Anda di halaman 1dari 3

DARURAT KASUS PERUNDUNGAN DI DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

Dosen Pengampu:

1. Dr. Zahra Alwi, M.Pd.

2. Dr. Santi Oktarina, M.Pd.

3. Hani Atus Sholikhah, M.Pd.

Dibuat Oleh:

Putri Permata Aulia (06021282227029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2024
1. SUMBER LINK YOUTUBE

https://youtu.be/-LNwOuU7vkA?si=UqA4zYKxum_UFDFA

2. HASIL ANALISIS

Pada video tersebut menunjukkan beberapa kasus perundungan terhadap anak


Berita pertama menngabarkan seorang siswi sekolah dasar Jakarta selatan tewas usai
loncat seorang siswi sekolah dasar anak yang loncat dari lantai 4 sekolah tersebut,
diduga korban mengalami perundungan dari teman-temannya,namun dugaan
perundungan tersebut dibantah oleh PLT Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Berita kedua, seorang siswi SD Gresik Jawa Timur mengalami buta permanen usai
dicolok tusuk sate kakak kelasnya. Orang tua korban tidak terima menuntut keadilan
dengan melapor dugaan perundungan ke polisi, pihak keluarga meminta rekaman
CCTV ke sekolah, namun pihak sekolah berdalih bahwa CCTV tersebut rusak.
Kepala Bidang Dinas Gresik akan melakukan mediasi terhadap sekolah dan keluarga
korban.

3. PENYEBAB :
Kedua berita diatas disebabkan perundungan yang dilakukan karena kurangnya
kontrol emosi pada anak, seringkali melakukan tindakan tanpa memikirkan dampak
dan akibat. perundungan di lingkungan sekolah umumnya terjadi karena adanya
pembiaran. Di awal-awal perundungan itu lebih banyak terkesan untuk bercanda, atau
anak yang usil isengin anak yang lain. Tapi karena ini sering dianggap hal yang biasa,
maka perundungan itu naik dinamikanya menjadi kekerasan.Ketidakmampuan dalam
berkomunikasi dan mengontrol emosi secara sehat hingga akhirnya memicu hasrat
untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.

4. PIHAK YANG DISALAHKAN :


Dari kedua kasus tersebut peristiwa perundungan tersebut terjadi dilingkup sekolah
maka yang patut disalahkan adalah pihak sekolah karena telah lalai dalam mengawasi
kegiatan siswanya, kurangnya perhatian terhadap murid-muridnya sehingga tidak
peka terhadap kondisi dari kesehatan mental siswa, apalagi sampai menutupi kasus
tersebut demi menjaga nama baik sekolah.

5. SOLUSI :
Perlunya pihak sekolah yakni guru melakukan pendekatan kepada masing-masing
siswa (pentingnya peran guru bimbingan konseling), dengan begitu secara tidak
langsung memberikan cara kepada siswa untuk berkomunikasi menyalurkan emosi
anak secara terbuka, sehingga anak bisa mendapatkan bimbingan serta arahan agar
kondisi atau masalah yang sedang mereka alami terselesaikan.

6. KESIMPULAN :
Perundungan sekecil apapun tidak bisa dinormalisasikan karena akan berdampak pada
Kesehatan mental anak. pelaku yang masih di bawah umur pun tak luput dari
hukuman. Dalam konteks perlindungan anak, aturan tetap harus dipatuhi, tetapi
mereka juga harus mendapat rehabilitasi agar pelaku ini tidak melakukan yang
kesekian kalinya di tempat lain dengan orang yang lain. Pendidikan hadir untuk
mengubah ketidaktahuan menjadi pengetahuan, mengubah yang kesalahan menjadi
kebenaran, dan mengubah yang buruk menjadi baik. Namun ini juga menjadi
tanggung jawab semua pihak terutama orang tua. Merekam jejak melawan lupa.

Anda mungkin juga menyukai