Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL PENELITIAN

“Pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan Geoboard


pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Sekolah Dasar”

Disusun Oleh :

Ahmad Yulianto
(A2G022004)

Dosen Pengampu:
Prof. Drs. Agus Susanta, M.Ed., Ph.D.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika berasal dari kata mathema yang artinya pengetahuan dan

mathein yang artinya berpikir atau belajar. Matematika adalah ilmu yang

berupa angka dan membahas tentang perhitungan, masalah numerik, besaran,

kuantitas, dan sistem pemahaman konsep matematis (Lina, 2018:24).

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang membutuhkan kemampuan

berpikir logis dan analitis dalam memecahkan masalah menyajikan materi yang

sesuai dengan karakteristik peserta didik sekolah dasar yaitu berorientasi pada

kepentingan pemahaman konsep matematis serta mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tujuan dari pendidikan matematika di sekolah dasar yaitu untuk

memahami dan mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-

hari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Susanto (2019:196) menyatakan tujuan

matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil

menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika

dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.

Salah satu model pembelajaran yang efektif untuk mata pelajaran

matematika yaitu dengan menggunakan model discovery learning. Penanaman

sebuah konsep akan lebih efektif melalui kegiatan penemuan dibandingkan

dengan guru menyampaikan materi secara lisan. Menurut Olorode & Jimoh

(2016) discovery learning merupakan suatu kegiatan menemukan kebenaran

melalui pengalamannnya sendiri, kegiatan penemuan tersebut dapat bertujuan

2
untuk menemukan suatu konsep dan memecahkan masalah. Penerapan model

discovery learning mempunyai hubungan keterlibatan pada siswa. Implikasi

model discovery learning kepada siswa menurut Ilahi (2014) yaitu terjadi

peningkatan daya intelektual siswa sehingga menampakan harapan baru untuk

menuju kesuksesan serta siswa akan belajar mengorganisasi dan mengahadapi

masalah dan berusaha mencari pemecahan masalah sendiri. Hal yang perlu

dipertimbangkan oleh guru dalam penerapan model discovery learning yakni

adanya berbagai kelebihan dan kekurangan. Sehingga harus diselaraskan

dengan karakteristik siswa.

Keunggulan model discovery learning menurut Ilahi (2014) diantaranya

ketertarikan siswa serta pembentukan konsep abstrak menjadi bermakna

dicapai melalui pengalaman langsung yang dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran, pembelajaran lebih realistis dan berarti karena dilatarbelakangi

oleh interaksi langsung siswa dengan contoh-contoh nyata, melibatkan siswa

secara langsung dalam pembelajaran serta membangkitkan motivasi siswa.

Keuntungan model discovery learning yang lain menurut Kurniasih (2014)

adalah memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri.Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa proses

pembelajaran adalah hal yang sangat penting sehingga perlu inovasi sesuai

karakteristik peserta didik. Seperti yang diungkapkan Daryanto (2016:2) Peran

seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan

melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efesien bagi peserta didik bukan

hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat

3
ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi

antara guru, peserta didik dapat berjalan dengan baik.

Kurikulum merdeka telah memberikan kebebasan pada guru untuk

mengembangkan Media Pembelajaran. Media merupakan alat bantu yang

sangat efektif dalam membantu pendidik untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, Suprapto dikutip (Arsyad, 2013:3). Media memiliki kontribusi

yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Peran media sangat penting

untuk membantu proses belajar, memperjelas materi pembelajaran dengan

beragam contoh konkret dan memfasilitasi interaksi dengan peserta didik serta

memberi kesempatan praktik kepada peserta didik untuk membantu memahami

konsep dan pengukuran pada pembelajaran matematika sehingga akan

memberikan hasil belajar yang optimal pada peserta didik. Salah satu upaya

dalam mendukung kemampuan pemahaman konsep dan pengukuran bangun

datar peserta didik di sekolah dasar dengan menerapkan media yang tepat

untuk memaksimalkan hasil belajar. Media yang dapat digunakan untuk

menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas dan mendukung

kemampuan pemahaman konsep dan pengukuran bangun datar adalah dengan

menggunakan media geoboard.

Geoboard merupakan pengembangan dari media display atau dikenal

dengan papan peragaan dan termasuk ke dalam jenis media visual diam yang

mengandalkan indera penglihatan. Munadi (2013:81) hal tersebut sejalan

dengan pendapat Rosyid (2019:40) Media Visual adalah media yangg

berkaitan dengan indera penglihatan. Media visual salah satu alat penyampai

pesan dalam pembelajaran dapat memberikan gambaran yang bersifat

4
menyeluruh yaitu menampilkan pesan dari konkrit ke yang abstrak. Rosyid

(2019:74). Menurut Ruseffendi dikutip(Yohanes, 2017:38), Media geoboard

merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari bangun

datar yang terbuat dari kayu tipis yang di atas permukaannya ditancapkan

paku-paku dengan rapi sedemikian rupa dan membentuk pola seperti persegi

sehingga dapat dipakai untuk memperagakan bangun datar geometri beserta

ukurannya. Winasis (2012) Media geoboard memiliki kelebihan-kelebihan

yaitu: 1) Bentuknya sederhana sehingga mudah pembuatanya; 2) lebih

ekonomis karena biayanya murah dan dapat dipakai berkali-kali; 3) Bahan dan

alat produksinya mudah diperoleh; 4) Terdapat unsur bermain sehingga peserta

didik lebih senang belajar. Sehingga dapat disimpulkan, Media geoboardadalah

media visual yang terbuat dari papan berbentuk bujur sangkar atau persegi

konkret yang diatasnya ditancapkan paku sedemikian rupa sebagai alat bantu

dalam mengenalkan konsep dan pengukuran keliling dan luas geometri bangun

pada pembelajaran matematikayang efektif untuk dapat memberikan daya tarik

serta motivasi belajar peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang

maskimal.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti mencoba

melakukan penelitian tentang pengembangan media pembelajaran matematika

berupa LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan Geoboard untuk

meningkatkan hasil belajar siswa . Terdapat penelitian yang mirip dengan

penelitian yang diambil, dengan menggunakan media geoboard yaitu yang

pernah dilakukan oleh Malek (2019) hasilnya menunjukan adanya pengaruh

signifikan pada hasil belajar matematika materi bangun datar di kelas IV

5
Sekolah Dasar. Hal itu, telah dibuktikan dengan perhitungan uji tyang telah

dilakukan. Berdasarkan uji hipotesis, diketahui adanya perbedaan antara hasil

pembelajaran menggunakan media geoboard dengan pembelajaran tanpa

menggunakan media geoboard. Tetapi belum ada penelitian pengembangan

LKPD berbasis Disovery Learning menggunakan Geoboard pada materi luas

bangun datar siswa kelas V Sekolah Dasar.

Dari pemaparan tersebut Maka peneliti mengangkat judul

“Pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan Geoboard

pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah yang diajukan peneliti adalah:

1. Bagaimana proses pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning

menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V

Sekolah Dasar ?

2. Bagaimana kelayakan LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan

Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Sekolah Dasar?

3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap LKPD berbasis Discovery

Learning menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa

Kelas V Sekolah Dasar ?

