota

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 34


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Ternate yaitu sebesar 91.67 persen, sedangkan terendah ialah di Pulau Morotai (3.81
persen).

Tantangan

Faktor mendasar yang


Kotak 2.4
mempengaruhi kesehatan anak
Pencapaian Halmahera Timur pada
dan ibu ialah status ibu Tujuan 3, SDGS
(pendidikan, pekerjaan, Tujuan 3 SDGs
kemandirian sosial, dan Kehidupan Sehat Sejahtera:
Menurunkan Angka Kematian Anak
kebiasaan berunding), status
Target 3.2 Angka kematian bayi (AKB)
keluarga (kemiskinan: keluarga mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita
yang dapat dicegah, dengan seluruh negara
miskin/nyaris miskin), peran berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran
suami/mertua, budaya Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000..
“pasrah”/fatalistik, dan status  Tahun 2021, AKB Provinsi Maluku Utara
sebesar 28.61 per 1000 kelahiran hidup.
masyarakat (adat setempat yang
Halmahera Timur sebesar 24.05 Perlu
tidak menunjang, peran dukun perhatian khusus ...!
bayi) (Bappenas, 2021). Tujuan 3.1 SDGs
Meningkatkan Kesehatan Ibu
Kemiskinan, tingkat kesadaran, Target 3.1. mengurangi rasio angka kematian
dan pengetahuan. Saling terkait ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup.
antar kemiskinan dan kesehatan
 Tahun 2021, AKI Provinsi Maluku Utara
anak dan ibu, antar kemiskinan sebesar 345.7 per 100.000 kelahiran hidup.
Perlu perhatian khusus ...!
dan pendidikan, dan antar
Tujuan 6 SDGs
kesehatan dan pendidikan.
Air bersih dan sanitasi layak (Clean water and
Dengan penghasilan yang rendah, sanitation)
Target 6.1 mencapai akses universal dan merata
sulit bagi seseorang untuk terhadap air minum yang aman dan terjangkau
memenuhi kebutuhan level bagi semua.
 Tahun 2020, proporsi rumah tangga dengan
pangan dan konsumsi nutrisi yang
akses berkelanjutan terhadap air minum
dipersyaratkan bagi hidup sehat layak, sebesar 49.04%. Akan tercapai ...!
dan untuk diri dan keluarganya.
Tingkat kesadaran, pengetahuan, dan keterbatasan biaya juga menjadi alasan
rendahnya akses warga miskin terhadap air bersih dan penggunaan jamban.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 35


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Persoalan gizi buruk pada balita bersifat multidimensional, faktor penyebabnya


bukan saja masalah kemiskinan yang kemudian menyebabkan kurangnya asupan gizi
yang diperlukan oleh seorang balita, namun juga berkaitan dengan tingkat kesadaran
dan pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya gizi dan sumber utama makanan
yang harus dikonsumsi oleh seorang balita. Rumah tangga miskin seringkali tidak
mengetahui tentang bagaimana menyiapkan makanan berkualitas bagi ibu dan balita.
Asupan makanan yang kurang menyebabkan anak menderita kekurangan gizi dan pada
akhirnya anak menderita busung lapar.

Budaya. Di samping berbagai upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh


pihak medis, faktor lain yang berpengaruh adalah budaya seperti rendahnya kesadaran
ibu-ibu terutama kelompok masyarakat miskin di pedesaan untuk secara rutin
memeriksakan diri ketika sedang hamil, melahirkan bayinya di fasilitas kesehatan dan
ditolong oleh tenaga kesehatan, dan kemudian memeriksakan bayinya dan melakukan
imunisasi pada petugas kesehatan. Kultur memprioritaskan suami untuk makanan
yang lebih berkualitas – prioritas kedua adalah ibu dan anak-anaknya, juga dapat
menyebabkan kekurangan gizi bagi ibu yang sedang hamil.

Ketenagakerjaan

Kondisi dan Kecenderungan

Orang miskin lebih banyak sebagai pekerja informal. Perkembangan


ketenagakerjaan menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Penciptaan
lapangan kerja menunjukkan arah yang positif seperti terlihat pada proporsi pekerja
formal yang secara keseluruhan meningkat, dan sebaliknya proporsi pekerja informal
telah menurun dalam beberapa tahun terakhir (Gambar 2.18). Kecenderungan positif
tersebut juga terjadi pada kabupaten/kota (Gambar 2.19).

Sebagian besar (75 – 94 persen) penduduk miskin usia kerja di


kabupaten/kota Halmahera Timur bekerja di sektor pertanian. Sebagian besar
penduduk miskin Halmahera Timur bekerja di sektor pertanian (81.05 persen) (Dinas
Sosial, 2022). Di Kabupaten Halmahera Timur, kegiatan rumah tangga didominasi
oleh sektor pertanian dan nelayan baik sebagai pemilik maupun sebagai buruh tani atau
keduanya (Gambar 2.20). Secara keseluruhan terdapat 1.464 penduduk yang
mengandalkan sektor pertanian dan nelayan sebagai sumber pendapatan rumah tangga.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 36


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Wilayah pertanian tersebar diseluruh kecamatan, dengan wilayah padi sawah dan
hortikultura di Kecamatan Wasile, sedangkan wilayah nelayan tersebar di seluruh
bagian pesisir. Khusus pada beberapa kecamatan terdapat penduduk berprofesi
sebagai pekerja tambang.

99.17 98.64 96.50 98.36


100 87.05 88.56
90 82.15 81.55
73.78 77.56
80 68.66 72.35
87.03 83.69
70 81.73 81.55 81.12
Persentase (%)

76.64
60
50
40
30 22.72 20.8
17.09 17.24 16.39 16.21 17.02 17.09
20 14.95 12.14 12.81
11.44
10 10.41 1.36 3.50 1.64
6.83 0.83
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tidak Bekerja Total bekerja


Bekerja di sektor informal Bekerja di sektor formal Bekerja di Sektor Pertanian Bukan di Sektor Pertanian

Gambar 2.19. Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas di Halmahera Timur
menurut status dan sektor kerja tahun 2016 – 2021 (BPS, 2017 - 2022).

100

80

60
Persen

40

20

0
Ternate Halbar Halteng Sula Halsel Morotai Tikep Halut Haltim
Sektor informal 92.73 90.91 88.24 86.61 84.43 78.00 77.70 73.48 65.18
Sektor formal 6.34 8.20 11.76 13.39 12.13 20.07 19.51 23.05 34.82

Provinsi = 81.12 Provinsi = 17.24

Gambar 2.20. Status kerja penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, tahun 2021 (BPS, 2022).

Sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar pada PDRB (Produk


Domestik Regional Bruto) Maluku Utara, yaitu sebesar 36.7 persen pada tahun 2020
dan 36.4 persen pada 2021 (BPS Prov. Maluku Utara, 2022). Melihat kondisi dan

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 37


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

kecenderungan tersebut memberikan petunjuk bahwa sektor pertanian masih menjadi


andalan bagi penduduk miskin dan juga pembangunan daerah, oleh karenanya,
peningkatan kapasitas sumberdaya petani dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam
pertanian secara optimal perlu mendapat perhatian di dalam upaya penanggulangan
kemiskinan di daerah ini.

300

Wasile
250
Wasile Selatan
Wasile Tengah
200
Jumlah (KK)

Wasile Timur

150 Wasile Utara


Maba
100 Kota Maba
Maba Selatan
50
Maba Utara
Maba Tengah
0
Petani

Gambar 2.21. Mata pencaharian penduduk khusus pertanian menurut kecamatan di


Kabupaten Halamhera Timur, Tahun 2021 (BPS, Dinas Pertanian
2022).

Data Angkatan kerja Halmahera Timur tahun 2022 berdasarkan jenjang


pendidikan memperlihatkan jumlah angkatan kerja tertinggi diisi oleh tamatan sekolah
dasar (16.675), disusul oleh jenjang pendidikan sekolah menengah atas (12.842),
sekolah menengah pertama (9.608), dan jenjang perguruan tinggi yang paling rendah
(6.869). Populasi penduduk sebagai pemacu pembangunan dan tenaga kerja dengan
keahlian yang mampu melahirkan inovasi sebenarnya adalah pasar potensial sumber
permintaan berbagai macam barang dan jasa yang akan menggerakkan kegiatan
ekonomi daerah. Kapital manpower akan menciptakan skala ekonomi dalam produksi
yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya produksi dan menciptakan
sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja guna merangsang output atau produksi
agregat yang lebih tinggi serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
menurunkan tingkat kemiskinan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 38


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator dalam


pembangunan suatu daerah, menunjukkan seberapa besar penduduk usia kerja yang
aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang
tinggi maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, karena semakin banyak
ketersedian tenaga kerja (labour supply) yang akan memproduksi barang dan jasa
dalam suatu perekonomian.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Halmahera Timur


cenderung mengalami tren fluktuatif, Pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) tidak sejalan dengan tren kenaikan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya. TPAK pada tahun 2016 tercatat sebesar 72,15 persen, meningkat 5,29 dari
tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2017 cenderung menurun mencapai 71,36
persen. Sementara TPAK pada tahun 2018 mengalami penurunan signifikan sebesar
62,96 persen (turun 5,29 persen), dimana ini merupakan titik terendah sepanjang tahun
2016-2020. Terdapat dua indikator dalam mengukur Tingkat Kesempatan Kerja
(TKK) yaitu Jumlah penduduk Usia Kerja (15+) dan Angkatan Kerja di Kabupaten
Halmahera Timur, namun tidak terdapat keseimbangan dari kedua indikator tersebut.
Sebagai ilustrasi, Tingkat kesempatan kerja yang tinggi akan memperbanyak angkatan
kerja dan tenaga kerja serta akan mengurangi tingkat pengangguran. Sebaliknya,
kesempatan kerja yang rendah maka akan mengakibatkan jumlah angkatan kerja dan
tenaga kerja juga rendah sehingga mengakibatkan tingkat pengangguran semakin
tinggi dan tidak terpenuhinya ketersediaan lapangan pekerjaan.

