Anda di halaman 1dari 17

-2-

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu
menetapkan Keputusan Deputi Bidang Koordinasi dan
Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Fokus
Koordinasi Dan Penetapan Area, Indikator Serta Sub Indikator
Program Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pada
Pemerintah Daerah Tahun 2024;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 197,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6409);
2. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 4 Tahun
2020 tentang Rencana Strategis Komisi Pemberantasan
Korupsi 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1140);
3. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 7 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Pemberantasan Korupsi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1303);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN SUPERVISI


KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
TENTANG FOKUS KOORDINASI DAN PENETAPAN AREA,
INDIKATOR SERTA SUB INDIKATOR PROGRAM
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PEMERINTAH
DAERAH TAHUN 2024.
KESATU : Menetapkan Fokus Koordinasi Program Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi pada Pemerintah Daerah sebagaimana tercantum
dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi ini.
KEDUA : Menetapkan Area, Indikator, dan Sub Indikator Program
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pemerintah Daerah
Tahun 2024 yang terdiri atas:
a. 8 (delapan) area;
b. 26 (dua puluh enam) indikator; dan
-1-

LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN
SUPERVISI
NOMOR 185/KSP.00/70/02/2024
TENTANG FOKUS KOORDINASI DAN PENETAPAN
AREA, INDIKATOR SERTA SUB INDIKATOR PROGRAM
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA
PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024

FOKUS KOORDINASI
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024

1. AREA PERENCANAAN

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

1  RKPD tidak sesuai dengan RPJMD karena ada  Inspektorat melaksanakan Reviu RKPD 2025.
proyek yang sifatnya mendadak tanpa ada  Inspektorat melakukan pemantauan atas tindak
perencanaan sebelumnya. lanjut rekomendasi yang disampaikan melalui
 Rencana Kerja Tahunan tidak sesuai dengan Reviu RKPD.
Rencana Kerja Menengah. Adanya “intervensi”  Terdapat rincian di RKPD dalam aplikasi
pihak tertentu dalam penentuan program. perencanaan SIPD RI. Rincian RKPD merupakan
salah satu bagian dalam pelaksanaan
pengendalian.

2  Pokok pikiran yang diajukan tidak sesuai  Pokir diinput melalui SIPD RI untuk memastikan
dengan RKPD dan RPJMD. kesesuaian pokir dengan RKPD dan RPJMD.
 Pokir diinput dalam SIPD RI, namun setelah  Pokir yang berbentuk Hibah dan Bansos harus
pembahasan KUA PPAS sering diubah. disertai proposal.
 Pokir diusulkan, dilaksanakan sendiri oleh  OPD Teknis melaksanakan pengawasan
pihak pengusul bukan oleh PA/ KPA terkait. terhadap pelaksanaan pokir
 Pokir diminta besaran/ alokasi pagu nilai
tertentu tanpa disertai rincian kebutuhan riil
sehingga menimbulkan risiko korupsi.

2. AREA PENGANGGARAN

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI


1  Adanya mark-up anggaran sehingga  Pemda melakukan upaya pencegahan mark
mengakibatkan kerugian keuangan negara/ anggaran melalui penetapan SHS.
daerah.  Pemda melaksanakan evaluasi nilai SHS secara
 Standar harga yang ditetapkan terlalu tinggi berkala (minimal per tahun). Kepala Daerah
dibandingkan dengan nilai yang berlaku di membentuk Tim Penyusun SHS.
pasaran sehingga berpotensi kerugian keuangan  Kepala Daerah menetapkan SHS secara tepat
negara/ daerah. waktu.
-2-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI


 Walaupun sudah ada standar harga namun  SHS yang disusun sudah dimasukkan dan
tidak diimplementasikan karena masih diupdate di SIPD RI untuk memastikan
menggunakan pertanggungjawaban secara implementasi SHS pada setiap pelaksanaan
manual. anggaran.

2.  Pemda belum menyusun formulasi yang  Pemda menyusun dan menetapkan formulasi
mempermudah dalam menyusun perencanaan yang mempermudah dalam menyusun
anggaran sehingga menimbulkan celah mark-up perencanaan anggaran sehingga mencegah
anggaran. mark-up anggaran.

 Walaupun sudah ada Analisis Standar Biaya  Pemda menyetapkan ASB baik untuk kegiatan
(ASB) namun tidak diimplementasikan karena fisik dan non fisik.
masih menggunakan pertanggungjawaban
 APIP melakukan reviu terhadap kesesuaian SHS
secara manual.
dalam menu ASB/ disusun dengan
memperhatikan SHS dan implementasi ASB.