4. Bagaimana efektivitas LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan

Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


6
1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan LKPD berbasis Discovery

Learning menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa

Kelas V Sekolah Dasar

2. Untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis Discovery Learning

menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V

Sekolah Dasar

3. Untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap LKPD berbasis

Discovery Learning menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun

Datar Siswa Kelas V Sekolah Dasar

4. Untuk mengetahui efektivitas LKPD berbasis Discovery Learning

menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V

Sekolah Dasar

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan

sekolah sebagai berikut:

Manfaat Teoretis
Sesuai dengan kajian penelitian yaitu bidang keguruan dan ilmu pendidikan,

diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoretis mengenai

pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan Geoboard

pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

Manfaat Praktis
a. Bagi siswa

7
1) Dengan penggunaan LKPD menggunakan Geoboard diharapkan siswa dapat

lebih tertarik dalam belajar dan membantu siswa meningkatkan aktivitas

belajar yang baik.

2) Dengan pendekatan Discovery Learning, diharapkan dapat menstimulus dan

menumbuhkan rasa keingintahuan serta ketertarikan siswa dalam

menemukan sendiri .

b. Bagi Guru

1) Memberikan solusi dan perbaikan pembelajaran dalam pembelajaran

matematika, yaitu melalui pendekatan RME berbantuan Magic Straws

sebagai salah satu pendekatan yang dapat membuat proses pembelajaran

menjadi lebih nyata karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan

dibantu oleh media yang menarik sehingga siswa dapat lebih antusias dalam

belajar sehingga memperoleh pembelajaran yang bermakna.

2) Lembar Kerja Peserta Didik membantu memudahkan guru dalam

pembelajaran. Kemudian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

Matematika siswa demi mencapai tujuan pendidikan.

c. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman

baru tentang pengembangan Pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning

menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Sekolah

Dasar, yang dapat dijadikan bekal sebagai calon tenaga guru profesional nantinya

untuk menciptakan generasi sesai dengan yang di inginkan.

A. Spesifikasi Produk yang diharapkan

8
Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini

yaitu:

1. Produk yang dikembangkan berupa LKPD matematika dengan materi Luas

bangun datar untuk peserta didik kelas V sekolah dasar.

2. Produk yang dikembangkan berupa LKPD berbasis Discovery Learning

menggunakan Geoboard pada Meteri Luas Bangun Datar Siswa Kelas V

Sekolah Dasar

3. LKPD hasil pengembangan mengarahkan peserta didik dalam memahami serta

menemukan konsep pembelajaran melalui pengalamannya sendiri.

4. LKPD berbasis Discovery Learning LKPD cetak yang dikemas untuk panduan

pembelajaran peserta didik disekolah dibimbing oleh guru.

5. LKPD yang di kembangkan diharapkan juga menyempurnakan LKPD

sebelumnya yang telah di rancang dan di desain oleh peneliti sebelumnya.

6. LKPD berbasis Discovery Learning menggunakan Geoboard ini dikembangkan

menggunakan aplikasi canva dan software pendukung lainnya.

7. Bagian-bagian LKPD yaitu sebagai berikut.

a. Cover LKPD

b. Identitas LKPD

d. Petunjuk penggunaan LKPD

e. Capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran

f. Aktivitas Pembelajaran

g. Kesimpulan

h. Latihan soal

B. Pentingnya Pengembangan

9
Berdasarkan keadaan di lapangan dalam proses pembelajaran peserta didik

cenderung kesulitan mengerjakan tugas matematika dilihat dari

10
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang

berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda,

matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan

penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik,

penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep

yang kuat (Susanto, 2019)

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar

matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melakukan pendidikan ke

jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar

kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi

simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu

sebelum memanipulasi simbol itu.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam

penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

11
Menurut Susanto (2019: 193) pembelajaran merupakan komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran di dalamnya mengandung makna

belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju

kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang sebagai subjek yang menerima

pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh

guru sebagai pemberi pelajaran.

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat

meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika yang

mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah

belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi

suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa

dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran

matematika sedang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-

sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini

akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh

siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari

segi hasil. Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau sebagan besar peserta didik terlibat secara

akiif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping

12
menujukkan semangat belajar yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri. Kedua,

dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah

laku kea rah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(Susanto, 2019).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan peserta didik

dalam sebuah kegiatan pembelajaran yang melibatkan indera dalam setiap

prosesnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Depdiknas (2023:7), Mata Pelajaran Matematika bertujuan

untuk membekali peserta didik agar dapat:

1) Memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip,

operasi, dan relasi matematis dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis (pemahaman

matematis dan kecakapan prosedural),

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika (penalaran dan pembuktian matematis),

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi

yang diperoleh (pemecahan masalah matematis).

13
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi ke

dalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi matematis),

5) Mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip,

operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian,

lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi matematis), dan

6) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya

diri dalam pemecahan masalah (disposisi matematis).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami

konsep matematika secara utuh, mengembangkan keterampilan penalaran

matematika, keterampilan memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan

matematikanya, dan membentuk sikap terhadap matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1) Hasil Belajar/Teori Kognitif

d. Kemampuan Memecahkan Masalah Matematis di SD

Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya ditujukan pada

peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung atau menerapkan rumus/

prosedur dalam menyelesaikan soal-soal rutin saja, tetapi juga pada peningkatan

kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, baik masalah matematika maupun

14
masalah lain yang menggunakan matematika untuk memecahkannya. Pemecahan

masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah

belajar matematika. Kemampuan ini sangat diperlukan siswa, terkait dengan

kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

sehari-hari dan mampu mengembangkan diri mereka sendiri. Oleh sebab itu,

kemampuan pemecahan masalahperlu mendapatkan perhatian khusus dalam

proses pembelajaran matematika dari jenjang pendidikan formal paling dasar,

yaitu di SD.

Pembelajaran matematika di SD yang mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah belum mendapat banyak perhatian dari guru- guru. Guru

sering kali lebih menekankan pada penyampaian konten atau materi pelajaran dan

algoritma untuk menyelesaikan soal daripada memberikan situasi yang

menekankan pada penguasaan kemampuan pemecahan masalah dengan

membiasakan memberi masalah-masalah non-rutin yang menuntut siswa untuk

berpikir menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya terkait

dengan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya siswa dapat menemukan

strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian, tidak akan ada

istilah siswa tidak bisa menyelesaikan soal karena ‘lupa atau tidak tahu atau tidak

ada rumusnya’.

Susanto (2013:195) menyatakan bahwa masalah (problem solving)

merpuakan komponen yang sangat penting dalam matematika. Secara umum,

dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan proses menerapkan

pengetahuan (knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam situasi

yang baru. Pemecahan masalah juga merupakan aktivitas yang sangat penting

15
dalam pembelajaran matematika, karena tujuan belajar yang ingin dicapai dalam

pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Beberapa alasan pentingnya memberikan soal-soal pemecahan masalah

kepada siswa, antara lain: 1) dapat menimbulkan keingintahuan, memotivasi, dan

membantu berpikir kreatif; 2) di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan

berhitung, dan lain-lain, diisyaratkan adanya kemampuan untuk terampil

membaca dan membuat pernyataan yang benar; 3) dapat menimbulkan jawaban

yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan

baru; 4) dapat meningkatkan aplikasi ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh; 5)

mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis

dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya;

dan 6) merupakan kegiatan penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu

bidang studi tetapi bila diperlukan mungkin bidang atau pelajaran lain, sehingga

merangsang siswa menggunakan segala kemampuannya dalam menyelesaikan

permasalahan dalam menghadapi kehidupannya kini maupun kelak di kemudian

hari.

Terciptanya pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah tidak terlepas dari materi yang akan dipelajari dan bagaimana

cara menciptakan dan mengolah materi itu sehingga siswa dapat terlibat aktif

mendayagunakan pikirannya membentuk konsep dalam proses pemecahan

masalah. Hal tersebut menegaskan bahwa pembelajaran tidak hanya bergantung

pada bagaimana guru mengajar tapi bagaimana guru mengkreasi.