Menilik antar wilayah, 4 (empat) kabupaten/kota (Ternate, Halmahera Tengah,


Kepulauan Sula, dan Pulau Morotai) memiliki TPT yang lebih tinggi dibanding TPT
rata-rata provinsi dan nasional (Gambar 2.21). Tingkat pengangguran terbuka
tertinggi ialah Kota Ternate (10.31 persen) dan yang terendah ialah Halmahera Barat
(2.31 persen), mengindikasikan bahwa ketersediaan dan kesempatan kerja di ibu kota
provinsi lebih terbatas dibanding non-ibu kota.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 39


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

12

10

8
Nasional = 7.14
Persen

6 Provinsi = 6.03
10.31 9.96
9.24
4 8.48

5.18
2 3.63 3.27 3.15
2.31
0
Ternate Halteng Sula Morotai Halut Tikep Halsel Haltim Halbar

Gambar 2.22. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut kabupaten/kota di


Kabupaten Halmahera Timur, 2021 (BPS Maluku Utara, 2022).

Tantangan

Sektor usaha masyarakat masih dominan satu sektor. Sektor usaha yang
paling banyak menyerap tenaga kerja termasuk penduduk miskin ialah sektor pertanian
(perkebunan, tanaman pangan, perikanan, dan peternakan) dan memberikan
sumbangan terbesar pada PDRB Halmahera Timur sekaligus PDRB Maluku Utara.
Dominannya lapangan usaha masyarakat di bidang pertanian memberikan isyarat
bahwa apabila harga komoditi pertanian anjlok dan gangguan faktor lainnya terkait
sektor tersebut dapat menyebabkan rendahnya produktivitas yang pada gilirannya akan
berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Rendahnya gairah petani
dalam meningkatkan produksi sebagai akibat ketidakpastian jaminan pasar dan harga,
menjadi salah satu penyebab rentannya masyarakat terhadap lilitan kemiskinan.
Ketidakpastian jaminan harga dan pasar juga mengakibatkan petani tidak berani
memberikan input sarana produksi yang optimal ke dalam usahataninya (tidak berani
menanggung resiko), mengakibatkan produktivitas usahataninya menjadi rendah.

Tingkat pengangguran terbuka di Halmahera Timur cukup baik jika dibanding


kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara. Akses penduduk miskin perkotaan (di
pusat/ibu kota kabupaten/kota) yang bekerja di sektor informal kepada sumberdaya
finansial, menjadi tantangan pemerintah Halmahera Timur.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 40


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Produktivitas pertanian masih rendah. Tanaman pangan misalnya, rata-rata


produktivitas padi < 4 t.ha-1, jagung < 3 t.ha-1, dan kedelai < 1.5 t.ha-1 (Dinas Pertanian
Kabupaten Halmahera Timur, 2022). Diverfisikasi pola tanam dan produk hasil
pertanian juga perlu mendapat perhatian karena usaha ini dapat meningkatkan income
generating petani. Pada tanaman perkebunan rakyat, khususnya tanaman pala,
terdapat indikasi penurunan produksi dan produktivitas akibat tanaman tua/rusak dan
minimnya tindak agronomi yang diterapkan oleh petani.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 41


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

BAB III
KAJIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DI PROVINSI HALMAHERA TIMUR

3.1 Batasan Kemiskinan

Definisi kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang,


laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar
masyarakat itu ialah
Kotak 3.1
terpenuhinya kebutuhan pangan, Siapa orang miskin itu ...?
kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam
dan lingkungan hidup, rasa aman
dari perlakuan atau ancaman
tindak kekerasan serta hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan
sosial-politik, baik bagi
perempuan maupun bagi laki-
laki.

Terdapat beberapa
“ukuran” untuk mendefenisikan
siapa saja yang tergolong miskin.
Negara-negara penandatangan
SDGs, termasuk Indonesia, Dimana mereka berada dan bagaimana
sepakat menggunakan ukuran dinamika kehidupan mereka ...?
Potensi SDA dan SDM adalah fondasi
orang miskin adalah yang pemberdayaan.
berpenghasilan di bawah 1.90
US Dollar/hari/kepala. Namun,
ukuran ini memiliki kelemahan ketika diterapkan di kawasan yang masih memiliki
sistem ekonomi subsisten atau sistem ekonomi campuran dengan perbedaan
penghasilan dan harga barang, misalnya antara kota dan desa. BPS (2022) mengukur

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 42


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

kemiskinan berdasarkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs


approach), dalam hal ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa batas kemiskinan ditentukan
berdasarkan sejumlah indikator yang dihubungkan dengan besarnya uang yang
dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan
bukan makanan. Untuk kebutuhan makanan digunakan patokan 2100
kalori/hari/kapita, sedangkan kebutuhan bukan makanan meliputi pembelanjaan untuk
perumahan (tempat tinggal), sandang dan aneka barang dan jasa. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengidentifikiasi keluarga miskin
berdasarkan indikator ekonomi dan bukan ekonomi (pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, imteraksi diantara anggota
rumahtantangga, transportasi, tabungan, informasi dan peran sosial. Negara-negara
penandatanganan Millennium Development Goals (SDGs), 189 negara termasuk
Indonesia, sepakat menggunakan ukuran orang miskin ialah mereka yang
berpenghasilan dibawah 1,90 US Dolar/hari/kepala.
Kemiskinan agregat menunjukkan proporsi dan jumlah penduduk miskin yang
hidup dibawah garis kemiskinan. Angka kemiskinan agregat atau yang sering disebut
angka kemiskinan makro digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan suatu
bangsa (SEPAKAT, 2022). Perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah melalui
pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Dalam
implementasinya, dihitung garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan makanan dan
bukan makanan. Garis kemiskinan penduduk di Halmahera Timur berkisar antara
494.250 – 600.340 rupiah/bulan (Tabel 3.1). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran/pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan disebut
penduduk miskin.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 43


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tabel 3.1. Indikator kemiskinan menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara,


tahun 2016 – 2021
Halmahera Timur
Tahun
Garis Kemiskinan P1 P2 Penduduk Miskin
2016 494250 2.52 0.66 13.48
2017 509730 4.07 1.51 13.62
2018 510900 2.95 0.88 13.82
2019 545240 1.93 0.34 14.53
2020 569460 1.9 0.35 14.97
2021 600340 2.62 0.68 14.58
Sumber: BPS, 2022.

Berbagai pendekatan terus berkembang tentang penyebab kemiskinan,


demikian pula dengan program dan kegiatan penanganannya. Penyebab kemiskinan,
ada yang melihatnya sebagai produk struktur sosial masyarakat, sementara pihak
penentangnya menganggap faktor kultural sebagai penyebabnya, kemudian bergeser
pada isu berdaya dan tidak berdaya, kemiskinan absolut dan relatif. Ada juga yang
mengusulkan kajian kemiskinan ditekankan pada apa yang dimiliki orang miskin
ketimbang apa yang tidak dimiliki orang miskin.

Tanpa mengesampingkan berbagai pandangan atau pendekatan tentang


kemiskinan, ataupun persepsi yang dibangun, substansi persoalannya adalah
bagaimana memandang manusia sebagai mahluk biologis yang harus memenuhi
kebutuhan dasarnya (basic needs) agar dapat melangsungkan hidupnya dari hari ke
hari secara berkecukupan.

3.2 Potret Kemiskinan

Bila merujuk pada patokan SDGs yaitu tanpa kemiskinan hingga waktu tahun
2030, maka Indonesia dengan persentase kemiskinan sebesar 9.54 persen pada tahun
2022, berarti pada 2024 angka tersebut selayaknya menurun menjadi 4.5 persen, atau
jika perhitungan dimulai tahun 2020 yang pada saat itu Indonesia dilanda dampak
covid-19 dan menyebabkan angka kemiskinan mencapai 10.19 persen, berarti pada
tahun 2025 angka kemiskinan harus bisa diturunkan menjadi 5.1 persen. Pemerintah
Indonesia kemudian menetapkan Target TPB untuk kemiskinan ekstrim tahun 2024
Indonesia ialah sebesar 0.00 persen.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 44


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tingkat kemiskinan di Halmahera Timur pada tahun 2021 ialah sebesar 15.17
persen, tetapi apabila perhitungan didasarkan pada jumlah penerima bantuan social
maka jumlah tersebut turun menjadi 7.92 persen pada tahun 2022 (Dinas Sosial, 2022).
Tanpa menilik disparitas antar daerah kecamatan (atau antar desa dalam kecamatan),
angka kemiskinan ini lebih rendah dibanding capaian rata-rata nasional (9.54%), tetapi
lebih tinggi dari Maluku Utara (6.23%). Juga telah berada pada rentang target
penurunan angka kemiskinan nasional yang tertera dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu
6-7 persen, dan masih menjadi tantangan luar biasa jika merujuk pada Target SDGs
2030 yaitu sebesar 00.00 persen.

Melihat capaian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa upaya keras
pemerintah Halmahera Timur untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai
program pro-rakyat telah membuahkan hasil yang positif. Kendati demikian, belum
bisa dikatakan maksimal, karena disparitas antar wilayah kecamatan dan desa maupun
antar perdesaan dan perkotaan masih menjadi tantangan yang memerlukan perhatian
khusus (Gambar 3.1). Penyebabnya antara lain ialah: 1) kebijakan yang masih timpang
(alokasi anggaran belum proporsional antar wilayah, juga proporsi antar besaran
anggaran dan persoalan yang diintervensi) dan 2) metode penanggulanan kemiskinan
yang belum terintegrasi antar instansi yang cenderung mengarah pada terjadinya
tumpang-tindih program dan sasaran kegiatan antar OPD.

Jika dilihat angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Halmahera Timur,


tampak bahwa secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Maluku Utara masih
rendah. Indeks Pembangunan Manusia yang merupakan komposit dari angka harapan
hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita,
menunjukkan bahwa 8 (delapan) kabupaten/kota (kecuali Kota Ternate) memilki IPM
yang lebih rendah dibanding rata-rata nasional (Gambar 3.2). Kabupaten yang
memiliki IPM terendah ialah Kabupaten Pulau Morotai yaitu sebesar 64.61.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 45


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

100 35
90
30
80
70 25
60 20
50
40 15
30 10
20
5
10
0 0
Halbar Halteng Kep.Sula Halsel Halut Haltim Morotai Taliabu Kota Kota Maluku
Ternate Tidore Utara

Jlh. Pddk Miskin (jiwa) 2020 Jlh. Pddk Miskin (jiwa) 2021
Persen Pddk Miskin 2020 Persen Pddk Miskin 2021

Gambar 3.1. Status kemiskinan menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara,


tahun 2020-2021 (BPS, 2022). Hijau tua = sudah tercapai, kuning = akan
tercapai.