 Pemda menggunakan ASB sebagai dasar harga


dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Permintaan sejumlah uang (penyuapan/  Pemda memastikan ketepatan waktu


gratifikasi) pada penyampaian dan penetapan penyampaian Rancangan KUA dan PPAS 2025
rancangan KUA dan PPAS sehingga berdampak oleh Kepala Daerah kepada DPRD.
pula pada keterlambatan penyampaian dan
 Pemantauan ketepatan waktu penyampaian
penetapan KUA dan PPAS.
dan penetapan KUA dan PPAS, melalui
penginputan ke dalam SIPD RI.

4. Ketidaksesuaian antara RKA dengan RKPD karena  APIP melaksanakan Reviu RKA guna
ada intervensi pihak tertentu dalam penyusunan memastikan kesesuaian RKA dengan RKPD.
APBD.  Guna meminimalkan risiko kesalahan manual,
reviu RKA dilakukan melalui SIPD RI.

5. Permintaan sejumlah uang (penyuapan/  Pemda memastikan ketepatan waktu


gratifikasi) pada penyerahan dan penetapan APBD penyerahan dan penetapan APBD.
sehingga berdampak pada keterlambatan
penetapan APBD.  Pemantauan ketepatan waktu penyampaian
dan penetapan APBD.

6.  APBD tidak transparan dan rawan Transparansi APBD kepada masyarakat melalui
disalahgunakan oleh pihak tertentu yang tidak website Pemda.
bertanggungjawab.

 Masyarakat tidak mengetahui alokasi anggaran


daerah.

7.  Bantuan keuangan provinsi menjadi modus  OPD Teknis melaksanakan reviu ketika
untuk mendapatkan anggaran bagi kabupaten/ pengajuan bantuan keuangan/ hibah/ bansos
kota. Spesifikasi teknis tidak jelas dan untuk mencegah markup dan kegiatan fiktif.
perencanaan kurang matang sehingga
 APIP melaksanakan audit dan pengawasan
memunculkan potensi mark-up.
lapangan sehubungan dengan pelaksanaan
 Masih dilakukan praktik penyuapan atas bantuan keuangan/ hibah/ bansos.
penyaluran bantuan keuangan.
-3-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI


 Hibah dan/ atau bantuan sosial tidak diajukan
berdasarkan rencana yang detail dan jelas serta
masih ada mark-up.

 Realisasi hibah dan/ atau bantuan sosial tidak


sesuai dengan RKPD dan/ atau RPJMD,
pengajuan proposal fiktif, hibah dan/ atau
bansos diberikan kepada penerima yang tidak
sesuai dengan penerima dalam proposal.

8. Dari hasil SPI Tahun 2023, potensi korupsi pada  APIP melakukan audit atas realisasi perjalanan
pelaksanaan anggaran perjalanan dinas dan dinas dan honorarium pada 3 OPD tertinggi
honorarium masih tinggi. pelaksana.

 OPD melakukan tindak lanjut terhadap hasil


reviu APIP.

3. AREA PENGADAAN BARANG DAN JASA

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

1 Pemecahan kegiatan pengadaan barang dan jasa  UKPBJ melaksanakan Reviu Perencanaan PBJ
karena adanya benturan kepentingan. yang bertujuan untuk mencegah pemecahan
proyek dan penentuan metode PBJ yang tepat.
 Sekda mendorong pelaksanaan konsolidasi
PBJ.

2.  Pemda kurang transparan dalam kegiatan PBJ.  Pemda meningkatkan transparansi PBJ melalui
 Transparansi PBJ belum disinkronkan dengan ketepatan waktu input SIRUP dan mendorong
program dalam rangka mendukung UMKM dan implementasi e-purchasing.
penggunaan produk dalam negeri.  Pemda mengimplementasikan e-purchasing
 Walaupun sudah didorong transparansi, dalam pelaksanaan APBD.
namun masih ada celah korupsi pada  Pencegahan korupsi pelaksanaan e-purchasing
pelaksanaan PBJ melalui e-purchasing. melalui Pakta Integritas.
 Untuk memberikan kepastian terhadap TKDN
maka pemda perlu memastikan komponen
TKDN dalam kegiatan PBJ.