Dari pandangan tentang pemecahan masalah di atas, dapat disimpulkan

bahwa masalah merupakan kesenjangan antara keadaan saat ini dengan keadaan

16
diinginkan yang sedang dihadapi seseorang dan butuh penyelesaian tetapi tidak

bisa diselesaikan saat itu juga, dan seseorang akan menganggap itu masalah jika ia

menyadarinya sehingga terdorong untuk memecahkannya.

2. Lembar Kerja Peserta Didik


1. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan sarana untuk membantu dan

mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk interaksi

efektif antara peserta didik dengan pendidik, dapat meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar peserta didik. Manfaat LKPD adalah mengaktifkan peserta didik

dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan konsep, melatih

menemukan dan mengembangkan ketrampilan proses, sebagai pedoman bagi

pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika,

pendekatan matematika berperan penting untuk membantu siswa dalam

membangun pengetahuan matematikanya, menyatakan berbagai ide secara jelas

,dan meningkatkan ketrampilan sosialnya. Adanya pandangan bahwa matematika

sebagai “strict body of knowledge” telah meletakkan pondasi bahwa siswa adalah

objek pasif ,karena yang diutamakan disini “knowledge of mathematics”. Dalam

kondisi seperti ini pula matematika dipandang sebagai hal yang statis sehingga

pertumbuhan teori matematis sangatlah lamban. Dalam belajar melibatkan

aktivitas seluruh indera itu sangat penting dan berpengaruh

dalam proses pembelajaran.

Lembar kerja peserta didik merupakan salah satu sumber belajaryang dapat

dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.

LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi

17
dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKPD adalah lembaran-

lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan

biasanya berupa petunjuk ,langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu

tugas.Keuntungan penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam

melaksanakan pembelajaran , bagi peserta didik akan belajar mandiri dan belajar

memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis.

2. Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik

Dilihat dari tujuannya maka LKPD dibagi lima macam bentuk:

1) LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsep yang telah ditemukan

3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar

4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan

5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk pratikum

3. Manfaat Lembar Kerja Peserta Didik

Manfaat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah sebagai berikut:

1) Mengaktifkan peserta didikdalam proses pembelajaran

2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep

3) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan ketrampilan

proses.

4) Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses

pembelajaran.

18
5) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari

melalui kegiatan belajar. Membantu peserta didik untuk menambah

informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara

sistematis.

4. Prosedur Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Terdapat 3 macam prosedur penyusunan LKPD antara lain:

1. Syarat didaktik

Lembar kerja peserta didik (LKPD) sebagai salah satu bentuk sarana

berlangsungnya proses belajar mengajar haruslah memenuhi persyaratan

didaktikm artinya suatu LKPD harus mengikuti asas belajar mengajar yang

efektif, yaitu memperhatikan adanya perbedaan individual ,sehingga LKPD

yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh peserta didik yang

lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk

menemukan konsep-konsep sehingga LKPD dapat berfungsi sebagai

petunjuk jalan bagi peserta didik untuk mencari tahu, memiliki variasi

stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik, dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan

estetika pada diri peserta didik, pengalaman belajarnya ditentukan oleh

tujuan pengembangan pribadi peserta didik )intelektual, emosional, dan

sebagainya), bukan ditentukan oleh materibahan pelajaran.

2. Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi adalah syarat-syarat berkenaan dengan penggunaan

bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang

pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh

19
peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat

urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik,

menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku

sumber yang di luar kemampuan keterbacaan peserta didik, menyediakan

ruangan yang cukup untuk member keleluasaan pada peserta didik untuk

menulis maupun menggambarkan pada LKPD, mengngunakan kalimat yang

sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-

kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa

yang diisyaratkan LKPD, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat

dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai indentitas untuk

memudahkan administrasinya.

3. Syarat Teknis

Dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:

1) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan hurup latin atau

romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa

yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam

satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah

dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan

besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

2) Gambar yang baik untuk LKPD adalah yang dapat menyampaikan

pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKPD.

Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara

keseluruhan.

20
3) Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKPD.

Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada

sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan

menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik.

Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena

pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKPD

yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.

3. Model Pembelajaran Discovery Learning

a. Pengertian/ Konsep Model Pembelajaran Discovery Learning

Model discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran

yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,

tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Pada model pembelajaran discovery

learning, siswa menemukan konsep sendiri melalui proses pembelajaran. Hal

ini, sejalan dengan pendapat Gultom (2014:29) “Discovery learning lebih

menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak

diketahui”.

Pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran

yang melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan

pengetahuan dan keterampilan. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut

Anam (2016:110) discovery learning merupakan proses pembelajaran yang

berfokus pada penemuan masalah (sumber pelajaran) yang berasal dari

pengalaman-pengalaman nyata siswa.

Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,

melalui proses pada pembelajaran untuk akhirnya sampai kepada suatu

21
kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan

proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery

dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan

inferi.

Bentuk lain dari pembelajaran berbasis penemuan model discovery

learning menurut Nurlaela dan Ismayati (2015:32) adalah guru harus dapat

membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar mengajar yang

teacheroriented menjadi student-oriented. Dalam discovery learning, guru

hendaknya memberikan kesempatan siswanya untuk menjadi seorang problem

solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran yang

mengubah pembelajaran menjadi student-oriented. Pada pelaksanaannya,

pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep dan

prinsip. Selanjutnya konsep dan prinsip tersebut diorganisasikan sendiri oleh

siswa menjadi suatu pengetahuan yang baru bagi siswa.

b. Tahap-Tahap dalam (Discovery Learning) DL


Menurut Nurlaela dan Ismayati (2015:35-36) dalam mengaplikasikan

Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan

dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

1) Stimulasi/Pemberian Rangsangan (Stimulation)

Pada tahap ini, siswa diberikan sesuatu yang menimbulkan

kebingungan. Guru tidak diperkenankan memberikan keterangan kepada

22
siswa, sehingga keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai

kegiatan dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan

aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statement)

Setelah diberikan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin

permasalahan yang berkaitan dengan bahan pelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara

atas pertanyaan masalah)

3) Pengumpulan Data (Data Collection)

Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesis. Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) dengan cara membaca literatur, mengamati objek, wawancara

dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa menjadi aktif untuk menemukan

sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang ditemuinya.

4) Pengolahan Data (Data Processing)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi

yang telah diperoleh siswa pada tahap pengumpulan data. Semua informasi

hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,

diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara

tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5) Pembuktian (Verification)

23
Pada tahap ini siswa melakukan pembuktian secara cermat mengenai

hipotesis yang ditetapkan pada tahap-tahap sebelumnya, dihubungkan

dengan data yang diperoleh pada tahap pengumpulan data. Verification

bertujuan membuktikan kebenaran dari hipotesis yang dirumuskan siswa.

Pembuktian ini, dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data dengan

pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan, kemudian dibuktikan

kebenarannya dengan bimbingan dari guru.

6) Menarik Kesimpulan/Generalisasi (Generalization)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah berlangsung. Kesimpulan

yang diperoleh dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua

kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil pembuktian.

4. Media Papan Berpaku

a. Pengertian Papan Berpaku

Papan berpaku merupakan alat bantu dalam mengajarkan konsep,

seperti konsep bangun datar, konsep keliling bangun datar, dan menghitung

serta menentukan luas sebuah bangun datar.