80
Indeks Ppembanguan Manusia (%)

70

60

50

40

30

20

10
Halbar Halteng Kep.Sula Halsel Halut Haltim Morotai Taliabu Kota Kota Maluku
Ternate Tidore Utara
2020 2021

Gambar 3.2. Indeks Pembangunan Manusia menurut kabupaten/kota di Provinsi


Maluku Utara, tahun 2020-2021 (BPS, 2022).

Tingkat kesejahteraan yang diindikasikan oleh Nilai Tukar Petani (NTP)


menunjukkan tren positif selama periode tahun 2022, walaupun masih lebih rendah
dibanding pencapaian rata-rata nasional (Gambar 3.3). Sub-sektor tanaman
perkebunan rakyat memberikan peranan yang lebih besar terhadap kemampuan daya
beli petani di Maluku Utara, termasuk Halmahera Timur (Tabel 3.2). Hal ini menjadi
petunjuk perlunya perhatian terhadap tanaman perkebunan rakyat seperti pala,

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 46


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

cengkeh, dan kelapa, baik terhadap aspek budidaya maupun diversifikasi produk dan
pemasarannya. Terkait hal ini, kendala yang dihadapi antara lain ialah rendahnya
produktivitas yang tidak mencapai potensinya dan harga komoditi yang relatif belum
memberikan keuntungan yang proporsional kepada petani, serta hilirisasi dan
industrialisasi yang belum dikelola. Sebagai salah satu daerah penghasil rempah dan
kelapa terbesar di Indonesia dan dunia, secara khusus Halmahera Timur sebagai
penghasil beras dan tanaman pangan terbesar di Maluku Utara, perlu mendapat
dorongan pemerintah dalam bentuk kebijakan strategis untuk menjadikan sebagai
sumber plasma nutfah nasional dan global dan sebagai pintu ekspor pala Indonesia ke
manca negara.

109.25
109.00
108.65 108.53 108.46
107.81
107.27
108.1 106.91 106.86
107.81
107.38
107.14
105.73 106.92
105.47
106.66
106.01 106.22 106.2
106.31
105.39
104.66 104.88

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

2022 2022

Gambar 3.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi Maluku Utara, bulan
Januari – Desember 2022 (BPS dan BPS Provinsi Maluku Utara, 2022).

Tabel 3.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara per sub-sektor,
bulan Januari – Desember 2022.
Bulan
Nilai Tukar Petani Perubahan (%)
Desember Januari
Gabungan 105.95 106.01 0.05
Gabungan Tanpa
105.73 105.94 0.20
Perikanan
Tanaman Pangan 98.23 97.73 (0.51)
Padi 104.47 104.47 -
Palawija 109.55 109.88 0.30
Hortikultura 98.20 94.30 (3.97)
Sayur-sayuran 111.58 105.19 (5.73)
Buah-buahan 100.62 100.83 0.20
Tanaman Obat 96.38 95.15 (1.27)

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 47


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Bulan
Nilai Tukar Petani Perubahan (%)
Desember Januari
Tanaman Perkebunan 107.23 107.86 0.59
Tanaman Perkebunan
117.16 118.66 1.28
Rakyat
Peternakan 96.63 96.05 (0.60)
Ternak besar 106.06 106.08 0.02
Ternak kecil 109.23 109.36 0.11
Unggas 109.13 108.51 (0.57)
Hasil ternak 102.42 103.33 0.89
Perikanan 109.44 107.05 (2.19)
Perikanan Tangkap 109.49 107.09 (2.20)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2022.

Di wilayah Kabupaten Halmahera Timur, rendahnya jiwa kompetisi serta


kreativitas untuk mempotensikan sumberdaya yang melimpah disekitarnya, juga
menjadi faktor lain penyebab kemiskinan di daerah in. Keadaan ini dipengaruhi oleh
logistic dan berbagai fasilitas penunjang bagi peningkatan produksi serta pemasaran
hasil pertanian masyarakat terutama pada wilayah terisolir. Wilayah dengan
konektivitas melalui jalan darat yang masih mengalami beberapa keterbatasan seperti
inftastrukur jalan memberikan konsekuensi meningkatnya biaya yang harus dibayar
oleh masyarakat. Bagi masyarakat miskin, sebagian besar harga jual hasil panen
terkuras untuk biaya transportasi, kondisi ini menyebabkan mereka tetap terlilit dalam
kemiskinan.
Tingkat kemiskinan antar kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur bervariasi
seperti ditunjukkan oelh jumlah rumah tangga penerima PKH (Gambar 3.4).
Kecamatan Wasile Selatan, Wasile Timur, Wasile, Maba Selatan, dan Maba Tengah
misalnya merupakan penerima PKH terbesar, mengindikasikan bahwa kecamatan ini
memiliki rumah tangga miskin tertinggi (1.155 unit). Kecamatan dengan rumah
tangga penerima PKH terkecil adalah Kota Maba (43 unit) ialah Maba Utara (66 unit)
dan Wasile Utara (99), dapat mengindikasikan bahwa di ketiga kecamatan memiliki

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 48


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

rumah tangga miskin terrendah di Kabupaten Halmahera Timur


16.00

14.00
Jumlah RT Penerima PKH

12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

-
Wasile Wasile Wasile Wasile Wasile Maba Kota Maba Maba Maba
Selatan Tengah Timur Utara Maba Selatan Utara Tengah
.

Gambar 3.4. Rumah tangga peneriman PKH menurut kecamatana di Kabupaten


Halmahera Timur, tahun 2021 (Dinas Sosial Halmahera Timur, 2022).

Kemiskinan dan sumberdaya alam adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang
dimana kemiskinan berseberangan dengan kelimpahan dari alam sekitar. Kondisi
Wasile Selatan, Wasile Tengah, Wasile Timur, Maba Selatan dan Maba Tengah relatif
lebih baik bagi sektor pertanian dibanding Kota Maba dengan ratio kebun terhadap
luas wilayah tertinggi berturut-turut. Sedangkan fasilitas infra struktur yang
dibutuhkan untuk pengembangan sektor pertanian, kebijakan yang berpihak pada
petani, dan pelaku pertanian, program-program hilirisasi dan industrialisasi untuk
mendorong pendapatan para petani. Untuk ratio pasar terhadap jumlah penduduk
terdapat di Kecamatan Wasile, Maba, dan perting terkoneksi dengan berbagai
perusahan terutama PSN yang berkembang di Halmahera Timur.

3.3 Diagnosis Dokumen dan Implementasi Program

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Dalam tata kebijakan pemerintahan daerah, kedudukan Strategi


Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) ialah sebagai masukan untuk diarus-
utamakan di dalam RPJPD dan RPJMD, dijabarkan dalam RKPD, dijadikan pedoman
dalam penyusunan Renstra OPD, dan dijalankan melalui Renja OPD. Hal ini

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 49


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

dimaksudkan agar tercapai keselarasan, koordinasi, dan sinergi antar pelaku upaya
penanggulangan kemiskinan, sehingga dapat menghasilkan efektivitas dan efisiensi di
dalam penanggulangan kemiskinan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sangat penting di dalam


upaya penanggulangan kemiskinan, agar:
1) terdapat data-basis yang akurat dan sistematis tentang penduduk miskin, berapa
jumlahnya, dimana mereka berada, dan bagaimana dinamika kehidupan mereka;
2) tersedia arah dan pedoman upaya penanggulangan kemiskinan yang dapat diakses
secara terbuka oleh oleh pemangku kepentingan (multipihak);
3) tercapai keselarasan, koordinasi, dan sinergi antar pelaku upaya penanggulangan
kemiskinan; dan
4) terdapat pengarus-utamaan penanggulangan kemiskinan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(Renstra OPD), RKP Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Renja
OPD).

Berpijak pada pemikiran tersebut maka telaah terhadap profil penduduk miskin
dan dokumen SPKD kabupaten Halmahera Timur serta pengarus-utamaan dokumen
tersebut ke dalam dokumen-dokumen perencanaan lainnya menjadi fokus di dalam
kajian penanggulangan kemiskinan ini.

Telaah terhadap status pencapaian penanggulangan kemiskinan berdasarkan


indikator-indikator kesejahteraan masyarakat telah disajikan pada Bab II. Sementara
itu, telaah terhadap dokumen OKD dan pengarus-utamaannya di dalam dokumen
perencanaan lainnya seperti RPJMD tidak bisa dilakukan karena tim kajian tidak
menemukan dokumen tersebut di instansi terkait pada saat penelusuran lapang.
Kendala umum yang dihadapi diantaranya ialah: 1) dokumen tersebut belum ada; dan
2) pelayanan birokrasi yang ‘protektif’ terhadap dokumen atau data pembangunan,
kalimat bahwa “harus atas izin pimpinan” adalah yang paling sering terjadi sementara
itu pimpinan dimaksud tidak berada di tempat (kantor). Idealnya, dokumen
pembangungan adalah milik publik sehingga siapa saja yang berkepentingan dapat
mengkases dokumen tersebut, tentunya untuk kepentingan pembangunan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 50


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Dalam RPJMD Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2021 – 2025, Visi


Halmahera Timur yaitu “Halmahera Timur Maju dan Sejahtera” dirumuskan 5
(lima) Misi pembangunan:
1. Melanjutkan Pembangunan Sumber Daya Manusia, dengan tujuan
melanjutkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Misi pertama
ini merupakan salah satu pondasi utama dalam mewujudkan keempat misi
lainnya, sehingga masyarakat Halmahera Timur mampu berdiri sejajar dengan
masyarakat Indonesia di daerah lainnya.
2. Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur. Menopang perwujudan keempat
misi lainnya, dengan meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk
mendukung pertumbuhan wilayah, melalui untuk mendukung pengembangan
sektor pertanian. erikanan, pariwisata, permukiman guna mendukung percepatan
pembangunan ekonomi daerah.
3. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Kerakyatan dan Mendorong
Investasi, Misi ini merupakan kerangka acuan untuk memanifestasikan keempat
misi lainnya, yang dilakukan melalui konsep pengembangan ekonomi terpadu
dan terintegrasi berbasis potensi lokal, serta mendorong peran sektor pariwisata,
koperasi, UMKM, industri, perdagangan serta membuka peluang investasi
melalui pengembangan pusat-pusat ekonomi baru yang produktif, berbasis
partisipasi masyarakat.
4. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelolah Pemerintahan. Penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah yang difokuskan pada penataan sistem,
aparatur, dan pranata kelembagaan dengan berorientasi pada profesionalisme
aparatur dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tuntutan
paradigma pembangunan.
5. Mewujudkan Stabilitas Politik Keamanan Hukum dan Sosial. Menjamin
terciptanya ketertiban, keamanan, dan stabilitas politik dengan pendekatan
agama, adat dan budaya serta lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Selanjutnya pembangunan merupakan jawaban atas berbagai permasalahan
mendasar yang dialami masyarakat desa yang menuntut keberpihakan yang lebih

