Makalah PKN-WPS Office
Makalah PKN-WPS Office
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemerintahan pada masa
Presiden Abdurrahman Wahid Tahun 1999-2001”. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas
tentang Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Indonesia yang menjabat pada periode tahun 1998-
2004. Abdurrahman Wahid berhasil menyelesaikan krisis politik dan ekonomi di Indonesia
pasca-reformasi 1998, serta memperkuat system pemerintahan dan demokrasi di Indonesia.
Abdurrahman Wahid juga memiliki komitmen untuk menjaga kebhinekaan dan pluralitas di
Indonesia.
Dalam makalah ini, kita akan meninjau pencapaian dan keterlibatan Abdurrahman Wahid
dalam memimpin Indonesia pada masa yang penuh dengan tantangan dan peluang. Kita juga
akan membahas tentang kontribusi Abdurrahman Wahid dalam memperjuangan hak-hak
perempuan dan anak, serta memperkuat sistem pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, kita
akan dapat memahami bagaimana Abdurrahman Wahid melanjutkan cita-cita reformasi
pemerintahan dan demokrasi di Indonesia.
Penulis
ABSTRAK
TAHUN 1999-2001
Makalah ini bertujuan mendeskripsikan: (1) Latar belakang kehidupan Abdurrahman Wahid, (2)
Sistem pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, (3) Kelebihan dan kekurangan Presiden
Abdurrahman Wahid, (4) Bentuk negara ketika masa pemerintahanan presiden Abdurrahman
Wahid, (5) Undang-undang yang berlaku pada mas Abdurahman Wahid.
Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang kehidupan Abdurrahman Wahid
sebagai seorang tokoh Islam yang sangat berpengaruh dan terpilih sebagai Presiden Indonesia
ke-4 pada tahun 1999, (2) Sistem pemerintahan Presiden Abdurrahman dilakukan untuk
mereformasi pemerintahan, walaupun terdapat kontroversi dalam melaksanakan kebijakan
tersebut, (3) kelebihan Presiden Abdurrahman Wahid adalah penegakan nilai-nilai demokrasi,
menjunjung Hak Asasi Manusia, melindungi budaya kelompok minoritas dan menjunjung
pluralisme. (4) Ketika Abdurrahman Wahid jadi Presiden, bentuk negara Indonesia masih sama
seperti ketika Megawati atau Suharto jadi Presiden. Tidak ada perubahan berarti terkait dengan
bentuk negara. Indonesia masih tetap menjadi negara republik. (5) Terdapat 6 undang-undang
yang berlaku pada masa Abdurrahman Wahid.
BAB I
PENDAHULUAN
Pemilihan Umum bulan Juni 1999 merupakan pemilu pertama setelah masa Orde Baru yang
sangat demokratis, tanpa dipengaruhi oleh adanya tindak kekerasan yang berarti, serta tanpa
adanya penekanan dari salah satu kontestan yang dominan.1 Partai PKB ikut serta dalam arena
pemilu legislatif. PKB memenangkan 12 persen suara dan PDI-P memenangkan 33 persen suara.
Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan
presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki kursi mayoritas penuh di
MPR, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros
Tengah, koalisi partai-partai Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Abdurrahman Wahid
sebagai kandidat pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.2
Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie, maka ia
mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan
ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Abdurrahman
Wahid. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru.
Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara,
sedangkan Megawati hanya 313 suara. Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan
pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Abdurrahman Wahid menyadari bahwa
Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Hal itu terjadi setelah Abdurrahman Wahid
meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat
PKB mendukung Megawati, ia pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta dalam
pemilihan wakil presiden. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil
presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP. Adapun kekuatan dan latar belakang
pencalonan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden adalah karena ia dikenal sebagai tokoh Islam
yang sangat berpengaruh, berjiwa nasionalis, berpandangan modernis dengan latar belakang
pendidikan yang cukup tinggi, sedang cara bertindaknya sangat rasional dan pragmatis. Dia juga
dikenal sebagai seorang yang “toleran” dengan sangat memperhatikan komposisi bangsa
Indonesia yang majemuk, yang terdiri dari berbagai ras, suku dan agama, dan oleh karena itu dia
merupakan seorang “sosok” yang dapat diterima oleh semua golongan. Khusus dalam hal
toleransi beragama, dia tahu benar bahwa ancaman paling berbahaya terhadap persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia adalah berupa konflik agama, dan dia selalu berupaya keras untuk
menjalin hubungan baik antara Islam dan Kristen. Dalam jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid sering melontarkan pendapat kontroversial. Dia tak gentar
mengungkapkan sesuatu yang diyakininya benar kendati banyak orang sulit memahami dan
bahkan menentangnya. Kendati suaranya sering mengundang kontroversi, tapi suara itu tak
jarang malah menjadi kemudi arus sosial, politik dan budaya ke depan. Bahkan, dia tak gentar
menyatakan sesuatu yang berbeda dengan pendapat orang banyak. Jika ditelisik, kebenaran itu
memang seringkali tampak radikal dan mengundang kontroversi. Dari latar belakang di atas
penulis mencoba untuk menganalisis lebih dalam tokoh prularisme yang dengan penuh
perjuangan membela kaum minoritas dan menegakkan reformasi untuk mewujudkan demokrasi
bagi bangsa dan negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi objek
penulisan ini. Adapun permasalahannya sebagai berikut, yaitu :
C. Manfaat Makalah
a. Bagi Madrasah Aliyah Penulisan ini diharapkan untuk menambah bahan bacaan yang
berguna bagi pembaca baik yang berada di lingkungan Madrasah maupun bagi pembaca
mengenai “Pemerintahan ketika masaPresiden Abdurrahman Wahid Tahun 1999-2001”.