Teknik pembuatan media papan berpaku dibuat dengan

menggunakan peralatan berupa pensil, penggaris, gergaji, palu, ampelas dan

kuas. Sedangkan bahan-bahan yang bisa digunakan adalah tripleks/papan,

paku, lem kayu, cat/pilok, dan karet gelang.Papan berpaku dari papan

berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Pada setiap titik sudutnya

ditancapkan paku setengah masuk dan setengah lagi masih timbul. Media

24
papan berpaku termasuk jenis media grafis yang mengandalkan indera

penglihatan yang dituangkan dalam bentuk simbol-simbol dalam

penyampaiannya. Papan berpaku ini berfungsi sebagai alat bantu pengajaran

matematika di SD untuk menanamkan konsep atau pengertian geometri,

seperti pengenalan bangun datar dan menentukan atau menghitung luas

bangun datar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media

pembelajaran papan berpaku adalah suatu media yang dapat digunakan

sebagai alat bantu dalam menanamkan konsep pada materi geometri atau

pengukuran luas bangun datar. Papan berpaku dibuat dari papan yang berbentuk

persegi ataupun persegi panjang dengan ditambahkan paku di setiap titik

sudutnya.

b. Kegunaan Media Papan Berpaku ( Geoboard )

1) Guru dapat dengan mudah menunjukan berbagai bentuk geometri bidang

seperti, segitiga, bujursangkar, trapezium dan sebagainya.

2) Siswa dapat dengan mudah mengikuti pola kita dalam membentuk atau

membuat bangun-bangun geometri, serta tidak banyak memakan waktu

untuk menggambar dan tidak memerlukan penggaris, penghapus, pinsil

atau kertas.

3) Bentu-bentuk geometri yang dibuat lebih sesuai dengan yang

sebenarnya, dari pada bentuk-bentuk geometri itu disajikan dengan

menggunakan kertas karton, tripleks atau kertas lainnya, sehingga tidak

menurunkan persepsi anak.

25
4) Dengan papan berpaku kita pula menghitung luas atau keliling

berbagai daerah yang ukurannya tidak beraturan.

c. Petunjuk Kerja Media Papan Berpaku

1) Guru meletakkan media papan berpaku didepan kelas, digantung atau

disandarkan padabenda lain. Papan berpaku dilengkapi sejumlah karet

gelang.

2) Guru mendemonstrasikan secara klasikalcara membentuk bangun datar.

3) Kemudian masing-masing siswa membentuk bangun datar sesuai

dengan dengan kreativitas masing-masing.

4) Siswa diminta menggambar hasil yang diperolehnya pada buku.

5) Melalui tanya jawab guru mengenalkan arti keliling.

6) Siswa menentukan keliling setiap bangun datar yang dia peroleh

sebelumnya.

7) Melalui tanya jawab guru mengenalkan arti luas bangun datar.

8) Siswa diminta untuk memperkirakan luas bangun datar yang telah

dibuatnya. Baru kemudian guru memperkenalkan nama-nama bangun

datar yang telah dibuat oleh siswa (segiempat, persegi persegipanjang,

jajargenjang, trapesium, segitiga dan sebagainya).

d. Kelebihan media papan berpaku

a. Guru dapat dengan cepat menunjukan bermacam-macam bentuk

geometri bidang seperti segitiga, persegi, persegi panjang, dan lain-

lain.

b. Bentuk geometri yang terjadi lebih sesuai dengan sebenarnya dari

pada bila bentuk geometri itu disajikan dengan bangunbangun geometri

26
dari karton atau kertas lainnya, sehingga tidak menyesatkan persepsi

anak.

c. Bentuknya sederhana sehingga mudah pembuatannya

d. Lebih ekonomis karena biayanya murah dan dapat dipakai

berkali-kali

e. Bahan dan alat produksinya mudah diperoleh.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

2. Skripsi yang disusun Yohanes Lagadoni Keraf, 2017, dengan Judul

Skripsi “Penggunaan media papan berpaku untuk meningkatkan hasil

berlajar matematika siswa kelas III SDN Sawit”. Mahasiswa program

studi pendidikan guru sekolah dasar Universitas Negeri

Yogyakarta2017.Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

penggunaan media papan berpaku dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Peningkatan ini terlihat dari hasil yang diperoleh pada setiap

siklus pembelajaran. Dalam pembahasan setelah melakukan observasi

penelitian ini mengalami peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke

siklus 1 dan ke siklus 2. Pada pra siklus rata-rata nilai yang diperoleh

kelas III SD N Sawit adalah 62. Pada pelaksanaan siklus 1 nilai rata-rata

kelas naik menjadi 66. Karena nilai ini masil belum mencapai kriteria

yang ditentukan yaitu 75 maka penelitian dilanjutkan ke siklus 2. Pada

siklus 2 nilai rata-rata kelas naik menjadi 80.Persamaan penelitian ini

dengan penelitian penulis yaitu sama- sama menggunakan media

pembelajaran Papan Berpaku dan mata pelajaran yang sama yaitu

matematika. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu

27
jenis penelitian yang berbeda yaitu kuantitatif dan penelitian tindakan

kelas dan tempat penelitiannya. Skripsi yang disusun Tri Mulyani,

2019, dengan judul Skripsi “Pengaruh media papan berpaku dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas V SDN 118

pematang riding kabupatan seluma”. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan

Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.

3. Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap media papan berpaku dalam meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas V SDN 118 Pematang Riding Kabupaten

Seluma. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian quasi eksperimen design dengan pendekatan nonequivalent

group posttes only design. Berdasarkan hasil uji one sampel T Test

didapatkan nilai Sig. (2-tailed) = 0,00 < 0,05. Ini berarti nilai Sig. (2-

tailed lebih besar dari 0,05 berarti hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian thitung > ttabel (8,141 > 2,005) yang berarti (Ho)

dalam penelitian ini ditolak dan hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini

diterima. Hal ini berarti terdapat peningkatan hasil belajar siswa mata

pelajaran matematika kelas V di SDN 118 Pematang Riding Kabupaten

Seluma. Dengan demikian penerapan media papan bergamar

tersebutelah peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika

kelas V di SDN 118 Pematang Riding Kabupaten Seluma.Persamaan

penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu jenis penelitiannya yang

menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan sama- sama menggunakan

28
media pembelajaran Papan Berpaku. Sedangkan perbedaan penelitian ini

dengan penulis yaitu kelas dan tempat penelitiannya.

4. Skripsi yang disusun Yulis Ardi, 2016, dengan judul

Skripsi “Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

melalui media papan berpaku di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 009

Simpang Kubu Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Berdasarkan

hasil penelitian, diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dari

sebelum tindakan, Siklus I, dan Siklus II. Pada sebelum dilakukan

tindakan ketuntasan siswa hanya mencapai 50% atau 8 orang siswa yang

tuntas, dan 8 orang siswa atau 50% yang belum tuntas. Pada siklus I

siswa yang tuntas meningkat menjadi 10 orang atau ketuntasan hanya

mencapai 62.5%. pada siklus II ternyata ketuntasan siswa mencapai

13 orang siswa atau dengan persentase 81.25%. Dengan demikian,

penggunaan media papan berpaku, dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran matematika di kelas V Sekolah Dasar Negeri

009 Simpang Kubu Kecamatan Kampar Kecamatan Kampar.Persamaan

penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama- sama

menggunakan media pembelajaran Papan Berpaku dan mata pelajaran

yang sama. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu jenis

penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan

penelitian ini penelitian tindakan kelas, serta tempat penelitian dan

kelasnya berbeda.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian dalam pengembangan produk yang digunakan yaitu

penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut

Winarni (2018:248) Reseach and Development (R&D) atau penelitian dan

pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan

sesuatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Menurut Sugiyono (2021: 754), metode penelitian dan

pengembangan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti, merancang,

memproduksi dan menguji validitas produk yang telah dihasilkan.