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 51


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

signifikan dalam porsi pelaksanaan pembangunan di daerah (RPJMD Halmahera


Timur 2021 – 2025).
Dokumen RPJMD Halmahera Timur 2021 – 2025 sangat ideal karena
berkorelasi positif dengan geografis dan potensi sumberdaya alam serta kondisi
sumberdaya manusia daerah. Porsi penduduk miskin terbesar di Halmahera Timur
berada di wilayah perdesaan, bekerja pada sektor pertanian, dengan tingkat pendidikan
dan kesehatan yang rendah. Sementara itu, pertanian adalah sebagai penyumbang
terbesar PDRB yang implisit penduduk miskin sebagai pelaku sektor tersebut.
Terdapat 8 (delapan) permasalahan mendasar yang menjadi isu strategis
pembangunan Halmahera Timur, yaitu: 1) kesiapan daerah dalam mengambil peran
secara global berkaitan dengan Tantangan Ekonomi Global Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dan Perdagangan Bebas AFTA.; 2) pencapain target RPJMN tahap
terakhir dalam bentuk memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas untuk mengembangkan wilayah dan mengurangi kesenjangan ditopang
oleh manusia yang berkualitas dan berdaya saing rendah; 3) pengembangan sektor
unggulan terkait dengan arahan pengembangan wilayah Maluku/Maluku Utara,
khususnya prioritas pada koridor pertumbuhan dan koridor pemerataan secara
bersinergi dengan kabupaten/kota di Maluku Utara; 4) Kependudukan dan Sumber
Daya manusia, 5) Infrastruktur dan kewilayahan, 6) Pembangunan Ekonomi, 7)
Reformasi Birokrasi dan 8) Pertahanan Keamanan dan Hukum.
Secara substansial, isu yang terkait langsung dengan upaya penanggulangan
kemiskinan ialah isu 4, 5, dan 6.

Dokumen SPKD belum terarus-utamakan di dalam RPJMD. Muatan isu


strategis pembangunan dalam RPJMD tersebut menunjukkan bahwa perhatian
pemerintah cukup besar pada upaya penanggulangan kemiskinan. Namun demikian,
dengan tanpa pengarus-utamaan SPKD dalam RPJMD (Gambar 3.5) maka tidak akan
terjabarkan di dalam RKPD, tidak dipedomani dalam penyusunan Renstra SKPD, dan
tidak dijalankan melalui Renja SKPD, secara sistematis.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 52


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 3.5. Diagram keterkaitan antara RPJM dengan rangkaian dokumen


perencanaan lainnya (Sumber: Bappenas RPJMN Tahun 2020-2025).

Dalam RPJMD Halmahera Timur Tahun 2021-2025, telah ditetapkan 4


(empat) Kawasan dalam struktur ruang berdasarkan keutamaannya, yaitu: 1)
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi yang merata
dan berhirarki; 2) Pengembangan sistem pelayanan perdesaan; 3) Peningkatan kualitas
dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur (transportasi telekomunikasi, energi
dan sumber daya air) yang merata dan terintegrasi; dan 4) Pengembanga jaringan
prasarana dan sarana mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana. Masing-masing
kawasan diperinci ke dalam strategi pengembangannya. Penetapan kawasan dan
pengembangannya akan dapat menurunkan angka kemiskinan bilamana didukung oleh
kebijakan yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat miskin.

Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target SDGs

Langkah strategis Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur di dalam upaya


penanggulangan kemiskinan diantaranya ialah:

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 53


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

1) Mengadopsi SDGs sebagai


Kotak 3.2
agenda pembangunan daerah. Lesson learned upaya penanggulangan
kemiskinan ...
Hal ini perlu dituangkan ke
dalam Peraturan Kepala
Daerah, seperti Gubernur,
Bupati, dan Wali Kota.
Tentang “Rencana Aksi
Daerah Percepatan Pencapaian
Target SDGs”. Selanjutnya
peraturan tersebut perlu
disosialisasikan kepada
seluruh pemangku
kepentingan di dalam wilayah
lingkup Daerah Halmahera
Timur.
2) Membentuk Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan
Kabupaten Halmahera Timur,
melalui Keputusan Bupati
Kepala Daerah;
3) Membentuk Kelompok Kerja
Pelaksanaan Penanggulangan
stunting (KPM) Daerah Halmahera Timur, melalui Keputusan Bupati Kepala
Daerah.
Pemerintah Halmahera Timur saat ini sedang melaksanakan program 1)
Percepatan Sanitasi Permukiman, 2) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat di 10 Kecamatan (melalui pembentukan PDAM), dan “Rencana Aksi
Percepatan Pencapaian Target SDGs di Halmahera Timur.
Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Timur tahun 2020 mencanangkan
program prioritas terkait peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yaitu: 1)
Melanjutkan program peningkatan pelayanan kesehatan gratis melalui BPJS
kesehatan.; 2) Pemberantasan Penyakit Menular: memerangi DBD, TBC, HIV-Aids,

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 54


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Malaria; 3) Peningkatan Gizi Masyarakat; 4) Indeks Kesehatan; 5) Peningkatan


Pelayanan Gawat Darurat dan Bencana Kesehatan melalui Meningkatnya akses dan
kualitas Kesehatan; 6) Peningkatan Mutu Pelayanan dan Penertiban Pelayanan
Kesehatan; 7) Peningkatan Mutu SDM dan Penertiban SDM Kesehatan; dan 8) Sistem
Informasi, Promosi, dan Sosialisasi Program-Program Kesehatan. Indikator kinerja
utama ialah: 1) Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 87%; 2) K4 94%; 3) Penemuan
Kasus TB 85%; 4) Cakupan Uci Kelurahan 85%; 5) CFR DBD =<1%; 6) RW Siaga
Aktif 40%; 7) Sertifikasi OPD Kesehatan 80%; dan 8) Pelayanan Kesehatan Dasar
Gakin 100%. Kedelapan program prioritas tersebut didukung dengan 4 (empat)
kebijakan yaitu: 1) meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak; 2)
mengembangkan sistem kesehatan; 3) meningkatkan upaya pencegahan,
pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak menular; dan 4)
meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan. Dari delapan indikator kinerja
utama tersebut, tampak bahwa beberapa indikator membutuhkan perhatian lebih
intensif dimana Penurunan angka Persentase Stunting pada Balita, Cakupan balita gizi
buruk dan Wasting yang tertangani.
Tingkat kesehatan berkorelasi dengan kemiskinan. Dengan penghasilan yang
rendah, sulit bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan level pangan dan konsumsi
nutrisi yang dipersyaratkan bagi hidup sehat dan untuk diri dan keluarganya.
‘Pelayanan kesehatan gratis’ adalah sebagian dari wujud keberpihakan pemerintah
pada masyarakat miskin untuk menikmati fasiliatas kesehatan dan peningkatan
kesehatan mereka.
Cakupan pelayanan kesehatan gratis di Halmahera Timur mengalami
perbaikan yaitu sebesar 55.07% pada tahun 2020 menjadi 75% pada tahun 2021
Cakupan kepesertaan JKN Kesehatan Status Awal: 62% (BPJS, 2019) Capaian Akhir
83.3%, dengan demikian target kinerja 100% yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2024 diharapkan akan tercapai. Disamping
itu, disparitas antar wilayah perlu menjadi perhatian (Gambar 3.7), terutama
penurunan angka persentase stunting pada balita, dan daerah yang paling rendah
mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 55


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

2500

2000

1500

1000

500

0
Jumlah Ibu bersalin yang ditolong
jumlah seluruh Ibu bersalin
tenaga kesehatan
2016 1244 2042
2017 1233 2333
2018 1445 2292
2019 1470 1519
2020 1643 1784

Gambar 3.6. Jumlah Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan, tahun 2016 - 2020
(Dinas Kesehatan, 2021).

Gambar 3.7. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
di Halmahera Timur sejak tahun 2016-2020 (Dinas Kesehatan, 2021).

Program dan kebijakan nasional untuk penanggulangan kemiskinan terdiri atas


banyak jenis. Akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa program dan kebijakan
nasional upaya penanggulangan kemiskinan tersebut ialah bersifat makro. Tugas
daerah ialah mendefinisikan impelementasinya sesuai dengan karakteristik daerahnya,
karena daeralah yang paling memahami kondisi fisik daerah dan masyarakatnya. Hal
ini ditempuh untuk menghindari beberapa hal berikut:
a) kebijakan yang terpusat dan seragam;

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 56


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

b) program dan kegiatan yang lebih bersifat karitatif;


c) memposisikan masyarakat sebagai objek, yaitu tidak melibatkan mereka dalam
keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan;
d) memandang masalah kemiskinan hanya dari segi ekonomi;
e) menganggap bahwa permasalahan dan penanggulangan kemiskinan bersifat sama;
f) kurang memperhatikan keragaman budaya;
g) pendekatan yang top down;
h) tumpang-tindih kelompok sasaran antar program/kegiatan yang satu dengan
lainnya; dan
i) kebijakan yang bersifat sektoral.

