Kep Deputi 185-KSP-70!02!2024 TTG Area MCP 2024
Kep Deputi 185-KSP-70!02!2024 TTG Area MCP 2024
MEMUTUSKAN
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN
SUPERVISI
NOMOR 185/KSP.00/70/02/2024
TENTANG FOKUS KOORDINASI DAN PENETAPAN
AREA, INDIKATOR SERTA SUB INDIKATOR PROGRAM
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA
PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024
FOKUS KOORDINASI
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024
1. AREA PERENCANAAN
1 RKPD tidak sesuai dengan RPJMD karena ada Inspektorat melaksanakan Reviu RKPD 2025.
proyek yang sifatnya mendadak tanpa ada Inspektorat melakukan pemantauan atas tindak
perencanaan sebelumnya. lanjut rekomendasi yang disampaikan melalui
Rencana Kerja Tahunan tidak sesuai dengan Reviu RKPD.
Rencana Kerja Menengah. Adanya “intervensi” Terdapat rincian di RKPD dalam aplikasi
pihak tertentu dalam penentuan program. perencanaan SIPD RI. Rincian RKPD merupakan
salah satu bagian dalam pelaksanaan
pengendalian.
2 Pokok pikiran yang diajukan tidak sesuai Pokir diinput melalui SIPD RI untuk memastikan
dengan RKPD dan RPJMD. kesesuaian pokir dengan RKPD dan RPJMD.
Pokir diinput dalam SIPD RI, namun setelah Pokir yang berbentuk Hibah dan Bansos harus
pembahasan KUA PPAS sering diubah. disertai proposal.
Pokir diusulkan, dilaksanakan sendiri oleh OPD Teknis melaksanakan pengawasan
pihak pengusul bukan oleh PA/ KPA terkait. terhadap pelaksanaan pokir
Pokir diminta besaran/ alokasi pagu nilai
tertentu tanpa disertai rincian kebutuhan riil
sehingga menimbulkan risiko korupsi.
2. AREA PENGANGGARAN
2. Pemda belum menyusun formulasi yang Pemda menyusun dan menetapkan formulasi
mempermudah dalam menyusun perencanaan yang mempermudah dalam menyusun
anggaran sehingga menimbulkan celah mark-up perencanaan anggaran sehingga mencegah
anggaran. mark-up anggaran.
Walaupun sudah ada Analisis Standar Biaya Pemda menyetapkan ASB baik untuk kegiatan
(ASB) namun tidak diimplementasikan karena fisik dan non fisik.
masih menggunakan pertanggungjawaban
APIP melakukan reviu terhadap kesesuaian SHS
secara manual.
dalam menu ASB/ disusun dengan
memperhatikan SHS dan implementasi ASB.
4. Ketidaksesuaian antara RKA dengan RKPD karena APIP melaksanakan Reviu RKA guna
ada intervensi pihak tertentu dalam penyusunan memastikan kesesuaian RKA dengan RKPD.
APBD. Guna meminimalkan risiko kesalahan manual,
reviu RKA dilakukan melalui SIPD RI.
6. APBD tidak transparan dan rawan Transparansi APBD kepada masyarakat melalui
disalahgunakan oleh pihak tertentu yang tidak website Pemda.
bertanggungjawab.
7. Bantuan keuangan provinsi menjadi modus OPD Teknis melaksanakan reviu ketika
untuk mendapatkan anggaran bagi kabupaten/ pengajuan bantuan keuangan/ hibah/ bansos
kota. Spesifikasi teknis tidak jelas dan untuk mencegah markup dan kegiatan fiktif.
perencanaan kurang matang sehingga
APIP melaksanakan audit dan pengawasan
memunculkan potensi mark-up.
lapangan sehubungan dengan pelaksanaan
Masih dilakukan praktik penyuapan atas bantuan keuangan/ hibah/ bansos.
penyaluran bantuan keuangan.
-3-
8. Dari hasil SPI Tahun 2023, potensi korupsi pada APIP melakukan audit atas realisasi perjalanan
pelaksanaan anggaran perjalanan dinas dan dinas dan honorarium pada 3 OPD tertinggi
honorarium masih tinggi. pelaksana.
1 Pemecahan kegiatan pengadaan barang dan jasa UKPBJ melaksanakan Reviu Perencanaan PBJ
karena adanya benturan kepentingan. yang bertujuan untuk mencegah pemecahan
proyek dan penentuan metode PBJ yang tepat.
Sekda mendorong pelaksanaan konsolidasi
PBJ.