Penelitian R&D dalam pendidikan merupakan suatu proses yang digunakan

untuk mengembangkan dan mengetahui validitas suatu produk. Jadi, penelitian

pengembangan yang akan dilakukan peneliti adalah mengembangkan produk

berupa LKPD sebagai sumber belajar matematika, kemudian melakukan validasi

terhadap produk LKPD tersebut. Validasi produk dilakukan oleh para ahli

kemudian diujicobakan kepada siswa SD Negeri 083 Bengkulu Utara kelas V

sehingga dapat diketahui kelayakan dari produk LKPD pengembangan untuk

dijadikan sebagai sumber belajar matematika.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian:

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 083 Bengkulu Utara .

2. Waktu Penelitian:

Penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2023/2024.

30
C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas dan peserta didik kelas V

SD Negeri 083 Bengkulu Utara . Objek penelitian adalah LKPD berbasis

Discovery Learning. Objek penelitian pengembangan ini adalah sebuah

produk LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan Media Geoboard.

Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V

dan 1 guru kelas Va SD Negeri 083 Bengkulu Utara sebagai kelas eksperimen

dan sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas Vb di SD Negeri 083 Bengkulu

Utara.

D. MODEL PENGEMBANGAN

Model pengembangan perangkat yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu model ADDIE. Model ADDIE yaitu istilah yang digunakan sehari-hari

untuk menggambarkan pendekatan sistematis untuk pengembangan

pembelajaran. Menurut Winarni (2018: 263), Model ADDIE dapat digunakan

untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi

pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan bahan ajar. Model ADDIE

merupakan singkatan yang mengacu pada proses-proses utama dari proses

pengembangan sistem pembelajaran yaitu: Analysis (analisis), Design

(desain), Development (pengembangan), Implentation (implementasi), dan

Evaluation (evaluasi).

Peneliti memelilih model pengembangan ADDIE, karena beberapa hal

berikut ini :

31
a) Model ADDIE adalah model yang memberikan kesempatan untuk

melakukan evaluasi dan revisi secara terus menerus dalam setiap fase yang

dilalui. Sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk yang valid dan

reliabel.

b) Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan

produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media

pembelajaran dan bahan ajar.

c) Model ADDIE merupakan model yang sederhana tapi implementasinya

sistematis dan terdiri dari 5 tahapan yatu meliputi desain keseluruhan

proses pembelajaran yang sistematik, (1) analysis (analisis), (2) design

(perencanaan), (3) develop (pengembangan), (4) implementation

(implementasi), (5) evaluation (evaluasi). Menurut langkah-langkah

pengembangan model ADDIE lebih rasional dan lebih lengkap daripada

model 4D (Winarni, 2018:263).

Menurut Dick and Carry (Winarni, 2018: 263-265), model ADDIE

Langkah (R&D) dengan model ADDIE terdiri dari 5 langkah. Langkah-

langkah pengembangan dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

analysis design development


(analisis) (perencanaan) (pengembangan)

evaluation implementation
(evaluasi) (implementasi)

32
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (R&D)

Prosedur pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning

Menggunakan Geoboardkonteks lingkungan sekolah menggunakan model

ADDIE dengan beberapa penyesuaian sehingga proses pengembangan lebih

sesuai pada fokus penelitian. Bagan 3.1 diatas menunjukan bahwa diagram

alur penelitian pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning

Menggunakan Geoboardkonteks lingkungan sekolah menggunakan ADDIE

dengan beberapa modifikasi. Modifikasi pengembangan model ADDIE

tersebut dimaksudkan untuk memperoleh LKPD pembelajaran yang dapat

dikategorikan baik berdasarkan validasi ahli dan baik berdasarkan tanggapan

respon guru.

Adapun langkah-langkah rinci penelitian pengembangan ynag akan

dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis (Analysis)

Menurut KBBI (2009) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu

persistiwa, kejadian, perbuatan dan lain-lain untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya. Kegiatan awal sebelum melakukan pengembangan terhadap

LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboardadalah tahap

analisis. Tahap analisis dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hal-

hal yang dibutuhkan. Tahap analisis terdiri dari 5 langkah yaitu:

a) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum adalah analisis yang digunakan untuk menyelidiki atau

mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat ini (Winarni, 2018: 258). Dalam

33
kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum

berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana LKPD berbasis

Discovery Learning Menggunakan Geoboard tersebut akan dikembangkan.

Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada

dalam kurikulum dapat disediakan oleh LKPD berbasis Discovery Learning.

b) Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan proses mengumpulkan informasi tentang

kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan tersebut untuk

dipecahkan (Winarni, 2018: 258). Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan

wawancara penyebaran angket kebutuhan peserta didik dan mencari kajian

pustaka. Kegiatan analisis kebutuhan dilakukan dengan metode wawancara

pada guru kelas V di sekolah yang telah ditetapkan. Penyebaran angket

kebutuhan peserta didik dilakukan untuk mengetahui permasalahan peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas, mencari literatur yang terkait

dengan penelitian dilakukan sebagai landasan dalam melakukan

pengembangan.

Adapun tempat untuk melakukan analisis kebutuhan yaitu di SD Negeri

083 Bengkulu Utara dengan melakukan kegiatan wawancara kepada guru

kelas IV, sebelum melakukan wawancara peneliti mempersiapkan daftar

pertanyaan agar pertanyaan wawancara terstruktur dan memudahkan peneliti

pada saat proses wawancara berlangsung dan meminta peserta didik untuk

mengisi angket yang telah diberikan. Kajian pustaka dan studi literatur

dilakukan dengan cara mencari informasi dan teori sebanyak-banyaknya dari

buku, skripsi, tesis, jurnal artikel dan kegiatan yang berkaitan dengan

34
penelitian pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboard

c) Analisis Karakteristik Peserta Didik

Analisis karakteristik merupakan proses penyelidikan terhadap

kemampuan diantaranya kemampuan akademik individu, karakteristik fisik,

kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan

sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dan lain-lain (Winarni, 2018: 258).

Analisis karakteristik peserta didik sangat penting karena setiap

pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya begitu

pula LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboardyang akan

dikembangkan dan digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam proses

pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis karakter peserta

didik. Karakteristik siswa yang ditelaah dalam penelitian pengembangan ini

adalah siswa kelas V SD Negeri 083 Bengkulu Utara tahun akademik

2023/2024.

2. Tahap Design (Desain)

Menurut Winarni (2018: 264) kegiatan perencaaan merupakan proses

sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar, merancang skenario,

atau kegiatan pembelajaran, merancang perangkat pembelajaran, merancang

materi pembelajaran, dan alat evaluasi hasil belajar.

Tahap perancangan atau desain LKPD ini memiliki kemiripan dengan

merancang kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini sistematik mulai dari

menetapkan capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, merancang skenario

atau kegiatan pembelajaran, merancang perangkat pembelajaran, merancang

35
materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Rancangan ini masih

bersifat konseptual dan mendasari proses pengembangan berikutnya.

Pengembangan LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboarddiperlukan desain atau perancangan. Adapun desain produk dalam

pengembangan ini sebagai berikut: 1) menentukan capaian pembelajaran, 2)

menentukan rancangan pembuatan materi/isi, bahasa, desain media.