BAB II
PEMBAHASAN
Abdurrahman Wahid atau akrab dikenal dengan panggilan Gus Dur terpilih menjadi presiden
keempat Republik Indonesia berdasarkan hasil Sidang Umum MPR pada 20 Oktober 1999.
Penetapan Abdurrahman Wahid sebagai presiden tidak terlepas dari penolakan MPR terhadap
pidato pertanggung jawaban Presiden B.J. Habibie. Abdurrahman Wahid didukung oleh
beberapa partai Islam yang tergabung dalam Poros Tengah. Dalam menjalankan pemerintahan,
Presiden Abdurrahman Wahid membentuk kabinet Persatuan Nasional. Kabinet Persatuan
Nasional merupakan koalisi berbagai partai politik. Berbagai kebijakan penting terjadi pada masa
pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kebijakan tersebut antara lain pemisahan TNI dan Polri,
pengakuan agama Konghucu dan penetapan hari raya Imlek, serta menjamin kebebasan pers
dengan cara menghapus Departemen Penerangan. Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
tidak berlangsung lama. Hubungan dengan poros tengah yang merupakan pendukungnya ketika
mencalonkan diri sebagai presiden tidak berjalan baik. Kursi DPR yang sebagian besar diduduki
oleh Golkar menggunakan kekuasaan DPR untuk menggoyang kursi kepresidenan Abdurrahman
Wahid. Meskipun demikian, Abdurrahman Wahid tetap dikenang sebagai salah satu presiden
yang turut membangun Indonesia pada masa reformasi. Berbagai kebijakan presiden
Abdurrahman Wahid akan dibahas dalam buku ini termasuk kebijakannya membekukan DPR.
Dalam buku ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
yang mewarnai era reformasi.
Abdurrahman Wahid, seorang tokoh Islam yang sangat berpengaruh dan terpilih sebagai
Presiden Indonesia ke-4 pada tahun 1999. Ia dikenal sebagai sosok yang toleran dan
memperhatikan komposisi bangsa Indonesia yang majemuk. Abdurrahman Wahid belajar di
pesantren sejak kecil dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Al Azhar di Kairo,
Mesir. Setelah kembali ke Indonesia, ia aktif dalam organisasi NU dan mendirikan kelompok
belajar untuk menyediakan forum individu dalam NU. Pada masa jabatan kedua sebagai Ketua
NU, Abdurrahman Wahid melawan ICMI yang didukung oleh Soeharto karena ia mengira ICMI
mendukung sektarianisme dan akan membuat Soeharto tetap kuat. Artikel ini juga membahas
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Abdurrahman Wahid selama menjabat sebagai
Presiden Indonesia dan jasa-jasanya bagi Indonesia.
Kebijakan adalah suatu tindakan yang diambil oleh pemerintah atau organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu. Faktor-faktor penentu kebijakan meliputi faktor politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan. Bidang kebijakan dapat mencakup berbagai hal seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain.
Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara dalam
pemilihan presiden pada tahun 1999. Megawati hanya memperoleh 313 suara. Setelah kekalahan
tersebut, pendukung Megawati merasa tidak senang.