3. Pengadaan barang dan jasa strategis rawan dengan  Kepala Daerah menetapkan kegiatan PBJ
permasalahan: Strategis Pemda.
 Pemenang vendor sudah diatur  APIP melakukan reviu HPS terhadap
 Kualitas Barang dan Jasa Rendah pelaksanaan PBJ strategis.
 Nepotisme
 Gratifikasi
 Hasil PBJ tidak bermanfaat
 Potensi kerugian keuangan daerah

4. Keterlambatan pelaksanaan PBJ sehingga Pemda melaksanakan Lelang Dini pada kegiatan
mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam PBJ strategis untuk mencegah terjadinya
pelaksanaan proyek PBJ. keterlambatan proses PBJ.
-4-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

5. Pengadaan barang dan jasa strategis rawan dengan  Pemda menetapkan kegiatan PBJ strategis
permasalahan: sebagai fokus utama pencegahan terjadinya
 Pemenang vendor sudah diatur kerugian keuangan daerah.
 Kualitas Barang dan Jasa Rendah  Pemda melaksanakan pengawasan terhadap
 Nepotisme kegiatan PBJ strategis pada setiap tahap
 Gratifikasi pelaksanaan sampai serah terima pekerjaan
 Hasil PBJ tidak bermanfaat
 Potensi kerugian keuangan daerah

6. Independensi SDM UKPBJ terganggu karena Pemda mengalokasikan TPP Khusus kepada SDM
banyak pihak yang bermaksud mengintervensi UKPBJ untuk mendorong independensi dan
SDM UKPBJ. sebagai insentif bagi SDM UKPBJ sehingga dapat
mempertahankan dan/ atau meningkatkan
integritas.

4. AREA PELAYANAN PUBLIK

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

1.  Masih banyak daerah yang belum menetapkan Pemda menyediakan kelengkapan regulasi tata
aturan tata ruang daerah, sehingga perizinan ruang dan mendorong adanya transparansi tata
tidak sesuai dengan peruntukan penataan ruang. ruang yang dapat diakses secara online oleh
 Potensi terjadinya suap, pemerasan dan masyarakat serta menjadi dasar dalam
gratifikasi dalam proses pemenuhan persyaratan menerbitkan persyaratan dasar perizinan
dasar terkait tata ruang.
2. Masih adanya praktik pungli/ penyuapan/ Pemda menyusun SOP PPDB dan mutasi siswa
gratifikasi dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta sehingga mencegah terjadinya pungli/
Didik Baru (PPDB) dan mutasi siswa penyuapan/ gratifikasi dalam pelaksanaan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan mutasi
siswa

3. Masih adanya praktik pungli/ penyuapan/ Pemda memastikan ketersediaan SOP pada
gratifikasi dalam layanan kesehatan: layanan publik sektor kesehatan dengan
 Pengambilan nomor antrian; memasukkan substansi Pencegahan terjadinya
 Pendaftaran kamar rawat inap Rumah Sakit. pungli/ penyuapan/ gratifikasi.

Masih adanya praktik pungli/ penyuapan/ Pemda memastikan ketersediaan SOP pada
gratifikasi dalam layanan kependudukan: layanan publik pada sektor kependudukan dengan
 Pengurusan KTP; memasukkan substansi Pencegahan terjadinya
 Pengurusan Akta Kelahiran, Kematian pungli/ penyuapan/ gratifikasi

4. Masih banyaknya pemohon yang mendatangi Pemberian rekomendasi teknis difasilitasi oleh
perangkat daerah teknis untuk memproses DPMPTSP untuk meminimalkan pertemuan
perizinan atau persyaratan dasar. langsung antara pemohon dengan OPD teknis

5. Layanan publik masih belum memenuhi harapan Pemda memastikan pelaksanaan layanan prima,
masyarakat dan terdapat praktik pungli/ salah satunya dengan memenuhi Standar
penyuapan/ gratifikasi. Layanan publik perlu Pelayanan sesuai PermenPAN RB No. 15 Tahun
dilaksanakan sesuai dengan konsep layanan prima 2024 dan mencegah terjadinya pungli/
dan Pencegahan korupsi. penyuapan/ gratifikasi.
-5-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

6. Layanan publik yang disediakan oleh Pemda belum Pemda melaksanakan Survei Kepuasan
memenuhi harapan masyarakat Masyarakat untuk mendapatkan input perbaikan
atas layanan publik

7. Belum semua Pemda memiliki aplikasi online untuk Pemanfaatan dan optimalisasi perizinan online
memproses perizinan yang menjadi
kewenangannya, sehingga berpotensi terjadi suap,
pemerasan dan gratifikasi.