3. Tahap Development (Pengembangan)

Setelah Rancangan LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboarddilanjutkan pada tahap pengembangan. Tahap pengembangan

terdiri dari validasi oleh ahli dan angket tanggapan guru sebagai pengguna

produk. Winarni (2018: 260) menyebutkan bahwa dalam tahap ini

dilakukan validasi oleh ahli dalam bidangnya. Penilaian dari validator

tersebut bertujuan untuk menentukan keefektifan dan kelayakan dari produk

yang telah dibuat. Setiap ahli akan diminta menilai desain baik dari sisi

kekurangan maupun kelebihannya. Penilaian dari para ahli tersebut dijadikan

dasar dalam perbaikan produk yang dikembangkan guna untuk

penyempurnaan produk akhir yang akan dihasilkan (Sugiyono, 2018: 302).

a) Uji Validitas

Validasi ahli bertujuan untuk menggali komentar dan saran, baik

secara tertulis maupun lisan. Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan

diskusi dan menyerahkan rancangan untuk ditinjau baik tidaknya LKPD

berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboard Tahap Validasi ahli ini

melibatkan 2 orang ahli yaitu 2 ahli bidang materi, 2 ahli bidang bahasa dan 2

ahli bidang desain, selanjutnya masing-masing ahli melakukan revisi.

36
Hasil data, saran dan masukan dari validasi ahli digunakan sebagai

bahan untuk merevisi rancangan LKPD berbasis Discovery Learning

Menggunakan Geoboard Dengan demikian, baik tidaknya LKPD berbasis

Discovery Learning Menggunakan Geoboard dapat diketahui melalui hasil

analisis kegiatan validasi oleh dua orang ahli tersebut sebagai validator. Hasil

revisi LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboarddari

validasi ahli kemudian disebut rancangan yang akan diberikan kepada guru

untuk melihat tanggapannya sebagai pengguna produk.

4. Tahap Implementation (Implementasi)

Tahap Implementation (Implementasi) merupakan kegiatan penerapan

penggunaan produk dari LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboard yang sudah divalidasi oleh ahli materi, ahli bahasa, dan ahli desain

lalu diujicobakan dengan skala kecil. Uji coba dilaksanakan kepada peserta

didik SD Negeri 05 Kota Bengkulu. Setelah uji coba dilaksanakan akan

dilanjutkan pengisian angket respon pengguna oleh guru dan peserta didik.

5. Tahap Evaluation (Evaluasi)

Hal-hal yang dilakukan pada tahap evaluation (evaluasi) yaitu untuk

mengetahui keefektifan dari produk yang dikembangakan. keefektifan dapat

dilihat dari uji coba pengimplementasian LKPD berbasis Discovery Learning

Menggunakan Geoboardyang telah di lakukan di dalam proses pembelajaran

dengan memberikan angket pada peserta didik untuk melihat nilai-nilai

Pancasila persatuan Indonesia pada peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data

37
1) Angket Kebutuhan

Angket kebutuhan merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan

subyek/responden. Informasi yang dapat digunakan sebagai masukan untuk

mengembangkan LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboard Pengisian angket dilakukan dengan guru kelas dan peserta didik

kelas V SD Negeri 083 Bengkulu Utara.

2) Angket Respon

Angket digunakan pada saat uji kelayakan dan uji coba produk yang

dikembangkan. Evaluasi LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboarddilakukan oleh validator ahli materi dan validator ahli desain.

3) Tes

Tes yang akan digunakan adalah tes pengetahuan kognitif berupa soal

pretest dan postest mengenai materi piktogram dan diagram batang.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2018: 102), Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam maupun sosial

yang diamati. Sugiyono mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah

alat ukur seperti tes, kuisioner, pedoman wawancara dan pedoman observasi

yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes untuk

melihat hasil belajar kognitif siswa dan non-tes yang terdiri dari wawancara

dan angket. Berdasarkan tujuan penelitian, instrumen yang dirancang yaitu:

1) Instrumen Studi Pendahuluan

38
Instrumen studi pendahuluan ini berupa wawancara dengan guru dan

peserta didik. Instrumen ini disusun untuk mengetahui kriteria dan produk

seperti apa yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Data yang

diperoleh digunakan sebagai masukan dalam pengembangan LKPD berbasis

Discovery Learning Menggunakan Geoboard Pedoman wawancara guru dan

wawancara peserta didik bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2) Instrumen Validasi Ahli

Data kevalidan LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan

Geoboard adalah data yang menggambarkan pengembangan LKPD berbasis

Discovery Learning Menggunakan Geoboard yang terlebih dahulu divalidasi

oleh pakar (ahli), sebelum dipergunakan dalam penelitian. Instrumen

kevalidan terdiri dari 5 derajat skala penilaian, yaitu (1) Sangat tidak baik, (2)

Tidak baik, (3) Cukup baik, (4) Baik dan (5) Sangat baik. Skor hasil penilaian

lembar validasi yang diperoleh dari penilaian para ahli berupa deskriptif

presentase, diubah dalam bentuk kategori dengan pedoman pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Skor Penilaian Pilihan Jawaban Data Kevalidan Ahli


Kategori Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
Tidak baik 2
Sangat tidak baik 1
(sumber : sugiyono,2018)

a) Instrumen Validasi Materi


Lembar validasi perangkat digunakan untuk memperoleh masukan

berupa penilaian, catatan, kritik dan saran terhadap rancangan awal LKPD

berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboard yang digunakan dalam


39
memperbaiki rancangan selanjutnya. Uji ahli materi dilakukan oleh 2 orang

ahli.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi lembar validasi materi


No. Aspek Indikator Nomor Soal
1. Kelayakan Isi a. Kesesuaian dengan CP danTP 1,2,3
b. Keakuratan Materi 4,5,6,
c. Kemukthiran Materi 7
d. Mendorong Keingintahuan 8
2 Kelayakan a. Teknik Penyajian 9
Penyajian b. Pendukung Penyajian 10
c. Penyajian Pembelajaran 11
d. Koherensi dan KeruntutanAlur 12
Pikir
(Sumber: BSNP:2013)

b) Instrumen Validasi ahli bahasa

Lembar validasi perangkat digunakan untuk memperoleh masukan

berupa penilaian, catatan, kritik dan saran terhadap rancangan awal

(rancangan I) LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboard

yang digunakan dalam memperbaiki rancangan I. Uji ahli Bahasa dilakukan

oleh 2 orang ahli.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi lembar Validasi Bahasa


N Nomor Soal
o Aspek Indikator
.
1 Lugas a. Ketepatan stuktur kalimat 1
. b. Keefktifan kalimat 2
c. Kebakuan istilah 3
2 Komunikat 4
Pemahaman terhadap pesan atau informasi
if
3 Dialogis 5
dan Kemampuan memotivasi peserta didik
Interaktif
4 Kesesuaian a. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual 6,7
dengan peserta didik
peserta b. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan
didik emosional peserta didik.
5 Kesesuaian a. Ketepataan tata bahasa 8,9
dengan b. Ketepatan penggunaan tanda baca dan simbol

40
kaidah
bahasa
(Sumber: BSNP)

c) Instrumen Validasi ahli desain

Validasi ahli desain bertujuan untuk menggali komentar dan saran

perbaikan terhadap produk yang dikembangkan, baik secara tulisan maupun

lisan guna memperbaiki dan menyempurnakan produk akhir. Uji ahli desain

dilakukan oleh 2 orang ahli.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi lembar Validasi Desain