2. Pemda kurang transparan dalam kegiatan PBJ. Pemda meningkatkan transparansi PBJ melalui
Transparansi PBJ belum disinkronkan dengan ketepatan waktu input SIRUP dan mendorong
program dalam rangka mendukung UMKM dan implementasi e-purchasing.
penggunaan produk dalam negeri. Pemda mengimplementasikan e-purchasing
Walaupun sudah didorong transparansi, dalam pelaksanaan APBD.
namun masih ada celah korupsi pada Pencegahan korupsi pelaksanaan e-purchasing
pelaksanaan PBJ melalui e-purchasing. melalui Pakta Integritas.
Untuk memberikan kepastian terhadap TKDN
maka pemda perlu memastikan komponen
TKDN dalam kegiatan PBJ.
3. Pengadaan barang dan jasa strategis rawan dengan Kepala Daerah menetapkan kegiatan PBJ
permasalahan: Strategis Pemda.
Pemenang vendor sudah diatur APIP melakukan reviu HPS terhadap
Kualitas Barang dan Jasa Rendah pelaksanaan PBJ strategis.
Nepotisme
Gratifikasi
Hasil PBJ tidak bermanfaat
Potensi kerugian keuangan daerah
4. Keterlambatan pelaksanaan PBJ sehingga Pemda melaksanakan Lelang Dini pada kegiatan
mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam PBJ strategis untuk mencegah terjadinya
pelaksanaan proyek PBJ. keterlambatan proses PBJ.
-4-
5. Pengadaan barang dan jasa strategis rawan dengan Pemda menetapkan kegiatan PBJ strategis
permasalahan: sebagai fokus utama pencegahan terjadinya
Pemenang vendor sudah diatur kerugian keuangan daerah.
Kualitas Barang dan Jasa Rendah Pemda melaksanakan pengawasan terhadap
Nepotisme kegiatan PBJ strategis pada setiap tahap
Gratifikasi pelaksanaan sampai serah terima pekerjaan
Hasil PBJ tidak bermanfaat
Potensi kerugian keuangan daerah
6. Independensi SDM UKPBJ terganggu karena Pemda mengalokasikan TPP Khusus kepada SDM
banyak pihak yang bermaksud mengintervensi UKPBJ untuk mendorong independensi dan
SDM UKPBJ. sebagai insentif bagi SDM UKPBJ sehingga dapat
mempertahankan dan/ atau meningkatkan
integritas.
1. Masih banyak daerah yang belum menetapkan Pemda menyediakan kelengkapan regulasi tata
aturan tata ruang daerah, sehingga perizinan ruang dan mendorong adanya transparansi tata
tidak sesuai dengan peruntukan penataan ruang. ruang yang dapat diakses secara online oleh
Potensi terjadinya suap, pemerasan dan masyarakat serta menjadi dasar dalam
gratifikasi dalam proses pemenuhan persyaratan menerbitkan persyaratan dasar perizinan
dasar terkait tata ruang.
2. Masih adanya praktik pungli/ penyuapan/ Pemda menyusun SOP PPDB dan mutasi siswa
gratifikasi dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta sehingga mencegah terjadinya pungli/
Didik Baru (PPDB) dan mutasi siswa penyuapan/ gratifikasi dalam pelaksanaan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan mutasi
siswa
3. Masih adanya praktik pungli/ penyuapan/ Pemda memastikan ketersediaan SOP pada
gratifikasi dalam layanan kesehatan: layanan publik sektor kesehatan dengan
Pengambilan nomor antrian; memasukkan substansi Pencegahan terjadinya
Pendaftaran kamar rawat inap Rumah Sakit. pungli/ penyuapan/ gratifikasi.
Masih adanya praktik pungli/ penyuapan/ Pemda memastikan ketersediaan SOP pada
gratifikasi dalam layanan kependudukan: layanan publik pada sektor kependudukan dengan
Pengurusan KTP; memasukkan substansi Pencegahan terjadinya
Pengurusan Akta Kelahiran, Kematian pungli/ penyuapan/ gratifikasi
4. Masih banyaknya pemohon yang mendatangi Pemberian rekomendasi teknis difasilitasi oleh
perangkat daerah teknis untuk memproses DPMPTSP untuk meminimalkan pertemuan
perizinan atau persyaratan dasar. langsung antara pemohon dengan OPD teknis
5. Layanan publik masih belum memenuhi harapan Pemda memastikan pelaksanaan layanan prima,
masyarakat dan terdapat praktik pungli/ salah satunya dengan memenuhi Standar
penyuapan/ gratifikasi. Layanan publik perlu Pelayanan sesuai PermenPAN RB No. 15 Tahun
dilaksanakan sesuai dengan konsep layanan prima 2024 dan mencegah terjadinya pungli/
dan Pencegahan korupsi. penyuapan/ gratifikasi.