Abdurrahman Wahid adalah presiden ke-4 di Indonesia yang menjabat pada periode tahun
1999-2004. Sistem pemerintahan di Indonesia pada saat itu masih mengikuti Undang-Undang
Dasar 1945, yaitu menggunakan sistem pemerintahan republiken. Presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat dan berperan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Seperti
presiden sebelum-sebelumnya, Abdurrahman Wahid memilih wakil presiden untuk membantu
dalam memimpin pemerintahan. Namun, Abdurrahman Wahid adalah Presiden pertama yang
berasal dari berlatar belakang agama Islam. Dan ia menerapkan sistem pemerintahan yang
berbasis kebhinekaan dan demokrasi. dia juga menekankan pentingnya transparansi dalam
pengambilan keputusan pemerintahan. Abdurrahman Wahid juga melakukan reformasi sektor
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur pada masa jabatannya.
a) Bidang Politik
Kabinet pertama Abdurrahman Wahid, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet
koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN,
dan Partai Keadilan (PK). Sebelum pemilihan, Abdurrahman Wahid telah berbicara
mengenai perlunya membentuk suatu kabinet “Persatuan Nasional” yang terdiri atas
anggotaanggota yang berasal dari spektrum politik yang luas. Ide ini mungkin dapat
terlaksana seandainya Abdurrahman Wahid bebas memilih menterimenterinya.
Abdurrahman Wahid berbicara dengan penuh harap mengenai kabinet yang sedang
direncanakannya ini, sambil menyebutkan nama-nama mereka yang ia anggap terbaik
dari 25 menterinnya. Pada waktu pengumuman, kabinet itu telah menjadi gabungan
yang terlalu besar, yang tediri dari berbagai kepentingan politik dan perorangan yang
bukan saja berbeda tetapi saling berlawanan. Namun demikian, masih ada
menterimenteri yang secara potensial memang baik. Siaran televisi mengenai
pengumuman susunan kabinet ini merupakan hal yang juga penting untuk disimak.
Abdurrahman Wahid memulai pengumuman ini dengan membacakan susunan kabinet,
oleh karena jelas Abdurrahman Wahid tak dapat melakukan sendiri.
b) Bidang Ekonomi
Pada Januari 2000, Abdurrahman Wahid pergi ke Davos, Swiss, untuk menghadiri
Forum Ekonomi Dunia. Ia juga berkunjung ke Arab Saudi untuk meminta bantuan
keuangan yang lebih besar bagi kepentingan pemulihan ekonomi untuk Indonesia. Pada
tanggal 24 April 2000, Abdurrahman Wahid di bawah tekakan untuk mereformasi tim
ekonominya harus memecat menteri industri dan perdagangan Jusuf Kalla dari Partai
Golkar, dan menteri BUMN, Laksamana Sukardi. Dalam pertemuan tertutup dengan
DPR, Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa ia memecat Laksamana Sukardi karena
menterinya ini tidak mampu bekerja dengan anggota-anggota timnya dan juga oleh
karena ia merasa tidak senang dengan pejabat-pejabat yang diangkat oleh Laksamana
Sukardi. Bagi Abdurrahman Wahid, hal ini merupakan sebuah kemalangan yang besar
mengingat Laksamana Sukardi sangat profesional dan berintegritas bahkan dalam
mengejar para koruptor. Pada Januari 2000, Abdurrahman Wahid berkeinginan
mengirimkan uang ke Aceh untuk membantu kesejahteraan masyarakat agar
mendukung menegosiasi perdamaian di Aceh dengan berniat meminjam uang pada
Bulog. Abdurrahman Wahid ingin melakukan peminjaman tanpa berhubungan dengan
DPR lebih dulu karena prosesnya akan menjadi lama dan sulit.
1. Di Bidang Politik
a. Kelebihan:
2) Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan
negara lain. menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri
bebagai forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
6) Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial)
hengga "niat" Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.
8) Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan
media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih
leluasa melakukan aktivitasnya.
9) Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10) Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi
kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.
11) Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.
b. Kelemahan:
6) Gus Dur bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.
7) Proses terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang
akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet
pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia "terpaksa" merengkuh semua partai
tanpamelihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.
8) Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati berubah
menjadi antipati Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan "dipaksa" keluar
dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.
2. Di Bidang Ekonomi
a. Kelebihan:
b. Kelemahan:
1) Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang
maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi.
3. Di Bidang Sosial
a. Kelebihan:
Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di Indonesia.
b. Kelemahan:
4. Di Bidang Budaya
a. Kelebihan:
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
b. Kelemahan:
Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah pembunuhan
antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan lebih dari seribu orang
sepanjang tahun 1999.
a. Kelebihan:
1) Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan
Aceh. Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota
kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan
melanggar persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966
yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut
2) Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan
bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi
pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di
Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura
di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
b. Kelemahan:
Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik yang tidak stabil
atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan pertentangan intern partai.