Alokasi Dana Desa


Secara umum, pencapaian tujuan pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD)
belum optimal. Implementasi kebijakan ADD di beberapa kecematan sampel
berjalan cukup lancar. Tujuan peningkatan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan telah terlaksana dengan baik, namun tujuan
terjadinya peningkatan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan masih jauh dari harapan.
Demikian pula dengan tujuan peningkatan partisipasi swadaya gotong-royong
masyarakat.
Belum optimalnya pelaksanaan ADD dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya ialah: 1) sosialisasi ADD kepada masyarakat rendah; 2) kemampuan
sumberdaya manusia aparat desa rendah; 3) sikap pelaksana yang ‘tidak serius’; 4)
pembagian tugas tim pelaksana dan aparat di desa masih ‘kabur’; 5) peran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) belum berjalan dengan baik; dan 6)
ketepatan sasaran kegiatan masih rendah. Tantangan lainnya ialah keselarasan
implementasi ADD dengan program lainnya seperti PNPM. Masyarakat telah
membanding-bandingkan kedua program ini, baik dari sisi keberhasilan maupun
kekurangannya. Hal ini berpotensi pada kecenderungan tingkat partisipasi dan simpati
masyarakat terhadap program tertentu, karena itu, integrasi kedua program tersebut
perlu dipikirkan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 57


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Program Nasional Alokasi Dana Desa (ADD) yang diluncurkan oleh


pemerintah pusat dengan dukungan/dampingan dana daerah, cukup diapresiasi positif
dan memberikan manfaat bagi
Kotak 3.3
masyarakat. Salah satu faktor ADD

penentu keberhasilan ADD ialah Responden di Maba Selatan, menyatakan


bahwa pada usahatani di wilayahnya terkendala
karena pendekatan yang dilakukan keamanan dari adanya gangguan suku
bersifat partisipatif. Dalam nomaden.

pelaksanaan pembangunan, ‘orang Fasilitasi Alokasi Dana Desa (ADD), diharapkan


dapat mengatasi persoalan keamanan tersebut
dalam’ (masyarakat) adalah sehingga warga dapat kembali beraktivitas.
pelaku, sedangkan ‘orang luar’
berperan sebagai fasilitator
(button-up approach). Pada ADD,
pendekatan ini berjalan mulai dari
perencanaan sampai dengan
pemantauan dan evaluasi kegiatan.

Muncul persepsi di masyarakat


bahwa ADD adalah program
Mengapa bisa terjadi ...?
‘milik’ pemerintah pusat, dan
Perlu dipikirkan integrasi antar ADD dan
pemerintah daerah kabupaten yang kepentingan sosial, juga dengan program-
program lainnya yang masuk desa.
penggunaannya terbatas pada
tujuan tertentu. Walaupun ada
benarnya, namun persepsi tersebut
harus diminimalisir agar tidak
terjadi pengkotakan yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Anggapan
bahwa pemerintah adalah pemilik proyek dan masyarakat adalah objek pembangunan
harus segera ditinggalkan.

Bantuan Langsung Tunai dan Beras untuk Keluarga Miskin

Program bantuan untuk masyarakat miskin yang digulirkan Pemerintah seperti


Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras untuk Keluarga Miskin pada hakekatnya
bukanlah suatu program anti-kemiskinan karena tidak mendorong kemandirian

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 58


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

masyarakat. Program bantuan beras untuk rakyat miskin, meskipun disukai oleh
masyarakat namun dianggap kurang sesuai dengan kultur masyarakat yang pola
makannya non-beras. Di Halmahera Timur, pada beberapa kecamatan pola makan
penduduk umumnya tidak tergantung beras sesuai kondisi pertaniannya. Sumber
karbohidrat penduduk diperoleh dari singkong, sagu, pisang dan lain-lain, dengan
demikian secara umum masyarakat tidak kesulitan memenuhi kebutuhan bahan
makanan pokok maupun ikan dan sayuran.

Penganggaran yang Berpihak Masyarakat Miskin

Wujud keberpihakan pemerintah terhadap upaya penanggulangan kemiskinan


di Kabupaten Halmahera Timur terlihat pada besarnya alokasi anggaran yang
dikucurkan, baik melalui anggaran pemerintah pusat maupun daerah. Alokasi belanja
daerah Kabupaten Halmahera Timur tahun 2020 menunjukkan bahwa proporsi untuk
pemberdayaan Masyarakat relative memadai, yaitu masing-masing sebesar 12.29
persen dan 15.06 persen dari total belanja daerah. Pencapaian Wajib Belajar 9 tahun
sudah lebih dari 78 persen seperti diindikasikan oleh angka partisipasi murni. Akan
tetapi proporsi pendidikan penduduk miskin yang tamat sekolah dasar perlu
ditingkatkan lagi mencapai tahap wajib belajar 12 tahun. Pada bidang kesehatan
seperti kekurangan gizi balita, angka kematian bayi, cakupan imunisasi, dan pelayanan
ibu melahirkan oleh tenaga medis, masih merupakan masalah yang dihadapi (lihat Bab
II). Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian dalam alokasi belanja daerah pada tahun-
tahun mendatang.
Proporsi dana pendidikan dalam alokasi belanja daerah cukup bervariasi.
Secara umum, porsi terbesar dari alokasi belanja daerah cenderung untuk pelayanan
umum, perumahan dan fasilitas umum, sedangkan pendidikan, kesehatan, dan
perlindungan sosial cenderung menjadi prioritas berikutnya.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 59


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur terhadap


peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada dukungan anggaran yang
disiapkan untuk akselerasi
Kotak 3.4
percepatan pencapaian
target SDGs yang
meningkat setiap tahunnya,
baik dalam jumlah maupun
dalam proporsi.
Khusus alokasi dana TARGET Sustainable Development Goals (SDGs)

terhadap goals/tujuan-1,
Tujuan 1:
proporsinya mencapai rata-
Tanpa Kemiskinan
rata diatas 50 persen Tujuan 2:
Tanpa Kelaparan
terhadap total anggaran
Tujuan 3:
SDGs (Gambar 12), Kehidupan Sehat
mengindikasikan bahwa dan Sejahtera
Tujuan 4:
Pemerintah Daerah sangat Pendidikan Berkualitas
serius terhadap upaya Tujuan 5:
Kesetaraan Gender
penanggulangan Tujuan 6:
kemiskinan. Agar upaya Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak
Tujuan 7:
yang ditempuh oleh Energi Bersih dan Terjangkau
Tujuan 8:
pemerintah provinsi ini Pekerjaan Layakdan Pertumbuhan Ekonomi
mencapai luaran yang
maksimal, maka dibutuhkan
dukungan penuh dari pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 60


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

70

60

50

n 40
e
Persen
rs
e 30
P

20

10

0
2011
2016 2012
2017 2013
2018 2014
2019 2015
2020
GOALs 1 64.73 55.67 51.93 49.88 52.73
GOALs 2 2.35 8.42 7.33 6.95 6.39
GOALs 3 1.68 5.31 4.63 4.44 4.10
GOALs 4 2.85 2.83 3.48 3.64 3.46
GOALs 5 7.68 7.85 7.42 7.27 6.83
GOALs 6 7.10 5.57 4.81 4.54 4.14
GOALs 7 13.60 14.35 20.41 23.28 22.36
Gambar 3.8. Capaian setiap goals SDGs tahun 2016– 2020 (RAD SDGs Prov.
Maluku Utara, 2020-2024, diolah).

3.4 Potensi Pemberdayaan


Beberapa aspek yang dipertimbangkan untuk pemberdayaan masyarakat
miskin diantaranya ialah:

1) Potensi sumberdaya alam, ialah potensi alam yang bisa digunakan untuk menin-
gkatkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti
pertanian dalam arti luas, barang tambang, hutan, minyak bumi dan lain-lain.
Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian digeluti oleh penduduk miskin
mencapai sekitar 80%.
2) Sumberdaya manusia, dapat berupa kuantitas maupun kualitas angkatan kerja
(penduduk usia kerja yang ingin bekerja) di wilayah tersebut. Semakin banyak
angkatan kerja yang berpendidikan tinggi dan memiliki kompetensi kerja di suatu
wilayah maka semakin banyak juga potensi sumberdaya manusia yang dimiliki
wilayah tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa sekitar 48% dari seluruh
penduduk miskin di Halmahera Timur tamat sekolah dasar, 48% tamat SMP dan
sisanya tamat SMA ke atas.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 61


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

3) Profil mata pencaharian/pekerjaan saat ini dan peluang pada mata pencaharain
alternatif. Hasil studi menunjukkan bahwa sekitar 80 persen dari penduduk
miskin di Halmahera Timur bekerja di sektor pertanian.
4) Dukungan infrastruktur wilayah, ialah keberadaan infrastruktur dalam
mendukung kegiatan ekonomi seperti jalan, jembatan, listrik dan lain-lain.
Infrastruktur jalan dan jembatan untuk memperlancar aksesibilitas kepada
peningkatan produksi dan keterjangkauan pasar masih terbatas terutama pada
wilayah-wilayah penduduk miskin perdesaan.
5) Modal sosial, sangat berperan dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin.
Modal sosial yang berakar pada berjalannya jejaring sosial akan membantu
percepatan proses pemberdayaan masyarakat maupun sebagai jaring pengaman
bagi penduduk miskin.
Untuk mendapatkan gambaran kondisi penduduk miskin, banyaknya orang
miskin dan potensi di suatu wilayah, diperlukan suatu pemetaan mengenai. Oleh
karena itu “Peta Kemiskinan, data Rumah Tangga Miskin, dan Potensi Pemberdayaan”
akan menghadirkan suatu gambaran yang utuh tentang potensi pemberdayaan
masyarakat miskin. Hal ini menjadi alasan bahwa strategi peningkatan kemandirian
masyarakat miskin antar satu wilayah dengan wilayah yang lain ialah ‘tidak homogen’
atau dengan kata lain perlu disesuaikan dengan karakteristik daerah tersebut dikaitkan
dengan jumlah rumah tangga miskin dan besarnya potensi wilayah. Sebagai contoh
kasus ialah pemberdayaan penduduk miskin, minimal dibutuhkan telaah terhadap:
- Luas wilayah: Kabupaten Halmahera Timur memiliki luas 14.202,02 km2, dengan
luas lautan mencapai 7.695,82 Km2 (54,15%) dan daratan seluas 6.506,19 km2.
(45,85%);
- Struktur perekonomian: didominasi sektor pertanian, terlihat dari angkatan kerja
yang terserap pada sektor ini yaitu sebesar 31.32 persen (Gambar 3.11) dengan
kontribusi pada PDRB mencapai 18.78 persen;
- Jumlah dan sebaran rumah tangga miskin (Gambar 3.12) dan rumah tangga
pertanian (Gambar 3.15);

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 62


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 3.9. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di


Kabupaten Halmahera Timur (BPS Kab. Halmahera Timur, 2021).