-5-
6. Layanan publik yang disediakan oleh Pemda belum Pemda melaksanakan Survei Kepuasan
memenuhi harapan masyarakat Masyarakat untuk mendapatkan input perbaikan
atas layanan publik
7. Belum semua Pemda memiliki aplikasi online untuk Pemanfaatan dan optimalisasi perizinan online
memproses perizinan yang menjadi
kewenangannya, sehingga berpotensi terjadi suap,
pemerasan dan gratifikasi.
8. Belum tersedianya informasi mengenai layanan Pemda menyediakan media publikasi pada
publik yang terbuka dan transparan sehingga layanan publik baik perizinan, pendidikan,
berpotensi menimbulkan praktek percaloan dan kesehatan, dan kependudukan
berpotensi terjadinya suap. Pemerasan dan
gratifikasi.
9. Layanan publik daerah masih belum memenuhi Pemda menyelenggarakan Forum Komunikasi
ekspektasi masyarakat Masyarakat untuk menjaring harapan dan
ekspektasi masyarakat terhadap layanan
publik yang diselenggarakan Pemda.
Forum Komunikasi Masyarakat dilaksanakan
berdasarkan PermenPAN RB No. 16 Tahun
2017
11. Penyelenggaraan perizinan dan non perizinan oleh Pemda memastikan izin diterbitkan sesuai dengan
Pemda kurang akuntabel. persyaratan yang berlaku melalui prosedur sesuai
ketentuan perundang-undangan
12. Penyelenggaraan layanan publik sektor pendidikan Pemda melakukan upaya Pencegahan
masih rawan dengan praktik korupsi termasuk terjadinya pungli/ penyuapan/ gratifikasi
pungli/ penyuapan/ gratifikasi terutama pada terutama pada proses PPDB dan mutasi siswa.
proses PPDB, mutasi siswa, dan penggunaan dana Pemda melakukan upaya Pencegahan korupsi
BOS pada pelaksanaan dana BOS.
13. Masih tingginya risiko korupsi pada pelayanan Pemda menyusun rencana aksi perbaikan layanan
publik. Skor IPAK tahun 2023 menunjukkan publik daerah mencakup:
penurunan terutama pada dimensi pengalaman. Inovasi
Pelayanan prima
Pencegahan korupsi
14. Aplikasi pengaduan masyarakat tidak Pemda melakukan sosialisasi media pengaduan
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam masyarakat untuk menyampaikan keluhan
menyampaikan keluhan layanan publik. layanan publik.
Pengaduan masyarakat tidak ditindaklanjuti. Pemda melakukan tindak lanjut keluhan
layanan publik
15. Pemda tidak melakukan evaluasi dan APIP melakukan Reviu Layanan Publik dan
pengawasan terhadap layanan publik untuk memastikan rekomendasi perbaikan
mendorong OPD layanan publik dalam ditindaklanjuti oleh OPD Teknis Layanan Publik
melakukan perbaikan layanan publik.
Rekomendasi APIP dalam perbaikan layanan
publik tidak ditindaklanjuti
-6-
3. Rendahnya jumlah dan kompetensi APIP sehingga Mendorong dan memantau komitmen Pemda
menghambat kualitas pengawasan berdampak untuk memperkuat APIP secara nyata yang
pada rendahnya upaya pencegahan korupsi terukur melalui Level Kapabilitas APIP
4. Independensi APIP adalah salah satu prasyarat Memantau kepatuhan Kepala Daerah untuk
terlaksananya pengawasan yang efektif, melaksanakan peraturan terkait dengan
terutama untuk mendukung pemberantasan pengisian jabatan Inspektur dan Inspektur
korupsi di daerah Pembantu (Irban) sesuai dengan PP 72/2019.
Inspektur dan Irban serta SDM di Inspektorat Mengkoordinasikan dan memantau komitmen
menghadapi tantangan besar untuk Pemda dan Inspektorat untuk memperkuat
menyeimbangkan antara profesionalitas tugas dan fungsi Inspektur Pembantu khusus
sebagai konsultan Pemda dan pengawas ketika (Irban khusus) yang mempunyai tugas
ditemukan indikasi penyalahgunaan strategis untuk mendukung pemberantasan
kewenangan yang berindikasi kerugian korupsi di daerah.
keuangan negara/daerah (PWKKND) (dalam
konteks MCP adalah indikasi korupsi).
Pelaksanaan tugas untuk mendukung
pemberantasan korupsi oleh pimpinan APIP
(Inspektur dan para Irban) memunculkan risiko
intervensi atau tekanan oleh pimpinan/ atasan
atau kolega yang mengurangi independensi
APIP.