6. Di Bidang Ideologi-ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus Dur menggunakan
Ideologi Pancasila.
Meskipun memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001,
Gus Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan dalam
pemerintahannya di Indonesia.
1. Keberhasilan
Telah membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui
perdamaianny dengan Israel.
2. Kegagalan
Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik), membuat Gus
Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari pemerintahannya pun, tingkat
popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat sebelumnya.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui
kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa keagamaan
organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai
seorang negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus Dur siragukan
kemampuannya.
Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan mengusungnya
pada saat itu (PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.
Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya membuat Gus
Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang di bentuk oleh Gus
Dur, ia "terpaksa merengkuh semua partai tanpa melihat kesamaan platform (visi/misi) dengan
dirinya.
Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur dilengserkan
oleh MPR dan "dipaksa" keluar dari istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.
Bentuk negara di Indonesia selama masa Abdurrahman Wahid adalah Republik Indonesia,
yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang baru saja berlaku. Abdurrahman Wahid
menegaskan pentingnya kebhinekaan dan toleransi dalam membangun Indonesia. Selama masa
jabatannya, Abdurrahman Wahid juga menjadi presiden ke-4 Indonesia yang memberikan hak
asasi manusia dan meningkatkan hak perempuan dan anak.Abdurrahman Wahid menjabat
sebagai presiden ke-4 Indonesia secara demokratis selama 5 tahun, dengan sistem pemerintahan
yang berdasarkan pada UUD 1945. Abdurrahman Wahid berkomitmen untuk menjaga
keberagamaan dan demokrasi di Indonesia. Selama masa jabatannya, Abdurrahman Wahid
menempuh kebijakan-kebijakan yang berfokus pada pemerataan pelayanan publik dan peningkat.
Abdurrahman Wahid juga seorang politikus yang menjabat sebagai presiden ke-4 Indonesia
antara tahun 1998 dan 2004. Abdurrahman Wahid bertekad untuk membangun Indonesia
berdasarkan kebhinekaan, dan dia juga memperjuangkan hak-hak manusia dan kebebasan
beragama. Sepanjang masa jabatannya, Abdurrahman Wahid menjaga sistem pemerintahan yang
berbasis demokrasi dan transparansi, serta membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Bentuk negara di Indonesia selama masa jabatannya tetap sesuai dengan UUD 1945.
Beberapa undang-undang yang berlaku pada masa Abdurrahman Wahid antara lain:
2. Undang-undang Nomer 22 Tahun 2002 tentang Hukum Acara Perdata, yang mengatur
tentang hukum perdata di Indonesia.
4. Undang-undang Nomer 21 Tahun 2007 tentang Pers, yang mengatur tentang penyiaran di
Indonesia.
Selain itu, Abdurrahman Wahid juga memiliki komitmen untuk menjaga kebhinekaan dan
pluralitas di Indonesia. Meskipun mengalami beberapa kesulitan dan krisis baik dalam politik
maupun ekonomi, Abdurrahman Wahid mampu mempertahankan sistem demokrasi di Indonesia
dan memberikan kontribusi berharga bagi perbaikan kualitas pendidikan dan kesejahteraan
rakyat. Selama masa pemerintahannya, Abdurrahman Wahid melakukan berbagai upaya untuk
memberikan kebebasan beragama, memperkuat sistem pemerintahan dan demokrasi Indonesia,
serta mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Dengan demikian,
Abdurrahman Wahid dapat dianggap sebagai salah satu pemimpin Indonesia yang memberikan
berkontribusi terhadap kemajuan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
B. Saran :
Penulis makalah ini bertujuan untuk mengenal dan mengungkap sejarah kebijakan masa
pemerintah Gusdur terhadap Etnis Tionghoa tahun 1999-2001. Penulis berharap agar karya tulis
yang berberntuk Makalah ini menjadi salah satu rujukan bagi masyrakat yang ingin mengenal
tokoh Abdurrahman Wahid beserta kebijakan masa pemerintahannya terhadap Etnis Tionghoa.
Kemudian penulis kemukakan saran Untuk masyarakat Indonesia agar bersama-sama
memperhatikan tokoh-tokoh pahlawan atau tokoh nasional, seperti kiyai dan sebagainya yang
sudah berjasa kepada agama dan Negara Indonesia.Karena dengan kebijakan dari tokoh tersebut
mampu meningkatkan kerukunan antara umat beragama.