Gambar 3.10. Peta jumlah rumah tangga penerima bantuan sosial menurut kecamatan
di Kabupaten Halmahera Timur, tahun 2021 (Sumber data: Dinas Sosial, 2022).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 63


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Gambar 3.11. Peta jumlah rumah tangga pertanian menurut kecamatan di Kabupaten
Halmahera Timur, tahun 2021 (Sumber data: Dinas Sosial, 2022).

- Komoditas andalan lokal daerah. Berdasarkan kriteria Potensi dan Peluang


Agribisnis; Prospek Pasar; dan Diversifikasi Produk, menunjukkan komoditas
bahwa andalan lokal Kabupaten Halmahera Timur ialah kelapa, dan padi sawah
(Tabel 3.3), dan tanaman pangan sebagai pendukung ketahanan pangan.
- Infrastruktur yang menjadi pendukung sektor potensial pemberdayaan.
Tabel 3.3. Komoditas Andalan Lokal menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku
Utara
Prioritas Komoditas Andalan
No Kabupaten/Kota
Lokal
1 Kota Ternate Pala, Durian
2 Kab. Halmahera Barat Durian, Jagung, Kacang Tanah
3 Kab. Halmahera Utara Kelapa
4 Kota Tidore Pala
5 Kab. Halmahera Selatan Kakao, Pala
6 Kab. Halmahera Timur Kelapa, Padi Sawah
7 Kab. Halmahera Tengah Kakao, Pala, Vanili
8 Kab. Kepulauan Sula Pala, Kakao
Sumber: Bappeda Prov. Maluku Utara, 2020.

Berdasarkan telaah di atas maka sektor pertanian menjadi andalan potensi


pemberdayaan karena selain dapat meningkatkan serapan tenaga kerja, juga dapat

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 64


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Sub-sektor tanaman


perkebunan rakyat menjadi alternatif, namun salah satu tantangan yang dihadapi ialah
produktivitas rendah (tidak sesuai potensinya), misalnya produksi tanaman pala yang
rata-rata di bawah 1 ton/ha untuk seluruh kecamatan.
Infrastruktur merupakan fasilitas yang sangat penting dalam mendorong
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jalan dan pelabuhan sangat
vital perannya dalam pengangkutan masuk dan keluar berbagai kebutuhan
perdagangan dan penduduk di Halmahera Timur. Keterbatasan fasilitas transportasi
dan biaya logistik misalnya menyebabkan barang-barang kebutuhan pokok menjadi
besar biayanya, sebaliknya pemasaran hasil pertanian juga mengakibatkan tingginya
margin pemasaran. Prasarana transportasi Ke kecamatan Maba Utara, sangat
mempengaruhi harga produk dari daerah ini.
Transportasi dan komunikasi merupakan fasilitas sangat penting dalam
perekonomian terutama untuk menjangkau pasar. Keterbatasan sarana dan prasarana
dimaksud telah menyebabkan daerah yang sulit dijangkau menjadi tidak atau sangat
lambat berkembang. Infrastruktur sosial merupakan hal penting lainnya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Daerah Halmahera Timur
menyalurkan alokasi dana desa (ADD) sesuai perencanaan desa. Selain itu sasaran
ADD perlu diperjelas dalam konteks pendapatan Masyarakat dengan
memperhitungkan berbagai kendala yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah
daerah. Perubahan kondisi kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan melalui
perluasan penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
pemerataan peningkatan pendapatan.

Tantangan

Kabupaten Halmahera Timur belum memilliki dokumen SPKD. Dalam


konteks ini, kinerja optimal dari Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (Tim
KPKD) daerah di tingkat kabupaten, sangat diperlukan.

Dalam kondisi tanpa SPKD maka pengarus-utamaannya ke dalam dokumen


perencanaan pembangunan daerah seperti RPJMD, juga belum optimal. Hal ini dapat
menyebabkan tidak terciptanya keselarasan, koordinasi, dan sinergi antar pelaku upaya
penanggulangan kemiskinan, selanjutnya dapat berimbas pada target sasaran program

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 65


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

yang ‘berulang’ atau sebaliknya terdapat daerah yang ‘terlewatkan’, tumpang-tindih


dan tidak proporsional antar program dan anggaran.
Berdasarkan kondisi dan kecenderungan dari beberapa indikator yang telah
diuraikan pada Bab II, tampak bahwa pencapaian pembangunan kesejahteraan
masyarakat di Halmahera Timur masih perlu mendapat perhatian khusus, terutama di
wilayah perdesaan. Keterlibatan para pihak sangat ideal untuk memandu di dalam
upaya penanggulangan kemiskinan daerah ini. Program dan kebijakan yang tidak tepat
dan tidak berpihak pada masyarakat miskin dapat menyebabkan pergeseran status
kesejahteraan masyarakat, yang ‘miskin’ menjadi ‘sangat miskin’ dan yang ‘hampir
miskin’ menjadi miskin. Kelompok masyarakat hampir miskin memiliki porsi terbesar
dan rentan untuk bergeser ke posisi miskin (Gambar 3.13).

18
16 Sangat Miskin
14 Miskin
Hampir Miskin
Persentase (%)

12
10
8
6
4
2
0
Halbar Halteng Sula Halsel Halut Haltim Morotai Ternate Tikep MALUT
Sangat Miskin 5.33 8.11 2.56 3.57 1.30 12.05 5.41 0.93 2.19 3.53
Miskin 7.97 16.45 6.42 5.94 6.52 7.25 5.18 3.60 4.88 6.26
Hampir Miskin 9.09 16.35 5.82 4.93 15.46 12.87 9.37 8.08 10.08 9.39

Gambar 3.12. Persentase status kemiskinan penduduk di Provinsi Maluku Utara,


tahun 2018 (BPS, 2020).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 66


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

BAB IV
PETA MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI

4.1 Peta Masalah


Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera
Timur telah membawa dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah
ini. Hal ini terlihat dari menurunnya tingkat kemiskinan penduduk, namun beberapa
indikator kesejahteraan masih memerlukan perhatian serius untuk ditingkatkan/
diturunkan (Tabel 4.1 dan 4.2).
Tabel 4.1. Status pencapaian pembangunan di Kabupaten Halmahera Timur
berdasarkan indikator kemiskinan dan pendidikan, tahun 2016
Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
Acuan Maluku Halmahera
Status Kemiskinan Halmahera Timur SDGs
Dasar Utara Timur
Persentase penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan 11.97 7.55 8.06 14.08
nasional (%)

Indeks kedalaman kemiskinan (%) 2.23 Berkurang 0.85 2.62

Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan 10.83 5.57 Berkurang 7.92
nasional, menurut jenis kelamin dan kelompok umur

Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 63.17 Meningkat 63.71 93.22
(%)
Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas 24.73 Menurun 51.05 23.27
keluarga terhadap total kesempatan kerja (%)
Prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi (%) 22.80 15.50 23.60 41,5

Prevalensi balita gizi buruk 6.70 3.60 0.41 3.70

Prevalensi balita gizi kurang 16.10 11.90 7.44 14.34

Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah angka konsumsi


minimum
< 1.400 Kkal/Kapita/hari 14.93 8.50 39.63 N/A

<2.000 Kkal/Kapita/hari 58.94 35.32 77.42 N/A

Keterangan: TK = Tingkat Kemiskinan (%), P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan, APS


= Angka Partisipasi Sekolah Dasar murid SD/MI (%), APM = Angka
Partisipasi Murni Sekolah Dasar murid SD/MI (%), AMH = Angka Melek
Huruf (%), < SD = Tidak tamat pendidikan Sekolah Dasar (%).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 67


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Tabel 4.2. Status pencapaian pembangunan di Provinsi Maluku Utara berdasarkan


indikator kesehatan dan lingkungan hidup, tahun 2010
Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
Acuan Maluku Halmahera
Status Kemiskinan Halmahera Timur SDGs
Dasar Utara Timur

Angka Parsitipasi Murni (APM) Sekolah Dasar/MI (%) 94.06 100.00 92.65 96.15

Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar (%) 96.71 100.00 45.90 97.90

Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan


laki-laki (%)
Laki-laki 99.81 100.00 99.21 67.65

Perempuan 99.76 100.00 99.02 75.79

Rasio APM perempuan/laki-laki di SD (%) 99.28 100.00 100.32 96.15

Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP (%) 101.48 100.00 107.08 81.04

Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA (%) 109.33 100.00 97.85 59.70

Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok 100.31 100.00 99.62 89.56
umur 15-24 tahun (%)

Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Provinsi (% 8.89 Meningkat 35.01 5.00

Angka Kematian Balita per 100 kelahiran hidup 74.00 32.00 22.60 30.00

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup 51.00 23.00 17.70 17.00

Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak (%) 85.50 Meningkat 88.24 64.22

Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup (%) 230.08 102.00 276.60 458.00

Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (%) 37.97 Meningkat 52.16 92.09

Prevalensi HIV/AIDs (per 100.000) 0.26 0.00 0.21 0.03

Prevalensi malaria (per 100.000) 0.46 0.00 0.20 29.00

Cakupan air bersih 67.00 100.00 76.30 86.38

Akses terhadap sanitasi 43.20 100.00 54.60 3.90

Keterangan:
KG = Prevalensi Kurang Gizi (%), GB = Prevalensi Gizi Buruk (%), GK = Prevalensi Gizi Kurang (%), IC =
Persenatse balita diimunisasi Campak (%), AKB = Angka Kematian Bayi (per 1000 kelahiran hidup), AKI = Angka
Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup), KDTK = Kelahiran terakhir ditolong tenaga kesehatan (%), AB =
Akses terhadap air bersih (%), JN = Akses terhadap jamban (%), IPM = Indeks Pembangunan Manusia.