N Nomor
o Aspek Indikator Soal
.
1 Kelay Ukuran konten : 1,2
. akan a. Kesesuaian ukuran konten dengan standar ISO
kegraf b. Kesesuaian ukuran dengan materi isi konten
ikan Desain sampul konten : 3,4,
a. Warna unsur tata letakharmonis dan 5,6,
memperjelas fungsi. 7
b. Ukuran huruf judul modul lebih dominan dan
proposional dibandingkan ukuran konten, nama
pengarang.
c. Warna judul kontenkontras dengan warna latar
belakang.
d. Tidak menggunakanterlalu banyakkombinasi
huruf.
e. Gambar pada sampul menggambarkan
isi/materi danmengungkapan karakter obyek.
Desain isi konten : 8,9,
a. Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan 10,
pola. 11,1
b. Pemisahan antar paragraf jelas. 2,13
c. Ilustrasi dan keterangan gambar. ,14,
d. Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang 15,
tidak menganggu judul,teks, dan halaman. dan
e. Penggunaan variasi huruf (bold,italic,all capital, 16.
small capital) tidakberlebihan.
f. Lebar susunan teks normal.
g. Spasi antar baris dan antar huruf susunan teks
normal.
h. Bentuk akurat danproporsional sesuai dengan
kenyataan.
i. Kreatif dan dinamis.

41
(Sumber: BSNP)

3) Instrumen Uji Coba Produk

Instrumen yang digunakan yaitu lembar angket berupa respon yang

ditujukan kepada peserta didik guna mengumpulkan data tentang respon

peserta didik terhadap rancangan LKPD berbasis Discovery Learning

Menggunakan Geoboard yang dikembangkan. Peserta didik diminta

memberikan penilaian secara umum dengan memilih kategori Ya atau Tidak.

Tabel 3.6 kisi-kisi angket respon siswa


No. Nomor
Aspek Indikator
Soal
1. Ketertarikan a. Tampilan LKPD berbasis Discovery 1
Tampilan Learning Menggunakan Geoboardini
Media menarik.
b. LKPD berbasis Discovery Learning 2
Menggunakan Geoboard inimembuat
saya lebih Bersemangat dalambelajar
matematika
c. Dengan menggunakanLKPD ini dapat 3
membuatbelajar matematika tidak
membosankan
d. LKPD ini mendukung saya untuk 4
menguasai pelajaran matematika,
khususnyamateri piktogram dan diagram
batang.
2. Kualitas a. Penyampaian materi dalam LKPD ini 5
Materi berkaitan dengankehidupan sehari-hari
b. Materi yang disajikan dalam LKPD ini 6
mudahsaya pahami
c. Penyajian materi dalam LKPD ini 7
mendorong saya untuk berdiskusi dengan
teman yang lain.
d. LKPD ini mendorong saya untuklebih 8
memperhatikankeadaan lingkungan
Sekitar.
3. Bahasa a. Kalimat dan paragraf yang digunakan 9
dalam LKPD ini jelas dan mudah
dipahami.
b. Bahasa yang digunakan dalam konten 10
biologi ini sederhana dan mudah
dimengerti
(Sumber: BSNP)

42
4) Instrumen Tes Materi Piktogram dan Diagram Batang

Instrumen ini berupa tes yang diberikan kepada peserta didik kelas IV

SDN 05 Bengkulu. Adapun aspek yang diamati pada lembar tes materi

piktogram dan diagram batang yaitu soal esai sebanyak 5 buah. Uji coba ini

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi apakah pengembangan LKPD

berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboard dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas V.

5) Instrumen Uji Efektivitas Produk

Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada 2 orang guru kelas V

SD Negeri 083 Bengkulu Utara . Adapun aspek yang diamati pada lembar

angket tanggapan guru, yaitu kualitas tampilan gambar, komposisi warna,

penyajian teks narasi, format dan layout, keterbacaan teks, dan penyajian

materi. Uji coba ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi efektivitas

LKPD berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboard yang

diinginkan.

Tabel 3.7 Kisi-kisi angket respon guru


No. Nomor
Aspek Indikator
Soal
1. Ketertarikan a. Tampilan LKPD berbasis Discovery 1
Tampilan Learning Menggunakan Geoboard ini
Media menarik.
b. LKPD berbasis Discovery Learning 2
Menggunakan Geoboard inimembuat
saya lebih Bersemangat dalambelajar
matematika
c. Dengan menggunakanLKPD ini dapat 3
membuatbelajar matematika tidak
membosankan
d. LKPD ini mendukung saya untuk 4
menguasai pelajaran matematika,
khususnyamateri piktogram dan diagram
batang.
2. Kualitas a. Penyampaian materi dalam LKPD ini 5
Materi berkaitan dengankehidupan sehari-hari

43
b. Materi yang disajikan dalam LKPD ini 6
mudahsaya pahami
c. Penyajian materi sesuai dengan capaian 7
pembelajaran.
d. LKPD ini mendorong saya untuklebih 8
memperhatikankeadaan lingkungan
Sekitar.
3. Bahasa a. Kalimat dan paragraf yang digunakan 9
dalam LKPD ini jelas dan mudah
dipahami.
b. Bahasa yang digunakan dalam konten 10
biologi ini sederhana dan mudah
dimengerti

(Sumber: BSNP)
G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses mencari data, menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola

memilih mana yang lebih penting dan yng akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan (Sugiyono, 2018: 225). Teknik analisis data digunakan untuk

merumuskan hasil-hasil penelitian. Hasil analisis data ini adalah jawaban

pernyataan dari masalah yang ada dengan demikian data yang dianalisis

dalam penelitian ini adalah hasil validasi ahli atau pakar terhadap LKPD

berbasis Discovery Learning Menggunakan Geoboard pada materi luas

bangun datar.

1. Analisis Data Kevalidan Ahli

Dalam menghitung validitas akan dianalisis dengan menggunakan

Aiken’s dengan rumus:

44
∑𝐬
𝐕=
𝒏 (𝒄 − 𝟏)

(Retnawati, 2016)

Keterangan:

V= koefisien Aiken’s

s = skor yang ditetapkan setiap ahli dikurangi skor terendah

n = banyaknya ahli

c = banyaknya kateogori yang dipilih ahli

Untuk mengetahui tingkat kevalidan dapat dilihat berdasarkan

koefisien Aiken’s seperti Tabel 3.9

Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Aiken’s V

Koefisien Korelasi Kategori validitas

V ≥ 0,80 Tinggi

0,60 ≤ V < 0,80 Cukup Tinggi

0,40 ≤ V < 0,60 Cukup

0 ≤ V < 0,40 Buruk

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan analisis lembar hasil validasi ahli materi, validasi ahli

bahasa, dan validasi ahli desain selanjutnya ditentukan juga konsistensi antar

validator untuk melihat Reliabilitas validator dalam memberikan penilaian

terhadap rancangan produk yang dikembangkan. Untuk menilai hasil

kesamaan data pengukuran dilakukan uji kesesuaian menggunakan inter-

rater reliability yaitu pengujian terhadap pengukuran yang dilakukan oleh

45
dua orang pada intrumen penelitian yang sama yang dihitung dengan rumus

inter-rater reliablility, Adapun rumus reabilitas inter-rater reliablility adalah

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑝𝑎𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟


𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟 − 𝑟𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛

Ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.10

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Level Kesepakatan Persentase Data Reliabel


Hampir Sempurna 82 - 100 %
Kuat 64 - 81 %
Sedang 36 - 63 %
Lemah 16 - 35 %
Kurang 5 - 15 %
Tidak Ada 0-4%
(Ghozali,2018:24)

3. Analisis Respon Guru dan Siswa

Implementasi Uji coba terbatas untuk mengetahui respon guru dan

siswa. Setelah direspon baik, selanjutnya di uji efektivitas. Hal pertama untuk

menguji efektivitas dengan melakukan uji statistic, apabila terdapat perbedaan

yang meyakinkan, maka akan dilanjutkan dengan uji eigen. Data yang

dianalisis untuk mengetahui manfaat dari LKPD yang diperoleh dari respon

pengguna guru yang dilakukan melalui wawancara guru, sedangkan respon

pengguna peserta didik menggunakan angket yang dibagikan kepada peserta

didik sebagai subjek penelitian pada saat menggunakan media pembelajaran.