Diperlukan pemantauan terhadap
implementasi atas mekanisme untuk
memperkuat dan memproteksi pimpinan APIP
untuk bertindak independen dan profesional.
-7-
5. APIP belum melaksanakan dan/ atau belum Mengoptimalkan koordinasi dan pemantauan
optimal dalam melaksanakan PUTT atas dugaan terkait dengan pelaksanaan Pasal 11B dan Pasal
PWKKND 33A serta Pasal 11C (1) dan Pasal 33B (1) PP
72/2019.
Mengoptimalkan koordinasi dan pemantauan
terkait dengan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama
antara Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam
Negeri dengan Deputi Bidang Pengawasan
Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP Nomor:
119/2705/IJ dan Nomor: PRJ-002/D3/04/2020
tentang Pelaksanaan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah serta
implementasi Nota Kesepakatan antara
Pemerintah Provinsi masing-masing dengan
Perwakilan BPKP masing-masing tentang
Pelaksanaan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang ditandatangani pada
Desember 2020.
7. Tingginya kasus korupsi pengadaan barang dan Pemda berkoordinasi dengan BPKP Perwakilan
jasa Pemerintah Daerah. Pencegahan korupsi yang untuk menjadwalkan secara rutin pelaksanaan
cukup efektif dilakukan oleh APIP adalah dengan diklat probity audit bagi APIP daerah.
melaksanakan probity audit, terutama terhadap
proyek-proyek dengan nilai terbesar di Pemda.
8. Masih tingginya korupsi pada: Pemda melaksanakan reviu dan/ atau audit yang
Penyalahgunaan anggaran, termasuk mendorong penajaman pengawasan, terutama
pelaksanaan hibah dan bantuan sosial. pada:
Penyalahgunaan anggaran berpotensi pada Reviu SSH dan ASB
kerugian keuangan daerah. Layanan Publik
Layanan publik, dengan modus pungli/ Dugaan terjadinya kerugian keuangan daerah.
penyuapan/ gratifikasi.
Perlu penajaman peran APIP dalam pelaksanaan Guna memastikan substansi telah sesuai dengan
pengawasan sehingga mendorong pencegahan kaidah reviu/ audit, Pemda dapat:
korupsi yang lebih substantif Berkoordinasi dengan BPKP Perwakilan untuk
melakukan pelatihan kepada APIP daerah
untuk meningkatkan kualitas audit atau
reviu.
-8-
9. Masih adanya kerawanan korupsi terutama petty Pemerintah daerah perlu menyusun dan
corruption baik pada pelaksanaan pemerintahan melaksanakan Rencana Aksi Daerah dalam rangka
maupun layanan publik yang terpotret melalui Pencegahan korupsi baik grand corruption maupun
hasil SPI petty corruption
1 Tidak adanya perencanaan SDM adalah salah satu Pemda perlu menyusun perencanaan kebutuhan
faktor penyebab masalah kekurangan SDM di dan pemenuhan ASN.
instansi, banyak kebutuhan SDM pengawasan/
auditor tidak terpenuhi
Pemda tidak memiliki perencanaan SDM sehingga
terjadi permasalahan:
2. Sampai akhir tahun 2023 masih banyak Pemda menyusun peta jabatan dan
Pemerintah daerah yang belum menyelesaikan menindaklanjuti himbauan penyederhanaan
Penyederhanaan Struktur Organisasi dan Evaluasi birokrasi.
Jabatan. Evaluasi jabatan yang menghasilkan peta
jabatan sangat diperlukan dalam penyusunan dan
penetapan kebutuhan pegawai instansi.
4. Tidak adanya kebijakan terkait promosi, mutasi Dalam melaksakanan promosi dan mutasi,
mengakibatkan resiko penempatan ASN dapat Pemda melaksanakan pengisian JPT melalui
diatur secara subjektif, tidak sesuai kualifikasi dan Seleksi Terbuka dan Uji Kompetensi
kompetensi, dan resiko jual beli jabatan menjadi
sangat tinggi
5. Penilaian Kinerja ASN yang objektif akan Pemda membangun manajemen Kinerja,
memotivasi ASN untuk berkinerja baik. Hasil mencakup penetapan kinerja, SKP, dan laporan
Penilaian Kinerja ASN yang objektif menjadi salah penilaian kinerja.
satu bahan pertimbangan dalam melaksanakan
promosi, mutasi ASN.