8. Belum tersedianya informasi mengenai layanan Pemda menyediakan media publikasi pada
publik yang terbuka dan transparan sehingga layanan publik baik perizinan, pendidikan,
berpotensi menimbulkan praktek percaloan dan kesehatan, dan kependudukan
berpotensi terjadinya suap. Pemerasan dan
gratifikasi.

9. Layanan publik daerah masih belum memenuhi  Pemda menyelenggarakan Forum Komunikasi
ekspektasi masyarakat Masyarakat untuk menjaring harapan dan
ekspektasi masyarakat terhadap layanan
publik yang diselenggarakan Pemda.
 Forum Komunikasi Masyarakat dilaksanakan
berdasarkan PermenPAN RB No. 16 Tahun
2017

11. Penyelenggaraan perizinan dan non perizinan oleh Pemda memastikan izin diterbitkan sesuai dengan
Pemda kurang akuntabel. persyaratan yang berlaku melalui prosedur sesuai
ketentuan perundang-undangan

12. Penyelenggaraan layanan publik sektor pendidikan  Pemda melakukan upaya Pencegahan
masih rawan dengan praktik korupsi termasuk terjadinya pungli/ penyuapan/ gratifikasi
pungli/ penyuapan/ gratifikasi terutama pada terutama pada proses PPDB dan mutasi siswa.
proses PPDB, mutasi siswa, dan penggunaan dana  Pemda melakukan upaya Pencegahan korupsi
BOS pada pelaksanaan dana BOS.

13. Masih tingginya risiko korupsi pada pelayanan Pemda menyusun rencana aksi perbaikan layanan
publik. Skor IPAK tahun 2023 menunjukkan publik daerah mencakup:
penurunan terutama pada dimensi pengalaman.  Inovasi
 Pelayanan prima
 Pencegahan korupsi

14.  Aplikasi pengaduan masyarakat tidak  Pemda melakukan sosialisasi media pengaduan
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam masyarakat untuk menyampaikan keluhan
menyampaikan keluhan layanan publik. layanan publik.
 Pengaduan masyarakat tidak ditindaklanjuti.  Pemda melakukan tindak lanjut keluhan
layanan publik

15.  Pemda tidak melakukan evaluasi dan APIP melakukan Reviu Layanan Publik dan
pengawasan terhadap layanan publik untuk memastikan rekomendasi perbaikan
mendorong OPD layanan publik dalam ditindaklanjuti oleh OPD Teknis Layanan Publik
melakukan perbaikan layanan publik.
 Rekomendasi APIP dalam perbaikan layanan
publik tidak ditindaklanjuti
-6-

5. AREA PENGAWASAN APIP

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

1 Pengawasan yang efektif adalah prasyarat  Memperkuat pelembagaan di Pemda untuk


pencegahan korupsi. Kapasitas APIP yang optimal mencukupi SDM APIP pada tahun 2024
menjadi kunci pengawasan yang efektif. Sampai terutama melalui metode inpassing dari OPD
dengan akhir 2023, kapasitas APIP di daerah masih lain ataupun berkoordinasi dengan IPDN atau
belum optimal, karena: PKN STAN.
 Masih belum terpenuhinya kuantitas dan  Perkuatan pelembagaan juga harus dilakukan
kualitas SDM APIP; untuk memastikan setiap SDM APIP untuk
 Masih belum tercukupinya anggaran mengikuti Diklat wajib minimum 120 jam pada
pengawasan APIP; dan tahun 2024.

APIP daerah yang mencapai level kapabilitas di


level 3 baru mencapai 62%.

2. Keterbatasan anggaran APIP sehingga pengawasan  Memastikan Pemda mencukupkan anggaran


dan pencegahan korupsi tidak berjalan dengan APIP sebagaimana Permendagri Nomor 15
optimal Tahun 2023 tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun 2024.
 Memantau implementasi Surat Mendagri
Nomor 700.1.1/8737/SJ tanggal 9 Desember
2022 tentang Penguatan Inspektorat Daerah
Dalam Pengawasan Pemerintah Daerah.
 Mengadvokasi Pemda untuk memprioritaskan
kecukupan anggaran APIP.