Pada Tabel 4.1 dan 4.2 tampak bahwa pencapaian Kabupaten Halmahera
Timur suatu indikator tertentu sangat bervariasi, memberikan indikasi perbedaan
tingkat keberhasilan pembangunan antar wilayah. Pencapaian Halmahera Timur di
dalam menurunkan tingkat kemiskinan belum memberikan dampat positif terhadap
kesejahteraan masyarakat banyak. Pada bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan,
dan ketenaga kerjaan, beberapa aspek yang ‘melekat’ pada masyarakat miskin masih
memerlukan perhatian khusus dan kerja keras. Tantangan yang dihadapi adalah
disparitas antar wilayah kecamatan dan antar perkotaan dan perdesaan, yang
memerlukan penanganan spesifik sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 68


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Pada telaah dokumen, tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten


Halmahera Timur ialah: 1) belum adanya dokumen Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (SPKD) dan 2) dokumen SPKD belum terarus-utamakan di dalam
RPJMD, dengan demikian 3) belum dijabarkan dalam RKPD, 4) belum dijadikan
pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, dan 5) belum dijalankan melalui Renja
SKPD dokumen perencanaan SKPD.

4.2 Usulan Intervensi

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan APS


penduduk usia 7-12 tahun sebagai salah satu indikator di bidang pendidikan, dapat
ditentukan wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas intervensi. Prioritas
Pertama ialah wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan APS tinggi. Pada
wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk menurunkan APS jenjang
pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) dengan target penduduk usia sekolah yang
berasal dari rumah tangga miskin, wilayah tersebut adalah Kecamatan Wasile
Selatan, Wasile Timur, dan Wasile Tengah (Gambar 4.1).

100

98 Priorita
Priorita s II
96 s IV

94
APS SD

92 Priorita
s III
90 Priorita
sI
88

86
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.1. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam penurunan


Angka Partisipasi Sekolah penduduk usia 7-15 tahun.
Keterangan: Prioritas I: Wasile Selatan; Wasile Timur
Prioritas II: Maba;
Prioritas III: Wasile, Wasile Tengah;
Prioritas IV: Maba Selatan, Maba Tengah, Wasile, Wasile Utara.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 69


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan angka


tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar sebagai salah satu indikator di bidang
pendidikan, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas
intervensi. Prioritas Pertama ialah wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan
angka putus sekolah tinggi. Pada wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk
menurunkan angka putus sekolah jenjang pendidikan sekolah dasar dengan target
penduduk usia sekolah yang berasal dari rumah tangga miskin, wilayah tersebut adalah
Wasile Selatan dan Wasile Timur (Gambar 4.2).

60 Priorita Priorita
s IV s II
50
Tidak Tamat SD

40

30

20
Priorita Priorita
s III sI
10

0
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.2. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 7-15 tahun.
Keterangan: Prioritas I: Wasile Selatan dan Wasile Timur;
Prioritas II: Wasile Tengah dan Maba;
Prioritas III: Maba Selatan dan Maba Tengah;
Prioritas IV: Wasile, Wasile Utara, dan Maba Utara.

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan


cakupan imunisasi campak/morbili sebagai salah satu indikator di bidang kesehatan,
dapat ditentukan wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas intervensi.
Prioritas Pertama ialah wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan cakupan
imunisasi rendah. Pada wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk
meningkatkan cakupan imunisasi campak/morbili dengan target balita yang berasal

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 70


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

dari rumah tangga miskin, wilayah tersebut adalah Kecamatan Wasile Selatan,
Wasile Timur, dan Maba Utara (Gambar 4.3).

100
Priorit
90 as I
Imunisasi Campak/Morbili (%)

80 Priorit
as III
70
60
50
40
Priorita
30 s II

20
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.3. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


cakupan imunisasi campak/morbili pada balita.
Keterangan: Prioritas I: Wasile Selatan, dan Maba Utara ;
Prioritas II: Wasile Timur, Maba Selatan dan Maba Tengah, Wasile
Tengah;
Prioritas III: Wasile Utara, dan Maba.

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan


pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan sebagai salah satu indikator di bidang
kesehatan, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas
intervensi. Prioritas Pertama ialah wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan
angka pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan rendah. Pada wilayah tersebut
diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan angka pertolongan kelahiran oleh
tenaga kesehatan dengan target ibu-ibu yang berasal dari rumah tangga miskin,
wilayah tersebut adalah Kecamatan Wasile Utara dan Maba Utara (Gambar 4.4).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 71


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

70

Pertolongan persalinan oleh tenaga 60

50
Priorit
as II
kesehatan

40 Priorit
as IV
30

20
Priorit Priorit
10 as III as I

0
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.4. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan pada ibu melahirkan.
Keterangan: Prioritas I: Wasile Utara, Maba Utara, Wasile Tengah;
Prioritas II: Wasile Timur dan Maba Tengah;
Prioritas III: Maba Selatan dan Maba;
Prioritas IV: Wasile Selatan.

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan angka


kematian bayi sebagai salah satu indikator di bidang kesehatan, dapat ditentukan
wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas intervensi. Prioritas Pertama ialah
wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan angka kematian bayi tinggi. Pada
wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk menurunkan angka kematian bayi
dengan target utama dari rumah tangga miskin, wilayah tersebut adalah Kecamatan
Wasile Utara, Maba Utara, dan Wasile Tengah (Gambar 4.5).
Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan akses
terhadap air bersih sebagai salah satu indikator di bidang kesehatan dan lingkungan,
dapat ditentukan wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas intervensi.
Prioritas Pertama ialah wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan akses terhadap
air bersih rendah. Pada wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk
meningkatkan akses terhadap air bersih dengan target utama berasal dari rumah tangga
miskin, wilayah tersebut adalah Wasile Utara (Gambar 4.6).

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 72


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

60 Priorita Priorita
s III sI
Angka Kematian Bayi 50

40

30 Priorita
s II
20
Priorita
s IV
10

0
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.5. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam penurunan


Angka Kematian Bayi.
Prioritas I: Wasile Utara;
Prioritas II: Maba Utara dan Maba Tengah;
Prioritas III: Maba Selatan.

90

80
Priorit
70
Akses terhadap Air Bersih

as II
Priorit
60 as IV

50

40
Priorit Priorit
30
as III as I
20

10

0
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.6. Kecamatan prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


akses terhadap air bersih.
Prioritas I: Wasile Timur;
Prioritas II: Wasile Utara.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 73


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan akses


terhadap jamban sebagai salah satu indikator di bidang kesehatan dan lingkungan,
dapat ditentukan wilayah-wilayah yang perlu memperoleh prioritas intervensi.
Prioritas Pertama ialah wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan akses terhadap
jamban rendah. Pada wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk
meningkatkan akses jamban dengan target utama rumah tangga miskin, wilayah
tersebut adalah Kecamatan Maba, Wasile dan Wasile Selatan (Gambar 4.7).

100
90
80
Akses terhdap Jamban

Priorit
70 asII
Priorit
60 asIV

50
40
30
20
Priorit Priorit
10 asIII asI
0
0 5 10 15 20 25 30

Tingkat Kemiskinan

Gambar 4.7. Kabupaten/kota prioritas untuk dilakukan intervensi dalam peningkatan


akses terhadap jamban.
Prioritas I: Kecamatan Maba, Wasile dan Wasile Selatan;
Prioritas II: Wasile Tengah;
Prioritas III: Maba Utara dan Maba Selatan.
Prioritas IV: Wasile dan Wasile Timur.

Fakta menunjukkan bahwa: 1) tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat


miskin masih rendah, 2) dominan sebagai pekerja informal dan pada sektor pertanian
(tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan), dan 3) penyumbang PDRB
terbesar adalah sektor pertanian, yang berarti bahwa masyarakat miskin adalah pelaku
penguat ekonomi daerah. Jadi, masyarakat miskin harus diberdayakan (pro job) agar
mereka terlepas dari ‘lilitan’ kemiskinan (pro poor), dan dalam waktu bersamaan akan

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 74


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

terjadi (disertai) percepatan laju pertumbuhan ekonomi (pro growth). Untuk itu
diperlukan intervensi program-program sebagai berikut:

Program Penanganan Kemiskinan:

Penciptaan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat miskin, melalui:


1. Program Peningkatan Keterampilan Kerja.
Materi difokuskan pada kesesuaian potensi sumberdaya alam lokal.
Implementasi program dalam bentuk ‘pilot project’ harus dihindari, tetapi
‘pioner project’;
2. Program Bantuan Dana Stimulan untuk UMKM.
Memberikan kemudahan mengakses kredit mikro untuk pengembangan UMKM.
Model “Grameen Bank” dapat diadopsi untuk dikembangkan sesuai karakteristik
ekososbud masyarakat Maluku Utara;
3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan.
Dimaksudkan untuk meningkatkan aksesibiltias usahatani termasuk pengolahan
dan pemasaran produk hasil pertanian;
Intervensi dalam bentuk langkah strategis pembangunan perdesaan/pertanian,
antara lain adalah:
4. Program Pemberdayaan Petani Berbasis Kawasan.
Mengembangkan konsep Agribisnis dan Agroindustri berdasarkan potensi
Komoditas Andalan Lokal, misal untuk sub-sektor pertanian tanaman perkebunan
dan tanaman pangan: (kacang tanah, jagung, durian), (kelapa), (pala,), (padi
sawah).
Pola pemberdayaan diarahkan pada Kemandirian melalui pendekatan berikut:
 Lahan pertanian sebagai laboratorium alam, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani secara mandiri (belajar mandiri),
 Membangun kelembagaan teknis, manajemen, dan keuangan mikro dalam
satu kerangka agribisnis dan agroindustri “hulu – tengah – hilir”. Pada
subsistem hulu, penguatan petani dilakukan pada aspek perbenihan dan teknik
budidaya; subsistem tengah pada aspek mekanisasi, industri rumah tangga
(home indutry)/teknologi tepat guna pascapanen buah dan sayur, pakan
ternak, dan pupuk hayati; subsistem hilir pada aspek pemasaran melalui
kemitraan multipihak.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 75


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

 Menjamin siklus input – output pertanian secara terpadu, ramah lingkungan


dan berkelanjutan, dengan berlandas pada potensi sumberdaya alam lokal
(tanpa input luar).
 Menyediakan akses terhadap sumberdaya finansial dari kekuatan kelompok
usahatani.