Angket respon pengguna peserta didik menggunakan skala Guttman dengan

46
metode cheklist. Skala Guttman digunakan bila ingin mendapatkan jawaban

yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono,

2015:30).

Respon pengguna guru menggunakan wawancara yang nantinya hasil

dari wawancara tersebut dideskripsikan dalam bentuk pernyataan.

Selanjutnya instrument dalam angket peserta didik berupa pertanyaan,

kemudian setiap item menggunakan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Untuk butir

angket jawaban ‘Ya’ bernilai 1 dan untuk jawaban ‘Tidak’ bernilai 0, Hasil

rekapitulasi skor dari angket kemudian dihitung untuk memperoleh

persentasenya dengan menggunakan rumus berikut:

𝐀
𝐏 = 𝐱𝟏𝟎𝟎% (Sugiyono, 2015:14)
𝐁

Keterangan:

P = Persentase respon pengguna peserta didik

A = Jumlah skor yang diperoleh

B =Jumlah skor total

Tabel 3.10. Kriteria Angket Respon Peserta didik

Presentase Keterangan

81% - 100% Positif

61% - 80% Cukup Positif

41% - 60% Kurang Positif

≤ 40% Tidak Positif

47
4. Analisis Keefektifan

Data tanggapan efektivitas diukur diuji untuk menunjukkan kualitas

peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.

Adapun rumus yang digunakan dalam uji efektivitas ini yaitu:

𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑡𝑠 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒


Normalized Gain (g) =
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒

Berdasarkan peningkatan nilai tersebut, tentukan derajat peningkatan

hasil belajar matematika. Nilai skor yang diperoleh berdasarkan perhitungan

hasil pretes dan postes menggunakan Rumus Kemenangan kemudian

dinormalisasi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.11 Kriteria Gain Skor

Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi


-1,00≤g<0,00 Terjadi penurunan
g = 0,00 Tidak terjadi penurunan
0,00<g< 0,30 Rendah
0,30≤g<0,70 Sedang
0,70≤g≤1,00 Tinggi
Sumber: (Sundaya ,2014:13)
Pembagian kategori perolehan N Gain dalam bentuk “%” mengacu pada
Tabel 3.13
Tabel 3.12 Kategori tafsiran kefektifan N-Gain
Persentase Kategori
< 20 Tidak efektif
21-40 Kurang efektif
41-60 Cukup Efektif
61-80 Efektif
81> Sangat Efektif

Uji Gain ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan LKPD

berdasarkan hasil post tes dan pretest peserta didik dalam muatan

pembelajaran matematika analisis data didasarkan pada probabilitas jika

probabilitas melebihi 0,05.

48
5. Uji t

Syarat data dalam uji t dapat dianalisis harus memenuhi 2 kriteria, yaitu

data harus berdistribusi normal dan homogen. Jika data tidak memenuhi

kriteria yaitu data tidak berdistribusi normal maka dapat dianalisis

menggunakan uji non parametrik.

1) Uji Normalitas

Menurut Winarni (2018:140) uji normalitas digunakan untuk mengolah

data nilai pretest dalam menentukan apakah kelas yang akan diuji berdistribusi

normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah chi kuadrat sebagai berikut:

(𝑓0 − 𝑓ℎ )2
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ

Keterangan:

𝑥 2 = Uji chi kuadrat

𝑓0 = Frekuensi yang diobservasi

𝑓ℎ = Frekuensi yang diharapkan

2) Uji Homogenitas

Apabila diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan uji homogenitas varian. Menurut Winarni (2018:141) uji

homogenitas dilakukan dengan dengan menghitung statistik melalui

perbandingan varian terbesar dengan varian terkecil antara kedua kelompok

kelas sampel, rumus yang digunakan adalah:


49
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Sampel dikatakan memiliki variab homogeny apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

lebih kecil dari pada 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 5%.

3) Uji T

Menurut Winarni (2018:141) pengujian hipotesis dapat menggunakan

rumus uji-t dengan pooled varian untuk dua sampel independen sebagai berikut

𝑋1 − 𝑋2
t=
(𝑛 −1)𝑆2 2
1 +( 𝑛2 −1)𝑆2 ( 1 + 1 )
√ 1
𝑛1 + 𝑛2 −2 𝑛1 𝑛2

Keterangan:

t = Nilai t hitung

𝑋1 = Skor rat-rata kelompok eksperimen

𝑋2 = Skor rata-rata kelompok kontrol

𝑛1 = Jumalah sampel kelompok eksperimen

𝑛2 = Jumlah sampel kelompok kontrol

𝑆12 = Varian kelompok eksperimen

50
𝑆22 = Varian kelompok kontrol

Jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signfikan 5% dan derajat

kebebasan (dk) = 𝑛1 + 𝑛2 − 2, maka terdapat perbedaan yang signifikan.

51
52
Daftar Pustaka

Asyhar Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran,

Jakarta: Referensi Jakarta

Elisabet,. Relmasira, S.C,. & Hardini,. A.T.A,. (2019). Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Project

Based Learning (PjBL). Journal of Education Action Research, 3(3), 285-

291

Filcik, A., Bosch, K., Pederson, S., & Haugen, N. (2012). The Effects of Project-

Based Learning ( PBL ) Approach on the Achievement and Efficacy of

High School Mathematics Students: A Longitudinal Study Investigating

the Effects of the PBL Approach in Mathematics Education.

Finariyati, F., Rahman, A. A., & Amalia, Y. (2020). Pengembangan Modul

Matematika Berbasis Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Peserta didik. Maju, 7(1), 89– 97

Haryanto, T., & Sriyanto. (2022). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

dalam Pembelajaran IPS melalui Metode Outdoor Study.UMP press, 3,

596-603

Irwandi & Fajeriadi, H,. (2019). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa SMA di Kawasan

Pesisir, Kalimantan Selatan. BIO-INOVED : Jurnal Biologi-Inovasi

Pendidikan, 1(2), 66-73

53
Lastrijanah, L., Prasetyo, T., & Mawardini, A. (2017). Pengaruh Media

Pembelajaran Geoboard Terhadap Hasil Belajar Siswa. DIDAKTIKA

TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(2), 87-100.

Sabil, H., Asrial, A., Syahrial, S., Robiansah, M. A., Zulkhi, M. D., Damayanti,

L., ... & Ubaidillah, U. (2021). Online Geoboard Media Improves

Understanding of Two-dimensional Flat Shape Concepts in Elementary

School Students. International Journal of Elementary Education, 5(4),

685-691.

Trimurtini, T., Safitri, T. R., Sari, E. F., & Nugraheni, N. (2020, October). The

effectivity of contextual teaching and learning (CTL) approach with

Geoboard media on mathematics learning for four-grade elementary

students. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1663, No. 1, p.

012050). IOP Publishing.

Uhlířová, M. (2019). Developing mathematical thinking through Educational

activities on the geoboard. In EDULEARN19 Proceedings (pp. 5218-

5225). IATED.

54

Anda mungkin juga menyukai