3. Rendahnya jumlah dan kompetensi APIP sehingga Mendorong dan memantau komitmen Pemda
menghambat kualitas pengawasan berdampak untuk memperkuat APIP secara nyata yang
pada rendahnya upaya pencegahan korupsi terukur melalui Level Kapabilitas APIP

4.  Independensi APIP adalah salah satu prasyarat  Memantau kepatuhan Kepala Daerah untuk
terlaksananya pengawasan yang efektif, melaksanakan peraturan terkait dengan
terutama untuk mendukung pemberantasan pengisian jabatan Inspektur dan Inspektur
korupsi di daerah Pembantu (Irban) sesuai dengan PP 72/2019.
 Inspektur dan Irban serta SDM di Inspektorat  Mengkoordinasikan dan memantau komitmen
menghadapi tantangan besar untuk Pemda dan Inspektorat untuk memperkuat
menyeimbangkan antara profesionalitas tugas dan fungsi Inspektur Pembantu khusus
sebagai konsultan Pemda dan pengawas ketika (Irban khusus) yang mempunyai tugas
ditemukan indikasi penyalahgunaan strategis untuk mendukung pemberantasan
kewenangan yang berindikasi kerugian korupsi di daerah.
keuangan negara/daerah (PWKKND) (dalam
konteks MCP adalah indikasi korupsi).
 Pelaksanaan tugas untuk mendukung
pemberantasan korupsi oleh pimpinan APIP
(Inspektur dan para Irban) memunculkan risiko
intervensi atau tekanan oleh pimpinan/ atasan
atau kolega yang mengurangi independensi
APIP.
 Diperlukan pemantauan terhadap
implementasi atas mekanisme untuk
memperkuat dan memproteksi pimpinan APIP
untuk bertindak independen dan profesional.
-7-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

Selain itu, diperlukan juga pemantauan atas


mekanisme pelaksanaan tugas pengawasan oleh
APIP terhadap tindak lanjut atas dugaan korupsi
melalui pelibatan Pemerintah Provinsi, BPKP dan
Kementerian Dalam Negeri.

5. APIP belum melaksanakan dan/ atau belum  Mengoptimalkan koordinasi dan pemantauan
optimal dalam melaksanakan PUTT atas dugaan terkait dengan pelaksanaan Pasal 11B dan Pasal
PWKKND 33A serta Pasal 11C (1) dan Pasal 33B (1) PP
72/2019.
Mengoptimalkan koordinasi dan pemantauan
terkait dengan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama
antara Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam
Negeri dengan Deputi Bidang Pengawasan
Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP Nomor:
119/2705/IJ dan Nomor: PRJ-002/D3/04/2020
tentang Pelaksanaan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah serta
implementasi Nota Kesepakatan antara
Pemerintah Provinsi masing-masing dengan
Perwakilan BPKP masing-masing tentang
Pelaksanaan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang ditandatangani pada
Desember 2020.

6 Pengaduan masyarakat memiliki fungsi penting  Memperkuat implementasi pengaduan


untuk mendukung rupaya pemberantasan korupsi masyarakat berkadar pengawasan (PMBP)
di daerah. Sehingga Pemda harus memastikan terutama terkait dengan regulasi mengenai
tersedianya berbagai saluran pengaduan perlindungan terhadap kerahasiaan identitas
masyarakat, baik secara terbuka maupun rahasia pelapor dan perlindungan terhadap karier
(anonim). Whistleblowing System memiliki peran pelapor yang berstatus ASN
penting untuk memberikan keyakinan kepada Mengkoordinasikan terbangunnya WBS yang
masyarakat terkait dengan perlindungan terhadap terintegrasi dengan KPK.
kerahasiaannya.

7. Tingginya kasus korupsi pengadaan barang dan Pemda berkoordinasi dengan BPKP Perwakilan
jasa Pemerintah Daerah. Pencegahan korupsi yang untuk menjadwalkan secara rutin pelaksanaan
cukup efektif dilakukan oleh APIP adalah dengan diklat probity audit bagi APIP daerah.
melaksanakan probity audit, terutama terhadap
proyek-proyek dengan nilai terbesar di Pemda.

8. Masih tingginya korupsi pada: Pemda melaksanakan reviu dan/ atau audit yang
 Penyalahgunaan anggaran, termasuk mendorong penajaman pengawasan, terutama
pelaksanaan hibah dan bantuan sosial. pada:
 Penyalahgunaan anggaran berpotensi pada  Reviu SSH dan ASB
kerugian keuangan daerah.  Layanan Publik
 Layanan publik, dengan modus pungli/  Dugaan terjadinya kerugian keuangan daerah.
penyuapan/ gratifikasi.
Perlu penajaman peran APIP dalam pelaksanaan Guna memastikan substansi telah sesuai dengan
pengawasan sehingga mendorong pencegahan kaidah reviu/ audit, Pemda dapat:
korupsi yang lebih substantif  Berkoordinasi dengan BPKP Perwakilan untuk
melakukan pelatihan kepada APIP daerah
untuk meningkatkan kualitas audit atau
reviu.
-8-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

 Selain itu, koordinasi juga diarahkan agar


BPKP Perwakilan melakukan quality
assurance atas laporan hasil pengawasan
(reviu atau audit) yang dilaporkan oleh APIP
daerah.