6. Beberapa OPD memiliki banyak kegiatan Perlu ada kebijakan khusus untuk mendorong
dengan alokasi honorarium tinggi, namun semangat pencegahan korupsi melalui
beberapa lainnya justru tidak ada alokasi Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP).
honorarium. Hal ini menimbulkan kesenjangan Pemberian TPP perlu diikuti dengan
penerimaan ASN yang berdampak pada perilaku implementasi budaya antikorupsi antara lain
koruptif. kepatuhan LHKPN, Gratifikasi, BMD, dan
Semangat pencegahan korupsi kurang TPTGR.
mendapatkan dukungan dari stakeholder
Pemda.
7. Kurangnya pengawasan terkait Manajemen ASN Tindak lanjut hasil pengawasan terhadap
Pemerintah Daerah menjadi salah satu faktor manajemen ASN pemda.
terjadinya jual beli jabatan.
8. Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah Kepatuhan pelaporan harta kekayaan
melalui pelaporan harta kekayaan penyelenggara Penyelenggara Negara dan pejabat/ pegawai yang
negara dinilai memiliki kerawanan korupsi
9. Nilai-nilai antikorupsi belum dipahami dan Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah
diinternalisasi dalam pelaksanaan tata kelola dengan peningkatan Budaya Antikorupsi melalui
pemerintahan dan layanan publik sehingga masih Pendidikan antikorupsi pada internal
banyak ditemukan praktik korupsi di daerah Pemerintah Daerah
2 Pemda tidak memiliki kemauan kuat untuk Pemda mengalokasikan anggaran untuk sertifikasi
sertifikasi BMD. Hal ini mengakibatkan BMD yang memadai dan melaksanakan sertifikasi
banyaknya BMD dikuasai oleh pihak yang tidak BMD sehingga seluruh BMD tersertifikasi sebagai
berhak. Pada akhirnya, BMD yang dikuasai oleh langkah awal dalam pengamanan BMD
pihak yang tidak berhak mengakibatkan kerugian
keuangan negara.
Pemda tidak menyediakan anggaran yang
memadai untuk melaksanakan sertifikasi BMD
-10-
4 Pemanfaatan aset tidak memberikan nilai tambah Pemda melakukan langkah dalam rangka
bagi pemerintah daerah. aset dimanfaatkan untuk maksimalisasi pemanfaatan aset yang tidak
keuntungan pribadi. digunakan dalam operasional pemerintah daerah.
5 Pengadaan BMD tidak berdasarkan kebutuhan, Penyusunan RKBMD dan pelaporannya harus
sehingga pemerintah daerah melakukan tepat waktu untuk mencegah terjadinya
pengadaan barang yang tidak dibutuhkan yang pengadaan yang tidak sesuai kebutuhan.
mengakibatkan kerugian keuangan negara. Laporan Pengelolaan BMD perlu disampaikan
Implementasi terhadap kepatuhan pengelolaan secara tepat waktu sebagai bagian dari
BMD terhadap regulasi masih perlu ditingkatkan. pengendalian.
6 Kurang optimalnya koordinasi antara BPKAD Pemda melakukan rekonsiliasi dan inventarisasi
dengan OPD Teknis sehingga mengakibatkan BMD BMD untuk mendorong akuntabilitas database
tidak tercatat. Oleh karena itu, diperlukan BMD.
rekonsiliasi antara OPD dengan BPKAD dalam
Rekonsiliasi dan inventarisasi BMD mendorong
rangka
pencatatan BMD termasuk bagaimana melakukan
Data hasil rekonsiliasi dan inventarisasi dapat pengecekan apakah fisiknya masih ada dan siapa
dimanfaatkan untuk melakukan identifikasi BMD yang menguasai secara fisik.
yang digunakan oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
7 Kewajiban PSU tidak dipatuhi oleh pengembang. Pemda melakukan upaya penertiban BMD untuk
Masyarakat tidak mendapatkan PSU yang layak. menyelesaikan permasalahan BMD, mencakup:
9 Keterlambatan respon atas temuan hasil audit Pemda melakukan upaya untuk mendorong tindak
Inspektorat dan BPK mengakibatkan penyelesaian lanjut dan penyelesaian rekomendasi hasil audit
masalah yang berlarut-larut. BPK
10 Masih ada pegawai yang menggunakan fasilitas Pemda melakukan upaya pencegahan BMD
kantor untuk kepentingan pribadi (termasuk digunakan untuk kepentingan pribadi (termasuk
teman, keluarga, dll). teman, keluarga, dll).
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN
SUPERVISI
NOMOR 185/KSP.00/70/02/2024
TENTANG FOKUS KOORDINASI DAN PENETAPAN
AREA, INDIKATOR SERTA SUB INDIKATOR PROGRAM
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA
PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024