Upaya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi


masyarakat nelayan miskin, dapat dilakukan melalui kegiatan antara lain:
5. Program Pengembangan Kapasitas Nelayan.
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam hal teknik penangkapan,
keterampilan budidaya perikanan laut, pembuatan rumpon, pembuatan terumbu
karang buatan dan keramba apung, pengolahan hasil tangkapan/teknik
pengawetan, pengetahuan manajemen usaha dan pemasaran, serta keterampilan
lainnya di luar kegiatan perikanan.

6. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan nelayan adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan seperti pelabuhan, dermaga, jalan
raya, balai penelitian dan pengembangan pembenihan, listrik, air bersih, lokasi
pemukiman nelayan, cold storage, dan balai pelatihan.
b. Pengembangan ekonomi pesisir berbasis kawasan pengelolaan/pemanfaatan
yang terkoordinasi secara lintas sektoral, perlu memperhatikan regulasi yang
pro-poor/masyarakat dan nelayan lokal.
c. Mengembangkan aktivitas ekonomi di luarnya (off-farm), membangun
perbengkelan kapal, menyelenggarakan jasa transportasi, peningkatan
perdagangan komoditi perikanan hasil industri, pengembangan teknologi alat-
alat penangkapan, dan pembangunan pariwisata.

Penanggulangan kemiskinan perkotaan khususnya bagi masyarakat di pusat


ibu kota kabupaten, dapat dilakukan dengan:
7. Program penataan permukiman layak dan sehat.
Penyediaan air bersih, serta sarana dan prasarana dasar lainnya yang dibutuhkan
oleh mereka.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 76


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

8. Program kemitraan pengusaha dan kaum miskin.


Penyediaan kredit dan pendampingan usaha. Pemda bermitra dengan pihak
perbankan atau pengusaha melalui metode ‘perwalian masyarakat’ (community
trust fund). Dapat ditempuh dengan dua pendekatan berbeda, 1) Pemda menitip
dana di Bank, dan 2) Pengusaha sebagai lembaga keuangan yang memberikan
kredit kepada pengusaha mikro/kecil. Pengajuan kredit dilakukan melalui
lembaga pendamping yang ditunjuk oleh pemerintah.

Program Penanganan Pendidikan:

Intervensi dalam upaya mengatasi persoalan pendidikan, selain peningkatan


keterampilan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, ialah:

1. Program Pendidikan Gratis.


Menjamin Anak-anak miskin untuk mencapai minimal jenjang SMP/MTs. Bagi
sekolah di daerah miskin, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sangat
membantu karena dapat menggantikan kontribusi finansial orang tua kepada
sekolah khususnya pengeluaran untuk SPP.

2. Program BOS Daerah (BOSDA).


Melalui APBD, dialokasian dana pendidikan dengan proporsi khusus untuk
BOSDA dengan tetap ‘mengizinkan’ partisipasi masyarakat dalam membiayai
pengeluaran operasional sekolah; dan

3. Program Beasiswa Siswa Miskin (BSM).


Program ini ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat miskin
dalam menyekolahkan anaknya di jenjang SD/MI dan SMP/MTs.

Program Penanganan Kesehatan:

Intervensi dalam upaya mengatasi persoalan gizi buruk, AKB, dan AKI, selain
peningkatan pendapatan masyarakat miskin, adalah:

1. Program Peningkatan kapasitas masyarakat.


- Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang memadai tentang berbagai aspek
terkait dengan gizi dan kesehatan, serta sanitasi lingkungan yang sehat,

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 77


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu atau


revitalisasi posyandu,
- ‘Menularkan’ cara hidup sehat kepada anak-anak melalui sekolah.
2. Program Dukun Terlatih.
Dimaksudkan untuk menekan angka kematian ibu melahirkan terutama pada
daerah-daerah terpencil yang kekurangan tenaga kesehatan terlatih.
3. Program pemberian makanan tambahan dengan cakupan yang lebih luas.
Peningkatan gizi masyarakat khususnya balita.
4. Oleh karena itu, peran proaktif petugas kesehatan sangat diperlukan untuk dapat
mengatasi persoalan kesehatan ibu dan anak. Perlunya membangun budaya baru
di kalangan masyarakat perdesaan, yaitu budaya yang memandang perlunya
memeriksakan kesehatan khususnya bagi ibu hamil dan anaknya setelah lahir.

Strategi Kebijakan
Agar penanggulangan kemiskinan dapat berhasil guna secara optimal
dibutuhkan strategi untuk menjalanan kebijakan dan program, sebagai berikut:

1. Mengintregasikan program masyarakat, pemerintah, dan swasta;


2. Mendudukkan masyarakat/keluarga miskin sebagai pelaku utama dalam program
penanggulangan kemiskinan.
3. Untuk memberdayakan dan memperkuat aparat desa dan posisi masyarakat dalam
pembangunan, perlu program dan kebijakan:
 Pendampingan Penyusunan RPJM-Desa
 Pendampingan Penyusunan APB-Desa
4. Menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPKD) bagi
kabupaten/kota yang belum memilikinya;
5. Mensenyawakan SPKD dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, Rencana
Strategi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(Renja SKPD), seperti terlihat pada Gambar 4.8.
6. Mengintegrasikan program-program nasional dengan program-program daerah,
misal antar ADD dan PNPM.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 78


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

RPJP RPJM RKP RAPBD APBD


Daerah Daerah Daerah

SPKD Renstra Renja RKA Rincian


SKPD SKPD SKPD APBD

Gambar 4.8. Kedudukan SPKD dalam tata kebijakan pemerintah daerah (alur
perenacanaan dan penganggaran daerah).
diarus-utamakan, dijabarkan. SPKD diarus-utamakan dalam
RPJPD dan RPJMD, dijabarkan dalam RKPD, dijadikan pedoman dalam
penyusunan Renstra SKPD, dan dijalankan melalui Renja SKPD.

7. Kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan publik yang


berpihak kepada orang miskin (pro poor policy). Oleh karenanya, kebijakan ini
harus diterjemahkan dalam pembangunan yang berpihak kepada kaum miskin
(pro poor development) dan pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orang
miskin (pro poor growth).
Secara operasional arah penanggulangan kemiskinan dapat dikelompokkan dalam
empat kebijakan dan program, yaitu perluasan kesempatan, pemberdayaan
masyarakat, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, dan perlindungan sosial.
Keempat kebijakan dan program tersebut harus dilaksanakan secara sinergis oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat;

8. Sistem pemantauan dan penilaian (monitoring and evaluation system) dalam


program penanggulangan kemiskinan tidak lain merupakan kesepakatan bersama
untuk saling terbuka dan bersedia menerima masukan dari segenap pemangku
kepentingan;

9. Perlu tercipta dialog dan diskusi insidental antar Pengurus/Tim Koordinasi


Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dengan para pelaku atau pemangku
kepentingan; Musyawarah Lintas Pelaku (MLP); dan Pemberitaan media massa.

10. Melalui kewenangan yang dimiliki, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota


dapat mewujudkan:

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 79


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

 Perencanaan dan Penganggaran serta Monitoring dan Evaluasi yang Berpihak


Masyarakat Miskin (Pro Poor Planing, Budgeting, Monitoring and Evaluation,
P3BM). Mendorong treciptanya ‘penganggaran proporsional’, daerah-daerah
yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi perlu mendapatkan perhatian khusus;
 Pemerintah Daerah mengambil inisiatif merumuskan kebijakan publik yang
mengutamakan keterbukaan dan partisipasi masyarakat, mengembangkan
forum kelembagaan yang partisipatif, dan meningkatkan kapasitas birokrasi
dalam menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat;
 Selain itu, dibutuhkan sebuah standar pelayanan minimum (SPM) sebagai
bagian dari peningkatan pelayanan publik yang merupakan indikator
kemampuan aparat dalam memberikan pelayanan publik;
 Membentuk ‘Sekretariat Bersama Data-base Kemiskinan’ lintas SKPD,
dengan aliran yang sistematis, akurat, updating, dan terbuka untuk seluruh
pemangku kepetingan upaya penanggulangan kemiskinan;
 Mengadakan baseline data tentang kemiskinan dengan menggunakan metode
analisis kemiskinan partisipatif (AKP); dan
 Mendukung dan mengembangkan program-program yang terdapat di
masyarakat (best practice).

11. Dari faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan ADD maka strategi yang
harus dilakukan ialah:
a. sosialisasi yang matang kepada masyarakat luas,
b. meningkatkan pengetahuan pelaksana (terutama aparat desa) dengan diklat,
c. mengutamakan partispasi masyarakat dalam pelaksanaan,
d. kejelasan kedudukan, tugas, dan fungsi LPMD,
e. perencanaan pembangunan desa yang terpadu dengan sistem perencanaan
Kabupaten.
Untuk hal tersebut, perlu dipikirkan inisiasi penyusunan RPJM-Desa dan APB-
Desa melalui maksimasi peran pemerintah desa dan masyarakatnya. Hal lainnya
ialah bagaimana mengintegrasikan ADD dengan PNPM atau program-program
lainnya yang diimplementasikan di desa sehingga desa tidak menjadi ajang
‘pertempuran’ pihak-pihak berkepentingan.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 80


Laporan Antara – Kajian Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Timur

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2020.


Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2020. p.111.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Utara. 2022.


Strategi Pengembangan Potensi Pertanian Provinsi Maluku Utara. Kerjasama
Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara – Fakultas Pertanian Universitas
Khairun.

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2022. Rencana Aksi


Nasional Pangan dan Gizi. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.
p.86.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2022. Data dan informasi kemiskinan 2021, Kabupaten.
p.327.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Data dan informasi kemiskinan 2020, Kabupaten.
p.285.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Data dan informasi kemiskinan 2008, Kabupaten.
p.273.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Data dan informasi kemiskinan kabupaten/kota
2009, Buku 2: Kabupaten. p.234.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Data dan informasi kemiskinan kabupaten/kota
2010, Buku 2: Kabupaten. p.302.

[BPS] Badan Pusat Statistik 2022. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten


Halmahera Timur. 2022. p.191.

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. 2011. Statistik Saku Statistik
untuk Provinsi Maluku Utara. p.30.

Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur. 2021. Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku Utara Tahun 2021-
2025. p.347.

[RAD] Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Sustainable Development Goals


(SDGs). 2021. PROVINSI MALUKU UTARA Tahun 2020-2024. p.362.

[RPJMN] Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2020. Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. p. 2279.

(BP4D) Kabupaten Halmahera Timur 81

Anda mungkin juga menyukai