9. Masih adanya kerawanan korupsi terutama petty Pemerintah daerah perlu menyusun dan
corruption baik pada pelaksanaan pemerintahan melaksanakan Rencana Aksi Daerah dalam rangka
maupun layanan publik yang terpotret melalui Pencegahan korupsi baik grand corruption maupun
hasil SPI petty corruption

10.  Rendahnya pemahaman antikorupsi pada Pemda melaksanakan sosialisasi antikorupsi


jajaran ASN Pemda. kepada seluruh stakeholder pemda (internal dan
 Perlunya pemahaman nilai-nilai antikorupsi eksternal) guna:
pada jajaran ASN Pemda.  Meningkatkan pemahaman nilai-nilai
antikorupsi.
 Menguinformasikan upaya Pencegahan korupsi
yang telah dilaksanakan.
 Mendapatkan dukungan Pencegahan korupsi
dari stakeholder Pemda.

6. AREA MANAJEMEN ASN

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

1 Tidak adanya perencanaan SDM adalah salah satu  Pemda perlu menyusun perencanaan kebutuhan
faktor penyebab masalah kekurangan SDM di dan pemenuhan ASN.
instansi, banyak kebutuhan SDM pengawasan/
auditor tidak terpenuhi
Pemda tidak memiliki perencanaan SDM sehingga
terjadi permasalahan:

 Kekurangan SDM pada OPD tertentu;


Terlalu banyaknya SDM pada OPD tertentu namun
tidak efektif dalam mendukung peningkatan
Kinerja

2. Sampai akhir tahun 2023 masih banyak  Pemda menyusun peta jabatan dan
Pemerintah daerah yang belum menyelesaikan menindaklanjuti himbauan penyederhanaan
Penyederhanaan Struktur Organisasi dan Evaluasi birokrasi.
Jabatan. Evaluasi jabatan yang menghasilkan peta
jabatan sangat diperlukan dalam penyusunan dan
penetapan kebutuhan pegawai instansi.

3. Penggunaan sistem berbasis elektronik adalah Pemda membangun dan mengimplementasikan


langkah penting dalam transformasi birokrasi Sistem Informasi Kepegawaian melalui
tradisional menuju birokrasi yang transparan dan pembangunan database kepegawaian, implementasi
efisien. absensi elektronik yang terintegrasi dengan sistem
penilaian kinerja, dan implementasi penilaian
Efisiensi mendorong kinerja ASN dalam rangka
kinerja berbasis teknologi informasi.
mendukung pencegahan korupsi
-9-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI

4. Tidak adanya kebijakan terkait promosi, mutasi  Dalam melaksakanan promosi dan mutasi,
mengakibatkan resiko penempatan ASN dapat Pemda melaksanakan pengisian JPT melalui
diatur secara subjektif, tidak sesuai kualifikasi dan Seleksi Terbuka dan Uji Kompetensi
kompetensi, dan resiko jual beli jabatan menjadi
sangat tinggi

5. Penilaian Kinerja ASN yang objektif akan  Pemda membangun manajemen Kinerja,
memotivasi ASN untuk berkinerja baik. Hasil mencakup penetapan kinerja, SKP, dan laporan
Penilaian Kinerja ASN yang objektif menjadi salah penilaian kinerja.
satu bahan pertimbangan dalam melaksanakan
promosi, mutasi ASN.

6.  Beberapa OPD memiliki banyak kegiatan  Perlu ada kebijakan khusus untuk mendorong
dengan alokasi honorarium tinggi, namun semangat pencegahan korupsi melalui
beberapa lainnya justru tidak ada alokasi Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP).
honorarium. Hal ini menimbulkan kesenjangan  Pemberian TPP perlu diikuti dengan
penerimaan ASN yang berdampak pada perilaku implementasi budaya antikorupsi antara lain
koruptif. kepatuhan LHKPN, Gratifikasi, BMD, dan
 Semangat pencegahan korupsi kurang TPTGR.
mendapatkan dukungan dari stakeholder
Pemda.

7. Kurangnya pengawasan terkait Manajemen ASN  Tindak lanjut hasil pengawasan terhadap
Pemerintah Daerah menjadi salah satu faktor manajemen ASN pemda.
terjadinya jual beli jabatan.

8. Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah  Kepatuhan pelaporan harta kekayaan
melalui pelaporan harta kekayaan penyelenggara Penyelenggara Negara dan pejabat/ pegawai yang
negara dinilai memiliki kerawanan korupsi

9. Nilai-nilai antikorupsi belum dipahami dan  Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah
diinternalisasi dalam pelaksanaan tata kelola dengan peningkatan Budaya Antikorupsi melalui
pemerintahan dan layanan publik sehingga masih Pendidikan antikorupsi pada internal
banyak ditemukan praktik korupsi di daerah Pemerintah Daerah

7. AREA PENGELOLAAN BMD

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI


1. BMD yang tidak tercatat berpotensi Pembangunan database BMD yang handal sebagai
penyalahgunaan BMD yang kemudian berakibat/ langkah awal dalam pengamanan BMD
berpotensi terjadinya kerugian keuangan negara/
daerah

2  Pemda tidak memiliki kemauan kuat untuk Pemda mengalokasikan anggaran untuk sertifikasi
sertifikasi BMD. Hal ini mengakibatkan BMD yang memadai dan melaksanakan sertifikasi
banyaknya BMD dikuasai oleh pihak yang tidak BMD sehingga seluruh BMD tersertifikasi sebagai
berhak. Pada akhirnya, BMD yang dikuasai oleh langkah awal dalam pengamanan BMD
pihak yang tidak berhak mengakibatkan kerugian
keuangan negara.
 Pemda tidak menyediakan anggaran yang
memadai untuk melaksanakan sertifikasi BMD
-10-

NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI


3 BMD tidak diamankan secara fisik sehingga rawan Pemda memastikan bahwa BMD telah dikuasai
dikuasai pihak ketiga. Akibatnya, BMD dikuasai secara fisik dan tidak dikuasai oleh pihak lain yang
oleh pihak ketiga yang tidak berhak tidak berhak

4 Pemanfaatan aset tidak memberikan nilai tambah Pemda melakukan langkah dalam rangka
bagi pemerintah daerah. aset dimanfaatkan untuk maksimalisasi pemanfaatan aset yang tidak
keuntungan pribadi. digunakan dalam operasional pemerintah daerah.

5 Pengadaan BMD tidak berdasarkan kebutuhan,  Penyusunan RKBMD dan pelaporannya harus
sehingga pemerintah daerah melakukan tepat waktu untuk mencegah terjadinya
pengadaan barang yang tidak dibutuhkan yang pengadaan yang tidak sesuai kebutuhan.
mengakibatkan kerugian keuangan negara.  Laporan Pengelolaan BMD perlu disampaikan
Implementasi terhadap kepatuhan pengelolaan secara tepat waktu sebagai bagian dari
BMD terhadap regulasi masih perlu ditingkatkan. pengendalian.

6  Kurang optimalnya koordinasi antara BPKAD  Pemda melakukan rekonsiliasi dan inventarisasi
dengan OPD Teknis sehingga mengakibatkan BMD BMD untuk mendorong akuntabilitas database
tidak tercatat. Oleh karena itu, diperlukan BMD.
rekonsiliasi antara OPD dengan BPKAD dalam
 Rekonsiliasi dan inventarisasi BMD mendorong
rangka
pencatatan BMD termasuk bagaimana melakukan
 Data hasil rekonsiliasi dan inventarisasi dapat pengecekan apakah fisiknya masih ada dan siapa
dimanfaatkan untuk melakukan identifikasi BMD yang menguasai secara fisik.
yang digunakan oleh pihak yang tidak
berkepentingan.

7  Kewajiban PSU tidak dipatuhi oleh pengembang. Pemda melakukan upaya penertiban BMD untuk
Masyarakat tidak mendapatkan PSU yang layak. menyelesaikan permasalahan BMD, mencakup:

 BMD yang dikuasai oleh pihak ketiga seringkali  Penertiban PSU


dibiarkan oleh Pemda. Hal ini berpotensi/
 Penertiban BMD dikuasai pihak ketiga
mengakibatkan kerugian keuangan negara.
 Penertiban BMD Bermasalah Karena P3D/
 BMD P3D dan/ atau pemekaran wilayah yang
Pemekaran
tidak ditertibkan mengakibatkan tidak tercatat dan
akhirnya berpotensi/ mengakibatkan dikuasai
oleh pihak ketiga

 Aset tumpang tindih dengan pihak lain yang tidak


ditertibkan mengakibatkan tidak tercatat dan
akhirnya berpotensi/ mengakibatkan dikuasai
oleh pihak ketiga.

9 Keterlambatan respon atas temuan hasil audit Pemda melakukan upaya untuk mendorong tindak
Inspektorat dan BPK mengakibatkan penyelesaian lanjut dan penyelesaian rekomendasi hasil audit
masalah yang berlarut-larut. BPK

10 Masih ada pegawai yang menggunakan fasilitas Pemda melakukan upaya pencegahan BMD
kantor untuk kepentingan pribadi (termasuk digunakan untuk kepentingan pribadi (termasuk
teman, keluarga, dll). teman, keluarga, dll).

8. AREA OPTIMALISASI PAJAK


NO TITIK RAWAN KORUPSI FOKUS PENCEGAHAN KORUPSI
1  Pemda tidak memiliki regulasi yang memadai Pemda membangun regulasi dan database yang
dalam mendukung tata kelola pajak daerah. memadai dalam mendukung tata kelola pajak
daerah
-1-

LAMPIRAN II
KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN
SUPERVISI
NOMOR 185/KSP.00/70/02/2024
TENTANG FOKUS KOORDINASI DAN PENETAPAN
AREA, INDIKATOR SERTA SUB INDIKATOR PROGRAM
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA
PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024

AREA, INDIKATOR, DAN SUB INDIKATOR


PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2024

NO AREA INDIKATOR SUBINDIKATOR


1 Perencanaan Perencanaan Pembinaan atas Dokumen RKPD
Pembangunan Daerah Pokok Pikiran
2 Penganggaran Pencegahan Mark Up Standar Harga Satuan (SHS)
Anggaran Analisis Standar Biaya (ASB)
Penetapan dan KUA dan PPAS
Transparansi APBD Reviu RKA
Penyerahan RAPBD dan Penetapan
APBD
Publikasi APBD
Pengendalian dan Bantuan Pemerintah
Pengawasan Honorarium dan Perjalanan Dinas
3 Pengadaan Pelaksanaan Pengadaan Reviu dan Konsolidasi Pengadaan
Barang dan Transparansi dan TKDN
Jasa Pengendalian PBJ Reviu HPS
Strategis Lelang Dini
Kepatuhan PBJ Strategis
Independensi UKPBJ TPP UKPBJ
4 Pelayanan Kebijakan Layanan Transparansi Tata Ruang
Publik Prosedur Pelaksanaan
Standar Layanan Standar Pelayanan
Survei Kepuasan Masyarakat
Kemudahan Layanan Aplikasi perizinan online
Publik Media Publikasi
Forum Komunikasi Masyarakat
Pengendalian dan Pengawasan Layanan Publik
pengawasan Layanan Publik Berintegritas
Tindak Lanjut Pengaduan
Tindak Lanjut Reviu APIP
-2-

NO AREA INDIKATOR SUBINDIKATOR


5 Pengawasan Kapasitas APIP Kecukupan Kuantitas dan
APIP Kompetensi SDM
Kecukupan Anggaran
Level Kapabilitas APIP
Penguatan Kelembagaan Pengisian Jabatan Inspektur
dan/atau Inspektur Pembantu
(Irban)
Pengawasan Dugaan
Penyimpangan
Pengendalian dan Penanganan Pengaduan Berkadar
Pengawasan Pengawasan
Probity Audit
Pengawasan dalam rangka
pencegahan korupsi
Koordinasi Pencegahan Tindak Lanjut SPI
Korupsi Sosialisasi Antikorupsi
6 Manajemen Tata Kelola ASN Perencanaan & Pemenuhan SDM
ASN Peta Jabatan
Sistem Informasi Kepegawaian
Promosi dan Mutasi
Peningkatan Integritas Manajemen Kinerja
dan Pengawasan Tambahan Penghasilan Pegawai
(TPP)
Tindak Lanjut Reviu Manajemen
ASN
Budaya Antikorupsi Kepatuhan LHKPN
Pendidikan Antikorupsi ASN
7 Pengelolaan Pengamanan BMD Database BMD
BMD Pendanaan dan Sertifikasi BMD
Penguasaan Fisik BMD
Penerimaan atas Pemanfaatan
BMD
Kepatuhan terhadap Rencana Kebutuhan BMD dan
Peraturan Perundang- Laporan BMD
undangan Rekonsiliasi dan Inventarisasi
BMD
Penertiban BMD Penertiban BMD
Pengendalian dan Tindak Lanjut Temuan BPK terkait
Pengawasan BMD
Penyalahgunaan BMD

Anda mungkin juga menyukai